Pert 8 Beriman Secara Kritis Alasan beriman secara kritis : Seringkali keberimanan kita tidak membawa dampak positif bagi diri kita dengan sesama dan antar umat beragama. Kita menjadi ekslusif dan mempersempit makna kebaikan Tuhan kepada sesama makhluknya. Positif atau tidaknya iman kita dapat diukur dengan :
1.
indikator keberimanan teoritis : menunjuk pada hubungan kita dengan Tuhan. Dalam hal ini kita percaya pada kebenaran Tuhan, percaya bahwa Tuhan adalah sumber kebaikan.
2.
indikator keberimanan sosiologis : menunjuk pada hubungan kita dengan Tuhan yang berimplikasi sosiologis. Prinsip2 keberimanan sosiologis diimplementasikan pada hubungan kita dalam dan antar umat beragama.
Pemahaman kritis tentang iman terbagi 3 yakni : 1. Iman : sesuainya uc ucapan da dan pe perbuatan Frans Magnis - suseno : ada beberapa sifat luhur yang harus dimiliki orang beriman yakni
a.
kejujuran (besikap jujur terhadap orang lain yakni : (sikap terbuka dan fair ) dan terhadap orang lain orang jujur bersikap wajar atau fair
b. c.
nilai nilai ontetik : menjadi diri sendiri
kesediaan untuk bertanggung jawab : bertanggung jawab terhadapa pekerjaan dan mengatasi segala etika peraturan
d.
kemandirian moral : kekuatan batin untuk mengambil sikap moral sendiri dan untuk bertindak sesuai dengannya
e.
keberanian moral : kemampuan untuk membentuk penilaian sendiri terhadap suatu masalah moral
f.kerendahan hati : kekuatan yang hakiki bagi kepribadian seorang beriman g. realistik dan kritis kritis 2. Iman : dimensi vertikal vertikal dan horizontal horizontal
a. b. c.
vertikal : hubungan dengan Tuhan horizontal : hubungan antar sesama manusia
vertikal dan horizontal tidak dapat dipisahkan dalam penerapannya. 2. iman : menuju kedamaian dan kesejahteraan kesejahteraan menciptakan kedamaian individual sekaligus sosial dan pada akhirnya dapat mensejahterakan umat beragama dan manusia secara keseluruhan. cara beriman secara kritis :
1.
mereview kualitas keberimanan : kontrol merupakan konsep praktis dalam menjaga kualitas keberimanan
2.
mereview kebermaknaan iman : ditingkatkan dengan kegiatan beribadah dan menambah wawasan keberimanan teosentris dan sosiologis 3. mere merevi view ew sumb sumban anga gan n ba bagi keh kehidup idupa an ber bers sama ama ora orang ng lain lain.. Hasil beriman secara kritis : 1. Proaktif : prinsip visi pribadi suatu cerminan dari adanya tanggung jawab terhadap kehidupan diri sendiri. memiliki inisiatif namun tidak agresif. proaktif bukan reaktif. 2. mulai dengan memikirkan memikirkan tujuan: prinsip kepemimpinan pribadi untuk mengetahui kemana arah tujuan hidup sehingga lebih menyadari sudah berada dimana dan selalu melangkah ke arah tujuannya yang hendak dicapai. 3. memikirkan memikirkan dan mengerjakan dulu : prinsip managemen managemen diri kebiasaan ini merupakan aktualisasi dari kebiasaan 1 dan 2. Pengembangan kebiasaan ini berfungsi sebagai latihan kemauan bebas agar menjadi orang yang berpusat pada prinsip dalam setiap tindakannya. 4. berpikir sama sama menang menang : prinsip kepemimpinan antar pribadi pribadi solusi yang sinergis, solusi yang memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak dalam penyelesaian masalah 5. memahami memahami dulu orang lain baru bisa minta dipahami oleh orang lain : prinsip komunikasi empatik 5. bersinergi bersinergi : prinsip kerja sama secara kreatif kreatif sinergi berarti kegiatan paling tinggi dalam kehidupan - ujian manusia yang sesungguhnya. 7. mempertajam mempertajam “gergaji”:prinsip pembaruan pembaruan diri secara seimbang mempertajam kebiasaan kebiasaan kebiasaan diatas.
Pert 9 Toleransi Beragama Memahami Toleransi Beragama Toleransi beragama adalah suatu sikap untuk bersanding hidup dengan orang lain yang berbeda agama, berdasarkan pada prinsip saling menghormati. Membangun toleransi melalui dialog antar agama Dialog : pergaulan antar pribadi yang saling memperkenalkan diri dan mengenal pihak lain apa adanya. Dalam dialog harus dilakukan sharing di antara umat beragama untuk saling berbagi informasi dan nilai yang dimiliki masing-masing untuk menghadapi masalah-masalah kemanusiaan. Hal ini dilakukan untuk menambah sikap saling pengertian yang objektif dan kritis dan menumbuhkan kembali alam kejiwaan yang tertutup sehingga terwujud kerjasama untuk memenuhi kepentingan bersama. 1.
Bebe Bebera rapa pa prin prinsi sip p Pent Pentin ing g yang yang Mend Mendas asar arii Dia Dialo log g Anta Antar r Aga Agama ma Spiritualitas antar umat beragama atau spiritualitas dialogal adalah sebuah gerakan religius umat beriman dengan mengosongkan dirinya untuk dipenuhi dengan “jiwa ilahiah” dan melihat realitas hidup di sekitarnya untuk berdialog secara integral dan transformatif dengan sesama umat beriman lainnya menuju kedamaian dan kerukunan hidup yang sesungguhnya.
Prinsip-prinsip dialog antar agama : a. Penghayatan hidup yang yang didasarkan pada ikatan relasi kasih antara manusia dengan Allah. b. Perlu adanya Kesadaran diri manusia manusia bahwa dirinya adalah ciptaan Tuhan, sesuai gambaran dan rupa Allah sendiri dimana akhir perjalanan hidup manusia adalah persatuan jiwa manusia dengan Allah itu sendiri. c. Manusia beriman sejati menyadari tanggung jawab yang mendesak untuk sekali lagi membangkitkan sikap mendengarkan suara. Harmoni dengan alam semesta menghidupkan harmoni dalam hati dan menjalankan harmoni antar pribadi sesama manusia. d. Spiritualitas yang menciptakan hubungan hubungan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan, maka spiritualitas dialogal mengungkapkan jawaban manusia terhadap panggilan Tuhan. e. Spiritualitas dialogal membutuhkan sikap dasar hati yang terbuka. f. Spiritualitas Spiritualitas dialogal dialogal bersifat integral transformatif, transformatif, yaitu merubah merubah hidup orang beriman melalui sharing pengalaman hidup religius guna mengentaskan keterpurukan krisis total menuju indonesia baru. 2. Buah dari pelaksanaan dialog antar agama a. Umat beragama mengalami mengalami pengayaan di mana iman peserta peserta diperluas dengan peluang untuk saling mendengarkan, menghalau segala praduga yang sudah mengakar, memperlebar pengertian yang sempit. b. Iman peserta dijernihkan berkat berkat perjumpaan antar umat beriman untuk merevisi asumsi, pandangan yang keliru antar umat beragama. c. Iman peserta diperdalam dengan saling mengenal mengenal dan menghargai berdasarkan landasan kebenaran dan keadilan tanpa terpengaruh oleh sikap dan perilaku kelompok ekstrim. 3. Spiritualit as yang perlu diperhatikan dalam dialog antar agama a. Menyadari bahwa umat beragama beragama dan umat kepercayaan lain adalah rekan-rekan seperjalanan dalam menuju Tuhan b. Kewajiban kita dalam menggalang kerekanan, kekerabatan, persaudaraan persaudaraan antar umat beragama dan umat kepercayaan yang ada di Indonesia, sebagai model hubungan sosial c. Kekerabatan, persaudaraan itu akan menghasilkan kerukunan sebagai prinsip hubungan sosial d. Menjaga moralitas hidup yang baik, ditandai dengan kebenaran, kebaikan, keadilan, kejujuran dan menjunjung tinggi nilai-nilai insani luhur dalam menghayati dan mengamalkan pancasila sebagai teologi dan dasar hidup bermasyarakat. e. Mengusahakan kesejahteraan umum, umum, yang adil makmur dan merata. 4. Mengatasi hambatan Utama dan Pedoman Dalam Berdialog Hambatan : a. Bahasa yang berbeda, karena masing-masing peserta memiliki latar kebudayaan yang berbeda. b. Prasangka Negatif, (egois dan nafsu membela diri itu harus dihindari) Pedoman berdialog: a. Dasar pijak yang sama. Karena itu mereka harus menyadari bahwa masing-masing diantara mereka memiliki kepercayaan terhadap tuhan yang sama sebagai pencipta dan kepercayaan mengenai adanya misi yang sama dalam agama mereka masing-masing untuk mewujudkan keselamatan dan kedamaian hidup umat manusia. b. Konteks ke-Indonesiaan, maksudnya maksudnya dalam konteks keindonesiaan mereka harus menyadari bahwa mereka hidup di satu negara Indonesia. Karena itu persatuan dan kesatuan tetap menjadi prioritas. c. Kunci keberhasilan dari dialog dialog ini adalah saling mempercayai satu sama lain Model dialog antar umat beragama 1. Membuat pe pengelompokkan. Paul F.Knitter membagi model dialog itu menjadi 3 macam : a. Pusatkan pembicaraan atau tema tentang “Ada banyak jalan menuju menuju ke satu sumber illahi (Divine center)” sebagai titik berangkat atau kriteria. b. Berbagai kategori yang sama dipakai untuk mengelompokkan mereka menurut eklesiosentris (terpusat pada gereja) atau kristosentris (terpusat pada Yesus) atau teosentris (Terpusat pada Allah) sebagai titik berangkat atau kriteria. c. Mempergunakan kriteria penjabaran tentang pemahaman eksklusivme, inklusivme dan Pluralisme. 2. Melakukan dialog dialog bertingkat bertingkat a. Dialog kehidupan kehidupan sehari-hari sehari-hari Sekalipun tidak langsung menyentuh perspektif iman dan ajaran, semua orang bekerja sama belajar mencontoh kebaikan dalam praktek seharihari, di dalam lingkungan keluarga, sekolah, kantor, dsb. b. Dialog melakukan pekerjaan sosial Bekerja sama dengan para pengikut agama lain dengan sasaran meningkatkan martabat dan kualitas hidup manusia, misalnya membantu mereka yang mengalami penderitaan, melaksanakan proyek-proyek pembangunan, dsb. c. Dialog pengalaman keagamaan Saling memperkaya dan memajukan penghayatan nilai-nilai dan cita-cita rohani masing-masing pribadi dengan pengalaman berdoa, meditasi, dsb. d. Dialog pandangan teologis Dialog ini dilakukan oleh ahli-ahli agama, untuk saling memahami dan menghargai nilai-nilai rohani masing-masing. Melalui dialog ini mereka mengangkat pandangan keagamaan dan warisan tradisi keagamaan dalam menyikapi persoalan yang dihadapi manusia. Dikutip dari : Krishnanda Wijaya-Mukati, “Wacana Buddha-Dharma” 3. Menghargai Menghargai perbedaan interpretasi interpretasi teks suci a. Mengakui perbedaan pemahaman pemahaman terhadap kitab suci orang lain. b. Menghargai perbedaan pemahaman pemahaman terhadap kitab suci dalam agama agama tertentu. c. Berdebat secara cerdas, dan bukan berdebat secara kusir. Pert 10 Kerjasama Antar Umat Beragama Kerjasama Antar-Agama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Kerjasama antarumat beragama merupakan suatu keharusan:
1.
karena semua agama membawa misi ilahiah yang bertujuan untuk menciptakkan kesejahteraan bagi manusia 2. persoalan setiap umat beragama relative sama, yaitu masalah moral social, ekonomi dan budaya. 3. kerjasama antar umat beragama merupakan wujud dari substansi dari semua agama sebagai rahmat bagi semua manusia dan alam. 4. setiap agama dituntut untuk melakukan perannya yang nyata dalam mengatasi masalah-masalah keagamaan yang sifatnya universal tanpa harus melihat apapun latar belakang manusia 5. kerjasama antar umat beragama benar-benar penting untuk diwujudkan
1.
Pentingnya Kerjasama Antar-Agama Agama adalah kekuatan pembebas umat manusia dari penderitaan dan ketidakadilan. Kerjasama dalam agama-agama harus berlangsung dalam konteks multikulturalisme kolaboratif. Multikulturalisme kolaboratif adalah merupakan salah satu pendekatan mengatasi masalah-masalah akibat perbedaan etnis agama dan budaya sperti konflik dan diintegrasikan nasional.
2.
Bentuk kerjasama antar-agama 1. Peningkatan Moral Tugas utama agama adalah bagaimana agar agama dengan berbagai pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya bisa menjadi sumber semangat dan moralitas bagi umatnya. Disini peran berbagai institusi keagamaan, termasuk departemen agama sendiri sangat diharapkan. 2. Penegakan keadilan Agama-agama terpanggil untuk memainkan peran pembebasannya. Bukan tidak mungkin agama-agama dapat secara bersama-sama mengambil langkah-langkah strategi untuk mengurangi bahkan memberantas praktek yang sudah menyengsarakan rakyat dan umat dalam waktu yang cukup lama. 3. Perbaikan taraf hidup Perbaikan taraf hidup warga umat sangat mendesak. Ketertinggalan disalah satu bidang akan mempengaruhi bidang-bidang lain. Langkah-langkah Konkrit yang harus diambil: 1. Memperbaiki paradigma hidup keagamaan 2. Membela kaum lemah 3. Menghadirkan suasana surga di dunia ini 4. Menjadi pelopor perbaikin akhlak 5. Bekerjasama memberantas kejahatan dan menebar kebaikan Hasil dari Kerjasama Antar-Agama 1. Meningkatkan iman secara teoritis maupun sosilogis 2. Menghasikan hubungan soci al yang kuat 3. Moral umat beragama akan menjadi lebih baik karena adanya aksi bersama dalam menyelesaikan masalah tersebut Pert 11 Mengapresiasi Makna Kerja 1. Aspek Spiritual Kerja Etos kerja adalah respon yang dilakukan seseorang, kelompok, atau masyarakat terhadap kehidupan sesuai dengan keyakinannya masing-masing. 2. Aspek Pelaksanaan Kerja a. Bekerja sebagai aktualisasi diri : kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia bisa.
b.
sebuah keadaan dimana seorang telah merasa menjadi dirinya sendiri karena dapat mengerjakan sesuatu yang disukai dengan gembira. Bekerja sebagai panggilan spiritual : bekerja dalam usaha merealisasikan harapan-harapan, keinginan, dan kebutuhan.
c.
memerlukan kesehatan dan kekayaan mental seperti kepercayaan diri, displin, tanggung jawab, dan integritas sehingga mengetahui kekurangan dan kelebihan sendiri. Bekerja dengan baik Gabungan bekerja sebagai aktualisasi diri dan bekerja sebagai panggilan spiritualitas merupakan dasardasar untuk dapat bekerja dengan baik Dapat dilihat dari sisi pandang hak dan kewajiban sebagai pekerja, keduanya dapat terlaksana dengan seimbang. Bekerja dengan baik juga ditentukan oleh visi misi, dan budaya organisasi suatu perusahaan di satu pihak. Dan budaya, tradisi, dan etos kerja masyarakat yang bekerja di pihak lainnya.
Pert 12 Tanggung Jawab dalam Bekerja Disiplin adalah sikap seseorang / sekelompok orang yang berniat mengikuti aturan” yang telah ditetapkan. Disiplin kerja adalah suatu sikap dan tingkah laku yang menunjukkan ketaatan karyawan terhadap peraturan perusahaan/organisasi. Tanggung jawab dalam bekerja berhubungan dengan kedisiplinan kerja, pelaksanaan kerja dan resiko kerja.
Kedisiplinan kerja berupa kedisiplinan dalam hal waktu, kedisiplinan terhadap peraturan perusahaan(top down), dan kedisiplinan terhadap komitmen bersama tim kerja(bottom up). 2. Pelaksanaan kerja dapat berupa kejujuran, keadilan, pertanggungjawaban administrasi, keegoan, dsb. 3. Resiko Kerja merupakan dampak yang disebabkan oleh kedisiplinan kerja dan pelaksanaan kerja yang telah dilakukan. Menurut Avin Vadilla Helmi, terdapat 3 indikator disiplin kerja, yaitu :
1.
Disiplin kerja tidak semata-mata patuh dan taat terhadap penggunaan jam kerja saja(misal: datang dan pulang sesuai jadwal) tetapi juga komitmen diri sendiri juga organisasi
Upaya dalam mentaati peraturan tidak didasarkan adanya perasaan takut/terpaksa 3. Komitmen dan loyal pada organisasi yaitu tercermin dari bagaimana sikap dalam bekerja Hubungan disiplin terhadap peraturan perusahaan dengan disiplin terhadap komitmen bersama tim kerja : saling melengkapi dan saling menunjang. Top down tidak dapat berkembang secara optimal tanpa bottom up. Perbedaan disiplin terhadap peraturan perusahaan dengan disiplin terhadap komitmen bersama tim kerja : kegiatan perusahaan bukanlah kegiatan yang bersifat individual semata tetapi juga membutuhkan disiplin terhadap komitmen kelompok tim kerja. Pekerjaan dalam tim kerja akan optimal jika anggota kelompoknya memberikan andil sesuai hak dan tanggung jawab masing”. Pelaksanaan kerja yang baik itu dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu : 1. Faktor sistem nilai (mementingkan pengaruh pandangan orang lain) : akan terlihat dari sikap seseorang dan sikap akan tercermin dalam prilaku. Menurut Kelman, terdapat 3 tingkatan perubahan sikap ke dalam prilaku : a. disiplin dalam pelaksanaan kerja karena kepatuhan (klo ada bos, alim.. klo ga ada, gw bosnya..=) ) b. disiplin dalam pelaksanaan kerja karena identifikasi (kagum sama pemimpin jadinya segan ) c. disiplin dalam pelaksanaan kerja karena internalisasi (Disiplin karena sudah terbiasa) 2. Faktor lingkungan (suasana/situasi dalam perusahaan) : tidak muncul begitu saja tp lewat proses belajar yg berkelanjutan. Peran pemimpin sangat berpengaruh disini, sikap pemimpin menjadi contoh bagi anak buah. Yang harus dijunjung tinggi karyawan/manajer : a. prinsip melaksanakan tugas sesuai visi,misi dan tujuan perusahaan b. berorientasi pada budaya peningkatan mutu kinerja c. saling menghormati sesama pekerja d. bangun KS dan tanggung jwb sendiri maupun bersama Resiko Kerja terdiri dari : 1. Konsekuensi Luas (pemimpin salah mengambil keputusan sehingga berdampak negatif secara luas bagi karyawan,dll) 2. Alternatif Ganda (memberi sedikit kebebasan hanya kpd karyawan tertentu dalam urusan pribadi darurat, tetapi tidak kepada karyawan lain) 3. Akibat berbeda, bisa positif bisa negatif (mempertahankan karyawan lama mungkin akan mengurangi peluang karyawan lain yg ingin bekerja disitu) 4. Ketidakpastian Konsekuensi (Karyawan yang kompeten diragukan untuk promosi karena gaya hidup dan kondisi keluarga) 5. Efek Personal (pemecatan seorang karyawan membuat keluarganya juga menjadi sedih) Pert 13 Kebebasan dan Otonomi Kerja Kebebasan kerja : kebebasan yang bertanggung jawab dalam bekerja (bebas tapi tetap mengacu pada aturan perusahaan) dapat dilihat dari : 1. Etika Kerja : aturan normatif yang mengandung sistem nilai dan prinsip moral, yang merupakan pedoman bagi setiap individu baik sebagai manager ataupun karyawan, dalam melaksanakan pekerjaannya di perusahaan. contoh : loyalitas, integritas, tanggung jawab 2. Etika Bisnis : suatu prinsip yang harus diikuti dalam menjalankan bisnis atau perusahaan. contoh : tanggung jawab terhadap pemegang saham, pelanggan, kreditor, dll. Otonomi Kerja, menyangkut 3 hal yaitu : 1. Memahami ruang li ngkup ker ja yang baik Terdapat 8 ruang lingkup kerja dalam perusahaan : perencanaan tenaga kerja, rekrutmen, seleksi dan penempatan, pelatihan dan pengembangan, penilaian prestasi kerja, kompensasi, pemeliharaan, dan PHK. 2. Percaya Diri Jika ada peluang besar namun dikerjakan dengan kurang PD, cenderung akan terjadi kegagalan, sebailiknya jika banyak tantangan dan peluang kecil, namun dikerjakan secara PD, maka kemungkinan berhasil besar 3. Mengembangkan keterampilan kerja Masa depan karir di tempat kerja, ditentukan oleh keterampilan yang kita miliki dan dapat kita “jual” pada perusahaan.