3
MAKALAH
Rancangan Penelitian Kualitatif: Ragam, Jenis, Karakteristik, Kelebihan, dan Kekurangannya dalam Penelitian
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Metodologi Penelitian
yang dibina oleh Prof. Dr. H. Amat Mukhadis, M.Pd.
Oleh :
130511605781
ANDREAN YANWAR KRISNA
130511616241
FAQIH FADILLAH
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
Februari 2016
DAFTAR ISI
Halaman Sampul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Khusus 4
BAB 2 ISI
2.1 Jenis dan Ragam Penelitian Kualitatif 4
1. Penelitian Deskriptif 4
2. Penelitian Fenomenologi 5
3. Penelitan dan Pengembangan 6
4. Penelitian Studi Kasus 7
5. Penelitian Etnografi 12
6. Penelitian Interaksi Simbolik 13
7. Penelitian Penelitian TIndakan 15
8. Penelitian Grounded 19
2.3 Karakteristik Penelitian Kualitatif 20
2.4 Kelebihan Penelitian Kualitatif 24
2.5 Kekurangan Penelitian Kualitatif 24
BAB 3 PENUTUP
3.2 Kesimpulan 25
3.3 Daftar Pustaka 25
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penelitian merupakan upaya menemukan atau mengembangkan pengetahuan yang rasional. Dalam menemukan dan mengembangkan pengetahuan peneliti dapat menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Menurut E.G. Carmines, dan R.A. Zeller (2006) dalam Sangadji (2010: 26) membagi 2 penelitian ditinjau dari pengukuran dan analisis data penelitian, yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif. Menurut Cresweel (dalam Patilima 2013:2) mendefinisikan "penelitan kualitatif sebagai sebuah proses penelitian untuk memahami beberapa masalah (sosial) berdasarkan pada pentingnya keseluruhan sebagai suatu kesatuan (holistik) yang dibentuk dengan kata-kata, informasi yang terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah". Sedangkan menurut Sugiyono (2013:1) berpendapat bahwa "penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian naturalistic (penelitian yang digunakan untuk kondisi obyektif alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi). Penelitian kualitatif memiliki karakteristik khusus yang harus diketahui untuk mengetahui perbedaan dengan metode penelitian yang lainya.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas didapat beberapa rumusan masalah, sebagaimana berikut:
Bagaimana cara membedakan macam dan jenis dari penelitian kualitatif?
Bagaimana karaktersitik, kelebihan dan kekurangan pendekatan kualitatif?
Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat ditarik beberapa tujuan sebagaimana berikut:
Pembaca dapat memahami macam dan jenis penelitian kualitatif.
Mengetahui karakteristik, kelebihan dan kekurangan pendekatan kualitatif.
BAB 2 ISI
(Rancangan Penelitian Kualitatif)
2.1 Jenis dan Ragam Pendekatan Kualitatif
Alasan yang dipakai para peneliti menggunakan pendekatan kualitatif adalah permasalahan yang belum jelas, holistik, kompleks, dinamais, dan penuh makna sehingga tidak mungkin data tersebut dikumpulkan dengan metode penelitian lainnya, menurut Sugiono (2007: 145). Secara umum jenis dan ragam penelitian kualitatif terbagi menjadi
No.
Pendekatan Kualitatif
1.
Etnografis
2.
Fenomenologis
3.
Deskriptif
4.
Studi Kasus
5.
Interaksi simbolik
6.
Tindakan
7.
Pengembangan
8.
Grounded
1. Metode Deskriptif
Menurut (Sukmadinata: 2013) metode deskriptif dapat digolongkan menjadi dua yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Perbedaannya dalam sifat kajian, penelitian kuantitatif deskriptif atau gambarannya menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi, sedang dalam penelitian kualitatif lebih memperhatikan karakteristik, kualitas, keterkaitan, atar kegiatan.
Metode deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah dengan mendeskripsikan keadaan subjek atau objek berdasarkan fakta-fakta yang alamiah pada masa sekarang. Metode deskriptif merupakan cara kerja meneliti secara deskriptif yang dilakukan secara terus-menerus atas suatu objek penelitian, metode deskriptif dapat dipahami sebagai aktivitas penyelidikan yang berusaha menjangkau informasi faktual secara interval (Andi Prastowo, 2011: 189).
Ulfatin (2015: 25) menjelaskan, penelitian deskriptif dapat dikatakan bahwa semua jenis penelitian kualitaatif itu sifatnya dekriptif, yaitu bertujuan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan karakteristik dari fenomena, salah satu ciri metode ini bersifat naratif dan umumnya digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang menyangkut pertanyaan what, how, dan why. Penelitian ini menggambarkan karakteristik dari fenomena secara utuh dan menyeluruh dengan uraian kata-kata dan kalimatnya naratif.
Menurut (Surakhmad, 1994: 140-141) dalam (Andi Prastowo, 2011: 189) menginformasikan bahwa ciri khas metode deskriptif adalah sebagai berikut: (1)Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah yang aktual; (2) Data yang dikumpulkan disusun, dijelaskan kemudian dianalisis.
2. Metode Fenomenologi
Metode fenomenologi berorientasi untuk menafsirkan arti dari peristiwa, pendekatan yang digunakan berdasarkan fakta alamiah. Metode fenomenologi memandang kajian sebagai bentuk kesatuan dari keseluruhan objek (pendekatan holistik). Tujuan metode fenomenologi untuk mendapatkan pengetahuan yang objektif.
"Penelitian fenomenologi adalah penelitian yang berorientasi pada pengalaman subyektif atau pengalaman yang mengungkap fenomena khusus. Penelitian fenomenologi menyelidiki pengalaman dengan berusaha memahami arti peristiwa kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu" menurut ulfatin (2015: 25). Sehingga penelitian ini membahas tentang landasan pokok untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang diteliti.
Karakteristik metode fenomenologi berupa rumusan masalah pada metode ini diawali dengan kalimat tanya bagaimana, data utama penelitian ini bersumber pada percakapan. Kelebihan dari metode ini adalah diperolehnya pemahaman yang lebih umum dikarenakan menggunakan pendekatan holistik dan diperolehnya ilmu pengatahuan yang objektif. Kekurangan dari penelitian ini adalah jarak antar subjek dan objek terlalu dekat dikarenakan peneliti harus berusaha untuk masuk kedalam dunia konseptual para subyek yang ditelitinya sehingga mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang mereka kembangkan disekitar peristiwa dalam kehidupanya sehari-hari.
Moleong (2014) mengatakan terdapat beberapa ciri pokok fenomenologi yaitu:
a. Fenomenologis cenderung mempertentangkan dengan "naturalisme" yaitu yang disebut obtifisme dan positivism.
b. Fenomenologis cenderung percaya bahwa bukan hanya sesuatu benda yang ada dalam dunia, alam dan budaya, sehingga panelitian ini membahas tentang fenomena yang terdapat didunia.
Menurut modzakir (2008: 56) "seorang peeliti kualitatif harus mampu membedakan antara kenyataan dan fenomena dan meyakini bahwa setiap kenyataan selalu berdimensi objektif dan subjektif, fenomena bukan fakta atau kenyataan, melainkan konsep atau gambaran seseorang tentang sebuah kenyataan sosial yang dialami sendiri oleh subjek yang bersangkutan".
3. Metode Penelitian dan Pengembangan
Ulfatin (2015: 27) penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan besar yaitu R&D (Research dan Development). Pada tahapan research, peneliti memulai dari penelitian kualitatif atau kuantitatif yang telah ada. Sedangkan pada tahapan development, peneliti berusaha menindak lanjuti hasil penelitiannya dengan menghasilkan produk pengembangan. Produk itu berupa prototipe, model, desain atau produk yang sudah jadi. Menurut Sukmadinata (2013: 164) penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian dan pengembangan merupakan metode penghubung atau pemutus kesenjangan antara penelitian dasar dengan penelitian terapan.
Menurut gall dan borg dalam (Sukmadinata, 2013: 163) tahapan penelitian dan pengembangan terdiri dari: penelitian dan pengumpulan data, perencanaan pengembangan produk, pengembangan produk awal, uji coba produk awal, penyempurnaan produk awal, uji coba produk yang telah disempurnakan, penyempurnaan produk pengujian produk, produk akhir, implementasi –institusionalisasi produk.
Salah satu model penelitian R&D adalah model dick (dikembangkan oleh Walter Dick, Lou Carey dan James). Model ini adalah salah satu dari model prosedural, yaitu model yang menyarankan agar penerapan prinsip disain Instruksional disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus di tempuh secara berurutan. Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah–langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah: (a.) Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran; (b.) Melaksanakan analisi pembelajaran; (c.) Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa; (d.) Merumuskan tujuan performansi; (e.) Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan; (f.) Mengembangkan strategi pembelajaran; (g.) Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran; (h.) Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif; (i.) Merevisi bahan pembelajaran (j.) Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
4. Metode Studi Kasus
Metode studi kasus digunakan untuk menelaah suatu kasus secara komprehensif (ruang lingkup yang luas dan lengkap). Menurut ulfatin (2015: 25) studi kasus adalah metode penelitian yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Studi kasus dalam penelitian kualitatif umumnya bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari objek yang diteliti. Metode studi kasus bertujuan untuk mengembangkan cara kerja yang paling efisien. "Studi kasus (case study) merupakan satu metodologi penelitian yang menggunakan bukti empiris (bukan hasil eksperimen laboratorium) untuk membuktikan apakah suatu teori dapat diimplementasikan pada suatu kondisi atau tidak" Samiaji Sarosa, 2011: 116.
Penentuan kapan peneliti harus menggunakan studi kasus dipaparkan oleh merriam (1998) dalam ulfatin (2015: 52), bahwa alasan peneliti memilih rancangan studi kasus adalah: (1) karena peneliti berminat untuk menyelidiki proses, (2) karena fenomena yang diselidiki itu sangat unik.
Karakteristik dari metode studi kasus adalah subjek metode ini dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Karakterisitik metode studi kasus menurut Andi Prastowo (2011: 187) terdiri dari: "(1) Penyelidikan terhadap suatu kasus dilakukan secara intensif dan mendetail sehingga pada umumnya menghasilkan gambaran yang longitudinal (waktu yang lama dan pada masa tertentu); (2) Subjek yang diselidiki terdiri atas satu unit yang dipandang sebagai kasus; (3) Diperlihatkannya keseluruhan kasus dan faktor-faktor dalam kasus; (4) hasil penelitiannya adalah suatu generalisasi (kesimpulan umum) dari pola-pola kasus; (5) Studi kasus lebih menekankan variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil; (6) Studi kasus cenderung menghasilkan kesimpulan dari situasi kekhususan yang dapat atau tidak dapat diterapkan pada situasi yang lebih aman; (7) Studi kasus menghasilkan penelitian khusus, harus menggunakan sampel yang lebih besar jika membuat generalisasi."
Fokus utama studi kasus adalah menjawab permasalahan penelitian yang dimulai dengan kata tanya bagaimana dan mengapa, metode ini digunakan untuk meneliti kejadian nyata di masa kini (kontemporer) di mana penelitian tidak dapat mengendalikannya (tidak seperti dalam eksperimen) dan mungkin saja semua kejadian yang diamati terjadi dalam waktu yang bersamaan (Myers, 2009) dalam Samiaji Sarosa (2012: 117).
Menurut Myers (2009, pp. 80-81) dalam Samiaji Sarosa (2012: 123). "mengungkapkan studi kasus memiliki keunggulan yang disebut face validity adalah kemampuan yang ditulis dengan baik dan didukung bukti empiris yang kuat dan kredibel untuk dipahami oleh pembaca. Selain itu studi kasus kebanyakan mengulas topik yang kontemporer sehingga mungkin saja banyak peneliti lain yang mengalami fenomena yang mirip. Keunggulan studi kasus selanjutnya adalah memungkinkan peneliti menguji teori ke dalam situasi nyata yang sering tidak semudah atau sesederhana asumsi teori, pembentukan teori sering dilandasi berbagai asumsi dan pengecualiaan sebagai bagian dari penyederhanaan. Dengan menguji teori ke dalam kondisi nyata, peneliti dapat melihat bagaimana teori dapat menjelaskan atau bahkan gagal menjelaskan fenomena yang kompleks".
Menurut ulfatin (2015: 54) studi kasus memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan penelitian kualitatif yang lain, waktu yang dibutuhkan lebih cepat dibanding etnografi, studi kasus yang baik memungkinkan peneliti untuk bisa mempelajari karakteristik yang holistik dan bermakna terhadap peristiwa-peristiwa, studi kasus dapat dikatakan sebagai alat "pembuka" untuk mendalami masalah-masalah yang lebih kompleks. Menurut aziz (2007) dalam ulfatin (2015: 55) "(1) studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antara variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas; (2) studi kasus memberikan kesempatan unutk memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep dasar manusia, dan melalui penyelidikan yang intensif, peneliti dapat menemukan karakteristik dan hubungan yang mungkin tidak diharapkan atau tidak diduga sebelumnya; dan (3) studi kasus dapat menyajikan data dan temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk menghubungkan latar permasalahan peneliti yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu sosial."
Menurut ulfatin (2015: 55) kekurangan studi kasus diantaranya (1) studi kasus kurang cukup untuk memberikan dasar yang kuat dalam memberikan generalisasi ilmiah; (2) kedalaman studi kasus, tanpa disadari sulit digeneralisasi pada keadaan yang berlaku umum; (3) ada kecenderungan peneliti kurang mampu mengendalikan bias atau kesalahan subjektifitas pada diri peneliti.
Menurut ulfatin (2015: 59) studi kasus berdasarkan strategi pengungkapan dan tujuan laporannya dapat dibedakan 3 rancangan studi kasus yaitu studi kasus exploratoris (Exploratory case study), studi kasus explanatoris (Explanatory case study), dan studi kasus deskriptif (Descriptive case study). Setiap jenis rancangan studi kasus dapat digunakan secara sendiri-sendiri untuk satu tujuan peneliti.
a) Study Kasus Exploratoris (Exploratory case study)
Studi kasus exploratoris umumnya digunakan sebagai pengantar penelitian atau penelitian pendahaluan (Pilot study). Sebagai contoh peneliti akan merencakan penelitian yang lebih luas untuk memecahkan masalah-masalah dalam ilmu sosial masyarakat. Jika pertanyaan penelitian lebih banyak mengarahkan pada pertanyaan "Apa(what) berarti merupakan pertanyaan exploratoris. Dalam prakteknya study kasus exploratoris umumnya dilakukan sebagai studi pendahuluan untuk melakukan penelitian berikutnya, misalnya penelitan pengembangan. Merujuk borg, gall, ardana, dan sugiyono (dalam Ulfatin (2015: 59), penelitian dan pengembangan (research and development) umumnya dilakukan dengan melibatkan beberapa metode dalam suatu proyek penelitian. Pada tahap pertama penelitian dapat menggunakan metode studi kasus exploratoris untuk mengungkap apa yang terjadi dilapangan sebelum ia mengembangkan produk yang diinginkan, sehingga penelitian ini cenderung lebih lama. Untuk mendapatkan hasil yang bagus diperlukan metode penelitian yang lainnya.
b) Studi Kasus Explanatoris (Explanatory case study)
Rancangan studi kasus explanatoris digunakan jika peneliti menghadapi studi kasus tunggal, sementara ia tidak semata-mata ingin mencapai tujuan exploratoris, tetapi juga menganalisis penjelasan-penjelasan tandingan dalam rangkaian peristiwa yang sama, sehingga memungkinkan untuk bisa diterapkan pada situasi yang lain. Pada jenis penelitian lain, misalnya eksperimen, tujuan explanatoris menghasilkan kajian-kajian tentang sebab akibat. Studi kasus explanatoris lebih banyak digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang mencakup "mengapa" (why) dan "bagaimana" (how). Dimana pertanyaan mengapa dapat dianalogi kan sebagai turunan sedangkan bagiamana digunakan penelitian historis dan eksperimen. Explanatoris digunakan untuk memberikan penjelasan tandingan terhadap rangkaian peristiwa yang mungkin sama ditempat lain. Dengan adanya penjelasan yang memadai akan menambah kegunaan studi kasus untuk diaplikasikan ke situasi lain.
c) Studi kasus deskriptif (Descriptive case study)
Suatu studi kasus deskriptif umumnya digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang menyangkut pertanyaan what, how dan why. Diatas telah dipahami bahwa pertanyaan what lebih banyak menjadi fokus dalam studi kasus exploratoris, sedangkan pertanyaan how dan why lebih banyak menjadi fokus dalam studi kasus explanatoris. Dengan demikian studi kasus deskriptif umumnya digunakan untuk mencakup studi kasus exploratoris dan explanatoris. Pada studi kasus deskriptif ini peneliti ingin melacak urutan peristiwa, hubungan antar pribadi, menggambarkan sub budaya, dan menemukan fenomena kunci dalam suatu peristiwa. Isu-isu yang ditemukan dalam studi kasus deskriptif pada umumnya dalam bentuk unjuk kerja perorangan, struktur kelompok dan struktur lingkungan sosial. Ulfatin (dalam ulfatin 2015: 62) dapat juga disebut telah menggunakan gabungan studi kasus yaitu deskriptif explanatoris dan multi situs. Sebagai contoh seorang peneliti yang memfokuskan penelitiannya pada "Bagaimana seorang menjadi the boss pada perusahaan yang didominasi oleh pria". Untuk memahami dan mendeskripsikan secara utuh, maka peneliti harus mempelajari setiap perubahan pada diri subjek. Subjek menyesuaiakan diri ketika dirumah, di pergaulan dengan teman-temannya, di organisasi sosialnya dan sebagainya. Untuk itu peneliti memerlukan informasi studi kasus tentang latar belakang keluarganya, aspek ketahanan fisik, kemampuan, sifat, minat, dsb.
Di sisi lain terdapat studi kasus berdasarkan jumlah kasusnya yang dikemukakan oleh Ulfatin (2015: 63) sebagai berikut.
a) Studi Kasus tunggal (Individual Case Study)
Seperti halnya peneliti lain, peneliti harus menentukan seberapa luas lingkup kehidupan sosial yang akan diteliti. Studi kasus tunggal umumnya hanya melibatkan suatu lingkungan tertentu pada periode tak tentu pula. Suatu lingkungan dipilih karena dianggap memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh lingkungan lain. Penelitian ini menunjukkan bahwa perlu menyelidiki suatu proses dengan karakteristik penelitian kualitatif yang lebih menekankan pada aspek, proses, dan bukan hasil. Dalam bidang pendidikan fokus studi kasus tunggal dapat diterapkan untuk meneliti individu, program, peristiwa, atau proses yang diakibatkan oleh suatu konsep tertentu. Berg (dalam Ulfatin 2015: 63) mencontohkan studi kasus tunggal yang berarti individu, yaitu fokus penelitian yang ingin menjelaskan bagaimana menyesuaikan diri seorang wanita yang menjadi "the boss" di suatu organisasi korporasi yang didominasi oleh pria.
b) Studi kasus ganda/multi kasus (multiple case studies)
Penelitian studi kasus ganda digunakan untuk penelitian dengan menggunakan lebih dari satu kasus. Studi multi kasus dipilih untuk mengerjakan apa yang dipandang sebagai penelitian komparatif. Penelitian tipe ini melibatkan pengumpulan dan analisi data dari beberapa kasus dan dapat dibedakan dari studi kasus tunggal bahwa yang diteliti memiliki sub-unit/sub-kasus yang melekat di dalam penelitiannya. Peneliti memilih menggunakan setudi multi kasus karena jika menggunakan studi kasus tunggal, maka sebatas bisa memahami temuan dari kasus tunggal untuk menjawab pertanyaan how, where, dan way. Sebagai conoh seandainya peneliti menyelidiki tiga kasus dengan sindrom yang sama maka teori yang diprediksi untuk ditemukan akan lebih kuat dan terpercaya apabila dibandingkan jika peneliti hanya menyelidiki satu kasus saja.
c) Studi multi situs (multi site studies)
Studi multi situs merupakan suatu rancangan pnelitian kualitatif yang melibatkan beberapa situs dan subjek penelitian sebagai kasus.biklen (dalam Ulfatin, 2015: 68) mengemukakan rancangan studi multi situs merupakan salah satu bentuk rancangan penelitian kualitatif yang memang dapat digunakan terutama untuk mengembangkan teori yang diikat dari beberapa latar penelitian yang serupa, sehingga dapat dihasilkan teori yang dapat ditrasfer kesituasi yang lebih luas dan lebih umum cakupanya. Studi multi kasus hampir sama dengan studi multi situs, yang membedakan setudi multi kasus penyelidikanya berangkat dari kasus tunggal kemudian dilanjutkan kekasu berikutnya, mungkin pada latar yang sama atau pada latar lainya yang berbeda, sehingga kasus yang diteliti lebih dari satu.
Rancangan studi kasus menurut yin (2006) dalam ulfatin (2015: 73) adalah (1) pertanyaan peneliti; (2) proposisi (jika ada); (3) unit-unit analisisnya; (4) logika yang mngaitkan data dengan proposisi tersebut; dan (5) kriteria untuk mengiterprestasi temuan.
5. Metode Etnografi
Penelitian etnografi merupakan penelitian yang fokus penuh dibidang kebudayaan, serta juga dapat juga diartikan meneliti budaya dari dan untuk bisnis. Ulfatin (2014) menjelaskan ethno=bangsa, sedangkan graphy=menguraikan (menguraikan budaya masyarakat dalam satu bangsa). Semula etnografi sebagai pendekatan teoretik yang digunakan oleh para ahli antropologi untuk mempelajari budaya dan kehidupan manusia. Etnografi adalah suatu pendekatan penelitian yang mendiskripsikan dan mengitrepetasi sistem budaya atau kelompok sosial tertentu. Peneliti memeriksa pola-pola perilaku, kebiasaan, cara-cara hidup, dan sistem gagasan suatu kelompok masyarakat. Etnografi mencakup observasi kelompok yang memakan waktu lama, biasanya observasi partisipatif, dimana peneliti meleburkan diri dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang dikaji. Peneliti mempelajari tema-tema budaya perilaku, bahasa, dan interaksi kelompok yang bersangkutan. Jadi Metode Etnografi (budaya) merupakan metode penelitian yang banyak dilakukan dalam bidang antropologi terutama yang berhubungan dengan setting budaya.
Penelitian etnografi bertujuan untuk menguraikan suatu budaya secara menyeluruh baik yang bersifat material seperti artefak, alat, pakaian, bangunan, dan sebagainya, maupun yang bersifat abstrak seperti pengalaman, kepercayaan, norma, dan sistem nilai dari suatu kelompok yang diteliti. Penelitian ini menekankan penelitian budaya yang terdapat pada suatu komunitas tertentu yang diteliti dalam kehidupan sehari hari.
Terdapat 2 jenis etnografi yaitu mikro dan makro. Etnografi mikro adalah memfokuskan diri dari pada irisan-irisan kejadian dari peristiwa penting dalam latar yang lebih luas baik pada kelompok maupun institusi. Sedangkan pada etnografi makro berusaha mendeskripsikan seluruh pandangan hidup dari suatu kelompok, yang menjadi ciri bahwa ruang lingkup penelitian etnografi mikro adalah adanya hal yang spesifik dari hasil seleksi atau pemilihan. Seleksi yang dilakukan adalah kegiatan yang menonjol dan dilakukan oleh kelompok tersebut.
Tujuan utama etnografi adalah memahami sudut pandang atau cara hidup seseorang atau sekelompok orang dalam keadaan sesungguhnya. Maka dari itu ada tiga ciri penting mengapa peneliti harus memilih metode etnografi (1) ingin memahami pandangan hidup orang atau sekelompok orang (2) ingin memahami keaslian atau kewajaran dalam semua aspek kehidupan manusia dan (3) sebagai alat belajar dari manusia atau orang yang lain yaitu subyek yang diteliti.
6. Metode Interaksi Simbolik
Penelitian Interaksi Simbolik adalah cara peneliti memahami subyek yang diteliti dari sudut pandang subyek itu sendiri dalam membuat penafsiran dan membuat skema konseptual. Penjelasan Moleong (2014) pendekatan ini berasumsi bahwa pengalaman manusia ditengahi oleh penafsiran. Objek, orang, situasi, peristiwa tidak memiliki pengertiannya sendiri, tapi pengertian diberikan untuk masing–masing tersebut.
Interaksi simbolik merupakan salah satu cara untuk berpikir mengenai individu dan masyarakat yang saling berinteraksi. Bersamaan dengan perpektif fenomenologis, pendekatan ini berasumsi bahwa pengalaman manusia ditengahi oleh penafsiran untuk memahami perilaku, kita harus memahami definisi dan proses pendefinisiannya.
Menurut Ulfatin (2015:98) interaksi simbolik merupakan salah satu diantara beberapa perspektif utama yang dikenal dalam ilmu-ilmu solial seperti sosiologi, psikologi, antropologi dan komunikasi. Perspektif interaksi simbolik merupakan cara pandang terhadap perilaku manusia yang dilihat dari interaksinya yang menggunakan simbol-simbol. Pengambilanya data dengan cara bagaimana responden merespo subjek. Dengan memahami dari definisi dan proses definisi dari responden. Esensi dari interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran symbol yang diberi makna. Pandangan interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan ekspertasi orang lain yang menjadi mitra interaksinya. (ulfatin, 2015: 99).
Menurut ulfatin (2015: 101) ciri-ciri penelitian interaksi simbolik adalah suatu paham yang implementasinya menginterprestasikan pemaknaan dalam interaksi sosial antar induvidu satu dengan yang lain. Secararingkas interaksi simbolik dapat dipahami dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) Setiap induvidu selalu merespon situasi berdasarkan symbol-simbol; (2) individu merespon suatu situasi atau lingkungan berdasarkan symbol dan makna yang dikandung dalam komponen-komponen lingkungan tersebut; ketika mereka merespon, tidaklah bersifat mekanis dan tidak pula ditentukan oleh faktor-faktor eksternal; (3) makna adalah produk dari interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa atau symbol; (4) makna yang diinterprestasikan oleh induvidu bisa berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial.
Menurut ulfatin (2015: 104) penerapan interaksi simbolik dalam penelitian dapat dilakukan melalui beberapa proses, yaitu: (1) translation; (2) interpreted; (3) meaning. Translation merupakan penerjemahan yang dilakukan dengan cara mengalih bahasakan dari bahasa penduduk asli dan memindahkan rekaman ke tulisan. Interpreted merupakan penafsiran yang ditunjukkan oleh subjek. Meaning merupakan pemaknaan dari peneliti mengenai subjek.
7. Metode Penelitian Tindakan
Metode penelitian tindakan didefinisikan sebagai proses demokratis partisipatif yang bertujuan mengembangkan pengetahuan praktis dalam mencapai tujuan mulia manusia, berdasarkan cara pandang partisipan (Reason & Bradbury 2008). Menurut ulfatin (2015: 108) "penelitian tindakan merupakan metode penelitian yang arahnya membantu para praktisi (guru/pendidik) untuk mengembangkan profesionalisme kerjanya".
Metode Penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok orang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain. Penelitian tindakan diartikan sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif dengan model siklus. Tujuan dari penelitian tindakan untuk melakukan perbaikan sistem, cara kerja, proses, isi kompetensi, dan situasi. Dalam penelitian tindakan, peneliti tidak hanya melakukan penelitian atas sebuah fenomena, tetapi juga melakukan perubahan (menjadi lebih baik) dan mempelajari fenomena dan perubahan tersebut (Baburoglu & Ravn 1992).
Penelitian ini berorientasi pada manfaat praktis (Action Research). Untuk meningkatkan tanggung jawab kerjanya peneliti harus memperbaiki kinerjanya. Untuk memperbaiki kinerja peneliti harus melakukan penelitian. Karena orientasi untuk memperbaiki kinerja secara langsung dan praktis. Penelitian ini biasanya memberikan solusi terbaru kepada tokoh penting dalam memberikan pengetahuan atau solusi terbaru.
Penelitian tindakan hampir menyerupai penelitian kuantitatif eksperimental karena melakukan percobaan tindakan dan ditelaah keefektifanya, yang membedakan penelitian ini tidak secara ketat tidak terlalu memperdulikan variabel atau faktor yang mempengaruhi hasil dari suatu perumusan simpulan yang sifatnya generalisasi.
Ciri-ciri dari penelitian tindakan adalah: (1) bersifat situasional dan kontekstual yang terkait dengan upaya mendiagnosis dan memecahkan masalah dalam konteks tertentu; (2) menggunakan pendekatan yang kolaboratif; (3) prosedur penelitian tindakan bersifat on-the-spot, yaitu sengaja dirancang untuk menangani masalah konkrit yang ada ditempat itu juga; (4) bersifat evaluasi diri; (5) bersifat partisipatoris; (6) penelitian dimulai dari hal-hal yang kecil; (7) penelitian tindakan bersifat luwes dan dapat disesuaikan dengan keadaan; (8) penelitian tindakan dimulai dengan siklus perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Prosedur penelitian tindakan menurut berg (2004) dalam ulfatin (2015: 117) terdiri dari: (1) mengembangkan fokus penelitian; (2) merumuskan masalah dan persiapan; (3) melaksanakan dan mengumpulkan data; (4) menganalisis data dan refleksi.
Menurut Wiriaatmadja (62: 2014) "Rancangan penelitian tindakan kelas terdiri dari: (1) Model lewis yang ditafsirkan oleh kemmis; (2) Revisi model lewis menurut elliott; (3) Model spiral dari kemis dan taggart; (4) Model Ebbutt; (5) Model McKernan.
Menurut Wiriaatmadja (62: 2014) Model lewis yang ditafsirkan oleh kemmis adalah menggambarkan sebuah spiral dari beberapa siklus kegiatan. Bagan yang melukiskan kegiatan ini pada pada siklus dasar kegiatan yang terdiri dari mengidentifikasi gagasan umum, melakukan reconnaissance, menyusun rencana umum, mengembangkan langkah tindakan yang pertama, mengimplementasikan langkah tindakan yang pertama, mengevaluasi, dan memperbaiki rancangan umum. Siklus spiral ini baru berhenti apabila tindakan substantive yang dilakukan oleh penyaji sudah dievaluasi dengan baik, yaitu penyaji yang mungkin peneliti sendiri atau mitra guru sudah menguasai keterampilan mengajar yang dicobakan dalam penelitian tersebut. Bagi peneliti pengamat atau observer, siklus dihentikan apabila data yang dikumpulkan untuk penelitian apabila data yang dikumpulkan untuk penelitian sudah jenuh, atau kondisi kelas sudah setabil.
Menurut Wiriaatmadja (66: 2014) model spiral dari kemis dan taggart memiliki rancangan sebagai berikut: permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi bertanya kepada siswa dalam pembelajaran sains. Keputusan ini timbul dari pengamatan tahap awal yang menunjukkan bahwa siswa belajar sains dalam proses inkuiri. Dalam diskusi sipikirkan cara untuk mendorong inkuiri siswa, apakah dengan mengubah kurikulum, atau mengubah cara bertanya kepada siswa. Maka dirancang strategi bertanya untuk mendorong siswa untuk menjawab pertanyaan sendiri. Semua kegiatan ini dilakukan pada tahap perancangan (plan).
Menurut Wiriaatmadja (66: 2014) model ebbutt menunjukkan bentuk alur penelitian, dimulai dengan pemikiran awal peneliti yang dilanjutkan dengan reconnaissance. Reconnaissance menyangkut kegiatan-kegiatan diskusi, negoisasi, menyelidiki kesempatan, mengases kemungkinan dan kendala, atau dengan singkat mencakup keseluruhan analisis. Menurut ebbutt, cara yang tepat untuk memahami proses penelitian tindakan ialah dengan memikirkannya sebagai suatu seri dari siklus yang berturut-turut, dengan setiap siklus mencakup kemungkinan masukan balik informasi di dalam dan diantara siklus.
Menurut Wiriaatmadja (66: 2014) model McKernan (1991) lebih menekankan model penelitian dengan "proses waktu", dalam arti bahwa dalam penelitian tindakan yang penting janganlah dilakukan dengan terlalu kaku dalam soal waktu. Hal ini mencakup menentukan fokus permasalahan, penyelesaian masalah yang rasional, dan kepemilkan penelitian yang demokratis.
8. Metode Grounded
Menurut ulfatin (2014) menerangkan Penelitian Grounded merupakan penelitian kualitatif yang paling pokok sesuai penelitian yang menghasilkan teori dasar. Jika pada penelitian kuantitatif berangkat dari teori yang ada kemudaian dijabarkan melalui hipotesis yang sudah diuji kebenarannya,sebaliknya pada penelitian "grounded" bertolak dari fakta-fakta di lapangan,kemudian dianalisis untuk diwujudkan menjadi teori. Dengan metode penelitian ini mengsingkronkan antara hasil penelitian kuantitatif dengan kenyataan dilapangan. Menurut ulfatin (2015: 47) grounded teori adalah pendekatan penelitian yang bermaksud untuk mengembangkan teori tentang minat terhadap fenomena. Fenomena itu perlu diamati dari bawah sampai menjadi suatu istilah dalam kerangka teori.
Kejelasan dari Moedzakir (2010) "teori grounded adalah sebuah pendekatan kualitatif yang dihajatkan untuk mengembangkan atau menemukan sebuah teori substansial berbasis fakta di lapangan". Teori juga pengembangan penelitian yang diartikulasikan kearah tujuan penelitian dan dapan mengasumsikan bentuk pernyataan naratif.
Metode grounded adalah pendekatan penelitian kualitatif yang dilakukan untuk mengembangkan sebuah teori berbasis fakta di lapangan, metode ini bukan membangun teori secara deduktif akan tetapi pengembangan teori tersebut dilakukan secara induktif. Menurut Nazir (1988: 88) dalam Andi Prasetowo (2011: 189) "Grounded research merupakan metode penelitian yang mendasarkan diri pada fakta dan menggunakan analisis perbandingan yang bertujuan untuk mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep-konsep, membuktikan teori, dan mengembangkan teori tempat pengumpulan data dan analisis data berjalan pada waktu bersamaan".
Karakteristik metode grounded adalah peneliti langsung ke lapangan, semuanya dilaksanakan di lapangan. Rumusan masalah ditentukan di lapangan, hipotesis senantiasa jatuh bangun ditempa data. Data merupakan sumber teori. Teori berdasarkan data sehingga teori juga lahir dan berkembang di lapangan. Ciri khas metode grounded research ada lima macam (Nazir, 1988: 89); Muhadjir, 2000: 125; Moleong, 2006: 29), yaitu sebagai berikut: "(1)Menggunakan data sebagai sumber teori; (2)Peranan data dalam penelitian ini lebih dioptimalkan; (3)Pemilihan sampel mengarah ke pemilihan kelompok yang akan memperkaya penemuan; (4)Pengumpulan data dan analisas data berjalan pada waktu yang bersamaan".
2.3 Karakteristik Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri-ciri yang membedakannya dengan penelitian jenis lainnya. Menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong: 2014) mengulas sepuluh buah ciri penelitian kualitatif sebagaimana dibawah ini:
1. Latar Alamaiah: Menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2014: 4), karena ontology alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. Hal tersebut didasarkan pada beberapa asusmsi. (1.) Pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat karena itu hubungan penelitian harus mengambil tempat keutuhan dalam konteks untuk keperluan pemahaman; (2.) Konteks sangat menentukan dalam menetapkan sesuatu penemuan mempunyai arti bagi konteks lainnya yang berarti bahwa suatu fenomena harus diteliti dalam keseluruhan pengaruh lapangan; (3.) Struktur nilai kontekstual bersifat determinative terhadap apa yang akan dicari.
2. Manusia sebagai alat (instumen): Dalam penelitian kualitatif peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain, merupakan alat pengumpul data utama. Hal itu dilakukan jika memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkannya terlebih dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik maka, sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan yang ada dilapangan. Selain itu "Manusia sebagai alat" yang berhubungan dengan responden atau objek lain hanya manusia lah yang mampu mengerti kaitan kenyataan yang ada dilapangan dan hanya manusia sebagai instrumen pula lah yang menilai kehadirannya menjadi faktor pengganggu sehingga apabila terjadi hal yg demikian ia pasti dapat menyadari serta mengatasinya. Oleh karena itu pada waktu pengumpulan data dilapangan peneliti berperan serta dalam kegiatan kemasyarakatan. Penulis menamakan cara pengumpulan data demikian disebut "participant observation (catatan : Kuntjaraningrat dan emmerson, ed. (dalam Moleong, 2014:5)).
3. Metode kualitatif: Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif ini digunakan oleh beberapa pertimbangan. Pertama, penyesuaian metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan responden dan yang ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan dengan banyak penjaman pengaruh bersama dengan pola-pola nilai yang dihadapi.
4. Analitis data secara induktif: Penelitian kualitatif menggunakan analisis secara induktif. Analisis induktif ini digunakan karena beberapa alas an yang pertama, proses proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda yang terdapat dalam data; kedua, analisis induktif lebih dapat menemukan mebuat hubungan peniliti responden lebih eksplesit, dapat dikenal dan akontabel; ketiga analisis demeikian dapat menguraikan latar belakang penuh dan membuat keputusan-keputusan tentang tindakan pengalih kesuatu latar lain; keempat, analisi induktif lebih menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan; dan yang terakhir, analisis ini dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik.
5. Teori dari dasar (grounded theory): Penelitian kuantitaf lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori substantif yang berasal dari data. Hal ini disebabkan beberapa hal. Pertama, tidak tidak ada teori yang dapat mencakupi kenyataan-kenyataan ganda yang mungkin akan dihadapi. Kedua, penelitian ini mempercayai pada apa yang dilihat peneliti sehingga ia berusaha untuk sejauh mungkin menjadi netral, keriga, teori dari dasar lebih dapat responsif terhadap nlai kontekstual. Dengan menggunakan penelitian secara induktif berarti bahwa pencarian data bukan dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelum penelitian diadakan. Analisi ini bentukan dari pembentukan abstrak berdasarkan bagian-bagian. Dan kemudian dikelompokan. Jadi penyusunan teori ini barasal dari bahwa bawah ke atas dan saling berhubungan. Peneliti merencanakan untuk menyusun teori, arah penyusun teori tersebut akan menjadi jelas sesudah data dukumpulkan, jadi peneliti menyusun atau membuat gambaran yang makin jelas sementara data dikumpulkan dan bagian datanya diujika. Dalam hal peneliti tidak berasumsi bahawa tidak cukup yang diketahui untuk memahami bagian penting sebelum melakukan penelitian.
6. Deskriptif: Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Hal ini dikarenakan adanya penerapan metode kualitatif. Selaim itu semua hal yang disebabkan adanya penerapan metode kualitatif. Semua hal yang dikumpulkan mungkin bisa menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk member gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari : masalah wawancara, catatan lapangan, foto, video, dokumen pribadi, catatan/memo dan dokumen resmi lainya. Peneliti menganilisi data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mngkin dalam bentuk aslinya.
7. Lebih mementingkan proses daripada hasil: Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi "Proses" dari pada "Hasil". Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses.
8. Adanya 'batas' yang ditentukan oleh 'fokus': Peneliti kualitatif menghendaki untuk menetapkan batas dalam penelitannya atas dasar fokus yang timbul sebagi masalah dalam penelitian. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, batas menentukan kenyataan-ganda yang kemudian mempertajam fokus. Kedua, penetapan fokus dapat lebih dekat dihubungkan oleh interaksi antara peneliti dan fokus.
9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data: penelitian kualitatif mendefinisikan validitas, reliabilitas, dan obyektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan lazim digunakan dalam penelitian klasik. Menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong : 2014) hal itu disebabkan validitas internal cara lama telah gagal, karena hal itu menggunakan isomorfisme antara hasil penelitian dan kenyataan tunggal di mana penelitian dapat dikonvergensikan. Kedua, validitas eksternal gagal karena tidak taat-asas dengan aksioma dasar dari generalisasinya. Ketiga, Kriteria reliabilitas gagal karena mempersyaratkan stabilitas dan keterlaksanaan secara mutlak dan kedua tidak mungkin digunakan dalam paradigma yang didasarkan pada disain yang dapat berubah-ubah. Keempat, criteria obyektivitas gagal karena penelitian kuantitatif justru memberi kesempatan interaksi antara penelitian responden dan peranan nilai.
10. Desain yang bersifat sementara: Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan. Jadi, tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, tidak dapat dibayangkan sebelumnya tentang kenyataan-kenyataan ganda dilapangan; kedua, tidak dapat diramalkan sebelumnya apa yang akan berubah karena hal itu akan terjadi dalam interaksi antara peneliti dan kenyataan; ketiga, bermacam sistem nilai yang terkait berhubungan dengan cara yang tidak dapat diramalkan.
11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama: Penelitian kualitatif lebih menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dan dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sumber data. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, susunan kenyataan dari merekalah yang akan diangkat oleh peneliti; kedua, penelitian bergantung pada hakekat dan kualitas hubungan pencari dengan yang dicari; ketiga, konfirmasi hipotesis kerja akan lebih baik verifikasinya apabila diketahui dan dikonfirmasikan oleh orang-orang yang ada kaitannya dengan orang yang diteliti.
Menurut Suripan Sadi Hutomo (1992: 58-59) didalam Burhan Bungin (2001: 56) "Ciri-ciri penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif terdiri dari (1) Sumber data bersifat ilmiah, artinya peneliti harus memahami fenomena sosial secara langsung; (2) Peneliti sendiri merupakan instrumen peneliti yang paling penting di dalam pengumpulan data; (3) Analisis berbentuk induktif; (4) di lapangan, peneliti harus berperilaku seperti masyarakat yang diteliti; (5) Informasi dan data harus berasal dari tangan pertama; (6) Kebenaran data harus dicek dengan data lain; (7)
2.4 Kelebihan Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif memiliki kelebihan, antara lain:
Penelitian kualitatif bersifat induktif, melalui konseptual dari data yang diperoleh yang sangat memungkinkan teori baru akan terlahir.
Hasil yang diperoleh dari penelitian kualitatif ini bukan dari satu sumber saja, melainkan berbagai sumber, yang mana sumber satu dengan yang lainnya memilik hasil yang berbeda.
Tingkat penelitian kualitatif memiliki fleksibilitas yang tinggi serta memiliki masalah di objektivitas yang tinggi.
2.5 Kekurangan Penelitian Kualitatif
Kekurangan dari penelitian kualitatif adalah:
Membutuhkan atau memerlukan waktu yang lama.
Data yang dikumpulkan bisa jadi tidak bermakna dan berguna.
Problem objektifitas, representatif, dan etik.
Hasil penelitian bersifat subjektif.
Temuan teori hanya berlaku untuk setting kebudayaan yang terbatas.
Kegunaan teori yang dihasilkan rendah karena belum tentu dapat dimanfaatkan.
Metode Kualitatif
Kelebihan
Kekurangan
Deskripsi dan interpretasi dari informan dapat diteliti secara mendalam.
Peneliti bertanggung jawab besar terhadap informasi yang disampaikan oleh informan
Mempunyai landasan teori yang sesuai fakta
Bersifat sirkuler
Penelitian lebih berjalan subyektif.
Perbedaan antara fakta dan kebijakan kurang jelas
Sangat efektif digunakan dalam mencari tanggapan dan pandangan karna bertemu langsung.
Ukuran penelitian kecil.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris, seperti studi kasus, pengalaman pribadi, instropeksi, riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional dan visual yang menggambarkan momen rutin dan problematis, serta maknanya dalam kehidupan individual dan kolektif. Diperlunya kajian lebih padat dan ringkas mengenai ragam, jenis, karaktersitik, kelebihan, kekurangan dari penelitian kualitatif.
Menurut Burhan Bungin (2001: 29) Penelitian kualitatif memiliki paradigm interpretivisme, tujuan dari penelitian ini adalah (1) Memahami fenomena sosial; (2) Alasan tindakan sosial. Sementara fokus penelitian ini lebih mengarah pada rana (1) Etika; (2) Pola fikir; (3) Rasionalitas dan (4) Nilai budaya.
3.2 Daftar Pustaka
Ali, Muhammad & Asrori, Muhamad. 2014. Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Jaudun., A. 2010. Penelitian Pengembangan. Makalah Disampaikan Pada Pembekalan Calon Pengawas Berprestasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, fakultas teknik UNY, Yogyakarta, 13 Juli.
Kurnia., M. Tanpa Tahun. Kelebihan dan Kekurangan Metode penelitian, (Online),(https://www.academia.edu/6795452/Kelebihan_dan_kekurangan_ Metode_Penelitian_Kualitatif_dan_Kuantitatif), diakses 07 Maret 2016.
Latief, Mohammad Adnan. 2014. Berbagai Kesalahan Penelitian dalam Proposal, Skripsi, Tesis, Desertasi, dan Jurnal. Malang: Universitas Negeri Malang
Moedzakir. D., 2010. Desain dan Model Penelitian Kualitatif (Biografi, Fenomenologi, Teori Grounded, Etnografi dan Studi Kasus). Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Moleong., L., J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mukhadis. 2005. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif. Malang: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang.
Mukhadis. 2015. Kiat Menulis Karya Ilmiah. Malang: Aditya Media Publishing.
Patilima, Hamid. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Sangadji, Etta Mamang & Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi.
Sarosa, Samiaji. 2002. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Jakarta Barat: PT Indeks.
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tanpa Pengarang. 2011. Metode Penelitian Research And Development (R & D), (Onlain), (http://berbahasa-bersastra.blogspot.co.id/2011/10/metode-penelitian-research-and.html), (diakses 4 April 2016).
Ulfatin, Nurul. 2015. Metode Penelitian Kualitatif di bidang pendidikan: Teori dan Aplikasinya. Malang: MNC Publishing.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2014. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.