SIMULASI PEMBEBANAN GAYA BERAT PADA MILL SHAFT ROLL SHELL DI PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN METODE ELEMEN HINGGA SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
TAUFIK AKBAR ISKANDAR CHANDRA NIM. 040401044
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
SIMULASI PEMBEBANAN GAYA BERAT PADA MILL SHAFT ROLL SHELL DI PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN METODE ELEMEN HINGGA
TAUFIK AKBAR ISKANDAR CHANDRA NIM. 040401044
Telah Disetujui dari Hasil Seminar Skripsi Periode ke-540 Pada Tanggal 25 Juli 2009
Pembanding I
Pembanding II
Ir. Mulfi Hazwi MSc. NIP.130 905 356
Ir.Tugiman MT NIP.131 459 557
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN =========================
AGENDA : 814/TS/2008 DITERIMA : / /2008 PARAF : ====================
TUGAS SARJANA NAMA
: TAUFIK AKBAR ISKANDAR CHANDRA
NIM
: 040401044
MATA PELAJARAN : METODE ELEMEN HINGGA SPESIFIKASI
:SIMULASIKAN DISTRIBUSI TEGANGAN YANG DISEBABKAN GAYA BERAT DAN TORSI YANG TERJADI PADA MILL SHAFT ROLL SHELL YANG DIGUNAKAN
OLEH
SEBUAH
PABRIK
GULA
SEBAGAI CONTOH KASUS SEI SEMAYANG. SIMULASI MELIPUTI : -
PERHITUNGAN TEORITIS
-
SIMULASI DENGAN SOFTWARE ELEMEN HINGGA
DIBERIKAN TANGGAL
: 24 / 10 /2008
SELESAI TANGGAL
: 02 / 05 /2009
KETUA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN,
MEDAN,..................2009. DOSEN PEMBIMBING,
DR.ING.IR. IKHWANSYAH ISRANURI DR.ING.IR. IKHWANSYAH ISRANURI NIP. 132 018 668 NIP. 132 018 668 Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
KARTU BIMBINGAN TUGAS SARJANA MAHASISWA N0 : 814 / TS / 2008 Sub. Program Studi
: Teknik Produksi
Bidang Tugas
: Metode Elemen Hingga
Judul Tugas
: Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang dengan Metode Elemen Hingga
Diberikan Tanggal
: 21-07-2008
Selesai Tanggal
Dosen Pembimbing
: DR.Ing.Ir. Ikhwansyah
Nama Mahasiswa : Taufik Akbar
Isranuri
: 02-05-2009
Iskandar C. NIM
NO
Tanggal
1
30-08-2008
Survey lapangan
2
20-09-2008
Spesifikasi tugas
3
18-10-2008
Analisa pembebanan poros
4
22-01-2009
Asistensi Bab I dan Bab II, lanjutkan
5
03-02-2009
Asistensi Bab III, tambahkan
6
23-02-2009
Analisa torsi
7
21-03-2009
Asistensi Bab IV, perbaiki
9
14-04-2009
Asistensi Bab V, lanjutkan
10
02-05-2009
Siap diseminarkan
KEGIATAN ASISTENSI BIMBINGAN
: 040401044 Tanda Tangan Dosen Pembimbing
CATATAN :
Diketahui 1. Kartu ini harus diperlihatkan kepada Ketua Departemen Teknik Mesin Dosen Pembimbing setiap asistensi. FT. U.S.U 2. Kartu ini dijaga bersih dan rapi. 3. Kartu ini harus dikembalikan ke Departemen, bila kegiatan asistensi telah selesai. (Dr.Ing.Ir. Ikhwansyah Isranuri) NIP. 132 018 668
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Swt atas berkat dan rahmat-Nya yang telah memberikan penulis kesehatan jasmani dan rohani sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini. Adapun Skripsi ini dibuat untuk melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik dengan judul: “Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang dengan Metode Elemen Hingga.” Selama penulisaan laporan ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuaan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :. 1. Kedua Orang tua saya yang saya cintai yang telah memberikan segala sesuatunya dengan penuh ikhlas serta abang dan kakak yang telah memberi semangat dan perhatiannya. 2. Bapak Dr.Ing.Ir. Ikhwansyah Isranuri selaku dosen pembimbing dan sebagai Ketua Departemen Teknik Mesin yang telah memberikan waktu dan pikirannya dalam penyelesaian skripsi ini dan Bapak Tulus Burhanudin Sitorus, ST.MT sebagai Sekretaris Departemen Teknik Mesin. 3. Seluruh staff pengajar di Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, terutama Bang Taufik, Bang Supriyono serta Pak Henry IC Star yang telah mengubah pola pikir saya serta ilmu yang sangat berharga.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
4. Seluruh pegawai Departemen Teknik Mesin, Bang Syawal, Kak Ismawati, Kak Sonta dan Bang Fauzi atas segala bantuannya kepada penulis dalam pengurusan administrasi. 5. Pimpinan dan karyawan PTPN2 Pabrik Gula Sei Semayang yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan data dan masukan pada penulis selama survey. 6. Teman–teman Teknik Mesin USU terutama stambuk 2004. Kepada Irfandi, Nabahansyah, Kartiko, Alfansuri, Ucu, Anhar dan Novan sebagai tentor juga motivator dalam mennyelesaikan skripsi ini, Fadli, Tarigan, Yasin, Zainal dan Aziz yang telah memberikan fasilitas secara cuma-cuma. 7. Para asisten maupun calon asisten Laboratorium Teknologi Mekanik, dan adik-adik praktikan yang turut membantu penyelesaian skripsi ini. Segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis guna kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Medan, Penulis,
Juli 2009
Taufik Akbar Iskandar Chandra NIM : 04 0401 044
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBARAN PENGESAHAN DARI PEMBIMBING SPESIFIKASI TUGAS KARTU BIMBINGAN TUGAS SARJANA KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR SIMBOL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Batasan Masalah 1.4 Metode Penulisan 1.5 Sistematika Penulisan
halaman i ii iii iv v vii ix x xii 1 1 2 3 3 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Pengertian Dan Fungsi Poros 2.3 Macam –Macam Poros 2.4 Diameter Poros 2.5 Daya Poros 2.6 Pemilihan Bahan 2.7 Pemeriksaan Kekuatan Poros 2.8 Kondisi Pembebanan Poros 2.9 Metode Elemen Hingga
5 5 9 10 10 11 13 15 15 17
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Penelitian 3.2. Pengambilan Data Dan Pengukuran 3.3 Ukuran Dimensi Poros 3.4 Analisa Gaya Pada Mill Shaft Roll Shell 3.5 Perhitungan Gaya 3.5.1 Gaya – Gaya Luar Yang Terjadi Pada Poros 3.5.2 Gaya – Gaya Dalam Yang Terjadi Pada Poros 3.5.3 Diagram Momen Yang Timbul Pada Poros 3.6 Diagram Alir Simulasi 3.7 Prosedur Simulasi
20 20 20 22 23 25 25 27 31 32 34
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
BAB IV HASIL SIMULASI 4.1 Penjelasan 4.2 Analisa Simulasi 4.3 Kondisi Pembebanan 4.3.1 Kondisi Pembebanan Sebelum Tebu Masuk Roll 4.3.2 Kondisi Pembebanan Setelah Tebu Masuk Roll 4.4 Analisa Torsi 4.5 Interpretasi dan Evaluasi Hasil 4.6 Analisa Kekuatan Poros Mill Shaft Roll Shell Berdasarkan Teori Kegagalan
41 41 41 45 45 47 48 57
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran
60 60 61
58
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
DAFTAR TABEL halaman Tabel 2.1 Jenis-jenis faktor koreksi berdasarkan daya yang ditransmisikan Tabel 2.2 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin untuk poros.
13 14
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Tebu diturunkan dari truk
halaman 5
Gambar 2.2 Cane Cutter I
6
Gambar 2.3 Cane Cutter II
6
Gambar 2.4 Mill shaft roll shell, Top roll dan roda gigi lurus
7
Gambar 2.5 Skema proses penggilingan
9
Gambar 2.6 Kondisi pembebanan pada poros
16
Gambar 2.7 Jenis-jenis gaya dalam
17
Gambar 2.8 Jenis-jenis gaya luar
17
Gambar 3.1 Spesifikasi daya dan putaran
20
Gambar 3.2 Ukuran dimensi untuk Mill Shaft Roll Shell
22
Gambar 3.3 Diagram pembebanan pada poros
23
Gambar 3.4 Diagram Momen
32
Gambar 3.5 Diagram alir simulasi menggunakan Ansys 5.4
34
Gambar 3.6 Tampilan pembuka Ansys 5.4
34
Gambar 3.7 Tampilan proses prefrensi
35
Gambar 3.8 Tampilan keypoints
36
Gambar 3.9 Tampilan setelah keypoints dihubungkan
36
Gambar 3.10 Tampilan setelah proses extrude
37
Gambar 3.11 Tampilan setelah penambahan silinder pejal
37
Gambar 3.12 Tampilan hasil geometri
38
Gambar 3.13 Sifat elemen
38
Gambar 3.14 Material properties
39
Gambar 3.15 Proses meshing
40
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Gambar 4.1 Dialog tipe analisis
42
Gambar 4.2 Dialog displacement pada bantalan A
42
Gambar 4.3 Dialog displacement pada bantalan B
43
Gambar 4.4 Dialog force
43
Gambar 4.5 Dialog solving the system
44
Gambar 4.6 Dialog analisis
44
Gambar 4.7 Pembebanan sebelum tebu masuk roll
45
Gambar 4.8 Hasil simulasi kondisi 1
45
Gambar 4.9 Kotak dialog plot numbering controls
46
Gambar 4.10 Node distribusi tegangan
46
Gambar 4.11 Pembebanan setelah tebu masuk roll
47
Gambar 4.12 Hasil simulasi kondisi 2
47
Gambar 4.13 Node distribusi tegangan
48
Gambar 4.14 Kondisi torsi tiap jarak
49
Gambar 4.15 Hasil simulasi torsi 1
50
Gambar 4.16 Grafik torsi 1
50
Gambar 4.17 Hasil simulasi torsi 2
51
Gambar 4.18 Grafik torsi 2
52
Gambar 4.19 Hasil simulasi torsi 3
53
Gambar 4.20 Grafik torsi 3
53
Gambar 4.21Hasil simulasi torsi 4
54
Gambar 4.22 Grafik torsi 4
55
Gambar 4.23 Hasil simulasi torsi 5
56
Gambar 4.24 Grafik torsi 5
56
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
DAFTAR SIMBOL Simbol P/ Pd n fc T
τa σ
ε ds Kt
Cb W F V M m g
τp ρ
mtotal
Keterangan Daya yang ditransmisikan / Daya rencana Putaran keluaran Faktor koreksi Momen puntir rencana Tegangan geser izin Tegangan Regangan Diameter poros yang direncanakan Faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya tumbukan Faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya beban lentur Berat massa benda Gaya Gaya geser Momen lentur Massa benda Kecepatan gravitasi bumi (9,806 m/s2) Tegangan geser akibat momen puntir Massa jenis logam (7,3 x 103 kg/m3) Massa total poros
Satuan HP( kW) rpm kg.mm kg/mm2 kg/mm2(N/m2) mm N N N N.m kg m/s2 kg/mm2 kg/m3 kg
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pabrik Gula Sei Semayang PTPN-II (PGSS) pada stasiun gilingan memiliki 5 unit gilingan (5 Set Three Roller Mill) yang disusun seri dan masingmasing unit gilingan terdiri dari 3 roll yaitu roll atas (Top Roll), roll belakang (Bagasse Roll), dan roll depan (Feed Roll). Masing-masing roll tersebut ditopang sebuah poros (Shaft) yang dinamakan mill shaft roll shell. Mill shaft roll shell yang terdapat pada rol atas (Top roll) mengalami pembebanan dari berat Top Roll, berat roda gigi, berat Square Coupling serta berat kapasitas tebu. Sedangkan poros pada roll belakang (Bagasse Roll) dan roll depan (Feed Roll) pembebanan hanya dari berat roda gigi, berat dari selubungnya serta dari berat kapasitas tebu. Didalam perhitungan berat kapasitas tebu dari 150200 kg, yang diambil adalah kapasitas tebu maksimum yakni 200 kg. Dari ketiga roll tersebut poros pada top roll yakni mill shaft roll shell merupakan poros yang mengalami banyak pembebanan. Kondisi inilah yang akan mempengaruhi ketahanan mill shaft roll shell pada Top Roll tersebut. Dalam menganalisa distribusi tegangan digunakan software Ansys 5.4 yang memfokuskan pada gaya berat serta torsi akibat dari pembebanan yang timbul pada mill shaft roll shell di Pabrik Gula Sei Semayang.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Ansys 5.4 merupakan salah satu metode analisa yang dilakukan dengan cara membagi sistem yang dianalisa menjadi elemen – elemen kecil yang berhingga dengan bentuk yang sederhana. Elemen – elemen ini memiliki titik – titik yang disebut node dimana perhitungan dilakukan atau dengan kata lain node adalah representasi elemen terhadap jenis analisa dan pembebanan yang diberikan. Tipe masalah teknis dan matematis phisis yang dapat diselesaikan dengan metode elemen hingga terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok analisa struktur meliputi: analisa tegangan/Stress, buckling, dan analisa getaran dan kelompok masalah-masalah non struktur meliputi: perpindahan panas, mekanika fluida dan distribusi dari potensial listrik serta magnet[5, hal 1]. Dalam persoalan-persoalan yang menyangkut geometri yang rumit, seperti persoalan pembebanan terhadap struktur yang kompleks, pada umumnya sulit dipecahkan melalui matematis analisis. Hal ini disebabkan karena matematis analisis memerlukan besaran atau harga yang harus diketahui pada setiap titik pada struktur yang dikaji. Penyelesaian analisis dari suatu persamaan diferensial suatu geometri yang kompleks, pembebanan yang rumit, tidak mudah diperoleh. Formulasi dari metode elemen hingga dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan ini. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian pada mill shaft roll shell ini adalah untuk mengetahui distribusi tegangan akibat pembebanan gaya berat dan torsi yang terjadi dengan menggunakan simulasi metode elemen hingga.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Tujuan dari penelitian pada mill shaft roll shell ini adalah mensimulasikan dampak dari pembebanan akibat gaya berat dan torsi terhadap distribusi tegangan dengan menggunakan software Ansys 5.4. 1.3 Batasan Masalah Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan meliputi yaitu mensimulasikan distribusi tegangan akibat pembebanan gaya berat pada mill shaft roll shell, dalam 2 kondisi yakni kondisi 1, kondisi poros sebelum tebu masuk dan kondisi 2, kondisi poros setelah tebu masuk serta torsi pada tiap jarak dan gaya tertentu. Tidak melakukan perhitungan dengan metode elemen hingga, hanya membandingkan hasil simulasi dengan hasil teori kegagalan (Von Misses). 1.4 Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan tugas sarjana ini adalah : 1. Survey Lapangan Survey lapangan telah dilakukan pada Pabrik Gula Sei Semayang PTPN-II, guna mendapatkan spesifikasi poros mill shaft roll shell. 2. Studi Literatur Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku yang mendukung dan membantu dalam menyelesaikan tugas sarjana ini. 3. Diskusi Berupa Tanya jawab dengan dosen pembimbing dan teman-teman mahasiswa yang lain mengenai simulasi yang dibahas.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
1.5 Sistematika Penulisan Dalam penulisan tugas sarjana ini sistematika penulisannya meliputi, Bab 1 pendahuluan berisikan latar belakang, maksud dan tujuan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Diteruskan dengan Bab 2 yakni tinjauan pustaka meliputi tentang teori-teori perhitungan meliputi daya, diameter poros, panjang poros, momen puntir, tegangan izin serta kondisi pembebanan. Kemudian masuk ke Bab 3 metode penelitian yang berisikan tentang pengambilan data, perhitungan daya, diameter, panjang, momen puntir, tegangan geser dan izin, ukuran dimensi poros, analisa gaya berat, gaya reaksi pada bantalan, diagram alir menggunakan software Ansys 5.4, dan prosedur simulasi. Setelah data yang diperoleh diperhitungkan, maka pada Bab 4 hasil disimulasikan diantaranya analisis simulasi terhadap perbandingan 2 kondisi pembebanan dan analisa torsi pada jarak tertentu. Dan pada Bab 5 berisikan kesimpulan secara garis besar dari hasil simulasi dari 2 kondisi dan torsi pada mill shaft roll shell serta saran untuk kesempurnaan tugas sarjana ini seterusnya.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Proses produksi yang terdapat di Pabrik Gula Sei Semayang yang memproduksi gula Gula Kristal Produk I dengan bahan baku utama adalah tebu dengan berat bahan 4000 ton/hari ditambah dengan bahan pembantu proses yaitu kapur tohor dan belerang. Setelah tebu dipanen dari kebun di sekitar pabrik, tebu tersebut kemudian diangkut dengan menggunakan truk seperti terlihat pada gambar 2.1 di bawah ini dan selanjutnya ditimbang di jembatan timbang.
Gambar 2.1 Tebu diturunkan dari truk Tebu diangkut melalui conveyor (Cane Carier) dengan kecepatan 3-15 m/menit menuju alat Cane Laveller yang berfungsi sebagai alat pemerata tebu
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
menuju Cane Cutter I sehingga tebu dipotong dengan merata seperti terlihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Cane Cutter I Setelah tebu dipotong-potong dengan alat pemotong II (Cane Cutter II) pada gambar 2.3 yang berfungsi untuk menyayat tebu sampai menjadi serpihan tebu masuk ke gilingan I, maka tebu harus melewati alat penangkap besi-besi yang mungkin terikut dalam serpihan tebu.
Gambar 2.3 Cane Cutter II
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Penggilingan (perahan) dilakukan sebanyak 12 kali dengan 5 unit gilingan (5 Set Three Roller Mill) yang disusun seri dengan memakai tekanan hidrolik yang berbeda-beda dengan masing-masing unit gilingan terdiri dari 3 roll. Jarak antara roll atas (Top Roll) dengan roll belakang (Bagasse Roll) lebih kecil daripada jarak antara roll atas dengan roll depan (Feed Roll) mempunyai permukaan beralur berbentuk V dengan sudut 300 yang gunanya untuk memperlancar aliran nira dan mengurangi terjadinya slip. Masing-masing roll dipasangkan sebuah poros untuk melakukan putarannya dan poros tersebut ditumpu oleh dua bantalan luncur . Pada gambar 2.4 di bawah ini, terlihat kondisi mill shaft roll shell setelah dipasang top roll dan roda gigi lurus.
TOP ROLL MILL SHAFT ROLL SHELL
RODA GIGI LURUS
Gambar 2.4 Mill Shaft Roll, Top Roll dan Roda Gigi Lurus Besarnya tekanan hidrolik yang digunakan untuk mengepres alat penggiling adalah 150-200 kg/cm2 dengan putaran berbeda antara gilingan I dengan yang lain dimana gilingan I skitar 5,3 rpm, gilingan II 5,2 rpm, gilingan III 5,0 rpm, gilingan IV 5,0 rpm, gilingan V 4,8 rpm.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Mekanisme kerja dari 5 Set Three Roller Mill adalah sebagai berikut : 1. Tebu yang sudah dicacah halus pada Cane Cutter I masuk ke pencacah Cane Cutter II elevator masuk ke gilingan pertama. Air perahan nira dari gilingan pertama ditampung pada bak penampung I yang disebut primary juice. Ampas dari gilingan I masuk pada gilingan II untuk diperah lagi. Air perahan II masuk dalam bak penampungan II. 2. Nira dari gilingan I dan II masih ada ampasnya yang sama-sama ditampung pada bak penampungan I. Nira pada bak penampungan I disaring pada Juice Strainer kemudian ampasnya dimasukkan pada gilingan II dan nira yang disaring ditampung dalam satu tangki dan siap dipompakan ke stasium pemurnian. Tangki penampungan ini disebut Raw Juice Tank. 3. Ampas dari gilingan II masuk ke gilingan III untuk diperah lagi. Air perasan ditampung pada bak penampung III dan digunakan sebagai imbibisi yang keluar dari gilingan I. 4. Ampas dari gilingan III masuk ke gilingan IV, air perasan (nira) ditampung pada bak IV dan digunakan sebagai imbibisi ampas yang keluar dari gilingan II. 5. Ampas dari gilingan IV masuk ke gilingan V untuk diperas lagi. Nira dari gilingan V ditampung pada bak V dan digunakan sebagai imbibisi ampas yang keluar dari gilingan III. 6. Ampas yang keluar dari gilingan IV diberi air imbibisi sebelum masuk ke gilingan V yang memiliki temperatur air imbibisi sekitar 60-70 0C. Ampas tebu dari gilingan V selanjutnya diangkutnya dengan satu unit conveyor Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
melalui suatu plat saringan, dimana ampas berserat kasar dilewatkan menuju boiler sebagai bahan bakar dan sebagian dibawa menuju gudang ampas sebagai cadangan. Skema dari prosedur penggilingan dapat dilihat dari gambar 2.5 berikut :
Gambar 2.5 Skema proses penggilingan 2.2 Pengertian Dan Fungsi Poros Poros merupakan salah satu bagian terpenting dalam setiap mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran. Poros adalah suatu bagian stasioner yang berputar, biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemenelemen seperti roda gigi, pulley, roda gila (flywheel), engkol, sproket, dan elemen pemindah daya lainnya. Poros bisa menerima lenturan, tarikan, tekan, atau puntiran, yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya. Bila beban tersebut tergabung, kita bisa mengharapkan untuk mencari kekuatan statis dan kekuatan lelah yang perlu untuk pertimbangan perencanaan, karena suatu poros tunggal bisa diberi tegangan-tegangan statis, tegangan bolak-balik lengkap, tegangan berulang, yang semuanya bekerja pada waktu yang sama. Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
2.3 Macam –Macam Poros Menurut pembebanannya poros diklasifikasikan menjadi : a. Poros transmisi Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau sproket rantai. b. Poros spindel Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel. Syarat yang harus yang dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti. c. Poros gandar Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar, disebut gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga. 2.4 Diameter Poros Dalam perhitungan diameter poros ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni faktor koreksi yang dianjurkan ASME dan juga dipakai disini. Faktor koreksi akibat terjadinya tumbukan yang dinyatakan dengan Kt, jika beban dikenakan beban secara halus, maka dipilih sebesar 1,0. Jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan, maka dipilih sebesar 1,0-1,5. Jika beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar, maka dipilih sebesar 1,5-3,0. Dalam hal ini Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
harga Kt diambil sebesar 2 karena cacahan tebu dijatuhkan langsung kedalam mesin perah sehingga mendapatkan beban kejut atau tumbukan yang besar secara tiba-tiba. Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terdiri atas momen puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan pemakaian dengan beban lentur. Dimana untuk perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terjadi karena momen puntir saja dengan harga diantara 1,22,3 (jika diperkirakan tidak akan terjadi pembebanan lentur maka Cb diambil 1,0), dalam perencanaan diambil faktor koreksinya sebesar 1,2. Maka rumus untuk merencanakan diameter poros ds diproleh: 1
5,1 3 ds = K t C bT ……………………………...………….[4, hal.8] τ a dimana : ds = diameter poros yang direncanakan (mm)
τ a = kekuatan tarik bahan (kg/mm2) Kt = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya tumbukan Cb = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya beban lentur.
2.5 Daya Poros Di stasiun gilingan tebu pada Pabrik Gula Sei Semayang poros Mill Shaft Roll Shell akan mendapatkan daya dari turbin uap. Daya tersebut akan ditransmisikan dari turbin ke poros melalui kopling dan roda gigi. Daya merupakan daya nominal output dari motor penggerak dalam hal ini turbin uap.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Daya yang besar mungkin diperlukan pada saat mulai (start), atau mungkin beban yang besar terus bekerja setelah start. Dengan demikian sering diperlukan koreksi pada daya rata-rata yang diperlukan dengan menggunakan faktor koreksi pada perencanaan. Ada beberapa jenis faktor koreksi sesuai dengan daya yang akan ditransmisikan sesuai dengan tabel 2.1. Tabel 2.1 Jenis-jenis faktor koreksi berdasarkan daya yang ditransmisikan Daya yang ditransmisikan
fc
Daya rata-rata yang diperlukan
1,2 - 2,0
Daya maksimum yang diperlukan
0,8 – 1,2
Daya normal
1,0 – 1,5
Sumber: Sularso,Kiyokatsu Suga, “ Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin “.
Dalam perhitungan poros ini diambil daya maksimum sebagai daya rencana dengan faktor koreksi sebesar fc = 1,0. Harga ini diambil dengan pertimbangan bahwa daya yang direncanakan akan lebih besar dari daya maksimum sehingga poros yang akan direncanakan semakin aman terhadap kegagalan akibat momen puntir yang terlalu besar. Sehingga besar daya rencana Pd yaitu : Pd = N.fc ……….…...………………………...…………..[4, hal. 7] Dimana : Pd = daya rencana (kW) fc = faktor koreksi N = daya normal keluaran motor penggerak (kW) Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban berupa momen puntir. Oleh karena itu dalam penentuan ukuran-ukuran utama poros akan dihitung berdasarkan beban puntir serta kemungkinan-kemungkinan kejutan/tumbukan dalam pembebanan, seperti pada saat motor mulai berjalan. Besarnya momen puntir yang dikerjakan pada poros dapat dihitung :
T = 9,74 .105
Pd ………………………………………….[4, hal. 7] n
Dimana : T = momen puntir rencana (kg. mm) Pd = daya rencana (kW) n = putaran (rpm) 2.6 Pemilihan Bahan Bahan poros yang direncanakan adalah baja cor yaitu jenis baja karbon tinggi dengan kadar C > 0,5 %. Baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) dihasilkan dari ingot yang dikil (baja yang dioksidasikan dengan ferrosilikon dan dicor), kadar karbon terjamin. Jenis-jenis baja S-C beserta dengan kekuatan tariknya dapat dilihat dari tabel 2.2.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Tabel 2.2 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin untuk poros.
Standar dan macam
Baja karbon konstruksi mesin (JIS G 4501)
Lambang
Perlakuan panas
S30C S35C S40C S45C S50C S55C
Penormalan “ “ “ “ “
Kekuatan tarik (kg/mm2) 48 52 55 58 62 66
Keterangan
Sumber: Sularso,Kiyokatsu Suga, “ Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin “.
Dalam perencanaan poros ini dipilih bahan jenis S50C yang dalam perencanaannya diambil kekuatan tarik sebesar σ b = 62kg / mm 2 . Maka tegangan puntir izin dari bahan dapat diperoleh dari rumus :
τa =
σb sf 1 .sf 2
...…………………………………………...………..[4, hal. 8]
Dimana :
τ a = tegangan geser izin (kg/mm2) σ b = kekuatan tarik bahan (kg/mm2) Sf1 = faktor keamanan yang bergantung kepada jenis bahan. Sf2 = faktor keamanan yang bergantung pada bentuk poros (harga 1,3-3,0) Sesuai dengan standar ASME, batas kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan tarik σ b , dimana untuk harga ini faktor keamanan diambil sebesar 1 0,18
=5,6. Harga 5,6 diambil untuk bahan SF dan 6,0 untuk bahan S-C dengan
pengaruh massa dan baja paduan. Harga Sf1 diambil 6 karena dalam perencanaan pemilihan bahan diambil jenis S50C.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Sedangakan nilai Sf2, karena poros yang dirancang merupakan poros bertingkat, sehingga dalam perencanaannya faktor keamanan diambil 1,4. 2.7 Pemeriksaan Kekuatan Poros Ukuran poros yang telah direncanakan harus diuji kekuatannya. Pengujian dilakukan dilakukan dengan memeriksa
tegangan geser yang terjadi (akibat
momen puntir) yang bekerja pada poros. Apabila tegangan geser ini melampaui tegangan geser izin yang dapat ditahan oleh bahan maka poros mengalami kegagalan. Besar tegangan geser akibat momen puntir yang bekerja pada poros diperoleh dari:
τp =
16T …...………………………………………….[2, hal. 263] π d s3
dimana: τ p = tegangan geser akibat momen puntir ( kg/mm2 ) T = momen puntir yang terjadi (direncanakan) ( kg.mm ) ds = diameter poros ( mm ) 2.8 Kondisi Pembebanan Poros Dari hasil pengamatan survey pada Pabrik Gula Sei Semayang, poros yang direncanakan ditumpu oleh dua buah bantalan luncur serta menumpu satu roda gigi lurus, satu buah Top Roll, dan satu buah kopling untuk menghubungkan ke motor penggeraknya. Dengan kondisi pembebanan yang terjadi pada mill shaft roll shell dapat di lihat pada gambar 2.6 di bawah ini.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
1
4
2
3
5
Gambar 2.6 Kondisi pembebanan pada poros Keterangan gambar: 1. Square Coupling 2. Roda gigi lurus 3. Bantalan luncur 4. Top roll 5. Bantalan luncur Dalam ilmu statika struktur, kita mengenal berbagai jenis tumpuan, yakni diantaranya: roller (rol), pada tumpuan jenis terdapat 1 variabel (kita misalkan tumpuan itu adalah A, maka variabelnya RAY arah sumbu y). Kedua adalah pin (engsel), pada tumpuan jenis ini terdapat 2 variabel (kita misalkan tumpuan itu sama yakni A, maka variabelnya RAY untuk sumbu y dan RAX untuk sumbu x). Berikutnya overhang (jepitan), pada tumpuan ini terdapat 3 variabel (dengan permisalan yang sama, maka variabelnya RAY arah sumbu y, RAX arah sumbu x dan MA momen yang terjadi). Dan terakhir adalah kabel (batang) dengan variabel T.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Suatu benda yang mendapat pembebanan, maka benda tersebut mendapat gaya yang diperoleh dari luar yang disebut gaya luar yakni: gaya berat, gaya reaksi dan gaya yang diberikan (load) dapat dilihat pada gambar 2.7. NY
V M
M NX
NX V NY
Gambar 2.7 Jenis-jenis gaya dalam Sedangkan gaya yang diperoleh dari dalam benda tersebut yang seterusnya disebut gaya dalam yakni: gaya normal (N), gaya geser (V) dan momen lentur (M) dapat dilihat pada gambar 2.8.
F
A
B
RA
RBY
Y
W
Gambar 2.8 Jenis-jenis gaya luar 2.9 Metode Elemen Hingga Metode elemen hingga adalah metode numerik yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan teknik dan problem matematis dari suatu gejala phisis. Tipe masalah teknis dan matematis phisis yang dapat diselesaikan dengan metode elemen hingga terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok analisa struktur dan kelompok masalah-masalah non struktur. Tipe-tipe permasalahan struktur meliputi : Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
1. Analisa tegangan/Stress, meliputi analisa Truss dan Frame serta masalahmasalah yang berhubungan dengan tegangan-tegangan yang terkonsentrasi. 2. Buckling 3. Analisa getaran Masalah non struktur yang dapat diselesaikan dengan menggunakan metode ini meliputi: 1. Perpindahan panas dan massa 2. Mekanika fluida, termasuk aliran fluida lewat media porus 3. Distribusi dari potensial listrik dan potensial magnet Dalam persoalan-persoalan yang menyangkut geometri yang rumit, seperti persoalan pembebanan terhadap struktur yang kompleks, pada umumnya sulit dipecahkan melalui matematis analisis. Hal ini disebabkan karena matematis analisis memerlukan besaran atau harga yang harus diketahui pada setiap titik pada struktur yang dikaji. Penyelesaian analisis dari suatu persamaan diferensial suatu geometri yang kompleks, pembebanan yang rumit, tidak mudah diperoleh. Formulasi dari metode elemen hingga dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan ini. Metode ini akan menggunakan pendekatan terhadap harga-harga yang tidak diketahui pada setiap titik secara diskrit. Dimulai dengan permodelan dari suatu benda dengan membagi-bagi dalam bagian yang kecil yang secara keseluruhan
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
masih mempunyai sifat yang sama dengan benda yang utuh sebelum terbagi dalam bagian yang kecil (diskritisasi). Beberapa kelebihan dalam penggunaan metode ini adalah : 1. Benda dengan bentuk yang tidak teratur dapat dengan mudah dianalisa 2. Tidak terdapat kesulitan dalam menganalisa beban pada suatu struktur 3. Permodelan dari suatu benda dengan komposisi materi yang berlainan dapat dilakukan karena tinjauan yang dilakukan secara individu untuk setiap elemen. 4. Dapat menangani berbagai macam syarat batas dalam jumlah yang tak terbatas 5. Variasi dalam ukuran elemen memungkinkan untuk memperoleh detail analisa yang diinginkan. 6. Dapat memecahkan masalah-masalah dinamik. Kekurangan yang terdapat dalam penggunaan metode ini adalah diperlukannya computer yang sesuai sebagai alat hitung yang lebih cepat dan akurat [5, hal 1].
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tahap Penelitian Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahap kegiatan atau pengerjaan yaitu, pengambilan data, menganalisa secara teoritik dan melakukan simulasi dengan menggunakan Ansys 5.4. 3.2. Pengambilan Data Dan Pengukuran Data-data dari hasil survey pada Pabrik Gula Sei Semayang diperoleh: Panjang kedua bantalan luncur : 600 mm dengan diameter dalam 450 mm Panjang untuk tumpuan Top Roll : 1717 mm dengan diameter dalam 500 mm Panjang roda gigi lurus : 400 mm dengan diamater dalam 500 mm Panjang Square Coupling : ukuran dalam 300 mm x 300 mm x 220 mm Untuk menentukan daya perencanaan yang dibutuhkan oleh poros, dibutuhkan informasi berupa daya dan putaran. Data tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Spesifikasi daya dan putaran Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Dari gambar 3.1 diperoleh data sebagai berikut : P = 650 HP = 650 x 0,735 kW = 477,75 kW n = 6,5 rpm Maka besarnya daya rencana adalah: Pd = 1,0 x 477,75 kW Pd = 477,75 kW Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban berupa momen puntir. Besarnya momen puntir yang dikerjakan pada poros dapat dihitung. Untuk daya rencana Pd = 477,75 kW dan putaran n = 6,5 rpm, maka momen puntirnya adalah:
T = 9,74 .105 x
477,75 6,5
T = 715,89 . 105 kg.mm Bahan poros jenis S 50 C yang dalam perencanaannya diambil kekuatan tarik sebesar σ b = 62kg / mm 2 . Dari rumus diatas maka tegangan geser izin bahan jenis S 50 C adalah:
τa =
62 (6).(1,4)
τ a = 7,380 kg / mm 2
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Maka diameter poros yang direncanakan : 1
3 5,1 ds= x 2 x1,2 x715,89.10 5 7,380 ds = 491,500 mm ds ≅500 mm Untuk momen puntir sebesar T = 715,89 . 105 kg.mm, dan diameter poros ds =500mm, maka tegangan geser yang terjadi adalah :
τp =
16.x715,89.10 5 π .500 3
τ p = 2,916kg / mm 2 Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser izinnya ( τp < τa) dimana τa = 7,380 kg/mm2, sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran poros yang direncanankan cukup aman. 3.3 Ukuran Dimensi Poros Dari perhitungan-perhitungan di atas dan data-data yang diperoleh dari hasil survey, maka dapat digambarkan ukuran-ukuran dimensi untuk Mill Shaft Roll Shell sebagai berikut:
Gambar 3.2 Ukuran dimensi untuk Mill Shaft Roll Shell
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
3.4 Analisa Gaya Pada Mill Shaft Roll Shell Mill shaft roll shell ditopang oleh dua bantalan luncur dan mengalami pembebanan oleh gaya berat yang terdapat pada poros itu sendiri, top roll, roda gigi dan square coupling serta ditambah berat kapasitas olah tebu yaitu 4000 TCD. Dengan menggunakan rumus dibawah ini dapat dihitung berat masingmasing yang dibebani oleh poros. W=m.g keterangan : W = berat massa benda (N) m = massa benda (kg) g = kecepatan gravitasi bumi yaitu sebesar 9,81 m/s2 W1
W3+W4
W2
W5
AY
445mm
525mm
1200mm
BX
BY
1200mm
350mm
1860mm
Gambar 3.3 Diagram pembebanan pada poros Keterangan : W1 = Berat Square Coupling (N) W2 = Berat Roda Gigi Lurus (N) W3 = Berat Top Roll (N) W4 = Berat Kapasitas Olah Tebu (N) W5 = Berat Total Poros (N)
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Untuk masing-masing benda dapat dihitung : a. Berat Square Coupling (W1) m = 650 kg W1 = m . g W1 = 650 kg . 9,81 m/s2 W1 = 6376,5 N b. Berat Roda Gigi Lurus (W2) m = 400 kg W2 = m . g W2 = 400 kg . 9,81 m/s2 W2 = 3924 N c. Berat Top Roll (W3) m = 7200 kg W3 = m . g W3 = 7200 kg . 9,81 m/s2 W3 = 70632 N d. Berat kapasitas olah tebu (W4) Kapasitas yang masuk dari tiap-tiap gilingan adalah 150-200 kg (hasil survey). Untuk itu dalam perhitungan diambil kapasitas maksimumnya yaitu 200 kg: m = 200 kg W4 = m . g W4 = 200 kg . 9,81 m/s2 W4 = 1962 N e. Berat total poros (W5) m = 4840 kg W5 = m . g W5 = 4840 kg . 9,81 m/s2 W5 = 47480,4 N
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
3.5 Perhitungan Gaya Untuk menghitung variabel-variabel yang diakibatkan oleh gaya luar dan gaya dalam, perlu kita ketahui syarat –syarat seimbangnya, yakni: a. ∑ FX = 0 b. ∑ FY = 0 c. ∑ M = 0 3.5.1 Gaya – Gaya Luar Yang Terjadi Pada Poros Perlu kita ketahui, bahwa poros mill shaft roll shell ini bertumpu pada 2 bantalan dengan jenis tumpuan yang berbeda-beda. Pada bantalan A merupakan jenis tumpuan rol dengan variabel AY sedangkan pada bantalan B merupakan jenis tumpuan pin dengan 2 variabel BY dan BX. Untuk menghitung gaya reaksi maupun gaya-gaya lainnya terlebih dahulu kita gambar terlebih dahulu diagram benda bebasnya, seperti tampak pada gambar dibawah ini.
W1
W5
W2
C
445mm
D
525mm
E
A AY
W3+W4 B
F
1200mm
890mm
BX
BY
310mm
Dimana : W1 = 6376,5 N W2 = 3924 N W3 + W4 = 72594 N W5 = 47480,4 N
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Syarat seimbang pada kondisi pembebanan di atas: a. ∑ FX = 0 BX = 0 b. ∑ FY = 0 -W1 – W2 + AY – W5 – (W3+W4) + BY = 0 -6376,5 – 3924 + AY – 47480,4 – 72594 + BY = 0 AY – 130374.9 + BY = 0 Disini terdapat 2 variabel yang tidak diketahui, maka nilai 2 varibel tersebut dapat kita peroleh dengan menghitung ∑ M = 0 nya terlebih dahulu. c. ∑ M = 0 ∑ M = 0 kita bagi 2 yakni:
•
•
∑ MA = 0
•
∑ MB = 0
∑ MA = 0 W1 . 970 + W2 . 525 – W5 .890 – (W3+ W4) . 1200 + BY . 2400= 0 BY =
(W5 . 890) + ((W3 + W4 ) . 1200) - (W1 . 970) - (W2 . 525) 2400
BY =
(47480,4x890) + ((70632 + 1962)x1200) - (6376,5x970) - (3924x525) 2400
BY = 50468,77 N BY ≅ 50,469 kN
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
•
∑ MB = 0 (W3+ W4) . 1200 + W5 . 1510 - AY . 2400 + W2 . 2925 + W1 . 3370 = 0 AY =
((W3 + W4 ) .1200) + (W5 . 1510) + W2 . 2925) + (W1 .3370) 2400
AY =
((70632 + 1962)x1200) + (47480,4x1510) + (3924 x 2925) + (6376,5 x3370) 2400
AY = 79906,128 N AY ≅ 79,906 kN Dari perhitungan ∑ M = 0 diatas kita peroleh nilai A Y sebesar 79,906 kN dan nilai BY sebesar 50,469 kN. 3.5.2 Gaya – Gaya Dalam Yang Terjadi Pada Poros Untuk menghitung gaya-gaya dalam yang terjadi dapat dihitung berdasarkan diagram benda bebas dibawah berikut :
W1
W5 W3 + W4
W2
C
445mm
D
525mm
E
A AY
B
F
1200mm
890mm
BX
BY
310mm
Dimana: W1 = 6376,5 N W2 = 3924 N W3 + W4 = 72594 N W5 = 47480,4 N BY = 50468,77 N AY = 79906,128 N BX = 0 Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
•
Untuk 0 ≤ x1 ≤ 445 mm
W1 Mx C
C’
Nx
x1 Vx
a) Gaya normal: Σ FX = 0 NX = 0 b) Gaya geser: Σ Fy = 0 -Vx - W1 = 0 Vx = -W1 Vx = -6376,5 N c) Momen lentur : Σ MC’ = 0 Mx + W1 (x1) = 0 Mx = - W1 (x1) Mx = - 6376.5 (x1) untuk •
x = 0 Mx = 0 N.m x = 0,445 m Mx = - 2837,543 N.m
Untuk 445 ≤ x2 ≤ 970 mm W1
C
W2
D
Mx
D’
x2
a) Gaya normal:
Nx Vx
Σ FX = 0 NX = 0 b) Gaya geser : Σ Fy = 0 -Vx - W1 - W2 = 0 Vx = -(W1 + W2) Vx = - (6376,5 + 3924) N Vx = - 10300,5 N Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
c) Momen Lentur : Σ MD’ = 0 Mx + W2 (x2 – 445) + W1 (x2) ) = 0 Mx = -10300,5 (x2) + 1746,18 Untuk
x = 0,445 m Mx = - 2837,543 N.m x = 0,970 m Mx = - 8245,305 N.m
•
Untuk 970 ≤ x3 ≤ 1860 mm W1 C
W2
Mx
D
A x3
A’
Nx Vx
AY
a) Gaya normal: Σ FX = 0 NX = 0 b) Gaya geser : Σ Fy = 0 -Vx - W1 - W2 + AY = 0 Vx = AY - (W1 + W2)
Vx = 79906,128 - (6376,5 + 3924) N Vx = 69605,628 N c) Momen Lentur : Σ MA’ = 0 Mx + W2 . (x3 - 445) + W1 . (x3) - AY (x3-970) = 0 Mx = AY (x3-970) - W2 (x3 - 445) - W1 (x3) Mx = 79906,128 (x3-970) - 3924 . (x3 - 445) – 6376,5 . (x3) Mx = 69605,628 x3 – 75762,764 untuk
x = 0,970 m Mx = - 8245,305 N.m x = 1,860 m Mx = 53703,704 N.m
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
•
Untuk 1860 ≤ x4 ≤ 2170 mm
W1
W5
W2
Mx C
D
A
E x4
E’
Nx Vx
Ay
a) Gaya normal: Σ FX = 0 NX = 0 b) Gaya geser :
Σ Fy = 0 -Vx - W1 - W2 – W5 + AY = 0 Vx = AY - (W1 + W2 + W5) Vx = 79906,128 - (6376,5 + 3924 + 47480,4) N Vx = 22125,228 N c) Momen Lentur : Σ ME’ = 0 Mx + W5 (x4 - 1860) + W2 (x4 - 445) + W1 . x4 - AY (x4-970) = 0 Mx = AY (x4 - 970) - W5 (x4 - 1860) - W2 (x4 - 445) - W1 . x4 Mx = 79906,128 (x4 - 970) – 47480,4(x4 - 1860) – 3924(x4 - 445) – 6376,5 x4 Mx = 22125,228 x4 + 12550,78 x = 1,860 m Mx = 53703,615 N.m x = 2,170 m Mx = 60562,525 N.m Untuk 2170 ≤ x5 ≤ 3370 mm untuk •
Vx
C
Mx Nx
B
B’
BX
3370-x5
BY
a) Gaya normal: Σ FX = 0 - NX - BX = 0 Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
NX = - BX dimana BX = 0 NX = 0 b) Gaya geser : Σ Fy = 0 Vx + BY = 0 Vx = - BY Vx = - 50468,77 N c) Momen Lentur : Σ MB’ = 0 -Mx + BY (3370 - x5) = 0 Mx = BY (3370 - x5) Mx = 50468,77 (3370 - x5) Mx = 170079,75 – 50468,77 x5 untuk
x = 2,170 m Mx = 60562,519 N.m x = 3,370 m Mx = 0 N.m
3.5.3 Diagram Momen Yang Timbul Pada Poros Dari perhitungan diatas dapat digambarkan diagram momen yang terjadi akibat gaya-gaya dalam. Dimana nilai tertinggi didapat pada titik x =2,170 m yaitu Mx = 60562,519 N.m . Dari perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: x=0
→ MX = 0 N.m (MX1)
x = 0,445 m → MX = -2837,543 N.m (MX2) x = 0,970 m → MX = -8245,305 N.m (MX3) x = 1,860 m → MX = 53703,615 N.m (MX4) x = 2,170 m → MX = 60562,519 N.m (MX5) x = 3,370 m → MX = 0 N.m (MX6) Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
C
A
D 445mm
525mm
B
F
890mm
BX
1200mm 310mm
AY
BY
MX5 MX4
MX1
MX2
MX6 MX3
Diagram 3.4 Diagram momen 3.6 Diagram Alir Simulasi Proses pemodelan membutuhan ketelitian dalam memasukan data yang selanjutnya akan diolah oleh software ANSYS sebelum dilakukannya proses simulasi. Dengan menggunakan Diagram Alir akan memudahkan dalam menganalisa tahapan-tahapan dalam proses simulasi tersebut. Pada gambar 3.5 berikut ini disajikan diagram Diagram Alir yang digunakan dalam penelitian ini.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Membentuk GEOMETRY
TYPE OF ELEMENT
MATERIAL PROPERTIES
MESHING
Tidak Berhasil ?
Ya ANALYSIS TYPE
BEBAN (LOAD)
CURENT LS
PLOT RESULT
A
B
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
B A
Tidak Berhasil ?
Ya LIST RESULT
Selesai
Gambar 3.5 Diagram Alir Simulasi Menggunakan Ansys 5.4 3.7 Prosedur Simulasi Dalam simulasi ini digunakan suatu software bantu yang cukup populer dikalangan engineer yaitu Ansys Versi 5.4, dimana software program ini mampu melakukan analisis beban, pengaruh temperatur, deformasi, defleksi, dan tegangan pada truss, dan sebagainya. Pada gambar 3.6 merupakan tampilan pembuka Ansys versi 5.4.
Gambar 3.6 Tampilan pembuka Ansys 5.4
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
1. Proses Preferensi Proses Preferensi merupakan langkah pendahuluan untuk menentukan model analisis terhadap kondisi material yang ada. Dalam masalah ini preferensi yang di gunakan adalah struktural dengan langkah sebagai berikut: Preference> Structural> OK
Gambar 3.7 Tampilan proses preferensi 2. Proses Mendefinisikan Geometry Dimensi poros dapat dilihat pada gambar 3.2. Proses mendefinisikan karakteristik geometri, terlebih dahulu diketahui koordinat awalnya yakni sebagai berikut:
Titik
1:
(-0,150;-0,150;0),
titik
2:
(-0,150;0,150;0),
titik
3:
(0,150;0,150;0), titik 4: (0,150;-0,150;0). Setelah menetapkan titik di atas maka dengan melakukan perintah sebagai berikut: Main Menu> Preprocessor> Create> Keypoints
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Maka diperoleh gambar 3.8 seperti di bawah ini:
Gambar 3.8 Tampilan keypoints Setelah itu, titik-titik koordinat (keypoints) di atas dihubungkan dengan melakukan perintah sebagai berikut: Main Menu> Preprocessor> Create> Areas> Arbitrary Hasil perintah di atas dapat dilihat pada gambar 3.9 di bawah ini:
Gambar 3.9 Tampilan setelah keypoints dihubungkan Kemudian model pada gambar 3.9 di atas dilakukan proses extrude atau penambahan ketebalan, dengan perintah sebagai berikut: Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Main Menu> Preprocessor> Operate> Extrude Pada proses extrude atau ketebalan dibuat nilainya sebesar 220 mm, seperti tampak pada gambar 3.10 di bawah ini.
Gambar 3.10 Tampilan setelah proses extrude Kemudian model di atas ditambahkan sebuah silinder pejal, dengan melakukan langkah sebagai berikut: Main Menu> Preprocessor> Create> Cylinder
Gambar 3.11 Tampilan setelah penambahan silinder pejal Setelah dilakukan penambahan silinder pejal sehingga terbentuk model poros mil shaft roll shell seperti gambar 3.12. Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Gambar 3.12 Tampilan hasil geometri 3. Sifat Elemen Material Langkah selanjutnya adalah menerapkan sifat element dengan langkah, sebagai berikut: a. Menentukan Sifat Elemen Main Menu> Preprocessor> Element type
Gambar 3.13 Sifat elemen b. Mendefinisikan Material Properties Setelah
menentukan
elemen
yang
akan
digunakan,
kita
akan
mendefinisikan material properties. Penentuan model material ini bertujuan dalam Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
mengetahui sifat stress dan strain dari material. Sedangkan material properties yang diinput (Lampiran) yaitu: Modulus Elastisitas, E
= 2 .1E 11 N/m2
Poisson’s Ratio, υ
= 0.3
Massa Jenis, ρ
= 7,85E 3 kg/m3
Dengan melakukan perintah sebagai berikut: Main Menu> Preprocessor> Material Properties> Isotropic
Gambar 3.14 Material properties Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
4. Proses Meshing Setelah permodelan selesai dan material properties telah di input, maka langkah berikutnya adalah proses meshing dengan node dan elemen. Proses meshing adalah pembagian model menjadi elemen-elemen kecil. Untuk melihat hasil dari proses penerapan ukuran mesh, maka langkah yang harus dilalui, yakni: Main Menu> Preprocessor> Meshing> Mesh> Volume> Free dan pilih Area.
Gambar 3.15 Proses meshing Pada gambar 3.15 di atas tampak hasil dari proses meshing. Sehingga untuk langkah selanjutnya adalah proses simulasi yang akan dibahas pada bab 4.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
BAB IV HASIL SIMULASI
4.1 Penjelasan Simulasi ini merupakan proses terjadinya pembebanan oleh gaya berat yang dialami mill shaft roll shell dalam 2 kondisi, yaitu: 1. Kondisi pembebanan poros sebelum tebu masuk roll 2. Kondisi pembebanan poros setelah tebu masuk roll Pembebanan gaya berat dititik beratkan pada 2 kondisi di atas, akan tetapi pengaruh berat dari square coupling, gaya berat roda gigi lurus diperhitungkan (sebagai load/force) dan gaya reaksi dari 2 bantalan
dijadikan
sebagai
displacement. Sehingga nantinya akan dapat dilihat akibat gaya yang diberikan terhadap kondisi poros tersebut dan dapat diketahui distribusi tegangannya. 4.2 Analisa Simulasi 1. Mendefinisikan Tipe Analisis Dalam simulasi ini dianggap bahwa beban yang diberikan dalam keadaan statik. Langkah ini dilakukan dengan memastikan bahwa analisis statik diberikan dengan langkah:
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Solution> Analysis Type> New Analysis.
Gambar 4.1 Dialog tipe analisis 2. Displacement Poros tersebut bertumpu pada dua bantalan, dimana bantalan tersebut merupakan gaya reaksi dari pembebanan, dengan langkah sebagai berikut: Solution> Apply> Displacement untuk bantalan A, jenis tumpuan yang dipakai adalah rol yakni arah sumbu y, maka displacement-nya dapat dilihat pada kotak dialog di bawah ini
Gambar 4.2 Dialog displacement pada bantalan A
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Sedangkan pada bantalan B, jenis tumpuan yang dipakai adalah pin yakni arah sumbu z dan sumbu y, maka displacement-nya dapat dilihat pada kotak dialog di bawah ini
Gambar 4.3 Dialog displacement pada bantalan B 3. Force Selanjutnya, dilakukan penerapan load (beban) dengan pemberian gaya dan langkah perintahnya adalah Solution> Apply> Force> On Areas
Gambar 4.4 Dialog force 3. Solving The System Untuk selanjutnya kita akan melihat hasil tampilan proses selanjutnya melalui proses Solving The System. Dengan langkah sebagai berikut:
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Ansys Main Menu> Solution> Current LS
Gambar 4.5 Dialog solving the system 4. Analisis Force Untuk analisis gaya dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut: Ansys Main Menu> General Postproc> Plot results> Nodal Solution> Stress> Von mises
Gambar 4.6 Dialog analisis
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
4.3 Kondisi Pembebanan 4.3.1 Kondisi Pembebanan Sebelum Tebu Masuk Roll Pada kasus ke-1 kondisi pembebanan dipengaruhi oleh gaya berat pada poros diatas, serta
dipengaruhi juga oleh gaya berat top roll. Kondisi
pembebanannya dapat dilihat pada gambar 4.7 di bawah ini.
W1=6376,5 N
W3=70632 N
W2=3924 N
AY
445mm
525mm
1200mm
BX
BY
W5=47480,4 N
1200mm
350mm
1860mm
Gambar 4.7 Pembebanan sebelum tebu masuk roll
Gambar 4.8 Hasil simulasi kondisi 1
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Setelah mendapatkan hasil dari simulasi, maka dapat pula kita ketahui hasilnya dalam bentuk node-nodenya, dengan melakukan perintah sebagai berikut Utility menu: PlotCtrls > Numbering > On
Gambar 4.9 Kotak dialog plot numbering controls
Gambar 4.10 Node distribusi tegangan Dari hasil perintah di atas diperoleh bahwa tegangan maksimum berada disekitar node 883 dengan besarnya 0,104E 8 N/m2.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
4.3.2 Kondisi Pembebanan Setelah Tebu Masuk Roll Kondisi ke 2 merupakan pembebanan gaya berat poros, top roll dan tebu. W3 +W4 = 72594 N
W1= 6376,5 N W2= 3924 N
AY
445mm
525mm
1200mm
BX
BY
W5= 47480,4 N
1200mm
350mm
1860mm
Gambar 4.11 Pembebanan setelah tebu masuk roll Proses simulasi pembebanan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.12 dibawah ini.
Gambar 4.12 Hasil simulasi kondisi 2
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Dengan melakukan langkah seperti kondisi 1, maka diperoleh node-node dari distribusi tegangan akibat pembebanan pada kasus ke-2 pada gambar 4.13.
Gambar 4.13 Node distribusi tegangan Dari hasil simulasi di atas diperoleh, bahwa tegangan maksimum pada kasus ke-2 ini terletak disekitar node 883 yang nilainya sebesar 0,106E 8 N/m2. 4.4 Analisa Torsi Dalam menganalisa torsi pada poros mill shaft roll shell, permodelan di buat dalam bentuk 2D. Sebelum di input ke dalam program, terlebih dahulu dilakukan perhitungan teoritisnya sebagai berikut: T=F.s Dimana : T = torsi (N.mm) F = gaya (N) s = jarak (mm)
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
dalam kasus ini nilai torsi diperoleh dari perhitungan momen torsi yakni T = 715,89 . 105 kg.mm x 9,806 m/s2 = 7020,02 .105 N.mm = 702002 N.m
F1
F2
F4
F3
F5
0,110 m 0,445 m 0,970 m 2,170 m 3,370 m
Gambar 4.14 Kondisi torsi tiap jarak 1. Torsi 1 Pada kasus 1, torsi disebabkan oleh gaya F1 dengan jarak s1 = 0,110 m, maka gaya F1 diperoleh: T = F1 s1 702002 N.m = F1 0,110 m F1 = 6381836,4 N Dengan gaya F1 = 6381836,4 N dan jarak s1 = 0,11 m, maka mill shaft roll shell mengalami torsi seperti ditunjukan pada gambar 4.15.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Gambar 4.15 Hasil simulasi torsi Dari hasil simulasi diatas, dapat kita peroleh grafik untuk torsi 1 sebagai berikut.
Gambar 4.16 Grafik torsi 1 Dari grafik diperoleh data bahwa distribusi tegangan maksimum terletak pada node 266 dengan jarak 0,670 m dengan nilai sebesar 0,282E 9 N/m2.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
2. Torsi 2 Pada kasus 2, torsi disebabkan oleh gaya F2 dengan jarak s2 = 0,445 m, maka gaya F2 diperoleh: T = F2 s2 702002 N.m = F2 0,445 m F2 = 1577532,6 N Dengan gaya F2 = 1577532,6 N dan jarak s2 = 0,445 m, maka mill shaft roll shell mengalami torsi seperti ditunjukan pada gambar 4.17 di bawah ini.
Gambar 4.17 Hasil simulasi torsi 2 Dari hasil simulasi diatas, dapat kita peroleh grafik untuk torsi 2 sebagai berikut.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Gambar 4.18 Grafik torsi 2 Dari grafik diperoleh data bahwa distribusi tegangan maksimum terletak pada node 28 dengan jarak 0,437 m dengan nilai sebesar 0,614E 8 N/m2. 3. Torsi 3 Pada kasus 3, torsi disebabkan oleh gaya F3 dengan jarak s3 = 0,970 m, maka gaya F3 diperoleh: T = F3 s3 702002 N.m = F3 0,970 m F3 = 723713,4 N Dengan gaya F3 = 723713,4 N dan jarak s3 = 0,970 m, maka mill shaft roll shell mengalami torsi seperti ditunjukan pada gambar 4.19.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Gambar 4.19 Hasil simulasi torsi 3 Dari hasil simulasi diatas, dapat kita peroleh grafik untuk torsi 3 sebagai berikut.
Gambar 4.20 Grafik torsi 3 Dari grafik diperoleh data bahwa distribusi tegangan maksimum terletak pada node 66 dengan jarak 0,989 m dengan nilai sebesar 0,250E 8 N/m2.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
4. Torsi 4 Pada kasus 4, torsi disebabkan oleh gaya F4 dengan jarak s4 = 2,170 m, maka gaya F4 diperoleh: T = F4 s4 702002 N.m = F4 2,170 m F4 = 323503,2 N Dengan gaya F4 = 323503,2 N dan jarak s4 = 2,170 m, maka mill shaft roll shell mengalami torsi seperti ditunjukan pada gambar 4.21 di bawah ini.
Gambar 4.21 Hasil simulasi torsi 4
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Maka diperoleh grafik untuk torsi 4 sebagai berikut:
Gambar 4.22 Grafik torsi 4 Dari grafik diperoleh data bahwa distribusi tegangan maksimum terletak pada node 198 dengan jarak 3,070 m dengan nilai sebesar 0,512E 7 N/m2. 5. Torsi 5 Pada kasus 5, torsi disebabkan oleh gaya F5 dengan jarak s5 = 3,370 m, maka gaya F5 diperoleh: T = F5 s5 702002 N.m = F5 3,370 m F5 = 208309,2 N Dengan gaya F5 = 208309,2 N dan jarak s5 = 3,370 m, maka mill shaft roll shell mengalami torsi seperti ditunjukan pada gambar 4.23.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
Gambar 4.23 Hasil simulasi torsi 5 Maka diperoleh grafik untuk torsi 5 sebagai berikut:
Gambar 4.24 Grafik torsi 5 Dari grafik diperoleh data bahwa distribusi tegangan maksimum terletak pada node 134 dengan jarak 3,389 m dengan nilai sebesar 0,760E 7 N/m2.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
4.5 Interpretasi dan Evaluasi Hasil Dari hasil yang telah diperoleh maka didapatkan distribusi perpindahan dan tegangan dari struktur poros mill shaft roll shell yang direncanakan. Sehingga dapat dicari dan diketahui bagian-bagian poros mill shaft roll shell yang mengalami tegangan kritis. Hasil-hasil ini kemudian diinterpretasikan terhadap sasaran target pekerjaan desain yang telah ditentukan, yaitu dengan melakukan evaluasi terhadap aspek-aspek keamanan dan kekuatan struktur. Aspek-aspek keamanan atau
kekuatan struktur akan dievaluasi terhadap kriteria-kriteria
kegagalan statik. Secara mendasar kegagalan (failure) dari suatu struktur dinyatakan bila struktur tidak dapat berfungsi lagi dengan baik untuk menerima pembebanan sesuai dengan yang direncanakan. Ada 2 tipe kriteria kegagalan akibat pembebanan statik, yaitu: 1. Deformasi Plastis Merupakan jika material dari struktur sudah mengalami deformasi plastis karena sudah melewati batas tegangan atau regangan luluh (yield point) material. 2. Patah atau Rusak Merupakan bila material dari struktur tersebut sudah patah atau sudah melewati batas tegangan maksimum yang diijinkan material.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
4.6 Analisa Kekuatan Poros Mill Shaft Roll Shell
Berdasarkan Teori
Kegagalan Dengan suatu pengetahuan hanya pada tegangan yield dari suatu material, teori kegagalan ini memprediksikan ductile yielding dibawah suatu kombinasi pembebanan dengan akurasi lebih baik dari pada teori-teori kegagalan yang lainnya. Teori kegagalan ini sering dikenal dengan teori kegagalan Von Misses. Teori kegagalan ini di analisa pertama kali melalui tegangan octahedral, sehingga disebut sebagai teori kegagalan tegangan octahedral maksimum yang menyatakan bahwa luluh akan terjadi bila tegangan octahedral maksimum yang terjadi melebihi harga limit yang diketahui dari hasil tes tarik material dengan beban standar.
σ terjadi ≤
Sy 2
Sy merupakan yield strength yakni nilai kekalahan dari bahan poros, bahan poros mill shaft roll shell adalah baja karbon (carbon steels) yang nilai yield strength terdapat pada lampiran. Nilai S yielding yang kita ambil adalah 450 Mpa maka: Sy 450 = = 225 MPa = 225 E 6 N 2 m 2 2
Agar material tidak terjadi kegagalan maka tegangan maksimum yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan von misses 225E 6 N/m2. Pada torsi pertama tegangan maksimum terjadi sebesar 282E 6 N/m2 maka pada kondisi ini dikatakan tidak aman. Pada torsi kedua tegangan maksimum terjadi sebesar 61,4E 6 N/m2 pada kondisi ini dikatakan aman. Pada torsi ketiga tegangan maksimum terjadi Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
sebesar 25E 6 N/m2 pada kondisi ini dikatakan aman. Pada torsi keempat tegangan maksimum terjadi sebesar 5,12E 6 N/m2 pada kondisi ini dikatakan aman. Pada torsi kelima tegangan maksimum terjadi sebesar 7,6E 6 N/m2 pada kondisi ini dikatakan aman. Suatu material dikatakan aman apabila tegangan yang terjadi tidak melebihi tegangan ijin bahan. Akibat torsi karena pengaruh gaya dan jarak tertentu maka dapat diketahui bahawa kondisi aman terjadi pada torsi kedua, ketiga, keempat dan kelima. Sedangkan kondisi tidak aman pada kondisi pertama karena pada torsi pertama tegangan maksimum yang terjadi pada simulasi (282E 6 N/m2) lebih besar dari tegangan yang diijinkan pada teori kegagalan von misses yakni 225E 6 N/m2.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan 1. Pada kondisi pertama, pembebanan yang dialami poros sebelum tebu masuk roll, dari hasil simulasi diperoleh distribusi tegangan maksimum terletak pada disekitar node 883 dengan besarnya 0,104E 8 N/m2(gambar 4.10). 2. Pada kondisi kedua, pembebanan yang dialami poros setelah tebu masuk roll, dari hasil simulasi diperoleh distribusi tegangan maksimum terletak disekitar node 883 yang nilainya sebesar 0,106E 8 N/m2(gambar 4.13). 3. Saat terjadi hentakan / kejutan yang dialami mill shaft roll shell akibat adanya slip saat berputar maka mill shaft roll shell mengalami distribusi tegangan pada tiap-tiap titik sepanjang mill shaft roll shell yakni: a. Torsi 1 pada jarak 0,11 m dan gaya 6381836,4 N, maka distribusi tegangan maksimum terletak pada node 266 dengan jarak 0,670 m dengan nilai sebesar 0,282E 9 N/m2(gambar 4.15 dan gambar 4.16). b. Torsi 2 pada jarak 0,445 m dan gaya 1577532,6 N, maka distribusi tegangan maksimum terletak pada node 28 dengan jarak 0,437 m dengan nilai sebesar 0,614E 8 N/m2(gambar 4.17 dan gambar 4.18). c. Torsi 3 pada jarak 0,970 m dan gaya 723713,4 N, maka distribusi tegangan maksimum terletak pada node 66 dengan jarak 0,989 m dengan nilai sebesar 0,250E 8 N/m2(gambar 4.19 dan gambar 4.20).
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
d. Torsi 4 pada jarak 2,170 m dan gaya 323503,2 N, maka distribusi tegangan maksimum terletak pada node 198 dengan jarak 3,070 m dengan nilai sebesar 0,512E 7 N/m2(gambar 4.21 dan gambar 4.22). e. Torsi 5 pada dan jarak 3,370 m dan gaya 208309,2 N, maka distribusi tegangan maksimum terletak pada node 134 dengan jarak 3,389 m dengan nilai sebesar 0,760E 7 N/m2(gambar 4.23 dan gambar 4.24). Dari perhitungan teori kegagalan von misses, diketahui bahwa akibat gaya yang timbul akibat torsi, kondisi tidak aman terjadi pada torsi pertama karena distribusi tegangan maksimum (282E 6 N/m2) terjadi lebih besar dari kekuatan tarik bahan (225E 6 N/m2). Sedangkan pada torsi kedua, ketiga, keempat dan kelima dinyatakan aman karena nilai tegangan maksimum terjadi lebih kecil dari kekuatan tarik bahan. 5.2 Saran 1. Sebaiknya sebelum melakukan analisa, spesifikasi PC harus sesuai dan mendukung untuk software Ansys 5.4, sehingga software tersebut dapat berjalan dengan baik, 2. Pada penelitian ini, penulis memakai software Ansys 5.4 dimana pada pemilihan material properties harus meng-input nilainya dari sumber lain (bahan poros dipakai baja karbon), sehingga disarankan menggunakan software misalnya nastran, solid works ataupun dengan software FEM lainya. 3. Diharapkan penyidikan ini dijadikan rujukan untuk penyelidikan selanjutnya.
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
DAFTAR PUSTAKA 1. Moaveni, Saeed, Finite Element Analysis, Prentice Hall, New Jersey, 1999 2. E.Shigley, Joseph, D.Mitchell, Larry, Perencananaan Teknik Mesin jilid 2. Trans. Ir. Gandhi Harahap, M,Eng. Edisi keempat, PT. Erlangga, Jakarta, 1995. 3. Hibbeler, R.C. Mechanics of Material, 6th ed. Prentice-Hall, Inc., Singapor, 2005. 4. Sularso, Ir.MSME, Suga, Kiyokatsu, Dasar–Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, cetakan kesembilan, PT.Paradnya Paramitha, Jakarta, 1997. 5. Susatio, Yerri, Dasar-Dasar Metode Elemen Hingga, Andi Yogyakarta, Yogyakarta, 2004 6. http://www.eFunda:TypicalProperties of Steels.com 7. http://www.AlbertaCanada.com
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
LAMPIRAN
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.
General Properties of Steels
The following table lists the typical properties of steels at room temperature (25°C). The wide ranges of ultimate tensile strength, yield strength, and hardness are largely due to different heat treatment conditions. Properties
Carbon Steels
Alloy Steels
Stainless Steels
Tool Steels
Density (1000 kg/m3)
7.85
7.85
7.75-8.1
7.72-8.0
Elastic Modulus (GPa)
190-210
190-210
190-210
190-210
Poisson's Ratio
0.27-0.3
0.27-0.3
0.27-0.3
0.27-0.3
Thermal Expansion (10-6/K)
11-16.6
9.0-15
9.0-20.7
9.4-15.1
Melting Point (°C)
1371-1454
Thermal Conductivity (W/m-K)
24.3-65.2
26-48.6
11.2-36.7
19.9-48.3
Specific Heat (J/kg-K)
450-2081
452-1499
420-500
Electrical Resistivity (10-9W-m)
130-1250
210-1251
75.7-1020
Tensile Strength (MPa)
276-1882
758-1882
515-827
640-2000
Yield Strength (MPa)
186-758
366-1793
207-552
380-440
Percent Elongation (%)
10-32
4-31
12-40
5-25
Hardness (Brinell 3000kg)
86-388
149-627
137-595
210-620
Copyright © 2009 eFunda
Taufik Akbar Iskandar Chandra : Simulasi Pembebanan Gaya Berat Pada Mill Shaft Roll Shell Di Pabrik Gula Sei Semayang Dengan Metode Elemen Hingga, 2009.