FAKTOR FAKTOR – FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENG MEMPENGARUHI ARUHI KELUHAN KELUHAN LOW LOW BACK PAIN PADA PAIN PADA KEGIATAN MENGEMUDI TIM EKSPEDISI PT ENSEVAL PUTERA MEGATRADING JAKARTA TAHUN 2010 SKRIPSI
OLEH: TRIMUNGGARA KANTANA (106101003360)
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan merupakan hasil karya karya asli saya yang yang diajukan diajukan untuk memenuhi memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan penulisan ini ini telah saya cantumkan cantumkan sesuai dengan ketentuan ketentuan yang berlaku berlaku di Fakultas Fakultas Kedokteran Kedokteran dan dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata. 3. Jika dikemudi dikemudian an hari hari terbukti terbukti bahwa karya ini bukan bukan hasil hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta Jakarta,, 24 Novemb November er 2010
Trimunggara Kantana
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skri Sk rips psi, i, Dese Desemb mber er 2010 2010 Trimunggara Kantana, NIM: 106101003360 Faktor Faktor – Faktor Faktor Yang Mempengar Mempengaruhi uhi Keluhan Keluhan Low Back Pain Pada Kegiatan Mengemudi Mengemudi Tim Ekspedisi PT Enseval Putera Putera Megatrading Megatrading Jakarta Tahun 2010
xx + 110 110 hala halama man,1 n,122 tabe tabel,l, 10 gamb gambar ar,, 2 baga bagan, n, lamp lampir iran an ABSTRAK
merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Low back pain dapat disebabkan oleh berbagai penyakit musculoskeletal, gangguan psikologis dan mobilisasi yang salah. Tim ekspedisi ekspedisi PT Enseval Enseval Putera Putera Megatrading Megatrading lebih lebih banyak melakukan melakukan pekerjaan mengemudi, baik motor ataupun mobil, rata – rata mereka mengemudi di atas 6 jam sehari. Menurut studi pendahuluan yang dilakukan di perusahaan tesebut , pada 10 orang tim ekspedisi yang menggunakan motor dan 10 orang yang menggunakan mobil didapati seluruhnya pernah mengalami keluhan low back pain. Penelit Penelitian ian ini bertuj bertujuan uan untuk untuk mengetah mengetahui ui faktor faktor – faktor faktor yang mempeng mempengaruh aruhii keluhan low back pain pada kegiatan mengemudi tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading Megatrading tahun 2010 2010 yang terdiri terdiri dari faktor pekerjaan, pekerjaan, usia, usia, kebiasaan kebiasaan merokok, merokok, kebiasaan olahraga, tinggi badan, obesitas, masa kerja, dan durasi mengemudi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember 2010. Penelitian ini menggunakan sampel jenuh yaitu sebanyak 41 pekerja. Uji statistik menggunakan chi square dan uji non parametrik Mann Whitney untuk variabel masa kerja dan durasi mengemudi per hari untuk melihat adanya hubungan antara kedua variabel. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui gambaran keluhan low back pain yang dirasakan pekerja adalah 28 pekerja (68,3 %) mengeluh low back pain dan 13 pekerja tidak mengeluh low back pain. Didapatkan faktor usia mempengaruhi terjadinya keluhan low back pain dengan P value 0,017, yang artinya usia pekerja mempunyai mempunyai hubungan yang bermakna dengan keluhan low back pain. Oleh karena itu, disarankan kepada perusahaan agar mengatur ulang rute perjalanan yang dilalui oleh pekerja atau melakukan rotasi rute yang dilalui pekerja. Lalu melakukan kerjasama dengan pihak ketiga untuk memberikan pelatihan tata cara mengemudi yang baik, untuk melakukan pengecekan kesehatan, dan untuk melakukan pengecekan terhadap kondisi kendaraan. Selain itu bagi para pekerja hendaknya hendaknya mulai mulai membiasakan membiasakan diri diri untuk untuk tidak tidak merokok merokok karena selain selain dapat dapat meyebabkan terjadinya keluhan low back pain, merokok juga dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Pekerja juga disarankan agar lebih menyesuaikan posisi Low back pain
duduknya senyaman mungkin, terutama bagi pekerja yang memiliki tinggi badan ≥ 163 cm. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengikutsertakan variabelvariabel lain yang diduga berhubungan dengan keluhan low back pain yang tidak diteliti pada penelitian ini seperti variabel lingkungan dan melengkapi keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini. Daftar Bacaan : 41 (1980 - 2010)
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH Undergraduated Thesis, December 2010 Trimunggara Kantana, NIM: 106101003360 The Factors Affecting The Low Back Pain Complaints On Expedition Team Driving Activities PT Enseval Putera Megarading, Jakarta in 2010
xx + 110 pages, 12 tables, 10 drawings, 2 charts, attachments ABSTRACT
Low back pain is one of musculoskeletal disorders caused by poor body activity. Low back pain can be caused by a variety of musculoskeletal diseases, psychological disorders and wrong mobilization. The expedition team of PT Enseval Putera Megatrading more driving job, either motorcycle or car average they drove over 6 hours a day. According to preliminary studies conducted at the company, the expedition team of 10 people who use motorcycles and 10 people using the car found all had experienced low back pain complaints. This research aims to identify factors that influence low back pain complaints in the driving activities of the expedition team which consists of job factors, age, smoking habits, exercise habits, height, obesity, period of employment, and duration of driving. This research is a quantitative research with cross sectional design conducted in August through December 2010. This research used a sample that is saturated as much as 41 workers. Statistical test using the chi square test and non parametric Mann Whitney test for variable period of employment and duration of driving to see a relationship between two variables. The result of research is 28 workers (68.3%) complained of low back pain and 13 workers did not complain of low back pain. The age factor influencing the occurrence of low back pain complaints with P value 0.017, which means age workers have a significant correlation with low back pain complaints. Therefore, it is suggested to the company to reset the route through which the workers or do the rotation route. Then do the agreements with third parties to provide good driving training, to perform health checks, and to check the condition of the vehicle. In addition, workers should begin to familiarize themselves not to smoke because in addition to causing the occurrence of low back pain complaints, smoking can also cause various diseases. Workers are also advised to adjust the position of his seat as comfortable as possible, especially for workers who have height ≥ 163 cm.
For further research is expected to include other variables that allegedly associated with low back pain complaints are not investigated in this study, such as environment variables and complement the limitations contained in this research. Reading List : 41 (1980 - 2010)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELUHAN LOW BACK PAIN PADA KEGIATAN MENGEMUDI TIM EKSPEDISI PT ENSEVAL PUTERA MEGATRADING JAKARTA TAHUN 2010
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 7 Februari 2011 Mengetahui
Dr. H Arif Sumantri, SKM, MKes
Pembimbing Skripsi I
Iting Shofwati, ST, MKKK
Pembimbing Skripsi II .
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 16 Desember 2010
Penguji I
Dr. H Arif Sumantri, SKM, MKes
Penguji II
Iting Shofwati, ST, MKKK
Penguji III
Selamat Riyadi, MKKK
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Di dalam daftar riwayat hidup ini menerangkan bahwa : Nama
: Trimunggara Kantana
NIM
: 106101003360
Tempat/Tgl. Lahir
: Jakarta, 16 Oktober 1988
Umur
: 22 Tahun
Agama
: Islam
Status Pernikahan
: Lajang
Status Kewarganegaraan
: WNI
Alamat
: Permata Hijau Permai F1 no 1, Kaliabang Tengah, Bekasi Utara, Bekasi
No.Telp
: 08567353149
Email/blog
:
[email protected]
Menerangkan dengan sesungguhnya : PENDIDIKAN FORMAL No
Lembaga
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jurusan
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Kesehatan Masyarakat
Tahun
2006 - Sekarang
2
SMA Negeri 4 Bekasi
IPA
Lulus tahun 2006
3
SLTP Negeri 1 Bekasi
-
Lulus tahun 2003
4
SD Mutiara 17 Agustus
-
Lulus tahun 2000
PENDIDIKAN NON FORMAL No
Lembaga
Tahun
1
Training Sistem Manajemen K3 OSHA 18001 ; 2007
2008
2
Training Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001;2004
2008
PENGALAMAN ORGANISASI No
Lembaga
Tahun
01
Ketua Panitia Seminar Profesi K3 UIN “ How To Be Healthy And Fashionable With Your Notebook ”
2009
02
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) Kelapa Dua Kabupaten Tangerang
2009
02
Pramuka SMAN 4 Bekasi
03
Study Club SLTPN 1 Bekasi
2003-2006 2003
Lembar Persembahan
Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya -- a
idina
li
aramallahu
a hah--
Skripsi ini Ku persembahkan untuk kedua orang tuaku, keluargaku, dan semua orang yang kusayangi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT. Tuhan Yang Maha Mencintai, dengan pancaran cinta yang abadi. Yang selalu melimpahkan nikmat dan karunia kepada hamba-Nya dengan adil dan sempurna. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah Saw, beserta keluarga dan para sahabatnya. Untaian rasa syukur penulis panjatkan karena dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keluhan Low Back Pain Pada Kegiatan Mengemudi Tim Ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading Jakarta Tahun 2010 ”
tepat pada
waktunya. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi dapat terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis bermaksud menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And. selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku ketua program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr H Arif Sumantri, SKM, MKes selaku pembimbing skripsi dan dosen penguji dalam ujian skripsi, yang selalu sabar membimbing saya, memberikan waktu, arahan, dan pengembangan pemikiran kepada saya selama pelaksanaan skripsi.
4. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK selaku pembimbing skripsi dan dosen penguji dalam ujian skripsi, terima kasih atas bimbingan ibu,
saran-saran, arahan,
motivasi, dan doa yang selalu ada selama penyusunan skripsi. 5. Bapak Selamat Riyadi, MKKK selaku dosen penguji dalam ujian skripsi, terima kasih atas kesediaannya untuk menjadi penguji dalam ujian skripsi, dan saransaran yang sangat berarti bagi perbaikan penulisan kedepannya. 6. Seluruh dosen dan staf PSKM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Bapak Irman, Bapak H Muhadi, yang telah banyak membantu, mengmberikan izin, sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian di PT. Enseval Putera Megatrading. Para pekerja di tim ekspedisi atas kesediaannya mengisi kuesioner penelitian. Selain itu dengan segala kerendahan hati penulis juga bermaksud mengucapkan Special Thanks To :
1. Kedua orang tua tercinta, sebagai penyemangat dalam hidupku yang tiada hentinya memberikan motivasi, do’a, dukungan, dan kasih sayang yang tak dapat terlukiskan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kedua orang tuaku, dan memberikan yang terbaik dalam setiap langkah yang dijalani. 2. Sahabat dan teman seperjuangan 3G Public Health 06 especially untuk anak – anak kosan yang telah bersama – sama berjuang selama kurang lebih empat tahun. Banyak suka duka yang kita lewati bersama, thank you for everything , semua ini adalah awal dari kehidupan yang sebenarnya, semoga semua yang kita cita – citakan akan terwujud dikemudian hari. 3. Emi, thanks for already present in my life, you are very meaningful to me, so thank you for everything, hope we will be better in the future.
4. Teman-teman serta pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu serta segenap pihak yang telah berperan membantu pelaksanaan penelitian skripsi dan dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan penulisan kedepannya. Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Dengan memanjatkan do’a kepada Allah SWT, saya berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amien.
Jakarta, 16 Maret 2011
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................ .........................i ABSTRAK ................................................................ ...................................................ii LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................vi LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ ......................vii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................viii LEMBAR PERSEMBAHAN.....................................................................................x KATA PENGANTAR................................................................................................xi DAFTAR ISI.............................................................................................................xiv DAFTAR TABEL ...................................................................................................xvii DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xviii DAFTAR BAGAN ...................................................................................................xix DAFTAR ISTILAH ..................................................................................................xx BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 7 1.3 Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 8 1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 9 1.4.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 9 1.4.2 Tujuan Khusus ......................................................................................... 9 1.5 Manfaat Penelitian....................................................................................... .... 11 1.5.1 Perusahaan.............................................................................................. 11 1.5.2 Institusi Pendidikan ................................................................................ 11 1.5.3 Peneliti ................................................................................................... 11 1.6 Ruang Lingkup ............................................................................................... 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Low back pain .................................................................................................. 13 2.1.1 Definisi Low back pain ......................................................................... 13
2.1.2 Insiden ................................................................................................... 15 2.1.3 Etiologi .................................................................................................. 16 2.1.4 Penatalaksanaan dan Pencegahan low back pain ................................... 17 2.2 Anatomi Tubuh Manusia ................................................................................. 24 2.2.1 Sistem Muskuloskeletal ....................................................................... 25 2.2.2 Anatomi Tulang Belakang .................................................................... 26 2.3 Faktor Resiko Low back pain ................................................................ ........... 28
2.3.1 Faktor Pekerjaan..................................................................................... 28 2.3.2 Faktor Individu....................................................................................... 31 2.3.3 Faktor Lingkungan ................................................................................. 40 2.4 Metode Penilaian Resiko Ergonomi ................................................................ 41 2.4.1 Baseline Risk Identification of Ergonomic Factor (BRIEF) .................. 41 2.4.2 Quick Exposure Checklist .......................................................... ............ 42 2.4.3 Ovako Working Posture Analysing System ............................................ 44 2.4.4 Rapid Entire Body Assessment ............................................................... 45 2.4.5 Rapid Upper Limb Assessment..................... .......................................... 46 2.6 Kerangka Teori ................................................................................................ 58 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................ 60 3.2 Definisi Operasional......................................................................................... 62 3.3 Hipotesis .......................................................................................................... 65 BAB IV METODELOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ............................................................................................. 66 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 66 4.3 Populasi dan Sampel ....................................................................................... 66 4.4 Instrumen Penelitian dan Sumber Data ........................................................... 67 4.5 Pengolahan Data .............................................................................................. 69 4.6 Analisis Data .................................................................................................. 72 4.6.1 Analisis Univariat .................................................................................. 72 4.6.2 Analisis Biivariat ................................................................................... 73 BAB V HASIL
5.1 Gambaran Umum Perusahaan ......................................................................... 74 5.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ................................................................ ... 74 5.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ...................................................................... 76 5.2 Analisis Univariat............................................................................................. 76 5.2.1 Gambaran Keluhan Low Back Pain Pekerja.......................................... 76 5.2.2 Gambaran Faktor Resiko Pekerjaan....................................................... 77 5.2.3 Gambaran Faktor Resiko Individu......................................................... 83 5.3 Analisis Bivariat................................................................ ............................... 85 5.3.1 Hubungan Faktor Pekerjaan dengan Keluhan Low Back Pain .............. 85 5.3.2 Hubungan Faktor Individu dengan Keluhan Low Back Pain ................ 86 BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 90
6.2 Keluhan Low Back Pain................................................................................... 91 6.3 Hubungan Antara Faktor Pekerjan dengan Keluhan Low Back Pain .............. 94 6.4 Hubungan Antara Faktor Individu dengan Keluhan Low Back Pain............... 97 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ................................................................ .................................... 107 7.2 Saran................................................................ ............................................... 108 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 3.1 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8
Skor Grup A RULA .................................................................................. 52 Grand Total Score Table ................................................................ .......... 53 Skor Grup B RULA .................................................................................. 56 Definisi Operasional ................................................................................. 62 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Low Back Pain di PT Enseval Jakarta Tahun 2010 ..................................................................... 76 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Resiko Faktor Pekerjaan di PT Enseval Jakarta Tahun 2010................................................................ 77 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Resiko Faktor Individu di PT Enseval Jakarta Tahun 2010................................................................ 83 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja dan Durasi Mengemudi per Hari di PT Enseval Jakarta Tahun 2010 ........................................... 84 Distribusi Responden Menurut Faktor Pekerjaan dengan Keluhan Low Back Pain di PT Enseval Jakarta Tahun 2010 .......................................... 85 Distribusi Responden Menurut Faktor Individu dengan Keluhan Low Back Pain di PT Enseval Jakarta Tahun 2010 .......................................... 86 Distribusi Responden Menurut Masa Kerja Berdasarkan Keluhan Low Back Pain di PT Enseval Jakarta Tahun 2010 .......................................... 88 Distribusi Responden Menurut Durasi Mengemudi per Hari Berdasarkan Keluhan Low Back Pain di PT Enseval Jakarta Tahun 2010................................................................................................ ........... 89
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 5.1 Gambar 5.2
Struktur Tulang Belakang ..................................................................... 26 Postur Bagian Lengan Atas ................................................................ ... 49 Postur Bagian Lengan Bawah ............................................................... 50 Postur Pergelangan Tangan................................................................ ... 51 Postur Putaran Pergelangan Tangan ..................................................... 51 Postur Leher .......................................................................................... 54 Postur Punggung ................................................................ ................... 55 Postur Kaki............................................................................................ 55 Posisi Mengemudi Pada Mobil ............................................................. 78 Posisi Mengemudi Pada Motor ............................................................. 80
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ........................................................................................ 59 Bagan 3.1 Kerangka Konsep................................................................ ..................... 61
DAFTAR ISTILAH
Berikut ini adalah istilah – istilah yang digunakan dalam laporan ini : 1. Low back pain
Gangguan muskuloskeletal yang pada daerah punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang kurang baik. 2.
Tim ekspedisi Pekerja yang bertugas mengantarkan pesanan produk ke konsumen.
3.
Ergonomi Ilmu yang mempelajari tentang keserasian antara pekerja, pekerjaan dan lingkungan
4.
Tendon Urat keras yang menghubungkan otot dengan sendi atau yang menghubungkan otot dengan tulang
5.
Ligamen Jaringan ikat yang kuat yang mengikat tulang pada persendian
6.
Fascia Jaringan ikat yang mengelilingi otot, kelompok otot, pembuluh darah dan saraf
7.
Kartilago Tulang yang sifatnya bingkas, merupakan sebagian dari kerangka dan menutupi ujung tulang yang panjang untuk melancarkan persendian atau tulang rawan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyeri punggung bawah atau low back pain (LBP) merupakan keluhan yang sering kita dengar dari orang usia lanjut, namun tidak tertutup kemungkinan dialami oleh orang usia muda (Paliyama, 2003). Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher, Salmond & Pellino, 2002). Low back pain dapat disebabkan oleh berbagai penyakit musculoskeletal, gangguan psikologis dan mobilisasi yang salah. Menurut Rakel (2002), low back pain adalah nyeri punggung bawah yang berasal dari tulang belakang, otot, saraf atau struktur lain pada daerah tersebut. Dengan demikian low back pain adalah gangguan muskuloskeletal yang pada daerah punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang kurang baik. Sekitar tiga kwartal dari kasus – kasus sakit akibat kerja berdasarkan The Labour Force Survey (LFS)
U.K adalah musculoskeletal disorders misalnya (anggota
tubuh bagian atas atau permasalahan punggung), stress, depresi atau gelisah. Prevalensi kasus musculoskeletal disorders sebesar 1.144.000 dengan menyerang punggung sebesar 493.000 kasus, anggota tubuh bagian atas atau leher 426.000 kasus, dan anggota tubuh bagian bawah 224.000 kasus (HSC, 2006/2007)
Masalah nyeri punggung bawah yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering terjadi saat ini. 60 % orang dewasa mengalami nyeri punggung bawah karena masalah duduk yang terjadi pada mereka yang bekerja atau yang aktivitasnya lebih banyak dilakukan dengan duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah dapat menyebabkan otot-otot punggung menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Bila keadaan ini berlanjut, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nukleus pulposus (Chang, 2006 dalam Zamna, 2007). Menurut data Biro Statistik Departemen Tenaga Kerja Amerika (2001), pada periode tahun 1996 – 1998 terdapat 4.390.000 kasus penyakit akibat kerja yang dilaporkan, 64 % diantaranya adalah gangguan yang berhubungan dengan faktor resiko ergonomi. OSHA (2000) menyatakan sekitar 34 % dari total hari kerja yang hilang karena cedera dan sakit yang diakibatkan oleh Musculoskeletal Disorders (MSDs)
sehingga memerlukan biaya kompensasi sebesar 15 sampai 20 miliar dolar
US. Menurut journal medicine di Inggris, 180 juta waktu kerja terbuang akibat sakit pinggang, yang disebabkan karena duduk di kursi dengan standar kelayakan yang tidak cukup baik. Aryawan dan Darmadi (2000) mengatakan bahwa LBP merupakan keluhan kesehatan nomor dua pada manusia setelah influenza. Keluhan dan gangguan kesehatan terkait muskuloskeletal yang umumnya dijumpai akibat mengemudi antara lain adalah nyeri pada leher, punggung, dan bahu; kejang; tekanan dan sirkulasi darah yang buruk di daerah kaki dan bokong; segera
setelah mengemudi resiko cedera punggung bawah akibat mengangkat meningkat dan terjadi degenerasi pada diskus spinal dan herniasi diskus. ( Ergonomic Today, 2002). Hasil studi Depkes tentang profil masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5 % penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya, gangguan kesehatan yang dialami pekerja, menurut studi yang dilakukan tehadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, umumnya berupa penyakit musculoskeletal (16%), kardiovaskuler (8 %), gangguan syaraf (6 %), gangguan pernapasan (3 %), dan gangguan THT (1,5 %). Porter dan Gyi (2002) telah melakukan penelitian pada pengemudi mobil tentang prevalensi MSDs. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa mengemudi mobil berhubungan dengan angka absensi kesakitan akibat keluhan LBP dan mereka yang mengemudi sebagai bagian dari pekerjaannya lebih beresiko mengalami gangguan punggung bawah dibandingkan dengan mereka yang bekerja duduk (bukan mengemudi) dan berdiri (Occupational Journal, 2002). Pada penelitian yang dilakukan oleh Magnusson et al. (1996) ditemukan 81 % pengemudi bus di Amerika dan 49 % di Swedia mengalami LBP. Penelitian kontemporer yang dikemukakan oleh Hu-tech (2005) menjelaskan bahwa setidaknya setengah dari para pengemudi kendaraan jarak jauh menderita sakit pada tubuh bagian belakang. Penelitian ini juga menyatakan orang yang mengendarai mobil selama lebih dari 4 jam sehari, 6 kali lebih beresiko absen dari pekerjaannya karena sakit punggung daripada orang yang mengemudi kurang dari 2 jam.
Fenomena diatas sekarang juga terjadi pada pengendara sepeda motor, terutama para sales perusahaan-perusahaan yang memasok barang-barang ke tokotoko, pekerjaan yang dijalani setiap hari diatas kendaraan memungkinkan terjadinya low back pain. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh peneliti pada PT. Sampoerna
3 Telekomunikasi Indonesia (Ceria) di Solo, dilihat dari jam kerja yang dimulai dari pukul 09.00 – 17.00 wib, para sales bisa berkendara sampai 6 jam setiap harinya dengan diselingi istirahat. Kegiatan diatas kendaraan yang dilakukan para sales dalam setiap hari hampir lebih dari 80% dari waktu berkerja para sales tersebut. Sukarto (2007) mengatakan, “Saat manusia duduk, beban maksimal lebih berat 6-7 kali dari berdiri. Tulang atlas yang menyangga tengkorak mengalami beban terberat. Jika riding position-nya salah, bagian tulang belakang yakni vertebra lumbal 2-3 (mendekati tulang pinggul) akan terserang nyeri punggung bawah. Jika salah terus, berulang-ulang apalagi ditambah getaran kontinu, akan timbul radang (artrosis lumbalis) lalu pengapuran tulang belakang dan terjepitnya syaraf tulang belakang. Jika sudah parah bisa terjadi fraktur atau patah”. Putra (2007) mengatakan bahwa pabrikan harus merancang posisi pengendara dan penumpang yang baik aman dan nyaman karena hal ini juga mempengaruhi ergonomi motor. Kaitannya terhadap si pengendara yang didalamnya mempelajari antropometri (human dimension), Bio Mechanic
(ilmu tentang gerak tubuh), fisiologi (faal, psikologi dan penginderaan).
Berkendara pun harus memperhatikan ketahanan tubuh, jangan berkendara lebih dari 2,5 jam karena inilah waktu maksimal yang masih bisa dijalani tubuh. Namun variabel waktu ini dapat berkurang bila pengendara tidak memiliki daya tahan tubuh yang baik akan posisi berkendara yang salah.
Keluhan nyeri punggung bawah akan mulai dirasakan setelah 6 bulan, apabila pengendara sepeda motor secara rutin berkendara setiap hari minimal 2,5 jam (Sukarto, 2007). Menurut Samara (2004) , setelah duduk selama 15-20 menit, otototot punggung biasanya mulai letih, mulai dirasakan nyeri punggung bawah. Apabila kejadian duduk dalam waktu lama saat berkendara tersebut terus terjadi, sangat berpotensi sekali terjadinya keluhan nyeri punggung bawah pada pengendara sepeda motor, khususnya para sales perusahaan yang menghabiskan paling tidak 80% waktu berkerja mereka diatas motor. Apabila terjadi nyeri punggung bawah pada para sales tersebut, secara tidak langsung akan menurunkan tingkat produktifitas. Dan bagi perusahaan tempat mereka berkerja, akan mengalami kerugian. Oleh karena itu peneliti berpendapat sangat perlu untuk diketahui, apakah ada hubungan antara lama berkendara dengan timbulnya keluhan nyeri punggung bawah. Dimana bila kondisi ini memiliki hubungan, diharapkan timbulnya keluhan nyeri punggung bawah dapat diminimalisir atau dicegah sehingga gangguangangguan yang disebabkan oleh nyeri punggung bawah , seperti penurunan tingkat produktifitas dapat dicegah. MSDs terjadi akibat dari faktor pekerjaan, pekerja, psikososial, dan lingkungan kerja (Pheasant, 1991; Bridger, 1995; DiNardi, 1997; Cohen, et al, 1997; Riihimaki, 1998). Faktor pekerjaan adalah faktor yang berasal dari pekerjaan itu sendiri, termasuk gerakan repetitif, beban, postur statis, dan penggunaan tenaga (Cohen et al, 1997). Faktor pekerja berupa umur, lama kerja, sedangkan faktor lingkungan kerja yaitu vibrasi, suhu (Bridger, 1995). Semakin banyak faktor resiko
yang memapar seseorang maka semakin tinggi seseorang beresiko untuk menderita MSDs. PT. Enseval didirikan pada Oktober 1973, sebagai akibat dari pemisahan fungsi distribusi dari pemasaran dan produksi PT. Kalbe Farma bersama anak perusahaan. Dalam perkembangannya PT. Enseval juga berkembang menjadi distributor umum, tidak saja menjadi distributor produk produk farmasi saja tapi juga mencakup produk keperluan konsumen, alat-alat kedokteran bahkan agen dan distributor bahan-bahan dasar kimia untuk industri farmasi, kosmetik dan industri makanan. Sejalan dengan perkembangan ekonomi Indonesia, PT. Enseval juga melakukan diversifikasi ke berbagai usaha diluar bidang perdagangan dan distribusi. Tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading lebih banyak melakukan pekerjaan mengemudi, baik motor ataupun mobil, rata – rata mereka mengemudi di atas 6 jam sehari. Menurut studi pendahuluan yang dilakukan di perusahaan tesebut , pada 10 orang (62,5 %) dari tim ekspedisi yang menggunakan motor dan 10 orang (40 %) dari tim ekspedisi yang menggunakan mobil didapati seluruhnya pernah mengalami keluhan low back pain. Gejala yang dirasakan pekerja antara lain nyeri, pegal, dan bahkan kram di sekitar punggung bawah. . Diperkirakan kejadian low back pain pada pekerja dapat mempengaruhi produktivitas dan efisiensi kerja, meningkatkan resiko kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, serta target yang telah ditetapkan perusahaan akan terganggu. Dengan demikian perlu adanya penelitian untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan keluhan low back pain pada pekerja sehingga upaya preventif yaitu mencegah terjadinya low back pain pada pekerja akan lebih mudah dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Sukarto (2007) mengatakan, “Saat manusia duduk, beban maksimal lebih berat 6-7 kali dari berdiri. Tulang atlas yang menyangga tengkorak mengalami beban terberat. Jika riding position-nya salah, bagian tulang belakang yakni vertebra lumbal 2-3 (mendekati tulang pinggul) akan terserang nyeri punggung bawah. Penelitian kontemporer yang dikemukakan oleh Hu-tech (2005) menjelaskan bahwa setidaknya setengah dari para pengemudi kendaraan jarak jauh menderita sakit pada tubuh bagian belakang. Penelitian ini juga menyatakan orang yang mengendarai kendaraan selama lebih dari 4 jam sehari, 6 kali lebih beresiko absen dari pekerjaannya karena sakit punggung daripada orang yang mengemudi kurang dari 2 jam. Tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading lebih banyak melakukan pekerjaan mengemudi, baik motor ataupun mobil, rata – rata mereka mengemudi di atas 6 jam sehari. Menurut studi pendahuluan yang dilakukan di perusahaan tesebut , pada 10 orang (62,5 %) dari tim ekspedisi yang menggunakan motor dan 10 orang (40 %) dari tim ekspedisi yang menggunakan mobil didapati seluruhnya pernah mengalami keluhan low back pain. Kebanyakan dari mereka merasakan nyeri atau pegal – pegal di daerah sekitar punggung bawah. Dengan demikian perlu adanya penelitian untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan keluhan low back pain pada pekerja sehingga upaya preventif yaitu mencegah terjadinya low back pain pada pekerja akan lebih mudah dilakukan.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran keluhan low back pain yang dirasakan tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading tahun 2010 ? 2. Bagaimana gambaran faktor pekerjaan pada tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading tahun 2010 ? 3. Bagaimana gambaran faktor usia, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, tinggi badan, obesitas, masa kerja, dan durasi mengemudi pada tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading tahun 2010 ? 4. Apakah ada hubungan antara faktor pekerjaan dengan keluhan low back pain yang dirasakan tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading tahun 2010 ? 5. Apakah ada hubungan antara faktor usia dengan keluhan low back pain yang dirasakan tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading tahun 2010 ? 6. Apakah ada hubungan antara faktor kebiasaan merokok dengan keluhan low back pain
yang dirasakan tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading
tahun 2010 ? 7. Apakah ada hubungan antara faktor kebiasaan olahraga dengan keluhan low back pain
yang dirasakan tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading
tahun 2010 ? 8. Apakah ada hubungan antara faktor tinggi badan dengan keluhan low back pain
yang dirasakan tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading tahun
2010 ?
9. Apakah ada hubungan antara faktor obesitas dengan keluhan low back pain yang dirasakan tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading tahun 2010 ? 10. Apakah ada hubungan antara faktor masa kerja dengan keluhan low back pain yang dirasakan tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading tahun 2010 ? 11. Apakah ada hubungan antara faktor durasi mengemudi dengan keluhan low back pain
yang dirasakan tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading
tahun 2010 ? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1
Tujuan Umum
Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi keluhan low back pain pada kegiatan mengemudi tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading tahun 2010. 1.4.2
Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran keluhan low back pain yang dirasakan tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading tahun 2010. 2. Diketahuinya gambaran faktor pekerjaan pada tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading tahun 2010 3. Diketahuinya gambaran faktor usia, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, tinggi badan, obesitas, masa kerja, dan durasi mengemudi pada tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading tahun 2010. 4. Diketahuinya hubungan antara faktor pekerjaan dengan keluhan low back pain
yang dirasakan tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading tahun
2010.
5. Diketahuinya hubungan antara faktor usia dengan keluhan low back pain yang dirasakan tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading tahun 2010 6. Diketahuinya hubungan antara faktor kebiasaan merokok dengan keluhan low back pain
yang dirasakan tim ekspedisi PT Enseval Putera
Megatrading tahun 2010 7. Diketahuinya hubungan antara faktor kebiasaan olahraga dengan keluhan low back pain
yang dirasakan tim ekspedisi PT Enseval Putera
Megatrading tahun 2010 8. Diketahuinya hubungan antara faktor tinggi badan dengan keluhan low back pain
yang dirasakan tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading
tahun 2010 9. Diketahuinya hubungan antara faktor obesitas dengan keluhan low back pain
yang dirasakan tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading tahun
2010 10. Diketahuinya hubungan antara faktor masa kerja dengan keluhan low back pain
yang dirasakan tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading tahun
2010 11. Diketahuinya hubungan antara faktor durasi mengemudi dengan keluhan low back pain
yang dirasakan tim ekspedisi PT Enseval Putera
Megatrading tahun 2010
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1
Manfaat Bagi Perusahaan
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan mengenai keluhan low back pain yang dirasakan pengemudi sehingga kesehatan dan keselamatan kerja pengemudi dapat menjadi lebih baik. b. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan serta pemahaman pengemudi mengenai low back pain yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman. Sehingga pekerja secara mandiri dapat melakukan upaya-upaya perlindungan terhadap kesehatan kerja dan terhindar dari penyakit akibat kerja. c. Dapat memberikan solusi alternatif mengenai tindakan pencegahan terhadap risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja guna meningkatkan kesehatan dan kinerja pekerja. 1.5.2
Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Menambah referensi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko low back pain
pada pekerja dalam bidang keilmuan K3 dan mahasiswa peminatan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). 1.5.3
Manfaat Bagi Peneliti
Melatih pola piker sistematis dalam menghadapi masalah – masalah khususnya dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta dapat mengetahui dan menganalisis faktor – faktor yang berhubungan dengan low back pain.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT Enseval Putera Megatrading Pulogadung, Jakarta tahun 2010. Penelitian ini meneliti tentang faktor – faktor yang mempengaruhi keluhan low back pain pada pekerja, karena pekerja lebih banyak melakukan pekerjaan mengemudi, baik motor ataupun mobil, rata – rata mereka mengemudi di atas 6 jam sehari. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember 2010. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional yang terdiri dari beberapa variabel yaitu faktor pekerjaan dan iindividu (usia, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, tinggi badan, obesitas, durasi mengemudi). Populasi dan sampel pada penelitian ini yaitu seluruh tim ekspedisi yang berjumlah 41 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner, observasi, serta melakukan penilaian skor terhadap faktor pekerjaan menggunakan metode pengukuran ergonomi yaitu metode RULA.
dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Low Back Pain
LBP (low back pain/nyeri punggung bawah) adalah suatu gejala dan bukan suatu diagnosis, dimana pada beberapa kasus gejalanya sesuai dengan diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang tinggi, namun di sebagian besar kasus, diagnosis tidak pasti dan berlangsung lama. Dengan demikian maka LBP yang timbulnya sementara dan hilang timbul adalah sesuatu yang dianggap biasa. Namun bila LBP terjadi mendadak dan berat maka akan membutuhkan pengobatan, walaupun pada sebagian besar kasus akan sembuh dengan sendirinya. LBP yang rekuren membutuhkan lebih banyak perhatian, karena harus merubah pula cara hidup penderita dan bahkan juga perubahan pekerjaan. 2.1.1 Definisi Low Back Pain
Low Back Pain
adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP yang lebih dari 6 bulan disebut kronik. (Sadeli & Tjahjono, 2001) Nyeri punggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu: 1. Nyeri punggang lokal Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di
bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen. 2. Iritasi pada radiks Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis. 3. Nyeri rujukan somatis Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat dirasakan di bagian lebih superfisial. 4. Nyeri rujukan viserosomatis Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang. 5. Nyeri karena iskemia Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis. 6. Nyeri psikogen Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan. (Rumawas, 1996)
Nyeri punggung bawah berdasarkan sumber : 1. Nyeri punggung bawah Spondilogenik Nyeri yang disebabkan karena kelainan vertebrata, sndi, dan jaringan lunaknya. Antara lain spondilosis, osteoma, osteoporosis, dan nyeri punggung miofasial 2. Nyeri punggung bawah Viserogenik Nyeri yang disebabkan karena kelainan pada organ dalam, misalnya kelainan ginjal, kelainan ginekologik, dan tumor retroperitoneal 3. Nyeri punggung bawah Vaskulogenik Nyeri yang disebabkan karena kelainan pembuluh darah, misalnya anerisma, dan gangguan peredaran darah. 4. Nyeri punggung bawah Psikogenik Nyeri yang disebabkan karena gangguan psikis seperti neurosis, ansietas, dan depresi. Nyeri ini tidak menghasilkan definisi yang jelas, juga tidak menimbulkan gangguan anatomi dari akar saraf atau saraf tepi. Nyeri ini superficial tetapi
dapat juga dirasakan pada bagian dalam secara nyata atau
tidak nyata, radikuler maupun non radikuler, berat atau ringan. Lama keluhan tidak mempunyai pola yang jelas, dapat dirasakan sebentar ataupun bertahun – tahun. (PERDOSSI) 2.1.2 Insiden
LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point
prevalencerata-rata
30%. Di AS nyeri ini merupakan penyebab yang urutan paling
sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia <45 tahun, urutan ke 2 untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke 5 alasan perawatan di rumah sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi. (Anderson, 1999) Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%(Sadeli & Tjahjono, 2001) 2.1.3. Etiologi
Penyebab LBP dapat dibagi menjadi:
1.
•
Diskogenik (sindroma spinal radikuler).
•
Non-diskogenik Diskogenik Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus
pulposus yang merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk suatu protrusio atau prolaps dari nukleus pulposus dan keduanya dapat menyebabkan kompresi pada radiks. Lokalisasinya paling sering di daerah lumbal atau servikal dan jarang sekali pada daerah torakal. Nukleus terdiri dari megamolekul proteoglikan yang dapat menyerap air sampai sekitar 250% dari beratnya. Sampai dekade ke tiga, gel dari nukleus pulposus hanya mengandung 90% air, dan akan menyusut terus sampai
dekade ke empat menjadi kira-kira 65%. Nutrisi dari anulus fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan molekul-molekul kecil yang melintasi tepian vertebra. Hanya bagian luar dari anulus yang menerima suplai darah dari ruang epidural. Pada trauma yang berulang menyebabkan robekan seratserat anulus baik secara melingkar maupun radial. Beberapa robekan anular dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yang menyebabkan berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus. Perpaduan robekan secara melingkar dan radial menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari anulus lingkaran ke ruang epidural dan menyebabkan iritasi ataupun kompresi akar saraf.(Wheeler, 2004) 2. Non-diskogenik Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada serabut sensorik saraf perifer, yang membentuk n. iskiadikus dan bisa disebabkan oleh neoplasma, infeksi, proses toksik atau imunologis, yang mengiritasi n. iskiadikus dalam perjalanannya dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n. iskiadikus (neuritis n. iskiadikus).(Sidharta, 1980) 2.1.4 Penatalaksanaan dan Pencegahan Low Back Pain
Biasanya low back pain hilang secara spontan. Kekambuhan sering terjadi karena aktivitas yang disertai pembebanan tertentu. Penderita yang sering mengalami kekambuhan harus diteliti untuk menyingkirkan kelainan neurologik yang mungkin tidak jelas sumbernya. Berbagai telaah yang dilakukan untuk melihat perjalanan penyakit menunjukkan bahwa proporsi pasien yang masih menderita low back pain
selama 12 bulan adalah sebesar 62% (kisaran 42 % - 75 %), agak bertentangan dengan pendapat umum bahwa 90% gejala low back pain akan hilang dalam 1 bulan. (Manek, 2005) Penanganan terbaik terhadap penderita LBP adalah dengan menghilangkan penyebabnya (kausal ) walaupun tentu saja pasien pasti lebih memilih untuk menghilangkan rasa sakitnya terlebih dahulu (simptomatis). Jadi perlu digunakan kombinasi antara pengobatan kausal dan simptomatis. Secara kausal , penyebab nyeri akan diatasi sesuai kasus penyebabnya. Misalnya untuk penderita yang kekurangan vitamin saraf akan diberikan vitamin tambahan. Para perokok dan pecandu alkohol yang menderita LBP akan disarankan untuk mengurangi konsumsinya. Pengobatan simptomatik dilakukan dengan menggunakan obat untuk menghilangkan gejala-gejala seperti nyeri, pegal, atau kesemutan. Pada kasus LBP karena tegang otot dapat dipergunakan Tizanidine yang berfungsi untuk mengendorkan kontraksi otot (muscle relaxan). Untuk pengobatan simptomatis lainnya kadang-kadang memerlukan campuran antara obat-obat analgesik , anti inflamasi, NSAID, obat penenang, dan lain-lain. (Deyo, 2001) Apabila dengan pengobatan biasa tidak berhasil, mungkin diperlukan tindakan fisioterapi dengan alat-alat khusus maupun dengan traksi (penarikan tulang belakang). Tindakan operasi mungkin diperlukan apabila pengobatan dengan fisioterapi ini tidak berhasil misalnya pada kasus HNP atau pada pengapuran yang berat. (Murtagh, 2003)
Jadi, penatalaksanaan LBP ini memang cukup kompleks. Di samping berobat pada spesialis penyakit saraf (neurolog), mungkin juga diperlukan berobat ke spesialis penyakit dalam (internist), bedah saraf, bedah orthopedic bahkan mungkin perlu konsultasi pada psikiater atau psikolog. Dalam beberapa kasus, masih banyak kasus dokter menyarankan istirahat total untuk penyembuhan kasus low back pain, padahal penelitian baru menyatakan bahwa aktivitas yang kurang tidak akan mengurangi gejala low back pain. (Zanni, 2003) Beragamnya penyebab LBP menuntut penatalaksanaan yang bervariasi pula. Meski demikian, pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi LBP yaitu: a. Terapi Konservatif, yang meliputi rehat baring, medikamentosa dan fisioterapi. b. Terapi Operatif Kedua tahapan ini memiliki kesamaan tujuan yaitu rehabilitasi. Pengobatan nyeri punggung sangat tergantung penyebabnya. Lain penyebab, lain pula pengobatannya. Terdapat beragam tindakan untuk nyeri punggung, dari yang paling sederhana yaitu istirahat (bedrest), misalnya untuk kasus otot tertarik atau ligamen sprain, sampai penanganan yang sangat canggih, seperti mengganti bantal tulang belakang. Jika dengan bedrest tidak juga sembuh, maka harus ditingkatkan dengan pemeriksaan sinar X atau dengan MRI (magnetic resonance imaging).
Setelah itu, bisa dilakukan fisioterapi, pengobatan dengan suntikan, muscle
exercise,
hingga operasi. Masih ada lagi teknik pengobatan lain, misalnya melalui
pembedahan dengan endoskopi (spinal surgery), metode pasang pen, sampai penggantian bantalan tulang. (Murtagh, 2003)
Mengatasi low back pain juga tidak cukup dengan obat atau fisioterapi. Hal itu hanya mengurangi nyeri, tetapi tidak menyelesaikan masalah. Penderita harus menjalani pemeriksaan untuk mengetahui sumber masalahnya. Penyembuhan bisa melalui pembedahan atau latihan mengubah kebiasaan yang menyebabkan nyeri. Latihan itu menggunakan alat-alat pelatihan medis untuk melatih otot-otot utama yang berperan dalam menstabilkan serta mengokohkan tulang punggung. (Sunarto, 2005) Semua penyakit apapun jenisnya pada dasarnya dapat dicegah walaupun terkadang timbulnya suatu penyakit adalah disebabkan lebih dari satu faktor dan ada faktor penyebab yang tidak dapat kita kendalikan. Sesungguhnya Allah SWT berfirman dalam surat An Nabiya (21) ayat 83 : “dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". Dan dalam surat Asy Syu’araa’ (26) ayat 80 : “dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,” Dalam tafsir Al Mishbah dijelaskan bahwa berbicara tentang nikmat, secara tegas nabi Ibrahim as menyatakan bahwa sumbernya adalah Allah SWT, berbeda dengan ketika berbicara tentang penyakit. Ini karena penganugerahan nikmat adalah sesuatu yang terpuji, sehingga wajar disandarkan pada Allah SWT, penyakit adalah sesuatu yang dapat dikatakan buruk sehingga tidak wajar dinyatakan bersumber dari Allah SWT. Demikian nabi Ibrahim as mengaajarkan bahwa segala yang terpuji dan indah bersumber dari Nya. Adapun yang tercela dan negative, maka hendaklah terlebih dahulu dicari penyebabnya pada diri sendiri.
Perlu dicatat juga bahwa penyembuhan sebagaimana ditegaskan oleh nabi Ibrahim as ini bukan berarti upaya manusia untuk meraih kesembuhan tidak diperlukan lagi. Sekian banyak hadist nabi Muhammad SAW yang memerintahkan untuk berobat. Ucapan nabi Ibrahim as itu hanya bermaksud menyatakan bahwa sebab dari segala sebab adalah Allah SWT. (Shihab, 2002). Berikut akan diuraikan cara pencegahan terjadinya low back pain dan cara mengurangi nyeri apabila LBP telah terjadi menurut Kaufmann (2000) dan Nettina (2000). Latihan Punggung Setiap Hari
1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali. 2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai, tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali. 3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di lantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali. Berhati-Hatilah Saat Mengangkat
1. Gerakanlah
tubuh
kepada
barang
yang
akan
diangkat
sebelum
mengangkatnya. 2. Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih rendah 3. Peganglah benda dekat perut dan dada
4. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda 5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama 2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan. 3. Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki pada bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi secara periodic. 4. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik tidak teregang. 5. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat duduk dikursi
Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat
1. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan sepatu berhak rendah 2. Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi. 3. Tidurlah di kasur yang nyaman. 4. Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.
Coping Dengan Nyeri Leher
Kekakuan leher, nyeri leher dan bahu bisa disebabkan oleh akut injury, regangan kronik, arthritis dan masalah otot dan tulang lainnya. Nyeri yang muncul dapat berhubungan dengan aktifitas sehari-hari dan cara tidur. Untuk mengurangi nyeri diperlukan peningkatan mobilitas leher dan bahu. Tetapi perlu diperhatikan latihan peregangan leher dilakukan bila tidak menimbulkan nyeri. Bila terasa semakin tegang, kaku atau tertarik maka latihan leher harus dihentikan untuk mencegah injury. Berikut ini adalah cara melakukan latihan untuk mencegah dan mengurangi nyeri pada leher : a. Latihan leher dan bahu setiap hari
1. Pada saat duduk atau berdiri, putarkanlah kepala kekanan ,tahan dan hitunglah sampai 5, kebali ke posisi netral laku lakukan ke kiri. Lakukan beberapa kali. 2. Pada saat duduk atau berdiri, fleksikan leher ke depan sampai dagu menyentuh dada. Tahan sampai hitungan ke 5 lalu kembali ke posisi netral. Lalau tengadahlah sampai mata melihat atas, tahan sampai hitungan ke 5. Lakukan beberapa kali 3. Pada saat duduk atau berdiri, gerakkan kepala ke kanan dan usahakanlah telinga menyentuh bahu. Tahan samapi hitungan ke 5 lalu kembali ke posisi semula. Lakukan beberapa kali. 4. Pada saat duduk atau berdiri, naikkanlah bahu sampai menyentuh telinga. Lalu putarlah bahu.Kembali ke posisi netral. Lakukan beberapa kali
b. Lindungi leher dari regangan saat beraktifitas
1. Duduk tegak dengan punggung mendapatkan penyangga yang cukup 2. Posisi kepala sejajar dengan layar TV atau monitor computer 3. Istirahatlah sejenak saat duduk atau berdiri saat bekerja dan ubahlah posisi. 4. Tidur dengan bantal cukup menjaga leher dan kepala, gunakan bantal yang tidak terlalu empuk ataupun keras. c. Gunakan terapy hangat untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fleksibilitas
1. Ketika mandi, biarkanlah air hangat memijat punggung, leher dan bahu selama 15 menit 2. Gunakan kompres hangat dengan menggunakan handuk bila nyeri terasa selama 15 menit, bisa dilakukan 3-4 x/hari. d. Hubungi petugas kesehatan bila nyeri terus berlanjut
2.2 Anatomi Tubuh Manusia
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah system rangka, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, system syaraf, sistem penginderaan, sistem otot, dll. Sistem-sistem tersebut saling terkait antara satu dengan yang lainnya dan berperan dalam menyokong kehidupan manusia. Akan tetapi dalam ergonomi, sistem yang paling berpengaruh adalah sistem otot, sistem rangka dan sistem syaraf. Ketiga sistem ini sangat berpengaruh dalam ergonomi
karena manusia yang memegang peran sebagai pusat dalam ilmu ergonomi ( personcentered ergonomics). 2.2.1 Sistem Muskuloskeletal
Kerangka merupakan dasar bentuk tubuh sebagai tempat melekatnya otot otot, pelindung organ tubuh yang lunak, penentuan tinggi, pengganti sel-sel yang rusak, memberikan sistem sambungan untuk gerak pengendali dan untuk menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut. Rangka manusia terdiri dari tulang-tulang yang menyokong tubuh manusia yang terdiri atas tulang tengkorak, tulang badan dan tulang anggota gerak (Nurmianto, 2004). Fungsi utama dari sistem muskuloskeletal adalah untuk mendukung dan melindungi tubuh dan organ - organnya serta untuk melakukan gerak. Agar seluruh tubuh dapat berfungsi dengan normal, masing-masing substruktur harus berfungsi dengan normal. Enam substruktur utama pembentuk sistem muskuloskeletal antara lain: tendon, ligamen, fascia (pembungkus), kartilago, tulang sendi dan otot. Tendon, ligamen, fascia dan otot sering disebut sebagai jaringan lunak, sedangkan tulang sendi diperlukan untuk pergerakan antara segmen tubuh. Peran mereka dalam system muskuloskeletal keseluruhan sangatlah penting sehingga tulang sendi sering disebut sebagai unit fungsional sistem muskuloskeletal. Dalam kaitannya dengan ergonomi, Sistem otot dan rangka merupakan alat gerak pada manusia dan berperan dalam membentuk postur dalam bekerja. Sistem ini berguna dalam mendesain/ merancang tempat kerja, peralatan kerja dan produk baru yang harus disesuaikan dengan karakteristik manusia ( fitting job to the man ). Sistem otot dan rangka berpengaruh dalam kemampuan dan keterbatasan manusia dalam
melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan sistem syaraf merupakan pengendali dari semua kegiatan dan aktivitas termasuk gerakan system otot dan rangka. 2.2.2 Anatomi Tulang Belakang
Tulang Belakang merupakan bagian yang penting dalam ergonomi karena rangka ini merupakan rangka yang menyokong tubuh manusia bersama dengan panggul untuk mentransmisikan beban kepada kedua kaki melalui sendi yang terdapat pada pangkal paha. Tulang belakang terdiri dari beberapa bagian yaitu:
Gambar 2.1 Struktur Tulang Belakang
•
Tulang belakang cervical; terdiri atas 7 tulang yang memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek kecuali tulang ke-2 dan ke-7. Tulang ini merupakan tulang yang mendukung bagian leher.
•
Tulang belakang thorax; terdiri atas 12 tulang yang juga dikenal sebagai tulang dorsal. Procesus spinosus pada tulang ini terhubung dengan tulang rusuk. Kemungkinan beberapa gerakan memutar dapat terjadi pada tulang
ini. •
Tulang belakang lumbal; terdiri atas 5 tulang yang merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.
•
Tulang sacrum; terdiri atas 5 tulang dimana tulang-tulangnya bergabung dan tidak memiliki celah atau intervertebral disc satu sama lainnya. Tulang ini menghubungkan antara bagian punggung dengan bagian panggul.
•
Tulang belakang coccyx; terdiri atas 4 tulang yang juga tergabung tanpa celah antara 1 dengan yang lainnya. Tulang coccyx dan sacrum tergabung menjadi satu kesatuan dan membentuk tulang yang kuat. Pada tulang belakang terdapat bantalan yaitu intervertebral disc yang terdapat
di sepanjang tulang belakang sebagai sambungan antar tulang dan berfungsi melindungi jalinan tulang belakang. Bagian luar dari bantalan ini terdiri dari annulus fibrosus
yang terbuat dari tulang rawan dan nucleus pulposus yang berbentuk seperti
jeli dan mengandung banyak air. Dengan adanya bantalan ini memungkinkan terjadinya gerakan pada tulang belakang dan sebagai penahan jika terjadi tekanan pada tulang belakang seperti dalam keadaan melompat. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini maka tulang dapat menekan syaraf pada tulang belakang sehingga menimbulkan kesakitan pada punggung bagian bawah dan kaki. Struktur tulang belakang ini harus dipertahankan dalam kondisi yang baik agar tidak terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan injuri/ cidera.
2.3 Faktor Resiko Low Back Pain
Berdasarkan studi yang dilakukan secara klinik, biomekanika, fisiologi dan epidemiologi didapatkan kesimpulan bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan terjadinya cedera otot (MSDs) akibat bekerja (Armstrong & Chaffin, 1979) yang dikutip oleh Chaffin (1999), yaitu: 2.3.1 Faktor Pekerjaan (Work factors)
Berdasarkan karakteristik pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksinya dengan sistem kerja. Berdasarkan penelitian telah terbukti
bahwa
tinjauan secara biomekanik serta data statistik menunjukkan bahwa faktor pekerjaan berkontribusi pada terjadinya cedera otot akibat bekerja
(Armstrong, 1979;
Wisseman & Badger, 1970; Werner, 1997) dikutip Chaffin (1999). Berikut ini faktor-faktor pekerjaan yang bisa menyebabkan terjadinya cedera pada otot atau jaringan tubuh : a. Postur tubuh Postur tubuh pada saat melakukan pekerjaan yang menyimpang dari posisi normal ditambah dengan gerakan berulang akan meningkatkan risiko terjadinya LBP. Keyserling (1986) mengembangkan criteria sikap tubuh membungkuk, berputar dan menekuk yang dilakukan pada waktu bekerja berdasarkan pengukuran sikap tubuh tersebut. Kriteria penilaian sikap tubuh (Keyserling, 1986) :
Sikap tubuh normal : tegak / sediit membungkuk 0 0 - 200 dari garis vertikal
Sikap tubuh fleksi sedang : membungkuk 20 0 – 450 dari garis vertikal
Sikap tubuh fleksi berlebih : membungkuk > 45 0 dari garis vertikal
Sikap tubuh fleksi ke samping atau berputar : menekuk ke samping kanan atau kiri atau berputar > 15 0 dari garis vertikal
Keyserling dkk (1986) menggunakan system ini pada penelitian kasus kontrol pada pekerja, kasus berjumlah 95 orang dengan keluhan pada pinggang, 79 orang dengan keluhan pada bahu dan 124 kontrol. Hasil penelitian yaitu LBP pada pekerja dengan sikap tubuh fleksi sedang pada kasus lima kali lebih banyak dari kontrol dan pada pekerja dengan sikap tubuh fleksi berlebih, fleksi ke samping dan berputar enam kali lebih banyak dari kontrol. b. Repetisi Pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama, hal ini bisa terlihat pada dimana frekuensi pekerjaan yang harus dikerjakan tinggi, sehingga pekerja harus terus menerus bekerja agar dapat menyesuaikan diri dengan sistem. Kekuatan beban dapat menyebabkan peregangan otot dan ligamen serta tekanan pada tulang dan sendi – sendi sehingga terjadi kerusakan mekanik badan vertebrata, diskus invertebrate, ligamen, dan bagian belakang vertebrata. Kerusakan karena beban berat secara tiba – tiba atau kelelahan akibat mengangkat beban berat yang dilakakn secara berulang – ulang.
Mikrotrauma yang berulang dapat menyebabkan degenerasi tulang punggung daerah lumbal. (Riihiimaki, 1988) c. Pekerjaan statis ( static exertions) Pekerjaan yang menuntut seseorang tetap pada posisinya, perubahan posisi dalam bekerja akan menyebabkan pekerjaan terhenti. Pekerjaan dengan postur yang dinamis, memiliki risiko musculoskeletal disolder (MSDs) lebih rendah dibandingkan dengan pekerjaan yang mengharuskan postur statis. Hal ini disebabkan karena postur tubuh yang statis dapat meningkatkan risiko yang berhubungan dengan menurunnya sirkulasi darah dan nutrisi pada jaringan otot. Begerak sangat diperlukan untuk pemberian nutrisi kepada diskus, sehingga pekerjaan statis dapat mengurangi nutrisi tersebut. Selain itu pekerjaan statis menyebabkan peregangan otot dan ligament daerah punggung, hal ini merupakan faktor resiko timbulnya LBP. (Riihiimaki, 1988) d. Pekerjaan yang membutuhkan tenaga ( forceful exertions) atau beban Force atau tenaga merupakan jumlah usaha fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas atau gerakan. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligament, dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon, dan jaringan lainnya.
2.3.2. Faktor Individu ( Personal factors)
Kondisi dari seseorang yang dapat menyebabkan terjadi musculoskeletal disorder .
Berikut adalah beberapa faktor risiko pribadi yang berpengaruh terhadap
kejadian MSDs: a. Masa Kerja Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang bekerja disuatu perusahaan. Terkait dengan hal tersebut, MSDs merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lana waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko MSDs ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami MSDs (Guo, 2004). Merupakan faktor risiko dari suatu pekerja yang terkait dengan lama bekerja. Dapat berupa masa kerja dalam suatu perusahaan dan masa kerja dalam suatu profesi tertentu. Masa kerja merupakan faktor risiko yang sangat mempengaruhi seorang pekerja untuk meningkatkan risiko terjadinya musculoskeletal disorders, terutama untuk jenis pekerjaan yang
menggunakan
kekuatan kerja yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ikrimah tahun 2009 didapatkan hasil bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan MSDs dengan Pvalue sebesar 0,313. Demikian juga dengan penelitian Soleha tahun 2009 yang menunjukkan bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan MSDs dengan Pvalue sebesar 0,439.
b. Usia Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun (Bridger, 2003). Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Pendek kata, semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang, yang menjadi pemicu timbulnya gejala MSDs. Chaffin (1979) dan Gue et al (1995) menyatakan bahwa pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun. Pada usia 35, kebanyakan orang memiliki episode pertama mereka kembali sakit [Guo et al. 1995; Chaffin 1979]. Menurut Riihimaki et al (1989) menjelaskan umur mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan keluhan otot, terutama untuk otot leher dan bahu, bahkan beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa umur merupakan penyebab utama terjadinya keluhan otot. Grandjean (1993), menyebutkan bahwa umur 50-60 tahun kekuatan otot menurun sebesar 25%, kemampuan sensoris motoris menurun sebanyak 60%. Selanjutnya kemampuan kerja fisik seseorang yang berumur > 60 tahun tinggal mencapai 50% dari umur orang yang berumur 25 tahun. Menurut Corg, insiden tertinggi LBP terjadi pada usia antara 15 – 55 tahun, tetapi serangan ulang dan kecacatan akan meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Horzjl dan Rowe menemukan bahwa serangan ulang
terjadi pada usia 20 – 40 tahun. Bigos dkk mendapatkan bahwa usia 31 – 40 tahun adalah usia yang sangat rentan untuk teradinya LBP.(Erdil, 1994) Selain itu, beberapa penelitian lain yang menyatakan bahwa usia tidak berhubungan dengan keluhan MSDs (Herberts et al., 1981; Punnet at al., 1985 dalam Soleha 2009). Karena umur merupakan faktor konfounding dalam masa kerja maka faktor ini harus disesuaikan untuk menentukan hubungan dengan pekerjaan tersebut. c. Jenis Kelamin Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan prevalensi beberapa kasus musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria. (NIOSH, 1997). Hasil penelitian Betti’e et al. (1989) menunjukkan bahwa rata-rata kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60% dari kekuatan otot pria, khususnya untuk otot lengan, punggung dan kaki. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Chiang et al. (1993), Bernard et al. (1994), hales et al. (1994), dan Johansonb(1994) yang menyatakan bahwa perbandingan keluhan otot antara pria dan wanita adalah 1:3 (Tarwaka, et al. 2004). d. Kebiasaan Merokok Beberapa penelitian telah menyajikan bukti bahwa riwayat merokok positif dikaitkan dengan MSDs seperti nyeri pinggang, linu panggul, atau intervertebral disc hernia
[Finkelstein 1995; Owen dan Damron 1984;
Frymoyer et al. 1983; Svensson dan Anderson 1983; Kelsey et al.1984]. Meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan. Meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Risiko meningkat 20% untuk tiap 10 batang rokok per hari. Mereka yang telah berhenti merokok selama setahun memiliki risiko LBP sama dengan mereka yang tidak merokok. Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuannya untuk mengkonsumsi oksigen akan menurun. Bila orang tersebut dituntut untuk melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah. Boshuizen et al (1993) menemukan hubungan yang signifikan antar kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang (Bernard et al, 1997; De Beeck &Herman, 2000) Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Jenis perokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu : a. Perokok Ringan Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang per hari.
b. Perokok Sedang Disebut perokok sedang jika menghisap 10 – 20 batang per hari. c. Perokok Berat Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang perhari (Bustan, 1997). Dalam sebuah penelitian Finlandia usia 30-64, [Makela et al. 1991], nyeri leher ditemukan secara signifikan berhubungan dengan merokok saat ini (OR 1.3, CI 95% 1-1,61) ketika model logistik telah disesuaikan untuk usia dan jenis kelamin. Beberapa penjelasan untuk hubungan yang telah dirumuskan. Satu hipotesis adalah bahwa nyeri punggung disebabkan oleh batuk dari merokok. Batuk meningkatkan tekanan perut dan tekanan intradiscal dan
meletakkan beban pada tulang belakang. Beberapa studi telah
mengamati hubungan tersebut [Deyo dan Bass 1989; Frymoyer et al. 1980; Troup et al. 1987]. Mekanisme lainnya yang diusulkan meliputi nikotin yang masuk melalui aliran darah ke jaringan dan berkurang kekuatannya [Frymoyer et al. 1983] dan merokok menyebabkan kandungan mineral tulang berkurang sehingga menyebabkan microfracture. Allah SWT berfirman dalan surat Al Araaf (7) ayat 157 : “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orangorang yang beruntung.”
Menurut tafsir Ibnu Katsir, Allah Ta’ala berfirman, “yang menghalalkan perkara yang baik – baik dan mengharamkan bagi mereka perkara yang buruk – buruk”. Sebagian ulama berkata bahwa setiap perkara yang dihalalkan oleh Allah SWT adalah yang baik dan bermanfaat bagi tubuh dan agama. Dan setiap perkara yang diharamkannya adalah buruk dan membahayakan bagi tubuh dan agama. (Peringkas berkata bahwa termasuk ke dalam yang buruk adalah rokok yang mencakup tanaman tembakau, tanbak, qat, dan mudghah
(jenis – jenis tanaman perdu yang biasa digunakan untuk
merokok). Merokok sangat membahayakan tubuh. Para dokter menetapkan bahwa lebih dari 60 % penderita kanker paru, mulut, dan laring berasal dari perokok. Apakah seseorang masih menunggu pengharamannya ? Keterangan ini menunjukan bahwa ia membahayakan dan mengandung racun. Bahkan ada binatang tertentu yang mati seketika oleh sedikit tembakau) (Ar Rifa’I, 1999) e. Kebiasaan Olahraga Aerobic fitness
meningkatkan kemampuan kontraksi otot. Delapan
puluh persen (80 %) kasus nyeri tulang punggung disebabkan karena buruknya tingkat kelenturan (tonus) otot atau kurang berolah raga. Otot yang lemah terutama pada daerah perut tidak mampu menyokong punggung secara maksimal. Tingkat keluhan otot juga dipengaruhi oleh tingkat kesegaran jasmani. Berdasarkan laporan dari NIOSH yang dikutip dari hasil penelitian Cady et al (1979) menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah, maka risiko terjadinya keluhan adalah 7,1 % tingkat kesegaran
jasmani yang sedang risiko terjadinya gangguan otot rangka adalah 3,2 % dan tingkat kesegaran jasmani yang tinggi maka risiko untuk terjadinya keluhan otot rangka 0,8%. Penelitian yang dilakukan Rahmat (2007) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian low back pain dengan kebiasaan olahraga dengan p value 0,029. f. Tinggi badan Walaupun pengaruhnya relatif kecil, tinggi badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal. Penelitian Heliovaara (1987), yang dikutip NIOSH (1997) menyebutkan bahwa tinggi seseorang berpengaruh terhadap timbulnya herniated lumbar disc pada jenis kelamin wanita dan pria. Schierhout (1995), menemukan bahwa pendeknya seseorang berasosiasi dengan keluhan pada leher dan bahu. Pada tubuh yang tinggi umumnya sering mengalami keluhan sakit punggung, tetapi tubuh tinggi tak mempunyai pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu, dan pergelangan tangan. Apabila diperhatikan, keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka dalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya (Tarwaka et al, 2004). Pheasant (1986) dikutip dalam Nurmianto (1993), menyatakan bahwa data antropometri masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut: 5%ile = 153 cm, 95%ile = 163 cm dan mean = 163 cm.
g. Obesitas Obesitas atau kegemukan menurut dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan terjadinya penimbunan lemak berlebihan di jaringan lemak tubuh. Kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi, dimana konsumsi terlalu berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan. Kelebihan tersebut disimpan dalam jaringan lemak. Seseorang dikatakan obesitas apabila mempunyai berat badan lebih dari 20% berat badan ideal. Berat badan yang berlebihan (overweight / obesitas) menyebabkan tonus otot abdomen lemah, sehingga pusat gravitasi seseorang akan terdorong ke depan dan menyebabkan lordosis lumbalis, akan bertambah yang kemudian menimbulkan kelelahan pada otot paravertebrata, hal ini merupakan resiko terjadinya LBP. (Van Dieen, 1997) Sesungguhnya Allah SWT telah menjelaskan dalam Al Quran surat Al An’aam (6) ayat 141 : “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacammacam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” Dalam tafsir Ibnu Katsir dielaskan bahwa, Allah Ta’ala berfirman “dan janganlah kamu berlebih – lebihan, sesungguhnya Dia tidak menyukai orang – orang yang berlebih - lebihan”. Banyak sekali tafsiran atas ayat ini. Kemudian Ibnu Jarir memilih tasiran Atha’ yang mengatakan : sesungguhnya
Allah melarang berlebih – lebihan dalam segala perkara. Tidak diragukan lagi bahwa penafsiran demikian benar. Namun kalau dilihat dari susunan ayat yang berbunyi “bila ia berbuah, maka makanlah buahnya dan berika haknya pada saat memanennya, dan janganlah kamu berlebih - lebihan”. Maka penafsiran itu mesti merujuk ke soal makan. Yakni janganlah berlebih – lebihan dalam memakannya karena dapat membahayakan akal dan fisik, seperti dijelaskan firman Allah SWT, “makanlah, minumlah, dan janganlah berlebih - lebihan”. Sekaitan dengan hal itu, di dalam Shahih Bukhari dikatakan “makanlah, minumlah, dan berpakaianlah tanpa berlebihan dan kesombongan”. Jadi berlebihan disini ialah berlebihan dalam hal makan. Wallahu’alam. (Ar Rifa’I, 1999) Pada penelitian kasus kontrol (kasus 44 orang, control 106 orang) oleh Laurence J Fuortes dkk (1994), didapatkan bahwa berat badan lebih (OR = 2,1) dan obesitas (OR = 3,2) merupakan faktor resiko LBP (Fuortes, 1994) WHO (2003) mengklasifikasikan IMT sebagai berikut: <18,5 dikatakan underweight, 18,5-24,9 dikategorikan normal, overweight (kelebihan berat badan) jika IMT ≥ 25 dan dikatakan obesitas jika IMT ≥ 30.
h. Durasi / lama mengemudi dalam satu hari Sukarto (2007) mengatakan, “Saat manusia duduk, beban maksimal lebih berat 6-7 kali dari berdiri. Tulang atlas yang menyangga tengkorak mengalami beban terberat. Jika riding position-nya salah, bagian tulang
belakang yakni vertebra lumbal 2-3 (mendekati tulang pinggul) akan terserang te rserang nyeri punggung bawah. Penelitian kontemporer yang dikemukakan oleh Hu-tech (2005) menjelaskan bahwa setidaknya setengah dari para pengemudi kendaraan jarak jauh menderita sakit pada tubuh bagian belakang. Penelitian ini juga menyatakan orang yang mengemudi selama lebih dari 4 jam sehari, 6 kali lebih beresiko absen dari pekerjaannya karena sakit punggung daripada orang yang mengemudi mengemudi kurang kurang dari 2 jam.
2.3.3 2.3.3 Fakto Faktorr Lingku Lingkunga ngan n
a. Getaran (vibrasi) Getaran dapat didefinisikan sebagai serangkaian arus bolak balik, arus mekanis bolak balik, dan pergerakan partikel mengitari suatu keseimbangan, merupakan sebagian kecil yang dikemukakan. Karakteristik getaran ditinjau darifrekuensi dan intensitas. Frekuensi getaran mengacu pada frekuensi bolak balik per detik dan diukur dalam satuan hertz (Hz). Intensitas diukur dengan berbagai cara, seperti puncak amplitude, kecepatan tertinggi, dan pecepatan. Reaksi fisiologis tubuh terhadap getaran tergantung pada frekuensi dan intensitas. Getaran juga dibedakan menjadi getaran seluruh tubuh dan getaran yang terlokalisir. Getaran seluruh tubuh ditransmisikan ke tubuh terutama melalui bokong, misalnya saat seorang operator menduduki tempat duduk yang bergetar. Tetapi getaran seluruh tubuh juga dapa terjadi saat getaran memasuki tubuh melalui lengan dan tungkai.
Getaran seluruh tubuh beraibat pada seluruh tubuh dapat bersumber dari berbagai jenis kendaraan atau peralatan berat termasuk mobil, truk, bis, kereta api, pesawat pesawat terbang, terbang, dan mesin mesin – mesin untuk untuk konstruk konstruksi si bangunan. bangunan. Pajanan getaran setempat terutama berasal dari peralatan mesin genggam yang bergetar. (Mustafa, 1992) b. Temperatur ekstrim Temperatur yang dingin menyebabkan berkurangnya daya kerja sensor tubuh, aliran aliran darah, kekuatan kekuatan otot dan keseimbangan. keseimbangan. Sedangkan Sedangkan temperatur temperatur bekerja yang tinggi dapat menyebabkan pekerja cepat merasa lelah.
2.4 Metode Penilaian Resiko Ergonomi 2.4.1 Baseline Risk Identification Identification of Ergonomic Ergonomic Factor (BRIEF) Survey Survey
Baseline Risk Identification of Ergonomic Factor (BRIEF) Survey merupakan metode metode yang digunakan digunakan untuk untuk menilai menilai faktor faktor risiko ergonomic ergonomic di tempat tempat kerja yang yang dapat menyebabkan terjadinya Cummulative (CTD/ nama nama lain lain dari Cummulative Trauma Disordes Disordes (CTD/ MSDs). Metode Metode BRIEF survey menggunakan menggunakan tiga langkah langkah yang dilakukan dilakukan dalam dalam penilaiannya yaitu penilaian faktor risiko ergonomi di lingkungan kerja, survey gejala terhadap terhadap pekerja pekerja dan hasil pemeriksaa pemeriksaann kesehatan kesehatan secara medis medis (Bramson et al., 1998). Faktor risiko risiko yang dinilai dinilai dalam BRIEF meliputi meliputi postur postur pergelangan pergelangan tangan dan tangan tangan (kanan dan dan kiri), bahu bahu (kanan dan dan kiri), siku siku (kanan dan dan kiri), kiri), leher, punggung, dan kaki. Metode ini juga menilai beban, durasi dan frekuensi yang dialami dialami masing-masing masing-masing postur postur yang diukur. diukur. BRIEF memberikan memberikan penilaian penilaian risiko risiko CTD
pada masing-masing postur diatas. BRIEF survey dapat menilai faktor risiko MSDs yang tergolong tergolong tinggi tinggi yang ada ada di lingkungan lingkungan kerja. kerja. Selain Selain itu BRIEF BRIEF juga melakukan melakukan evaluasi evaluasi terhadap terhadap pekerjaan dan lingkungan lingkungan kerja untuk untuk ditinjau ditinjau lebih lanjut seperti getaran, tekanan mekanik mekanik dan temperatur yang yang rendah. Metode BRIEF menghitung menghitung semua semua postur tubuh dengan jelas termasuk termasuk durasi, frekuensi frekuensi dan beban yang diterima diterima masing-masing masing-masing postur postur yang diukur. Selain Selain itu metode metode ini juga juga menggunaka menggunakann survey gejala gejala dan hasil hasil dari pemeriksa pemeriksaan an kesehatan, kesehatan, sehingga sehingga hasil yang diperoleh diperoleh lebih lebih akurat. akurat. Metode ini membutu membutuhkan hkan data lebih lebih banyak sehingga tidak mudah untuk digunakan pada semua sektor industri seperti sektor usaha informal. 2.4.2 Quick Exposure Checklist (QEC)
Quick Exposure Checklist (QEC) merupakan metode yang dapat dipakai untuk menilai menilai secara cepat risiko risiko pajanan terhadap terhadap Work-Related Musculoskeleta Musculoskeletall Disorders Disorders (WMSDs) atau gangguan gangguan otot rangka yang berhubungan berhubungan dengan pekerjaan pekerjaan (Li and Buckle, 1999a). Metode ini dikembangkan dan dievaluasi dievaluasi oleh Dr. Guangyan Li dan Profesor Peter Buckle yang didukung oleh penelitian dari Roben Center for Health Health Ergonomic, Ergonomic, University University of Surrey dan 150 praktisi praktisi Kesehatan Kesehatan dan Keselamatan Keselamatan Kerja United Kingdom (HSE UK, 2005). QEC fokus pada penilaian penilaian pajanan pajanan dan perubahannya perubahannya yang bermanfaat untuk intervensi intervensi di tempat tempat kerja yang penilaian penilaiannya nya dilakukan dilakukan dengan cepat. Metode Metode ini menilai menilai gangguan risiko yang terjadi terjadi pada bagian belakang belakang punggung, bahu/lengan, bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher serta kombinasinya dengan faktor risiko durasi,
repetisi, pekerjaan statis atau dinamis, tenaga yang dibutuhkan, dan kebutuhan visual. Selain itu, metode ini juga melihat ada atau tidaknya pengaruh getaran dan tekanan psikososial dalam penilaiannya. Konsep dalam penilaian metode ini adalah melihat skor pajanan ergonomi untuk bagian tubuh tertentu dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya dengan cara melihat kombinasi faktor risiko ergonomi yang hadir secara bersamaan di tempat kerja. Metode dalam penilaian QEC melibatkan observasi langsung oleh peneliti dan kuisioner untuk pekerja, dimana hasil penilaiannya akan dikalkulasikan sesuai dengan ketentuan QEC. Skoring untuk QEC berdasarkan persentase hasil penilaian QEC sendiri yaitu ≤ 40% (dapat diterima), 41-50% (perlu adanya investigasi lanjutan), 51-70% (investigasi lebih lanjut dan perubahan segera), > 70% (investigasi dan perubahan segera) (Stanton et al, 2005). Metode ini menilai beberapa faktor risiko fisik utama terhadap MSDs dan mempertimbangkan kombinasi/ interaksi dari berbagai faktor risiko di tempat kerja. selain itu metode ini juga mempertimbangkan kebutuhan pengguna, mudah dimengerti, cepat dan dapat dilakukan oleh peneliti yang belum berpengalaman. Akan tetapi metode ini hanya berfokus pada factor fisik di tempat kerja saja, kurang mendetail dalam menilai postur kerja dan butuh pelatihan bagi orang baru yang menggunakan metode ini untuk meningkatkan reliabilitas penilaian.
2.4.3 Ovako Working Posture Analysing System (OWAS)
Ovako Working Posture Analysing System (OWAS) merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis postur kerja selama bekerja. Metode OWAS dikembangkan oleh Ovako Oy Steel Co. Di Finlandia sekitar pertengahan tahun
1970an. Metode ini mengukur beban pada system muskuloskeletal karena adanya postur kerja yang tidak sesuai. Postur yang diukur adalah postur pada punggung, tangan dan kaki. Pengukuran dengan metode ini didasarkan pada sampling pekerjaan (mengukur variabel postur pada waktu yang dijadikan sampling) dengan mengukur frekuensi dan durasi pada masing-masing postur yang terjadi dalam suatu pekerjaan. Selain itu juga diukur mengenai force/ beban yang ditangani ketika bekerja. Akan tetapi metode ini tidak mempertimbangkan faktor risiko lainnya dalam ergonomi seperti getaran, suhu, dll (Kant, Notermans & Borm, 1990). Mekanisme pertama dalam pelaksanaan OWAS adalah memilih pekerjaan dan pekerja yang akan dinilai. Kemudian dilakukan analisis pekerjaan dengan membagi fase-fase yang terjadi dalam pekerjaan tersebut. Selanjutnya dilakukan pengambilan data menggunakan sampel (waktu yang dapat mewakilkan, semua hal yang mempengaruhi, fase pekerjaan dan ketentuan minimumnya). Hal terakhir yang dilakukan adalah menganalisis data tersebut dan menetapkan kategori tindakan untuk pekerjaan tersebut. kategori itu meliputi; action categories 1 (tidak membutuhkan tindakan perbaikan), action categories 2 (membutuhkan tindakan perbaikan dalam waktu dekat), action categories 3 (membutuhkan tindakan perbaikan sesegera mungkin), action categories 4 (membutuhkan tindakan perbaikan secepatnya/ saat ini) (ILO, 1998). Metode ini cocok digunakan untuk pekerjaan manual handling dan pekerjaan yang bersifat dinamis karena metode ini menilai suatu pekerjaan berdasarkan tahapan dari masing-masing task pada pekerjaan tersebut.
2.4.4 Rapid Entire Body Assessment (REBA)
Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang digunakan untuk menilai faktor risiko ergonomi pada seluruh tubuh ketika bekerja. REBA dikembangkan oleh Hignett dan McAtamney pada tahun 2000. REBA menghitung postur kerja yang dilakukan ketika bekerja dengan mengumpulkan data mengenai postur, beban/ tenaga yang digunakan, pergerakan dan pengulangannya. Penilaian REBA meliputi semua bagian tubuh yaitu leher, punggung, kaki, bahu/ lengan atas, siku/ lengan bagian bawah dan pergelangan tangan. Selain itu REBA juga memberikan penilaian secara umum mengenai beban yang diterima dan apakah ada pengulangan atau tidak dalam pekerjaan. Penilaian terhadap beban tersebut juga mempertimbangkan bagaimana genggaman/ cengkeraman tangan terhadap beban yang ditangani. REBA merupakan suatu metode penilaian ergonomi yang dikembangkan berdasarkan range posisi postur dalam konsep RULA, OWAS dan NIOSH Equation. Metode REBA digunakan dalam mengidentifikasi risiko ergonomi pada pekerjaan yang melibatkan seluruh anggota tubuh, postur yang statis, dinamis, berubah dengan cepat atau tidak stabil, pekerjaan yang menangani beban atau tanpa beban secara terus menerus ataupun tidak, dan ketika melakukan pekerjaan. Hasil penilaian REBA merupakan level tindakan yang perlu dilakukan, yaitu 1 (risiko dapat diabaikan, tidak diperlukan tindakan), 2-3 (risiko rendah, mungkin diperlukan tindakan), 4-7 (risiko sedang, perlu tindakan), 8-10 (risiko tinggi, tindakan secepatnya), 11-15 (risiko sangat tinggi, tindakan sesegera mungkin) (Stanton et al., 2005).
Metode REBA merupakan metode yang mengukur semua postur tubuh yang mudah dipahami dan tidak membutuhkan waktu yang lama dalam penilaiannya. Akan tetapi metode ini hanya menitikberatkan pada penilaian faktor fisik saja tidak menilai faktor risiko ergonomi lainnya seperti getaran, suhu, faktor psikososial, dll.
2.4.5 Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
RULA atau Rapid Upper Limb Assesment dikembangkan oleh Dr. Lynn Mc Attamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergononom dari universitas di Nottingham ( University’s NottinghamInstitute of Occupational ergonomics ). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomic pada tahun 1993 (Lueder, 1996). Rapid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan metode yang digunakan untuk mengukur faktor risiko musculoskeletal disorders pada leher dan tubuh bagian atas. RULA dikembangkan oleh McAtamney dan Corlett dari University of Nottingham Institute of Occupational Ergonomics, United Kingdom pada tahun 1993 (Stanton et al., 2005). Rapid Upper Limb Assesment adalah
metode yang dikembangkan dalam
bidang ergonomi yang menginvestigasikan dan menilai posisi kerja yang dialakukan oleh tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak melakukan piranti khusus dalam memberikan pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh. Penilaian dengan menggunakan metode RULA membutuhkkan waktu sedikit untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya
pengurangan resiko yang diakibatkan pengangkatan fisik yang dilakukan operator. RULA diperuntukkan dan dipakai pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas (McAtamney, 1993). RULA menghitung faktor risiko ergonomi pada pekerjaan dimana pekerjanya banyak melakukan pekerjaan dalam posisi duduk atau berdiri tanpa adanya perpindahan. RULA menghitung faktor risiko berupa postur, tenaga/ beban, pekerjaan statis dan repetisi yang dilakukan dalam pekerjaan. Fokus utama penilaian RULA yang diukur secara detail yaitu postur dari bahu/ lengan atas, siku/ lengan bawah, pergelangan tangan, leher dan pinggang. Selain itu RULA juga mempertimbangkan adanya beban dan perpindahan yang dilakukan dalam penilaiannya. RULA juga menilai posisi kaki apakah stabil atau tidak. Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi pastur atau sikap, kekuatan dan aktivitas otot yang menimbulkan cidera akibat aktivitas berulang ( repetitive starain injuries).
Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan yang berupa
skor resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (berbahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard . Oleh sebab itu metode RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang berisiko dan dilakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996) . RULA bertujuan untuk mengukur risiko muskuloskeletal, membandingkan beban yang diterima muskuloskeletal sebelum dan sesudah adanya modifikasi tempat
kerja, mengevaluasi hasilnya dan memberitahukan pada pekerja mengenai risiko yang berhubungan dengan musculoskeletal karena postur kerja. Penilaian menggunakan RULA merupakan metode yang telah dilakukan oleh Mc Atamney dan Corlett (1993). Tahap-tahap menggunakan metode RULA adalah sebagai berikut : Untuk menghasilkan suatu metode yang cepat digunakan, tubuh dibagi menjadi dua bagian, yaitu grup Adan grup B. Grup A meliputi lengan atas dan lengan bawah serta pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher, badan dan kaki. Hal ini memastikan bahwa seluruh postur tubuh dicatat sehingga postur kaki, badan dan leher yang terbatas yang mungkin mempengaruhi postur tubuh bagian atas dapat masuk dalam pemeriksaan. Kisaran gerakan untuk setiap bagian tubuh dibagi menjadi bagian-bagian menurut kriteria yang berasal dari interpretasi literatur yang relevan. Bagian-bagian ini diberi angka sehingga angka 1 berada pada kisaran gerakan atau postur kerja dimana resiko faktor merupakan terkecil atau minimal. Sementara angka-angka yang lebih tinggi diberikan pada bagian-bagian kisaran gerakan dengan postur yang lebih ekstrim yang menunjukkan adanya faktor resiko yang meningkat yang menghasilkan beban pada struktur bagian tubuh. Sistem penskoran ( scoring ) pada setiap postur bagian tubuh ini menghasilkan urutan angka yang logis dan mudah untuk diingat. Agar memudahakan identifikasi kisaran postur dari gambar setiap bagian tubuh disajikan dalam bidang sagital. Pemeriksaan atau pengukuran dimulai dengan mengamati operator selama beberapa siklus kerja untuk menentukan tugas dan postur pengukuran. Pemilihan
mungkin dilakukan pada postur dengan siklus kerja terlama dimana beban terbesar terjadi. Karena RULA dapat dilakukan dengan cepat, maka pengukuran dapat dilakukan pada setiap postur pada siklus kerja. Kelompok A memperlihatkan postur tubuh bagian lengan atas, lengan bawah pergelangan tangan. Kisaran lengan atas diukur dan diskor dengan dasar penemuan dari studi yang dilakukan oleh Tichauer, Caffin, Herbert et al, Hagbeg, Schuld dan Harms-Ringdahl dan Shuldt. Skor-skor tersebut adalah sebagai berikut. 1. Langkah 1
+1 Untuk 20° extension hingga 20° flexion
+2 Untuk extension lebih dari 20° atau 20° - 45° flexion
+3 Untuk 45° - 90° flexion
+4 Untuk 90° flexion atau lebih
Keterangan:
+ 1 jika pundak/bahu ditinggikan
+ 1 jika lengan atas abducted
-1 jika operator bersndar atau bobot lengan ditopang
Gambar 2.2 Postur Bagian Lengan Atas
2. Langkah 2
Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari penelitin Granjean dan Tichauer. Skor tersebut adalah:
+ 1 untuk 60° - 100° flexion +2 untuk kurang dari 60° atau lebih dari 100° flexion
Keterangan:
+ 1 jika lengan bekerja melintasi garis tengah badan atau keluar dari sisi
Gambar 2.3 Postur Bagian Lengan Bawah
3. Langkah 3 Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari penelitian Health and Safety Executive, digunakan untuk menghasilkan skor postur sebagai berikut:
+ 1 untuk berada pada posisi netral
+ 2 untuk 0 - 15° flexion maupun extension
+ 3 untuk > 15° atau lebih flexion maupun extension
Keterangan:
+1 jika pergelangan tangan berada pada deviasi radial maupun ulnar
Gambar 2.4 Postur Pergelangan Tangan
4. Langkah 4 Putaran pergerakan tangan ( pronation dan supination) yang dikeluarkan oleh Health and Safety Executive pada postur
netral berdasar pada Tichauer. Skor tersebut
adalah:
+1 jika pergelangan tangan berada pada rentang menengah putaran
+2 jika pergelangan tangan pada atau hampir berada pada akhir rentang putaran
Gambar 2.5 Postur Putaran Pergelangan Tangan
5. Langkah 5 Gambar sikap kerja yang dihasilkan dari postur kelompok A yang meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor unutk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor A.
6. Langkah 6
Tabel 2.1 Skor Grup A
Skor penggunaan otot Tambahkan nilai +1, apabila terjadi :
Postur statis, berlangsung selama 10 menit atau lebih.
Gerakan berulang 4 kali atau lebih dalam 1 menit.
7. Langkah 7 Skor untuk penggunaan tenaga atau beban 0
1
2
3
Beban < 2 kg, intermiten Beban 2-10 kg, statis atau repetitif
Beban 2-10 kg, Intermiten Beban > 10 kg, Refetitif atau kejutan
dengan
8. Langkah 8 Tetapkan lajur pada table C
Table 2.2 Grand Total Score Table
9. Langkah 9 Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada studi yang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan kisaran tersebut adalah:
+1 untuk 0 - 10° flexion
+2 untuk 10 - 20° flexion
+3 untuk 20° atau lebih flexion
+4 jika dalam in extention Apabila leher diputar atau dibengkokkan
Keterangan :
+1 jika leher diputar atau posisi miring, dibengkokkan ke kanan atau kiri.
Gambar 2.6 Postur Leher
10. Langkah 10 Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Druy, Grandjean dan Grandjean et al:
+1 ketika duduk dan ditopang dengan baik dengan sudut paha tubuh 90°atau lebih
+2 untuk 0 - 20° flexion
+3 untuk 20° - 60° flexion
+4 untuk 60° atau lebih flexion Punggung diputar atau dibengkokkan
Keterangan:
+1 jika tubuh diputar
+1 jika tubuh miring kesamping
Gambar 2.7 Postur Punggung
11. Langkah 11 Kisaran untuk kaki dengan skor postur kaki ditetapkan sebagai berikut:
+1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata.
+1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki dimana terdapat ruang untuk berubah posisi.
+2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata.
Gambar 2.8 Postur Kaki
12. Langkah 12 Gambar sikap kerja yang dihasilkan dari postur kelompok B yaitu leher, punggung (badan) dan kaki diamati dan ditentukan skor untuk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan ke dalam tabel B untuk memperoleh skor B.
Tabel 2.3 Skor Grup B
13. Langkah 13 Skor penggunaan otot Tambahkan nilai +1, apabila terjadi :
Postur statis, berlangsung selama 10 menit atau lebih.
Gerakan berulang 4 kali atau lebih dalam 1 menit.
14. Langkah 14 Skor untuk penggunan tenaga atau beban. 0
1
2
3
Beban < 2 kg, intermiten Beban 2-10 kg, statis atau repetitif
15. Langkah 15 Tetapkan lajur pada table C
Beban 2-10 kg, Intermiten Beban > 10 kg, Refetitif atau dengan kejutan
Penetapan skor final yaitu dengan memasukkan nilai postur kelompok A (arm and wrist analysis) kedalam kolom vertikal tabel C, lalu memasukkan nilai postur kelompok B (neck, trunk, and leg analysis) ke dalam kolom horizontal tabel C. Setelah diperoleh grand score, yang bernilai 1 sampai 7 menunjukkan level tindakan (action level ) sebagai berikut:
Action level 1
Suatu skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur ini biasa diterima jika tidak dipertahankan atau tidak berulang dalam periode yang lama.
Action level 2
Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan lanjutan dan juga diperlukan perubahan-perubahan.
Action level 3
Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa pemeriksaaan dan perubahan perlu segera dilakukan.
Action level 4
Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).
2.6 Kerangka Teori
Berdasarkan studi yang dilakukan secara klinik, biomekanika, fisiologi dan epidemiologi didapatkan kesimpulan bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan terjadinya cedera otot (MSDs) akibat bekerja (Armstrong & Chaffin, 1979) yang dikutip oleh Chaffin (1999), yaitu: 1. Faktor Pekerjaan (Work factors) Berdasarkan karakteristik pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksinya dengan sistem kerja. Berdasarkan penelitian telah terbukti
bahwa
tinjauan secara biomekanik serta data statistik menunjukkan bahwa faktor pekerjaan berkontribusi pada terjadinya cedera otot akibat bekerja
(Armstrong, 1979;
Wisseman & Badger, 1970; Werner, 1997) dikutip Chaffin (1999). Faktor-faktor pekerjaan yang bisa menyebabkan terjadinya cedera pada otot atau jaringan tubuh yaitu postur tubuh, repetisi, pekerjaan statis dan pekerjaan yang membutuhkan tenaga. 2. Faktor Individu ( Personal factors) Kondisi dari seseorang yang dapat menyebabkan terjadi musculoskeletal disorder .
Beberapa faktor risiko pribadi yang berpengaruh terhadap kejadian MSDs
yaitu masa kerja (Guo, 2004), usia (Guo et al. 1995; Chaffin 1979), jenis kelamin (Chiang et al. (1993), Bernard et al. (1994), hales et al. (1994), dan Johansonb(1994)), kebiasaan merokok (Finkelstein 1995; Owen dan Damron 1984; Frymoyer et al. 1983; Svensson dan Anderson 1983; Kelsey et al.1984), kebiasaan olahraga (Cady et al (1979)), tinggi badan, obesitas (Van Dieen, 1997), dan durasi pekerjaan per hari
3. Faktor Lingkungan Kondisi dari lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya musculoskeletal disorder . Diantaranya yaitu getaran dan temperatur ekstrim. (Mustafa, 1992)
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam kerangka teori berikut : Faktor pekerjaan 1. Postur tubuh 2. Repetisi 3. Pekerjaan statis 4. Pekerjaan yang memaksakan tenaga (beban) Faktor individu 1. Masa kerja 2. Usia 3. Jenis kelamin 4. Kebiasaan merokok
Keluhan Low Back
5. Kebiasaan olahraga
Pain
6. Tinggi badan 7. Obesitas 8. Durasi mengemudi Faktor lingkungan 1 Getaran 2 Temperatur Ekstrim
Bagan 2.1 Kerangka Teori
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan low back pain pada pekerja di tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading, Jakarta. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen yang mengacu pada kerangka teori yang telah disebutkan sebelumnya. Variabel independen terdiri dari faktor pekerjaan dan faktor individu dan variabel dependen dari penelitian ini adalah keluhan low back pain. Kerangka konsep ini mengacu pada faktor kondisi lingkungan yang diteliti, fakta – fakta kejadian dan penelitian – penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara postur tubuh, repetisi, pekerjaan statis, pekerjaan yang mebutuhkan tenaga, durasi, masa kerja, usia, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, tinggi badan, dan obesitas dengan keluhan low back pain pada pekerja.
Adapun variabel getaran tidak dilakukan penelitian karena tidak adanya alat untuk mengukur dalam penelitian ini, sehingga hal ini menjadi salah satu kekurangan dalam penelitian ini. Variabel temperatur ekstrim tidak diteliti karena dalam melakukan pekerjaannya selalu melalui rute perjalanan yang sudah biasa dilewati, sehingga menurut para pekerja temperatur di lingkungan kerja tidak terlalu mempengaruhi kondisi kerja. Karena pekerja selalu berpindah tempat dalam melakukan pekerjaannya, yang dimaksud dengan lingkungan kerja dalam penelitian
ini adalah seluruh tempat yang biasa dilewati pekerja karena pekerjaannya bersifat mobile
atau berpindah tempat.
Variabel jenis kelamin tidak diteliti karena
populasinya adalah laki – laki atau bersifat homogen. Berikut ini adalah bagan kerangka konsep.
Faktor Pekerjaan (Berdasarkan Postur RULA)
Faktor Individu
Keluhan Low back ain
1. Usia 2. Kebiasaan merokok 3. Kebiasaan olahraga 4. Tinggi badan 5. Obesitas 6. Masa kerja 7. Durasi mengemudi
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
3.2 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No
1
2
Variabel
Definisi
Alat Ukur
Keluhan Low back Nyeri yang dirasakan dan di Kuesioner keluhkan oleh pekerja di pain daerah punggung bawah, beserta gejala yang dirasakan. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. Faktor pekerjaan (RULA)
Skor akhir dari hasil mengidentifikasi postur pengemudi dengan mengunakan metode RULA
Cara Ukur
Wawancara
Hasil Ukur
0.
Tidak keluhan
Skala
ada Ordinal
1. Ada keluhan
Merekam dan 0. Skor < 7 (skor 5 Ordinal menilai postur dan 6) Busur pengemudi 1. Skor = 7 dengan Stopwatch menggunakan metode RULA Timbangan serta mengukurnya dengan Kamera
menggunakan busur 3
4
5
6
Jumlah tahun yang dihitung Kuesioner mulai dari responden lahir sampai saat pengumpulan data dilakukan
Menyebarkan kuesioner
Kebiasaan Merokok
Kegiatan menghisap rokok Kuesioner yang dilakukan berulang kali dan teratur dan sulit dilepaskan
Menyebarkan kuesioner
0. Tida Tidak k mero meroko kok k
Kebiasaan ol olahraga
Latihan fisik yang dilakukan Kuesioner responden meliputi frekuensi latihan, lama latihan, dan jenis latihan
Menyebarkan kuesioner
0. Olahr lahrag agaa
Postur pekerja saat berdiri Kuesioner tegak, dihitung dari puncak kepala sampai telapak kaki
Menyebarkan kuesioner
0. < 163 cm
Usia
Tinggi badan
0. < 35 tah tahun
Ordinal
1. ≥ 35 tah tahun (Guo et al, 1995; Chaffin, 1979) Ordinal
1. Merokok
Ordinal
1. Tida Tidak k olah olahra raga ga
Ordinal
1. ≥ 163 cm (Pheasant, 1986)
7
Obesitas
Berat Berat badan pekerja pekerja pada saat saat Kuesioner penelitian dilakukan, dilakukan, termasuk dengan pakaian yang dikenakan, lalu dihitung indeks masa tubuhnya
Menyebarkan kuesioner
0. Underweight (IMT < 18,5) 1. Norm Normal al
(IMT (IMT
Ordinal
18,5-24,9) 2. Overweight (IMT (IMT ≥ 25) 25) 3. Obes Obesit itas as (IMT (IMT ≥ 30) (WHO, 2003) 8
Masa kerja
9
Durasi me mengemudi
Panjangnya waktu terhitung mulai pertama kali pekerja masuk kerja hingga saat penelitian berlangsung berlangsung Waktu yang dihabiskan pekerja selama mengemudi per harinya
Kuesioner
Menyebarkan kuesioner
Tahun
Rasio
Kuesioner
Menyebarkan kuesioner
Jam
Rasio
3.3 Hipotesis Hipotesis
1. Ada hubung hubungan an antara antara faktor faktor peke pekerja rjann dengan dengan keluha keluhann low back pain 2. Ada hubunga hubungann antar antaraa usia usia denga dengann keluha keluhann low back pain 3. Ada hubunga hubungann antar antaraa kebiasa kebiasaan an mero merokok kok deng dengan an keluh keluhan an low back pain 4. Ada hubungan hubungan antara antara kebiasaan kebiasaan olahraga olahraga dengan keluhan keluhan low back pain 5. Ada hubung hubungan an antara antara tinggi tinggi bada badann dengan dengan keluha keluhann low back pain 6. Ada hubu hubungan ngan anta antara ra obesit obesitas as denga dengann keluhan keluhan low back pain 7. Ada hubu hubungan ngan anta antara ra masa masa kerja kerja dengan dengan kelu keluhan han low back pain 8. Ada hubung hubungan an antara antara durasi durasi menge mengemud mudii dengan dengan keluhan keluhan low back pain.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional
karena pada penelitian ini variabel independen dan variabel dependen
diukur pada waktu yang sama untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan low back pain pada kegiatan mengemudi tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrding Jakarta. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT Enseval Putera Megatrading Jakarta. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada minggu kedua bulan Agustus sampai minggu keempat Desember tahun 2010. 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading Jakarta yang berjumlah 41 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah pekerja yang dapat mewakili populasi. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana ( simple random sampling ) dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi seperti di bawah ini:
n=
Z2
1-α/2
√2 P (1-P) + Z1-ß√ P1 (1-P1) + P2(1-P2) ]2
(Sumber : Ariawan, 1998)
(P1 - P2) 2
Keterangan : n
: Besar sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian
Z1- α : Derajat kepercayaan ( confident interval CI) α
: Derajat kemaknaan (5 %)
Z1- ß : Kekuatan uji (80%) P
: Rata-rata proporsi pada populasi
P1 : Proporsi yang mengeluh LBP akibat riwayat LBP sebelumnya P2 : Proporsi yang tidak mengeluh LBP akibat riwayat LBP sebelumnya Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel yang dibutuhkan sebesar :
n=
[1.96 √ 2 x 0,578(1-0,578) + 1,28 √0,771 (1-0,771) + 0,385 (1-0,385) ]2 (0,771– 0,385) 2 n = 25 orang Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus uji hipotesis dua proporsi
diatas, diperoleh besar sampel sebesar 25 sampel. Kemudian sampel tersebut dikali dua sehingga sampel yang dibutuhkan adalah 50 sampel. Oleh karena jumlah populasi kurang dari jumlah sampel yang dibutuhkan, maka dilakukan pengambilan sampel jenuh atau mengambil keseluruhan populasi yang ada yaitu sebesar 41 orang.
4.4 Instrumen Penelitian dan Sumber Data
Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai keluhan low back pain, usia, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, tinggi badan, obesitas, masa kerja, durasi
mengemudi dan pekerjaan dengan menggunakan form RULA yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Selain kuisioner, pada penelitian juga memakai beberapa peralatan lain seperti kamera, busur, stopwatch, dan timbangan. a. Keluhan Low back pain Variabel keluhan low back pain didapatkan dari jawaban kuesioner yang diwawancarakan oleh peneliti. b. Pekerjaan Variabel pekerjaan didapatkan dari pengukuran dengan menggunakan metode RULA dan peralatan yang terdiri dari kamera, busur, stopwatch, dan timbangan. Dimulai dengan observasi pada pekerjaan, memberi nilai pada postur, memproses nilai, menetapkan nilai RULA dan menentukan nilai action level. c. Variabel usia, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, masa kerja, dan durasi mengemudi didapatkan dari jawaban kuesioner yang diisi oleh responden. d. Tinggi badan Variabel tinggi badan didapatkan dari pengukuran responden menggunakan alat ukur tinggi badan. e. Obesitas Variabel obesitas didapatkan pengukuran responden menggunakan timbangan berat badan. Lalu dihitung IMTnya berdasarkan penghitungan: IMT = BB(kg)/[TB]2(m2)
4.5 Pengolahan data
Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian akan diolah dengan menggunakan program komputer meliputi: A. Editing Sebelum diolah data diteliti apabila ada kesalahan diteliti lagi dan dibetulkan apabila masih ada kesalahan serta memerikasa kelengkapannya. B. Coding Data yang sudah dikumpulkan diberi kode pada setiap variabel untuk memudahkan
pemasukan,
mengelompokan
dan
pengolahan
data.
Pengkodean pada masing-masing variabel yaitu sebagai berikut: a. Keluhan low back pain : tidak ada keluhan = 0 ; ada keluhan = 1 b. Faktor pekerjaan : Untuk faktor pekerjaan pengkodeannya dilakukan setelah penilaian metode RULA. Setelah postur mengemudi direkam dan diambil gambar dengan menggunakan kamera, kemudian diukur menggunakan busur derajat untuk mengetahui sudut untuk menentukan besar posisi janggal dan melakukan pengisisan skor pada form RULA. Langkahnya sebagai berikut : 1. Memberi skor pada grup A yang terdiri dari lengan atas dan lengan bawah serta pergelangan tangan. Setelah didapatkan skor postur lengan atas, lengan bawah, serta pergelangan tangan, kemudian dimasukkan ke dalam tabel penilaian skor A untuk mendapat skor A.
2. Menambahkan skor penggunaan otot dan skor untuk penggunaan tenaga atau beban. 3. Member skor pada grup B yang terdiri dari leher, punggung (badan), dan kaki. Setelah didapatkan skor postur leher, punggung (badan), dan kaki, kemudian dimasukkan ke dalam tabel penilaian skor B untuk mendapatkan skor B.
4. Menambahkan skor penggunaan otot dan skor untuk penggunaan tenaga atau beban.
5. Penetapan skor final yaitu dengan memasukkan nilai postur kelompok A (arm and wrist analysis) kedalam kolom vertikal tabel C, lalu memasukkan nilai postur kelompok B (neck, trunk, and leg analysis) ke dalam kolom horizontal tabel C.
Setelah diperoleh grand score, yang bernilai 1 sampai 7 menunjukkan level tindakan (action level ) sebagai berikut :
Action level 1
Suatu skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur ini biasa diterima jika tidak dipertahankan atau tidak berulang dalam periode yang lama.
Action level 2
Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan lanjutan dan juga diperlukan perubahan-perubahan.
Action level 3
Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa pemeriksaaan dan perubahan perlu segera dilakukan.
Action level 4
Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).
Karena pekerja tidak ada yang memiliki action level dalam kategori action level 1 dan 2, maka pengkodean untuk faktor pekerjaan yaitu : skor < 7 (skor 5 dan 6)
= 0 ; skor = 7 = 1 c. Usia : < 35 tahun = 0 ; ≥ 35 tahun = 1 d. Kebiasaan merokok : tidak merokok = 0 ; merokok = 1 e. Kebiasaan olahraga : olahraga = 0 ; tidak olahraga = 1 f. Tinggi badan : < 163 cm = 0, ≥ 163 cm = 1 g. Obesitas : underweight (IMT < 18,5) = 0 ; normal (IMT 18,5 – 24,9) = 1 ; overweight (IMT ≥ 25) = 2 ; obesitas (IMT ≥ 30) = 3 h. Masa kerja : tahun i. Durasi mengemudi : jam C. Entry Data yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan dalam program komputer untuk diolah. D. Cleaning Proses pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak, sehingga data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.
4.6. Analisis Data 4.6.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian ini untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase yaitu meliputi keluhan low back
pain,
faktor pekerjaan, faktor individu (usia, kebiasaan merokok, kebiasan olahraga,
tinggi badan, obesitas, masa kerja, dan durasi mengemudi). 4.6.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan uji chi-square dimana variabel independen dan dependen dalam penelitian ini berupa data kategorik. Persamaan Chi Square : X² = ∑ ( 0 – E )² E Keterangan : X² = Chi Square 0 = nilai yang diamati E = nilai yang diharapkan Jika Pvalue > 0,05 maka tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel pekerjaan, dan individu dengan keluhan low back pain. Sebaliknya jika Pvalue ≤ 0,05 maka terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pekerjaan, dan individu dengan keluhan low back pain. Untuk variabel masa kerja dan durasi mengemudi yang menggunakan skala rasio terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan. Setelah diuji didapatkan data berdistribusi tidak normal, dan untuk uji bivariatnya dilakukan uji statistik non parametrik Mann Whitney.
BAB V HASIL
5.1 Gambaran Umum Perusahaan 5.1.1
Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Enseval didirikan pada Oktober 1973, sebagai akibat dari pemisahan fungsi distribusi dari pemasaran dan produksi PT. Kalbe Farma bersama anak perusahaan. Dalam perkembangannya PT. Enseval juga berkembang menjadi distributor umum, tidak saja menjadi distributor produk produk farmasi saja tapi juga mencakup produk keperluan konsumen, alat-alat kedokteran bahkan agen dan distributor bahan-bahan dasar kimia untuk industri farmasi, kosmetik dan industri makanan. Sejalan dengan perkembangan ekonomi Indonesia, PT. Enseval juga melakukan diversifikasi ke berbagai usaha diluar bidang perdagangan dan distribusi. Ketika manajemen mengambil kebijaksanaan untuk kembali ke bidang usaha inti pada tahun 1993, maka semua kegiatan usaha perdagangan dan distribusi dipindahkan ke PT Arya Gupta Cempaka suatu Perseroan yang didirikan pada tahun 1988 yang selanjutnya pada 6 Agustus 1993 berganti nama menjadi PT Enseval Putera Megatrading.Pada 1 Agustus 1994 Perseroan tercatat di Bursa Efek Jakarta sebagai PT.Enseval Putera Megatrading Tbk. Kegiatan Perseroan difokuskan pada jasa distribusi dan perdagangan, yang terdiri atas 4 divisi, yaitu :
Divisi penjualan dan distribusi produk farmasi
Divisi penjualan dan distribusi produk barang konsumsi, obat bebas dan nutrisi
Divisi pemasaran dan distribusi produk peralatan & perlengkapan kesehatan
Divisi pemasaran dan penjualan produk kimia bahan baku industri farmasi, kosmetik, makanan dan kesehatan hewan Hingga kini, Perseroan memiliki 42 cabang di seluruh Indonesia yang tersebar
dari Banda Aceh sampai ke Jayapura. Perseroan juga memiliki infrastruktur yang memadai guna menunjang kelancaran operasional logistik yaitu 2 Regional Distribution Centre berupa fasilitas gudang besar yang berada di Jakarta dan Surabaya. Masing-masing cabang memiliki gudang dan armada pengiriman serta personil lengkap guna menunjang kegiatan operasional dan keperluan pihak pemasok (Prinsipal) dan Pelanggan (Outlet).Pada saat ini perseroan mempunyai lebih dari 100 pemasok (Prinsipal) dan melayani secara langsung lebih dari 200,000 outlet di seluruh Indonesia. Tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading Jakarta 1 memiliki 49 anggota terdiri dari 41 orang tim ekspedisi (anggota) dan sisanya pengurus tim dan bagian administrasi. Untuk menjalankan tugasnya, tim ini memiliki kendaraan operasional berupa motor dan mobil, yang jumlahnya 17 unit untuk motor dan 24 unit untuk mobil.
5.1.2
Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi
Menjadi Perusahaan jasa distribusi dan logistik yang terintegrasi di bidang kesehatan melalui penyediaan layanan yang prima, penggunaan teknologi dan kepemimpinan yang kuat. b. Misi
Meningkatkan kesehatan melalui penyediaan produk kesehatan.
5.2 Analisis Univariat 5.2.1
Keluhan Low Back Pain Pekerja
Distribusi responden berdasarkan keluhan low back pain pada pekerja dapat dilihat pada tabel 5.1 Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Low Back Pain di PT Enseval Jakarta Tahun 2010 Keluhan
Tidak ada keluhan Ada keluhan Jumlah
Jumlah (n)
Persentasi (%)
13
31,7
28 41
68,3 100
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa responden yang mengalami keluhan low back pain
yaitu sebanyak 28 responden (68,3 %). Sedangkan responden yang
tidak mengalami keluhan low back pain sebanyak 13 responden (31,7 %). Adapun dari 17 pekerja yang menggunakan motor , yang mengalami keluhan low back pain
sebanyak 7 orang (41,18 %). Sedangkan dari 24 pekerja yang
menggunakan mobil yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 6 orang (25 %).
5.2.2. Faktor Resiko Pekerjaan
Untuk mengetahui tingkat resiko pekerjaan dilakukan dengan pengukuran RULA ( Rapid Upper Limb Assessment ). Gambaran resiko faktor pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5.2 Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Resiko Faktor Pekerjaan di PT Enseval Jakarta Tahun 2010 Resiko Jumlah (n) Persentasi (%)
Skor < 7 (skor 5 dan 6) Skor = 7 Jumlah
20
48,8
21 41
51,2 100
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui responden yang memiliki skor akhir RULA < 7 (skor 5 dan 6) sebanyak 20 orang (48,8%) dan responden yang memiliki skor akhir RULA = 7 sebanyak 21 orang (51,2 %). Berikut adalah salah satu contoh penilaian postur saat megemudi pada mobil dan motor dijelaskan sebagai berikut : a) Penilaian postur mengemudi pada mobil
Gambar 5.1 Posisi Mengemudi Pada Mobil
Untuk penilaian RULA pada saat posisi mengemudi mobil normal adalah sebagai berikut :
Penilaian postur untuk bagian lengan atas. Bagian lengan atas saat posisi mengemudi normal mendapat skor +3, artinya lengan atas berada diantara sudut 45 0 – 900 fleksi.
Penilaian postur untuk bagian lengan bawah Bagian lengan bawah saat posisi mengemudi normal mendapat skor +2, artinya lengan bawah berada diantara sudut kurang dari 600 atau lebih dari 1000 fleksi.
Penilaian postur untuk bagian pergelangan tangan Bagian pergelangan tangan saat posisi mengemudi normal mendapat skor +3, artinya pergelangan tangan berada pada sudut yang lebih besar dari 150 baik fleksi maupun ekstensi. Untuk pergelangan tangan
mendapat skor tambahan +1 karena kadang berada pada deviasi radial maupun ulnar (bent).
Penilaian postur untuk putaran pergerakan tangan Untuk postur saat melakukan putaran pergerakan tangan mendapat skor +1 karena berada pada rentang menengah putaran.
Penilaian postur menggunakan skor grup A Setelah skor diatas dimasukkan pada tabel skor grup A, maka didapatkan skor grup A yaitu 4.
Untuk skor penggunaan otot,karena posisi tersebut berlangsung 10 menit atau lebih, maka ditambah +1. Dan skor untuk penggunaan tenaga atau beban mendapat skor 0 karena beban < 2 kg dan intermitten.
Penilaian postur untuk leher Bagian leher saat posisi mengemudi normal mendapat skor
+4,
artinya leher berada pada posisi in extension, dan mendapat skor tambahan +1 karena kadang leher diputar atau dalam posisi miring.
Penilaian postur untuk punggung Bagian punggung saat posisi mengemudi normal mendapat skor +3, artinya punggung berada pada posisi diantara sudut 200 - 600 fleksi
Untuk skor postur kaki mendapat skor +1 karena kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata
Penilaian postur menggunakan skor grup B
Setelah skor diatas dimasukkan pada tabel skor grup B, maka didapatkan skor grup B yaitu 7.
Untuk skor penggunaan otot,karena posisi tersebut berlangsung 10 menit atau lebih, maka ditambah +1. Dan skor untuk penggunaan tenaga atau beban mendapat skor 0 karena beban < 2 kg dan intermitten.
Penilaian skor akhir RULA menggunakan tabel C Untuk skor akhir RULA pada posisi mengemudi pada pekerja yang menggunakan mobil didapatkan skor 7, yang artinya menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).
b) Penilaian postur mengemudi pada motor
Gambar 5.2 Posisi Mengemudi Pada Motor
Untuk penilaian RULA pada saat posisi mengemudi motor normal adalah sebagai berikut :
Penilaian postur untuk bagian lengan atas. Bagian lengan atas saat posisi mengemudi normal mendapat skor +3, artinya lengan atas berada diantara sudut 450 – 900 fleksi.
Penilaian postur untuk bagian lengan bawah Bagian lengan bawah saat posisi mengemudi normal mendapat skor +2, artinya lengan bawah berada diantara sudut kurang dari 600 atau lebih dari 1000 fleksi.
Penilaian postur untuk bagian pergelangan tangan Bagian pergelangan tangan saat posisi mengemudi normal mendapat skor +3, artinya pergelangan tangan berada pada sudut yang lebih besar dari 150 baik fleksi maupun ekstensi.
Penilaian postur untuk putaran pergerakan tangan Untuk postur saat melakukan putaran pergerakan tangan mendapat skor +1 karena berada pada rentang menengah putaran.
Penilaian postur menggunakan skor grup A Setelah skor diatas dimasukkan pada tabel skor grup A, maka didapatkan skor grup A yaitu 4.
Untuk skor penggunaan otot,karena posisi tersebut berlangsung 10 menit atau lebih, maka ditambah +1. Dan skor untuk penggunaan tenaga atau beban mendapat skor 0 karena beban < 2 kg dan intermitten.
Penilaian postur untuk leher Bagian leher saat posisi mengemudi normal mendapat skor
+2,
artinya leher berada pada posisi diantara sudut 10 0 - 200 fleksi , dan mendapat skor tambahan +1 karena kadang leher diputar atau dalam posisi miring.
Penilaian postur untuk punggung Bagian punggung saat posisi mengemudi normal mendapat skor +2, artinya punggung berada pada posisi diantara sudut 00 - 200 fleksi
Untuk skor postur kaki mendapat skor +1 karena kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata
Penilaian postur menggunakan skor grup B Setelah skor diatas dimasukkan pada tabel skor grup B, maka didapatkan skor grup B yaitu 3.
Untuk skor penggunaan otot,karena posisi tersebut berlangsung 10 menit atau lebih, maka ditambah +1. Dan skor untuk penggunaan tenaga atau beban mendapat skor 0 karena beban < 2 kg dan intermitten.
Penilaian skor akhir RULA menggunakan tabel C Untuk skor akhir RULA pada posisi mengemudi pada pekerja yang menggunakan mobil didapatkan skor 5, yang artinya menunjukkan bahwa pemeriksaaan dan perubahan perlu segeradilakukan.
5.2.3 Faktor Resiko Individu (Usia, Kebiasaan Merokok, Kebiasaan Olahraga, Tinggi Badan, Obesitas, Masa Kerja, dan Durasi Pekerjaan per hari)
Gambaran distribusi faktor resiko individu (usia, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, tinggi badan, obesitas, masa kerja, dan durasi pekerjaan per hari) pada pekerja dapat dilihat pada tabel 5.3 Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Resiko Faktor Individu di PT Enseval Jakarta Tahun 2010 No Variabel Persentase Kategori Jumlah (41) (%)
1
Usia
< 35 tahun ≥ 35 tahun Tidak merokok Merokok Olahraga Tidak olahraga
14 27 15 26 31 10
34,1 65,9 36,6 63,4 75,6 24,4
2
Kebiasaan merokok
3
Kebiasaan olahraga
4
Tinggi badan
< 163 cm ≥ 163 cm
Obesitas
Underweight
8 33 6 23 8 4
19,5 80,5 14,6 56,1 19,5 9,8
5
Normal Overweight
Obesitas Berdasarkan tabel 5.3 diketahui sebagai berikut :
1. Responden yang berusia < 35 tahun sebanyak 14 orang (34,1 %), sedangkan yang berusia ≥ 35 tahun sebanyak 27 orang (65,9 %). 2. Responden yang tidak merokok sebanyak 15 orang (36,6 %), sedangkan yang merokok sebanyak 26 orang (63,4 %).
3. Responden yang memiliki kebiasaan olahraga sebanyak 31 orang (75,6 %), sedangkan yang tidak memiliki kebiasaan olahraga sebanyak 10 orang (24,4 %). 4. Responden yang memiliki tinggi badan < 163 cm sebanyak 8 orang (19,5 %), sedangkan yang memiliki tinggi badan ≥ 163 cm sebanyak 33 orang (80,5 %). 5. Responden yang underweight sebanyak 6 orang (14,6 %), yang memiliki berat badan normal sebanyak 23 orang (56,1 %), yang overweight sebanyak 8 orang (19,5 %), dan yang obesitas sebanyak 4 orang (9,8 %). Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja dan Durasi Mengemudi per Hari di PT Enseval Jakarta Tahun 2010 Variabel Mean SD Min Max
Masa kerja responden Durasi mengemudi per hari
10,90
6,284
1 - 25
8,28
1,401
6 - 12
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa rata – rata masa kerja responden 10,90 tahun dengan standar deviasi 6,284. Masa kerja responden terendah 1 tahun dan masa kerja responden tertinggi 25 tahun. Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa rata – rata durasi mengemudi per hari 8,28 jam dengan standar deviasi 1,401. Durasi mengemudi per hari terendah 6 jam dan durasi mengemudi per hari tertinggi 12 jam.
5.3 Analisis Bivariat 5.3.1 Hubungan Faktor Pekerjaan Dengan
Keluhan Low Back Pain Pada
Pengemudi
Distribusi faktor pekerjaan dengan keluhan low back pain pada pekerja dapat dilihat pada tabel 5.5 Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Faktor Pekerjaan Dengan Keluhan Low Back Pain di PT Enseval Jakarta Tahun 2010 Keluhan Low Back Pain Variabel
Faktor Pekerjaan
Kategori
Tidak ada keluhan
Ada keluhan
Total
n
%
N
%
n
%
Skor < 7 (skor 5 dan 6)
7
35
13
65
20
100
Skor = 7
6
28,6
15
71,4
21
Pvalue
OR 95% CI
0,915
1,346 0,360-5,036
100
Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki skor RULA < 7 (skor 5 dan 6) dan mengalami keluhan low back pain sebanyak 13 orang (65 %) dan responden yang memiliki skor RULA = 7 dan mengalami keluhan low back pain sebanyak 15 orang (71,4 %). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan Pvalue sebesar 0,915 yang artinya pada α = 5 % dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel faktor pekerjaan dengan keluhan low back pain.
5.3.2 Hubungan Faktor Individu Dengan Keluhan Low Back Pain Pada Pekerja Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Faktor Individu Dengan Keluhan Low Back Pain di PT Enseval Jakarta tahun 2010 Keluhan Low Back Pain
Variabel
Usia
Kategori
< 35 tahun ≥ 35 tahun
Tidak ada keluhan
Ada keluhan
Total
n
%
N
%
n
%
8
57,1
6
42,9
14
100
5
18,5
22
81,5
27
100
Tidak merokok
4
26,7
11
73,3
15
100
Merokok
9
34,6
17
65,4
26
100
Olahraga
11
35,5
20
64,5
31
100
Tidak olahraga
2
20
8
80
10
100
Tinggi badan
< 163 cm
2
25
6
75
8
100
≥ 163 cm
11
33,3
22
66,7
33
100
Obesitas
Underweight
2
33,3
4
66,7
6
100
Normal
7
30,4
16
69,6
23
100
Overweight
3
37,5
5
62,5
8
100
Obesitas
1
25
3
75
4
100
Kebiasaan merokok Kebiasaan olahraga
Pvalue
OR 95% CI
0,017
5,867 1,395-24,673 0,687
0,734
0,458
1,000
0,972
0,169-2,788 2,200 0,396-12,228 0,667 0,115-3,861
-
a. Hubungan antara usia dengan keluhan low back pain Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa responden yang berusia ≥ 35 tahun yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 22 orang (81,5
%), sedangkan responden yang berusia < 35 tahun yang mengalami keluhan low back pain
sebanyak 6 orang (42,9 %). Berdasarkan hasil uji statistik
diketahui usia responden memiliki hubungan yang bermakna dengan keluhan low back pain dengan Pvalue = 0,017.
b. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan low back back pain pain Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa responden yang merokok yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 17 orang (65,4 %), sedangkan responden yang tidak merokok yang mengalami keluhan low back pain
sebanyak 11 orang (73,3 %). Berdasarkan hasil uji statistik
diketahui kebiasaan merokok tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan keluhan low back pain dengan Pvalue = 0,734. c. Hubunga Hubungann antara antara kebiasa kebiasaan an olahra olahraga ga dengan dengan keluha keluhann low back pain Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki kebiasaan olahraga yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 20 orang (64,5 %), sedangkan responden yang tidak memiliki kebiasan olahraga yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 8 orang (80 %). Berdasarkan hasil uji statistik diketahui kebiasaan olahraga tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan keluhan low back pain dengan Pvalue = 0,458. d. Hubunga Hubungann antara antara tingg tinggii badan badan dengan dengan keluh keluhan an low back pain Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki memiliki tinggi tinggi badan badan < 163 cm yang mengalam mengalamii keluhan keluhan low back pain
sebanyak sebanyak 6 orang (75 (75 %), sedangkan sedangkan responden responden yang yang memiliki memiliki tinggi tinggi badan badan ≥ 163 cm yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 22 orang (66,7 %). Berdasarkan hasil uji statistik diketahui tinggi badan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan keluhan low back pain dengan Pvalue = 1,000. e. Hubunga Hubungann antara antara obes obesita itass dengan dengan keluha keluhann low back pain Berdasarkan underweight
tabel 5.6, dapat diketahui bahwa responden yang yang
yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 4 orang (66,7
%), respond responden en yang yang memi memilik likii berat berat badan badan dala dalam m kateg kategori ori normal normal yang yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 16 orang (69,6 %), responden yang overweight yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 5 orang (62,5 (62,5 %), dan dan responden responden yang yang obesita obesitass yang yang mengala mengalami mi keluh keluhan an low back pain
sebanyak sebanyak 3orang (75 %). Berdasarkan Berdasarkan hasil uji statistik statistik diketahui diketahui berat
badan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan keluhan low back pain dengan Pvalue = 0.972.
Tabel 5.7 Distrib Distribusi usi Responden Responden Menurut Menurut Masa Kerja Kerja Berdasa Berdasarkan rkan Keluhan Keluhan Low Back Pain di PT Enseval Enseval Jakarta tahun 2010 2010 Keluhan LBP
N
P value
Tidak ada keluhan Ada keluhan
13 28
0,103
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa hasil uji statistik menunjukkan P value sebesar 0,103 yang berarti bahwa masa kerja pada pekerja yang tidak
mengalami keluhan low back pain dan pekerja yang mengalami low back pain tidak memiliki hubungan yang bermakna.
Tabel 5.8 Distribusi Responden Responden Menurut Menurut Durasi Mengemudi Mengemudi per Hari Berdasa Ber dasarka rkan n Keluhan Keluhan Low Low Back Pain di PT Enseval Jakarta Jakarta tahun tahun 2010 2010 Keluhan LBP
N
P value
Tidak ada keluhan Ada keluhan
13 28
0,092
Berdasarkan tabel 5.8 dapat dikethui bahwa hasil uji statistik menunjukkan P value sebesar 0,092 yang berarti bahwa durasi mengemudi per hari pada pekerja yang tidak mengalami keluhan low back pain dan pekerja yang mengalami low back pain tidak memiliki hubungan yang bermakna.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independent maupun dependen pada waktu yang sama terkadang ditemukan bias berupa lemah dalam melihat hubungan sebab akibat. 2. Pengambilan video atau gambar hanya pada arah yang memungkinkan saja. 3. Keterbatasan jumlah sampel, karena jumlah sampel lebih sedikit dari hasil perhitungan statistik, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel jenuh. 4. Penyebaran kuesioner pada pekerja dilakukan pada saat sebelum melakukan pekerjaan yaitu pada saat briefing, hal ini dapat memungkinkan terjadinya bias terhadap keluhan low back pain. 5. Untuk pengukuran posisi kerja dengan menggunakan RULA hanya menggunakan postur yang paling sering atau postur mengemudi normal, tidak semua posisi mengemudi dan dilakukan pada saat pekerja diam atau posisi kendaraan berhenti. 6. Pengukuran faktor pekerjaan dan berat badan kemungkinan kurang akurat dikarenakan keterbatasan pada alat yang digunakan dan alat yang tidak dikalibrasi terlebih dahulu.
7. Untuk variabel keluhan low back pain hanya menanyakan keluhan subyektif pekerja, tidak melalui diagnosa khusus, hal ini memungkinkan terjadinya bias terhadap keluhan low back pain. 8. Variabel kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga hanya dikategorikan dua kategori yaitu berdasarkan melakukan kebiasaan dan tidak melakukan kebiasaan, tidak berdasarkan frekuensi, hal ini tidak bisa melihat kelompok mana yang paling berpengaruh terhadap keluhan.
6.2 Keluhan Low Back Pain
Tulang belakang diciptakan sedemikian rupa sehingga mampu bergerak sesuai kehendak sembari melindungi serat saraf yang ada di dalamnya. Dibagian belakang setiap tulang, terbentuk tonjolan khusus yang disebut prosesus spinosus yang salah satu fungsinya adalah melindungi serat saraf yang lewat di depannya. Diskus atau piringan sendi adalah bagian atas dan bawah dari tulang belakang yang menghubungkan antara satu tulang dengan tulang yang lain. Selain memudahkan pergerakan, diskus ini juga berfungsi untuk meminimalisasi tekanan yang terjadi pada rongga serat saraf. Ligamentum adalah jaringan ikat yang sangat kuat guna memegang tulang belakang agar tidak terlepas satu dengan yang lainnya. Serat saraf yang lewat melalui tulang belakang berfungsi untuk menghantarkan rasangan sensoris maupun motoris ke organ yang ada di bawahnya. (Wirawan, 2008) Low back pain (LBP)
merupakan permasalahan yang sering muncul dalam
suatu asuhan keperawatan dengan gejala umum yang terasa pada bagian lumbo-
sacral, otot gluteal, paha dan sering kali pada ekstremitas bawah. Ketika karakteristik gejala low back pain muncul maka diperlukan pengangkatan suatu diagnosa dan bagaimana penanganannya yang tepat. Hampir dari 90 % penduduk pernah mengalami LBP dalam siklus kehidupannya dan LBP merupakan keluhan nomor dua yang sering muncul setelah keluhan pada gangguan system pernafasan ( Borenstein, 1997) Low Back Pain
adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP yang lebih dari 6 bulan disebut kronik. Diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17% (Sadeli & Tjahjono, 2001). Sesungguhnya Allah SWT berfirman dalam Al Quran Q.S. Al Baqarah : 286 yang artinya : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."
Dijelaskan dalam tafsir Fi Zhilalil Quran bahwa demikianlah seorang muslim menggambarkan rahmat tuhannya dan keadilan Nya dalam tugas yang diwajibkan atasnya dalam mengemban kekhalifahannyadi muka bumi, dalam mengujinya di tengah – tengah pengemban khilafah itu, dan dalam memberikan balasan atas amalnya setelah tugasnya selesai. Ia merasa tenang dan tentram terhadap rahmat Allah dan keadilannya dalam semua ini. Karenanya, ia tidak merasa bosan dengan tugasnya, tidak sempit dadanya untuk megembannya dan tidak merasa keberatan dalam melaksanakannya. Ia percaya bahwa Allah SWT yang telah menugaskan kewajiban atasnya itu lebih mengetahui hakikat kemampuannya. Seandainya tugas itu diluar kemampuannya niscaya Dia tidak akan memfardukan atas dirinya. Dengan gambaran seperti ini disamping dapat menghibur dan menenangkan hati, akan dapat menghimpun semangat orang yang beriman itu untuk melaksanakan tugasnya. Apabila sekali tempo ia merasa lemah, lelah, atau merasakannya bebannya berat, maka ia menyadari bahwa itu adalah kelemahan dirinya, bukan karena bebannya yang terlalu berat. (Quthb, 2000) Hasil penelitian mengenai gambaran keluhan low back pain pada pengemudi PT Enseval Putera Megatrading Jakarta 1 tahun 2010 cukup bervariasi. Pekerja yang tidak mengalami keluhan low back pain sebanyak 13 orang (31,7%) , pekerja yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 28 orang (68,3%), Adapun dari 17 pekerja yang menggunakan motor, yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 7 orang (41,18 %). Sedangkan dari 24 pekerja yang menggunakan mobil yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 6 orang (25 %).
Menurut Suma’mur (1992), penggunaan peralatan yang tidak sesuai dengan kondisi pekerja sedikit banyak akan berpengaruh bagi kinerja karyawan. Dalam melaksanakan tugasnya posisi dan sikap tenaga kerja ditentukan oleh sarana kerja baik primer maupun sekunder. Kontraksi yang cenderung bersifat statis, berlangsung lama dan terus-menerus, serta sikap paksa waktu bekerja mudah sekali menimbulkan kelelahan sampai rasa nyeri pada otot yang bersangkutan. Berdasarkan teori tersebut, maka untuk mengurangi resiko low back pain pada pengemudi dapat dilakukan dengan menyesuaikan tempat duduk dengan posisi mengemudi dan melakukan peregangan otot. Untuk faktor pekerjaan, pekerja yang memiliki skor = 7 sebanyak 21 orang (51,2 %). Sedangkan untuk faktor individu, pekerja yang memiliki usia ≥ 35 tahun sebanyak 27 orang (65,9 %), pekerja yang memiliki kebiasaan merokok ada 26 orang (63,4 %), pekerja yang tidak memiliki kebiasaan olahraga sebanyak 10 orang (24,4 %), pekerja yang memiliki tinggi badan ≥ 163 cm sebanyak 33 orang (80,5 %), pekerja yang memiliki berat badan yang tergolong obesitas sebanyak 4 orang (9,8 %), rata – rata pekerja memiliki masa kerja 10,90 tahun, dan rata – rata pekerja memiliki durasi pekerjaan per hari 8,28 jam. 6.3 Hubungan Antara Faktor Pekerjaan Dengan Keluhan Low Back Pain
Faktor pekerjaan pada pengemudi di PT Enseval berhubungan dengan posisi kerja yang mereka lakukan. Para pengemudi melakukan pekerjaannya dengan cara duduk untuk mengemudi dan berdiri untuk memindahkan barang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, sebagian besar pekerja mengalami keluhan low back pain.
Berdasarkan hasil perhitungan RULA, kegiatan para pekerja terdiri dari dua kategori, yaitu skor < 7 (skor 5 dan 6) yang artinya pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan dan skor = 7 yang artinya pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga). Hal ini disebabkan karena posisi kerja yang dilakukan. Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh pakar-pakar fisiologi kerja ditemukan bahwa postur kerja yang tidak alamiah (sikap statis dalam waktu lama, gerakan memutar dan menunduk yang berulang) dapat mengakibatkan gangguan pada sistem otot rangka atau MSDs (Hales et al, 1996). Santoso (2004) mengungkapkan posisi duduk dapat menyebabkan gangguan pada otot rangka dan tulang belakang sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri. Selain itu, pekerjaan ini juga dilakukan dengan postur statis dan postur janggal seperti menunduk dalam waktu lama, gerakan repetitif dan membutuhkan ketelitian. Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami keluhan dan memiliki nilai skor < 7 (skor 5 dan 6) sebanyak 13 orang (65 %), dan pekerja yang mengalami keluhan dan memiliki nilai skor = 7 sebanyak 15 orang (71,4 %). Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara faktor pekerjaan dengan keluhan low back pain (Pv = 0,915). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ikrimah (2009) yang mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor pekerjaan dengan keluhan muskuloskelatal. Hal ini kemungkinan disebabkan karena berdasarkan kuesioner, pekerja yang memiliki skor RULA = 7 lebih banyak yang memiliki kebiasaan olahraga dibandingkan dengan pekerja yang tidak memiliki kebiasaan olahraga sehingga kemungkinan untuk terjadinya keluhan low back pain dapat
diminimalisir. Selain itu, proses pengambilan gambar yang hanya pada arah yang memungkinkan saja, mengambil gambar postur mengemudi normal saja, dan menanyakan keluhan pada saat briefing sebelum bekerja kemungkinan juga menjadi sebab faktor pekerjaan tidak memiliki hubungan yang signifikan. Oleh karena itu, bagi penelitian selanjutnya peneliti diharapkan untuk mengukur posisi kerja dan mengambil gambar posisi kerja pada berbagai posisi, tidak hanya pada saat mengemudi normal saja, agar terlihat posisi yang paling beresiko dalam bekerja, selain iti juga diharapkan untuk menyebarkan kuesioner atau wawancara saat pekerjaan berlangsung untuk meminimalkan bias yang terjadi. Menurut Soeripto (1989), perencanaan dan penyesuaian alat yang tepat bagi tenaga kerja dapat meningkatkan produktivitas, menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja serta kelestarian lingkungan kerja, dan juga memperbaiki kualitas produk dari suatu proses produksi. Oleh karena itu, untuk mengurangi resiko low back pain,
sebaiknya peralatan kerja dan posisi bekerja disesuaikan dengan kondisi
pekerja. Selain itu, sebaiknya disiapkan petugas dan peralatan khusus untuk mengangkut barang ke dalam mobil atau motor, serta perusahaan sebaiknya mengadakan pengecekan kesehatan pekerja dan pengecekan kondisi kendaraan secara berkala. Pengecekan kendaraan dilakukan untuk memastikan kendaraan selalu dalam kondisi yang bagus, terutama untuk bagian mesin dan suspensi, agar tidak terjadi getaran yang berlebihan yang dapat meningkatkan resiko low back pain. Adapun cara yang dapat diterapkan pada pengemudi yaitu dengan memberikan pendidikan
atau pelatihan tentang tata cara mengemudi yang baik dan benar untuk meminimalisir resiko pengemudi terserang keluhan low back pain. 6.4 Hubungan Antara Faktor Individu (Usia, Kebiasaan Merokok, Kebiasaan Olahraga, Tinggi Badan, Obesitas, dan Masa Kerja) 6.4.1 Hubungan Usia Dengan Keluhan Low Back Pain
Usia berkaitan dengan perubahan degeneratif fungsi fisiologi tubuh. Pertambahan usia berarti terjadi perubahan pada jaringan tubuh dan tubuh menjadi semakin rentan (Riihimaki, 1998). Selain itu usia juga berhubungan dengan penurunan kapasitas fisik. Bertambahnya usia diikuti dengan penurunan VO2 max sehingga akan menurunkan kapasitas kerja (Bridger, 1995). Pada penelitian ini usia para operator dikategorikan menjadi 2 yaitu ≥ 35 tahun dan < 35 tahun karena pada usia 35 tahun sebagian besar pekerja mengalami peristiwa sakit punggung atau keluhan MSDs (Guo et al., 1995; Chaffin, 1979 dalam Tarwaka, 2004). Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa responden yang berusia ≥ 35 tahun yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 22 orang (81,5 %), sedangkan responden yang berusia < 35 tahun yang mengalami keluhan low back pain
sebanyak 6 orang (42,9 %). Berdasarkan hasil uji statistik diketahui usia
responden memiliki hubungan yang bermakna dengan keluhan low back pain dengan Pvalue = 0,017. Penelitian ini sesuai dengan teori yang disebutkan oleh Chaffin (1979), Gue et al (1995), dan Bridger, 2003 yang menyebutkan bahwa sejalan dengan
meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun, pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Pendek kata, semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang, yang menjadi pemicu timbulnya gejala MSDs. Bigos dkk juga mendapatkan bahwa usia 31 – 40 tahun adalah usia yang sangat rentan untuk teradinya LBP.(Erdil, 1994) Berdasarkan data yang didapat melalui kuesioner dan wawancara dengan sebagian pekerja, maka untuk mengurangi resiko low back pain, dapat disarankan : a. Pekerja yang berusia ≥ 35 tahun lebih banyak yang memiliki resiko pekerjaan yang tinggi (skor = 7), dan memiliki tinggi badan ≥ 163 cm, oleh karena itu pekerja disarankan agar lebih menyesuaikan posisi duduknya senyaman mungkin, terutama bagi pekerja yang memiliki tinggi badan ≥ 163 cm, selain itu diperbanyak lagi untuk melakukan peregangan otot dengan beristirahat sejenak disela – sela pekerjaan. b. Pekerja yang berusia ≥ 35 tahun lebih banyak yang merokok, oleh karena itu disarankan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kebiasaan merokoknya, karena selain dapat meningkatkan resiko low back pain juga dapat mengganggu orang lain. c. Disarankan bagi perusahaan untuk mengatur ulang rute perjalanan yang dilalui oleh pekerja, yaitu untuk pekerja yang memiliki usia ≥ 35 tahun
memiliki rute perjalanan yang tidak terlalu jauh atau untuk rute dekat saja, untuk rute jauh lebih diutamakan untuk pekerja yang memiliki usia < 35 tahun.
6.4.2 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Keluhan Low Back Pain
Beberapa penelitian telah menyajikan bukti bahwa riwayat merokok positif dikaitkan dengan MSDs seperti nyeri pinggang, linu panggul, atau intervertebral disc hernia
[Finkelstein 1995; Owen dan Damron 1984; Frymoyer et al. 1983; Svensson
dan Anderson 1983; Kelsey et al.1984]. Meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan. Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa responden yang merokok yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 17 orang (65,4 %), sedangkan responden yang tidak merokok yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 11 orang (73,3 %). Berdasarkan hasil uji statistik diketahui kebiasaan merokok tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan keluhan low back pain dengan Pvalue = 0,734. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Soleha (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs. Hal ini kemungkinan disebabkan sebaran data kebiasaan merokok dengan keluhan low back pain yang tidak merata. Selain itu, faktor kebiasaan olahraga juga berpengaruh, pekerja yang mempunyai kebiasaan merokok sebagian besar juga
memiliki kebiasaan olahraga, sehingga kemungkinan terserang keluhan low back pain dapat diminimalisir. Dalam penelitian ini, kebiasaan merokok hanya dikategorikan berdasarkan mempunyai kebiasaan merokok dan tidak mempunyai kebiasaan merokok, tidak dikategorikan berdasarkan frekuensinya, sehingga tidak dapat diketahui kelompok pekerja mana yang paling mempengaruhi keluhan low back pain, oleh karena itu diharapkan untuk penelitian selanjutnya peneliti dapat mengkategorikan kebiasaan merokok berdasarkan frekuensi merokok, sehinggadapat terlihat kelompok pekerja mana yang paling berpengaruh terhadap keluhan low back pain. 6.4.3 Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Keluhan Low Back Pain
Aerobic fitness
meningkatkan kemampuan kontraksi otot. Delapan puluh
persen (80 %) kasus nyeri tulang punggung disebabkan karena buruknya tingkat kelenturan (tonus) otot atau kurang berolah raga. Otot yang lemah terutama pada daerah perut tidak mampu menyokong punggung secara maksimal. Tingkat keluhan otot juga dipengaruhi oleh tingkat kesegaran jasmani. Berdasarkan laporan dari NIOSH yang dikutip dari hasil penelitian Cady et al (1979) menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah, maka risiko terjadinya keluhan adalah 7,1 % tingkat kesegaran jasmani yang sedang risiko terjadinya gangguan otot rangka adalah 3,2 % dan tingkat kesegaran jasmani yang tinggi maka risiko untuk terjadinya keluhan otot rangka 0,8%. Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki kebiasaan olahraga yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 20 orang (64,5
%), sedangkan responden yang tidak memiliki kebiasan olahraga yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 8 orang (80 %). Berdasarkan hasil uji statistik diketahui kebiasaan olahraga tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan keluhan low back pain dengan Pvalue = 0,458. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahmat (2007) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian low back pain
dengan kebiasaan olahraga dengan
P value 0,029. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena sebaran data yang tidak merata antara kebiasan olahraga dengan keluhan low back pain. Pekerja yang memiliki kebiasaan olahraga lebih banyak yang mengalami keluhan low back pain, hal ini dimungkinkan karena posisi mengemudi yang kurang baik, sehingga lebih besar peluang untuk mengalami keluhan. Demikian juga dari kebiasaan merokok, pekerja yang sering berolahraga juga lebih banyak yang mempunyai kebiasaan merokok. Dalam penelitian ini, kebiasaan olahraga hanya dikategorikan berdasarkan mempunyai kebiasaan olahraga dan tidak mempunyai kebiasaan olahraga, tidak dikategorikan berdasarkan frekuensinya, sehingga tidak dapat diketahui kelompok pekerja mana yang paling mempengaruhi keluhan low back pain, oleh karena itu diharapkan untuk penelitian selanjutnya peneliti dapat mengkategorikan kebiasaan olahraga berdasarkan frekuensi melakukan olahraga, sehinggadapat terlihat kelompok pekerja mana yang paling berpengaruh terhadap keluhan low back pain.
6.4.4 Hubungan Tinggi Badan Dengan Keluhan Low Back Pain
Walaupun pengaruhnya relatif kecil, tinggi badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal. Penelitian Heliovaara (1987), yang dikutip NIOSH (1997) menyebutkan bahwa tinggi seseorang berpengaruh terhadap timbulnya herniated lumbar disc pada jenis kelamin wanita dan pria. Schierhout (1995), menemukan bahwa pendeknya seseorang berasosiasi dengan keluhan pada leher dan bahu. Pada tubuh yang tinggi umumnya sering mengalami keluhan sakit punggung, tetapi tubuh tinggi tak mempunyai pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu, dan pergelangan tangan. Apabila diperhatikan, keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka dalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya (Tarwaka et al, 2004). Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki tinggi badan < 163 cm yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 6 orang (75 %), sedangkan responden yang memiliki tinggi badan ≥ 163 cm yang mengalami keluhan low back pain
sebanyak 22 orang (66,7 %). Berdasarkan hasil uji statistik diketahui
tinggi badan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan keluhan low back pain dengan Pvalue = 1,000. Belum ada penelitian yang meneliti secara langsung antara tinggi badan dengan keluhan low back pain. Tidak adanya hubungan antara tinggi badan dengan keluhan low back pain kemungkinan disebabkan karena jumlah sampel yang sedikit dan tidak meratanya sebaran data antara keluhan low back pain
dengan tinggi badan . Selain itu, kemungkinan lainnya adalah pekerja yang memiliki tinggi badan ≥ 163 cm banyak yang memiliki kebiasaan olahraga, sehingga dapat meminimalisir resiko terjadinya keluhan low back pain, oleh karena itu, diharapkan pada penelitian selanjutnya peneliti dapat mengumpulkan lebih banyak teori dan literatur yang berhubungan dengan tinggi badan sehingga dapat melengkapi penelitian sebelumnya. 6.4.5 Hubungan Obesitas Dengan Keluhan Low Back Pain
Penelitian klinis sejak lama telah membuktikan bahwa kegemukan berpengaruh buruk terhadap kesehatan tubuh. Selain memicu penyakit metabolis, obesitas meningkatkan risiko kelainan musculoskeletal utamanya nyeri punggung. Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa mengantuk. Dalam keadaan mengantuk inilah biasanya tubuh menjadi lemah dan ketika hendak mengangkat beban biasanya tekanan pada pinggang sangat berat. Berat badan yang berlebihan (overweight / obesitas) menyebabkan tonus otot abdomen lemah, sehingga pusat gravitasi seseorang akan terdorong ke depan dan menyebabkan lordosis lumbalis, akan bertambah yang kemudian menimbulkan kelelahan pada otot paravertebrata, hal ini merupakan resiko terjadinya LBP. (Van Dieen, 1997)
Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki berat badan dalam kategori underweight yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 4 orang (66,7 %), responden yang memiliki berat badan dalam kategori normal yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 16 orang (69,6 %), responden yang memiliki berat badan dalam kategori overweight yang mengalami keluhan low back pain
sebanyak 5 orang (62,5 %), dan responden yang memiliki berat badan dalam
kategori obesitas yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 3 orang (75 %). Berdasarkan hasil uji statistik diketahui berat badan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan keluhan low back pain dengan Pvalue = 0,972. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hestbaek (2006) yang menyebutkan tidak ada ubungan yang signifikan antara overweight dengan keluhan low back pain.
Rahmat (2009) juga menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara obesitas dengan kejadian low back pain. Tidak adanya hubungan antara obesitas dengan keluhan low back pain kemungkinan disebabkan karena sebaran data yang tidak merata antara keluhan low back pain dengan obesitas . Jelas terlihat bahwa jumlah responden yang overweight / obesitas dan mengeluh low back pain
lebih sedikit daripada responden yang tidak overweight dan mengeluh low
back pain.
Selain itu alat ukur yang tidak dikalibrasi dahulu juga menjadi sebab
karena kemungkinan terdapat bias dalam pengukuran, oleh karena itu, diharapkan bagi penelitian selanjutnya peneliti dapat melakukan kalibrasi instrument penelitian seperti timbangan terlebih dahulu agar hasil ukur lebih akurat dan meminimalkan bias yang terjadi.
6.4.6 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Keluhan Low Back Pain
Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang bekerja disuatu perusahaan. Terkait dengan hal tersebut, MSDs merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko MSDs ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami MSDs (Guo, 2004). Berdasarkan tabel 5.7 dapat dikethui bahwa hasil uji statistik menunjukkan P value sebesar 0,103 yang berarti bahwa masa kerja pada pekerja yang tidak mengalami keluhan low back pain dan pekerja yang mengalami low back pain tidak memiliki hubungan yang bermakna. Hasil penelitian ini sejalan dengan Ikrimah (2009) bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan MSDs dengan Pvalue sebesar 0,313. Demikian juga dengan penelitian Soleha tahun 2009 yang menunjukkan bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan MSDs dengan Pvalue sebesar 0,439. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pekerja yang masa kerjanya masih tergolong baru banyak yang melakukan pekerjaan dengan posisi yang beresiko, sehingga walaupun masa kerja belum terlalu lama, pekerja juga mengalami resiko yang tinggi untuk mengalami keluhan low back pain.
6.4.7 Hubungan Antara Durasi Mengemudi Per Hari Dengan Keluhan Low Back Pain
Sukarto (2007) mengatakan, “Saat manusia duduk, beban maksimal lebih berat 6-7 kali dari berdiri. Tulang atlas yang menyangga tengkorak mengalami beban terberat. Jika riding position-nya salah, bagian tulang belakang yakni vertebra lumbal 2-3 (mendekati tulang pinggul) akan terserang nyeri punggung bawah. Berdasarkan tabel 5.8 dapat dikethui bahwa hasil uji statistik menunjukkan P value sebesar 0,092 yang berarti bahwa durasi mengemudi per hari pada pekerja yang tidak mengalami keluhan low back pain dan pekerja yang mengalami low back pain tidak memiliki hubungan yang bermakna. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian kontemporer yang dikemukakan oleh Hu-tech (2005) yang menjelaskan bahwa setidaknya setengah dari para pengemudi kendaraan jarak jauh menderita sakit pada tubuh bagian belakang. Penelitian ini juga menyatakan orang yang mengemudi selama lebih dari 4 jam sehari, 6 kali lebih beresiko absen dari pekerjaannya karena sakit punggung daripada orang yang mengemudi kurang dari 2 jam. Hal ini kemungkinan dikarenakan sebaran datanya tidak merata, lebih banyak pekerja yang memiliki durasi pekerjaan 7 jam sehari.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pekerja yang mengalami keluhan low back pain lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang tidak mengalami keluhan low back pain. 2. Dari hasil pengukuran RULA, didapatkan resiko pekerjaan pada pengemudi PT Enseval, Jakarta tahun 2010 dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu skor < 7 (skor 5 dan 6) dan skor = 7. Sebagian besar pekerja memiliki skor < 7 (48,8 %) dan skor = 7 (51,2 %). 3. Gambaran faktor individu antara lain : a. Pekerja yang berusia ≥ 35 tahun lebih banyak dari pekerja yang berusia < 35 tahun. b. Pekerja yang merokok lebih banyak dari pekerja yang tidak merokok. c. Pekerja yang tidak memiliki kebiasaan olahraga lebih sedikit dari pekerja yang memiliki kebiasaan olahraga. d. Pekerja yang memiliki tinggi badan ≥ 163 cm lebih banyak dari pekerja yang memiliki tinggi badan < 163 cm. e. Pekerja yang memiliki berat badan dalam kategori obesitas lebih sedikit dari pekerja yang tidak obesitas. f. Rata – rata masa kerja responden 10,90 tahun
g. Rata – rata durasi pekerjaan per hari 8,28 jam 4. Tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor pekerjaan dengan keluhan low back pain
(Pvalue = 0,915) pada pengemudi tim ekspedisi PT Enseval,
Jakarta tahun 2010. 5. Hubungan antara faktor individu dengan keluhan low back pain sebagai berikut : a. Ada hubungan yang bermakna antara usia dengan keluhan low back pain (Pvalue = 0,017) pada pengemudi tim ekspedisi PT Enseval, Jakarta tahun 2010. b. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan keluhan low back pain (Pvalue = 0,734), kebiasaan olahraga dengan keluhan low back pain (Pvalue = 0,458), tinggi badan dengan keluhan low back pain
(Pvalue = 1,000), obesitas dengan keluhan low back pain
(Pvalue = 0,972), masa kerja dengan keluhan low back pain (Pvalue = 0,103), durasi mengemudi per hari dengan keluhan low back pain (Pvalue 0,092) pada pengemudi tim ekspedisi PT Enseval, Jakarta tahun 2010. 7.2 Saran
1. Bagi Perusahaan a. Menyesuaikan peralatan kerja dengan kondisi tubuh pekerja. b. Menyiapkan petugas dan peralatan khusus untuk mengangkut barang ke dalam mobil atau motor untuk meminimalisir resiko pengemudi terserang low back pain. c. Mengadakan kegiatan olahraga secara rutin kepada seluruh pengemudi.
d. Mengadakan kerjasama dengan pihak ketiga untuk memberikan pendidikan atau pelatihan tentang tata cara mengemudi yang baik dan benar. e. Mengadakan kerjasama dengan instansi kesehatan untuk melakukan pengecekan kesehatan pekerja secara berkala f. Mengadakan kerjasama dengan pihak ketiga untuk melakukan pengecekan terhadap kendaraan agar kondisi kendaraan selalu terjaga g. Mengatur ulang rute perjalanan yang dilalui oleh pekerja, disesuaikan dengan kondisi pekerja atau melakukan rotasi rute yang dilalui pekerja h. Melakukan evaluasi atau mengadakan gathering dengan semua pekerja secara berkala untuk membahas kebaikan dan kelemahan dari kebijakan yang ditetapkan 2. Bagi Pekerja a. Sebaiknya pekerja mulai membiasakan untuk tidak merokok karena selain dapat meyebabkan terjadinya keluhan low back pain, merokok juga dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. b. Memperbanyak kegiatan olahraga untuk pencegahan terhadap keluhan low back pain. c.
Menyesuaikan posisi mengemudi terhadap kendaraan, sehingga posisi bekerja menjadi nyaman dan meminimalisir resiko terjadinya low back pain.
d. Memperbanyak istirahat atau melakukan peregangan otot.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya a. Penelitian selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel-variabel lain yang diduga berhubungan dengan keluhan low back pain yang tidak diteliti pada penelitian ini, dan melengkapi keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini. b. Melakukan penelitian terhadap variabel lingkungan dan melakukan berbagai pengukuran. c. Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan kalibrasi untuk instrument penelitian seperti timbagan agar keakuratan hasil ukur lebih terjamin. d. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian dengan desain studi lain yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan, agar diperoleh hasil yang akurat, karena berbagai macam desain studi memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing. e. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menyebarkan kuesioner atau wawancara saat pekerjaan berlangsung untuk meminimalkan bias yang terjadi. f. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk mengukur posisi kerja dan mengambil gambar posisi kerja pada berbagai posisi, tidak hanya pada saat mengemudi normal saja, agar terlihat posisi yang paling beresiko dalam bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson GBJ. Epidemiological Features of Chronic Low Back Pain. Lancet 1999; 354:581-5. Ar Rifa’I, Muhammad Nasib. Kemudahan dari Allah :Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta : Gema Insani Press, 1999 B. Juul Kristenssen, N. Falletin, C Ekdahl. Criteria for Classification of Posture in Repetitive Work by Observation Methods ; A Riview. International Journal of Industrial Ergonomics. 19(1997), p. 397-411 Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. Singapore : McGraww Hill, Inc Cohen,Alexander L. et al. 1997. Elements of Ergonomics Programs. A primer Based on Workplace Evaluations of Musculoskeletal Disorders. Amerika : U.S Departement of health and human services. NIOSH Deyo, Richard and James, Weinstein. Low Back Pain. New England Journal Med. Vol 344 No. 5. 2001 DiNardi , Salvatore R. 1997. The Occupational Environment -its evaluation and control. Virginia : American Industrial Hygiene Association Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man, 4th ed, Taylor & Francis Inc,London. Hestbaek, Lise, Leboeuf-Yde, Charlotte, Ohm Kyvic, Kirsten, Are lifestyle-factors in adolescence predictors for adult low back pain? A cross-sectional and prospective study of young twins (2006). Available from : URL http://www.biomedcentral.com/1471-2474/7/27 Hiikka Riihiimaki and Eira Viikari Juntura. Musculoskeletal System in International Labour Office. Encyclopedia of Occupational Health and Safety. Edited by Jeanne Mager Stellman. Fourth edition, vol I, Geneva, 1998. HSC. Health and Safety Statistic 2006/2007. [cited 2008 juni 2007]. http://www.hse.gov.uk/statistics Ikrimah, Nur. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Keluhan Musculoskletal Disorders (MSDs) pada Pekerja Konveksi Sektor Usaha
Skripsi; Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.
Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang Tahun 2009.
J.H. Van Dieen, SMA. Jansen and AF. Housher. Differences in Law Back Load Between Kneeing and Seated Working at Ground Level . Applied Ergonomics 1997 Judith A. Kaufmann, Low Back Pain : Diagnosis and Management in Primary care. Dalam Lippncott’s Primary Care Practice, Vol 3. Number 4. July 2000,Philadelphia : Lippincott William & William Inc. Karuniasih. Tinjauan Faktor Resiko dan Keluhan Subjektif Terhadap Timbulnya Musculoskeletal Disordes Pada Pengemudi Travel X-Trans Trayek Jakarta – Bandung Tahun 2009. Skripsi : Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. 2009 Kelompok Studi Nyeri, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PEDOSSI). Penuntun Praktis Penanganan Nyeri Neuropatik. KRT Lucas Laurence J Fuortes, Yan Shi, Mingdon Zhang, Craig Zwerling, and Mario Schootman. Epidemiology of Back Injury in University Hospital Nurses from review of workers compensation records and a case control survey. JOM. 1994 Lueder, R. 1996. A Proposed RULA for Computer Users, Procceding of the Ergonomic Summer Workshop, San Francisco. Manek, Nisha dan Mac Gregor. Epydemiology of Back Disorder : Prevalence, Risk Factors and Prognosis. Curr Opin Rheumatol. 2005 ; 17(2) : 134-140. ©2005 Lippincot Williams & Wilkins. McAtamney, L. and Corlett, E.N., 1993. “ RULA : A Survey Based Method for the Investigation of Work Related Upper Limb Disorders “, Applied Ergonomics, 24(2).91-99. Michael Erdil. O Bruce Dickerson and Don B Chaffin. Biomechanics or Manual Material Handling and Low Back Pain. In Carl Zenz. Occupational medicine. Third edition, Sl Louis Mosby. 1994
Murtagh, John. Low Back Pain in : General Pratice. Third Edition. The McGraw-Hill Companies. Australia. 2003 Mustafa Pulat B, Fundamentals of Industrial Ergonomics, New Jersey, 1992,
Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomics, Work, and Health. Maryland, Gaithersburg : Aspen Publishers, Inc Quthb, Syahid Sayyid. Tafsir FI Zhilalil Quran. Jakarta : Gema Insani Press, 2000 Rahmat, Kristiawan Basuki. 2009. Analisis Faktor Resiko Kejadian Low Back Pain pada Operator Tambang Sebuah Perusahaan Tambang Nikel di Sulawesi Selatan Tahun 2007 – 2008. Tesis. Semarang : Program Studi Magister
Promosi Kesehatan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Rachel, Sulvana. Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Perawatan Lapangan Golf di Perusahan X dan Faktor – faktor yang Berhubungan. Tesis. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005. Rumawas RT. Nyeri Pinggang Bawah (Pandangan umum). Kumpulan makalah lengkap Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia (PERDOSSI). Palembang, 8-12 Desember 1996. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri Punggung Bawah. dalam: Nyeri Neuropatik, Patofisioloogi dan Penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS, Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167. Sandra M. Nettina, 2000, Taking Care Of Your Lower Back and Neck Pain , Dalam Lippncott’s Primary Care Practice, Vol 3. Number 4. July 2000,Philadelphia : Lippincott William & William Inc. Shihab, M Quraish. Tafsir Al Mishbah : Pesan, Kesan, dan Keserasian Al Quran. Jakarta : Lentera Hati, 2002 Sidharta P. Anamnesa Kasus Nyeri di Ekstermitas dan Pinggang. Sakit pinggang. In: Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta : Pustaka universitas, 1980: 64-75. Soleha, Siti. 2009. Hubungan Faktor Risiko Ergonomi Dengan Keluhan Musculoskeletal disorders (MSDs) Pada Operator Can Plant PT. X, Plant Ciracas Jakarta Timur Tahun 2009. Skripsi; Jakarta: Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah. Stanton, dkk. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Method . USA : CRC Press Sumarni, Herni. Analisis Faktor Resiko Ergonomi dan Keluhan Subyektif Terhadap Resiko
Terjadinya Musculoskeletal disorders (MSDs) Pada Karyawan
Bagian Produksi Seksi Welding 2A di Plant PT.X Tahun 2008.
Skripsi.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2008. Sunarto. Latihan pada Penderita Nyeri Punggung Bawah. Medika Jelita Jakarta Edisi III/406.054. 2005 Suryanto, Dhany. Pengaruh Pajanan Getaran SeluruhTubuh Terhadap Kejadian Nyeri Punggung Bawah pada Pengemudi Bajaj dan Ojek disekitar Kelurahan Kayu Putih. Tesis. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007. Wheeler AH, Stubbart JR. Pathophysiology of Chronic Back Pain. (Cited Jan 2004) Available from: URL http://www.emedicine.com/neuro/topic516.htm . http://www.rula.co.uk/survey.html 29 juli 2010. 2.00 pm http://ergo.human.cornell.edu/Pub/AHquest/CURULA.pdf 29 juli 2010 2.00 pm Zanni, Guido dan Jeannette, Wick. Low Back Pain : Eliminating Myths and Elucidating Realities. J. Am Pharm Assoc 43(3):357-352. © 2003 American Pharmaceutical Association.
KUESIONER PENELITIAN Assalamu’alaikum Wr. Wb. Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian tentang “Faktor – faktor yang berhubungan dengan keluhan subjektif low back pain pada kegiatan mengemudi tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading Jakarta tahun 2010”. Hasil penelitian ini merupakan tugas akhir dari peneliti untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Untuk itu, saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner ini secara jujur dan lengkap. Pengisian kuesioner ini tidak akan berpengaruh terhadap pekerjaan Bapak/Ibu/Saudara. Mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan. Atas kerja sama dan perhatian Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Saya menyatakan bahwa saya telah membaca pernyataan di atas, dan saya setuju untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Wassallamu’alaikum Wr. Wb,
Jakarta, September 2010 Peneliti
(
Trimunggara Kantana )
Responden
(
)
Data Responden (diisi oleh pekerja)
Nama Lengkap
:
Tanggal Lahir
: tanggal………bulan………tahun……….
Berat Badan
:
…… Kg
Tinggi Badan
:
…… cm
Lingkari salah satu jawaban
1. Jenis kendaraan apa yang anda gunakan dalam tim ekspedisi ? Motor b. Mobil a.
Keluhan low back pain
2. Apakah selama bekerja, anda pernah merasakan nyeri di punggung bagian bawah (sekitar pinggang) ? a. Ya
Jika ya, 1. Bagaimana tingkat keseringan nyeri yang anda rasakan ? a) 1 - 2 kali / tahun b) 1 – 2 kali / bulan c) 1 – 2 kali / minggu d) Setiap hari 2. Keluhan apa yang anda rasakan ? a) Sakit / nyeri b) Panas c) Kejang / kram d) Mati rasa e) Bengkak f) Kaku g) Pegal (jawaban boleh lebih dari 1)
b. Tidak
3. Apakah yang anda lakukan untuk menghilangkan keluhan tersebut ? a) Istirahat b) Dipijat c) Olahraga d) Minum suplemen/obat/jamu e) Ke dokter (jawaban boleh lebih dari 1) Faktor individu pekerja
3. Sejak kapan anda menjadi pengemudi tim ekspedisi PT Enseval ? ………………
4. Berapa lama anda mengemudi dalam satu hari ? (termasuk perjalanan menuju perusahaan) ………………
jam
5. Sebelum bekerja di PT Enseval, pernahkan anda bekerja sebagai pengemudi di perusahaan lain ? a. Pernah
b. Tidak pernah
Jika ya, 1. Berapa lama anda bekerja sebagai pengemudi di perusahaan lain ? …..
2. Sewaktu di perusahaan lain, berapa lama anda mengemudi dalam sehari ? …..
6. Apakah saat ini anda merokok ? a. Ya
Jika ya,
b. Tidak
Jika tidak,
1. Berapa batang rokok yang anda 1. Apakah anda pernah memiliki hisap setiap hari ? riwayat merokok sebelumnya ? a) Tidak pernah ……….. batang b) Pernah 2. Jika anda pernah merokok 2. Sejak kapan anda mulai merokok ? sebelumnya, sudah berapa lama anda berhenti merokok atau sejak ………. kapan anda berhenti merokok ? ………
3. Sewaktu anda merokok dahulu, berapa batang yang anda hisap setiap hari ? ……….. batang
7. Apakah anda memiliki kebiasaan olahraga ? a. Ya
Jika ya, 1. Bagaimana kebiasaan olahraga anda ? a) Sering(≥3 kali seminggu) b) Kadang (1-2 kali seminggu) c) Jarang (1-3 kali sebulan) 2. Jenis olahraga apa yang sering anda lakukan ? a) Jogging / lari pagi b) Futsal / sepakbola c) Badminton d) Lainnya. Sebutkan :…..
b. Tidak