1
BAB I PENDAHULUAN A. Lata Latarr Bela Belaka kang ng
Keja Kejahat hatan an asus asusil ilaa adala adalah h suat suatu u perb perbua uata tan n atau atau ting tingkah kah laku laku yang yang menyimpang dari norma-norma atau kaidah kesopanan yang saat ini cenderung banyak terjadi kalangan masyarakat, teruatama remaja. Menurut pandangan pancasila pada sila ketiga tindakan asusila merupakan tindakan pelanggaran dan menyimpang dari nilai-nilai moral manusia.1 Menurut KUHP bahwa tindak pidana perkosaan termasuk dalam kejahatan terhadap kesopanan ! "#$ yang dimulai dari pasal %&1-'(' KUHP. )indak pidana kesopanan dibentuk untuk melindungi kepentingan hukum *rechtsbelang *rechtsbelang + terhada terhadap p rasa rasa kesopan kesopanan an masyar masyarakat akat *rasa *rasa kesusi kesusilaa laan n di dalamny dalamnya+. a+. ormaormanorma kesopanan berpijak pada tujuan menjaga keseimbangan batin dalam hal rasa kesopanan bagi setiap manusia dalam pergaulan hidup masyarakat.1 )indak pidana kesopanan merupakan salah satu hal dari sekian kejahatan dalam dalam KUHP KUHP. alam alam pengatu pengaturan rannya nya itu sendir sendirii perkos perkosaan aan terhad terhadap ap anak anak di bawah umur dalam hal hubungan keluarga atau ayah dengan anak di atur secara khusus dalam undang-undang no. %' tahun %((% tentang perlindungan anak, yang yang merupak merupakan an pembaha pembaharua ruan n dari dari sekian sekian banyak banyak pasal pasal kejahat kejahatan an terhada terhadap p kesopanan telah di atur dalam undang-undang no.%' tahun %((%.1 esungguhnya semua perbuatan asusila adalah hukumnya haram. ebab segala segala perbuat perbuatan an asusil asusilaa yang dilakuk dilakukan an dilaku dilakukan kan diluar diluar pernik pernikaha ahan n adalah adalah perbuatan /ina.dalam hal ini asusila yang ber kategori cabul, perkosaan, pelecehan seksual. !dapun tindak pidana yang terkait dengan tindakan asusila, sepert sepertii
pelaku pelaku lesbian lesbian dan homoseks homoseks,, kebany kebanyakan akan ahli hukum menyatakan menyatakan
bahwa si pelaku tidak dihukum hadd melainkan dengan ta0/ir.1 elik per/inahan diatur dalam Pasal %& KUHP yang dapat dikategorikan sebagai salah satu kejahatan terhadap kesusilaan. elik-delik kesusilaan dalam
2
KUHP KUHP terd terdap apat at dala dalam m dua dua bab, bab, yait yaitu u ab ab "#$ "#$ uku uku ## yang yang meru merupak pakan an kejahatan dan ab $# uku ### yang termasuk jenis pelanggaran. 2ang termasuk dalam kelompok kejahatan kesusilaan meliputi perbuatan-perbuatan13 a.
2ang berhubungan dengan minuman, yang berhubungan dengan kesusilaan di muka umum dan yang berhubungan dengan benda- benda dan sebagainya
yang melanggar kesusilaan atau bersi4at porno *Pasal %&1 5 %&'+6 b. 7ina 7ina dan dan seba sebaga gainy inyaa yang yang berh berhubu ubung ngan an denga dengan n perb perbuat uatan an cabul cabul dan dan hubungan seksual *Pasal %&-%89+6 c. Perdagangan wanita dan anak laki-laki di bawah umur *Pasal %8:+6 d. 2ang ang berhubungan berhubungan dengan pengobatan untuk menggugurkan kandungan e. 4. g. h.
*Pasal %88+6 Memabukkan *Pasal '((+6 Menyerahkan anak untuk pengemisan dan sebagainya *Pasal '(1+6 Penganiayaan hewan *Pasal '(%+6 Perjudian *Pasal '(' dan '(' bis+. !dapun yang termasuk termasuk pelanggaran pelanggaran kesusilaan kesusilaan dalam KUHP meliputi
perbuatan-perbuatan sebagai berikut13 a.
Mengungkapkan atau mempertunjukkan sesuatu yang bersi4at porno *Pasal
;'%-;';+6 b. 2ang 2ang berhubungan dengan mabuk dan minuman keras *Pasal ;'9-;'8+6 c. 2ang berhubungan dengan perbuatan tindak susila terhadap hewan *Pasal ;(, ;1 dan ;+6 d. Meramal nasib atau mimpi *Pasal ;;+6 e. Menjual dan sebagainya jimat-jimat, benda berkekuatan gaib dan memberi 4.
ilmu kesaktian *Pasal ;9+6 Memakai jimat sebagai saksi dalam persidangan *Pasal;:+. Pelanggaran Pelanggaran tindakan asusila tidak ada untungnya, untungnya, bahkan mencoreng mencoreng
nama baik keluarga, merendahkan harga diri, menyiksa diri sendiri dan menjadi tontonan orang lain, timbulnya rasa malu, dan dijauhi oleh banyak teman serta saha sahaba bat. t. Pela Pelang nggar garan an tind tindaka akan n asus asusil ilaa teja tejadi di di temp tempat at ters tersem embun bunyi yi dan waktuny waktunyaa tidak tidak diketa diketahui hui kapan kapan akan akan terjad terjadi, i, datang datang secara secara tiba-t tiba-tiba iba atau atau terpaksa.1
3
erdasarkan hal tersebut diatas maka melalui re4erat ini penulis akan membaha membahass beberap beberapaa kejahat kejahatan an asusil asusilaa yang yang berkai berkaitan tan dengan dengan ilmu ilmu 4orens 4orensik ik sepert sepertii kejahat kejahatan an seksua seksuall *perko *perkosaa saan, n, pencabu pencabulan lan dan sodomi sodomi+, +, aborsi aborsi dan in4anticide *pembunuhan anak sendiri+. B. Rumu Rumusa san n Masa Masala lah h !dapun rumusan masalah dari re4erat yaitu sebagai b erkut 3 1. !pa yang yang dimak dimaksud sud dengan dengan keja kejahat hatan an seksua seksuall < %. ebutk ebutkan an jenisjenis-jen jenis is kejah kejahata atan n seksual seksual < '. ebutkan ebutkan aspek aspek hokum yang mengatur mengatur tentang tentang kejahatan kejahatan seksual seksual < . ebutkan ebutkan pemeriksaan pemeriksaan yang yang dilakukan dilakukan terhadap terhadap korban korban kejahata kejahatan n seksual seksual < ;. =elask =elaskan an cara cara pembukt pembuktian ian adany adanyaa persetu persetubuha buhan n< 9. =elaskan =elaskan pembuktian pembuktian terjadinya terjadinya kekerasan kekerasan seksual seksual < :. =elask =elaskan an perkir perkiraan aan umur umur pada korba korban n pemerkos pemerkosaan aan < &. =elaskan =elaskan cara cara penentuan penentuan pantas pantas dikawi dikawin n pada korban korban pemerk pemerkosaan< osaan< 8. !pa yang yang dimak dimaksud sud dengan dengan abortus abortus < 1(. ebutkan ebutkan aspek hukum yang berkaitan berkaitan dengan abortus< 11. ebutkan teknik yang yang dilakukan pada abortus kriminalis< kriminalis< 1%. ebutkan komplikasi dari abortus abortus kriminalis< kriminalis< 1'. =elaskan =elaskan cara pemeriksaan pemeriksaan korban abortus abortus < 1. =elaskan pembuktian yang dapat dilakukan dilakukan pada kasus abortus< 1;. !pa yang dimaksud dimaksud dengan in4antici in4anticide< de< 19. ebutkan aspek hokum yang menyangkut in4anticide< in4anticide< 1:. ebutkan pemeriksaan kedokteran 4orensic pada in4anticide< 1&. agaimana menentukan lahir hidup hidup atau lahir mati mati pada korban in4anticide< in4anticide< 18. ebutkan tanda-tanda perawatan pada korban in4anticide< in4anticide< %(. =ela =elask skan an peme pemeri riks ksaa aan n yang yang dila dilakuk kukan an untun untun mene menent ntuka ukan n terj terjadi adiny nyaa
in4anticide< C. Tujuan juan Penulisan re4erat ini bertujuan untuk memenuhi )ugas Ujian Kepanitraan Klinik Klinik agian agian Kedokt Kedoktera eran n >orens >orensik ik dan Mediko Medikoleg legal al >akulta >akultass Kedokte Kedokteran ran Uni?er Uni?ersit sitas as Haluol Haluoleo5@ eo5@uma umah h akit akit hayangk hayangkara ara,, dan juga juga sebaga sebagaii bahan bahan pembelajaran bagi mahasiswaAmahasiswi yang sedang menjalani kepaniteraan klinik di bagian >orensik dan Medikolegal. D. Manfa nfaat Penuli Penulisan san re4era re4eratt ini dihara diharapka pkan n dapat dapat member memberika ikan n penget pengetahua ahuan n dan pemahaman kepada mahasiswaAmahasiswi yang sedang menjalani kepaniteraan
4
klinik klinik di bagian >orensik >orensik dan Medikolegal Medikolegal khusunya yang berhubungan berhubungan dengan Kejahatan !susila *Kejahatan eksual, !bortus, dan #n4anticide+.
BAB II PEMBAHASAN A. eja ejahat hatan an Seks Seksual ual !. Def"n Def"n"s "s"" kejah kejahata atan n seksu seksual al
Kejahatan seksual *seBual o44ences+, sebagai salah satu bentuk kejahatan yang menyangkut tubuh, kesehatan dan nyawa manusia, mempunyai kaitan yang erat erat dengan dengan #lmu #lmu Kedokt Kedoktera eran n khususny khususnyaa #lmu #lmu Kedokte Kedokteran ran >orens >orensik ik yaitu yaitu di dalam upaya pembuktian bahwasanya kejahatan tersebut memang telah terjadi. !dany !danyaa kaita kaitan n anta antara ra #lmu #lmu Kedo Kedokt kter eran an denga dengan n keja kejahat hatan an seks seksual ual dapa dapatt dipandang sebagai konsekuensi dari pasal-pasal di dalam Kitab Undang-Undang Hukum !cara Pidana *KUH!P+, yang memuat ancaman hukuman serta tata cara pembuktian pada setiap kasus yang termasuk di dalam pengertian kasus kejahatan seksual.% i dala dalam m upay upayaa pemb pembuk ukti tian an seca secara ra kedo kedokt kter eran an 4ore 4orens nsik ik,,
4akt 4aktor or
keterbatasan di dalam ilmu kedokteran itu sendiri sangat berperan, demikian
5
halnya dengan 4aktor waktu serta 4aktor keaslian dari barang bukti *korban+, maupun 4aktor-4aktor dari si pelaku kejahatan seksual itu sendiri.% engan demikian upaya pembuktian secara kedokteran 4orensik pada setiap kasus kejahatan seksual sebenarnya terbatas di dalam pembuktian ada tidaknya tanda-tanda persetubuhan, ada tidaknya tanda-tanda kekerasan, perkiraan umur serta pembuktian apakah seseorang itu memang sudah pantas atau sudah mampu untuk dikawini atau tidak.% Kekerasan seksual merupakan kejahatan yang uni?ersal. Kejahatan ini dapat ditemukan di seluruh dunia, pada tiap tingkatan masyarakat, tidak memandang usia maupun jenis kelamin. esarnya insiden yang dilaporkan di setiap negara berbeda-beda. ebuah penelitian di !merika erikat pada tahun %((9 *ational $iolence against Comen ur?eyA$!C+ melaporkan bahwa 1:,9D dari responden wanita dan 'D dari responden pria pernah mengalami kekerasan seksual, beberapa di antaranya bahkan lebih dari satu kali sepanjang hidup mereka. ari jumlah tersebut hanya sekitar %;D yang pernah membuat laporan polisi.' i #ndonesia, menurut Komisi asional !nti Kekerasan terhadap Perempuan *Komnas Perempuan+ sejak tahun 188& sampai %(11 tercatat 8'.89( kasus kekerasan seksual terhadap perempuan di seluruh #ndonesia. engan demikian rata-rata ada %( perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual tiap harinya. Hal yang lebih mengejutkan adalah bahwa lebih dari E dari jumlah kasus tersebut *:(,11D+ dilakukan oleh orang yang masih memiliki hubungan dengan korban. )erdapat dugaan kuat bahwa angka-angka tersebut merupakan 4enomena gunung es, yaitu jumlah kasus yang dilaporkan jauh lebih sedikit daripada jumlah kejadian sebenarnya di masyarakat. anyak korban enggan melapor, mungkin karena malu, takut disalahkan, mengalami trauma psikis, atau karena tahu harus melapor kemana. eiring dengan meningkatnya kesadaran hukum di #ndonesia, jumlah kasus kekerasan seksual yang dilaporkan pun mengalami peningkatan.'
6
#. $en"s%jen"s kejahatan seksual a. Pek&saan eberapa de4inisi dari perkosaan yaitu 3 i. Umumnya negara-negara maju mende4inisikan
perkosaan
sebagai
perbuatan bersenggama yang dilakukan dengan kekerasan *force+, ii.
menciptakan ketakutan * fear +, atau memperdaya * fraud +. Perkosaan adalah melakukan hubungan seksual dengan
seorang
perempuan diluar keinginannya dan persetujuan wanita tersebut, baik keinginannya dilawan dengan kekuatan atau rasa takut akibat ancaman kekuatan, maupun oleh obat atau racun, atau karena gangguan jiwa, ia tidak mampu melakukan penilaian yang rasional, atau ketika dibawah usia dewasa. Kejahatan perkosaan mensyaratkan penetrasi hanya sedikit iii.
di ?ul?a bagian luar korban, ereksi penuh dan ejakulasi.; Pemerkosaan adalah hubungan seksual dengan perempuan tanpa
persetujuannya dengan menakuti, memaksa, atau menipunya.9 '. Pen(a'ulan e4inisi pencabulan adalah semua perbuatan yang dilakukan untuk mendapatkan kenikmatan seksual sekaligus mengganggu kehormatan kesusilaan. Perbuatan cabul di dalam KUHP yaitu segala perbuatan yang melanggar kesusilaan * kesopanan + atau perbuatan yang keji, semuanya itu dalam lingkungan na4su birahi kelamin.',: (. S&)&m" ". odomi3 sanggama antarmanusia secara oral atau anal, biasanya antar"".
pria6 pencabulan dengan sesama jenis kelamin.' odomi juga dikenal sebagai seks anal, adalah penyisipan penis ke dalam
""".
anus pasangan, dengan atau tanpa paksaan.9 eks anal atau juga bsa di katakana sodomi adalah hubungan seksual di mana penis yang ereksi dimasukkan ke rectum melalui anus. !nal seB
dapat dilakukan oleh orang heteroseBual maupun homoseBual.; *. As+ek hukum ,ang mengatur tentang kejahatan seksual !gar kesaksian seorang dokter pada perkara pidana mencapai sasarannya yaitu membantu yaitu membantu pengadilan dengan sebaik-baiknya, dia harus mengenal undang-undang yang bersangkutan dengan tindakan pidana itu,
7
seharusnya ia mengetahui unsur-unsur mana yang dibuktikan secara medis atau yang memerlukan pendapat medis.: Pasal-pasal yang berkaitan dengan tindakan pemerkosaan yaitu sebagai berikut%,:3 Pasal #- UHP
*1+
iancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan3 1.
a.
seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak
*overspel +, padahal diketahui bahwa pasal %: C * Burgerlyk Wetboek + berlaku baginya. b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak *overspel +, padahal diketahui bahwa pasal %: C *Burgerlyk Wetboek + berlaku baginya. %. a. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin. b. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal %: C * Burgerlyk Wetboek + berlaku baginya. *%+ )idak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suamiAisteri yang tercemar,dan bila bagi mereka berlaku pasal %: C * Burgerlyk Wetboek +, dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah meja da pisah ranjang karena alasan itu juga. *'+ )erhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal :%, :', dan :;. *+ Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang peradilan belum dimulai. *;+ =ika bagi suami-isteri berlaku pasal %: C * Burgerlyk Wetboek +, pengaduan tidak diindahkan selama perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap. Pasal #/ B0
8
alam waktu yang sama seorang laki hanya diperbolehkan mempunyai satu orang perempuan sebagai istrinya, seorang perempuan hanya satu laki sebagai suaminya Pasal #-1
arang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama 1% tahun
Pasal #-2
arang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lama embilan tahun. i dalam kejahatan seksual yang disebut perkosaan, maka tindakan membuat pingssanatau tidak berdaya termasuk didalam proses untuk melakukan kejahatan6 sedangkan kejahatan seksual menurut pasal %&9 KUHP, disini sipelaku tidak melakukan upaya apapun6 pingsan dan tidak berdayanya bwanita bukan diakibatkan oleh perbuatan sipelaku kejahatan. Pasal #-/ UHP
*1+ arangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas bahwa belum waktunya untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. *%+ Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita belum sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal %81 dan pasal %8. $isum et repertum dapat memberikan kejelasan perihal perkiraan umur dari wanita, apakah umurnya di bawah 1% tahun atau di bawah 1; tahun, perihal
9
mampu tidaknya dapat kawin serta ada tidaknya tanda-tanda persetubuhan *Pasal %&: KUHP+. emikian pula kejelasan apakah umur wanita di atas 1; tahun serta ada tidaknya tanda-tanda persetubuhan. *Pasal %& KUHP+.% Pada kasus persetubuhandi luar perkawinan yang merupakan kejahatan dimana persetubuhan tersebut terjadi tanpa persetubuhan wanita, seperti yang dimaksud dengan oleh pasal %&; dan
%&9 KUHP 6 maka untuk kasus-kasus
tersebut $@ harus dapat membuktikan bahwa pada wanita telah terjadi kekerasan dan persetubuhan. Kejahatan seksual seperti yang dimaksud oleh pasal %&; KUHP disebut PF@KG!!, dan perlu dibedakan dari pasal %&9 KUHP.% Pasal-pasal yang mengatur tentang kejahatan pencabulan baik dalam KUHP maupun Undang-undang omor %' tahun %((% tentang perlindungan anak yaitu, KUHP di jelaskan dalam Pasal %&8, Pasal %8(, Pasal %8%, Pasal %8',Pasal %8, Pasal %8;, dan Pasal %89. edangkan Undang-undang no.%' tahun %((% tentang perlindungan anak di jelaskan dalam Pasal &%. !dapun isi dari pasal-pasal yang mengatur tentang delik pencabulan sebagai berikut%,:3 Pasal #-3 UHP
arang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang melakukan atau membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, dihukum karena merusakkan kesopanan dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun.I Pasal #34 UHP
1e. arang siapa yang melakukan perbuatan cabul dengan seseorang, sedang diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdayaI . %e. arang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang, sedang diketahuinya atau patut harus disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup 1; tahun atau kalau tidak nyata berapa umurnya,bahwa orang itu belum belum masanya buat dikawinI.
10
'e. arang siapa membujuk *menggoda+ seseorang yang diketahuinya atau patut harus disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup 1; tahun atau kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa ia belum masanya buat kawin, akan melakukan atau atau membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, atau akan bersetubuh dengan orang lain dengan tiada kawinI. Pasal #3# UHP
Grang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang belum dewasa dari jenis kelamin yang sama, sedang diketahuinya atau patut harus disangkanya hal belum dewasa itu, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun.I Pasal #3* 5!6 UHP
arang siapa dengan mempergunakan hadiah atau perjanjian akan memberikan uang atau barang, dengan salah mempergunakan pengaruh yang berkelebih-lebihan
yang
ada
disebabkan
oleh
perhubungan
yang
sesungguhnya ada atau dengan tipu, sengaja membujuk orang yang belum dewasa yang tidak bercacat kelakuannya, yang diketahuinya atau patut harus disangkanya belum dewasa, akan melakukan perbuatan cabul dengan dia atau membiarkan dilakukan perbuatan yang demikian pada dirinya, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun.I Pasal #3 UHP
arang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya yang belum dewasa, anak tiri atau anak pungutnya,anak peliharaannya, atau dengan seorang yang belum dewasa yang di percajakan padanya untuk ditanggung, dididik atau dijaga, atau dengan bujang atau orang sebawahnyayang belum dewasa, dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun .I Pasal #31 UHP
1e. engan hukuman penjara selama-lamanyalima tahun, berang siapa yang dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul yang
11
dikerjakan oleh anaknya, anak tirinya atau anak angkatnya yang belum dewasa, oleh anak yang dibawah pengawasannya, orang yang belum dewasa yang diserahkan kepadanya, supaya dipeliharanya, dididiknya atau dijaganya atau bujangnya yang dibawah umur atau orang yang dibawahnyadengan orang lainI. %e. engan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun, barang siapa yang dengan sengaja, diluar hal-hal yang tersebut pada 1e, menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul dengan orang lain yang dikerjakan oleh orang belum dewasa yang diketahuinya atau patut disangkanya, bahwa ia ada belum dewasa. Pasal #32 UHP
arang siapa yang pencahariannya atau kebiasaannya yaitu dengan sengaja mengadakan atau memudahkan perbuatan cabul dengan orang lain dihukum penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan atau denda sebanyak-banyaknya @p.1;.((( * lima belas ribu rupiah+.I Pasal &% Undang-undang o. %' tahun %((% tentang perlindungan menegaskan bahwa 3 etiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan,memaksa melakukan tipu muslihat serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1; *lima belas+ tahun dan paling singkat ' *tiga+ tahun dan denda paling banyak @p. '((.(((.(((,(( *tiga ratus juta rupiah+ dan paling sedikit @p. 9(.(((.(((,(( *enam puluh juta rupiah+.I alam hukum pidana di #ndonesia, istilah sodomi belum dikenal. Pasal pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana *KUHPI+ maupun peraturan perundang-undangan lainnya belum mengatur tentang sodomi secara tersendiri. Hukum pidana #ndonesia sampai saat ini hanya mengenal
12
istilah pencabulan dan persetubuhan. amun, walaupun belum diatur secara khusus, perbuatan sodomi dapat dikategorikan sebagai pencabulan, sehingga dalam praktiknya, kasus sodomi dikenakan dengan pasal-pasal tentang pencabulan yang diatur dalam KUHP maupun peraturan perundang-undangan di luar KUHP.
. Pemer"ksaan kasus kejahatan seksual
ecara umum tujuan pemeriksaan korban kejahatan seksual adalah untuk '3
•
Melakukan identi4ikasi, termasuk memperkirakan usia korban6 Menentukan adanya tanda-tanda persetubuhan, dan waktu terjadinya, bila
•
mungkin6 Menentukan adanya tanda-tanda kekerasan, termasuk tanda intoksikasi
•
narkotika, psikotropika, dan /at adikti4 lainnya *!P7!+6 Menentukan pantasAtidaknya korban untuk dikawin, termasuk tingkat
•
perkembangan seksual6 dan Membantu identi4ikasi pelaku.
•
eberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan korban kejahatan seksual'3 •
Jakukan pemeriksaan sedini mungkin setelah kejadian, jangan dibiarkan menunggu terlalu lama. Hal ini penting untuk mencegah rusak atau berubah atau hilangnya barang bukti yang terdapat di tubuh korban, serta untuk
13
menenangkan korban dan mencegah terjadinya trauma psikis yang lebih •
berat. Pada saat pemeriksaan, dokter harus didampingi perawat yang sama jenis kelaminnya dengan korban *biasanya wanita+ atau bidan. )ujuannya adalah untuk mengurangi rasa malu korban dan sebagai saksi terhadap prosedur
•
pemeriksaan dan pengambilan sampel. elain itu, hal ini juga perlu demi menjaga keamanan dokter pemeriksa terhadap tuduhan palsu bahwa dokter melakukan perbuatan tidak senonoh
•
terhadap korban saat pemeriksaan. Pemeriksaan harus dilakukan secara sistematis dan menyeluruh terhadap
•
seluruh bagian tubuh korban, tidak hanya terhadap daerah kelamin saja. atat dan dokumentasikan semua temuan, termasuk temuan negati4. Jangkah-langkah pemeriksaan adalah sebagai berikut3 a. Anamnes"s
Pada korban kejahatan seksual, anamnesis harus dilakukan dengan bahasa awam yang mudah dimengerti oleh korban. Lunakan bahasa dan istilah-istilah yang sesuai tingkat pendidikan dan sosio-ekonomi korban, sekalipun mungkin terdengar ?ulgar. !namnesis dapat dibagi menjadi anamnesis umum dan khusus. Hal-hal yang harus ditanyakan pada anamnesis umum mencakup, antara lain',:3 a. b. c. d. e.
Umur atau tanggal lahir, tatus pernikahan, @iwayat paritas danAatau abortus, @iwayat haid *menarche, hari pertama haid terakhir, siklus haid+, @iwayat koitus *sudah pernah atau belum, riwayat koitus sebelum danAatau setelah kejadian kekerasan seksual, dengan siapa, penggunaan
kondom atau alat kontrasepsi lainnya+, 4. Penggunaan obat-obatan *termasuk !P7!+, g. @iwayat penyakit *sekarang dan dahulu+, serta h. Keluhan atau gejala yang dirasakan pada saat pemeriksaan.
14
edangkan anamnesis khusus mencakup keterangan yang terkait kejadian kekerasan seksual yang dilaporkan dan dapat menuntun pemeriksaan 4isik, seperti'3 a. What How3 =enis tindakan *pemerkosaan, persetubuhan, pencabulan, sodomi dan − − − − −
− − − − − − −
sebagainya+, !danya kekerasan danAatau ancaman kekerasan, serta jenisnya, !danya upaya perlawanan, !pakah korban sadar atau tidak pada saat atau setelah kejadian, !danya pemberian minuman, makanan, atau obat oleh pelaku sebelum atau setelah kejadian, !danya penetrasi dan sampai mana *parsial atau komplit+, !pakah ada nyeri di daerah kemaluan, !pakah ada nyeri saat buang air kecilAbesar, !danya perdarahan dari daerah kemaluan, !danya ejakulasi dan apakah terjadi di luar atau di dalam ?agina, Penggunaan kondom, dan )indakan yang dilakukan korban setelah kejadian, misalnya apakah korban sudah buang air, tindakan membasuhAdouching , mandi, ganti
baju, dan sebagainya. b. When3 )anggal dan jam kejadian, bandingkan dengan tanggal dan jam melapor, − dan !pakah tindakan tersebut baru satu kali terjadi atau sudah berulang. − c. Where3 )empat kejadian, dan − =enis tempat kejadian *untuk mencari kemungkinan trace evidence dari − tempat kejadian yang melekat pada tubuh danAatau pakaian korban+. d. Who3 !pakah pelaku dikenal oleh korban atau tidak, − =umlah pelaku, − Usia pelaku, dan − Hubungan antara pelaku dengan korban. − '. Pemer"ksaan f"s"k
15
aat melakukan pemeriksaan 4isik, gunakan prinsip top-to-toeI. !rtinya, pemeriksaan 4isik harus dilakukan secara sistematis dari ujung kepala sampai
ke
ujung
kaki.
Pelaksanaan
pemeriksaan
4isik
juga
harus
memperhatikan keadaan umum korban. !pabila korban tidak sadar atau keadaan umumnya buruk, maka pemeriksaan untuk pembuatan ?isum dapat ditunda dan dokter 4okus untuk Ilife-saving I terlebih dahulu. elain itu, dalam melakukan pemeriksaan 4isik, perhatikan kesesuaian dengan keterangan korban yang didapat saat anamnesis. Pemeriksaan 4isik yang dilakukan dapat dibagi menjadi pemeriksaan umum dan khusus. Pemeriksaan 4isik umum mencakup'3 • • • • • • • • • • •
• • •
)ingkat kesadaran, Keadaan umum, )anda ?ital, Penampilan *rapih atau tidak, dandan, dan lain-lain+, !4ek *keadaan emosi, apakah tampak sedih, takut, dan sebagainya+, Pakaian *apakah ada kotoran, robekan, atau kancing yang terlepas+, tatus generalis, )inggi badan dan berat badan, @ambut *tercabutArontok+ Ligi dan mulut *terutama pertumbuhan gigi molar kedua dan ketiga+, Kuku *apakah ada kotoran atau darah di bawahnya, apakah ada kuku yang tercabut atau patah+, )anda-tanda perkembangan seksual sekunder, )anda-tanda intoksikasi nap/a, serta tatus lokalis dari luka-luka yang terdapat pada bagian tubuh selain daerah kemaluan. Pemeriksaan 4isik khusus bertujuan mencari bukti-bukti 4isik yang
terkait dengan tindakan kekerasan seksual yang diakui korban dan mencakup pemeriksaan3 N
aerah pubis *kemaluan bagian luar+, yaitu adanya perlukaan pada jaringan lunak atau bercak cairan mani6
16
N
Penyisiran rambut pubis *rambut kemaluan+, yaitu apakah adanya rambut pubis yang terlepas yang mungkin berasal dari pelaku, penggumpalan atau
perlengketan rambut pubis akibat cairan mani6 N aerah ?ul?a dan kulit sekitar ?ul?aApaha bagian dalam *adanya perlukaan pada jaringan lunak, bercak cairan mani+6 N Jabia mayora dan minora *bibir kemaluan besar dan kecil+, apakah ada perlukaan pada jaringan lunak atau bercak cairan mani6 N $estibulum dan 4ourchette posterior *pertemuan bibir kemaluan bagian bawah+, apakah ada perlukaan6 N Hymen *selaput dara+, catat bentuk, diameter ostium, elastisitas atau ketebalan, adanya perlukaan seperti robekan, memar, lecet, atau hiperemi+. !pabila ditemukan robekan hymen, catat jumlah robekan, lokasi dan arah robekan *sesuai arah pada jarum jam, dengan korban dalam posisi litotomi+, apakah robekan mencapai dasar *insersio+ atau tidak, dan adanya perdarahan atau tanda penyembuhan pada tepi robekan6 N $agina *liang senggama+, cari perlukaan dan adanya cairan atau lendir6 N er?iks dan porsio *mulut leher rahim+, cari tanda-tanda pernah melahirkan N N
dan adanya cairan atau lendir6 Uterus *rahim+, periksa apakah ada tanda kehamilan6 !nus *lubang dubur+ dan daerah perianal, apabila ada indikasi sodomi
berdasarkan anamnesis6 N Mulut, apabila ada indikasi berdasarkan anamnesis, N aerah-daerah erogen *leher, payudara, paha, dan lain-lain+, untuk mencari bercak mani atau air liur dari pelaku6 serta N )anda-tanda kehamilan pada payudara dan perut. Kesulitan utama yang umumnya dihadapi oleh dokter pemeriksa adalah pemeriksaan selaput dara. entuk dan karakteristik selaput dara sangat ber?ariasi Pada jenisjenis selaput dara tertentu, adanya lipatan-lipatan dapat menyerupai robekan. Karena itu, pemeriksaan selaput dara dilakukan dengan traksi lateral dari labia minora secara perlahan, yang diikuti dengan penelusuran tepi selaput dara dengan lidi kapas yang kecil untuk membedakan
17
lipatan dengan robekan. Pada penelusuran tersebut, umunya lipatan akan menghilang, sedangkan robekan tetap tampak dengan tepi yang tajam.
7am'ar !. eragam jenis selaput dara 1. Pem'ukt"an Persetu'uhan
18
Persetubuhan adalah suatu peristiwa dimana terjadi penetrasi penis ke dalam ?agina, penetrasi tersebut dapat lengkap atau tidak lengkap dan dengan atau tanpa disertai ejakulasi.% engan demikian hasil dari upaya pembuktian adanya persetubuhan dipengaruhi oleh berbagai 4aktor antara lain%3 •
esarnya penis dan derajat penetrasinya
•
entuk dan elastisitas selaput dara *hymen+
•
!da tidaknya ejakulasi dan keadaan ejakulat itu sendiri
•
Posisi persetubuhan
•
Keaslian barang bukti serta waktu pemeriksaan Pemeriksaan
harus
dilakukan
sesegera
mungkin,
sebab
dengan
berlangsungnya waktu tanda-tanda persetubuhan akan menghilang dengan sendirinya. ebelum dilakukan pemeriksaan, dokter hendaknya mendapat i/in tertulis dari pihak-pihak yang diperiksa. =ika korban adalah seorang anak i/in dapat diminta dari orang tua atau walinya.% a. Pemer"ksaan &r'an i. Pemeriksaan tubuh
Pemeriksaan dilakukan pada selaput dara, apakah ada ruptur atau tidak. ila ada, tentukan ruptur baru atau lama dan catat lokasi ruptur tersebut, teliti apakah sampai ke insertio atau tidak. )entukan besar ori4isium, sebesar ujung jari kelingking, jari telunjuk, atau dua jari. ebagai gantinya dapat juga ditentukan ukuran lingkaran ori4isium, dengan cara ujung kelingking atau telunjuk dimasukkan dengan hati-hati ke dalam ori4isium sampai terasa tepi selaput dara menjepit ujung jari, beri tanda pada sarung tangan dan lingkaran pada titik itu diukur. Ukuran pada seorang perawan kira-kira %,; cm. Jingkaran yang memungkinkan persetubuhan dapat terjadi menurut $oight adalah minimal 8 cm.:
19
Harus diingat bahwa tidak terdapatnya robekan pada selaput dara, tidak dapat dipastikan bahwa pada wanita tidak terjadi penetrasi6 sebaliknya adanya robekan pada selaput dara hanya merupakan pertanda adanya suatu benda *penis atau benda lain yang masuk ke dalam ?agina.: !pabila pada persetubuhan tersebut disertai dengan ejakulasi dan ejakulat tersebut mengandung sperma, maka adanya sperma di dalam liang ?agina merupakan
tanda pasti adanya
persetubuhan. !pabila ejakulat tidak
mengandung sperma, maka pembuktian adanya persetubuhan dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap ejakulat tersebut.% Komponen yang terdapat di dalam ejakulat dan dapat diperiksa adalah3 en/im asam 4os4atase, kolin dan spermin. aik en/im asam 4os4atase, kolin maapun spermin bila dibandingkan dengan sperma nilai pembuktiannya lebih rendah oleh karena ketiga komponen tersebut tidak spesi4ik. Calaupun demikian en/im 4os4atase masih dapat diandalkan, karena kadar asam 4os4atase yang terdapat dalam ?agina *berasal dari wanita itu sendiri+, kadarnya jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan asam 4os4atase yang berasal dari kelenjar 4os4at.% engan demikian apabila pada kejahatan seksual yang disertai dengan persetubuhan itu tidak sampai berakhir dengan ejakulasi, dengan sendirinya pembuktian adanya persetubuhan secara kedokteran 4orensik tidak mungkin dapat dilakukan secara pasti. ebagai konsekuensinya, dokter tidak dapat secara pasti pula menentukan bahwa pada seorang wanita tidak terjadi persetubuhan6 maksimal dokter harus mengatakan bahwa pada diri wanita yang diperiksanya itu tidak ditemukan tanda-tanda persetubuhan, yang mencakup dua kemungkinan3 pertama, memang tidak ada persetubuhan dan yang kedua persetubuhan ada tapi tanda-tandanya tidak dapat ditemukan.% !pabila persetubuhan telah dapat dibuktikan secara pasti maka perkiraan saat terjadinya persetubuhan harus ditentukan6 hal ini menyangkut masalah alibi yang sangat penting di dalam proses penyidikan.%
20
alam waktu -; jam postkoital sperma di dalam liang ?agina masih dapat bergerak6 sperma masih dapat ditemukan namun tidak bergerak sampai sekitar %-'9 jam postkoital, dan masih dapat ditemukan sampai :-& hari bila wanita
yang
menjadi
korban
meninggal.
Perkiraan
saat
terjadinya
persetubuhan juga dapat ditentukan dari proses penyembuhan selaput dara yang robek. Pada umumnya penyembuhan tersebut dicapai dalam waktu :-1( hari postkoital.% ii.
Pemeriksaan pakaian alam hal pembuktian adanya
persetubuhan, pemeriksaan
dapat
dilakukan pada pakaian korban untuk menentukan adanya bercak ejakulat. ari bercak tersebut dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan bahwa bercak yang telah ditemukan adalah air mani serta dapat menentukan adanya sperma. '. Pemer"ksaan Pelaku i. Pemeriksaan tubuh
Untuk mengetahui apakah seorang pria baru melakukan persetubuhan, dapat dilakukan pemeriksaan ada tidaknya sel epitel ?agina pada glans penis. Perlu juga dilakukan pemeriksaan sekret uretra untuk menentukan adanya penyakit kelamin.: ii.
Pemeriksaan pakaian Pada pemeriksaan pakaian, catat adanya bercak semen,
darah, dan
sebagainya. ercak semen tidak mempunyai arti dalam pembuktian sehingga tidak perlu ditentukan. arah mempunyai nilai karena kemungkinan berasal dari darah de4lorasi. i sini penentuan golongan darah penting untuk dilakukan. Trace evidence pada pakaian yang dipakai ketika terjadi persetubuhan harus diperiksa. ila 4asilitas untuk pemeriksaan tidak ada, kirim ke laboratorium 4orensik di kepolisian atau bagian #lmu Kedokteran >orensik, dibungkus, segel, serta dibuat berita acara pembungkusan dan penyegelan.:
21
2. Pem'ukt"an ekerasan
)idak sulit untuk membuktikan adanya kekerasan pada tubuh wanita yang menjadi korban. alam hal ini perlu diketahui lokasi luka-luka yang sering ditemukan, yaitu di daerah mulut dan bibir, leher, puting susu, pergelangan tangan, pangkal paha serta di sekitar dan pada alat genital.% Juka-luka akibat kekerasan seksual biasanya berbentuk luka lecet bekas kuku, gigitan *bite marks+ serta luka-luka memar.% epatutnya diingat bahwa tidak semua kekerasan meninggalkan bekas atau jejak berbentuk luka. engan demikian, tidak ditemukannya luka tidak berarti bahwa pada wanita korban tidak terjadi kekerasan itulah alasan mengapa dokter harus menggunakan kalimat tanda-tanda kekerasan di dalam setiap $isum et @epertum yang dibuat, oleh karena tidak ditemukannya tanda-tanda kekerasan mencakup dua pengertian3 pertama, memang tidak ada kekerasan, dan yang kedua kekerasan terjadi namun tidak meninggalkan bekas *luka+ atau bekas tersebut sudah hilang.% )indakan pembiusan serta tindakan lainnya yang menyebabkan korban tidak berdaya merupakan salah satu bentuk kekerasan. alam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan untuk menentukan adanya racun atau obat-obatan yang kiranya dapat membuat wanita tersebut pingsan6 hal tersebut menimbulkan konsekuensi
bahwa
pada setiap kasus
kejahatan
seksual, pemeriksaan
toksikologik menjadi prosedur yang rutin dikerjakan.% /. Perk"raan Umur
Penentuan umur bagi wanita yang menjadi korban kejahatan seksual seperti yang dikehendaki oleh pasal %& dan %&: KUHP adalah hal yang tidak mungkin dapat dilakukan *kecuali didapatkan in4ormasi dari akte keahiran+. engan teknologi kedokteran yang canggih pun maksimal hanya sampai pada perkiraan umur saja.% Perkiraan pemeriksaan
umur
yang
dapat
meliputi
diketahui
dengan
pemeriksaan
4isik,
melakukan ciri-ciri
seks
serangkaian sekunder,
22
pertumbuhan gigi, 4usi atau penyatuan dari tulang-tulang khususnya tengkorak serta pemeriksaan radiologi lainnya.% alam menilai perkiraan umur, dokter perlu menyimpulkan apakah wajah dan bentuk badan korban sesuai dengan yang dikatakannya. Keadaan perkembangan payudara dan pertumbuhan rambut kemaluan perlu dikemukakan. itentukan apakah gigi geraham belakang ke-% *molar ke-%+ sudah tumbuh *terjadi pada umur kira-kira 1% tahun, sedangkan molar ke-' akan muncul pada usia 1:-%1 tahun atau lebih+. =uga harus ditanyakan apakah korban sudah pernah menstruasi bila umur korban tidak diketahui.% Hal-hal tersebut di atas perlu diketahui sehubungan dengan bunyi pasal %&: KUHP untuk menentukan apakah penuntutan harus dilakukan.% -. Penentuan Pantas D"ka8"n
!pabila suatu perkawinan dimaksudkan sebagai suatu perbuatan yang suci dan baik, dimana tujuan utamanya adalah untuk dapat menghasilkan keturunan, maka penentuan apakah seorag wanita itu sudah waktunya untuk dikawin atau belum, semata-mata hanya berdasarkan atas kesiapan biologis *yang dapat dibuktikan oleh ilmu kedokteran+, dalam hal ini3 menstruasi. ila wanita itu sudah mengalami menstruasi, maka ia sudah waktunya untuk dikawin. Untuk itu, yaitu untuk mengetahui apakah wanita tersebut sudah pernah menstruasi dokter pemeriksa tidak jarang harus merawat dan mengisolir wanita tersebut, yang maksudnya agar ia dapat mengetahui dan mendapatkan bukti secara pasti bahwa telah terjadi menstruasi. Menurut Muller, untuk mengetahui ada atau tidaknya o?ulasi perlu dilakukan obser?asi selama & minggu di rumah sakit, sehingga dapat ditentukan adakah selama itu ia mendapat menstruasi. ekarang ini untuk menentukan apakah seorang wanita sudah pernah mengalami o?ulasi atau belum dapat dilakukan pemeriksaan vaginal smear .% !kan tetapi bila kita mengacu pada Undang-undang perkawinan, yang mengatakan bahwa wanita boleh kawin bila ia telah berumur 19 tahun, maka masalahnya kembali kepada masalah perkiraan umur.%
23
B. A'&rs" !. Def"n"s" !bortus menurut pengertian medis ialah gugur kandungan atau keguguran
dan keguguran itu sendiri berarti berakhirnya kehamilan, sebelum 4etus dapat hidup sendiri di luar kandungan. atasan umur kandungan %& minggu dan berat badan 4etus yang keluar kurang dari 1((( gram.% Pengertian pengguguran kandungan menurutr hukum ialah tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya dan tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran tersebut lahir bayi mati atau hidup. Perbedaan antara pengguguran kandungan secara medis dan secara hukum yaitu adanya 4aktor kesengajaan dan tidak adanya 4aktor usia kehamilan.: !bortus terdiri atas %,,:3 a. !bortus spontan iperkirakan 1(-%(D dari kehamilan akan berakhir dengan abortus, dan secra yuridis tidak membawa implikasi apa-apa. b. !bortus pro?okatus, yang terbagi lagi ke dalam abortus pro?okatus medisinalis *terapeutikus+ dan abortus pro?okatus kriminalis. !bortus pro?okatus medisinalis atau abortus therapeuticus dilakukan semata-mata atas dasar pertimbangan medis yang tepat, tidak ada cara lain untuk menyelamatkan nyawa si-ibu kecuali jika kandungannya digugurkan, misalnya pada penderita kanker ganas. !bortus pro?okatus kriminalis sangat jelas bahwa tindakan pengguguran kandungan disini semata-mata untuk tujuan yang tidak baik dan melawan hukum. )indakan abortus yang tidak dapat dipertanggung jawabkan secara medis, dilakukan hanya untuk kepentingan si pelaku, walaupun ada kepentingan juga dari si-ibu yang malu akan kehamilannya. Kejahatan jenis ini sulit untuk melacaknya oleh karena kedua belah pihak menginginkan agar abortus dapat terlaksana dengan baik * crime without ?ictim, walaupun sebenarnya korbannya ada yaitu bayi yang dikandung+. !bortus pro?okatus kriminalis sajalah yang termasuk ke dalam lingkup pengguguran kandungan menurut hukum.%,,:
24
#. As+ek hukum ,ang 'erka"tan )engan a'&rtus alam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan abortus, yaitu
pasal '9, ':, '&, '8, dan pasal %88 KUHP.%,: Pasal *2 UHP eorang
wanita
dengan
sengaja
menggugurkan
atau
mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. Pasal */ UHP
1+ arang siapa dngan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. %+ =ika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Pasal *- UHP
1+ arang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. %+ =ika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Pasal *3 UHP
=ika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal '9, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterapkan dalam Pasal ': dan '&, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
Pasal #33 UHP
1+ arang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena
25
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah. %+ =ika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. ' =ika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan p encarian itu. ari Pasal '9, ': dan '& KHUP, jelas bahwa undang-undang tidak mempersoalkan masalah umur kehamilan atau berat badan dari 4etus yang keluar. edangkan pasal '8 dan %88 KUHP memuat ancaman hukuman untuk orang-orang tertentu yang mempunyai pro4esi atau pekerjaan tertentu bila mereka turut membantu atau melakukan kejahatan seperti yang dimaksud ke tiga pasal tersebut.% 2ang dapat dikenakan hukuman adalah tindakan menggugurkan atau mematikan kandungan yang termasuk tindakan pidana sesuai dengan pasal pasal pada KUHP *aborsi kriminalis+. edangkan tindakan yang serupa demi keselamatn ibu yang dapat dipertanggungjwabkan secara medis *aborsi medicinalis atau aborsi therapeuticus+, tidaklah dapat dihukum walaupun pada kenyataan dokter dapat melakukan aborsi medicinalis, itu diperiksa oleh penyidik dan dilanjutkan dengan pemeriksaan di pengadilan. Pemeriksaan oleh penyidik atau hakim di pengadilan bertujuan untuk mencari bukti-bukti akan kebenaran bahwa pada kasus tersebut memang murni tidak ada unsur kriminalnya, semata-mata untuk keselamatan jiwa i ibu. Perlu diingat bahwa hanya Hakimlah yang berhak memutuskan apakah seseorang itu *dokter+ bersalah atau tidak bersalah.% *. Tekn"k a'&rtus kr"m"nal"s !borsi kriminal dapat dilakukan sendiri oleh yang bersangkutan atau
dibantu oleh orang lai, yaitu3
26
a. engan menggunakan kekerasan umum *general violence+ atau melakukan kegiatan 4isik yan berlebihan seperti menunggang kuda, lari-lari dan loncatloncat. b. engan menggunakan kekerasan local *local violence+ 3 i. )anpa menggunakan alat *instrumen+, antara lain 3 memijat perut bagian ii. iii.
bawah, menginjak perut bagian bawah, meninjau perut bagian bawah. engan menggunakan alat-alat medis berupa 3 sonde, kateter, tang kuret. engan menggunakan alat-alat non medis, misalnya 3 kawat, tongkat,
i?.
batang kayu. engan menggunakan /at-/at kimia, antara lain 3 air hangat, air dicampur
kreolin atau Jysol atau carbol, air sabun, larutan /ink chloride c. Menggunakan obat-obatan aborti4isien 3 i. Gbat emetika ii. Gbat purgati?e atau laBantia 3 astrol oli iii. Gbat emenagoga atau obat pelancar haid, misalnya apiol, minyak pale, oleum rutae. i?. Fcbolica atau obat perangsang otot rahim 3 ergotamin, pituitrin, kinina. . &m+l"kas" a'&rtus )indakan abortus yang dilakuakan bukan oleh tangan yang terampil dapat menimbulkan gangguan pada si ibu. eberapa komplikasi yang timbul adalah:3 a. Perdarahan akibat luka jalan lahir, diatesa hemorargik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan. b. yok *renjatan+ akibat re4leks ?aso?agal atau neurogenik. Komplikasi ini dapat menimbulkan kematian yang mendadak. c. Fmboli udara, dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan di saat yang sama sistem ?ena di endometrium dalam keadaan terbuka. d. #nhibisi ?agus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau alat suntik secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.
27
e. Keracunan /at aborti?um, termasuk karena anestesia, antiseptik lokal seperti KmnG pekat, !gG', jodium dapat mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian. emikian pula obat seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan histologi dan toksikologi sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis. 4. #n4eksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak timbul segera, tapi memerlukan waktu. 1. Pemer"ksaan k&r'an a'&rtus a. Korban Hidup Pada korban hidup perlu diperhatikan:3 1+ )anda kehamilan, misalnya perubahan pada payudara, pigmentasi, hormonal, mikroskopik, dan sebagainya. %+ Usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia, perut bawah '+ Pemeriksaan toksikologi, untuk mengetahui adanya obatA/at yang dapat mengakibatkan abortus + Hasil dari usaha penghentian kehamilan dapat berupa3 • •
#U> * Intra Uterine Fetal eath+ isa-sisa jaringan dengan pemeriksaan mikroskopisA P!
b. Korban Mati Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin, sebaiknya *1%-19 jam+, pemeriksaan luar dilakukan seperti biasa. )emuan autopsi pada korban yang meninggal tergantung pada cara melakukan aborsi serta inter?al waktu antara tindakan aborsi dan kematian.: Pada pemeriksaan jena/ah, )eare *189+ menganjurkan pembukaan abdomen sebagai langkah pertama dalam autopsi bila ada kecurigaan akan abortus kriminalis sebagai penyebab kematian korban. Pemeriksaan luar dilakukan seperti biasa sedangkan pada pembedahan jena/ah, bila didapatkan cairn dalam rongga perut, atau kecurigaan lain, lakukan pemeriksaan toksikologik.:
28
Pemeriksaan post mortem meliputi 3 )entukan apakah hamilA baru saja hamil )anda baru saja aborsi )anda kekerasan )entukan sebab kematian.
• • • •
c. )anda-)anda Post Mortem pada !borsi Pada ibu, sewaktu hidup 3 adanya tanda-tanda baru melahirkan, tergantung dari usia saat aborsi, pemeriksaan dalam dan lamanya kehamilan. )anda-tanda aborsi yang baru terjadi adalah 3 bercak darah pada ?agina, ditemukan cairan, ?agina yang longgar, laserasi dan luka yang terdapat pada ?agina. er?iks membuka, bisa terdapat dan bisa juga tidak terdapat robekan. Uterus membesar dan payudara juga membesar. etelah kematian, lakukan pemeriksaan terhadap 3 -
)anda-tanda kehamilan.
-
edera, terutama akibat kekerasan
-
Periksa alat-alat genitalia interna, apakah pucat, mengalami kongesti, atau adanya memar.
-
Jaserasi, in4lamasi pada ?agina
-
edera pada ser?iks
-
Uterus
dan
jaringan
sekitarnya,
diambil
contoh
jaringan
untuk
pemeriksaan. !pakah ada pembesaran, krepitasi, luka, atau per4orasi. -
Uterus diiris mendatar dengan jarak antar irisan 1 cm untuk mendeteksi perdarahan yang berasal dari bawah
-
Jetak plasenta yang akan terlihat jika uterus dibuka. )es emboli udara dilakukan pada ?ena ka?a in4erior dan jantung.
Pemeriksaan toksikologik dilakukan segera setelah tes emboli dengan mengambil darah dari jantung. Pemeriksaan kehamilanAtoksikologik juga dapat dilakukan dengan mengambil urin. Pemeriksaan organ-organ lain dilakukan seperti biasa.:
29
2. Pem'ukt"an +a)a kasus a'&rtus Untuk dapat membuktikan
apakah kematian seorang wanita itu
merupakan akibat dari tindakan abortus yang dilakukan atas dirinya, diperlukan petunjuk-petunjuk %3 a. !danya kehamilan b. Umur kehamilan bila dipakai pengertian aborsi menurut pengertian medis. c. !danya hubungan sebab akibat antara aborsi dengan kematian. d. !danya hubungan antara saat dilakukannya tindakan aborsi dengan saat kematian. e. !danya barang bukti yang dipergunakan untuk melakukan aborsi sesuai dengan metode yang dipergunakan.
C. Infant"(")e !. Def"n"s" #n4anticide adalah merupakan sebutan yang bersi4at khusus bagi tindakan
merampas nyawa bayi yang belum berumur sartu tahun oleh ibu kandungnya sendiri. Menurut undang-undang di #ndonesia pembunuhan anak sendiri adalah pembunuhan oleh seorang ibu atsa anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama stelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.: Pembunuhan anak adalah merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap nyawa yang unik si4atnya. Unik dalam arti si-pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri, dan alasan atau moti?asi untuk melakukan kejahatan terswebut adalah karena si-ibu takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak oleh karena anak sebagai hasil hubungan gelap. elain kedua hal
30
tersebut keunikan lainnya adalah saat dilakukannya tindakan menghilangkan nyawa si anak, yaitu pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian yang dalam hal ini patokannya adalah sudah ada atau belum adan tanda-tanda perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusatnya atau diberi pakaian. aat dilakukannya
kejahatan
tersebut
dikaitkan
dengan
keadaaan mental
emosional dari si-ibu, dimana selain rasa malu, takut, benci serta rasa nyeri bercmpur aduk menjadi satu, sehingga perbuatannya itu dianggap dilakukan tidak dalam keadaan mental yang tenang, sadar serta dengan perhitungan yang matang. #nilah yang menjelaskan mengapa ancaman hukuman pada kasus pembunuhan anak lebih ringan bila dibandingkan dengan kasus-kasus pembunuhan lainnya.% %. Dasar hukum men,angkut +em'unuhan anak sen)"r" alam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap nyawa orang. !dapun bunyi pasalnya yaitu%,:3 Pasal *! UHP eorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Pasal *# KUHP eorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Pasal ** agi orang lain yang turut serta melakukan kejahatan yang diterangkan dalam pasal '% KUHP diartikan sebagai pembunuhan atau pembunuhan berencana. erdasarkan undang-undang tersebut kita dapat melihat adanya tiga 4aktor penting yaitu:3
31
•
#bu yaitu hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak sendiri. )idak dipersoalkan apakah ibu telah menikah atau tidak, sedangkan bagi orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat yaitu 1; tahun penjara *pasal ''& pembunuhan tanpa rencana+, atau %( tahun, seumur hidupAhukuman mati * pasal ''8 dan
•
'(, pembunuhan dengan rencana+. Caktu yaitu dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, tetapi hanya dinyatakan pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian . ehingga boleh dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. ila rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu tersebut
•
akan merawat dan bukan membunuh anaknya. Psikis yaitu ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahui orang lain telah melahirkan anak itu, biasanya anak yang dilahirkan tersebut didapatkan dari hubungan tidak sah. ila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya tempat
sampah, got, sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah korban pembunuhan anak sendiri *pasal '1, '%+ pembunuhan *pasal ''&, ''8, '(, ''+, lahir mati kemudian dibuang *pasal 1&1+ atau bayi yang ditelantarkan sampai mati. *. Pemer"ksaan ke)&kteran f&rens"k +a)a "nfant"(")e
Pemeriksaan kedokteran 4orensik pada kasus pembunuhan anak atau yang diduga kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan di dalam hal sebagai berikut%3 • • •
!pakah anak tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati< !pakah terdapat tanda-tanda perawatan< !pakah ada luka-luka yang dapat dikaitkan dengan penyebab kematian< Gleh karena $isum et @epertum itu juga mengandung makna sebagai pengganti barang bukti, maka segala apa yang terdapat dalam barang bukti dalam hal ini yaitu tubuh anak, harus dicatat dan dilaporkan. engan
32
demikian selain ketiga kejelasan tersebut di atas, masih ada dua hal lagi yang harus diutarakan dalam $@ yaitu3 • •
!pakah anak yang dilahirkan itu cukup bulan dalam kandungan< !pakah pada anak tersebut didapatkan kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup bagi si anak< ehingga lebih jelas bahwa permasalahan tentang maturitas seperti cukup
bulan atau prematur merupakan hal yang penting, sama halnya dengan kemampuan anak untuk hidup dengan wajar *?iabilitas+ tanpa kelainan bawaan yang diderita oleh anak.% ebelum melangkah lebih jauh, perlu ditinjau lebih dahulu pengertian lahir hidup dan lahir mati. Perlu diketahui bahwa seorang dokter tidak dibenarkan membuat kesimpulan lahir hidup atau lahir mati dari hasil pemeriksaan terhadap korban kasus yang diduga akibat pembunuhan anak.% . Lah"r h")u+ atau lah"r mat"
Jahir hidup *live birth+ adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang lengkap, yang setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan uri dilahirkan.%,: Jahir mati * still birth+ adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau dikeluarkan oleh ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan *baik sebelum ataupun setelah kehamilan berumur %& minggu dalam kandungan+. Kematian ditandai oleh janin yang tidak bernapas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut jantung, denyut nadi tali pusat atau gerakan otot rangka.%,: !dapun tanda-tanda kehidupan pada bayi yang baru dilahirkan yaitu%,:3 •
• • • •
Pernapasan Paru mengembang o Udara dalam lambung atau usus o Menangis Pergerakan otot irkulasi darah dan denyut jantung serta perubahan hemoglobin #si usus
33
•
Keadaan tali pusat
a. Pernapasan Pernapasan spontan terjadi akibat rangsangan atmos4er dan adanya gangguan sirkulasi plasenta, dan ini menimbulkan perubahan penting yang permanen pada paru. 1+ Uji !pung Paru Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh *no touch techni!ue+, paru-paru
tidak
disentuh untuk
menghindari
kemungkinan
timbulnya arte4ak pada sediaan histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan.: Jidah dikeluarkan seperti biasa di bawah rahang bawah, ujung lidah dijepit dengan pinset atau klem, kemudian ditarik ke arah ?entrokaudal sehingga tampak palatum mole. engan scalpel yang tajam, palatum mole disayat sepanjang perbatasannya dengan palatum durum. >aring, laring, esophagus bersama dengan trakea dilepaskan dari tulang belakang. Fso4agus bersama dengan trakea diikat di bawah kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini dimaksudkan agar pada manipulasi berikutnya cairan ketuban, mekonium atau benda asing lain tidak mengalir ke luar melalui trakea6 bukan untuk mencegah masuknya udara ke dalam paru.: Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan 4orsep atau pinset bedah dan scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan. Kemudian esophagus diikat di atas dia4ragma dan dipotong di atas ikatan. Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak masuk ke dalam lambung dan uji apung lambung-usus *uji reslau+ tidak memberikan hasil meragukan.:
34
etelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan ke dalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Kemudian paru-paru kiri dan kanan dilepaskan dan dimasukkan kembali ke dalam air, dilihat apakah mengapung atau tenggelam. etelah itu tiap lobus dipisahkan dan dimasukkan ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Jima potong kecil dari bagian peri4er tiap lobus dimasukkan ke dalam air, diperhatikan apakah mengapung atau tenggelam.: Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan adanya pembusukan. ila potongan kecil itu mengapung, letakkan di antara dua karton dan ditekan dengan arah penekanan tegak lurus jangan digeser untuk mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu masukkan kembali ke dalam air dan diamati apakah masih mengapung atau tenggelam. ila masih mengapung berarti paru terisi udara residu yang tidak akan keluar. amun, terkadang dengan penekanan, dinding al?eoli pada mayat bayi yang telah membusuk lanjut akan pecah dan udara residu keluar dan memperlihatkan hasil uji apung paru negati4.: Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru mengingat kemungkinan adanya pernapasan sebagian *parsial respiration+ yang dapat bersi4at buatan atau alamiah *vagitus uternus atau vagitus vaginalis+ yaitu bayi sudah bernapas walaupun kepala masih dalam uterus atau dalam ?agina+.: Hasil negati4 belum berarti pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti bernapas meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara dalam al?eoli diresorpsi. Pada hasil uji negati4 ini, pemeriksaan histopatologik paru harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir hidup.: ila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru kurang dapat dipercaya, sehingga tidak dianjurkan untuk dilakukan.: %+ Mikroskopik paru-paru
35
etelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan 4iksasi dengan larutan 4ormalin 1( D. esudah 1% jam, dibuat irisan melintang untuk memungkinkan cairan 4iksati4 meresap dengan baik ke dalam paru. etelah di4iksasi selama & jam, kemudian dibuat sediaan histopatologik. iasanya digunakan perwarnaan HF dan bila paru telah membusuk digunakan pewarnaan Lomori atau Jadewig.: truktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang belum bernapas, tetapi merupakan ciri paru janin yan g belum mencapai usia gestasi %9 minggu. )anda khas untuk paru janin belum bernapas adalah adanya tonjolan * pro"ection+ yang berbentuk seperti bantal *cushion-like+ yang kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga akan tampak seperti gada *club like+. Pada permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak darah. Pada paru bayi belum bernapas yang sudah membusuk dengan perwarnaan Lomori atau Jadewig, tampak serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding al?eoli berkelok-kelok seperti rambut yang keriting, sedangkan pada projection berjalan di bawah kapiler sejajar dengan permukaan projection dan membentuk gelung-gelung terbuka *open loops+.: Pada paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi cairan amnion yang luas karena as4iksia intrauterin, misalnya akibat tertekannya tali pusat atau solusio plasenta sehingga terjadi pernapasan janin prematur *intrauterine submersion+. )ampak sel-sel ?erniks akibat deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk persegi panjang dengan inti piknotik berbentuk huru4 I, bila dilihat dari atas samping terlihat seperti bawang. =uga tampak sel-sel amnion bersi4at asido4ilik dengan batas tidak jelas dan inti terletak eksentrik dengan batas yang juga tidak jelas.: Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin terlihat dalam bronkioli dan al?eoli. kadang-kadang ditemukan deskuamasi sel-sel epitel bronkus yang merupakan tanda maserasi dini, atau 4agositosis mekonium oleh sel-sel dinding al?eoli.:
36
Jahir mati ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya kehidupaan seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak yang hebat, dengan atau tanpa robekan tentorium serebeli, pneumonia intrauterin, kelainan kongenitasl yang 4atal seperti anense4alus.: !dapun ringkasan perbedaan dari pemeriksaan paru yaitu &3 Paru belum bernapas Paru sudah bernapas 1 $olume kecil, kolaps, menempel $olume -9B lebih besar, sebagian 1.
pada ?ertebra, konsistensi padat, menutupi jantung, konsistensi seperti tidak ada krepitasi % )epi paru tajam
karet busa *ada krepitasi+ )epi paru tumpul
%. ' Carna '. .
homogen,
kebiruanAungu ; Kalau diperas permukaan
air
di tidak
merah
Carna merah muda
bawah Lelembung gas yang keluar halus dan keluar rata ukurannya.
gelembung gas atau bila sudah ada pembusukan gelembungnya besar dan tidak rata. 9 )idak tampak al?eoli ;. 9.
yang )ampak
kadang-kadang
berkembang pada permukaan terpisah sendiri 9 Kalau diperas hanya keluar ila diperas keluar banyak darah darah sedikit dan tidak berbuih berbuih *kecuali
bila
sudah
walaupun
belum
ada
ada pembusukan *?olume darah dua kali
pembusukan+ & erat paru kurang lebih 1A:( :.
al?eoli,
?olume sebelum napas. erat paru kurang lebih 1A';
& eluruh bagian paru tenggelam agian-bagian paru yang mengembang
&. dalam air terapung dalam air. b. Menangis ernapas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi tanpa bernapas. uara tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut lahir hidup
37
karena suara tangisan dapat terjadi dalam uterus atau dalam ?agina. 2ang merangsang bayi menangis dalam uterus adalah masuknya udara dalam uterus dan kadar oksigen dalam darah menurun dan atau kadar G% dalam darah meningkat.& c. Pergerakan Gtot Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak dapat dibuktikan. Kaku mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup kemudian mati maupun yang lahir mati.& d. Peredaran arah, enyut =antung, dan Perubahan pada Hemoglobin Meliputi bukti 4ungsional yaitu denyut tali pusat dan detak jantung *harus ada saksi mata+ dan bukti anatomis yaitu perubahan-perubahan pada Hb serta perubahan dalam duktus arteriosus, 4oramen o?ale dan dalam duktus ?enosus *cabang ?ena umbilicalis yang langsung masuk ?ena ca?a in4erior+.& ila ada yang menyaksikan denyut nadi tali pusatAdetak jantung pada bayi yang sudah terlahir lengkap, maka ini merupakan bukti suatu kelahiran hidup. >oramen o?ale tertutup bila telah terjadi pernapasan dan sirkulasi *satu hari sampai beberapa minggu+. uktus arteriosus perlahan-lahan menjadi jaringan ikat *paling cepat dalam % jam+ uktus ?enosus menutup dalam %-' hari sampai beberapa minggu.& e. #si Usus dan Jambung ila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yang hanya dapat masuk akibat re4lek menelan, maka ini merupakan bukti kehidupan *lahir hidup+. Udara dalam lambung dan usus dapat terjadi akibat pernapasan wajar, pernapasan buatan, atau tertelan. Keadaan-keadaan tersebut tidak dapat dibedakan. ara pemeriksaan yaitu esophagus diikat, dikeluarkan bersama lambung yang diikat pada jejunum lekuk pertama, kemudian dimasukkan ke dalam air. makin jauh udara usus masuk dalam usus, makin kuat dugaan adanya pernapasan %-& jam post mortem, mekonium sudah keluar semua seluruhnya dari usus besar.& 4. Keadaan )ali Pusat 2ang harus diperhatikan pada tali pusat adalah pertama ada atau tidaknya denyut tali pusat setelah kelahiran. #ni hanya dapat dibuktikan dengan saksi mata. Kedua, pengeringan tali pusat, letak dan si4at ikatan, bagaimana tali pusat itu di putus *secara tajam atau tumpul+.&
38
g. Keadaan Kulit )idak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya kehidupan setelah bayi lahir, sebaliknya ada satu keadaan yang dapat memastikan bahwa bayi tersebut tidak lahir hidup yaitu maceration, yang dapat terjadi bila bayi sudah mati in utero beberapa hari *&-1( hari+. Hal ini harus dibedakan dengan proses pembusukan yaitu pada maserasi tidak terbentuk gas karena terjadi secara steril. Kematian pada bayi dapat terjadi waktu dilahirkan, sebelum dilahirkan atau setelah terpisah sama sekali dari ibu.& ukti kematian dalam kandungan:3 !nte partum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu melahirkan • Meceration, yaitu perlunakan janin dalam air ke tuban dengan ciri-ciri3 • Carna merah kecoklatan *pada pembusukan warnanya hijau+ o Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan o )ulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak o )idak ada gas, baunya khas o o Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati &-1( hari dalam kandungan 1. Tan)a Pera8atan Penentuan ada tidaknya tanda perawatan sangat penting artinya dalam kasus pembunuhan anak, oleh karena dapat diduga apakah kasus yang dihadapi memang benar kasus pembunuhan anak seperti dimaksud dalam undang-undang, atau menjadi kasus lain yang ancaman hukumannya berbeda.% !dapun anak yang baru dilahirkan dan belum mengalami perawatan dapat diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut%3 tubuh masih berlumuran darah • ari-ari *plasenta+ masih melekat dengan tali pusat dan masih berhubungan • •
dengan pusat *umbilicus+ bila ari-ari tidak ada, maka ujung talli pusat tampak tidak beraturan, hal ini
•
dapat diketahui dengan meletakkan ujung tali pusat tersebut ke permukaan air adanya lemak bayi *?erniB caseosa+, pada daerah dahi serta di daerah yang mengandung lipatan-lipatan kulit, seperti daerah lipat ketiak, lipat paha dan
bagian belakang bokong. 2. Pemer"ksaan asus Pem'unuhan Anak Sen)"r" 5Infant"(")e6
39
Pemeriksaan dilakukan terhadap pelakuAtertuduh *ibu kandung yang baru melahirkan+ dan korban *bayi yang baru dilahirkan+.& Pemeriksaan terhadap #bu a. )anda telah melahirkan anak @obekan baru pada alat kelamin • ostium uteri dapat dilewati ujung jari • keluar darah dari rahim • ukuran rahim saat post partum setinggi pusat, • 9-: hari post partum setinggi tulang kemaluan payudara mengeluarkan air susu • hiperpigmentasi aerola mamma • striae gra?idarum dari warna merah menjadi putih •
b. erapa lama telah melahirkan • •
•
ukuran rahim kembali ke ukuran semula %-' minggu getah ni4as 3 1-' hari post partum berwarna merah -8 hari post partum berwarna putih 1(-1 hari post partum getah ni4as habis robekan alat kelamin sembuh dalam &-1( hari
c. Mencari tanda-tanda partus precipitates
•
robekan pada alat kelamin in?ersio uteri *rahim terbalik+ yaitu bagian dalam rahim menjadi keluar,
•
lebih-lebih bila tali pusat pendek robekan tali pusat anak yang biasanya terdapat pada anak atau pada tempat
•
lekat tali pusat. @obekan ini harus tumpul dibuktikan dengan pemeriksaan •
histopatologis luka pada kepala bayi menyebabkan perdarahan di bawah kulit kepala,
perdarahan di dalam tengkorak d. Pemeriksaan golongan darah e. Pemeriksaan histopatologi yaitu sisa plasenta dalam darah yang berasa dari rahim Pemeriksaan terhadap Korban& 1. $iabilitas yaratnya yaitu3 Umur O %& minggu dalam kandungan •
40
Panjang badan O '; cm erat badan O %;(( gram • )idak ada cacat bawaan yang berat • Jingkaran 4rontoocipital O '% cm • %. Penentuan umur bayi berdasarkan panjang badan *rumus Haase+ • berdasarkan ciri-ciri pertumbuhan • berdasarkan inti penulangan • o alcaneus Q ;-9 bulan o )alus Q : bulan >emur Q &-8 bulan o )ibia Q 8-1( bulan o '. Pernah atau tidak pernah bernapas. Hal ini dibuktikan dengan percobaan apung •
paru. Hasil percobaan apung paru yang menyimpulkan belum pernah bernapasI, belum dapat menyingkirkan kemungkinan tindakan pembunuhan anakI, karena ada keadaan dimana bayi lahir hidup tetapi belumAtidak sempat bernapas dan dibunuh ibunya pada saat itu *bernapas hanya salah satu buktiAtanda kehidupan+ . erapa lama bayi hidup& Jamanya bayi hidup *bila hidup lebih dari % jam+ dapat dilihat pada3 perubahan tali pusat, perubahan pada pembuluh darah. Kalau bayi hidup kurang dari % jam, hal ini tidak dapat ditentukan dengan pasti. Penutupan duktus arteriosus dan 4oramen o?ale tidak dapat dipakai sebagai pegangan, karena waktu penutupannya ber?ariasi *tidak tepat+. ;. ebab kematian& a. Kelalaian Pada peristiwa kelahiran sering dijumpai kelalaian, baik itu disengaja atau tidak disengaja. #nhalasi cairan ketubanAdarah atau terbenam di dalam C mati akibat • •
as4iksia )erjerat tali pusat, mati akibat as4iksia. =eratan tali pusat yang dilakukan setelah bayi mati dapat dibedakan dengan jeratan tali pusat intrauterine yaitu bayi yang mati intrauterine menunjukkan paru yang belum pernah bernapas.
41
•
Perdarahan dari tali pusat, karena setelah bayi lahir, tali pusat tidak
•
diikat dengan baik. u44ocation, misalnya terjadi kelahiran dibawah selimut Jalai membuat hangat *tidak dapat dibuktikan post mortem+ atau tidak
•
memberi !#. ehingga kematian bayi secara pasi4 *kedinginan dan star?asi+ b. Kekerasan Kekerasan dalam uterus • inding perut tertumbuk sesuatu *jatuhAditendang+ o Pemasukkan alat ke ?agina o Kekerasan selama proses kelahiran • o Kemungkinan terjadi trauma kelahiran yang wajar harus o
dipikirkan sebelum menduga adanya tindak kekerasan @etak tulang tengkorak karena trauma kelahiran *biasanya pada os temporal+ pada umumnya hanya sedikit dan tidak disertai
o
luka lecet kekerasan pada kepala yang disengaja menimbulkan retak yang besar, ada luka lecet, mungkin ditemukan kontusioAlaserasi
cerebri Kekerasan yang terjadi setelah kelahiran lengkap • o Kekerasan benda tumpul o u44ocation dan gagging =eratan atau cekikan o Juka iris atau luka tusuk o )enggelam o 9. Periksa golongan darah :. )anda-tanda perawatan
42
BAB III PENUTUP es"m+ulan
1. Kejahatan asusila adalah perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma atau kaidah kesopanan. %. )indak pidana kesopanan merupakan salah satu hal dari sekian kejahatan dalam KUHP. '. 2ang termasuk dalam kelompok kejahatan kesusilaan meliputi perbuatan perbuatan3 yang berhubungan dengan minuman, yang berhubungan dengan kesusilaan di muka umum dan yang berhubungan dengan benda- benda dan sebagainya yang melanggar kesusilaan atau bersi4at porno, /ina dan sebagainya yang berhubungan dengan perbuatan cabul dan hubungan seksual, perdagangan wanita dan anak laki-laki di bawah umur, yang berhubungan dengan pengobatan untuk menggugurkan kandungan, memabukkan, menyerahkan anak untuk pengemisan dan sebagainya, penganiayaan hewan, perjudian. . Kejahatan seksual *seBual o44ences+, sebagai salah satu bentuk kejahatan yang menyangkut tubuh, kesehatan dan nyawa manusia. ;. Perkosaan adalah melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan diluar keinginannya dan persetujuan wanita tersebut, baik keinginannya dilawan dengan kekuatan atau rasa takut akibat ancama kekuatan, maupun oleh obat atau racun, atau karena gangguan jiwa, ia tidak mampu melakukan penilaian yang rasional, atau ketika dibawah usia dewasa. 9. Pencabulan adalah semua perbuatan yang dilakukan untuk mendapatkan kenikmatan seksual sekaligus mengganggu kehormatan kesusilaan. Perbuatan cabul di dalam KUHP yaitu segala perbuatan yang melanggar kesusilaan * kesopanan + atau perbuatan yang keji, semuanya itu dalam lingkungan na4su birahi kelamin. :. Ujmcm
43
&. !spek hukum yang mengatur tentang kejahatan seksual yaitu pasal %&, %&;, %&9,%&: KUHP. 8. Pengguguran kandungan
menurutr hukum ialah
tindakan menghentikan
kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya dan tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran tersebut lahir bayi mati atau hidup. 1(. !bortus pro?okatus kriminalis sajalah yang termasuk ke dalam lingkup pengguguran kandungan menurut hukum. 11. alam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan abortus, yaitu pasal '9, ':, '&, '8, dan pasal %88 KUHP 1%. Menurut undang-undang di #ndonesia pembunuhan anak sendiri adalah pembunuhan oleh seorang ibu atsa anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama stelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak. 1'. alam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum dalam pasal '1, '%, '' KUHP
DA9TAR PUSTAA