LAPORAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS V SD NEGERI 4 SERAYA BARAT KARANGASEM
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESINAL (PDGK 4501) 2009.1
OLEH NI WAYAN SULATRI
PROGRAM S1 PGSD UPBJJ UT DENPASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVEVRSITAS TERBUKA 2009.1
LEMBAR PENGESAHAN DAN PERSETUJUAN
Laporan oleh Ni Wayan Sulatri ini telah diperiksa dan disetujui :
H ar i
:
Tanggal
:
Mengetahui/Mengesahkan
Denpasar, 1 Juni 2009
Kepala UPBJJ-UT Denpasar
Menyetujui Pembimbing
Prof. I Wayan Cika, M.S
Drs. I.B Surya Manuaba, S.Pd. M.For
NIP. 131287234 131287234
NIP.131785679
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL...................................... JUDUL............................................................. ............................................... ........................ .......... HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHA............................................ PENGESAHA.............................................. .. DAFTAR ISI............................................. ISI.................................................................... .............................................. ........................................ ................. I.
PENDAHULUAN............................................................................................
A. Belakang Masalah................................ Masalah....................................................... .............................................. ............................................. ...................... B. Rumusan Masalah........................................... Masalah.................................................................. .............................................. .................................. ........... C. Tujuan Perbaikan.......................................... Perbaikan................................................................. ........................................................... .................................... D. Manfaat Perbaikan........................................ Perbaikan............................................................... ........................................................... .................................... II. KAJIAN PUSTAKA............................... PUSTAKA...................................................... ......................................... ............................... ................ ... A. Karakteristik Anak Sekolah Dasar.............................................. Dasar.............................................................. ................ B. Karakteristik Karakteristik Pembelajaran Pembelajaran IPA SD....... SD............ .......... .......... .......... .......... .......... ............. ................... .............. ... C. Karakteristik Pembelajaran PKN SD...................................... SD.......................................................... .................... D. Metode Observasi........................................... Observasi.................................................................. .................................... ..................... ........ E. Metode Metode Diskusi Diskusi dan Penugasan Penugasan..... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ................ ................ ..... F. Metode Metode Penugasan Penugasan dan Tanya Tanya Jawab...... Jawab........... .......... .......... .......... .......... ............. ................... .................. ....... G. Media Bebatuan, Gambar, Peta dan Atls.................................................... Atls.................................................... III. PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN...... PEMBELAJARAN........................ .............................. ............ A. Subyek Perbaikan Pembelajaran...................... Pembelajaran............................................. ........................................... .................... B. DeskrPKni Siklus Perbaikan.......................................... Perbaikan................................................................. ............................. ...... I.
HASIL PERBAIKAN PERBAIKAN DAN PEMBAHASA PEMBAHASAN... N........ .......... .......... ................ ....................... ................... ....... A. DeskrPKni Hasil Perbaikan........................................ Perbaikan...................................................................... .............................. ..
B. Pembahasan Pembahasan Siklus Siklus Perbaikan.. Perbaikan....... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ................ ....................... ............... ... II. KESIMPULAN KESIMPULAN DAN SARAN..... SARAN.......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .............. .................... .................. ....... A. Kesimpulan. Kesimpulan...... .......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ............. ................ ........ B. Saran Tindak Tindak Lanjut.... Lanjut......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ............... ..................... .................. ....... DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan produk dari proses evolusi budaya. Pendidikan ada karena merupakan hasil dari olah cipta, rasa dan karsa manusia. Manusia dalam perspektif pendidikan memiliki peran ganda baik sebagai subyek maupun obyek. Sehingga hakikat pendidikan tidak terlepas dari hakikat manusia, sebab subyek utama pendidikan adalah manusia. Oleh karena itu, pemahaman terhadap hakikat manusia adalah merupakan suatu keharusan baginya. Semakin dalam pemahaman seorang guru terhadap hakikat manusia, perilaku guru tersebut cenderung akan semakin arif dalam menyelenggarakan pembelajaran. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Sehingga pendidikan tidak bias dipisahkan dari peran masyarakat, pemerintah dan komponen sarana pendukung dan proses dimana satu dengan yang lainnya memiliki ketergantungan yang membentuk sistem. Komponen penting dalam proses pendidikan adalah pembelajaran. Dimana dalam pembelajaran juga merupakan subsistem dari pendidikan dimana terjadi proses interaksi antara beberapa komponen yang saling ketergantungan membentuk suatu sistem. Proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari komponen sistem lainnya seperti : 1) siswa yang dapat dianggap sebagai raw input atau masukan mentah, 2) hasil yang dicapai sebagai akibat dari proses pembelajaran (out put ), 3) masukan lingkungan (environmental input ) yang dibutuhkan dalam pemerosesan seperti orang tua dan
masyarakat, 4) masukan alat (instrumental input ) pemerosesan seperti kurikulum sarana dan prasarana termasuk guru, Arby & Syahrun (1992). Bergolak dari konsepsi tersebut menempatkan guru pada posisi sentral dan strategis dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga diperlukan pengembangan profesionalitas guru. Guru sebagai subkomponen dari proses pembelajaran harus diberdayakan secara optimal. Peranan guru dalam proses pembelajaran belum dapat digantikan oleh alat, baik sarana komunikasi canggih di era informasi saat ini. Seperti yang sudah diterapkan oleh beberapa negara bagian di Amerika, dimana siswa dapat belajar dari jarak jauh menggunakan sarana internet, tetapi komunikasi dengan guru tetap diperlukan. Pekerjaan guru adalah sebuah profesi, sehingga jabatan guru adalah sebuah jabatan profesi artinya guru adalah seorang professional. Sebagai seorang professional guru selain harus mendapatkan penghargaan sebagai akibat dari profesionalitasnya, demikian juga harus dapat melaksanakan pekerjaannya secara professional. Sehubungan dengan hal tersebut guru dituntut untuk secara kontinu mencari dan menemukan gagasan baru dalam usaha menyempurnakan proses pembelajaran sehingga mendapat hasil yang maksimal. Kegiatan tersebut dilakukan dengan mencoba berbagai macam pendekatan, metode, strategi, media dan sumber belajar lainnya dengan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kegiatan dalam mencoba mencari gagasan baru dari pendekatan, metode, strategi, media dan sumber belajar lainnya dilaksanakan berdasarkan kemampuan mengevaluasi kinerjanya
sendiri. Upaya
tersebut identik
dengan upaya
merefleksikan diri sendiri untuk dapat mengetahui kelemahan dan kekuatan
pendekatan,
metode,
strategi,
media
dan
sumber
belajar
lainnya
yang
dilaksanakannya dalam proses pembelajaran. Kegiatan tersebut saat ini dikenal dengan istilah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan sesuai dengan kaidah-kaidah metode ilmiah. Prosedur PTK dapat diartikan sebagai sebuah upaya guru dalam rangka menguji kelemahan dan kekuatan pendekatan, metode, strategi, media dan sumber belajar lainnya dalam kaitannya dalam karakteristik pembelajaran dan siswa. Sehingga harapannya adalah guru secara mandiri dapat secara peka dapat menentukan pendekatan, metode, strategi, media dan sumber belajar lainnya sesuai dengan karakteristik siswa, materi pembelajaran dan lingkungan belajar. Pelaksanaan PTK didasarkan adanya temuan masalah dalam proses pembelajaran. Guru yang menjadi guru kelas V di SD No. 4 Seraya Barat pada pelaksanaan pembelajaran IPA menemukan sejumlah masalah yang layak menjadi catatan. Pada setiap pembelajaran mata pelajaran IPA ditemukan perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tidak fokus, siswa terlihat bermain-main terutama yang duduk di bangku belakang, ketika guru melontarkan pertanyaan dalam suatu kegiatan tanya jawab siswa diam dan tidak ada yang mau mengangkat tangannya. Hal tersebut mencapai klimaksnya pada pelaksanaan pembelajaran IPA yang mengambil materi pokok “Jenis dan Cara Pelapukan Batuan” pada pelaksanaan pembelajaran pada hari Senin, 13 April 2009. Hal tersebut berakibat pada hasil evaluasi pembelajaran harian siswa pada hari itu yang rendah. Dimana daya serapnya adalah 59,4% dengan ketuntasan klasikalnya adalah 7/18 x 100% = 39%. Hal tersebut jika mengacu kepada standar acuan patokan yang digunakan yaitu suatu pembelajaran dikatakan tuntas jika 85%
siswa mampu menjawab soal 65%, atau dengan kata lain 85% siswa dapat memperoleh nilai serendah-rendahnya adalah 65 (Depdikbud, 1995:48). Hal tersebut seperti digambarkan di bawah ini: TABEL 1 Sedangkan untuk mata pelajaran PKN guru menemukan permasalahan pada hasil evaluasi yang tidak sesuai dengan harapan. Hal yang menjadi catatan saat
proses
pembelajaran
berlangsung
adalah
kebanyakan
siswa
tidak
memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung, ketika diberikan pertanyaan tidak ada siswa yang berinisiatif untuk menjawab, siswa yang duduk di belakang banyak yang bermain, ada siswa yang mengganggu siswa lainnya saat pembelajaran berlangsung, siswa tidak dapat menjawab beberapa pertanyaan yang guru ajukan, terutama yang berhubungan dengan materi pelajaran kelas V “Kenampakan Alam Buatan” yang terlaksana pada hari Selasa tanggal 14 April 2009. Dimana guru menemukan tingkat daya serap siswa pada mata pelajalaran tersebut hanya mencapai 56,4% dan tingkat ketuntasan klasikal mencapai 5/18 x 100% = 27,8%. Hal itu menunjukkan rendahnya penguasaan materi terutama pada materi “Kenampakan Alam Buatan” yang berdasarkan karakteristik materinya adalah materi yang tergolong tidak sulit. Seperti yang digambarkan dalam table di bawah ini: TABEL 2 Berdasarkan data di atas kemudian direnungkan dan direfleksikan berdasarkan beberapa catatan dalam proses pembelajaran bahwa penyebab masalah tersebut adalah : 1). Masih seringnya guru menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran, 2). Kurangnya variasi metode pembelajaran yang digunakan saat proses pembelajaran, 3). Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang kecil sehingga meningkatkan potensi kejenuhan yang berujung pada tingkah laku
yang mengganggu teman dan dan suka membuat gaduh, 4). Kurangnya menggunakan metode pengamatan langsung yang sesungguhnya, dimungkinkan dalam mata pelajaran IPA dengan materi “Jenis dan Cara Pelapukan”, 5). Kurangnya penggunaan media peraga gambar yang dimungkinkan dalam pembelajaran mata pelajaran PKN dengan materi “Kenampakan Alam Buatan”. Dari lima dugaan penyebab masalah di atas maka dapat disini dijelaskan beberapa alternatif pemecahan masalah yang mungkin diterapkan pada mata pelajaran IPA dan PKN tersebut adalah : 1). Menggunakan metode observasi, diskusi, penugasan, eksperimen dan proyek dengan menggunakan media bebatuan di lingkungan sekolah pada mata pelajaran IPA tentang “Jenis dan Cara Pelapukan”, dan 2). Menggunakan metode diskusi, karyawisata, penugasan dan tanya jawab dengan media gambar, film, video dan obyek wisata secara langsung. Dua macam alternatif pemecahan di atas setelah dipilah ternyata yang dimungkinkan untuk dilaksanakan adalah untuk IPA adalah : 1). Metode observasi, diskusi dan penugasan dengan media bebatuan yang dibawa siswa atau yang berada dilingkungan sekolah, 2). Sedangkan metode yang dimungkinkan untuk mata pelajaran PKN adalah metode diskusi, penugasan dan tanya jawab dengan media gambar, atlas dan peta. Berdasarkan temuan pada identifikasi masalah, analisis dan hipotesis masalah maka selanjutnya akan dapat ditentukan rumusan masalah dan tujuan terselenggaranya kegiatan PTK saat ini. Pada uraian berikut akan dipaparkan rumusan masalah, tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dan manfaat dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas maka berikut akan dirumuskan masalah yang akan dikaji pada kesempatan ini adalah : 1. Apakah dengan menggunakan metode observasi dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran menganai jenis-jenis pelapukan? 2. Apakah penggunaan metode diskusi dan penugasan dengan media bebatuan disekitar sekolah siswa dapat meningkatkan pemahaman tentang cara-cara pelapukan batuan? 3. Apakah dengan metode diskusi dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran jenis-jenis kenampakan alam buatan? 4. Apakah dengan menggunakan media peta dan atlas siswa dapat meningkatkan pemahaman terhadap pembelajaran kenampakan alam buatan?
C.
TUJUAN PERBAIKAN
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bagian rumusan masalah maka berikut akan dijelaskan tujuan diselenggarakannya Penelitian Tindakan Kelas : 1. Melalui penggunaan metode obeservasi siswa dapat mendeskrPKnikan jenis-jenis pelapukan batuan pada pembelajaran IPA di Kelas V SD 4 Seraya Barat. 2. Melalui penggunaan metode diskusi dan penugasan dengan media bebatuan di sekitar sekolah siswa dapat mendeskrPKnikan cara-cara pelapukan batuan pada pembelajaran IPA di Kelas V SD 4 Seraya Barat.
3. Melalui penggunaan metode diskusi siswa dapat mendeskrPKnikan jenis jenis kemanpakan alam buatan pada pembelajaran PKN di Kelas V SD 4 Seraya Barat. 4. Melalui penggunaan media peta dan atlas siswa dapat mendeskrPKnikan kemanpakan alam buatan pada pembelajaran PKN di Kelas V SD 4 Seraya Barat.
D.
MANFAAT PERBAIKAN
Adapun manfaat diselenggarakannya Penelitian Tindakan Kelas saat ini adalah sebagai berikut : 1. Melalui kegiatan penelitian tindakan kelas ini siswa diharapkan lebih memahami konsep “Jenis dan Cara-cara Pelapukan Batuan” pada mata pelajaran IPA dan “Kenampakan Alam Buatan” pada mata pelajaran PKN. 2. Melalui kegiatan ini diharapkan guru dapat menerapkan pola pembelajaran yang lebih mengedepankan keterlibatan siswa yang lebih besar. 3. Dengan adanya kegiatan ini guru berharap dapat belajar bekerja lebih professional. 4. Harapan agar teman sejawat dapat ikut melakukan kegiatan sejenis. 5. Harapan agar pengembangan kebijakan pendidikan agar lebih inten melaksanakan program penelitian tindakan demi kemajuan pendidikan secara menyeluruh.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. KARAKTERISTIK ANAK SEKOLAH DASAR
Sekolah Dasar pada hakekatnya adalah merupakan satuan institusi yang menyelenggarakan pelayanan pendidikan di bidang pengajaran pada tingkat dasar. Penyelenggaraan dan pendukung utama suatu institusi pendidikan sekolah dasar adalah masyarakat yang didelegasikan operasionalnya oleh lembaga sosial kemasyarakatan dan pemerintah. Secara teknis pendidikan di SD melingkupi wilayah membimbing, mengajar dan melatih peserta didik yang berumur sekitar 6-12 tahun. Harapannya adalah untuk dapat memiliki kemampuan dasar dalam aspek intelektual, sosial, personal yang terintergrasi sesuai dengan aspek perkembangannya. Hal tersebut memiliki pengertian bahwa secara mendasar proses pendidikandi SD menempatkan siswa dalam posisi subyek yang aktif, sedangkan guru berada di posisi membantu siswa dalam rangka proses memecahkan masalah yang ditemukan dalam kegiatan belajar. Sehingga harapannya adalah anak SD dapat berkembang secara optimal sesuai dengan karakteristik perkembangannya. Agar mampu berkembang
secara
menciptakan kondisi optimal
maka
guru
yang
memungkinkan
penting
memahami
siswa
SD
tugas-tugas
perkembangan anak SD. Menurut Piaget dalam Nurcencana (1999) anak usia SD merupakan tahapan yang sangat penting dalam mempelajari aspek pengetahuan, moral dan nilai-nilai. Anak SD merupakan anak dengan katagori banyak mengalami perubahan yang sangat drastic baik mental maupun fisik. Usia anak
SD yang berkisar antara 6-12 tahun menurut Seifert dan Haffung memiliki tiga jenis perkembangan : 1. Perkembangan Fisik Hal tersebut mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan tulang. Pada usia 10 tahun baik laki-laki maupun perempuan tinggi dan berat badannya bertambah kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah usia remaja yaitu 12-13 tahun anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada laki-laki, Sumantri dkk (2005). 2. Perkembangan Kognitif Hal tersebut mencakup perubahan-perubahan dalam perkembangan pola pikir. Perkembangan kognitif seperti dijelaskan oleh Jean Piaget dapat dijelaskan berdasarkan tiga pendekatan perkembangan yaitu : a. Tahapan Pra Operasional b. Tahapan Operasional Konkrit c. Tahapan Operasional Formal 3. Hal tersebut berkaitan dengan perkembangan dan perubahan emosi individu. Seperti dijelaskan oleh Robert J. Havighurst mengemukakan bahwa setiap perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspek lain seperti diantaranya adalah aspek psikis, moral dan sosial. Sejalan dengan Robert J. Havighurst di atas, Syaodih (2007) menjelaskan tahapan perkembangan anak jika dipandang dari aspek psikis, moral dan sosial adalah : Ketiga jenis perkembangan tersebut berjalan tergantung dari perkembangan masing-masing jenis seperti tersebut di atas yang berbeda. Hal tersebut tergantung dari variabel stimulant yang mendorong. Apabila rangsangan fisik
yang sering diberikan maka faktor fisik anak yang berkembang demikian juga halnya dengan faktor kognitif dan psikososial.
B. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN IPA SD
Pembelajaran IPA di SD jika dihubungkan dengan karakter anak SD merupakan suatu keharusan bagi guru untuk mengkemas pola pembelajaran agar menarik dengan menggunakan pendekatan, metode dan teknik yang menarik yang dukungan media pembelajaran yang menarik pula. 1. Pendekatan Pembelajaran IPA di SD
Pendekatan pembelajaran adalah suatu usaha dari guru mencari titik temu antara komponen pembelajaran yaitu siswa dan sumber belajar, media dan lingkungan belajar dalam pelaksanaan pembelajaran. Usaha mencari titik temu tersebut sangat penting dilakukan untuk mencari metode pembelajaran yang tepat. Beberapa pendekatan yang relevan penggunaannya pada mata pelajaran IPA adalah pendekatan yang berbasis pemecahan masalah di antaranya adalah : a. Model pendekatan inquiri, yang bertujuan membimbing siswa agar menemukan fakta, konsep dan pemahaman sendiri dengan campur tangan guru secara tepat pada simpul-simpul masalah tertentu dengan timing yang tepat. b. Model pendekatan keterampilan proses yang mengarahkan siswa pada pola pembelajaran bermakna dimana hasil dan jawaban bukan semata-mata yang harus dicapai tetapi yang lebih penting adalah proses mendapatkan hasil dan alasan di balik jawaban yang dikemukakan.
c. Model pendekatan CTL (Contextual Learning), yang mana saat proses pembelajaran berlangsung diselenggarakan dalam suasana pemecahan masalah yang menggunakan contoh dan permasalahan konkrit kekinian dan relevan dengan situasional lingkungan siswa. d. Model pendekatan berbasis proyek, dimana siswa dalam proses belajar memecahkan
suatu
permasalahan
menggunakan
prosedur
yang
membutuhkan kemandirian dan suasana kerjasama tim yang solid. e. Model pendekatan quantum teaching, dimana siswa ditempatkan pada subyek pembelajaran dalam suasana pengelolaan kelas atraktif, dan komunikatif
sehingga
proses
belajar
menjadi
lebih
menantang,
menyenangkan dan memotivasi. Model pendekatan di atas jika dilaksanakan secara konsisten akan menghasilkan suatu pembelajaran IPA yang fokus pada penyediaan serangkaian pengalaman belajar berupa kegiatan nyata yang rasional, bermakna dan memungkinkan terjadinya interaksi sosial dalam bentuk kerjasama kelompok. 2. Metode Pembelajaran IPA
Berangkat dari penjelasan mengenai pendekatan di atas maka berikut beberapa metode yang relevan dengan beberapa model pendekatan di atas. a. Model pendekatan inquiri lebih menekankan pada aspek kegiatan menemukan konsep dari fakta yang ada. Berdasarkan penekanan itu maka metode yang relevan adalah eksploratif, demonstrasi dan eksperimen. b. Metode pendekatan keterampilan proses menekankan pada aspek proses pembelajaran bukan semata hasil. Berdasarkan penekanan tersebut itu maka
metode
yang
relevan
adalah
eksperimen,
demonstrasi,
eksploratif,
penugasan dan diskusi. c. Model pendekatan CTL adalah pendekatan yang menekankan pada aspek konteks pembahasan dalam kelas saat itu sesuai dengan masalah yang sering siswa hadapi sehingga memiliki kebermaknaan tinggi. Berdasarkan penekanan tersebut maka metode yang relevan adalah metode ceramah interaktif, presentasi, demonstrasi, simulasi, diskusi kelas dan tanya jawab. d. Model pendekatan berbasis proyek adalah pendekatan yang menekankan pada aspek penugasan terstruktur dengan bantuan LKS dimana siswa diwajibkan melaporkan hasil kegiatan. Metode yang sesuai dalam hal ini adalah metode eksperimen, demonstrasi, eksplorasi, penugasan, diskusi kelas, presentasi dan observasi. e. Metode pendekatan quantum teaching adalah pendekatan yang menekankan keterlibatan siswa
secara penuh
dalam
proses pembelajaran yang
mengadopsi pendekatan inkuiri, keterampilan proses, CTL dan berbasis proyek dengan titik penekanan berbeda tergantung dari karakteristik materi yang dibawakan. Metode yang dibawakan adalah metode multimedia dengan mempertimbangkan bahwa siswa berpotensi mempunyai kecerdasan berganda (multiple intelligence) dengan syarat stimulant yang mengenai simpul dan timing tepat. Hal lain yang penting dari model pendekatan quantum teaching adalah penggunaan media yang beragam atau diistilahkan multimedia. Berdasarkan rekomendasi dari Sutarno (2000) bahwa metode yang sering digunakan dalam proses pembelajaran IPA adalah metode ceramah, demonstrasi,
diskusi, eksperimen, karya wisata, penugasan, tanya jawab, penugasan dan latihan, simulasi, proyek dan studi lapangan atau observasi. Dalam beberapa kasus kita sebagai guru tidak dapat menggunakan metode secara tunggal dalam proses pembelajaran akan tetapi kadangkala harus memilih lebih dari satu metode. Istilah yang tepat untuk menggambarkan hal tersebut adalah penggunaan metode secara variasi atau dengan kata lain adalah metode multimedia.
3. Media Pembelajaran IPA
Definisi media pembelajaran menurut Winataputra (1997) yaitu : 1) Media pembelajaran merupakan wahana dari informasi dimana oleh sumber ingin diteruskan kepada penerima pesan, 2) Informasi atau bahan ajar yang disampaikan adalah materi pelajaran, 3) Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar pada diri siswa. Gagne seperti yang dikutip Rahadi (2004) mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Senada dengan itu Briggs mengartikan bahwa media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar. Definisi di atas sejalan dengan teori-teori bahwa anak usia SD berada dalam taraf berfikir konkrit, dengan demikian guru dalam kegiatan mengajarnya perlu secara kontinyu menggunakan media pembelajaran dengan pertimbangan bahwa salah satu nilai yang dikandungnya yaitu dapat mengkonkritkan sesuatu yang abstrak. Selain itu untuk menarik perhatian dan partisipasi siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk belajar, serta menumbuhkan rasa ingin tahu. Semiawan (2006) mengemukakan perlunya media, yaitu : 1) Media yang sesuai dengan materi pelajaran dan karakteristik anak didik mampu memberikan suatu
pengalaman baru yang bisa mengubah perilaku melalui aktifitas kewajiban sendiri, 2) Media mampu mengoptimalisasikan fungsi panca indra dalam proses belajar siswa, 3) Media mampu merangsang imajinasi siswa dan memberikan kesan yang mendalam, jika diciptakan dan digunakan secara seimbang dan sesuai dengan materi pembelajaran. Senada dengan pendapat Semiawan, Kemp dan Dayton, (1985) dalam Rahadi, (2004) mengidentifikasikan beberapa media dalam pembelajaran yaitu : 1) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan, 2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, 3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, 4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga, 5) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, 6) Memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, 7) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar, 8) Dapat merubah sikap guru kea rah yang lebih positif dan produktif. Media pembelajaran IPA di SD berdasarkan perkembangan yang terjadi jumlah dan jenisnya sangat banyak dan bervariasi, baik media yang sengaja dirancang khusus untuk keperluan-keperluan pembelajaran maupun yang tidak dirancang secara khusus namun dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran. Jenis media pembelajaran IPA di SD ada yang berupa visual, audio dan media audio visual. Bahkan menurut modelnya ada yang berbentuk model padat, penampang dan bermodelkan kerja, ada juga yang berupa model tiga dimensi. Penelitian perbaikan mata pelajaran IPA ini menggunakan media konkrit visual berupa bebatuan yang ada disekitar sekolah agar siswa secara alami terangsang sisi rasa ingin tahunya terhadap lingkungan sekitar sambil berusaha mencintai alam itu sendiri. Interaksi siswa dengan media berkarakteristik seperti itu
menandakan keterlibatan seluruh komponen panca indra siswa yang tinggi, dimana hal tersebut akan dapat berdampak kepada perubahan struktur kognitif siswa. Proses adaptasi intelegensi melalui akomodasi dan asimilasi seperti pandangan Piaget akan terjadi. Dimana Piaget mengistilahkan belajar sebagai suatu proses adapts intelegensi yang mengalami dua proses yaitu akomodasi dan asimilasi. Akomodasi adalah proses penggantian konsep lama oleh konsep baru, sedangkan asimilasi adalah penggabungan konsep lama dengan konsep baru.
C. KARAKTERISITK PEMBELAJARAN PKN SD 1. Pendekatan Pembelajaran PKN SD
Sebagaimana
lazimnya
semua
mata
pelajaran,
mata
pelajaran
Kewarganegaraan memiliki visi, misi, tujuan dan stuktur keilmuan mata pelajaran. Visi mata pelajaran Kewarganegaraan adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembina watak bangsa ( nation and character building ) dan pemberdayaan warganegara. Misi mata pelaj aran Kewarganegaraan adalah untuk warganegara yang baik, yakni warganegara yang memiliki kesadaran politik, kesadaran hukum, dan kesadaran moral ( KBK 2004 : 2 ). Sedangkan tujuan dari Mata pelajaran Kewarganegaraan adalah mengembangkan potensi sbb: a.
Memiliki kemampuan berpikir secara rasional, kritis dan kreatif, sehingga mampu memahami wacana Kewarganegaraan.
b.
Memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab sebagai warga negara dan warga masyarakat.
c.
Memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma norma yang berlaku dalam dalam kehidupan bermasyarakat. Struktur keilmuan mata pelajaran Kewarganegaraan mencakup dimensi
pengetahuan Kewarganegaraan (civic knowldge ), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan watak atau karater kewarganegaraan (civic dispositions) Secara garis besar, dimensi pengetahuan Kewarganegaraan (civic knowldge) yang tercakup dalam mata pelajaran kewarganegaraan mencakup politik, hukum dan moral, artinya mata pelajaran kewarganegaraan merupakan bidang kajian antar disiplin. Lebih rinci materi pengetahuan Keawarganegaraan meliputi pengetahuan hak dan tanggung jaeab warganegara, hak azasi manusia, prinsip prinsip dan proses demokrasi lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasarkan hukum (rule of low ) dan peradilan yang bebas tidak memihak, konstitusi serta nilai nilai dan norma norma dalam masyarakat. Keterampilan Kewarganegaraan (civic skills) meliputi keterampilan intektual (intlektual skills) dan keterampilan berpartisipasi (participatory skills) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keterampilan intelektuan contohnya adalah keterampilan dalam merespon berbagai persoalan politik, seperti perlu tidaknya
kampanye
secara
massal.
Keterampilan
berpartisipasi
seperti
keterampilan menggunakan hak dan kewajiban dibidang hukum antara lain, perlu tidaknya melapor kepada polisi atas terjadinya kejahatan yang diketahui. Watak atau karater Kewarganegaraan (civic dispositions) sesungguhnya merupakan dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran Kewarganegaraan, yang dapat dipandang sebagai “ muara “ dari kedua dimensi
sebelumnya. Dengan memperhatikan misi, visi dan tujuan mata pelajaran Kewarganegaraan dengan pemberian penekanan pada dimensi watak karakter, sikap dan hal-hal yang bersifat afektif ( KBK 2004 : 4 ). Melihat
penjelasan di atas maka model pendekatan yang
tepat
diberlakukan pada mata pelajaran PKN adalah sebagai berikut : a. Model pendekatan inquiri, yang bertujuan membimbing siswa agar menemukan fakta, konsep dan pemahaman sendiri dengan campur tangan guru secara tepat pada simpul-simpul masalah tertentu dengan timing yang tepat. b. Model pendekatan keterampilan proses yang mengarahkan siswa pada pola pembelajaran bermakna dimana hasil dan jawaban bukan sematamata yang harus dicapai tetapi yang lebih yang penting adalah proses mendapatkan hasil dan alasan dbalik jawaban yang dikemukakan. c. Model pendekatan CTL (Contekstual Learning), yang mana saat proses pembelajaran berlangsung diselenggarakan dalam suasana pemecahan masalah yang menggunakan contoh dan permasalahan konkrit kekinian dan relevan dengan situasional lingkungan siswa. d. Model pendekatan berbasis proyek, dimana siswa dalam proses belajar memecahkan
suatu
permasalahan
menggunakan
prosedur
yang
membutuhkan kemandirian dan suasana kerjasama tim yang solid. e. Model pendekatan quantum teaching, dimana siswa ditempatkan pada subyek pembelajaran dalam suasana pengelolaan kelas yana atraktif, dan komunikatif
sehingga
proses
menyenangkan dan memotivasi.
belajar
menjadi
lebih
menantang,
f. Model pendekatan Ilmu Teknologi Masyarakat (ITM) yang dikemukakan oleh Richard C. Remy (1990) yang mengemukakan bahwa pelaksanaan pembelajaran PKN tidak terlepas kaitannya dengan perkembangan isu-isu sosial yang berkembang yang dominan menyangkut membahas pengaruh perkembangan teknologi pada berbagai aspek perikehidupan sosial kemasyarakatan.
Melihat beberapa alternatif pendekatan yang dijelaskan di atas maka mata pelajaran PKN memiliki persamaan dengan dengan mata pelajaran IPA di atas dimana dalam pelaksanaan pembelajaran hendaknya kita peka dalam memilih dan meramu dalam berbagai pendekatan sehngga tercapai titik temu antara karakteristik materi yang dibawakan dengan karakterisitik siswa dengan sumber belajar dan lingkungan belajar dalam konteks siswa di SD Negeri 4 Seraya Barat. Kaitanya dengan kegiatan perbaikan
pembelajaran saat ini, yang mengambil
materi “Kenampakan Alam Buatan” maka model pendekatan inquiri, CTL, quantum teaching dan ITM layak menjadi pertimbangan. Penggunaan pendekatan seperti itu akan mempunyai dampak signifikan terhadap perbaikan pembelajaran jika diaktualisasikan pelaksanaannya melalui penggunaan metode dan media yang relevan.
2. Metode Pembelajaran Mata Pelajaran PKN di SD
Aplikasi dari berbagai alternatif pendekatan di atas pada tataran pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran PKN di SD diwujudkan dalam bentuk penerapan metode-metode pembelajaran Sesungguhnya segala jenis metode
pembelajaran dapat diterapkan dalam pembelajaran mata pelajaran PKN di SD. Hanya yang perlu ditekankan adalah pemilihan, pemilahan dan peramuan berbagai macam metode harus sedapat mungkin mungkin selaras dengan karakterisitik materi, siswa, sumber belajar dan lingkungan belajar dalam situasi kontekstual di kelas V di SD No 4 Seraya Barat. Metode-metode tersebut dapat dipilah dalam dua bagian besar sesuai dengan karakter metode tersebut sesuai dengan jiwa aliran dan paham pendidikan yang melandasinya. Saat ini terdapat dua paham pendidikan yang sedang hangat dibicarakan dalam berbagai kesempatan, yaitu paham behavioristik dan paham konstruktifistik. Dan seolah ingin menjadi penengah dari dua paham besar tersebut maka terdapat paham humanistis. Secara sepintas dapat digambarkan bahwa paham behavioristik yang dikemukakan oleh Skinner, John Locke dan lain-lain, paham konstruktifistik dipopulerkan oleh Piaget, Vigotzky dan kawan-kawan sedangkan paham humanisme dipelopori oleh Maslow. Beragam jenis metode yang popular digunakan saat ini adalah metode ceramah, diskusi, tanya jawab, penugasan, pemecahan masalah, observasi, kelompok kerja, karya wisata, demonstrasi dan simulasi. Pada pelaksanaan pembelajaran penerapan metode tersebut dapat dilakukan secara tunggal dan gabungan
beberapa
metode
secara
variatif
atau
yang
dikenal
dengan
multimetode.Sebab dengan penerapan metote secara variatif multimetode berdampak pada proses penyerapan materi pembelajaran secara simultan melalui lebih dari satu input pada panca indra siswa. Masukan yang dterima siswa berdasarkan berbagai masukan panca indra akan memiliki kebermaknaan belajar yang tinggi dimana dapat mempercepat proses pembelajaran. Harapanya adalah
hasil belajar yang didapatkan dari evaluasi hasil belajar akan meningkat baik secara klasikal maupun individual.
3. Media Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Pada pembelajaran mata pelajaran PKN saat ini penggunaan media pembelajaran yang merujuk pada tujuan kegiatan perbaikan adalah kenampakan alam buatan yang ada dari yang dekat sampai penjuru dunia, seperti bendungan, embung, bangunan monumental seperti candi, pura hingga kepada bangunan yang termasuk ke dalam keajaiban dunia. Objek semacam itu adalah merupakan sebuah hayalan
jika
kita
tidak
mempunyai
strategi
dalam
menyelenggarakan
pembelajaran. Sebabnya adalah kita tidak mungkin menampilkan suatu obyek nyata di depan kelas. Fungsi strategi adalah untuk menemukan cara untuk menyajikan suatu proses pembelajaran di tengah keterbatasan pengetahuan guru dan sumber belajar dengan menggunakan metode tertentu sesuai karakteristik media dan materi; Media adalah salah satu alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan pembelajaran agar sampai kepada penerima pesan yaitu siswa. Media yang tepat dalam hal ini adalah visualisasi dan deskrPKni dari obyek yang disajikan. Proses visualisasinya adalah tergantung ketersediaan dari peralatan dan media itu sendiri. Bentuk visualisasi dapat berupa gambar dua dimensi, tiga dimensi, gambar bergerak atau video dan sebagainya. Akan tetapi dalam kesempatan perbaikan kali ini akan disajikan hanya berupa gambar berupa foto dua dimensi tentang kenampakan alam buatan.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah lokasi dari obyek kenampakan alam buatan tersebut disajikan dalam bentuk peta, atlas dan globe. Peta dan atlas adalah gambar dua dimensi dari kemanpakan permukaan bumi pada daerah tertentu. Sedangkan globe adalah bentuk dari miniatur bumi yang juga disajikan kenampakan permukaan bumi secara lebih mendekati aslinya. Dengan media atlas, peta dan globe maka pemahaman siswa tentang gambaran lokasi secara ruang lebih baik. Hal tersebut disebabkan penampakan daerah lokasi obyek dari kenampakan alam buatan baik media gambar dan lokasinya lebih mendetail. Harapannya adalah siswa dapat lebih memahami kenampakan alam buatan secara lebih bermakna tidak sekedar kata-kata deskriptif dan gambar.
D. METODE OBSERVASI 1. Pengertian Metode Observasi
Metode observasi menggunakan
pendekatan
adalah salah kontekstual
satu startegi pembelajaran yang dan
media
asli
dalam
rangka
membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Dengan metode
observasi
siswa
akan
merasa
tertantang
mengeksplorasi
rasa
keingintahuannya tentang fenomena dan rahasia alam yang senantiasa menantang.
2. Manfaat Metode Observasi
Metode observasi sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Dimana proses kognitif siswa akan terangsang melakukan adaptasi berupa akomodasi dan asimilasi menuju point kemajuan. Manfaat yang lain adalah dalam rangka menanamkan rasa cinta kepada lingkungan dan alam.
3. Keunggulan Metode Observasi
Metode observasi memiliki sejumlah keunggulan, diantaranya adalah : a. menyajikan media obyek secara nyata tanpa manipulasi b. mudah pelaksanaannya c. siswa akan merasa senang dan tertantang d. siswa akan memiliki motivasi dalam belajar
4. Kelemahan Metode Observasi
Metode observasi memiliki berbagai kelemahan diantaranya adalah : a. memerlukan waktu persiapan yang lama b. memerlukan biaya dan tenaga yang lebih besar dalam pelaksanaannya c. obyek yang diobservasi akan menjadi sangat kompleks ketika dikunjungi dan mengaburkan tujuan pembelajaran
E. METODE DISKUSI DAN PENUGASAN 1. Pengertian Metode Diskusi dan Penugasan
Metode diskusi dan penugasan adalah bentuk metode variatif yang guru sajikan mengingat seperti yang dinyatakan oleh Clark dalam Semiawan (2005) bahwa pemanfaatan metode yang variatif akan menyebabkan rangsangan
berganda pada panca indra siswa sehingga siswa akan merasakan kebermaknaan belajar yang tinggi. Metode diskusi dan penugasan adalah salah satu trategi pembelajaran yang memanfaatkan
sifat
manusia yang
cenderung
ingin
berkomunikasi
dan
mendapatkan apresiasi. Dengan diskusi sisi social relationsive pada siswa akan muncul apalagi ditambah dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya dalam bentuk penugasan yang oleh mereka diartikan sebagai bentuk penghargaan. Sehingga sisi kepercayaan dirinya akan muncul kepermukaan sehingga penyajian materi dan media gambar kenampakan alam buatan akan bermakna dan melekat lama dalam memori otak siswa. 2. Manfaat Metode Diskusi dan Penugasan
Ada beberapa manfaat dari metode diskusi da penugasan diantaranya adalah : a. Merangsang kreatifitas siswa dalam berpendapat, mengkritik dan bertanya. b. Merangsang rasa dan daya eksploratif siswa c. Menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas. d. Belajar menghargai dan dihargai. 3. Keunggulan Metode Diskusi dan Penugasan
a. Dapat diselenggarakan di kelas b. Siswa tidak merasa terbebani dalam pembelajaran c. Memudahkan guru menemukan persoalan yang belum dipahami siswa dengan menganalisa pertanyaan dan jawaban siswa saat diskusi d. Guru mempunyai waktu untuk mengembangkan materi pembelajaran yang bersifat pengayaan. 4. Kelemahan Metode Diskusi
a. Suasana kelas yang kadang-kadang tidak terkendali b. Target pencapaian kurikulum pembelajaran sesuai program sering tidak tercapai c. Suasana diskusi sering melebar keluar dari konteks tujuan pembelajaran d. Guru sering merasa kekurangan waktu dalam menyajikan pembelajaran
F. METODE PENUGASAN DAN TANYA JAWAB 1. Pengertian Metode Penugasan dan Tanya Jawab
Kedua metode tersebut di atas antara penugasan dan tanya jawab adalah dalam rangka mengatasi materi pembelajaran yang memiliki kekompleksitas yang tinggi dan umum. Dengan strategi menggunakan metode tersebut maka diharapkan pembelajaran dapat mencapai target sesuai tujuan pembelajaran yang sudah dipasang dan mencapai hasil belajar materi tersebut secara signifikan dari siklus sebelumnya. Langkah-langkah yang diambil guru adalah menugaskan siswa untuk menunjukkan lokasi suatu tempat tentang kenampakan alam buatan dan bertanya lebih lanjut tentang nama Negara dan lain sebagainya tentang materi tersebut. Metode penugasan dan tanya jawab mengandung pengertian suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan sisi malas manusia dan keinginan untuk bertanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Maksudnya adalah pada hakekatnya setiap manusia ingin hidup mudah dan tetap seperti itu selamanya. Istilah fisiknya adalah setiap benda mempunyai sifat lembam atau malas. Sedangkan hampir setiap manusia ingin dikatakan baik. Baik itu mengandung arti bartanggung jawab, setia, jujur dan sebagainya. Sehingga
strategi guru adalah memunculkan hal positif yaitu sisi tanggung jawabnya dan meniadakan sisi malasnya dengan memberikan tugas yang sedikit dipaksakan tetapi mendidik. 2. Manfaat Metode Penugasan dan Tanya Jawab
Adapun manfaat penugasan dan tanya jawab adalah : a. Memberikan dorongan agar siswa dapat belajar dan berkembang b. Mengatasi kevakuman dalam pembelajaran c. Mengetahui tingkat pemahaman siswa baik dalam tahapan pra, proses dan pasca pembelajaran. 3. Keunggulan Metode Penugasan dan Tanya Jawab
Adapun keunggulan dari metode penugasan dan tanya jawab adalah sebagai berikut : a. Suasana kelas yang terkendali b. Kelas tidak vakum c. Guru dapat mencapai target pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran 4. Kelemahan Metode Penugasan dan Tanggung Jawab Setiap metode memiliki sisi keunggulan dan kelemahan sehingga tinggal bagaimana upaya guru dalam memanfaatkan sisi baiknya sehingga siswa dapat memanfaatkannya. Barikut sisi lemah dari pada metode penugasan dan tanya jawab : a. Siswa merasa kurang dapat mengekspresikan kreatifitasnya dalam pembelajaran b. Guru harus mempersiapkan banyak pertanyaan c. Kadang-kadang ada siswa yang tidak menjawab pertanyaan guru.
G. MEDIA BEBATUAN, GAMBAR, PETA DAN ATLAS 1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al, 2002; Ibrahim et.al 2001). Media adalah salah satu dari komponen komunikasi yaitu pembawa pesan
dari komunikator
kepada
komunikan, Criticos (1996). Dalam kaitannya dengan pembelajaran maka media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. 2. Media Bebatuan
Media bebatuan sangat akrab dengan kita sehingga sangat mudah dijumpai dalam konteks pembelajaran yang berlangsung di SD No 4 Seraya Barat. Penggunaan media tersebut dalam rangka membahas materi IPA tentang pelapukan. Harapannya siswa dapat memahami materi tentang pelapukan secara biologi, fisika dan kimia. Hal yang diamati adalah bentuk batuan yang besar dengan karakteristiknya yang pecah-pecah akibat akar tumbuhan, pecah karena pengaruh suhu dan cuaca dan pengaruh sat kimia yang dikandung udara dan air. Dalam hal ini proses terjadinya pelapukan hanya dideskrPKnikan secara lisan oleh guru. Sebabnya adalah proses asli maupun manipulasi sangat sulit diamati, kecuali dengan menggunakan fasilitas laboratorium. Sedangkan pada tingkat sekolah dasar belum ada. Sehingga manipulasi hanya digunakan dengan cara sederhana yaitu dengan memanaskan batu sehingga ketika disiram air akan
pecah.
Hal
tersebut
memiliki
tingkat
kegagalan
yang
tinggi
sehingga
membutuhkan persiapan yang lama. 3. Media Gambar Atlas dan Peta
Media adalah salah satu alat yang digunakan dalam penyampaian pesan pembelajaran agar sampai kepada penerima pesan yaitu siswa. Media yang tepat dalam hal ini adalah visualisasi dan deskrPKni dari obyek yang disajikan. Proses visualisasinya adalah tergantung ketersediaan dari peralatan dan media itu sendiri. Bentuk visualisasi dapat berupa gambar dua dimensi, tiga dimensi, gambar bergerak atau video dan sebagainya. Akan tetapi dalam kesempatan perbaikan kali ini akan disajikan hanya berupa gambar berupa foto dua dimensi tentang kenampakan alam buatan. Hal lain yang tidak kalah penting adalah lokasi dari obyek kenampakan alam buatan tersebut dusajikan dalam bentuk peta, atlas dan globe. Peta da atlas adalah gambar dua dimensi dari kenampakan permukaan bumi pada daerah tertentu. Sedangkan globe adalah bentuk dari miniature bumi yang juga disajikan kenampakan permukaan bumi secara lebih mendekati aslinya. Dengan media atlas, peta dan globe maka pemahaman siswa tentang gambaran lokasi secara ruang lebih baik. Hal tersebut disebabkan penampakan daerah lokasi obyek dari kenampakan alam buatan baik media gambar dan lokasinya lebih mendetail. Harapannya adalah siswa dapat lebih memahami kenampakan alam buatan secara lebih bermakna tidak sekedar kata-kata deskriptif dan gambar.
III. PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN A. SUBYEK PERBAIKAN
1.
Lokasi Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan program penelitian tindakan kelas saat ni guru mengambil lokasi di tempat guru mengajar. Yaitu di SD Negeri No 4 Seraya Barat. SD Negeri No 4 Seraya Barat merupakan salah satu dari sekolah dasar di gugus VIII Seraya Barat yang tergolong daerah sulit. Sekolah tempat guru bertugas berlokasi di Banjar Kalanganyar, Desa Seraya Barat, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali. SD yang berdiri atas prakarsa masyarakat Banjar Kalanganyar Desa Seraya Barat tersebut merupakan SD yang latar belakang masyarakat pendukungnya adalah katagori daerah lahan kritis dengan relief permukaannya yang berbukit-bukit. Sebuah dusun yang berada di Desa Seraya Barat mengandalkan penghasilan di bidang pertanian berupa jagung, jambu mete dan kerajinan ate di bidang industri kecil. Kemampuan rata-rata orang tua siswa secara ekonomi tergolong merata pada tingkatan kurang berkecukupan. Yaitu secara umum terlihat dari kesehariannya kebutuhan pokok berupa pangan, sandang dan papan masih belum terpenuhi semua. Mereka mampu makan, berpakaian dan memiliki rumah yang sebagian besar sederhana. Hanya di beberapa tempat secara kualitas hidup masih tergolong rendah. Pendidikan menjadi indikator utama yang menyebabkan rendahnya kualitas hidup. Ini terlihat dari angka putus sekolah di SD masih ada dan angka melanjutkan ke SMP masih rendah. Hal tersebut berimplikasi kepada kesadaran akan pentingnya kesehatan dan estetika. Faktor giografis juga turut menjadi faktor penyumbang rendahnya kualitas hidup. Mengingat setiap tahun daerah ini mengalami musim paceklik air bersih.
Dusun Kalanganyar di Desa Seraya Barat, seluruh masyarakatnya adalah beragama Hindu yang memegang teguh adat istiadat Bali. Karakteristik masyarakat religius yang berbasis adat di Desa Seraya menghabiskan waktu kesehariannya untuk bergotong royong dalam hal beryadnya untuk memohon kesejahteraan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa melalui persembahan suci yang tulus iklas yang disebut yadnya. Hal tersebut sedikit berpengaruh terhadap jam tatap muka di sekolah. Ditambah lagi belum adanya keberpihakan adat untuk mendorong pendidikan warganya juga turut menyumbang rendahnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan untuk memacu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup. SD Negeri No 4 Seraya Barat memiliki 6 kelas dengan jumlah siswa tiap kelas tahun ajaran 2008/2009 adalah kelas I sebanyak 18 orang, kelas II sebanyak 23 orang, kelas III sebanyak 21 orang, kelas IV sebanyak 18 orang, kelas V sebanyak 18 orang dan kelas VI sebanyak 12 orang. Sedangkan jumlah guru di SD Negeri No 4 Seraya Barat adalah 15 orang dengan rincian nama sebagai berikut: Tabel 3. Daftar Nama Guru-guru di SD 4 Seraya Barat
Guru yang memegang kelas V mengasuh anak didik sebanyak 27 orang dengan karakteristik anak yang merata tidak ada yang terlalu menonjol baik dipandang dari segi baik dan buruknya. Kelas V termasuk kelas yang ideal bagi seorang guru SD yang ditandai dengan masih mampunya guru mengelola kelas dengan baik. Dalam pelaksanaan kegiatan PTK kali ini guru dibantu oleh seorang teman sejawat. Posisi teman sejawat dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran berfungsi untuk dapat mereview aspek-aspek kegiatan pembelajaran yang tidak
mungkin diketahui dari sudut pandang guru sendiri. Guru meminta rekomendasi lisan dari kepala sekolah untuk dapat membantu guru dalam mengamati hal-hal yang lepas dari pengamatan guru. Dengan adanya teman sejawat guru merasa terbantu dalam mengamati sikap, perilaku, perhatian dan konsentrasi. Demikian juga teman sejawat dapat mengamati sikap, prilaku dan cara guru dalam membelajarkan siswa. Sehingga dapat member refleksi kepada guru dalam memperbaiki proses pembelajaran. Perbaikan tersebut dilakukan kepada media, metode dan sumber belajar lainnya berdasarkan rekomendasi dari teman sejawat pada kegiatan refleksi siklus. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh teman sejawat adalah : a. Membantu peneliti dalam mengumpulkan data, terutama data pengamatan siswa. b. Membantu guru dalam merefleksikan dirinya sehingga dapat menentukan langkah lanjutan dalam memperbaiki pembelajaran. c. Mengamati faktor-faktor yang terlewatkan oleh guru karena kesibukannya dalam membelajarkan siswa dan mengelola kelas. d. Member masukan sebelum, saat pembelajaran berlangsung dengan memperhatikan waktu yang tepat dan sesudah pelaksanaan untuk sarana pertimbangan refleksi. Berdasarkan pertimbangan guru secara pribadi dan rekomendasi kepala sekolah, maka guru meminta kesediaan seorang teman guru untuk membantu proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran di kelas. Pertimbangan umum yang menjadi acuan adalah faktor senioritas dan profesionalisme. Mempertimbangkan senioritas adalah hal etis dan logis. Dengan hal tersebut maka secara etis kolega
pertemanan akan terjaga dan senior adalah orang yang lebih berpengalaman secara logika dalam bidang pendidikan utamanya pembelajaran. 2.
Waktu Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan tersebut guru laksanakan sesuai dengan rancangan jadwal mata pelajaran. Sehingga siswa tidak merasa terbebani dengan adanya kegiatan penelitian tersebut. Adapun jadwal pelaksanaan yang telah guru rancang sesudah melalui koordinasi dengan Kepala Sekolah SD Negeri No 4 Seraya Barat untuk mendapatkan izin pelaksanaan.
B. DESKRPKNI SIKLUS PERBAIKAN
Pelaksana kegiatan perbaikan pembelajaran dilaksanakan mengikuti jadwal yang sudah ditentukan. Langkah-langkah yang dilakukan bermula dari persiapan secara umum dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan refleksi siklus dan pelaporan. 1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan adalah melakukan identifikasi masalah yang dilanjutkan dengan analisis masalah. Masalah yang ditemukan dianalisis agar dapat menentukan penyebab dari permasalah tersebut sehingga dapat ditentukan alternatif pemecahannya. Berangkat dari alternatif pemecahan tersebut kita dapat merumuskan masalah yang dilanjutkan dengan perumusan tujuan penelitian tindakan kelas. Masalah dan perumusannya didiskusikan bersama teman sejawat dan Kepala Sekolah untuk mendapat masukan sehingga dalam pelaksanaan perbaikan mendapat dukungan.
Berdasarkan pertimbangan teman sejawat dan Kepala Sekolah maka turunlah rekomendasi pelaksanaan No. 421.7/35/TK.SD/Cab, Dipendik tentang Kegiatan Perbaikan Pembelajaran IPA dan PKN di SD Negeri No 4 Seraya Barat, Desa Seraya Barat, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali, Tahun 2008/2009.
Setelah
turunnya
rekomendasi
tersebut
maka
secara
resmi
Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran bagi guru dilaksanakan yang diawali dengan penyusunan RPP mata pelajaran IPA dan PKN dilengkapi dengan instrument pelaksanaan lainnya. 2. Pelakasanaan Kegiatan
Pada tahapan pelaksanaan ini diawali dengan pengarahan kepada siswa bahwa mulai tanggal 20 April 2009 diadakan kegiatan perbaikan pembelajaran yang memperbaiki kegiatan pembelajaran tanggal 13 April 2009 untuk mata pelajaran IPA. Untuk mata pelajaran PKN dilaksanakan tanggal 5 Mei 2009 untuk memperbaiki hasil pelaksanaan pembelajaran tanggal 14 April 2009. a. 1.
Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran IPA Siklus I tanggal 20 April 2009 Kegiatan Inti (45 manit) a)
Guru menjelaskan tentang pelapukan
b)
Guru menjelaskan proses dan cara pelapukan bebatuan yang diselingi dengan tanya jawab tentang jenis-jenis pelapukan.
c)
Guru dan siswa berdiskusi tentang proses pelapukan.
d)
Guru dan siswa berdiskusi tentang jenis-jenis pelapukan.
e) 2.
b. 1.
Guru dan siswa bertanya jawab tentang proses dan jenis pelapukan.
Kegiatan Akhir (15 menit) a)
Guru bersama-sama siswa merangkum hasil kegiatan pembelajaran
b)
Guru memberikan PR
c)
Guru mengadakan evaluasi
Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran IPA Siklus II tanggal 27 April 2009 Kegiatan Inti (45 manit) a)
Guru dengan bantuan siswa mendemonstrasikan tentang pelapukan pelapukan dengan menggunakan media batu
b)
Guru menjelaskan proses dan cara pelapukan bebatuan yang diselingi dengan tanya jawab tentang jenis-jenis pelapukan
c)
Guru membagikan LKS
d) Murid dengan penguatan guru melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk gambar. e)
Salah satu dari wakil kelompok maju ke depan kelas melaporkan cara pelapukan batuan sesuai hasil percobaan yang dilakukan
f)
Guru memberi penghargaan bagi siswa yang dapat melaporkan percobaan dengan tepat
g)
Guru dengan bantuan siswa meluruskan hasil percobaan yang keliru.
2. Kegiatan Akhir (15 menit) a) Guru bersama-sama siswa merangkum hasil kegiatan pembelajaran b) Guru memberikan PR c) Guru mengadakan evaluasi Berikut adalah prosedur siklus I dan 2 untuk mata pelajaran PKN a.
1.
Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran PKN Siklus I tanggal 5 Mei 2009 Kegiatan Inti (45 menit) a)
Guru memberikan penjelasan bahwa kenampakan alam buatan dapat merugikan dan menguntungkan bagi kepentingan manusia
b)
Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok diberi LKS yang berbeda
c)
Guru mengeluarkan 4 buah peta dan membagikannya kepada kelompok
d)
Siswa mengamati peta sesuai dengan petunjuk LKS
e)
Guru membimbing dan mengawasi siswa dalam pelaksanaan diskusi
f)
Salah satu wakil kelompok melaporkan hasil diskusi di depan kelas
g) Guru memberi penguatan h)
Guru menugaskan siswa berdiskusi tentang keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan akibat kenampakan alam buatan.
2. Kegiatan Akhir (15 menit)
b.
1.
a)
Guru bersama-sama siswa merangkum hasil kegiatan pembelajaran
b)
Guru memberikan PR
c)
Guru mengadakan evaluasi
Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran PKN Siklus II tanggal 12 Mei 2009 Kegiatan Inti (45 menit) a)
Guru memberikan penjelasan bahwa kenampakan alam buatan dapat merugikan dan menguntungkan bagi kepentingan manusia
b)
Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok diberi LKS yang berbeda
c)
Guru mengeluarkan 4 buah peta dan membagikannya kepada kelompok
d)
Siswa mengamati peta sesuai dengan petunjuk LKS
e)
Guru membimbing dan mengawasi siswa dalam pelaksanaan diskusi
f)
Salah satu wakil kelompok melaporkan hasil diskusi di depan kelas
g) Guru memberi penguatan h)
Guru
menampilkan
gambar-gambar
kenampakan
alam,
dan
mengadakan tanya jawab tentang keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan akibat kenampakan alam buatan.
2.
3.
Kegiatan Akhir (15 menit) a)
Guru bersama-sama siswa merangkum hasil kegiatan pembelajaran
b)
Guru mengadakan evaluasi
Pelaporan
Laporan adalah syarat mutlak bagi sebuah karya ilmiah untuk tujuan publikasi berupa laporan kepada institusi resmi yang selanjutnya diterbitkan dalam bentuk jurnal. Laporan penelitian menuntut suatu keabsahan ilmiah yang sebelumnya diuji validitasnya dari segi akademik melalui beberapa tahapan seperti : a.
Penulisan konsep laporan yang dimulai dari penulisan pokok-pokok pikiran, kerangka konsep laporan dan pengembangan berdasarkan fakta.
b.
Penyuntingan adalah kegiatan memperkaya dasar pijakan bagi pengembangan penulisan laporan melalui pencarian referensi.
c.
Seminar/diskusi baik luas maupun terbatas di lingkungan teman sejawat yang memiliki wawasan akademik memadai. Hal ini bertujuan untuk menguji keabsahan laporan yang berisi kumpulan fakta yang dikaitkan dengan teori sebelumnya melalui landasan argumentasi yang logis dan ilmiah.
d.
Perbaikan dari segi landasan teori dan hubungannya dengan analisis dari fakta, tata kalimat, tata bahasa, estetika kalimat dan ejaan yang digunakan. Perbaikan ini mengacu pada masukan saat mengadakan seminar aademik.