SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
Institusi
: Stikes Megarezky Makassar
Program Stud
: DIV Kebidanan
Mata Kuliah
: Asuhan Neonatus
Kode Mata Kuliah
: BD.211
Materi Pokok
: Kegawadaruratan pada bayi
Semester
: II (Dua)
Hari/Tanggal
: 17 April 2015
Waktu
: 20 menit
Keterampilan yang yang : 1. Membuka dan Menutup Perkuliahan dilatihkan dilatihkan 2. Menjelaskan 3. Bertanya Dasar dan Lanjut A.
STANDAR KOMPETENSI Mahasiswa DIII Kebidanan memahami asfIksia pada bayi dengan baik dan benar
B.
KOMPETENSI DASAR Mahasiswa
DIII
Kebidanan
setelah
memperhatikan
demonstrasi dosen, diharapkan dapat melakukan teknik Resusitasi BBL dengan asfeksia C.
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1. Kognitif : Mahasiswa Mahasiswa dapat memahami asfesksia pada bayi dengan baik dan benar 2. Afektif
: Mahasiswa dapat menjelaskan Penatalaksanaan Penatalaksanaan
bayi baru lahir dengan asfiksia 3. Psikomotorik : Mahasiswa dapat mengaplikasikan teknik Resusitasi BBL dengan asfiksia
D.
TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kognitif 2. Afektif
: Menjelaskan pengertian asfiksia : Menjelaskan penatalaksanaan bayi baru lahir
dengan asfiksia 3. Psikomotorik : memperagakan teknik resusitasi BBL dengan asfiksia E. MATERI AJAR 1. Pengertian Asfiksia neonatorium a. Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan dapat meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (manuaba,1998:661) b. Neonatorium adalah bayi berumur 0 sampai dengan usia 28 hari c. Asfiksia neonatorium adalah suatu keadaan bayi baru lahir dengan mengalami kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Kamarullah,2005) 2.
Klasifikasi
asfiksia
neonatus
Menurut
kamarullah
(2005)
klasifikasi asfiksia dapat dibagi menjadi: a. Bayi normal 9-10 b. Asfiksia ringan Skor
APGAR
7-8
bayi
dianggap
sehat,
dan
tidak
memerlukan tindakan istimewa c. Asfiksia sedang Skor APGAR 4-6 pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekwensi lebih dari 100 x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflex iritabilitas tidak ada
d. Asfiksia berat Skor APGAR 0-3 Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, Penyebab Asfiksia Beberapa menyebabkan
kondisi
tertentu
gangguan
pada
sirkulasi
ibu
darah
hamil
utero
dapat
plasenter
sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. a. Faktor ibu :
Preeklamsi dan Eklampsia
Perdarahan abnormal ( plasenta previa atau solusio placenta )
Partus lama atau partus macet
Demam selama persalinan.
Infeksi berat ( malaria , sifilis , TBC, HIV)
Kehamilan lewat waktu (setelah 42 minggu)
b. Faktor tali pusat :
Lilitan tali pusat.
Tali pusat pendek.
Simpul tali pusat .
Prolap tali pusat.
c. Faktor bayi :
Bayi prematur ( sebelum 37 minggu )
Persalinan dewngantindakan .( sungsang , bayi kembar , distosia bahu , ektraksi vakum , ektraksi forsep )
Kelainan bawaan ( kongenital )
Ketuban bercampur meconium
4. Diagnosis Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia/hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tandatanda gawat janin. Ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu: a. Denyut jantung janin. Frekuensi
normal
ialah
antara
120-160
denyutan
permenitnya. Selama his, frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 kali permenitnya, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan
tanda
elektrokardiografi
janin
bahaya.
Di
digunakan
beberapa untuk
klinik,
terusmenerus
mengawasi keadaan denyut jantung dalam persalinan. b. Mekonium dalam air ketuban. Mekonium dalam presentasi sungsang tidak ada artinya,
akan
tetapi
pada
presentasi
kepala
mungkin
menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltic usus meningkat dan sfingter ani terbuka, sehingga terjadi pengeluaran mekonium. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
c. Pemeriksaaan PH darah janin Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambilcontoh darah janin. Darah ini diperiksa pHnya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya PH. Apabila pH itu turun sampai dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis. Dignosis gawat janin sangat penting untuk dapat menyelamatkan dan dengan demikian membatasi morbiditas dan mortalitas perinatal. Selain itu, kelahiran bayi yang telah menunjukkan tandatanda gawat janin mungkin disertai dengan asfiksia neonatorum. Jika terdapat asfiksia, tingkatannya perlu dikenal untuk dapat melakukan resusitasi yang sempurna. Untuk hal ini diperlukan cara penilaian menurut Apgar. Nilai Apgar mempunyai hubungan erat dengan beratnya asfiksia dan biasanya dinilai satu menit dan lima menit setelah bayi lahir. Angka ini penting artinya karena dapat dipergunakan sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi yang akan dikerjakan 5. Cara Menilai Tingkatan Apgar Score Cara menilai tingkatan apgar score adalah dengan : a.
Menghitung frekuensi jantung
b.
Melihat usaha bernafas
c.
Menilai tonus otot
d.
Menilai reflek rangsangan
e.
Memperlihatkan warna kulit Di bawah ini adalah tabel untuk menentukan tingkat derajat asfiksia yang dialami
kriteria
0
1
2
Jumlah nilai
Appearance
Seluruhnya
Warna
kulit Warna kulit tubuh,
(warna kulit)
biru/pucat
tubuh
normal tangan
tetapi
kepala berwarna
dan
dan
kaki merah
muda
ekstremitas kebiruan Pulse
Tidak ada
(denyut
<100
100
kali/menit
kali/menit
Meringis,
Meringis,bersin,
(respons
menangis
batuk
reflex )
lemah
jantung) Grimace
Tidak ada
Activity
Lemah/tidak
Sedikit
(tonus otot)
ada
gerakan
Respiration
Tidak ada
Lemah
(pernafasan)
teratur
Bergerak aktif
tidak Menangis pernafasan
kuat baik
dan teratur
6. Persiapan Resusitasi BBL Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia: a. Airway (Langkah Awal) 1) Jaga bayi tetap hangat. Selimuti bayi dengan kain, pindahkan bayi ke tempat resusitasi. 2) Atur posisi bayi Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong. Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi.
Posisi semi ekstensi yaitu hidung dan mulut dalam satu garis lurus 3) Isap lendir. Gunakan alat pengisap lendir DeLee atau bola karet. 1) Pertama, isap lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir di hidung. 2) Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat memasukkan). 3) Bila
menggunakan
pengisap
lendir
DeLee,
jangan
memasukkan ujung pengisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung) karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau henti napas bayi. 2. Keringkan dan Rangsang taktil. 1) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi atau bernapas lebih baik. 2) Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini:
Menepuk atau menyentil telapak kaki.
Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi
dengan telapak tangan, rangsangan yang kasar, keras atau terus menerus, tidak akan banyak menolong dan malahan dapat membahayakan bayi. 3. Reposisi. a. Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru (disiapkan). b. Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada agar pemantauan pernapasan bayi dapat diteruskan.
c.
Atur kembali posisi terbaik kepala bayi (sedikit ekstensi).
d. Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur a. Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, megapmegap b. atau tidak bernapas. Lakukan evaluasi meliputi: 1) Pernapasan Frekuensi jantung 2) Warna kulit Bila bayi bernafas, FJ > 100x/menit yaitu PERAWATAN SUPORTIF 4. BREATHING (VTP) Bila FJ < 100x/menit /APNUE yaitu VTP (Ventilasi Tekanan Positif) Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan positip yang memadai untuk membuka alveoli paru agar bayibisa bernapas spontan dan teratur a. Pasang sungkup, perhatikan lekatan. Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi. b. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi. Ventilasi percobaan (2 kali) Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air. Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveloli paru agar bayi bias mulai bernapas dan sekaligus menguji apakah jalan napas terbuka atau bebas. Lihat apakah dada bayi mengembang, Bila tidak mengembang, Periksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar.
c. Periksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi kebocoran.Bila dada mengembang yaitu lakukan tahap berikutnya 1) Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20cm air dalam 30 detik. 2) Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan
teratur?
Kecukupan
ventilasi
dinilai
dengan
memperhatikan gerakan dinding dada dan auskultasi bunyi napas. 3) Bila bayi bernafas, FJ > 100x/menit, kemerahan yaitu PERAWATAN LANJUT EVALUASI Pertanyaan 1. Jelaskan pengetian asfiksia pada bayi? 2. Sebutkan klasifikasi asfiksia pada bayi? Jawab 1. Bayi tidak bernafas atau megap2,denyut jantung < 100x/menit Warna
kulit
kebiruan
tidak
rangsangan. 2. Klasifikasi asfiksia a. Bayi normal : skore 10 b. Asfiksia ringan : skore 7 9 c.
Asfiksia sedang : skore 4 6
d. Asfiksia berat : skore 0 3
ada
respon
terhadap
reflek