RUMAH LAMIN ADAT DAYAK KENYAH SAMARINDA (KALIMANTAN TIMUR) Perubahan Pola Ruang Rumah Lamin Adat Dayak Kenyah A. Latar belakang Desa Pampang merupakan salah satu pemukiman yang ditempati suku asli dayak kenyah dari tahun 1960-an di pinggiran kota Samarinda. Sebenarnya suku dayak kenyah berasal dari desa Apoyakan, kabupaten Malinau , Kalimantan Utara. Rumah panggung suku dayak kenyah di Pampang Samarinda, merupakan rumah panggung yang sudah mengalami perubahan secara fisik maupun non fisik. Perubahan yang terjadi dari batih mutlak menjadi batih baru. Batih mutlak merupakan rumah panjang yang dapat dihuni oleh seratus kepala keluarga dalam satu rumah, sedangakan batih baru hanya dapat dihuni oleh duabelas kepala keluarga dalam satu rumah. Terbentuknya batih baru, sebagai wujud pemisahan diri dari lamin adat dengan tujuan menginginkan kehidupan yang lebih baik ditanah baru dan subur ternyata mengakibatkan mengakibatk an timbulnya permasalahan. Permasalahan yang timbul di lamin adat sebagai batih baru adalah bagaimana fungsi ruang rumah tinggal dengan kehidupan secara komunal dapat bertahan ketika mereka hidup di daerah pinggir Kota Samarinda dengan budaya yang jauh lebih modern, sehingga terjadinya pergeseran pola pikir yang menyebabkan masyarakat tradisional mulai meninggalkan tradisi dan budaya yang mereka miliki. Berdasarkan latar belakang yang ada pada ulasan ini akan dibahas tentang bagaimana pola ruang dalam yang mengalami perubahan pola nilai budaya dan fungsi ruang serta faktor apa saja yang mempengaruhi perubahn tersebut. B. Pembahasan a. Perubahan pada fungsi ruang antara antara lamin lamin adat dengan dengan batih baru Sebelum perubahan Fungsi ruang yang terdapat di rumah lamin adat dikelompokkan berdasarkan status pernikahan dan perbedaan gender. Pengelompokan tersebut dilakukan karena fungsi dari rumah itu sebagai tempat tinggal rumah para bangsawan.
Ruang di dalam satu rumah lamin dikelompokkan menjadi tiga fungsi yaitu :
1) Fungsi primer, sebuah ruangan yang dianggap penting digunakan para pemimpin keluarga dalam memutuskan sebuah keputusan dalam kepemimpinan Suku Dayak Kenyah, yaitu pagen sebuah ruang terbuka yang biasa disebut masyarakat luas adalah teras. 2) Fungsi sekunder, ruangan yang lebih rendah kepentingannya dan digunakan sebagai tempat berkumpulnya keluarga secara menyeluruh yang bertempat tinggal di dalam rumah lamin adat, yaitu dalam amin sebuah ruang tertutup yang dapat dimasukin para keluarga saja. 3) Fungsi tersier, sebuah ruang pelengkap dari fungsi yang lainnya, yaitu tilong (kamar). Perbedaan fungsi ruang dapat dipengaruhi juga oleh kebutuhan dan penggunaan ruang masing-masing didalam rumah lamin adat.
Selain berfungsi sebagai rumah tinggal secara komunal yang terdiri dari dua belas kepala keluarga, fungsi dari ruang rumah lamin adat digunakan sebagai ritual adat yang dipercaya oleh masyarakat Suku Dayak Kenyah, pemanfaatan ruang dalam, yang digunakan sebagai ritual adat yaitu : 1. Upacara ritual adat kelahiran anak, ruang yang digunakan para wanita yang mau melahirkan (dalam amin) akan dikumandangkan bunyi-bunyian dari gong dan gendang yang terus dikumandangkan pada saat terdengar tangisan bayi yang baru saja lahir yang dilakukan pada ruang pagen. Hal itu dilakukan bermaksud agar tidak terdengar oleh binatang-binatang di dalam hutan, dikarenakan adanya pantangan. Pantangan yang terjadi di dalam masyarakat Dayak Kenyah yang baru lahir ketika suara tangisan terdengar oleh binatang maka anak yang baru lahir tersebut akan sial sepanjang zaman. 2. Pemberian nama pada anak, Pemberian nama dilakukan oleh pui (nenek), uwih (ibu), tu ampe (bibi perempuan) berasal di dalam lingkungan keluarga, sedangkan pihak laki-laki ataupun amay (ayah)nya sendiri pantang memberikan nama.
Penghubung ruang yang digunakan, adanya sebuah lubang pada dinding yang digunakan untuk menunjang acara adat, dimaksudkan agar mereka yang dibatasi oleh gender dalam penggunaan ruang dapat menyatu untuk menghormati upacara adat yang mereka percaya.
Setelah perubahan Saat ini rumah adat Lamin sudah banyak mengalami perubahan fungsi. Tidak lagi menjadi sebuah rumah tempat tinggal kaum bangsawan melainkan menjadi rumah pentas budaya. Fungsi rumah lamin yang digunakan di dalam rumah juga mengalami pemisahan ruang, sehingga terbentuk ruang dalam satu halaman yang berbeda fungsi.
Di dalam bangunan utama rumah lamin adat setelah perubahan akibat modernisasi terdapat pagelaran pentas budaya yang dilakukan di ruang pagen (Teras). Hal tersebut dilakukan agar dapat menarik para wisatawan dan dapat menjadi tradisi budaya yang mereka tanamkan sejak jaman nenek moyang. Yang pada awalnya pagen digunakan oleh kum pria untuk istirahat dan tidur.
Orientasi bangunan Orientasi bangunan lamin adat, dapat mempengaruhi pola tata letak ruang dalam. Hal tersebut dikarenakan arah peletakan ruang dalam mempunyai kesakralan tersendiri yang dipunya oleh masyarakat Suku Dayak Kenyah. Setiap ruang alur sirkulasi berupa koridor yang dapat menembus ruang di antara aktivitas area tempat duduk, dan berlanjut ke
area makan serta ke luar melalui pintu ruang servis menuju dapur pada bangunan [Widayati, 2014]. Orientasi memiliki arti tersendiri yaitu :
Utara yang berarti Hulu sungai yang merupakan ”HULU” artinya orang yang berasal dari Hulu Mahakam yang berarti Dayak. Timur yang merupakan gejala alam tempat arah terbitnya matahari biasa digunakan masyarakat Dayak untuk menjadi patokan tampak depan rumah mereka para bangsawan dan menjadi patokan yang menandakan mereka yang sudah pergi keTuhan mereka (meninggal). Selatan yang artinya Hilir sungai merupakan arah orientasi yang berada di daerah paling atas dari air merupakan tempat tinggal masyarakat Dayak Kenyah yang sudah melakukan perkawinan antar suku dan sedang mempunyai penyakit yang menular. Barat merupakan arah terbenamnya matahari yang digunakan sebagai patokan tampak depan rumah para masyarakat biasa Dayak Kenyah dan menjadi patokan orang yang sudah meninggal.
Berdasarkan pengelompokan ruang, fungsi ruang, dan penggunaan ruang, sebelum perubahan dan setelah perubahan terdapat ruang yang kegunannya masih sama seperti dahulu. Ruang tersebut merupakan ruang bawah atau kolong rumah pada rumah panggung. Rumah panggung pada masyarakat suku dayak kenyah tidak berfungsi sebagi ruang berlangsungnya aktifitas, tetapi sebagai tempat penyimpanan kayu ulin yang digunakan untuk perapian, pengukiran, dan memperbaiki rumah. Kolong rumah juga digunakan sebagai tempat penyimpanan peti mati, yang sudah disediakan sebelum mereka meninggal dunia. Ruang Kolong atau mereka sebut dengan nama ento uma, merupakan ruang yang dihuni oleh roh jahat atau bali tana, sehingga mereka tidak menggunakan ruang tersebut untuk beraktifitas sesuai kepercayaan mereka. [Conley, 1973]
b. Penampilan ruang Pada pagen terdapat elemen pembentuk ruang, yang dihiasi berbagai ornamen budaya yang memiliki makna tersendiri. Ukiran pada ruang pagen lamin adat ada yang berbentuk manusia, fauna (burung enggan, macan, dan naga), flora (daun paku). Makna dari setiap ornamen tersebut yaitu: Manusia melambangkan perdamain yang dibawa masyarkat dayak kenyah untuk dapat diterima oleh semua suku bangsa. Ukiran manusia ini terdapat di bagian bawah rumah lamin adat (bagian kolong) Burung enggan melambangkan keluhuran dan kesucian mereka terhadp Tuhan dan nenek moyang mereka. Ukiran ini terdapat di depan tepatnya bagian atas rumah. Macan melambangkan kebangsawanan di dalam rumah mereka merupakan keturunan kaum bangsawan Dayak Kenyah. Naga melambangkan kepahlawanan mereka. Paku daun melambangkan persatun mereka antar masyarakat dayak kenyah. Ukiran ini terdapat hampir disetiap dinding bagian rumah.
KESIMPULAN Pengelompokkan ruang pada rumah lamin adat didasarkan pada gender dimana ruang pagen digunakan sebagai tempat berkumpulnya para lelaki dewasa dan anak kecil, ruang dalam amin digunakan sebagai tempat berkmpulnya keluarga, dan tilong digunakan sebagi kamar para gadis dan orang tua. Hal itu dilakukan masyarakat dayak kenyah dengan tujuan agar para lelaki dapat menjaga keluarganya. Disaat perubahan terjadi akibat modrenisasi, terdapatnya pola fikir yang berbeda, faktor budaya dan adat istiadat yang berbeda mulai menyingkirkan secara perlahan tentang arti sakral peletakan ruang. Peletakan ruang dalam, juga memperlihatkan orientasi bangunan, untuk menunjunkkan bahwa mereka merupakan masyarakat tradisional yang bertempat tinggal berdasarkan keputusan adat dan bersahabat dengan air, sebagai patokan tempat berdirinya permukiman mereka dimulai hingga kesakralan dalam peletakan ruang.
DAFTAR ISI
Ririn prasetya, dkk. 2007. Perubahan Pola Ruang Dalam Rumah Lamin Adat Dayak Kenyah Akibat Pengaruh Modrenisasi di Desa Pampang Samarinda. Jurnal Arsitektur. Hal: 90-100. Malang: Arsitektur FT Brawijaya Jurnal Peran, fungsi dan makna arsitektur rumah lamin dalam budaya adat suku dayak di kute barat kalimantan timur. Abito Bamban Yuuwono