BAB I PENDAHULUAN 1.1
Lat Latar Belaka lakang ng
Sindroma Guillain-Barre (SGB) adalah suatu sindroma klinis dari kelemahan akut ekstremitas ekstremitas tubuh, tubuh, yang yang disebabkan disebabkan oleh kelainan saraf tepi dan bukan bukan oleh penyakit sistemis. Penyakit ini merupakan suatu kelainan sistem sis tem kekebalan tubuh manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf tepi dirinya sendiri dengan karekterisasi berupa kelemahan atau arefleksia dari saraf motorik yang sifatnya progresif. Kelainan ini kadang kadang juga menyerang saraf sensoris, otonom, maupun susunan saraf pusat. Sindroma Guillain-Barre (SGB) ini seringkali menemaskan penderita dan keluarganya karena terjadi pada usia produktif, apalagi pada beberapa keadaan dapat menimbulkan menimbulkan kematian, kematian, meskipun meskipun pada umumnya umumnya mempuny mempunyai ai prognosa prognosa yang baik. Penyakit Penyakit ini terdapat terdapat di seluruh dunia pada setiap musim, menyerang menyerang semua umur umur.. Sela Selama ma perio periode de !" tahu tahun n #ent #entral ral $edi $edial al $ayo $ayo #lin #lini i melak melakuk ukan an penelitian mendapatkan insidensi rate %.& per %''.''' orang. erjadi erjadi punak insidensi antara usia %-* tahun dan antara '-&! tahun. +arang mengenai usia dibaah " tahun. sia termuda yang pernah dilaporkan adalah * bulan dan paling tua usia tahun. /aki-laki dan anita sama jumlahnya. 0ari pengelompokan ras didapatkan baha 1*2 penderita adalah kulit putih, &2 kulit hitam, 2 3ispani, %2 4sia dan !2 pada pada kelom kelompok pok ras yang yang tidak tidak spesifi spesifik. k. 0ata 0ata di 5ndone 5ndonesia sia meng mengen enai ai
gamb gambar aran an
epid epidem emio iolo logi gi
belu belum m
bany banyak ak..
Pene Peneli liti tian an
#han #handr draa
menyeb menyebutk utkan an baha baha inside insidensi nsi terbany terbanyak ak di 5ndone 5ndonesia sia adalah adalah dekade dekade 5, 55, 555 (dibaah usia * tahun) dengan jumlah penderita laki-laki dan anita hampir sama. Sedangkan penelitian di Bandung menyebutkan baha perbandingan lakilaki dan anita * 6 % dengan usia rata-rata "*, tahun. % 7tiologi SGB sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya dan masih menjadi bahan perdebatan. Guillain-Barre syndrome
%
diduga disebabkan oleh infeksi 8irus, tetapi akhir-akhir ini terungkap baha 8irus bukan sebagai penyebab. eori eori yang dianut sekarang adalah suatu kelainan imunobiologik, baik seara primary immune response maupun immune mediated proess. Pada umumnya sindrom ini didahului oleh penyakit influen9a atau infeksi saluran pernafasan atas atau saluran penernaaan. Penyebab infeksi pada umumn umumnya ya adalah adalah kelom kelompok pok 8irus 8irus dari dari kelom kelompok pok herpes herpes.. Sindro Sindrom m ini dapat dapat didahului pula oleh 8aksinasi, gangguan endokrin, anastesi, tindakan operasi, dan sebaga sebagainy inyaa (3arso (3arsono, no, %:). %:). Guilla Guillain-B in-Barr arree Syndr Syndrome ome berhub berhubung ungan an dengan dengan respon system imun terhadap benda asing (seperti agen infeksius atau 8aksin) tetapi targetnya yaitu pada jaringan saraf inang. arget yang diserang sistem imun menjadi gangliosida, yaitu komplek glikosfingolipid yang ada dalam jumlah yang banyak pada jaringan saraf manusia, terutama nodus ran8ier. ra n8ier. Pada banyak kasus, infeksi infeksi sebelumny sebelumnyaa tidak ditemukan, ditemukan, kadang-kada kadang-kadang ng keuali keuali saraf perifer dan serabut spinal 8entral dan dorsal, terdapat juga gangguan medula spinalis dan medula oblongata.Sampai saat ini belum ada terapi spesifik untuk SGB.
"
Salah satu terapi yang sering digunakan pada SGB adalah plasmaferesis. Plasma Plasmafere feresis sis ini dapat dapat diguna digunakan kan baik baik untuk untuk SGB maupun maupun miaste miastenia nia gra8is gra8is untuk menyingkirkan antibodi yang membahayakan dari plasma. Plasma pasien dipi dipisah sahka kan n sear searaa selek selekti tiff dari dari dara darah h leng lengka kap, p, dan dan baha bahann-ba baha han n abno abnorm rmal al dibersi dibersihka hkan n atau atau plasma plasma digant digantii dengan dengan yang yang normal normal atau dengan dengan pengga pengganti nti koloidal. Banyak pusat pelayanan kesehatan mulai melakukan penggantian plasma ini jika didapati keadaan pasien memburuk dan akan kemungkinan tidak akan dapat pulang kerumah dalam " minggu. % $esk $eskip ipun un peny penyeb ebab abny nyaa belu belum m dikt diktah ahui ui,, namu namun n diag diagno nosan sany ya dapa dapatt ditegakkan sedini mungkin. Setidaknya hal ini dapat menegah akibat yang sangat fatal.
"
diduga disebabkan oleh infeksi 8irus, tetapi akhir-akhir ini terungkap baha 8irus bukan sebagai penyebab. eori eori yang dianut sekarang adalah suatu kelainan imunobiologik, baik seara primary immune response maupun immune mediated proess. Pada umumnya sindrom ini didahului oleh penyakit influen9a atau infeksi saluran pernafasan atas atau saluran penernaaan. Penyebab infeksi pada umumn umumnya ya adalah adalah kelom kelompok pok 8irus 8irus dari dari kelom kelompok pok herpes herpes.. Sindro Sindrom m ini dapat dapat didahului pula oleh 8aksinasi, gangguan endokrin, anastesi, tindakan operasi, dan sebaga sebagainy inyaa (3arso (3arsono, no, %:). %:). Guilla Guillain-B in-Barr arree Syndr Syndrome ome berhub berhubung ungan an dengan dengan respon system imun terhadap benda asing (seperti agen infeksius atau 8aksin) tetapi targetnya yaitu pada jaringan saraf inang. arget yang diserang sistem imun menjadi gangliosida, yaitu komplek glikosfingolipid yang ada dalam jumlah yang banyak pada jaringan saraf manusia, terutama nodus ran8ier. ra n8ier. Pada banyak kasus, infeksi infeksi sebelumny sebelumnyaa tidak ditemukan, ditemukan, kadang-kada kadang-kadang ng keuali keuali saraf perifer dan serabut spinal 8entral dan dorsal, terdapat juga gangguan medula spinalis dan medula oblongata.Sampai saat ini belum ada terapi spesifik untuk SGB.
"
Salah satu terapi yang sering digunakan pada SGB adalah plasmaferesis. Plasma Plasmafere feresis sis ini dapat dapat diguna digunakan kan baik baik untuk untuk SGB maupun maupun miaste miastenia nia gra8is gra8is untuk menyingkirkan antibodi yang membahayakan dari plasma. Plasma pasien dipi dipisah sahka kan n sear searaa selek selekti tiff dari dari dara darah h leng lengka kap, p, dan dan baha bahann-ba baha han n abno abnorm rmal al dibersi dibersihka hkan n atau atau plasma plasma digant digantii dengan dengan yang yang normal normal atau dengan dengan pengga pengganti nti koloidal. Banyak pusat pelayanan kesehatan mulai melakukan penggantian plasma ini jika didapati keadaan pasien memburuk dan akan kemungkinan tidak akan dapat pulang kerumah dalam " minggu. % $esk $eskip ipun un peny penyeb ebab abny nyaa belu belum m dikt diktah ahui ui,, namu namun n diag diagno nosan sany ya dapa dapatt ditegakkan sedini mungkin. Setidaknya hal ini dapat menegah akibat yang sangat fatal.
"
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 S7+4;43 Pada Pada tahu tahun n %1 %1,, seor seoran ang g neur neurol olog og Peran Peranis is,, +ean +ean-Ba -Bapt ptist istee /and /andry ry
pertama kali menulis tentang penyakit ini, sedangkan istilah landry asending paralysis diperkenalkan oleh
ama SGB dipopulerkan oleh 0raganesu dan #laudian. #laudian. $enurut /ambert /ambert dan $urder mengatakan mengatakan baha untuk menegakkan menegakkan diagnosa SGB selain berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan #SS, juga adanya kela kelain inan an pada pada peme pemeri riks ksaa aan n 7$G 7$G dapa dapatt memb memban antu tu mene menega gakk kkan an diag diagno nosa sa.. erdapat perlambatan keepatan hantar saraf pada 7$G.%
2.2 Sindroma Gllian Barre Barre
Guillain Guillain Barre syndrome syndrome ( GBS ) adalah suatu kelainan sistem kekebalan tubuh manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf tepi dirinya sendiri dengankarekterisasi berupa kelemahan atau arefleksia dari saraf motorik yang sifatnyaprogresif. Kelainan ini kadang kadang juga menyerang saraf sensoris, otonom,maupun susunan saraf pusat. SGB merupakan Polineuropati akut, bersifat simetris simetris dan asenden, asenden, yang,biasanya yang,biasanya terjadi % ? * minggu minggu dan kadang sampai 1 minggu setelah suatu infeksi akut. @ SGB merupaka merupakan n Poline Polineuro uropat patii pasa pasa infeks infeksii yang yang menye menyebab babkan kan terjad terjadiny inyaa demielinisasi saraf motorik kadang juga mengenai saraf sensorik. @ SGB SGB adal adalah ah poli poline neur urop opat atii yang yang meny menyel eluru uruh, h, dapa dapatt berl berlan angs gsun ung g akut akut atau atau subakut, mungkin terjadi spontan atau sesudah suatu infeksi SGB mempunyai banyak sinonim, antara lain 6
Polineuritis akut pasa infeksi Polineuritis akut toksik
*
Polineuritis febril Poliradikulopati,dan 4ute 4sending Paralysis 7
2.1.1. E!idemiologi
0i 4merika Serikat, insiden terjadinya GBS berkisar antara ',!-",' per %''.''' penduduk. GBS merupakan a non sesasonal disesae dimana resiko terjadinya adalah sama di seluruh dunia pada pada semua iklim. Perkeualiannya adalah di #ina, dimana predileksi GBS berhubungan dengan #ampylobater jejuni, enderung terjadi pada musim panas. GBS dapat terjadi pada semua orang tanpa membedakan usia maupun ras. 5nsiden kejadian di seluruh dunia berkisar antara ',:-%, per %''.''' penduduk. 5nsiden ini meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. GBS merupakan penyebab paralisa akut yang tersering di negara barat. 4ngka kematian berkisar antara ? %' 2. Penyebab kematian tersering adalah gagal jantung dan gagal napas. GBS. 4ntara ? %' 2 sembuh dengan aat yang permanen. 0ata di 5ndonesia mengenai gambaran epidemiologi belum banyak. Penelitian #handra menyebutkan baha insidensi terbanyak di 5ndonesia adalah dekade 5, 55, 555 (dibaah usia * tahun) dengan jumlah penderita laki-laki dan anita hampir sama. Sedangkan penelitian di Bandung menyebutkan baha perbandingan laki-laki dan anita * 6 % dengan usia rata-rata "*, tahun. Sepuluh studi melaporkan kejadian pada anak-anak ('-% tahun), dan menemukan kejadian tahunan menjadi antara ',*!, dan %.*!A%'' '''. Kebanyakan penelitian menyelidiki populasi di 7ropa dan 4merika tara dan melaporkan angka kejadian serupa tahunan , yaitu antara ',1! dan %.%A%'', '''. ;ata-rata pertahun %-*A%''.''' populasi dan perempuan lebih sering terkena daripada laki-laki dengan perbandingan rasio perempuan 6 laki-laki %, 6 % untuk semua usia. Penurunan insiden selama aktu antara tahun %1'-an dan %'-an ditemukan. Sampai dengan&'2 dari kasus Sindroma Guillain Barre disebabkan
oleh
infeksi
anteseden.
5nflamasi
akut
demielinasi
poliradikuloneuropati (450P) adalah bentuk paling umum di negara-negara barat
!
dan berkontribusi 12 sampai '2 kasus. Kondisi ini terjadi pada semua umur, meskipun jarang pada masa bayi. sia termuda dan tertua dilaporkan adalah, masing masing " bulan dan tahun. sia rata onset adalah sekitar !' tahun, dengan kemungkinan dominasi laki-laki. Sindroma Guillain Barre adalah penyebab paling umum dari aute flaid paralysis, pada anak - anak. 4ute $otor 4Conal >europathy (4$4>) sering didapatkan di daerah +epang dan #ina, terutama pada orang muda. 3al ini terjadi lebih sering selama musim panas, sporadis 4$4> seluruh dunia mempengaruh %'2 sampai "'2 pasien dengan Sindroma Guillain Barre . %:
2.1.2. Kla"i#ika"i
%.
4ute $otor-Sensory 4Conal >europathy (4$S4>)
Sering munul epat dan mengalami paralisis yang berat dengan perbaikan yang lambat dan buruk. Seperti tipe 4$4> yang berhubungan dengan infeksi saluran erna # jejuni. Patologi yang ditemukan adalah degenerasi akson dari serabut saraf sensorik dan motorik yang berat dengan sedikir demielinisasi. ".
4ute $otor-4Conal >europathy (4$4>)
Berhubungan dengan infeksi saluran erna # jejuni dan titer antibody gangliosid meningkat (seperti, G$%, G0%a, G0%b). Penderita tipe ini memiliki gejala klinis motorik dan seara klinis khas untuk tipe demielinisasi dengan asending dan paralysis simetris. 4$4> dibedakan dengan hasil studi elektrodiagnostik dimana didapatkan adanya aksonopati motorik. Pada biopsy menunjukkan degenerasi Dallerian likeE tanpa inflamasi limfositik. Perbaikannya epat, disabilitas yang dialami penderita selama lebih kurang % tahun.
*.
$iller Fisher Syndrome
ariasi dari SGB yang umum dan merupakan 2 dari semua kasus SGB. Sindroma ini terdiri dari ataksia, optalmoplegia dan arefleksia. 4taksia terlihat pada gaya jalan dan pada batang tubuh dan jarang yang meliputi ekstremitas.
$otorik biasanya tidak terkena. Perbaikan sempurna terjadi dalam hitungan minggu atau bulan !.
#hroni 5nflammatory 0emyelinati8e Polyneuropathy (#50P)
#50P memiliki gambaran klinik seperti 450P, tetapi perkembangan gejala neurologinya bersifat kronik. Pada sebagian anak, kelainan motorik lebih dominant dan kelemahan otot lebih berat pada bagian distal. .
4ute pandysautonomia
anpa sensorik dan motorik merupakan tipe SGB yang jarang terjadi. 0isfungsi dari sistem simpatis dan parasimparis yang berat mengakibatkan terjadinya hipotensi postural, retensi saluran kemih dan saluran erna, anhidrosis, penurunan sal8ias dan lakrimasi dan abnormalitas dari pupil. %&,%1
2.1.$. Etiologi
$ikroorganisme penyebab belum pernah ditemukan pada penderita dan bukan merupakan penyakit yang menular juga tidak diturunkan seara herediter. Penyakit ini merupakan proses autoimun. etapi sekitar setengah dari seluruh kasus terjadi setelah penyakit infeksi 8irus atau bakteri seperti dibaah ini 6 @ 5nfeksi 8irus 6 #itomegalo8irus (#$), 7bstein Barr irus (7B), entero8irus, 3uman 5mmunodeffiieny irus (35). @ 5nfeksi bakteri 6 #ampilobater +ejuni, $yoplasma Pneumonie. @ Pasa pembedahan dan aksinasi. @ '2 dari seluruh kasus terjadi sekitar %-* minggu setelah terjadi penyakit 5nfeksi Saluran Pernapasan 4tas (5SP4) dan 5nfeksi Saluran Penernaan.%:
2.1.%. Patologi
Pada
pemeriksaan
makroskopis
tidak
tampak
jelas
gambaran
pembengkakan saraf tepi. 0engan mikroskop sinar tampak perubahan pada saraf tepi. Perubahan pertama berupa edema yang terjadi pada hari ketiga atau keempat, kemudian timbul pembengkakan dan iregularitas selubung mielin pada hari kelima, terlihat beberapa limfosit pada hari kesembilan dan makrofag pada
:
hari kesebelas, poliferasi sel shan pada hari ketigabelas. Perubahan pada mielin, akson, dan selubung shan berjalan seara progresif, sehingga pada hari keenampuluh enam, sebagian radiks dan saraf tepi telah hanur. Kerusakan mielin disebabkan makrofag yang menembus membran basalis dan melepaskan selubung mielin dari sel shan dan akson %& 2.1.&. Patogene"i"
$ekanisme bagaimana infeksi, 8aksinasi, trauma, atau faktor lain yang mempresipitasi terjadinya demielinisasi akut pada SGB masih belum diketahui dengan pasti. Banyak ahli membuat kesimpulan baha kerusakan saraf yang terjadi pada sindroma ini adalah melalui mekanisme imunlogi. Bukti-bukti baha imunopatogenesa merupakan mekanisme yang menimbulkan jejas saraf tepi pada sindroma ini adalah6
%.
0idapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (ell
mediated immunity) terhadap agen infeksius pada saraf tepi. ".
4danya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi.
*.
0idapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran
pada pembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses demielinisasi saraf tepi
Proses demielinisasi saraf tepi pada SGB dipengaruhi oleh respon imunitas seluler dan imunitas humoral yang dipiu oleh berbagai peristia sebelumnya. Pada SGB, gangliosid merupakan target dari antibodi. 5katan antibodi dalam sistem imun tubuh mengakti8asi terjadinya kerusakan pada myelin. 4lasan mengapa komponen normal dari serabut mielin ini menjadi target dari sistem imun belum diketahui, tetapi infeksi oleh 8irus dan bakteri diduga sebagai penyebab adanya respon dari antibodi sistem imun tubuh. 3al ini didapatkan dari adanya lapisan lipopolisakarida yang mirip dengan gangliosid dari tubuh manusia. #ampylobater jejuni, bakteri patogen yang menyebabkan terjadinya diare, mengandung protein membran yang merupakan tiruan dari gangliosid G$%. Pada kasus infeksi oleh #ampylobater jejuni, kerusakan terutama terjadi pada degenerasi akson. Perubahan pada akson ini menyebabkan adanya ross-reating
&
antibodi ke bentuk gangliosid G$% untuk merespon adanya epitop yang sama. Berdasarkan adanya sinyal infeksi yang menginisisasi imunitas humoral maka sel merespon dengan adanya infiltrasi limfosit ke spinal dan saraf perifer. erbentuk makrofag di daerah kerusakan dan menyebabkan adanya proses demielinisasi dan hambatan penghantaran impuls saraf. %1
1
2.1.'. Ge(ala Klini"
%.
Kelemahan
Gambaran klinis yang klasik adalah kelemahan yang asending dan simetris seara natural. 4nggota tubuh bagian baah biasanya terkena duluan sebelum tungkai atas. =tot- otot proksimal mungkin terlibat lebih aal daripada yang lebih distal. ubuh, bulbar, dan otot pernapasan dapat terpengaruh juga. Kelemahan otot pernapasan dengan sesak napas mungkin ditemukan, berkembang seara akut dan berlangsung selama beberapa hari sampai minggu. Keparahan dapat berkisar dari kelemahan ringan sampai tetraplegia dengan kegagalan 8entilasi. ".
Keterlibatan saraf kranial
Keterlibatan saraf kranial tampak pada !-&2 pasien dengan SGB. Saraf kranial 555-55 dan 5H-H55 mungkin akan terpengaruh. Keluhan umum mungkin termasuk sebagai berikutI ajah droop (bisa menampakkan palsy Bell), 0iplopias, 0ysarthria, 0isfagia, =phthalmoplegia, serta gangguan pada pupil. Kelemahan ajah dan orofaringeal biasanya munul setelah tubuh dan tungkai yang terkena. arian $iller-Fisher dari SGB adalah unik karena subtipe ini dimulai dengan defisit saraf kranial. *.
Perubahan Sensorik
Gejala sensorik biasanya ringan. 0alam kebanyakan kasus, kehilangan sensori enderung minimal dan 8ariabel. Kebanyakan pasien mengeluh parestesia, mati rasa, atau perubahan sensorik serupa. Gejala sensorik sering mendahului kelemahan. Parestesia umumnya dimulai pada jari kaki dan ujung jari, berproses menuju ke atas tetapi umumnya tidak melebar keluar pergelangan tangan atau pergelangan kaki. Kehilangan getaran, proprioseptis, sentuhan, dan nyeri distal dapat hadir. !.
>yeri
0alam sebuah studi tentang nyeri pada pasien dengan SGB, 12 pasien melaporkan nyeri yang disebabkan SGB pada beberapa aktu selama perjalanannya. >yeri paling parah dapat dirasakan pada daerah bahu, punggung, pantat, dan paha dan dapat terjadi bahkan dengan sedikit gerakan. ;asa sakit ini sering digambarkan sebagai sakit atau berdenyut. Gejala dysestheti diamati ada
%'
dalam sekitar '2 dari pasien selama perjalanan penyakit mereka. 0ysesthesias sering digambarkan sebagai rasa terbakar, kesemutan, atau sensasi shoklike dan sering lebih umum di ekstremitas baah daripada di ekstremitas atas. 0ysesthesias dapat bertahan tanpa batas aktu pada -%'2pasien. Sindrom nyeri lainnya yang biasa dialami oleh sebagian pasien dengan SGB adalah sebagai berikutI $yalgi, nyeri 8iseral, dan rasa sakit yang terkait dengan kondisi imobilitas (misalnya, tekanan palsi saraf, ulkus dekubitus).
.
Perubahan otonom
Keterlibatan sistem saraf otonom dengan disfungsi dalam sistem simpatis dan parasimpatis dapat diamati pada pasien dengan SGB. Perubahan otonom dapat menakup sebagai berikutI akikardia, Bradikardia, Faial flushing, 3ipertensi paroksimal, 3ipotensi ortostatik. ;etensi urin karena gangguan sfingter urin, karena paresis lambung dan dismotilitas usus dapat ditemukan. :.
Pernapasan
7mpat puluh persen pasien SGB enderung memiliki kelemahan pernafasan atau orofaringeal. Keluhan yang khas yang sering ditemukan adalah sebagai berikutI 0ispnea saat akti8itas, Sesak napas, Kesulitan menelan, Biara adel. Kegagalan 8entilasi yang memerlukan dukungan pernapasan biasa terjadi pada hingga sepertiga dari pasien di beberapa aktu selama perjalanan penyakit mereka. #iri-iri kelainan airan serebrospinal yang kuat menyokong diagnosa6 -
Protein #SS meningkat setelah gejala % minggu atau terjadi peningkatan
pada /P serialI -
jumlah sel #SS J %' $>Amm*I arian ( tidak ada peningkatan protein
#SS setelah % minggu gejala dan +umlah sel #SS6 %%-' $>Amm* ). Gambaran elektrodiagnostik yang mendukung diagnose adalah perlambatan konduksi saraf bahkan blok pada 1'2 kasus. Biasanya keepatan hantar kurang :'2 dari normal. 1
%%
2.1.). Pato#i"iologi
Guillain-Barre syndrome berhubungan dengan respon system imun terhadap benda asing (seperti agen infeksius atau 8aksin) tetapi targetnya yaitu pada jaringan syaraf inang. arget yang diserang system imun menjadi gangliosida, yaitu komplek glikosfingolipid yang ada dalam jumlah yang banyak pada jaringan saraf manusia, terutama nodus ran8ier. $isalnya, gangliosida G$%, yang mempengaruhi sebanyak "' ? '2 kasus, khususnya pada orang yang didahului infeksi #ampylobater jejuni. #ontoh yang lain adalah gangliosida G%b, yang merupakan target 8arian sindrom miller fisher (Goldman, "''&) Perjalan penyakit ini terdiri dari * fase, Fase progresif dimulai dari onset penyakit, dimana selama fase ini kelumpuhan bertambah berat sampai menapai maksimal. Fase ini berlangsung beberapa dari sampai ! minggu, jarang yang melebihi 1 minggu. Segera setelah fase progresif diikuti oleh fase plateau, dimana kelumpuhan telah menapai maksimal dan menetap. Fase ini bisa pendek selama " hari, paling sering selama * minggu, tapi jarang yang melebihi & minggu. Fase rekon8alesen ditandai oleh timbulnya perbaikan kelumpuhan ektremitas yang berlangsung selama beberapa bulan. Seluruh perjalanan penyakit SGB ini berlangsung dalam aktu yang kurang dari : bulan. Gb. *. Perjalanan alamiah SGB skala aktu dan beratnya kelumpuhan ber8ariasi antara berbagai penderita SGB.
%"
GBS paling banyak terjadi pada pasien yang sebelumnya mengalami infeksi (pernafasan atau gastrointestinal) % sampai ! minggu sebelum terjadi serangan penurunan neurologi. Pada beberapa dapat terjadi setelah 8aksinasi atau pembedahan. +uga dapat pula disebabkan oleh infeksi 8irus primer, reaksi imun, dan beberapa proses lain, atau sebuah kombinasi proses. Salah satu hipotesis mengatakan baha infeksi 8irus menyebabkan reaksi autimun yang menyerang myelin syaraf perifer. Bagian proksimal syaraf enderung paling sering terserang dan akar dalam ruang subarahnoid biasanya terpengaruh. 4utopsy yang didapat memperlihatkan beberapa infiltrasi limfositik yang seara khusus menetap di dalam akar saraf spinal. 5nfeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri maupun 8irus, dan antigen lain memasuki sel Shann dari saraf dan kemudian mereplikasi diri. 4ntigen tersebut mengakti8asi sel limfosit . Sel limfosit ini mengakti8asi proses pematangan limfosit B dan memproduksi autoantibodi spesifik. 4da beberapa teori mengenai pembentukan autoantibodi , yang pertama adalah 8irus dan bakteri mengubah susunan sel sel saraf sehingga sistem imun tubuh mengenalinya sebagai benda asing. eori yang kedua mengatakan baha infeksi tersebut menyebabkan kemampuan sistem imun untuk mengenali dirinya sendiri berkurang. 4utoantibodi ini yang kemudian menyebabkan destruksi myelin. Bahkan kadang kadang juga dapat terjadi destruksi pada aCon. eori lain mengatakan baha respon imun yang menyerang myelin disebabkan oleh karena antigen yang ada memiliki sifat yang sama dengan myelin. 3al ini menyebabkan terjadinya respon imun terhadap myelin yang di in8asi oleh antigen tersebut. 0estruksi pada myelin tersebut menyebabkan sel sel saraf tidak dapat mengirimkan signal seara efisien, sehingga otot kehilangan kemampuannya untuk merespon perintah dari otak dan otak menerima lebih sedikit impuls sensoris dari seluruh bagian tubuh. %",%*,%1
%*
%!
2.1.*. Pemerik"aan Penn(ang
%. Pemeriksaan /#S 0ari pemeriksaan /#S didapatkan adanya kenaikan kadar protein ( % ? %, gAdl ) tanpa diikuti kenaikan jumlah sel. Keadaan ini oleh Guillain (%:%) disebut sebagai disosiasi albumin sitologis. Pemeriksaan airan erebrospinal pada !1 jam pertama penyakit tidak memberikan hasil apapun juga. Kenaikan kadar protein biasanya terjadi pada minggu pertama atau kedua. Kebanyakan pemeriksaan /#S pada pasien akan menunjukkan jumlah sel yang kurang dari %'Amm* (albuminoytologi dissoiation). ". Pemeriksaan 7$G Gambaran 7$G pada aal penyakit masih dalam batas normal, kelumpuhan terjadi pada minggu pertama dan punaknya pada akhir minggu kedua dan pada akhir minggu ke tiga mulai menunjukkan adanya perbaikan. *. Pemeriksaan $;5 Pemeriksaan $;5 akan memberikan hasil yang bermakna jika dilakukan kira-kira pada hari ke-%* setelah timbulnya gejala. $;5 akan memperlihatkan gambaran auda eLuina yang bertambah besar.
2.1.+. Kriteria diagno"tik GBS menrt T,e National In"titte o# Nerologi-al and ommni-ati/e Di"order" and Stroke 0 NINDS
0iagnosa Guillain-Barre syndrome terutama ditegakkan seara klinis. Guillain-Barre syndrome ditandai dengan timbulnya suatu kelumpuhan akut yang disertai hilangnya refleks-refleks tendon dan didahului parestesi dua atau tiga minggu setelah mengalami demam dan gangguan sensorik dan motorik perifer. Kriteria diagnosa yang umum dipakai adalah kriteria dari National Institute of Neurological and Communicative Disorder and Stroke (>5>#0S), yaitu6
%.#iri-iri yang perlu untuk diagnosis (Gejala utama)6 a. erjadinya kelemahan yang progresif pada satu atau lebih ekstremitas dengan atau tanpa disertai ataCia b. 4refleksia atau hiporefleksia yang bersifat general
%
".
#iri-iri yang seara kuat menyokong diagnosis SGB6 a. #iri-iri klinis6 %. Progresifitas6 gejala kelemahan motorik berlangsung epat, maksimal dalam ! minggu, '2 menapai punak dalam " minggu, 1'2 dalam * minggu, dan '2 dalam ! minggu. ". ;elatif simetris. *. Gejala gangguan sensibilitas ringan. !. Gejala saraf kranial M'2 terjadi parese > 55 dan sering bilateral. Saraf otak lain dapat terkena khususnya yang mempersarafi lidah dan otot-otot menelan, kadang J 2 kasus neuropati dimulai dari otot ekstraokuler atau saraf otak lain. . Pemulihan6 dimulai "-! minggu setelah progresifitas berhenti, dapat memanjang sampai beberapa bulan.. :. 0isfungsi otonom. akikardi dan aritmia, hipotensi postural, hipertensi dan gejala 8asomotor. &. idak ada demam saat onset gejala neurologist.
b. #iri-iri kelainan airan serebrospinal yang kuat menyokong diagnosa6 %. Protein #SS. $eningkat setelah gejala % minggu atau terjadi peningkatan pada /P serial. ". +umlah sel #SS J %' $>Amm*. *. arian6 •
idak ada peningkatan protein #SS setelah % minggu gejala
•
+umlah sel #SS6 %%-' $>Amm*
. Gambaran elektrodiagnostik yang mendukung diagnosa6 %. Perlambatan konduksi saraf bahkan blok pada 1'2 kasus. ". Biasanya keepatan hantar kurang :'2 dari normal %:
d. Gejala yang menyingkirkan diagnosis %. Kelemahan yang sifatnya asimetri ". 0isfungsi 8esia urinaria yang sifatnya persisten *. Sel P$> atau $> di dalam /#S N 'Aul !. Gejala sensoris yang nyata%%,%
2.1.1. Kom!lika"i dan Progno"i"
Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal napas, aspirasi makanan atau airan ke dalam paru, pneumonia, meningkatkan resiko terjadinya infeksi, trombosis 8ena dalam, paralisa permanen pada bagian tubuh tertentu, dan kontraktur pada sendi.1 2 pasien dengan GBS dapat bertahan hidup dengan &2 diantaranya sembuh total. Kelemahan ringan atau gejala sisa seperti dropfoot dan postural tremor masih mungkin terjadi pada sebagian pasien. Kelainan ini juga dapat menyebabkan kematian. 0ahulu sebelum adanya 8entilasi buatan lebih kurang "'2 penderita meninggal oleh karena kegagalan pernafasan. Sekarang ini kematian berkisar antara "-%' 2, dengan penyebab kematian oleh karena kegagalan pernafasan, gangguan fungsi otonom, infeksi paru dan emboli paru. Sebagian besar penderita (:'-1' 2) sembuh seara sempurna dalam aktu enam bulan. Sebagian keil (&-"" 2) sembuh dalam aktu %" bulan dengan kelainan motorik ringan dan atrofi otot-otot keil di tangan dan kaki. Gejala yang terjadinya biasanya hilang * minggu setelah gejala pertama kali timbul. * 2 pasien dengan GBS dapat mengalami relaps yang lebih ringan beberapa tahun setelah onset pertama. P7 dapat mengurangi
kemungkinan
terjadinya relapsing inflammatory polyneuropathy.%* 2.1.11. Diagno"i"
Pada pemeriksaan fisik ditemukan 6 4sending paralysis, terjadi dalam * minggu pertama. Belakangan ini, frekuensi pada anak-anak lebih sering dibanding orang deasa pada sindrom ini. Kelemahan pada umumnya diaali pada ektremitas bagian
%&
baah dan menjalar epat ke arah ektremitas bagian atas kadang sampai ke ajah. Pada beberapa anak terkadang tidak bisa berjalan. Kelemahan juga dapat terjadi pada otot-otot pernapasan dan pada beberapa anak memerlukan alat bantu pernafasan dikarenakan kesulitan bernafas.
4refleCia $erupakan salah satu tanda Sindrom Guillain-BarrO. Sebagian dari refleks proksimal mungkin timbul sepanjang aal tahap penyakit.
Kelainan saraf otonom erjadi pada sistem saraf parasimpatis dan simpatis, manifestasi klinis meliputi 6 hipotensi orthostatik, disfungsi pupil, kesulitan menggerakan mata dan ajah, kesulitan berbiara, kesulitan mengunyah dan menelan, penurunan tekanan darah, kelainan berkeringat dan sinus takikardi serta kesulitan mengontrol kening dan buang air besar. %. 4taCia. ". Kelainan pada ner8us kranial $ati rasa, perasaan geli dan gatal dan biang keringat %1.
2.1.12. Tera!i
Sampai saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk SGB, pengobatan terutama seara simptomatis. ujuan utama penatalaksanaan adalah mengurangi gejala, mengobati
komplikasi,
memperepat
penyembuhan
dan
memperbaiki
prognosisnya. Penderita pada stadium aal perlu diraat di rumah sakit untuk terus dilakukan obser8asi tanda-tanda 8ital. Penderita dengan gejala berat harus segera di raat di rumah sakit untuk mendapatkan bantuan pernafasan, pengobatan dan fisioterapi. 4dapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah6 %.
Sistem pernapasan
Gagal nafas merupakan penyebab utama kematian pada penderita SGB. Pengobatan lebih ditujukan pada tindakan suportif dan fisioterapi. Bila perlu
%1
dilakukan tindakan trakeostomi, penggunaan alat Bantu pernapasan (8entilator) bila 8ital apaity turun dibaah '2. ".
Fisioterapi
Fisioterapi dada seara teratur untuk menegah retensi sputum dan kolaps paru. Gerakan pasif pada kaki yang lumpuh menegah kekakuan sendi. Segera setelah penyembuhan mulai (fase rekon8alesen), maka fisioterapi aktif dimulai untuk melatih dan meningkatkan kekuatan otot. *.
5munoterapi
ujuan pengobatan SGB ini untuk mengurangi beratnya
penyakit dan
memperepat kesembuhan ditunjukan melalui system imunitas. a.
Plasma eChange therapy (P7)
Plasmaparesis atau plasma eChange bertujuan untuk mengeluarkan faktor autoantibodi yang beredar. Pemakaian plasmaparesis pada SGB memperlihatkan hasil yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih epat, penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama peraatan yang lebih pendek.
5munoglobulin 5
5ntra8enous inffusion of human 5mmunoglobulin (55g) dapat menetralisasi autoantibodi patologis yang ada atau menekan produksi auto antibodi tersebut. Pengobatan
dengan
gamma
globulin
intra8ena
lebih
menguntungkan
dibandingkan plasmaparesis karena efek samping atau komplikasi lebih ringan. Pemberian 55g ini dilakukan dalam " minggu setelah gej ala munul dengan dosis ',! g A kgBB Ahari selama hari. %&
2.1.1$. Diagno"i" Banding
@ Poliomielitis Pada poliomyelitis ditemukan kelumpuhan disertai demam, tidak ditemukan gangguan sensorik, kelumpuhan yang tidak simetris, dan #airan erebrospinal pada fase aal tidak normal dan didapatkan peningkatan jumlah sel.
%
@ $yositis 4kut Pada miositis akut ditemukan kelumpuhan akut biasanya proksimal, didapatkan kenaikan kadar #K (#reatine Kinase), dan pada #airan serebrospinal normal. @ $yastenia gra8is (didapatkan infiltrate pada motor end plate, lelumpuhan tidak bersifat asending) @#5P0
(#hroni
5nflammatory
0emyelinating
Polyradial
>europathy)
didapatkan progresifitas penyakit lebih lama dan lambat. +uga ditemukan adanya kekambuhan kelumpuhan atau pada akhir minggu keempat tidak ada perbaikan %.
".".
Pla"ma#ere"i"
Plasmaferesis berasal dari kata plasma dan aphairesis, yang berarti memisahkan plasma. Beberapa penulis membedakan antara plasmaferesis dan plasma eChange. Plasma eChange dipakai untuk tindakan yang lebih ekstensif dengan jumlah yang besar. Plasmaferesis adalah istilah umum dan dapat dipakai untuk pemisahan plasma dalam jumlah keil maupun besar *. Plasmaferesis mulamula diperkenalkan pada aal abad ini oleh Fleig dan 4bel dkk. Pada saat itu hanya sedikit yang menaruh minat untuk pemakaian klinis, sebab pemisahan plasma seara manual adalah tidak praktis dan membuang aktu. Pada tahun %:' Shab dan Fahey melaporkan baha plasmaferesis berguna bagi penderita makroglobulinemia amun demikian, hanya sedikit sekali penelitian tentang terapi plasmaferesis yang disertai dengan kelompok kelola. 3al ini disebabkan karena 6 a.insidens penyakit yang mungkin dapat diobati dengan plasmaferesis plasmaferesis
umumnya palsu
tidak pada
tinggi.
b.kesulitan
kelompok
untuk
kelolao).
melaksanakan
Kern
ungkinan
mekanismekerjaplasmaferesis adalah menghilangkan autoantibodi, alloantibodi, komplks imun, protein monoklonal, toksin atau menambah faktor yang spesifik dalam plasma!,. +adi plasmaferesis hanya boleh dilakukan bila terdapat bukti baha penyakit tersebut adalah akibat faktor yang abnormal dalam plasma atau akibat kurangnya faktor yang normal terdapat dalam plasma !.
"'
".".%. Teknik Pelak"anaan Pla"ma#ere"i" Plasmaferesis dapat dilakukan dengan beberapa ara 6 %. Seara manual Plasmaferesis dalam jumlah yang sedikit (misalnya sampai kira-kira '' ml) dapat dilakukan seara manual. 0arah 8ena dikeluarkan ke dalam kantung yang berisi antikoagulan. Setelah kantung penuh atau sudah terapai jumlah yang diinginkan, aliran darah diputuskan dan penderita diberi larutan >a#l ',2 agar aliran pada 8ena tetap terbuka. 0arah dalam kantung diputar dalam entrifuge, plasmanya dibuang dan komponen lain dikembalikan ke penderita !,:. ". 0engan menggunakan ell separator. Prinsip kerja ell separator dapat berupa ontinuous flo entrifugation (#F#) atau intermittent flo entrifugation (5F#). Pada #F# proses pengambilan darah, pemisahan komponen dan pengembalian komponen berjalan seara kontinyu, sedangkan pada 5F# proses tersebut berjalan seara bergantian. Saat ini sedang dikembangkan ell separator yang menggunakan teknik membrane filtration. 0engan ara ini, plasma mengalir melalui membran yang akan menyaring komponen spesifik yang ada di dalam plasma :.
2.2.2
airan Pengganti
Federal and 4merian 4ssoiation of Blood Bank memberi pedoman baha plasmaferesis sejumlah %''' mlAminggu dapat dilakukan tanpa airan pengganti yang mengandung protein pada donor dengan ukuran badan rata-rata, tetapi dengan tetap memantau kadar protein serum donor tersebut. erapi plasmaferesis tentu berbeda dengan plasmaferesis pada donor, tetapi setidak-tidaknya pedoman ini dapat dipakai sebagai pegangan #ermin 0unia Kedokteran >o. &:, %" *! pada penderita dengan keadaan gi9i yang baik. Biasanya juga dianjurkan diit tinggi protein bila bukan merupakan kontra-indikasi *. Fresh fro9en plasma, albumin atau deri8at plasma lain dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan koloid sebagai pengganti plasma penderita. Pemakaian plasma sebagai airan pengganti, penting pada penyakit-penyakit akibat kekurangan suatu faktor dalam plasma misalnya thromboti thromboytopeni purpura !. Pada penyakit-penyakit dengan
"%
komponen plasma yang patogen, penentuan jenis airan pengganti juga pentingI misal-nya learane kompleks imun dapat ditingkatkan dengan memberikan airan pengganti yang mengandung komplemen, meskipun ada penulis lain yang menganjurkan pemberian airan yang tidak mengandung komplemen !. Pada umumnya tidak diperlukan elektrolit pengganti baik pada plasmaferesis dengan jumlah keil maupun dengan jumlah besar *. +adi dapat disimpulkan baha sampai saat ini belum ditemukan airan pengganti yang optimal dan mungkin tidak akan pernah ditemukan karena hal ini sangat indi8idual*.
2.2.$. E#ek Sam!ing Pla"ma#ere"i"
Setiap plasmaferesis menimbulkan kerusakan 8ena yang dapat bersifat ringan maupun berat *. Setiap penderita dapat mengalami serangan 8aso8agal yang disebabkan oleh hipo8o-lemia dan diperberat oleh stres psikis *,!. Keseimbangan airan harus diperhatikan untuk menghindari hipo atau hiper8olemia *. Penderita penderita yang memiliki gangguan fungsi hepar enderung untuk mengalami keraunan sitrat*,!.3al ini ter-utama terjadi bila menggunakan airan pengganti yang mengandung sitrat misalnya plasma*. elah dilaporkan juga penurunan jumlah trombosit dan faktor-faktor pembekuan,&,1. Penurunan jumlah trombosit se-lain akibat plasmaferesis,juga diakibatkan oleh pemakaian obat-obat sitostatika yang diberikan bersamaan dengan plasmaferesis untuk menegah rebound phenomena&. Penderita yang memiliki kelainan kadar elektrolit mem-punyai risiko untuk mengalami aritmia jantung*,!. Beberapa penulis melaporkan tidak ada perubahan kadar elektrolit akibat plasmaferesis&, tetapi penulis lain menyatakan baha terjadi ketidak seimbangan elektrolit1. ;eaksi urtikaria atau kadang-kadang anafilaksis dapat timbul pada penderita yang memakai plasma sebagai airan pengganti!,%'. ;isiko timbulnya hepatitis juga meningkat bila dipakai plasma!,,%'.Suatu kendala lain yang membatasi penggunaan plasma-feresis adalah tingginya biaya .
""
2.2.%. Kom!lika"i tera!i !la"ma!,ere"i"
$eskipun plasmapheresis sangat membantu dalam kondisi medis tertentu, seperti terapi lainnya, ada risiko potensial dan komplikasi. Penyisipan kateter intra8ena agak besar dapat menyebabkan perdarahan, paru tusukan (tergantung pada lokasi penyisipan kateter), dan, jika kateter dibiarkan terlalu lama, maka bisa terinfeksi. Selain menempatkan kateter, prosedur itu sendiri memiliki komplikasi. Ketika darah pasien berada di luar tubuh meleati mesin plasmapheresis, darah memiliki keenderungan untuk membeku. ntuk mengurangi keenderungan, dalam satu protokol yang umum, sitrat diinfuskan sementara darah berjalan melalui sirkuit. Sitrat mengikat kalsium dalam darah, kalsium yang penting bagi darah untuk membeku. Sitrat sangat efektif dalam menegah darah dari pembekuan, namun penggunaannya dapat mengakibatkan menganam jia tingkat kalsium yang rendah. 3al ini dapat dideteksi dengan menggunakan tanda #h8ostek atau tanda trousseaus. ntuk menegah komplikasi ini, kalsium diinfuskan intra8ena saat pasien mengalami plasmapheresis tersebutI di samping itu, kalsium suplementasi melalui mulut juga dapat diberikan. Komplikasi lainnya termasuk6 : •
Potensi paparan produk darah, dengan risiko reaksi transfusi atau transfusi penyakit menular
•
Penekanan sistem kekebalan tubuh pasien
•
Perdarahan atau hematoma dari penempatan jarum
2.2.&. Tera!i Pla"ma#ere"i" !ada Sindroma Gllien Barre
Penatalaksanaan pasien SGB seringkali sangat rumit dan pengobatan medis dan peraatan yang baik sangat mempengaruhi keluaran (outcome). 0alam fase dini yang masih progresif, harus dilakukan obser8asi yang seksama dan peraatan di rumah sakit adalah ajib, juga pada kasus-kasus yang enteng. %%,%"
"*
Karena terjadi perbaikan spontan pada kebanyakan kasus, maka penatalaksanaan terutama ditujukan pada peraatan yang baik dan menghindari komplikasi
infeksi
sekunder,
namun
penatalaksanaan
tetap
rumit
dan
melelahkan.%%,%* ), maka pengobatan SGB yang dimulai seara dini dalam aktu " ? ! minggu setelah gejala pertama timbul, dapat memperepat aktu penyembuhan.
%%
3anya
plasmaferesis ( plasma exchange therapy) dan imunoglobulin intra8ena (55g &s) yang terbukti efektif. Kedua modalitas pengobatan ini telah terbukti dapat memperpendek aktu penyembuhan sampai ' 2 , namun harganya mahal dan ada kesukaran dalam ara memberi dan efekti8itas ke " regimen pengobatan itu hampir sama dan komparabel.%"
P7
seringkali digunakan pada anak" dan pada sindroma $iller FisherI suatu 8arian SGB, namun belum ada bukti definitif mengenai efekti8itas P7 pada ke " penyakit ini, namun telah dipakai seara luas. P7 sebaiknya diberikan seepat mungkin pada penderita SGB yang tidak dapat berjalan tanpa bantuan ( unale to !alk unassisted ) . Plasmaferesis adalah suatu metode untuk memisahkan komponen darah dengan menggunakan mesin sehingga plasma dipisahkan dari sel darah merahnya, lalu plasma dibuang dan sel darah merahnya diampurkan
"!
dengan larutan koloid pengganti yaitu albumin ! 2 dalam larutan salin, lalu dimasukkan kembali kedalam tubuh.
%*,%!
Plasmaparesis atau plasma eChange bertujuan untuk mengeluarkan faktor autoantibodi yang beredar. Pemakain plasmaparesis pada SGB memperlihatkan hasil yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih epat, penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama peraatan yang lebih pendek. Pengobatan dilakukan dengan mengganti "''-"' ml plasmaAkg BB dalam &-%! hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila diberikan saat aal onset gejala (minggu pertama).%% Plasma yang akan diganti dalam !-C P7 yang dilakukan dalam jangka aktu & ? %' hari seluruhnya adalah kira-kira "' Akgbb. 3arus dipakai suatu alat dengan pengaliran yang terus-menerus (continuous flo! machine), dan airan pengganti plasma yang dipakai adalah albumin 2. Pelaksanaan P7 yang lebih intensif, misalnya setiap hari tidak dianjurkan, P7 biasanya aman dan ditoleransi dengan baik. ntuk melakukan P7 dipilih 8ena perifer yang baik dan bisa juga dilakukan didaerah subkla8ia.%%,%! Komplikasi yang bisa timbul adalah instabilitas otonom, hiperkalsemia dan perdarahan karena faktor pembekuan ikut dihilangkan dan infeksi. %! Sebuah garis pedoman baru dari 4merian 4ademy of >eurology merekomendasikan menggunakan kurs tukar plasma untuk mengobati orang dengan relaps parah di multiple slerosis ($S) dan penyakit terkait, serta mereka dengan beberapa jenis gangguan saraf yang dikenal sebagai neuropati. pedoman ini diterbitkan dalam, "'%%, etak edisi %1 +anuari Neurology Q, jurnal medis dari 4merian 4ademy of >eurology. Pertukaran plasma, seara resmi dikenal sebagai plasmapheresis, adalah proses mengambil darah keluar dari tubuh, menghapus konstituen dalam plasma darah itu dianggap berbahaya, dan kemudian transfusi sisa darah (sel darah terutama merah) diampur dengan plasma penggantian kembali ke tubuh. Pedoman ini merekomendasikan dokter mempertimbangkan untuk menggunakan penggantian plasma sebagai pengobatan sekunder untuk flare parah dalam kekambuhan bentuk $S dan penyakit terkait. Perlakuan tidak ditemukan efektif untuk bentuk sekunder progresif progresif dan
"
kronis $S. $enurut pedoman, dokter harus menaarkan pertukaran plasma untuk pengobatan bentuk parah sindrom Guillain-Barre dan untuk pengobatan sementara polineuropati
demielinasi
peradangan
kronis.
Plasma
tukar
juga
dapat
dipertimbangkan untuk pengobatan beberapa jenis lain neuropati inflamasi. $enurut pedoman pemimpin penulis 5rene #ortese, $0, ahli saraf dengan >ational 5nstitute of 3ealth di Bethesda, $d, dan anggota 4merian 4ademy of >eurology jenis gangguan neurologis yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh salah menyebabkan kerusakan sistem saraf. Pertukaran plasma membantu karena menghilangkan faktor dalam plasma diduga berperan dalam gangguan ini. Para penulis pedoman juga melihat penggunaan pertukaran plasma untuk gangguan neurologis lainnya, termasuk myasthenia gra8is dan pediatrik gangguan neuropsikiatri autoimun (panda), tapi tidak ada ukup bukti untuk menentukan apakah itu adalah pengobatan yang efektif. %
":
BAB III KESI3PULAN
Guillain Barre syndrome ( GBS ) adalah suatu kelainan sistem kekebalan tubuh manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf tepi dirinya sendiri dengan karekterisasi berupa kelemahan atau arefleksia dari saraf motorik yang sifatnya progresif. Kelainan ini kadang kadang juga menyerang saraf sensoris, otonom, maupun susunan saraf pusat. SGB merupakan Polineuropati akut, bersifat simetris dan asenden, yang,biasanya terjadi % ? * minggu dan kadang sampai 1 minggu setelah suatu infeksi akut. Pada Sindrom ini sering dijumpai adanya kelemahan yang epat atau bisa terjadi paralysis dari tungkai atas, tungkai baah, otot-otot pernafasan dan ajah. Sindrom ini dapat terjadi pada segala umur dan tidak bersifat herediter dan dikenal sebagai /andryEs Paralisis asending. Pertama dideskripsikan oleh /andry, %1 menyebutnya sebagai suatu penyakit akut, asending dan paralysis motorik dengan gagal napas. Gejala klinis SGB berupa kelemahan, gangguan saraf kranial, perubahan sensorik, nyeri, perubahan otonom, gangguan pernafasan. Sampai saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk SGB, pengobatan terutama seara simptomatis. ujuan utama penatalaksanaan adalah mengurangi gejala, mengobati komplikasi, memperepat penyembuhan dan memperbaiki prognosisnya. Penderita pada stadium aal perlu diraat di rumah sakit untuk terus dilakukan obser8asi tandatanda 8ital. Penderita dengan gejala berat harus segera di raat di rumah sakit untuk memdapatkan bantuan pernafasan, pengobatan dan fisioterapi Pemeriksaan
penunjang
untuk
Sindroma
Guillain-Barre
adalah
pemeriksaan /#S, 7$G dan $;5. Penyakit ini memiliki prognosis yang baik. Komplikasi yang dapat menyebabkan kematian adalah gagal nafas dan aritmia. Plasmaferesis telah dibuktikan dapat memperpendek lamanya paralisa dan meperepat terjadinya penyembuhan.
"&
dengan SGB dapat bertahan hidup dengan & 2 diantaranya sembuh total. Kelemahan ringan atau gejala sisa seperti dropfoot dan postural tremor masih mungkin terjadi pada sebagian pasien. Plasmaferesis dapat mengurangi kemungkinan terjadinya relapsing inflammatory polyneuropathy. Selain itu, pasien dengan SGB atau miastenia gra8is yang menerima plasmaferesi, berisiko terhadap potensial komplikasi karena prosedur tersebut. 5nfeksi mungkin terjadi pada tempat akses 8askuler. 3ipo8olemia dapat mengakibatkan hipotensi. akikardia, pening, dan diaphoresis. 3ipokalemia dan hipokalasemia dapat mengarah pada disritmia jantung. Pasien dapat mengalami sirkumolar temporer dan paresis ekstremitas distal, kedutan otot dan mual serta muntah yang berhubungan dengan pemberian plasma sitrat. Pengamatan dengan ermat pengkajian penting untuk menegah masalah-masalah ini. =leh itu, sebagai dokter kita harus mempertimbangan indikasi dan kontraindikasi penatalaksanaan plasmaferesis pada penderita SGB. $enurut 4merian 4ademy of >eurologi plasmaferesis belum juga terbukti pengobatan paling efektif pada SGB.
"1
Da#tar P"taka %. +apardi, 5skandar. Sindrom Guillain Barre. http6AAlibrary.usu.a.idAdonloadAfkAbedah-iskandar2"'japardi!:.pdf . FK S. ". Perhimpunan 0okter Spesialis Saraf 5ndonesia.Sindrom Guillain Barre. 5n6 3arsono, editor. Buku 4jar >eurologi Klinis. Rogyakarta6 Gadjah $ada ni8ersity Press. "''1I p.*'&-1. *. 3uestis 0<, homas SF. Presently a8ailable plasmapheresis tehnis. 5n6 Berkman 7$, mlas +. herapeuti 3emapheresis. !. .4 tehnial orkshop. 7ng + $ed %1!I *%'6 &:"&%. . $oshella S/. opi of #urrent 5nterest in 0ermatology. 5n6 $oshella S/, 3urley 3+. 0ermatology. "nd ed, Philadelphia6 7ngl + $ed %1'I *'"6 %!& %'. ;oujeau +# et al. Plasma eChange in pemphigus. 4rh 0ermatol %1*I %%6 "%-"%.
"