FILARIASIS
SOP
No. Dokumen Dokumen No. Revisi Revisi
SOP/C/IX/287/2017 SOP/C/IX/287/2017
Tanggal Terbit
21-04-2017
Halaman
1/3
UPTD PUSKESMAS CISOLOK
1. Pengertian
dr. M. Saleh NIP 196206192006041002
Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun lakilaki.
2. Tujuan
Prosedur ini dibuat dimaksudkan untuk dokter dapat melakukan konseling dan edukasi kepada pasien dan keluarga dan memberikan terapi dengan baik.
3. Kebijakan 4. Referensi
SK Kepala Puskesmas Cisolok No. Perawatan Dasar DEPKES RI Tahun 2014
5. Alat
Alat : Tempat tidur, Stetoskop, Arloji, Thermometer, Tensimeter,Tampon hidung,
6. Prosedur
PENATALAKSANAAN
Terapi filariasis bertujuan untuk mencegah atau memperbaiki perjalanan penyakit, antara lain dengan: a. Memelihara kebersihan kulit. b. Fisioterapi kadang diperlukan pada penderita limfedema kronis. c. Obatantifilaria adalah Diethyl carbamazine citrate (DEC) dan Ivermektin. d. DEC
dapat
membunuh
mikrofilaria
dan
cacing
dewasa,
Ivermektin merupakan antimikrofilaria yang kuat, tetapi tidak memiliki efek makrofilarisida. e. Dosis DEC 6 mg/kgBB, 3 dosis/hari setelah makan, selama 12 hari, pada TropicalPulmonary Eosinophylia (TPE) pengobatan diberikan selama tiga minggu. f.
Efek samping bisa terjadi sebagai reaksi terhadap DEC atau reaksi terhadap cacing dewasa yang mati. Reaksi tubuh terhadap protein yang dilepaskan pada saat cacingdewasa mati dapat terjadi
beberapa jam setelah pengobatan, didapat 2 bentuk yang mungkin terjadi yaitu reaksi sistemik dan reaksi lokal: 1. Reaksi sistemik berupa demam,sakit kepala, nyeri badan, pusing, anoreksia, malaise dan muntah-muntah. Reaksi sistemik cenderung berhubungan dengan intensitas infeksi. 2. Reaksi
lokal
berbentuk
limfadenitis,abses,dan
transien
limfedema. Reaksi lokal terjadi lebih lambat namun berlangsung lebih lama dari reaksi sistemik. 3. Efek
samping
DEC
lebih
berat
pada
penderita
onchorcerciasis, sehingga obat tersebut tidak diberikan dalam program pengobatan masal didaerah endemis filariasis dengan ko-endemis Onchorcercia valvulus. g. Ivermektin diberikan dosis tunggal 150 ug/kg BB efektif terhadap penurunan derajat mikrofilaria W.bancrofti, namun pada filariasis oleh Brugia spp. penurunan tersebut bersifat gradual. Efek samping
ivermektin
sama
dengan
DEC,
kontraindikasi
ivermektinyaitu wanita hamil dan anakkurang dari 5 tahun. Karena tidak memiliki efek terhadap cacing dewasa, ivermektin harus diberikan setiap 6 bulan atau 12 bulan untuk menjaga agar derajat mikrofilaremia tetap rendah. h. Pemberian
antibiotik
dan/atau
antijamur
akan
mengurangi
serangan berulang, sehingga mencegah terjadinya limfedema kronis. i.
Antihistamin dan kortikosteroid diperlukan untuk mengatasi efek samping pengobatan. Analgetik dapat diberikan bila diperlukan.
j.
Pengobatan operatif, kadang-kadang hidrokel kronik memerlukan tindakan operatif, demikian pula pada chyluria yang tidak membaik dengan terapi konservatif.
KONSELING DAN EDUKASI
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit
filariasis
terutama
dampak
akibat
penyakit
dan
cara
penularannya. Pasien dan keluarga juga harus memahami pencegahan dan pengendalian penyakit menular ini melalui: a. Pemberantasan nyamuk dewasa. b. Pemberantasan jentik nyamuk. c. Mencegah gigitan nyamuk. Setelah pengobatan, dilakukan kontrol ulang terhadap gejala dan
mikrofilaria, bila masih terdapat gejala dan mikrofilaria pada p emeriksaan darahnya, pengobatan dapatdiulang 6 bulan kemudian.
KRITERIA RUJUKAN
Pasien dirujuk bila dibutuhkan pengobatan operatif atau bila gejala tidak membaik dengan pengobatan konservatif.
7. Unit terkat
Poli pengobatan, Kasir, UGD
8. Dokumen
Buku rekam medis pasien
terkait 9. Rekaman histori perubahan
No
Yang diubah
Isi perubahan
Tanggal mulai diberlakukan