RUPTUR LIEN
Ruptur lien paling sering disebabkan oleh trauma tumpul abdomen. Pasien dengan fraktur kosta kiri bawah 25%-nya akan mengalami cedera lien. Ruptur lien akibat trauma tumpul abdomen bisa disertai kerusakan organ di sekitarnya seperti pankreas, usus halus, dan hati. Ruptur lien yang lambat dapat terjadi dalam jangka waktu beberapa hari sampai beberapa minggu setelah trauma. al ini dapat terjadi akibat adanya tamponade sementara pada laserasi kecil atau adanya hematoma subkapsuler yang membesar secara lambat dan kemudian pecah. Ruptur lien dibagi dalam 5 grade yaitu! "rade #
!
ematoma subkapsuler yang tidak meluas, mencakup $ &% dari luas permukaan. 'aserasi kapsuler dengan $ cm kedalaman parenkim "rade ##
!
ematoma subkapsuler mencakup &-5&% dari luas permukaan. ematoma intraparenkimal yang tidak meluas dengan diameter $5 cm. 'aserasi parenkim dengan kedalaman -( cm tanpa keterlibatan pembuluh trabekuler. "rade ###! ematoma subkapsuler yang ruptur. ematoma subkapsuler mencakup ) 5&% dari luas permukaan. ematoma intraparenkimalis dengan diameter ) 5cm. "rade #*! 'aserasi mencakup pembuluh darah segmental dan pembuluh darah di hilus +enyebabkan deaskularisasi mayor ) 25% lien. "rade *! 'ien hancur berkeping-keping.
'aserasi hilus yang menyebabkan deaskularisasi seluruh lien. DIAGNOSIS Gejala umum
"ejala ruptur lien sangat berariasi. Pasien dengan cedera fokal minor mengeluhkan nyeri perut bagian atas. /ebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri perut kiri atas atau punggung kiri. 0yeri pada puncak bahu kiri yang sering disebut tanda /ehr adalah nyeri alih referred pain melalui nerus frenikus ke puncak bahu jika terdapat rangsangan pada permukaan bawah peritoneum diafragma. Penderita umumnya berada dalam berbagai tingkat syok hipoolemia dengan1tanpa takikardi dan hipotensi. Pada ruptur lambat delayed rupture, biasanya penderita datang dalam keadaan syok tanpa perdarahan intraabdomen, karena itu menanyakan riwayat trauma sebelumnya sangat penting dalam menghadapi kasus ini. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik kurang spesifik. anda 3alance adalah adanya massa di kuadran kiri atas abdomen dan pada perkusi didapatkan pekak akibat adanya hematoma subkapsuler. 4engan adanya darah bebas intraperitoneal, nyeri perut yang meluas, iritasi peritoneal, dan nyeri tekan mudah terjadi, bila darah bebas jumlahnya banyak bisa didapatkan pekak berpindah. 3ila perdarahan intraabdominal mencapai 5-&% dari olume darah, biasanya tanda-tanda awal syok sudah mulai timbul. tanda-tandanya antara lain takikardi, takipnea, gelisah, pucat, serta melambatnya capillary refill time. 3ila darah terus mengisi rongga intraabdomen, dapat diamati adanya distensi abdomen, tanda rangsangan peritoneal, dan syok berat.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kadar b, hematokrit, leukosit dan urinalisis. bila terjadi perdarahan akan menurunkan b dan hematokrit serta terjadi leukositosis. sedangkan bila terdapat eritrosit dalam urine akan menunjang akan adanya trauma saluran kencing. oto abdomen. 3isa didapatkan gambaran patah tulang rusuk sebelah kiri, bayangan limpa yang membesar, dan adanya desakan terhadap lambung ke arah garis tengah. 67" abdomen. 3isa didapatkan adanya cairan intraabdomen, hematom parenkial lien, serta adanya laserasi lien. 8 scan. 3isa didapatkan gambaran yang lebih rinci dari organ-organ intraabdominal, juga dapat menunjang diagnosis cedera retroperitoneum dan organ panggul.
PENANGANAN Nonoperatif
erdapat trend penanganan cedera lien dengan cara nonoperatif atau sering disebut penanganan konseratif. 9walnya kebanyakan dilakukan pada cedera lien pada anak, dimana :&% anak ditangani tanpa operasi. Prinsip yang sama diterapkan pada orang dewasa namun (% tidak berhasil ditangani secara konseratif sehingga perlu dilakukan operasi untuk mengatasi perdarahan yang ada. /riteria penanganan konseratif secara umum adalah pasien dengan tanda hemodinamik yang stabil, kadar hemoglobin yang stabil dalam 2-;< jam, tidak membutuhkan banyak transfusi perlu 2 kantong atau kurang, pasien dengan derajat ruptur lien menurut 8 scan # atau ## tanpa perdarahan aktif, dan umur kurang dari 55 tahun. 0amun bila terdapat cedera bermakna pada organ lain maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan penanganan operatif. Operatif
#ndikasi penanganan operatif adalah ruptur lien grade ### dengan hemodinamik yang tidak stabil, grade #* dan *. Pada kasus ruptur lien, perdarahan masif bisa mengaburkan inspeksi. Prosedur pertama adalah mengeakuasi darah dan bekuan darah secara manual dan dengan bantuan suction. =alankan tangan anda ke hilus untuk mengendalikan perdarahan dengan menekan arteri dan ena lienalis di antara telunjuk dan ibu jari. =ika perdarahan tidak berhenti, gunakan klem non-crushing untuk menjepit hilus. #ni memungkinkan penilaian terhadap tingkat kerusakan lien. Splenorafi 3ertujuan untuk mempertahankan lien yang fungsional terdiri dari membuang jaringan non ital, mengikat pembuluh darah yang terbuka, dan menjahit lien yang mengalami laserasi, tetapi jika perdarahan telah berhenti sebaiknya tidak dilakukan lagi karena dapat memicu terjadinya perdarahan ulang. Penjahitan dengan benang poliglycolic acid &, dilanjutkan dengan ligasi arteri yang mengarah ke pole tersebut. =ika perdarahan aktif tetap berlangsung maka dilakukan total atau parsial splenektomi. Splenektomi 7plenektomi parsial dapat dilakukan jika fragmen lien terputus total atau parsial, biasanya di pole atas atau bawah dapat dilakukan tindakan yang berbeda. 9rteri lienalis utama biasanya bercabang sebelum menembus lien. 8abang-cabang ini adalah end arteri yang memungkinkan untuk dilakukannya tindakan parsial splenektomi. 7plenektomi total dilakukan bila terdapat kerusakan lien yang tidak dapat dilakukan dengan splenorafi,splenektomi parsial atau
pembungkusan kapsul lien yang terlepas khas pada pasien dengan perdarahan yang lambat, biasanya dibungkus dengan mesh poliglycolic acid. Autotransplantasi Lien 9utotransplantasi masih merupakan kontroersi pada penanganan trauma lien. 7ebaiknya autoransplantasi dilakukan, karena ada beberapa bukti fungsi sebagian lien dapat kembali yaitu sebagai penyaring sel darah merah. Produksi opsonin kemungkinan sedikit sekali atau bahkan tidak ada lagi, tetapi ada laporan yang menunjukkan bahwa autotransplantasi jaringan lien pada omentum pada akhirnya fungsi lien secara imunologis akan baik. erdapat juga bukti bahwa penanaman jaringan lien secara luas pada peritoneum atau splenosis tidak melindungi pasien dari Overwhelming Post Splenectomy Infection >P7#. 3eberapa fakta menyatakan bahwa lien hasil implan tidak dapat terjadi bila tidak tersedia massa jaringan yang baik dan askularisasi yang terbentuk akan sangat berbeda dari sirkulasi lien yang normal. asil penelitian menunjukan pada banyak pasien autotransplantasi pada omentum majus menghasilkan jaringan yang tumbuh secara bermakna.
KOPLIKASI
/omplikasi penanganan nonoperatif antara lain perdarahan lambat, pembentukan kista splenik, infeksi, dan nekrosis lien. /omplikasi penanganan operatif saat operasi adalah komplikasi umum dari laparotomi seperti trauma pada usus, perlukaan askular, trauma pankreas, dan trauma diafragma. /omplikasi setelah operasi! . /omplikasi pulmonal hampir terjadi pada &% pasien setelah dilakukan open splenektomi, termasuk didalamnya atelektasis, pneumonia dan efusi pleura. 2. 9bses subfrenika terjadi pada 2-(% pasien setelah dilakukan open splenektomi. etapi ini sangat jarang terjadi pada laparoskopi splenektomi &,?%. erapi biasanya dengan memasang drain di bawah kulit dan pemakaian antibiotik intraena. (. 9kibat luka seperti hematoma, seroma dan infeksi pada luka yang sering terjadi setelah dilakukan open splenektomi pada ;-5% pasien. /omplikasi akibat luka pada laparoskopi splenektomi biasanya lebih sedikit ,5% pasien. ;. rombositosis dan trombosis. rombositosis pasca bedah yang mencapai puncak sekitar hari kesepuluh tetapi jarang hngga menyebabkan trombosis.
5. #leus dapat terjadi setelah dilakukan open splenektomi, juga pada berbagai jenis operasi intraabdominal lainnya. @. #nfeksi pasca splenektomi >erwhelming Post 7plenectomy #nfection adalah komplikasi yang lambat terjadi pada pasien splenektomi dan bisa terjadi kapan saja selama hidupnya. Pasien akan merasakan flu ringan yang tidak spesifik, dan sangat cepat berubah menjadi sepsis yang mengancam nyawa, koagulopati konsumtif, bakteremia, dan pada akhirnya dapat meninggal pada 2-;< jam pada indiidu yang tak mempunyai limpa lagi atau limpanya tersisa sedikit. /asus ini sering ditemukan pada waktu 2 tahun setelah splenektomi. ?. 7plenosis, terlihat adanya jaringan limpa dalam abdomen yang biasanya terjadi pada setelah trauma limpa.
Pen!ega"an infeksi pas!a splenektomi
#nfeksi pasca splenektomi Overwhelming Post Splenectomy Infection, >P7# biasanya sering disebabkan oleh bakteri tak berkapsul yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenzae, dan eisseria meningitides. Patogen lainnya seperti !scherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa, "anocytophagia canimorsus, group # streptococci, enterococcus spp, dan protoAoa seperti plasmodium. Baktu antara terjadinya splenektomi dan infeksi rata-rata antara 22,@ bulan. #nfeksi pasca splenektomi dapat dicegah dengan memberikan imunisasi rutin, pemberian antibiotik profilaksis, edukasi dan penanganan infeksi yang segera.