Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Aman Penggunaan APD pada Perawat di RSU XYZ Tahun 2016
SKRIPSI
Skripsi ini Diajukan Sebagai Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan K3
Oleh :
Nama : R I R I S
NIM : 031421028
PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
STIKES BINAWAN JAKARTA
2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………….…………………………………i
KATA PENGANTAR...…………………………………..…………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………..………………….iv
BAB I PENDAHULAN
Latar Belakang………………………………………………………………1
Rumusan Masalah..…………………………………………………………3
Tujuan Penelitian..…………………………………………………………..3
1.3.1.Tujuan Umum.………………………………………………………...3
1.3.2.Tujuan Khusus………………………………………………………..3
1.4.Manfaat Penelitian……………………………………………………………...3
1.4.1.Manfaat Bagi Penulis………………………………………………...3
1.4.2.Manfaat Bagi RSU Cikunir…..………………………………………4
1.4.2.Manfaat Bagi Institusi……..…………………………………………4
1.5.Ruang Lingkup………………………………………………………………….4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
2.1. Tinjauan Pustaka………………………………………………………………5
2.1.1.Pengetahuan….……………………………………….……………..5
2.1.2.Perilaku…………………………………..…………….……………..8
2.1.3.Perilaku Aman……...…………………..…………………………..11
2.1.4.Definisi Perawat….……….………………………….……………..13
2.2. Kerangka Teori………………..………………………………………………16
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep…………………….………………………………………17
3.2. Hipotesis……………………………………………………………………….17
3.3. Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………………………18
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitin..………………………………………………..18
3.5. Populasi dan Sampel...………………………………………………………18
3.6. Sumber Data….……….……………………………………………………...20
3.7. Alat Pengumpulan Data..…………………………………………………….20
3.8. Cara Pengolahan Data...…………………………………………………….20
3.8. Pengolahan dan Analisis Data......………………………………………….21
3.9. Definisi Operasional………………………………………………………….22
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perilaku kesehatan manusia atau individu dipengaruhi oleh faktor dasar yaitu faktor yang menjelaskan alasan atau motivasi seseorang untuk berperilaku, faktor pendukung adalah faktor yang merupakan pendukung untuk berperilaku dan faktor pendorong yaitu faktor lingkungan yang dominan dalam pembentukan perilaku. Tenaga kerja yang berperilaku sehat akan menghindari resiko terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. Menurut ILO tahun 2013, kecelakaan kerja 88% karena perilaku yang tidak aman, 10% karena kondisi/lingkungan yang tidak aman dan 2% karena keadaan yang tidak dapat diprediksikan.
Berbeda dengan pandangan dan keyakinan ilmu perilaku, bahwa kecelakaan kerja adalah peristiwa yang rasional dan dapat dijelaskan, merupakan rangkaian peristiwa yang tidak berdiri sendiri, sehingga langkah atau tindakan harus diambil agar kecelakaan kerja dapat dicegah dan peluangnya akan lebih besar jika tindakan korektif (latihan dan membiasakan diri) tidak dilakukan.
Dalam dunia kesehatan , tentu saja petugas kesehatan menjaga dan meningkatkan kesehatan klien tetapi juga menjaga dan meningkatkan kesehatan dan terutama keselamatan kerja dari petugas kesehatan itu sendiri (dalam hal ini perawat). Menurut Occupational Safety and Health Administration yang merupakan agen federal dalam bidang kesehatan mengemukakan misinya untuk merancang dan menjamin keselamatan dan kesehatan kerja dari pekerja dengan menegakkan sesuai standar, memberikan pelatihan, penyuluhan, dan pendidikan serta membangun kemitraan dan mendorong terus menerus peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja. Perawat telah menyatakan keprihatinan tentang keamanan di lingkungan kerja selama bertahun-tahun. Sebagai perawat atau karyawan berhak mendapatkan lingkungan kerja yang aman. Beberapa Rumah Sakit mungkin mempekerjakan perawat untuk memeriksa keamanan lingkungan dan menggunakan praktek kerja demi meningkatkan keselamatan kerja. Ada beberapa hal mengenai keselamatan dan kesehatan kerja : Nurse Staffing Levels, Infection as an Occupational Hazard, Hazardous Chemical Agents, Ergonomic Hazards in the Workplace, Violence in the Workplace (OSHA, 2004).1
RSU XYZ adalah Rumah Sakit swasta kelas B. Rumah Sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis. Rumah Sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari Rumah Sakit kabupaten. Jumlah tenaga Perawat di RSU XYZ periode tahun 2016 adalah sebesar 30 orang. Pada umumnya perawat mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien secara langsung, untuk itu sangatlah penting perawat berperilaku aman dalam bekerja khususnya bekerja dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja sehingga tidak menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan oleh Rumah Sakit antara lain APD dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang berakibat penurunan performa kerja selain itu juga dapat menimbulkan bahaya kesehatan dan keselamatan kerja yang baru. Didalam melakukan pekerjaan seorang perawat yang berhubungan dengan pasien banyak menggunakan peralatan-peralatan. Peralatan yang digunakan perawat harus selalu dilakukan perawatan atau perbaikan guna meminimalisir terjadinya insiden yang tidak diinginkan.
Dari masalah yang terjadi dapat dilihat banyak permasalahan timbul dari perilaku tentang penggunaan APD. Oleh sebab itu peneliti ingin melakukan penelitian tentang judul "Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Aman Penggunaan APD pada Perawat di RSU XYZ Tahun 2016".
Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pengetahuan perawat mengenai APD.
Bagaimana gambaran perilaku perawat dalam bekerja.
Adakah hubungan pengetahuan dengan perilaku aman penggunaan APD pada perawat di RSU XYZ tahun 2016.
Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku aman penggunaan APD pada perawat di RSU XYZ.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran pengetahuan perawat mengenai APD.
2. Diketahuinya perilaku aman perawat dalam bekerja di RSU XYZ.
3. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan perilaku aman penggunaan APD pada perawat RSU XYZ.
1.4. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan tercapainya manfaat sebagai berikut :
1.4.1. Bagi Penulis
1. Dapat melihat kondisi langsung dilapangan mengenai hubungan pengetahuan dengan perilaku aman penggunaan APD pada perawat di RSU XYZ.
2. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat saat perkuliahan.
1.4.2. Bagi STIKes Binawan
Menambah wacana bagi Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja STIKes Binawan dalam meningkatkan kualitas mahasiswanya sehingga dapat meluluskan mahasiswa yang bermutu dan mampu bersaing di dunia kerja.
1.4.3. Bagi Perawat RSU XYZ
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai perilaku pekerja dalam penggunaan APD, serta dapat melakukan upaya pencegahan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang ditimbulkan dari pekerjaan perawat di ruangan.
1.5.Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan pada perawat di RSU XYZ tahun 2016. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Juni sampai dengan 29 Juni 2016. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data Primer dan data Sekunder. Data Primer ini diperoleh dengan melakukan kuesioner dan observasi langsung. Sedangkan data sekunder didapatkan dari dokumen-dokumen perusahaan, buku referensi lain yang berhubungan dengan objek penelitian. Jenis penelitian ini adalah Cross Sectional. Penelitian ini tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku aman penggunaan APD pada perawat di RSU XYZ.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmojo, 2005).2
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).3
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, dalam hal ini pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003), yaitu :3
Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu jeruk banyak mengandung vitamin C. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa tanda-tanda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, dan lain sebagainya.
Memahami (comprehension).
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekadar menyebutkan 3M (mengubur, menutup dan menguras) tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras dan sebagainya tempat penampungan air tersebut.
Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan K3, ia harus dapat membuat perencanaan program K3 di tempat ia bekerja atau dimana saja.
Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan atau memisahkan, mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas nyamuk Aedes Aegepthy dengan nyamuk biasa dan lain sebagainya.
Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.
Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya: seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga bencana dan sebagainya.
Tingkat pengetahuan individu terhadap suatu materi pengetahuan dapat dilakukan pengukuran pengetahuan. Pengukuran pengetahuan individu dapat dilakukan dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan telah disesuaikan dengan kebutuhan. Hasil pengukuran tersebut dapat dikatakan excellet jika memiliki nilai >85% dan sangat memuaskan jika dibawah nilai tersebut (UI,2007). Arikunto (2002) juga menjelaskan hasil dari pengukuran tersebut dapat dikategorikan menjadi tingkat pengetahuan :
Tinggi : jika pertanyaan dijawab dengan benar 76-100 %,
Sedang : jika pertanyaan dijawab dengan benar 56-75 %,
Rendah : jika pertanyaan dijawab dengan benar < 56 %.
2.1.2. Perilaku
Menurut Zhou et al., (2007) ada empat faktor yang paling efektif untuk meningkatkan perilaku keselamatan, yaitu: safety attitudes, employee's involvement, safety management systems and procedures, and safety knowledge. Faktor iklim keselamatan lebih berpengaruh terhadap perilaku keselamatan jika dibandingkan dengan pengalaman pekerja. Diperlukan strategi gabungan antara iklim keselamatan dan pengalaman kerja untuk meningkatkan perilaku keselamatan secara maksimal guna mencapai total budaya keselamatan.
OHS training dan edukasi serta penegakan aturan, inspeksi, dan komunikasi merupakan karakteristik perilaku yang paling dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja keselamatan untuk semua posisi diatas. Mengembangkan atau merubah budaya organisasi merupakan tantangan serta membutuhkan biaya dan waktu yang lama. Dengan menentukan target yang tepat, seperti OHS advisor dan supervisor, kemudian mengidentifikasi keahlian dan kemampuan serta perilaku yang paling dibutuhkan yang dapat mengarah kebudaya keselamatan yang positif, kinerja keselamatan dapat diperbaiki dan dimaksimalkan. Dalam hal ini ditunjukkan pentingnya peran pimpinan dalam merubah budaya organisasi dan keselamatan. Pimpinan disini bukan hanya pada tingkatan manajemen akan tetapi sampai pada pimpinan lapangan seperti foremen (Dingsdag et al., 2008).4
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup dimulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya Notoatmodjo, 2003).3
Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu : Menurut Green (1980) dalam Notoatmojo (2003).5
Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
Merupakan faktor-faktor yang mempermudah dan mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat, adalah pengetahuan dan sikap atau masyarakat tersebut terhadap apa yang dilakukan.
Faktor Pendukung (Enabling Factor)
Merupakan faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Maksud faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat.
Faktor Pendorong (Renforcing Factor)
Merupakan faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi ia tidak melakukannya.
Teori Lawrence Green
FAKTOR PENGUAT :Pengawasan,Kebijakan tentang APDFAKTOR PENGUAT :Pengawasan,Kebijakan tentang APDPERILAKUPERILAKUFAKTOR PREDISPOSISI :Pengetahuan, SikapFAKTOR PREDISPOSISI :Pengetahuan, SikapFAKTOR PEMUNGKIN :Ketersediaan APD, PelatihanFAKTOR PEMUNGKIN :Ketersediaan APD, Pelatihan
FAKTOR PENGUAT :
Pengawasan,
Kebijakan tentang APD
FAKTOR PENGUAT :
Pengawasan,
Kebijakan tentang APD
PERILAKU
PERILAKU
FAKTOR PREDISPOSISI :
Pengetahuan, Sikap
FAKTOR PREDISPOSISI :
Pengetahuan, Sikap
FAKTOR PEMUNGKIN :
Ketersediaan APD, Pelatihan
FAKTOR PEMUNGKIN :
Ketersediaan APD, Pelatihan
Gambar 2.1 Menurut Notoatmojo (2003)
2.1.3. Perilaku Aman
Perilaku aman menurut Heinrich (1980) dalam Budiono (2003) adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang karyawan yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap karyawan lain.
Adapun landasan perilaku aman adalah mengacu pada undang-undang no.1 tahun 1970 pasal 12.
Budaya keselamatan yang dipaparkan oleh hale (2002) dalam neal dan Griffin (2002) adalah sesuatu yang berkenaan dengan sikap, keyakinan, dan persepsi, Geller (2001) dan Halimah (2010) memaparkan sebuah misi mengembangkan total budaya keselamatan yang berperan sebagai standar atau petunjuk keselamatan.
Faktor-Faktor Yang mempengaruhi perilaku aman menurut teori lawrence Green dkk (1980) :
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors)
Faktor ini terdiri dari beberapa faktor yaitu :
A. pengetahuan
B. Sikap
C. motivasi
D. persepsi
E. nilai-nilai
F. keyakinan
G. usia
H. pendidikan
i. masa kerja
2. Faktor Pemungkin (enabling factors)
Faktor ini juga terdiri dari beberapa :
A. Ketersedian APD
B. Program K3RS
3. Faktor Penguat (reinforcing factors)
Faktor ini terdiri dari :
A.SOP
B. Pengawasan
Perilaku tidak aman pada pekerjaan perawat akan mengakibatkan penyakit akibat kerja juga kecelakaan kerja.
Penyebab kecelakaan yang pernah terjadi sampai saat ini :
1. Sembrono dan tidak hati-hati
2. Tidak mematuhi peraturan
3. Tidak mengikuti SOP
4. Tidak memakai APD
5. Kondisi badan yang lemah
2.1.4. Definisi Perawat
Perawat adalah orang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UUD Kesehatan No. 23, 1992).6
Peran, Fungsi dan Tugas Perawat
Peran utama perawat profesional adalah memberikan asuhan keperawatan kepada manusia yang meliputi :
1) Memperhatikan individu yang sesuai dgn pasien
2) Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi pemeriksaan fisik, psikis dan spritual
3) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dari yang sederhana sampai yang kompleks.
2. Fungsi Perawat (Kozier, 1997)7:
1) Fungsi Independen
2) Fungsi Dependen
3) Fungsi Interdependen
3. Tugas Perawat secara umum yaitu :
1) Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar
2) Mengadakan serah terima dinas dengan tim / grup lain.
3) Membaca buku laporan shift
4) Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh shift sebelumnya.
5) Merundingkan pembagian tugas dengan anggota grupnya.
6) Menyimpan perlengkapan untuk pelayanan dan visit dokter
7) Mendampingi dokter visit, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter.
8) Memberikan terapi baik oral maupun injeksi kepada pasien
9) Membantu melaksanakan rujukan seperti mengantar pasien.
10) Mempersiapkan ruang operasi
11) Memandikan pasien atau mengganti balutan
12) Memberikan makanan pada pasien
13) Melaksanakan orientasi terhadap pasien / keluarga baru
14) Menyiapkan pasien pulang dan memberi penyuluhan kesehatan
15) Memelihara kebersihan ruang rawat
16) Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik
17) Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan serta tenaga keperawatan.
18) Menulis laporan mengenai kondisi pasien dan lingkungan
19) Memberikan penyuluhan kesehatan pada pasien
20) Menjelaskan tata tertib rumah sakit, hak dan kewajiban pasien
Potensi Bahaya-Bahaya Perawat di RS
Tabel 2.1
Bahaya Fisik
Radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu panas, suhu dingin, bising, getaran, pencahayaan
Bahaya Kimia
Ethylene Oxide, Formaldehyde, Glutaraldehyde, Ether, Halothane, Mercury, Chlorine.
Bahaya Biologi
Virus (hepatitis B dan C, Influenza, HIV), Bakteri, Jamur
Bahaya Ergonomi
Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja (membungkuk, mengangkat, dll)
Bahaya Psikososial
Kerja shift < stres kerja, beban kerja, hubungan kerja, post traumatic
Bahaya Mekanik
Terjepit, terpotong, terpukul, tergulung, tersayat, tertusuk benda tajam.
Bahaya Listrik
Sengatan listrik, hubungan arus pendek, kebakaran, petir, listrik statis
Kecelakaan
Kecelakaan benda tajam
Limbah RS
Limbah medis, limbah non medis, limbah cairan tubuh manusia
Sumber : KEPMENKES RI Nomor : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang standar keselamatan kerja di Rumah Sakit
Alat Pelindung Diri yang harus dipakai seorang perawat di RS dengan kegunaannya :
Alat Pelindung Pernafasan
Masker umumnya terbuat dari kain kasa atau busa yang didesinfektan terlebih dahulu. Penggunaan masker umumnya digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-partikel yang lebih besar masuk kedalam saluran pernapasan.
Alat Pelindung Tangan
Sarung tangan bisasa (Gloves) / alat pelindung tangan mungkin yang paling banyak digunakan. Gunanya untuk mencegah bahaya yang terpapar, berbentuk bahan-bahan kimia.
Alat Pelindung Kaki
Sepatu dipakai untuk melindungi kaki dari bahaya kejatuhan benda-benda berat, percikan larutan asam dan basa yang korosit atau cairan yang panas, menginjak benda-benda tajam.
Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung dari kain biasa digunakan untuk melindungi pemakainya dari infeksi yang berhubungan langsung dengan pasien yang mempunyai penyakit menular.
Faktor Predisposisi- Pengetahuan- Sikap- Keyakinan- Karakteristik PekerjaFaktor Pendukung- Pelatihan- Ketersediaan fasilitas (alat pelindung diri)Faktor Penguat/Pendorong- Pengawasan- KebijakanPerilakuPenggunaanAPDFaktor Predisposisi- Pengetahuan- Sikap- Keyakinan- Karakteristik PekerjaFaktor Pendukung- Pelatihan- Ketersediaan fasilitas (alat pelindung diri)Faktor Penguat/Pendorong- Pengawasan- KebijakanPerilakuPenggunaanAPDKerangka Teori
Faktor Predisposisi
- Pengetahuan
- Sikap
- Keyakinan
- Karakteristik Pekerja
Faktor Pendukung
- Pelatihan
- Ketersediaan fasilitas (alat pelindung diri)
Faktor Penguat/Pendorong
- Pengawasan
- Kebijakan
Perilaku
Penggunaan
APD
Faktor Predisposisi
- Pengetahuan
- Sikap
- Keyakinan
- Karakteristik Pekerja
Faktor Pendukung
- Pelatihan
- Ketersediaan fasilitas (alat pelindung diri)
Faktor Penguat/Pendorong
- Pengawasan
- Kebijakan
Perilaku
Penggunaan
APD
2.2. Kerangka Teori
Gambar 2.1. Teori Lawrence Green
BAB III
METODE PENELITIAN
Kerangka Konsep
Perilaku aman penggunaan APDPerilaku aman penggunaan APD Variabel Independen Variabel Dependen
Perilaku aman penggunaan APD
Perilaku aman penggunaan APD
Pengetahuan tentang APD Pengetahuan tentang APD
Pengetahuan tentang APD
Pengetahuan tentang APD
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka teori yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang di rumuskan (Sugiyono, 2009: 96)
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho: Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku aman penggunaan APD pada perawat di RSU XYZ.
Ha: Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku aman penggunaan APD pada perawat di RSU XYZ.
Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis rancangan penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional dengan desain studi cross sectional dimana akan dicari hubungan antara 2 variabel pada saat bersamaan. Variabel bebass adalah pengetahuan variabel terikat perilaku aman penggunaan APD.
Populasi dan Sampel Penelitian
3.4.1 Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian adalah seluruh perawat di RSU XYZ.
3.4.2 Pengambilan sampel
Sampel penelitian ini sebanyak 30 orang perawat.
Pengambilan sampel yang dilakukan memenuhi kriteria sampel penelitian yaitu :
Perawat di RSU XYZ.
Bersedia mengisi kuesioner.
Sumber Data Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, maka penulis mengumpulkan data yaitu dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden (objek penelitian). Data primer dapat diperoleh melalui wawancara dengan perawat serta penyebaran kuesioner pengetahuan dan kuesioner perilaku aman perawat di RSU XYZ.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari daftar perawat RSU XYZ dan data tentang RSU XYZ.
Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data pada penelitian ini berupa kuesioner. Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa kuesioner merupakan alat pengumpulan data berupa daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi atau jawaban dari responden. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi beberapa pernyataan tentang tingkat pengetahuan dan sikap terhadap APD serta perilaku menggunakan APD. Kuesioner ini terbagi dalam empat kategori yaitu kategori data demografi, kategori tingkat pengetahuan terhadap APD, sikap terhadap APD, dan perilaku menggunakan APD. Skala yang dipakai adalah skala Guttman
Cara Pengolahan Data
Data diolah dengan cara :
Editing
Dilakukan untuk mengetahui kelengkapan, jelas, relevan dan konsistennya jawaban dalam kuesioner yang telah diisi responden.
Coding
Merubah data yaitu jawaban yang berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka yang diberikan kategori tertentu untuk mempermudah pengolahan data.
Entry Data
Yaitu proses meng-entry (memasukkan) data dari kuesioner ke dalam komputer dengan menggunakan bantuan program komputer setelah semua jawaban kuesioner diberikan kode serta kuesioner terisi penuh dan benar.
Cleaning
Yaitu proses pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk memastikan tidak terdapat kesalahan pada data tersebut. Kemudian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.
Pengolahan dan Analisis Data
Analisis univariat didapat data-data tersebut, data diolah dengan cara :
Tekstular
Penyajian yang mempermudah kalimat.
Tabular
Penyajian dalam bentuk tabel
Grafik
Penyajian dalam bentuk grafik
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan dua variabel untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara variabel dependen dan independen Analisis bivariat dapat diperoleh dengan uji chi square. Variabel bebas yaitu pengetahuan, sedangkan variabel terikat yaitu perilaku aman.
Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Variabel Independen
1
Pengetahuan tentang APD
Pemahaman responden tentang pentingnya dan bahayanya tidak menggunakan APD serta jenis APD
Angket
Kuesioner dengan menggunakan skala Guttman sebanyak 20 pertanyaan
Tinggi (76-100%)
Sedang (56-75%)
Rendah (<56%)
Ordinal
Varibel dependen
1
Perilaku aman penggunaan APD
Persepsi responden terhadap tindakan dan penggunaan semua jenis APD
Angket
Kuesioner dengan menggunakan skala Guttman sebanyak 20 pertanyaan
Aman
Tidak aman
…%
…%