LAPORAN RBL SOUND SYSTEM SEDERHANA RANGKAIAN ANALOG DAN DIGITAL Telah dilakukan praktikm RBL RAD untuk membuat suatu rangkaian sound system sederhana yang terdiri dari 3 komponen yatu catu daya, amplifier tone control dan power amplifier yang dilakukan di Laboratorium elektronika BSCA ITB. Hal pertama yang dilakukan dalam membuat rangkaian adalah merangkain merangkain catu daya sebagai sumber daya pada rangkaian yang akan dibuat. dalam pembuatan catu daya ini diperoleh beda tengangan +15 dan -15. sumber t engangan ini selanjutnya digunakan digunakan sebagai daya untuk tone control dan power amp sedankan untuk power amplifier yang digunakan hanya tengangan DC yang +15. dari pengukuran yang dilakuakn diperoleh nilai catu daya menurun dengan meningkatkan Rl yang terpasang pada rangkaian. untuk IC 7815 diperoeleh kemiringan grafik sebesar 11,59 dan IC 7915 sebesar -12,48 untuk hasil pengukungan tone control terdiri dari 5 keadaan dasar dimaka tiap potensiometer variasikan 3 posisi. dari data diperoelah grafik yang tidak terlalu jauh dengan reverensi. perbedaan terjadi akibat adanya nilai errror dari komponen yang digunakan. dari rangkanan power amplifier dipeorel penguatan sebesar 18 kali penguatan. dari hasil pengujian rangkaian diperoleh berbagai variasi suara ketika dilakakn penyetelah posisi potensiometer. suara yang dihasilkan dihasilkan terdiri dari nada bass bass , midle dan trible
Kata kunci : Catu Daya, IC, Sinyal, Preamp dan Tone Control, Power Amplifier, I. Tujuan
a) Membuat rangkain catu daya DC teregulasi menggunakan IC 7815 dan IC 7915. b) Membuat rangkain pre-amp dan tone control. c) Membuat rangkain poweramp class AB. d) Menguji hasil rangkain sound system. II. Teori A.
terminal anodanya (pangkal dari symbol panah) diberi catu positif kemudian terminal katodanya (ujung symbol panah) diberi catu negative. Intinya arus listrik bisa mengalir apabila searah dengan arah panah, sedangkan jika berlawanan dengan arah panah maka arus tidak bisa mengalir.
Dasar Dasar Penyearah Teregulasi
Gelombang
Punuh Gambar 1. rangkaian setengah gelombang
Pada umunya yang dimaksud dengan rangkaian penyearah adalah rangkaian yang berfungsi untuk menjadikan gelombang yang mempunyai lebih dari satu arah menjadi gelombang satu arah. Sebagai contoh sinyal yang berbentuk sinusoidal dan mempunyai dua arah gelombang, yaitu arah dari kutub positif ke negative dan arah dari negatf ke positif, kemudian dijadikan gelombang yang mempunyai satu arah saja dengan menggunakan rangkaian penyearah. Rangkaian di atas merupakan rangkaian penyearah yang menggunakan satu buah dioda. Sesuai dengan prinsip dasar dioda, idealnya dioda akan berfungsi seperti seuatas kawat pada saat diberi bias maju dan berfungsi bagaikan saklar terbuka pada saat diberi bias mundur. Maksud dari bias maju adalah apabila pada
Berbeda dengan rangkaian penyearah setengah gelombang, pada rangkaian penyearah gelombang penuh semua siklus akan dimanfaatkan sebagai gelombang keluaran. Pada rangkaian penyearah setengah gelombang, siklus sikl us negative dari tegangan AC input dipotong atau tidak dimanfaatkan sama sekali. Sedangkaan pada penyearah gelombang penuh siklus negative dari sinyal input tetap diloloskan dengan menggunakan dioda yang lain. Biasanya untuk rancangan power supply kebanyakan digunakan penyearah gelombang penuh. Untuk prinsip kerjanya rangkaian ini sama saja dengan rangkaian setengah gelombang, perbedaanya adalah penambahan 3 buah dioda untuk bisa meloloskan arus listrik dari kedua siklus.
rangkaian power amplifier, sehingga akan di dapatkan nada sesuai dengan respon frekuensi pada loudspeaker dan akan di dapatkan hasil (suara) pada loudspeaker yang sesuai dengan keinginan pengguna.
Gambar 2. rangkaian gelombang penuh Gambar 3. Blok diagram audio amlifier B.
Operating Amplifier Rangkaian Tone Control
pada
Rangkaian power amplifier adalah perangkat audio untuk memperkuat amplifier terakhir yg ngga memiliki alat untuk mengatur nada. Jadi sebenarnya sebuah amplifier itu terdiri atas power amplifier dan pengatur nada. Untuk membangun jenis rangkaian power ini, tidaklah diperlukan banyak tambahan komponen external karena rangkaian ini memakai system power-supply yang otomatis. Prinsip kerja dari rangkaian power amplifier ialah sebagai pemerkuat terakhir dari bagian system tata-suara yg bisa juga untuk menguatkan signal audio, yaitu pd umumnya adalah penguat arus dan tegangan yang berasal dari sinyal audio dengan tujuan berfungsinya loud speaker / pengeras suara. Rangkaian penguat audio yang baik yaitu rangkaian yang mampu memperkuatkan sinyal pada range frekuensi audio yaitu frekuensi 20 Hz sampai 20 KHz dan pada saat melakukan penguatan tanpa terjadinya cacat dengan nois yang sekecil mungkin. Range frekuensi ini juga tergantung dari kemampuan dari loudspeaker. Jika loudspeaker bekerja pada frekuensi Full Range (20 Hz – 20 Khz) ini sangat baik sekali, karena akan di dapat nada yang dinamis pada frekuensi full range. Tapi jika hanya frekuensi tertentu saja yang mampu di reproduksi oleh loudspeaker, maka penggunaan tone control memungkinkan untuk membatasi frekuensi tertentu. Tone control merupakan rangkaian pengatur nada yang terdiri dari rangkaian filter, yaitu Low Pass Filter (LPF) dan Figh Pass Filter (HPF) maupun Band Pass Filter. Sebelum sinyal dikuatkan oleh rangkaian Power Aplifier, rangkaian tone control bekerja dengan mengatur nada yang akan dilewatkan pada
C.
Rangkaian Power Amp Kelas AB
Power Amplifier kelas AB ini dibuat bertujuan untuk membentuk penguat sinyal yang tidak cacat (distorsi) dari penguat kelas A dan untuk mendapatkan efisiensi daya yang lebih baik seperti pada amplifier kelas B. Karena amplifier kelas A memiliki efisiensi daya yang rendah (±25%) yang disebaban titik kerja berada di 1/2 VCC tetapi memiliki kualitas sinyal yang terbaik. Sedangkan amplifier kelas B memiliki efisiensi daya yang baik (±85%) karena titik kerja mendekati VCC tetapi kualitas suara yang kurang baik. Sehingga dibuat amplifier kelas AB yang memiliki efisiensi daya penguatan sinyal (±60%) dengan kualitas sinyal audio yang baik. Titik kerja amplifier kelas AB dapat dilihat pada grafik garis beban berikut.
Gambar 4. Grafik Titik Kerja Amplifier Kelas
AB Dengan menempatkan titik kerja rangkaian power amplifier kelas AB berada diantara titik kerja kelas A dan kelas B seperti terlihat pada grafik titik kerja rangkaian diatas, penguat kelas AB dimaksudkan mendapatkan karakteristik dasar gabungan dari amplifier kelas A dan amplifier kelas B. III.
Data
A.
catu daya
R (Ω)
I(Ampere)
V(volt)
1300 1400 1500 1600 1800 2000
0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
14.98 14.98 14.98 15 15 15
Gambar 5. Rangkaian penyearah gelombang
penuh dengan IC regulator a) Tegangan Keluaran IC 7815 Tabel
1.
Data pengukuran penyearah gelombang penuh dengan IC regulator untuk Vout IC 7815
R (Ω)
I(Ampere)
V(volt)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 15 20 25 30 35 40 45 50 60 70 80 90 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1200
1.53 1.49 1.42 1.36 1.24 1.2 1.13 1.04 0.99 0.93 0.77 0.67 0.56 0.49 0.43 0.37 0.33 0.3 0.25 0.21 0.19 0.17 0.15 0.07 0.05 0.04 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01
1.53 2.97 4.25 5.42 6.19 7.2 7.9 8.3 8.9 9.32 11.5 13.32 14.05 14.67 14.9 14.95 14.95 14.95 14.95 14.95 14.95 14.95 14.96 14.96 14.96 14.96 14.96 14.96 14.96 14.96 14.96 14.96 14.98
Grafik 1. Kurva pembebanan rangkaian
penyearah gelombang penuh untuk IC 7815 b) Tegangan Keluaran Ic 7915
Data pengukuran penyearah gelombang penuh dengan IC regulator untuk Vout IC 7915 R (Ω) I(Ampere) V(volt) 1 1.42 1.42 2 1.385 2.77 3 1.327 3.98 4 1.265 5.06 5 1.178 5.89 6 1.12 6.72 7 1.09 7.63 8 1.04 8.32 9 0.977 8.79 10 0.966 9.66 15 0.771 11.56 20 0.65 13 25 0.558 13.95 30 0.482 14.45 35 0.422 14.77 40 0.371 14.82 45 0.329 14.82 50 0.296 14.82 60 0.247 14.82 70 0.212 14.82 80 0.185 14.82 90 0.165 14.83 100 0.149 14.85 200 0.074 14.87
Tabel
2.
R (Ω)
I(Ampere)
V(volt)
300 400 500 600 700 800 900 1000 1200 1300 1400 1500 1600 1800 2000
0.05 0.037 0.03 0.025 0.021 0.019 0.017 0.015 0.012 0.012 0.011 0.01 0.009 0.008 0.008
14.89 14.9 14.95 14.96 14.96 14.96 14.96 14.96 14.98 14.98 14.98 14.98 15 15 15
Grafik
B.
2.
f
70 80 90 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 1000000
Kurva pembebanan rangkaian penyearah gelombang penuh untuk IC 7915
Pre-Amp dan Tone Control
Gambar 6. Rangkaian pre-amap tone control
a.
Bass Flat-Mid Fat-Treble Flat
Tabel 3. Data Bass Boost-Mid Flat-Treble
Boost Vi
f
10 20 30 40 50 60
1 1 1 1 1 1
Vo
G
1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0
Vi
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Vo
G
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b. Bass Boost-Mid Flat-Treble Boost Tabel 4. Data Bass Boost-Mid Flat-Treble
Boost f
Vi
10 20
1 1
Vo
G
1.6 4.2
4.082 12.465
f
Vi
30 40 50 60 70 80 90 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 1000000 c.
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Vo
G
5.2 5 4.6 4 3.8 3.4 3 2.8 1.6 1.3 1.2 1.1 1.1 1.1 1.1 1.2 1.2 1.7 2.2 2.8 3.3 3.8 4.4 5 5.4 5.8 9.2 10.8 11.6 12 12.4 12.8 12.8 12.8 12.8 11.2 8 5.6 4.4 3.4 2.6 2.2 1.9 1.6
14.32 13.979 13.255 12.041 11.596 10.63 9.542 8.943 4.082 2.279 1.584 0.828 0.828 0.828 0.828 1.584 1.584 4.609 6.848 8.943 10.37 11.596 12.869 13.979 14.648 15.269 19.276 20.668 21.289 21.584 21.868 22.144 22.144 22.144 22.144 20.984 18.062 14.964 12.869 10.63 8.299 6.848 5.575 4.082
Bass Cut-Mid Flat-Treble Cut
Tabel 5. Data Bass Cut-Mid Flat-Treble Cut f Vi Vo G
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 1000000
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0.044 0.084 0.12 0.152 0.18 0.21 0.24 0.27 0.29 0.32 0.6 0.72 0.76 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.76 0.56 0.46 0.34 0.28 0.24 0.22 0.19 0.18 0.17 0.112 0.092 0.088 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.08 0.076 0.072 0.068 0.068 0.068 0.068 0.068 0.068 0.068
-27.131 -21.514 -18.416 -16.363 -14.895 -13.556 -12.396 -11.373 -10.752 -9.897 -4.437 -2.853 -2.384 -1.938 -1.938 -1.938 -1.938 -1.938 -2.384 -5.036 -6.745 -9.37 -11.057 -12.396 -13.152 -14.425 -14.895 -15.391 -19.016 -20.724 -21.11 -21.514 -21.514 -21.514 -21.514 -21.514 -21.938 -22.384 -22.853 -23.35 -23.35 -23.35 -23.35 -23.35 -23.35 -23.35
d. Bass Flat-Mid Boost-Treble Flat Tabel 6. Bass Flat-Mid Boost-Treble Flat f
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000 200000 300000 400000 500000
Vi
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Vo
G
0.42 0.72 0.88 0.96 1.04 1.12 1.2 1.28 1.32 1.5 2.3 3 3.9 4.8 5.6 6.6 7.4 8 8.4 5.4 3.4 2.6 2.2 1.9 1.7 1.6 1.5 1.4 1.12 1.04 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
-7.535 -2.853 -1.11 -0.355 0.341 0.984 1.584 2.144 2.411 3.522 7.235 9.542 11.821 13.625 14.964 16.391 17.385 18.062 18.486 14.648 10.63 8.299 6.848 5.575 4.609 4.082 3.522 2.923 0.984 0.341 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
f
Vi
600000 700000 800000 900000 1000000 e.
1 1 1 1 1
Vo
G
0.96 0.92 0.92 0.88 0.84
-0.355 -0.724 -0.724 -1.11 -1.514
Baas Flat-Mid Cut-Treble Flat
Tabel 7. DataBass Flat-Mid Cut-Treble Flat f Vi Vo G
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000 200000
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0.38 0.64 0.72 0.74 0.72 0.7 0.66 0.64 0.6 0.58 0.38 0.32 0.28 0.22 0.18 0.132 0.116 0.108 0.108 0.18 0.27 0.36 0.44 0.5 0.56 0.6 0.64 0.78 0.88 0.9 0.96 0.96 0.96 0.96 0.96 0.96 0.96 0.96
-8.404 -3.876 -2.853 -2.615 -2.853 -3.098 -3.609 -3.876 -4.437 -4.731 -8.404 -9.897 -11.057 -13.152 -14.895 -17.589 -18.711 -19.332 -19.332 -14.895 -11.373 -8.874 -7.131 -6.021 -5.036 -4.437 -3.876 -2.158 -1.11 -0.915 -0.355 -0.355 -0.355 -0.355 -0.355 -0.355 -0.355 -0.355
f
Vi
300000 400000 500000 600000 700000
1 1 1 1 1
Vo
G
0.96 0.96 0.96 0.96 0.96
-0.355 -0.355 -0.355 -0.355 -0.355
f
Vi
800000 900000 1000000
1 1 1
Vo
G
0.92 0.88 0.88
-0.724 -1.11 -1.11
Grafik 3. Bode plot dari rangkaian 3-band tone control C.
Power Amp Class AB
Gambar 7. Rankaian power amp class AB
Tabel 8. Tabel penguatan power amp kelas AB f
Vi
Vo
G
10 20
1 1
18 18
18 18
f
Vi
Vo
G
30 40 50 60 70 80 90 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 2000
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
f
Vi
Vo
G
3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 1000000
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 17 17 16 15 14 13 12 10
18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 17 17 16 15 14 13 12 10
frekuensi
terhadap
grafik
4. Pengaruh
penguatan IV.
Pengolahan Data
pre amp tone control
power amplifier
Catu daya
Gambar 8 . Hasil rangkaian RBL A.
catu daya
Pada rangkaian catu daya terdiri dari 4 komponen dasar yang masing masing mempunyai fungsi yang saling mendukung. fungsi stepdown pada rangkaian catu daya ini untuk menurunkan tegangan AC 220 volt menjadi AC 18 volt. komponen yang digunakan adalah transformator stepdown 1A dengan tegangan output 18 volt dengan CT. Bagian rectifier, bagian ini berfungsi untuk menyearahkan tegangan AC 18 volt mejadi tegangan DC + 18 volt dan -18 volt. Komponen yang digunakan sebagai rectifier adalah rangkaian 4 buah dioda 1N4001 yang dirangkai bridge dan 2 buah kapasitor elektrolit (elco) 2200uF/35V yang berfungsi untuk meratakan tegangan sehingga menjadi DC. Bagian regulator, bagian ini berfungsi untuk menentukan output power supply simetris agar memiliki tegangan + 15 volt DC dan -15 volt DC yang stabil. Komponen yang digunakan sebagai regulator tegangan + 15 volt DC adalah IC L7815CV dan regulator tegangan – 15 volt DC menggunakan IC regulator tipe L7915CV. pada pengukuran nilai tegangan catu daya untuk IC 7815 dan 7915 dengan melalukan berbagai variasi hambatan terdapat penurunan tengan yang linear seperti pada tabel 1 dan 2. pengukuran tegangan ini dilakukan pada kaki output tiap IC yang dihubungngan dengan CT. pengukuran antara kedua kaki IC ini mempunyai nilai yang hampis sama ± 15. pada saat pengukuran terdapat kenaikan dan penurungan tegangan namun masih
disekitaran angka 15. hal ini terjadi karena tiap komponen memiliki nilai error terhadap tanggapan tegangan sehingga mempengaruhi keluaran. untuk menghilangkan hal ini perlu di ganti dengan komponen yang memiliki nilai error yang seminimum mungkin. pada tabel pembebanan tiap yang terukur pada tiap IC diperoleh kemiringan grafik untuk IC 7815 sebesar -11,59 dan untuk IC7915 sebesar -12,48. B.
Pre-Amp dan Tone Control
Pre amp dan tone control merupakan suatu system audio untuk mendapatkan hasil yang maksimum. rankaian ini memanfaatkan sistim filter. Dalam system audio bgian pengaturan nada terletak diantara bagian penguat awal dan penguat akhir atau biasa disebut power amplifier.
Tone control merupakan rangkaian pengatur nada yang terdiri dari rangkaian filter, yaitu Low Pass Filter (LPF) dan Figh Pass Filter (HPF) maupun Band Pass Filter. Sebelum sinyal dikuatkan oleh rangkaian Power Amplifier, rangkaian tone control bekerja dengan mengatur nada yang akan dilewatkan pada rangkaian power amplifier, sehingga akan di dapatkan nada sesuai dengan respon frekuensi pada loudspeaker dan akan di dapatkan hasil (suara) pada loudspeaker yang sesuai dengan keinginan pengguna. Pada praktikum RBL yang dilakukan sinyal frekuensi berasal dari sinyal generator dari frekuensi 10 hz sampai 1 Mhz. filter terdiri dari 3 buah yang mempunyai nilai 100 K untuk bass dan mid dan 500 k untuk treble. masingmasing filter diatur 3 keadaan dimana posisi flat untuk nilai tengah (50%), posisi 100 % untuk boost dan 0% untuk cut. pengambilan data dilakukan 5 posisi potensiometer yaitu: 1. Bass Flat - Mid Flat- Treble Flat 2. Bass Boost - Mid Flat - Treble Boost 3. Bass Cut - Mid Flat - Treble Cut 4. Bass Flat - Mid Boost - Treble Flat 5. Bass Flat - Mid Cut - Treble Flat
Pengambilan data dilakukan untuk tiap keadaan dilakukan sebanyak 46 data untuk masing-masing keadaan. pada posisi pertama penguatan yang dihasilkan tidak ada. hal ini terjadi karena filter yang ada semua bekerja sama kuat sehingga tidak ada yang dominan. Rangkaian tone control baxandal merupakan rangkaian penguat dengan jaringan umpan balik (feedback) dan rangkaian filter aktif. Rangkaian baxandal hanya tergantung dari pengaturan potensiometer bass. Batas pengaturan maksimum potensiometer bass merupakan maksimum boost (penguatan maksimal bass) dan batas pengaturan minimum potensiometer bass merupakan maksimum cut (pelemahan maksimum). Pada saat frekuensi nada bass meningkat, maka akan memberikan efek pada resistor samapai kapasitor sehingga tidak lagi memberikan efek atau respon pada rangkaian. Sehingga frekuensi di atas tidak di pengaruhi oleh posisi potensiometer bass pada maksimum boos dan cut atau di biarkan flat. Untuk nada treble, pada akhir frekuensi tinggi audio kapasitor bertindak seakan short circuit. Maka penguatan akan di atur oleh potensiometer treble. Nilai dari tiap keadaan dapat dilihat pada tabel 1. daerah kerja untuk tiap keaadaan yang baik terjadi pada daerah 30 hz sampai 70 kHz. untuk didaerah diluarnya terdapat noise. khusus untuk posisi Bass Boost - Mid Flat - Treble Boost pada daerah diatas 70 Khz maka penguatan akan semakin mengecil menuju ke nol. hal ini teradi karena pada posisi frekuensi maksimun kapasitor tidak mampu menyimpan muatan yang cukup sehingga penguatan akan mengecil akibat tidak seimbannya arus yang masuh dan keluar pada kapasitor. Pada frekuensi rendah untuk tiap keadaan terdapat cacat atau tidak sesuai dengan grafik yang dibandingkan pada data sheet. ini terjadi karena proses pengisisan muatan pada tiap keadaan antara keluaran dan masukan tidak seimbang.
C.
dihaslkan suatu penguatan yang ideal. Hasil pengolahan data seperti pada gambar 2 diperoleh kurva penguatan sinyal output terhadap sinyal inputnya. Pada kurva penguatan terhadap frekuensi terlihat pada frekuensi 10 – 200 kHz nilai penguatan konstan atau tetap sebesar 18 kali dan penguatan menurun pada frekuensi 200 kHz – 1 MHz seperti pada gambar 2. Penguatan pada frekuensi 1 MHz mengalami penurunan dengan nilai penguatan 18 kali. Kurva penguatan yang diperoleh dari hasil pengolahan data praktikum RBL ketiga seperti kurva penguatan LPF (Low Pass Filter). Low Pass Filter merupakan rangkaian filter yang akan meloloskan sinyal input dengan frekuensi dibawah frekuensi cut off pada rangkaian dan akan melemahkan sinyal input dengan frekuensi diatas frekuensi cut-off.
Rangkaian Power Amplifier class AB
Rangkaian power amplifier merupakan suatu rangkaian penguat daya. daya yang dikuatkan yaitu arus dan tegangan. pada rangkaian power amplifier selain arus dan tegangan yang dikuatkan sinyal masukan berupa audio juga akan mengalami penguatan. besarnya penguatan ini tergantung dari transistor yang digunakan dan nilai resistor yang terhubung ke transister. Power amplifier class A memiliki perangkat output (transistor) mengalirkan seluruh sinyal input. Dengan kata lain, amplifier tersebut mereproduksi seluruh gelombang amplitudo sinyal suara yang masuk secara keseluruhan. Power amplifier class A panas karena transistornya bekerja terus menerus dengan tenaga penuh dan tidak ada kondisi dimana transistor beristirahat walaupun hanya sejenak, meski bukan berarti amplifier tersebut tidak bisa dimatikan karena ada aliran listrik konstan yang mengaliri transistor tersebut secara terus menerus yang disebut sebagai “bias”. Power amplifier class A adalah amplifier yang paling inefisien. Nilai efisiensi sekitar 20 %, efisiensi rendah diakibatkan titik kerja yang berada di ½ Vcc. Sedangkan, power amplifier class B memiliki sinyal input harus lebih besar agar bisa menjalankan transistor dengan baik dan harus ada setidaknya dua perangkat output sejenis dengan penguat ini. Bagian output power amplifier class A menjalankan dua output tersebut, masing-masing perangkat output tersebut menjalankan setengah panjang gelombang sinyal suara secara bergantian. Pada waktu transistor tidak bekerja, maka tidak ada aliran listrik (bias) yang mengaliri transistor tersebut dan setiap perangkat output tersebut berada dalam kondisi on (hidup) selama satu setengah kali siklus gelombang amplitudo. Power amplifier class B bekerja lebih dingin, sehingga memiliki efisiensi efesiensi daya yang baik yaitu ±85% dan memiliki titik kerja yang mendekati Vcc, tetapi kualitas sinyalnya kurang baik. Power amp kelas AB memanfaatkan kelebiahn dari power amplifier kelas A dan B dan membuat kekuarangannya sehingga
V.
kesimpulan berdasarkan praktikum RBL yang telah dilakuakn maka diperoleh kesimpulan: 1. Besarnya tengangan catu daya tergantung dari nilai transformator dan IC 78xx dan IC 79xx yang digunakaan. pada rangkaian dibuat diperoleh tegangan DC sebesar + 15 dan -15. 2. kurva pembebanan pada rangkaian catu daya DC berupa penurunan tegangan dengan beban Rl diparalel pada titik outputnya. penurungan tegangan tesebut terjadi pada saat Il yang mengalir sebesar 1,53 A dan diberi beban sebesar 30 ohm. 3. kurva bode yang diperoleh pada rangkain tone control mendekati hasil data sheet (teori). 4. kurva bode pada pada frekuensi tinggi dan rendah agak sedikit berbeda akibat adany toleransi nilai error dari tiap komponen yang digunakan. 5. Rangkaian power amplifier class AB yang digunakan berfungsi sebagai penguat sinyal akhir pada sistem audio dan bertujuan untuk penguatan sinyal yang bebas dari distorsi (cacat) seperti class A dan mendapatkan nilai efisiensi yang lebih baik seperti class B (±85%).
6. Kurva penguatan terhadap frekuensi dari rangkaian poweramp class AB. Penguatan terhadap frekuensi terlihat pada frekuensi 10 – 200 kHz nilai penguatan konstan atau tetap sebesar 18 kali dan penguatan menurun pada frekuensi 200 kHz – 1 MHz. Penguatan pada frekuensi 1 MHz mengalami penurunan dengan nilai penguatan 10 kali. 7. Rangkaian sound system sederhana dapat dihasilkan dengan memberikan input sinyal audio pada rangkaian pre-amp dan tone control, kemudian output suara yang dihasilkan dari power amplifier setelah dihubungkan ke spiker. Suara yang dihasilkan mengalami penguatan, serta dapat diatur nada bass dan treble nya sesuai dengan kehendak suara yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
(http://teorick.blogspot.com/2012/10/carakerjarangkaianpenyearah.html#sthash.te9OVJ YH.dpuf) http://elektronikadasar.info/rangkaian-poweramplifier.htm http://dewi1201941.blogspot.com/2014/03/l aporan-pratikum-ke-5-audio-radio-tone.html http://elektronika-dasar.web.id/teorielektronika/power-amplifier-kelas-ab/