EPISKLERITIS
. 1. Definisi
Episkleritis adalah suatu reaksi inflamasi pada jaringan episklera yang terletak di antara konjungtiva dan sklera, bersifat ringan, dapat sembuh sendiri, dan bersifat rekure rekurensi nsi..
1
Episkleritis adalah penyakit pada episklera yang sering, ringan, dapat
sembuh sembuh sendir sendirii dan biasan biasanya ya mengen mengenai ai orang orang dewasa dewasa dan berhub berhubung ungan an dengan dengan penyakit sistemik penyertanya tetapi tidak dapat berkembang menjadi skleritis. 2
2. Epidemiologi
Angka Angka kejadi kejadian an pasti pasti tidak tidak diketa diketahui hui karena karena banyak banyaknya nya pasien pasien yang yang tidak tidak berobat. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, namun terdapat laporan 7 ! kasus terjadi terjadi pada pada peremp perempuan uan dan sering sering terjad terjadii pada pada usia usia dekade dekade "#. 1 $ada anak"anak episkleritis biasanya menghilang dalam 7"1% hari dan jarang rekuren. $ada dewasa, &% ! kasus kasus berhu berhubun bungan gan dengan dengan penyak penyakit it jaringa jaringan n ikat ikat penyer penyertan tanya, ya, penyak penyakit it inflam inflamasi asi saluran saluran
'erna, 'erna, infeks infeksii herpes herpes,, gout, gout, dan vaskul vaskuliti itis. s. $enyak $enyakit it sistemi sistemik k
biasanya jarang pada anak"anak. &
3. Anatomi Sklera
(klera merupakan jaringan kuat yang lentur dan berwarna putih pada bola mata yang bersama"sama dengan kornea merupakan pembungkus di bagian belakang dan pelind pelindung ung isi bola bola mata. mata. (klera (klera melipu meliputi ti #)* anterio anteriorr dari dari bola bola mata mata dengan dengan diameter lebih kurang 22 mm. +i anterior sklera berhubungan kuat dengan kornea dala dalam m bent bentuk uk ling lingka karan ran yang yang diseb disebut ut limb limbus us,, seda sedang ngka kan n di post posteri erior or deng dengan an duramater nervus optikus. & (e'ara histologis sklera terdiri dari banyak pita padat yang sejajar dan berkas" berkas jaringan fibrosa yang teranyam, te ranyam, yang masing"masing mas ing"masing mempunyai tebal 1%"1* mikro dan lebar 1%%"1#% mikro dibandingkan dibandingkan dengan kornea jaringan jaringan fibrosa fibrosa sklera mempunyai daya pembiasan yang lebih kuat, tidak mempunyai jarak yang tetap antara berkas jaringan fibrosanya, dan mempunyai diameter yang berbeda"beda. al inilah yang membuat sklera menjadi opak. & (klera mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata walaupun sklera kaku dan tebalnya 1mm 1mm skle sklera ra masih masih taha tahan n terha terhada dap p kont kontus usio io trau trauma ma tump tumpul ul.. -ete -eteba bala lan n skle sklera ra 1
bervariasi, maksimum 1 mm terdapat di dekat nervus optikus dan minimum %,& mm pada insersio otot"otot rektus. +i sekitar nervus optikus sklera ditembus oleh arteri siliaris posterior longus dan brevis dan nervus siliaris longus dan brevis. Arteri siliaris longus dan nervus siliaris longus berjalan dari nervus optikus menuju ke korpus siliaris di sebuah lekukan dangkal pada permukaan dalam sklera pada meredian jam & dan . (ekitar mm di belakang limbus, sklera ditembus oleh arteri dan vena siliaris anterior.
/eberapa lembar jaringan sklera berjalan melintang bagian anterior nervus optikus sebagai lamina kribrosa. /agian dalam sklera berwarna hitam, 'oklat disebut lamina fuschka, dihubungkan dengan koroid oleh filamen"filamen yang terdiri dari jaringan ikat yang mengandung pigmen dan membuat dinding luar dari ruang suprakoroid dan ditembus oleh serat saraf dan pembuluh darah. $ermukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik halus yaitu episklera.& Episklera
Episklera mengandung banyak pembuluh darah yang menyediakan nutrisi untuk sklera dan permeabel terhadap air, glukosa dan protein. Episklera juga berfungsi sebagai lapisan peli'in bagi jaringan kolagen dan elastis dari sklera dan akan bereaksi hebat jika terjadi inflamasi pada sklera . 0aringan fibroelastis dari episklera mempunyai dua lapisan yaitu lapisan viseral yang lebih dekat ke sklera dan lapisan parietal yang bergabung dengan fasia dari otot dan konjungtiva dekat limbus. $leksus episklera posterior berasal dari siliari posterior , sementara itu di episklera anterior berhubungan dengan pleksus konjungtiva, pleksus episklera superfisial dan pleksus episkera profunda.
&
4. Patofisiologi
$atofisiologi belum diketahui se'ara pasti namun ditemukan respon inflamasi yang
terlokalisir
pada superficial
episcleral
menunjukkan inflamasi nongranulomatous
vascular
network , patologinya
dengan dilatasi vas'ular dan infiltrasi
perivas'ular. $enyebab tidak diketahui, paling banyak bersifat idiopatik namun sepertiga kasus berhubungan dengan penyakit sistemik dan reaksi hipersensitivitas mungkin berperan.
2
$enyakit"penyakit sistemik tertentu misalnya
ollagen vas'ular disease
$olyarteritis
nodosa,
seronegative
spondyloarthropathies"Ankylosing spondylitis, inflamatory bowel disease, 3eiter syndrome, psoriati' arthritis, artritis rematoid
4nfe'tious disease
/a'teria in'luding tuber'ulosis, 5yme disease
dan syphilis, viruses termasuk herpes, fungi, parasites.
6is'ellaneous
out, Atopy, 8oreign bodies, hemi'als
$enyebab lain)yang berhubungan 9jarang: T"'ell leukemia, $araproteinemia, $araneoplasti' syndromes"(weet syndrome, dermatomyositis, ;iskott"Aldri'h syndrome, Adrenal 'orti'al insuffi'ien'y,
ubungan yang paling signifikan adalah dengan hiperurisemia dan gout.
Terdapat dua tipe klinik yaitu simple dan nodular. Tipe yang paling sering dijumpai adalah simple epis'leritis 9>%!:, merupakan penyakit inflamasi moderate hingga severe yang sering berulang dengan interval 1"& bulan, terdapat kemerahan yang bersifat sektoral atau dapat bersifat diffuse 9jarang:, dan edema episklera. Tiap serangan berlangsung 7"1% hari dan paling banyak sembuh spontan dalam 1"2 atau 2" & minggu. +apat lebih lama terjadi pada pasien dengan penyakit sistemik. $ada anak ke'il jarang kambuh dan jarang berhubungan dengan penyakit sistemik. /eberapa pasien melaporkan serangan lebih sering terjadi saat musim hujan atau semi. 8aktor presipitasi jarang ditemukan namun serangan dapat dihubungkan dengan stress dan perubahan hormonal. $asien dengan nodular epis'leritis mengalami serangan yang lebih lama, berhubungan dengan penyakit sistemik 9&%! kasus, #! berhubungan dengan artritis rematoid, 7! berhubungan dengan herpes ?oster ophthalmi'us atau herpes simple= dan &! dengan gout atau atopy: dan lebih nyeri dibandingkan tipe simple.
. !anifestasi Klinik
$asien mengeluhkan rasa tidak nyaman 9mild to moderate: yang berlangsung akut, seringkali bersifat unilateral, walaupun ada yang melaporkan tidak nyeri,
&
kemerahan, nyeri seperti ditusuk"tusuk, nyeri saat ditekan, dan lakrimasi. $ada tipe noduler gejala lebih hebat dan disertai perasaan ada yang mengganjal. Tanda objektif dapat ditemukan kelopak mata bengkak, konjungtiva bulbi kemosis disertai pelebaran pembuluh darah episklera dan konjungtiva.
1,,#
". Pemeriksaan #isik
+itandai dengan adanya hiperemia lokal sehingga bola mata tampak berwarna merah muda atau keunguan. 0uga terdapat infiltrasi, kongesti, dan edem episklera, konjungtiva diatasnya dan kapsula tenon di bawahnya.
a. Episkleritis (ederhana ambaran
yang paling sering ditandai dengan kemerahan sektoral dan
gambaran yang lebih jarang adalah kemerahan difus. 0enis ini biasanya sembuh spontan dalam 1"2 minggu. b. Episkleritis
$emeriksaan dengan Slit Lamp yang tidak menunjukkan peningkatan permukaan sklera anterior mengindikasikan bahwa sklera tidak membengkak.
•
$ada kasus rekuren, lamela sklera superfisial dapat membentuk garis yang paralel sehinggga menyebabkan sklera tampak lebih translusen. ambaran seperti ini jangan disalah diagnosa dengan penipisan sklera.
$ada kasus yang jarang pemeriksaan pada kornea menunjukkan adanya dellen formation yaitu adanya infiltrat kornea bagian perifer. 1 $emeriksaan fisik lainnya adalah adanya uveitis bagian anterior yang didapatkan pada 1% ! penderita.
1
$emeriksaan visus pada penderita episkleritis tidak menunjukkan penurunan.
*
$. Pemeriksaan La%oratori&m dan Radiologi •
$ada kebanyakan pasien dengan episkleritis yang “self limited” pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan .
1
#
•
$ada beberapa pasien dengan episkleritis noduler atau pada kasus yang berat, rekuren, dan episkleritis sederhana yang persisten atau rekuren, diperlukan hitung jenis sel darah 9diff count :, ke'epatan sedimentasi eritrosit 9E(3:, pemeriksaan asam urat serum, foto thoraks, pemeriksaan antibodi antinuklea, rheumatoid factor , tes @+35 9Venereal Disease Research Laborator): dan tes 8TA"A/( 9 Fluorescent Treponemal ntibod! bsorption: 1
'. Penatalaksanaan
1.(imple 5ubrikan atau @asokonstriktor +igunakan pada kasus yang ringan
2
2.(teroid Topikal 6ungkin 'ukup berguna, akan tetapi penggunaannya dapat menyebabkan rekurensi. leh karena itu dianjurkan untuk memberikannya dalam periode waktu yang pendek. 2 Terapi topikal dengan +eksametason %,1 ! meredakan peradangan dalam &" hari. -ortikosteroid lebih efektif untuk episkleritis sederhana daripada daripada episkleritis noduler. &."ral #on Steroid nti$%nflammator! Dru&s 9<(A4+s: bat yang termasuk golongan ini adalah 8lurbiprofen &%% mg sehari, yang diturunkan menjadi 1#% mg sehari setelah gejala terkontrol, atau 4ndometasin 2# mg tiga kali sehari. bat ini mungkin bermanfaat untuk kedua bentuk episkleritis, terutama pada kasus rekuren. $emberian aspirin &2# sampai *#% mg per oral &" kali sehari disertai dengan makanan atau antasid. * . Episkleritis memiliki hubungan yang paling signifikan dengan hiperurisemia 9out:, oleh karena itu out harus diterapi se'ara spesifik.
Follow up •
$asien yang diberi pengobatan dengan air mata artifisial tidak perlu diperiksa kembali episkleritisnya dalam beberapa minggu, ke'uali bila gejala tidak membaik atau malah makin memburuk.
•
$asien yang diberi steroid topikal harus diperiksa setiap mingggunya 9termasuk pemeriksaan tekanan intraokular: sampai gejala"gejalanya hilang. -emudian frekuensi pemberian steroid topikal ditapperin& off'
*
-epada pasien harus dijelaskan bahwa episkleritis dapat berulang pada mata yang sama atau pada mata sebelahnya.
*
(. Diagnosis )anding •
-onjungtivitis +isingkirkan dengan sifat episkleritis
keterlibatan konjungtiva palpebra.
yang lokal dan tidak adanya
$ada konjungtivitis ditandai dengan
adanya sekret dan tampak adanya folikel atau papil pada konjungtiva tarsal inferior. * •
(kleritis +alam hal ini misalnya noduler episklerits dengan sklerits noduler #.untuk mendeteksi
keterlibatan
sklera
dalam
dan
membedakannya
dengan
episkleritis, konjungtivitis, dan injeksi siliar, pemeriksaan dilakukan di bawah sinar matahari 9jangan pen'ahayaan artifisial: disertai penetesan epinefrin 11%%% atau fenilefrin 1%! yang menimbulkan konstriksi pleksus vaskular episklera superfisial dan konjungtiva. •
4ritis $ada iritis ditemukan adanya sel dan B flare” pada kamera okuli anterior. *
•
(eratokonun&tivitis limbic superior . 1
7
Scleritis. Engorged scleral vessels do not blanch with application of topical phenylephrine 2.5 percent.
Episcleritis. Engorged episcleral vessels give the eye a bright red appearance. Blanching of the vessels occurs with application of topical phenylephrine 2.5 percent.
>
1*. Prognosis •
Cmumnya kelainan ini sembuh sendiri dalam 1"2 minggu.
•
$ada kebanyakan kasus perjalanan penyakit dipersingkat dengan pengobatan yang baik
7
11. Komplikasi •
(ering relaps
•
$ada kasus yang jarang dapat terjadi skleritis 7
Daftar P&staka
1. 3oy ampton, Epis'leritis in ttp))www.emedi'ine.'om)oph)topi'*1.htm 2. -anski 0. 0a'k, +isorders of the ornea and ('lera in lini'al phthalmology #th Edition pp. 1#1"2. reat /ritain. 2%%&. /utterworth"einemann. &. $avan"5angston, ornea and E=ternal +isease in 6anual of 'ular +iagnosis and Therapy #th Edition pp. 12#"12*. $hiladelphia. 2%%2. 5ippin'ott ;illiams D ;ilkins . 3iordan $aul"Eva, Episkleritis dalam ftalmologi Cmum edisi 1 hal.17%" 171. 0akarta. 2%%%. ;idya 6edika. #. -anski 0. 0a'k, +isorders of the ornea and ('lera in lini'al phthalmology th Edition pp. 1#1"2. reat /ritain. 1. /utterworth"einemann. *. 3hee +ouglas and $yfer 6ark, Epis'leritis in The ;ills Eye 6anual & rd Edition pp1&&"1&. Cnited (tates of Ameri'a. 1. 5ippin'ott ;illiams D ;ilkins 7. 8einbergEdward,Epis'leritisinttp))www.pennhealthj.'om)en'y)arti'le)%%1%1 .htm. . .
1%