Sistem Penyediaan Air Minum
Sampai saat ini, penyediaan air bersih untuk masyarakat di Indonesia masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yang cukup kompleks dan sampai saat ini belum dapat diatasi sepenuhnya. Salah satu masalah yang masih dihadapi sampai saat ini yakni masih rendahnya tingkat pelayanan air bersih untuk masyarakat. Padahal fungsi air bersih bagi manusia sangatlah penting guna menunjang kehidupan, yaitu untuk makan, minum, cuci, irigasi sawah, rekreasi, industri, transportasi dan MCK. Ada beberapa peeraturan yang mengatur mengenai sitem air bersih Indonesia, antara lain PP No. 82 tahun 2001, pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran; Per. Menkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002, pengawasan kualitas air minum; UU RI No.7/2004, sumber daya air; PP RI No.16/2005, pengembangan sistem penyediaan air minum; dan Per. Menkes No.492/Menkes/IV/2010 persyaratan kualiatas air minum. Permasalahan yang sangat mendasar dan besar mengenai air bersih antara lain 1,1 M jiwa kekurangan air minum, 2 kali lipatnya tidak memiliki sarana sanitasi modern, lebih dari 1,2 M jiwa mengalami gangguan kesehatan, 15 juta bayi mati per tahunnya dan lebih dari 40% poopulasi dunia tinggal di negara yang kebutuhan airnya lebih tinggi daripada suplainya. Adapun 4 persyaratan sistem penyediaan air minum, yaitu aspek kuantitas, kualitas, kuantitas dan ekonomis. Aspek kuantitas berhubungan dengan berapa banyak kebutuhan air yang harus dipenuhi; aspek kualitas berhubungan dengan hasil kualitas sumber air yang digunakan yaitu air tanah, mata air, air hujan, dll. dan kualitas air produksinya; aspek kuantitas berhubungan dengan ketersediaan air secara terus menerus; dan aspek ekonomis berhubungan dengan terjangkaunya air oleh masyarakat tapi tidak gratis karena ada biaya maintanance yang dilakukan. Untuk membuat sistem penyediaan air, maka perlu dilakukan perencanaan dan persiapan (master plan issue ) yang meliputi investasi jangka panjang, identifikasi kondisi eksisting, proyeksi jangka panjang, perencanaan untuk berbagai sistem fasilitas, kebutuhan air saat ini dan masa datang, peraturan yang dibutuhkan, evaluasi sumber air yang ada, pengaturan lokasi dan fasilitasnya, dampak lingkungan, biaya investasi serta operasi dan pemeliharaan. Sedangkan elemen sistem penyediaan air minum meliputi kebutuhan air (water demand ), ), sumber air baku (raw water ), ), bangunan penangkap air (intake ), ), saluran pembawa (transmission line ), ), instalasi pengolahan air bersih (water treatment plant ) dan distribusi air bersih (distribution ). ). Adapun untuk mengetahui kebutuhan air perlu ditinjau telebih dahulu mengenai daerah pelayanan (yang meliputi tinjauan terhadap topografi, geologi, hidrologi, iklim, aspek lingkugan dan kondisi sosial ekonomi), aspek instalasi dan kepadatan pendudukan. Pertumbuhan
kebutuhan baik untuk kebutuhan domestik, industri maupun pertanian
semakin meningkat. Sumber air baku yang semula digunakan adalah mata air dan air tanah (air permukaan). Namun, akibat pencemaran terjadi penurunan kualitas air baku tersebut dan kuantitasnya pun menurun pada masa musim kemarau. Sehingga diperlukan sumber air baku yang lain untuk menggantikan sumber air baku yang telah mengalami penurunan tersebut. Masalahnya ada jarak sumber air baku yang semakin jauh dan letak sumberair baku berada pada wilayah lai n. Hal ini mengakibatkan biaya operasi semakin tinggi dan berpengaruh pula pada biaya investasi yang akan
meninggi pula. Oleh karena itu diperlukan suatu pengelolaan sumber daya alam terpadu. Manajemen sumber daya air yang buruk mengakibatkan penderitaan terbedar pada masyarakat miskin. Kebutuhan air perkotaan antara lain digunakan untuk publec use 5-10%, komersial 10-20%, perumhan 30-50%, industri 25-35%, pemadam kebakaran dan kehilangan air sendiri sebesar 8-24%. Kehilangan air tersebut terjadi akibat kebocoran, kehilangan/kebocoran karena pipa, meter air, salah pembacaan, public water seperti pencucian jalan, pengurusan taman dan kebakaran. Berdasarkan PP No.14/1987, maka pengelolaan sarana dan prasarana air bersih diserahkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat I (propinsi), sedangkan pengelolaannya dilakukan oleh Perusahaan Air Minum (PDAM). Kinerja PDAM sendiri meliputi kapasitas produksi sebesar 17.875 L/detik, jumlah pelanggan sebanyak 787.192, jumlah penduduk 8 juta, jumlah penduduk terlayani 5 jt dan jumlah karyawan 15ribu. Pemilihan lokasi untuk pengelolaan air harus memperhatikan kualitas air, kedalaman air, kecepatan aliran, kemudahan pencapaian, kemudahan tenaga listrik, saluran pembawa dan dampak terhadap lingkungan.
Kesimpulan: Air bersih merupakan kebutuhan utama masyarakat selain pangan dan energi. Namun, dalam penyediaanya masih belum mencukupi kebutuhan masyarakat. Padahal penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu pengelolaan sumber daya alam terpadu. Diperlukan peningkatan oleh perusahaan penyedia air bersih dan juga kesadaran masyarakat untuk menjaga serta menghemat penggunaan air. Manajemen sumber daya air yang buruk mengakibatkan penderitaan terbedar pada masyarakat miskin.