1. Pengertian
Sindroma Disfungsi Orgaan Multipel (Multiplle Organ Dysfunction Syndrome/MODS) didefinisikan sebagai adanya fungsi organ yang berubah (melibatkan ≥ 2 sistem organ) pada pasien yang sakit akut, sehingga homeostasis tidak dapat dipertahankan lagi tanpa intervensi. 2. Etiologi
Kejadian MODS sebagian besar disebabkan oleh infeksi. Penyebab lain adalah trauma dan proses inflamasi non-infeksi. 3. Manifestasi Klinis Gangguan Sirkulasi:
Bradikardi, denyut jantung < 50 permenit
Hipotensi, tekanan arteri rata-rata < 50 mmHg permenit
Ventrikel takikardi atau fibrilasi
Metabolik asidosis (pH < 7,2)
Gangguan Respirasi:
Frekuensi nafas permenit <5 atau >40
Hiperkapni
Hipoksemia
Gangguan Ginjal Dengan kriteria:
Output urine <400 cc/24 jam
Kreatinin serum > 150 mmol/l
Gangguan Hematologi Dengan kriteria:
Leukopenia <1000 sel/mm3
Trombositopeni <20.000/mm3
Bukti adanya koagulasi intravaskuler diseminata
Gangguan Hepar
Defek koagulasi
Peninggian enzim hepar
Gangguan Gastrointestinal
Ileus paralitik
Gastroparesis
perdarahan
Gagal Neurologis : GCS < 6 4. Patofisiologi
Sel T dan sel B Sel NK Makrofag
Jejas
Respon pro-inflamasi IL-1, IL-6, TNF-@
Respon anti-inflamasi IL-10, IL-6, IL-4 Distribusi sistemik Status respon hipoinflamasi
Status respon hiperinflamasi
CARS
SIRS
Supresi sistem imun
Kompensasi kardiovaskuler (syok) Apoptosis
Hilangnya homeostasis
MODS Gambar 1. Teori baru MODS. NK Natural Killer; SIRS Sytemic Inflammatory Response 8
Syndrome; CARS Compensatory Anti-inflammatory Response Syndrome
5. Multiple Organ Dysfungtion Score (MODS)
Skor 0-4 diberikan kepada seitap sistem organ sesuai fungsinya (0 mengacu pada fungsi normal dan 4 mengacu pada disfungsi yangsangat berat) dengan skor maksimum 24. Skor yang diambil untuk perhitungan adalah skor terburuk untuk setiap sistem organ dalam periode 24 jam. Tingginya skor inisial berhubungan dengan mortalitas ICU dan MODS delta (hasil dari MODS selama perawatan di ICU dikurangi MODS saat masuk) bahkan lebih dapat memprediksi keluaran.
3
Komponen kardiovaskuler mungkin tidak
dapat dinilai pada semua pasien ICU, sehingga menjadi salah satu limitasi praktis skor ini
1,2
.
Sequentiel Organ Failure Assessment (SOFA)
Skor berkisar antara 0, merujuk pada fungsi normal, sampai 4, merujuk pada keadaan sangat abnormal, berdasarkan keadaan terburuk dalam satu hari. Skor SOFA total yang tinggi (SOFA maksimum) dan perubahan/perbedaan SOFA yang
tinggi (SOFA
maksimum total dikurangi SOFA total saat masuk) berhubungan detal tangan keluaran yang
lebih buruk. Skor total tampak terus meningkat pada pasien yang meninggal 4
dibandingkan pasien yang selamat . Logistic Organ Dysfunction System (LODS)
Skor LODS dihitung bberdasarkan nilai terburuk suatu sistem organ pada hari tertentu. Skor berkisar antara 0-5 yang melambangkan fungsi normal hingga disfungsi berat. Karena keparahan relatif disfungsi organ berbeda antarra sistem organ, skor ini hanya memberikan nilai 5 pada sistem saraf,
ginjal, dan kardiovaskuler. Untuk disfungsi
maksimum sistem pulmonal dan koagulasi, diberikan nilai 3, dan untuk hati, hanya diberikan nilai 1. Dengan demikian skor maksimum total adalah 22. Skor LODS digunakan hanya untuk sesekali pengukuran dalam 24 jam pertama perawatan di ICU, tidak untuk evaluasi bberulang. Sistem ini rumit, sehingga jarang digunakan dalam 5
praktek sehari-hari . Tabel 1. Perbandingan Parameter Antara Ketiga Sistem Skoring MODS
21
Parameter
MODS
SOFA
LODS
Respirasi
PaO 2 /FiO2
PaO2 /FiO2
PaO2 /FiO2
Status
Koagulasi
Hitung trombosit
Dukungan ventilasi
ventilasi/CPAP
Hitung trombosit
Hitung leukosit HItung trombosit
Hati
Konsentrasi
Konsentrasi
Konsentrasi
bilirubin
bilirubin
bilirubin Waktu protombin
Kardiovaskuler
Frekuensi jantung X
Tekanan darah
Frekuensi jantung
(CVP/MAP)
Dukungan
Tekanan
adrenergik
sistolik
SSP
GCS
GCS
GCS
Ginjal
Konsentrasi
Konsentrasi
Konsentrasi
kreatinin
kreatinin volume urin
atau
dan
darah
ureum keratinin
volume urin.
CPAP Continuous Positive Airway Pressure; CVP Central Venous Pressure; MAP Mean Arterial Pressure; GCS Glasglow Coma Scale.
Skor yang diperuntukkan terhadap perkembangan disfungsi organ yang dapat digunakan untuk evaluasi berulang memberikan informasi lebih banyak terhadap perkembangan 4
penyakit dan respons pasien terhadap terapi . Evaluasi berulang ini membantu memantau progresi pernyakit di ICU, sangat berkorelasi dengan keluaran/kesintasan pasien, serta dapat membantu mengidentifikasi pasien yang tetap tidak responsive meskipun telah 6
diberikan terapi yang tepat selama beberapa hari . 6. Penatalaksanaan medis Manajemen pasien MODS bersifat suportif, sedangkan terapi spesifik diarahkan untuk mengidentifikasi dan menterapi penyakit dasar. Saat ini tatalaksana yang makin baik telah menurunkan mortalitas akibat MODS. Pencegahan menjadi langkah yang utama 2
dan terpenting karena hingga saat ini belum ditemukan suatu terapi yang spesifik .
REFERENSI
1. Balk RA. Pathogenesis and management of multiple organ dysfunction or failure in severe sepsis and septic shock. Critical Care Clinics 2000;16(2):337-52. 2. McKinlay J, Bihari D. Multiple organ dysfunction. Dalam: Bersten AD, Soni N, Oh TE [ed.]. Oh’s intensive care manual. 5th ed. London: Butterworth Heinemann. 2003.p.11326. 3. Marshall JC, Cook DJ, Christou NV, Bernard GR, Sprung CL, Sibbald WJ. Multiple organ dysfunction score: a reliable descriptor of a complex clinical outcome. Crit Care Med. 1995;23 (10):1638-52. 4. Vincent J-L, Moreno L, Takala J, Willatts S, De Mendonca A, Bruining H, et al. The SOFA (Sepsis-related Organ Failure Assessment) score to describe organ dysfunction/ failure. On behalf of the Working Group on Sepsis-Related Problems of the European Society of Intensive Care Medicine. Intensive Care Med.1996;22(7): 717-20. 5. Le Gall JR, Klar J, Lemeshow S, Saulnier F, Alberti C, Artigas A, et al. The Logistic Organ Dysfunction System. A new way to assess organ dysfunction in the intensive care unit. ICU Scoring Group. JAMA. 1996;276(10):802-10. 6. Sakr Y, Sponholz C, Reinhart K. Organ dysfunction in the ICU: a clinical perspective. Dalam: Vincent J-L [ed.]. Yearbook of intensive care and emergency medicine 2007. New York; Springer: 2007.p.238-45. 7. Herwanto, Velma, dkk. Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 59, Nomor: 11, Nopember 2009. Sindrom Disfungsi Organ Multiple: Patofisiologi dan Diagnosis. Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
MULTIPLE ORGAN DYSFUNCTION SYND ROME)” “RESUME MODS (
OLEH :
MARIA MARTHA RUMERE NRP: 9103009022
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2012