Hasil Evaluasi
Tahapan Pembelajaran
Nilai rata-rata
KELOMPOK
Nilai Rata-rata
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Perubahan Sosial Siswa Kelas XII IPS SMA Muhammadiyah Lemahabang Kabupaten Cirebon.
LAPORAN HASIL PENELITIAN
Diajukan sebagai salah satu persyaratan Administrasi Pengembangan Profesi
SMA MUHAMMADIYAH
LEMAHABANG
Disusun Oleh
Drs. Abdul Halim, M.MPd
NIP. 19580403 198303 1 022
TAHUN 2009
LEMBAR PENGESAHAN
1.Judul "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Perubahan Sosial Siswa Kelas XII IPS SMA Muhammadiyah Lemahabang Kabupaten Cirebon."
2. Identitas Peneliti
Nama : Drs. Abdul halim, M.MPd
NIP : 19580403 198303 1 022
Pangkat / Gol : Pembina Tk I / IV.b
TMT : 01 – 10 - 2004
Tempat / tgl lahir : Cirebon, 03 April 1958
Jenis kelamin : Laki - laki
Unit kerja : SMA Muhammadiyah Lemahabang Kabupaten Cirebon
Alamat : Jln KH. Ahmad Dahlan No.1 Kabupaten Cirebon
Lama penelitian : 3 Bulan ( Agustus - Oktober)
Observer : Meti S,Pd
Lemahabang : Oktober 2009
Kepala Pustakawan Kepala Sekolah
Badarudin Drs.Abdul Halim, M.MPd
NIP.19580403 198303 1 022
Mengetahui
Pengawas Sosiologi Kabupaten Cirebon
Dra.Hj. Hanifah, M.A, M.M
NIP.19581225 198203 2 005
i
i
ABSTRAK
"Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Perubahan Sosial Siswa Kelas XII IPS SMA Muhammadiyah Lemahabang Kabupaten Cirebon."
Teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Dalam kegiatan Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Teknik ini dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.
Tujuan dari penelitian ini adalah:1) Untuk mengetahui penguasaan materi ajar Sosiologi Siswa kelas XII IPS di SMA Muhammadiyah Lemahabang, 2) Untuk mengetahui peningkatan Prestasi belajar Siswa kelas XII IPS di SMA Muhammadiyah Lemahabang, 3) Untuk mengetahui peningkatan Keaktifan Siswa kelas XII IPS di SMA Muhammadiyah Lemahabang Kabupaten Cirebon.
Subjek penerima tindakan siswa kelas XII IPS semester I tahun pelajaran 2009 / 2010. SMA Muhammadiyah Lemahabang Kabupaten Cirebon. Dengan jumlah siswa 35 orang terdiri dari laki-laki 19 orang dan siswa perempuan 21 orang
Data yang dikumpulkan melalui observasi, catatan lapangan, dan review. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Model alur keabsahan data diperiksa dengan trianggulasi penyidik. Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini yakni: 1) kerja kolaboratif dapat mengembangkan guru Sosiologi memahami pembelajaran yang efektif, 2) subjek penerima tindakan berhasil meningkatkan hasil belajar Sosiologi, seperti; perhatian, keberanian, aktifitas meningkat, kemampuan mengajukan pertanyaan dan menyelesaikan soal-soal serta prestasi belajar yang meningkat dari rata-rata pre tes pada pra siklus sebesar (58,64) meningkat pada hasil pos tes dengan rata-rata nilai sebesar (67,88). Pada siklus I hasil pre tes sebesar (61,10) , meningkat pada rata-rata hasil pos tes sebesar (77,63),. Sedangkan pada siklus II hasil pos tes rata-rata sebesar (73,50), meningkat pada hasil pos tes dengan rata-rata nilai sebesar (83,00). Begitu juga dengan akifitas siswa pada tiap siklus mengalami perubahan kearah lebih baik, dengan persentase masing-masing adalah tahap pra siklus sebesar (25%), pada siklus I meningkat sebesar (55%), dan pada siklus II menjadi (87,5%).
Dari hasil penemuan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan model Kancing Gemerincing ( KCG ), pada umumnya dapat meningkatkan prestasi belajar dan aktifitas siswa kelas XII IPS SMA Muhammadiyah Lemahabang Kabupaten Cirebon.
iiKata Kunci : Model Kancing Gemerincing (KCG), Hasil Belajar
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT., akhirnya penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ini yang berjudul : "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Perubahan Sosial Siswa Kelas XII IPS SMA Muhammadiyah Lemahabang Kabupaten Cirebon."
Penelitian Tindakan Kelas ini memang jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis banyak mendapat bantuan yang bermanfaat. Untuk itu, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat:
Pengawas Sosiologi Kabupaten Cirebon
Dewan guru dan staf TU;
Siswa-siswa Kelas XII IPS
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat khusunya bagi para pendidik, dan umumnya bagi dunia pendidikan.
Lemahabang , Oktober 2009
Penulis
ABD. HALIM
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.. i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I Pendahuluan 1
A.Latar Belakang Masalah 1
B.Rumusan Masalah 5
C.Tujuan Penelitian 6
D.Manfaat Penelitian……………………………………………………………. 6
BAB II Kajian Teori 7
A.Hakikat Pembelajaran Kooperatif 7
B.Penguasaan Materi Ajar 13
C.Tinjauan Materi Ajar Perubahan Sosial 21
D.Kerangka Berpikir 28
E. Hipotesis Tindakan…………………………………………………………….31
BAB III Metodologi Penelitian 32
A.Lokasi dan Waktu Penelitian 32
B.Subjek Penelitian 32
C.Tekink Pengumpulan Data 32
D.Teknik Analisa Data 32
E Prosedur Penelitian 34
F. Perangkat Pembelajaran 37
G.Instrumen Penelitian 37
H.Teknik Pengolahan Data 38
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembehasan 41
A.Deskripsi Hasil Penelitian……………………………………………………. 41
B.Pembahasan Hasil Penelitian 60
BAB V Kesimpulan dan Saran 64
A.Kesimpulan 64
B.Saran 64
DAFTAR PUSTAKA 65
LAMPIRAN- LAMPIRAN 66
DAFTAR TABEL
Tab 3,1 Kriteria keberhasilan siswa 33
Tab.3.2 Aktifitas Siswa Pada Pembelajaran 33
Tab.3.3 Kinerja Guru Pada Pembelajaran 34
Tab.3.4 Tingkat Pemahaman Siswa 38
Tab.3.5 Tafsiran Prosentase Hasil Tes 39
Tab.4.1 Refleksi Kegiatan Pra Tindakan 42
Tab.4.2 Identifikasi Masalah & Refleksi Tindakan Siklus I 45
Tab.4.3 Identifikasi Masalah & Refleksi Tindakan Siklus II 47
Tab.4.4 Nilai Evaluasi Pra Siklus & Siklus I 47
Tab.4.5 Nilai Evaluasi Siklus II 50
Tab.4.6 Sumbangan Skor Kelompok & Klasifikasi Siklus I………………………….. 53
Tab.4.7 Sumbangan Skor Kelompok & Klasifikasi Siklus II 54
Tab.4.8 Aktifitas Siswa Pembelajaran Tiap Siklus 55
Tab.4.9 Kinerja Guru Pembelajaran Tiap Siklus 56
Tab.4.10 Prosentase Angket Siswa Untuk Respon Terhadap Materi Ajar 58
Tab.4.11 Prosentase Angket Siswa Untuk Respon Terhadap Pembelajaran 59
Tab.4.12 Prosentase Angket Siswa Untuk Respon Terhadap Peran Guru 60
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas 40
Gambar 4.1 Grafik Hasil evaluasi Tiap Siklus 53
Gambar 4.2 Hasil Skor Kelompok Tiap Siklus 55
Gambar 4.3 Grafik Presentasi Kelompok Tiap Siklus 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Soal-soal PreTes 66
Lampiran 2 Soal-soal Pos Tes 68
Lampiran 3 Soal-soal Akhir Siklus 70
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) 71
Lampiran 5 Aktifitas Siswa & Kinerja Guru Tiap Siklus 79
Lampiran 6 Prosentase Angket Siswa Untuk Respon Materi Ajar & Pembelajaran 80
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian 82
Lampiran 8 Jadwal Penelitian 83
Lampiran 9 Rekap Daftar Hadir Siswa 84
Lampiran 10 Catatan Harian Pelaksanaan Penelitian Tiap Siklus 85
Lampiran 11 Hasil Wawancara Dengan Guru Sosiologi 86
Lampiran 12 Foto – Foto Kegiatan Pembelajaran 90
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam membentuk kepribadian manusia. Proses pembentukan kepribadian manusia sendiri berjalan seumur hidup dari lahir sampai akhir hayat. Proses pembentukan tersebut dapat ditempuh melalui jalur formal, informal, dan non formal.
Dalam pendidikan formal, proses pembelajaran memiliki kontribusi yang besar, karena pada umumnya seseorang akan melalui sistim pendidikan dari SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Didalam proses pembelajaran formal tersebut seringkali menemui beberapa permasalahan. Permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran tentu berkaitan dengan siswa, guru, sekolah dan lingkungan sekolah. Kesemuanya memiliki kontribusi yang sama pentingnya dalam peningkatan kualitas pendidikan di suatu sekolah. Namun dalam proses pembelajarannya, interaksi antara guru dan siswa menjadi suatu keharusan, sehingga peran guru dalam pembelajaran sangatlah penting. Supriyadi (2012:73) menyebutkan bahwa "Fungsi guru dalam proses belajar mengajar ialah sebagai director of learning (direktur belajar)". Artinya bahwa setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar seperti yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar.
1Jadi dewasa ini peran guru menjadi semakin meningkat, dulu pembelajaran berpusat pada guru, namun sekarang pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga guru dituntut untuk kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran supaya peserta didik mencapai keberhasilan sesuai tujuan yang telah direncanakan. Dalam proses pembelajarannya seorang guru hendaknya mengetahui latar belakang siswa serta kebutuhan siswa, sehingga nantinya guru bisa memberikan pembelajaran dengan maksimal. Seorang siswa menurut Kristi dalam Kesuma (2013 : 10) menyebutkan bahwa "Siswa adalah jiwa yang terus berubah, berproses, bertumbuh, berkembang, dan bertransformasi sehingga mereka bukan objek pembelajaran". Melalui sistim pendidikan yang baik, seharusnya guru dan sekolah bekerjasama untuk memenuhi hak-hak peserta didik berdasarkan tahap perkembangan dan kebutuhan setiap pribadi peserta didik.
1
Tujuan belajar sendiri menrut Kesuma (2013 : 10) adalah "Tujuan belajar adalah membuat siswa senang belajar, membuat mereka menikmati belajarnya, membuat mereka menemukan relasi-relasi pengetahuan berdasarkan apa yang mereka pelajari".
Sebagai guru yang profesional hal ini menjadi suatu keharusan, bahwa dalam proses belajar mengajar sebisa mungkinmembuat suasana belajar yang menyenangkan, dengan pembelajaran yang menyenangkan maka akan meningkatkan minat. motivasi dan prestasi belajar siswa. Apalagi dalam era modernisasi ini, guru diberikan berbagai kemudahan, misalnya adanya LCD.
Melalui LCD dapat ditampilkan video-video pembelajaran yang akan membuat suasana yang berbeda dikelas. Penggunaan model pembelajaran yang bervariasi juga dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Namun dalam praktiknya, tidak semua guru dapat memenuhi standar profesional. Dalam kenyataan disekolah, guru memiliki sifat dan karater yang berbeda-beda, tidak jarang juga pihak sekolah menemui kendala atau permasalahan yang berkaitan dengan keprofesionalan seorang guru.
Proses pembelajaran dikelas biasanya berkaitan dengan cara atau metode pembelajarannya. Metode atau cara pembelajaran, berkaitan dengan sifat profesionalisme guru dalam mengajar. Seorang guru yang profesional sebaiknya mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Penggunaan bebagai metode pembelajaran yang bervariasi dan inovatif tentu akan meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
Namun pada kenyataannya, proses pendidikan di Indonesia tidak semua berjalan dengan lancar dan tidak semua guru dapat menempatkan dirinya pada situasi dan kebutuhan siswa. Seperti yang diungkapkan Nini Subini (2012 : 89) mengenai kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh guru, salah satunya adalah "Berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, terutama saat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas seperti berpikir egosentris, merasa paling pintar, tidak menguasai materi, mengajar tanpa mendidik, dan sebagainya" . Disini guru memang tidak menjadi faktor utama penentu kualitas pendidikan, namun disini guru memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran. Seperti yang ditegaskan oleh Nini Subini (2012 : 45) bahwa "Yang paling menentukan mengenai kualitas pendidikan di Negara ini adalah guru, Walaupun selama ini telah terjadi beberapakali pergantian kurikulum, yang terpenting adalah pelaksanaan dan hasil yang didapatkan".
Jadi pelaksanaan pendidikan erat hubungannya dengan kinerja guru yang memang dituntut profesional. Berdasarkan hasil observasi dan refleksi yang dilakukan peneliti bersama guru kolabolator, dari kelima kelas yang direkomendasikan guru, penelitian tindakan kelas yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar siswa, berfokus pada kelas XII IPS. Di kelas tersebut ditemukan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan profesionalisme guru, diantaranya adalah guru kurang inovatif dalam menggunakan metode pembelajaran, metode yang selalu digunakan guru adalah ceramah, padahal di kelas disediakan LCD, namun keberadaan LCD kurang dimanfaatkan, guru terlihat kurang tegas dalam memberikan arahan kepada siswa.
Permasalahan yang berkaitan dengan profesionalisme guru tersebut menyebabkan kondisi siswa yang pasif karena pembelajaran masih terpusat pada guru. Pada tahap observasi yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan beberapa permasalahan antara lain ada beberapa siswa yang belum ada kesiapan dalam menerima pelajaran, terlihat siswa belum mempersiapkan alat tulis dan buku pelajaran sosiologi, saat guru menjelaskan materi ada peserta didik yang asik berbicara diluar materi pelajaran, pada saat diminta berdiskusi dengan teman sebangku, banyak peserta didik yang berdiskusi sendiri di luar materi, saat pembelajaran berlangsung banyak siswa yang tidak memperhatikan pelajaran dan hanya tiduran padahal ada guru yang sedang menjelaskan materi.
Dari segi penataan tempat duduk pun, banyak bangku di bagian depan yang masih kosong, siswa lebih memilih tempat duduk dibagian belakang. Jika dilihat dari hasil evaluasi belajar pun banyak siswa yang tidak tuntas. Dari siswa yang hadir saat evaluasi berlangsung yaitu 35 siswa, atau 100% siswa yang tidak tuntas pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) 70, dengan nilai rata-rata kelas adalah 54,6. Jadi sejumlah 35 siswa atau 100% siswa tidak tuntas dalam evaluasi.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 24 siswa yang mengikuti evaluasi belajar, semua siswa dinyatakan tidak tuntas. Berdasarkan hal tersebut, dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran maka peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan Teknik Kancing Gemerincing agar siswa dapat lebih aktif, antusias dalam mengikuti proses pembelajaran Sosiologi, serta mempermudah siswa untuk memahami pelajaran sosiologi, dengan begitu maka prestasi belajar pun menjadi meningkat.
Dengan menerapkan teknik kancing gemerincing ini, diharapkan dapat meningkatkan prosentase siswa yang tuntas nilai KKM, keaktifan siswa meningkat, tumbuhnya sikap tanggungjawab siswa, serta terciptanya interaksi yang baik antar siswa. Pemilihan indikator prestasi belajar oleh peneliti, memiliki beberapa pertimbangan, yang pertama rendahnya nilai evaluasi siswa yang jauh dari standar yang telah ditetapkan, yaitu 56,4 dengan KKM adalah 70, maka peneliti berfokus pada peningkatan prestasi belajar, yang kedua adalah siswa kelas XII IPS memang dituntut banyak latihan soal dengan nilai yang memenuhi standar atau tuntas KKM, karena di kelas XII IPS ini akan menghadapi tantangan terdekatnya yaitu ujian nasional, sehingga dituntut peningkatan prestasi belajar.
Jadi pemilihan metode pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing ini sesuai dengan kebutuhan dan karateristik siswa serta sesuai dengan permasalahan yang ada dikelas. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti mengangkat judul : "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Perubahan Sosial Siswa Kelas XII IPS SMA Muhammadiyah Lemahabang Kabupaten Cirebon."
Perumusan Masalah
Sehubungan dengan judul dengan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka fokus permasalahannya dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah penguasaan materi ajar Sosiologi Siswa kelas XII IPS di SMA Muhammadiyah Lemahabang?
2. Adakah peningkatan Hasil belajar Siswa kelas XII IPS di SMA Muhammadiyah Lemahabang?
3.Adakah peningkatan Keaktifan Siswa kelas XII IPS di SMA Muhammadiyah Lemahabang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui penguasaan materi ajar Sosiologi Siswa kelas XII IPS di SMA Muhammadiyah Lemahabang.
2. Untuk mengetahui peningkatan Prestasi belajar Siswa kelas XII IPS di SMA Muhammadiyah Lemahabang.
3.Untuk mengetahui peningkatan Keaktifan Siswa kelas XII IPS di SMA Muhammadiyah Lemahabang.
D Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagi penulis,
Dapat menambah wawasan pemahaman yang lebih komprehensif tentang pentingnya menguasai materi ajar.
2.Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan sebagai masukan bagi sekolah terkait, dalam meningkatkan berbagai hal yang diperlukan untuk mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran yang efektif.
3.Penelitian ini sebagai bagian dari usaha untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya, dan materi ajar Sosiologi khususnya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakekat Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk model yang di kembangkan dari teori belajar kotruktivisme, Piaget dan Vygotsky. Dasar dari teori ini adalah anggapan bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi manusia-manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan mereka.
Slavin ( 1995:4 ) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana system belajar mengajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah belajar.
Anita Lie ( 2000 ) menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong yaitu system pembelajaran yang member kesempatan kepada anak didik untuk kerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugasnya yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja kalau secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari empat/lima orang saja.
7Pembentukan pengetahuan menurut Piaget (dalam Faresnawati, 2003:22) dengan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi bila informasi baru sesuai dengan struktur yang sudah ada dalam pikiran siswa. Sedangkan akomodasi berlangsung bila ada ketidak seimbangan antara informasi baru dengan struktur yang dimiliki siswa sehingga siswa perlu melakukan modifikasi agar terjadi keseimbangan baru dalam pikiran siswa.
7
Melalui pembelajaran kooperatif, guru mendapatkan cara yang sangat baik, sebab pembelajaran kooperatif adalah mengandung pengertian sebagai tujuan bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok. Sesuai dengan manusia adalah mahluk social yang selalu harus berinteraksi, komunikasi dan memiliki kemampuan berpikir, untuk itu pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk siswa disemua usia dan berbagai bidang ilmu.
Lundgren(Roswanjaya,2003;13) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terkandung unsur-unsur sebagai berikut ;
Siswa harus memiliki persepsi tenggelam/berenang bersama
Siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri.
Siswa harus berpandangan bahwa setiap anggota kelompok harus memiliki tujuan yang sama.
Siswa harus membagi tugas satu dengan yang lainnya.
Siswa akan diberi evaluasi/penghargaan yang ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
Siswa berbagi kepemimpinan dan memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar.
Siswa diminta pertanggung jawaban secara individual materi yang ditangani oleh kelompok kooperatif.
2.Karakteristik kooperatif
Slavin (Roswanjaya, 2003:13) mengemukakan juga pandangannya mengenai karakteristik dari pembelajaran kooperatif. Dia mengatakan bahwa yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran lain adalah dari segi karakteristiknya, yaitu pembelajaran kooperatif mengacu pada keberhasilan kelompok, menekan peranan anggota, mengandalkan sumber/bahan, menekankan interaksi, mengutamakan tanggung jawab individu, menciptakan peluang untuk kemenangan bersama, mengutamakan hubungan pribadi, menitik beratkan pada kepemimpinan bersama.
Menurut Slavin (1995:5) terdapat enam karakteristik dari pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan metode tradisional yaitu:
Group goals
Individual accountability
Equal opportunities for success
Team competition
Task specialization
Adaption to individual needs
Sedangkan Anita Lie (2000:3) melihat ada lima unsur yang membedakannya dengan bekerja kelompok biasa, kelima unsur itu ialah:
Saling ketergantungan yang positif
Artinya setiap anggota harus menyadari bahwa keberhasilan seseorang merupakan yang lain atau sebaliknya.
Tanggung jawab perseorangan
Adanya ketergantungan yang positif akan memotivasi siswa untuk mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada kelompoknya sehingga dalam pembelajaran kooperatif para siswa dituntut untuk memiliki kemampuan berpartisipasi secara aktif.
Interaksi tatap muka
Setiap anggota kelompok memiliki latar belakang, pengalaman, keluarga dan sosial ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses bertukar pikiran dalam memecahkan permasalahan.
Komunikasi antar anggota
Dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut memiliki kemampuan berinteraksi dengan temannya sehingga sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, siswa perlu dibekali bagaimana cara berkomunikasi yang baik.
Evaluasi proses kelompok
Dalam melaksanakan evaluasi proses kelompok, guru hendaknya menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya biasa bekerja sama dengan lebih efektif.
3.Pengelolaan Kelas dan Pembelajaran kooperatif
"Pengaturan kelas yang baik merupakan langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar siswa secara keseluruhan" (Porter dan Hernacki, 2001:66).
Sesuai dengan pendapat tersebut maka pelaksanaan model kooperatif dibutuhkan kemauan dan kemampuan serta kreativitas guru dalam mengelola lingkungan kelas sehingga dengan menggunakan model ini guru bukannya bertambah pasif tapi harus menjadi aktif terutama saat menyusun rencana pembelajaran.
4.Langkah-langkah Pelaksanaan Model Kooperatif
Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melasanakan pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut:
Guru merancang rencana program pembelajaran dengan menetapkan tujuan yang akan dicapai baik kognitif, apektif, maupun psikomotorik.
Saat materi guru hanya menyampaikan pokok-pokok materinya saja karena kedalaman materi akan dibahas dan dilakukan melalui belajar kelompok.
Pada saat kegiatan diskusi kelompok berlangsung guru harus membimbing dan mengarahkan siswa baik secara individual maupun kelompok agar diskusi berlangsung tidak keluar dari jalur yang telah direncanakan.
Guru bertindak sebagai moderator ketika masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya dalam diskusi kelas (Stahl: 1994, Slavin: 1983).
5. Peranan Guru dalam Model Pembelajaran kooperatif
Dalam model pembelajaran kooperatif seorang guru berperan sebagai:
Fasilitator
Sebagai fasilitator seorang guru harus memiliki sikap-sikap sebagai berikut :
mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan;
membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menjelaskan keinginan dan pembicaraanya baik secara individual/ kelompok;
membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber/ peralatan serta membantu kelancaran belajar mereka;
membina siswa agar setiap orang merupakan sumber yang bermanfaat bagi lainnya; dan
menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam bentukan pendapat.
2.Mediator
Guru sebagai penghubung dalam menjembatani materi pembelajaran yang sedang dibahas melalui pembelajaran kooperatif dengan permasalahan yang nyata ditemukan di lapangan.
3.Direktor-Motivator
Peran ini sangat penting karena membantu kelancaran diskusi kelompok, guru membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi tapi tidak memberikan jawaban. Sebagai motivator guru berperan sebagai pemberi semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi.
4.Evaluator
Guru menilai kegiatan belajar-mengajar yang sedang berlangsung. Penilaian ini tidak nyata hanya pada hasil tapi lebih ditekankan pada proses pembelajaran.
6. Model Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing
Teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Dalam kegiatan Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Teknik ini dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anak yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, juga ada anak yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anak yang pasif terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan Teknik ini memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta. Menurut Lie (2002: 64), model pembelajaran kooperatif dengan tipe kancing gemerincing langkah pembelajarannya , adalah:
a. Guru menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing-kancing atau bisa juga benda-benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim dan sebagainya.
b.Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
c. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendpat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakannya di tengah - tengah kelompoknya.
d. Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
e. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagikan kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.
f. Guru menyiapkan sebuah papan penilaian, gunanya apabila salah satu anak yang menjawab pertanyaan dengan benar, maka akan mendapatkan penghargaan sebuah simbol bergambar bintang. Dan nanti pada akhir pembelajaran guru dengan siswa menghitung perolehan scor (bintang). Bagi kelompok yang anggotanya paling banyak menjawab maka kelompok tersebut dinobatkan sebagai kelompok terbaik dan mendapat penghargaan bintang emas.
B. Penguasaan Materi Ajar
1.Pengertian Penguasaan Materi
Secara asal kata, penguasaan adalah perbuatan (hal dan sebagainya) menguasai atau menguasakan. Sedangkan materi adalah sesuatu yang jadi bahan berfikir, berunding, mengarang dan sebagainya. Penguasaan materi merupakan pencapaian taraf penguasaan minimal dimana materi untuk setiap unit bahan pelajaran tercantum dalam GBPP. Bila memungkinkan siswa dapat diberi program pengayaan baik secara horisontal maupun vertikal tentang materi yang dipelajarinya. Kognitif berasal dan kata "Cognition" yang berarti mengetahui.
Dalam arti yang luas, kognitif adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa penguasaan materi adalah hasil atau kemampuan yang dicapai siswa pada sejumlah mata pelajaran setelah melakukan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sedangkan hasil pembelajaran siswa itu nantinya akan dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
2. Macam-Macam Penguasaan Materi
Dalam pengkajian mengenai macam-macam penguasaan materi pelajaran mestinya berkaitan dengan daya kemampuan berpikir siswa dalam menguasai bahan yang akan diajarkan dalam proses pembelajaran (aspek kognitif). Kemampuan dalam aspek kognitif ini meliputi enam tingkatan yaitu:
1) Pengetahuan
Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pemah dipelajari. Hal ini dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip serta metode yang diketahuinya. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan digali pada saat dibutuhkan untuk diproduksi kembali.
Bentuk penguasaan siswa ini untuk meningkatkan kembali bahan pelajaran yang telah diperoleh, baik berupa pengalaman, fakta yang ia alami maupun dari mempelajari buku mata pelajaran tertentu untuk dipelajari siswa dalam proses pembelajaran. Contoh kata kerja operasional yang digunakan untuk mengukur pengetahuan siswa adalah: menyebutkan, menghafal, mengulangi, mengenali, mengurutkan, menyusun, mengaitkan.
2) Pemahaman
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari mata pelajaran yang telah diperoleh. Dalam kaitan ini difokuskan pada kemampuan siswa untuk menguraikan isi pokok pelajaran sedetail mungkin, sehingga pelajaran yang diajarkan akan dengan mudah diterima, dimengerti dan dipahami. Contoh kata kerja operasional yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa adalah : menjelaskan. mengemukakan, menguraikan, memilih, menunjukkan, menjabarkan.
3) Penerapan
Penerapan artinya kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode kerja pada masalah yang nyata atau baru. Adapun kemampuan ini dinyatakan dalam penerapan suatu pengalaman dan metode dan pelajaran yang telah dimiliki kedalam bentuk pengajaran. Contoh kata kerja operasional yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menerapkan suatu kaidah adalah: menerapkan, menggunakan, menentukan, mendemonstrasikan, menafsirkan.
4) Analisis
Analisis mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Contoh kata kerja operasional yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menganalisis adalah: membedakan, membandingkan. menganalisis, mengkategorikan.
5) Sintesis
Sintesis merupakan kemampuan untuk menggunakan bagian-bagian menjadi suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh. Hasil belajar sintesis menekankan pada perilaku siswa yang kreatif dengan menggunakan perumusan pola atau struktur yang barn dan unik. Contoh kata kerja operasional yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membuat sintesis adalah: menyiapkan, menyusun, menulis, mengkonstruksi.
6) Penilaian
Penilaian merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan menguji nilai suatu materi (pernyataan) untuk tujuan tertentu. Hasil belajar penilaian merupakan tingkatan kognitif paling tinggi sebab berisi unsurunsur dari semua kategori, termasuk kesadaran untuk melakukan pengujian yang sarat nilai dan kejelasan kriteria. Contoh kata kerja operasional yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memberikan penilaian adalah: menghargai, menyanggah, menilai, menguji, mempertahankan dan mengevaluasi). Dalam aspek kognitif ini memiliki hubungan erat terhadap perilaku keberagamaan (aspek psikomotor).
Banyak contoh yang membuktikan bahwa kecakapan kognitif itu berpengaruh besar terhadap berkembangnya kecakapan psikomotor. Para siswa yang berprestasi baik (dalam arti yang luas dan ideal) dalam bidang pelajaran agama misalnya sudah tentu akan lebih rajin beribadah sholat, puasa dan mengaji (psikomotor). Dia juga tidak akan segan-segan memberi pertolongan atau bantuan kepada orang yang memerlukan. Sebab, ia merasa memberi bantuan itu adalah kebajikan (afektif), sedangkan perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal dan pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang dia terima dari gurunya (kognitif). Dari penjelasan tersebut bisa dibuat bagan tentang penguasaan materi aspek kognitif seperti dibawah ini :
Pengembangan fungsi KognitifUpaya penerapan pembelajaran tipe KCG1.Pengajaran dengan strategi memahami, meyakini dan mengaplikasikan isi dan nilai pelajaran.2.Pengajaran dengan strategi memecahkan masalah dengan mengaplikasikan isi dan nilai pelajaran.HasilKeterampilan Kognitif siswaKeterampilan afektif siswaKeterampilan psikomotorik siswa
Pengembangan fungsi Kognitif
Upaya penerapan pembelajaran tipe KCG
1.Pengajaran dengan strategi memahami, meyakini dan mengaplikasikan isi dan nilai pelajaran.
2.Pengajaran dengan strategi memecahkan masalah dengan mengaplikasikan isi dan nilai pelajaran.
Hasil
Keterampilan Kognitif siswa
Keterampilan afektif siswa
Keterampilan psikomotorik siswa
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Materi
Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua siswa kepada tujuan pendidikan itu sendiri. Apa yang diajarkan hendaknya dipahami sepenuhnya oleh semua siswa. Tujuan guru mengajar adalah agar bahan yang disampaikannya dikuasai sepenuhnya oleh semua siswa, bukan hanya beberapa orang saja yang diberikan angka tertinggi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan materi pelajaran adalah:
1)Bakat untuk mempelajari sesuatu
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Menurut Guillford ada tiga macam komponen bakat yaitu komponen intelektual, perseptual dan psikomotor.
Komponen intelektual terdiri dari atas beberapa aspek yaitu aspek pengenalan, ingatan, berpikir konvergen, berpikir divergen dan evaluasi. Komponen perseptual juga meliputi beberapa aspek yaitu pemusatan perhatian, ketajaman indera, orientasi ruang dan waktu, keluasan dan kecepatan mempersepsi. Komponen psikomotor terdiri atas aspek-aspek rangsangan, kekuatan dan kecepatan gerak, ketepatan, koordinasi gerak dan kelenturan.
Sesuatu bakat dibentuk oleh kombinasi dari aspek-aspek tersebut. Tinggi rendahnya sesuatu bakat yang dimiliki oleh seseorang bukan saja ditentukan oleh kualitas dari tiap aspek yang mendukung bakat tersebut, tetapi juga oleh keterpaduan antara aspek-aspek tersebut. Ada dua kelompok bakat yang dimiliki individu yaitu bakat sekolah dan bakat pekerjaan. Bakat sekolah (scholastic aptitude), merupakan bakat yang dimiliki seseorang yang mendukung penyelesaian tugas-tugas atau perkembangan sekolah atau pendidikan. Bakat ini terutama berkenaan dengan kapasitas dasar untuk menguasai pelajaran/materi. Sedangkan bakat pekerjaan (vocational aptitude), merupakan bakat yang dimiliki seseorang berkenaan dengan bidang pekerjaan.
Dalam buku Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, John Carrol mengemukakan pendapat bahwa bakat merupakan perbedaan waktu yang diperlukan untuk menguasai sesuatu. Dimana bakat tidak menentukan tingkat penguasaan atau jenis bahan yang dipelajari, melainkan waktu untuk belajarlah yang akan mempengaruhi penguasaan materi. Sehubungan dengan hal itu, dapat diakui bahwa setiap siswa mempunyai bakat yang berbeda-beda. Akan tetapi perbedaan bakat tidak menentukan tingkat penguasaan atau jenis bahan yang dipelajari.
2)Mutu Pengajaran
Sejak Pestalozzi pengajaran klasikal menjadi populer sebagai pengganti pengajaran individual oleh seorang tutor. Pengajaran klasikal merupakan keharusan dalam menghadapi jumlah murid yang membanjiri sekolah sebagai akibat demokrasi, industrialisasi, pemerataan, pendidikan atau kewajiban belajar. Dengan sendirinya dicari usaha untuk memperbaiki pengajaran klasikal itu. Kurikulum dijadikan uniform bagi seluruh negara, ujian akhir dan tes masuk sedapat mungkin disamakan untuk semua jenis sekolah. Selain itu, juga dicari metode penyampaian klasikal yang paling efektif, jadi metode mengajar atau proses belajar mengajar yang Paling baik bagi kelas atau kelompok. Pada dasarnya anak-anak tidak belajar secara kelompok, akan tetapi secara individual, menurut caranya masing-masing sekalipun ia berada dalam kelompok. Caranya yaitu belajar dari orang lain untuk menguasai bahan tertentu. Itu sebabnya setiap anak memerlukan bantuan individual. Bantuan itu tidak lain adalah seorang guru yang dapat membimbing setiap anak secara individual hingga ia menguasai bahan pelajaran sepenuhnya. Untuk itu, ia harus berusaha mencari langkah-langkah, metode mengajar, serta sumber pelajaran.
Walaupun pengajaran klasikal sekarang sangat umum dijalankan ini tidak berarti bahwa perbedaan individu dapat diabaikan. Dengan adanya pengajaran klasikal guru harus dengan sengaja dan sadar memaksa dirinya memberi perhatian kepada setiap anak secara individual. Kelemahan pengajaran kita adalah kurangnya usaha guru memberi perhatian kepada perbedaan individu, sehingga selalu jumlah terbesar murid-murid tidak sampai mencapai penguasaan penuh atas bahan pelajaran tertentu.
3) Kesanggupan untuk memahami pengajaran
Kemampuan seorang murid untuk menguasai suatu bidang studi banyak bergantung pada kemampuannya untuk memahami ucapan guru. Sebaliknya guru yang tidak sanggup menyatakan buah pikirannya dengan jelas sehingga tidak dipahami oleh murid, juga tidak dapat mencapai penguasaan penuh oleh murid atas bahan pelajaran yang disampaikannya. Dalam proses belajar mengajar sering digunakan komunikasi verbal, dimana guru menyampaikan bahan pelajaran melalui bahasa. Oleh karena itu, bahasa merupakan pelajaran yang penting. Pelajaran bahasa harus menunjang pemahaman dalam semua pelajaran lainnya. Untuk itu pelajaran bahasa juga harus ditujukan ke arah peningkatan kemampuan dan kecepatan menangkap dan menyatakan buah pikiran.
Agar pelajaran dapat dipahami, guru sendiri harus fasih berbahasa dan mampu menyesuaikan bahasanya dengan kemampuan murid sehingga murid-murid dapat memahami bahan yang disampaikannya.
4) Ketekunan
Ketekunan itu nyata dari jumlah waktu yang diberikan oleh murid untuk belajar mempelajari sesuatu. Ketekunan belajar berhubungan dengan sikap dan minat terhadap pelajaran. Bila suatu pelajaran, karena suatu hal tidak menarik minatnya, maka ia segera mengesampingkannya jika menjumpai kesulitan. Sebaliknya ia dapat berjam-jam melakukan tugas jika suatu tugas menarik. Bahan pelajaran dapat dianalisis menjadi langkah-langkah tertentu yang dapat dilalui oleh setiap murid dengan hasil baik. Keberhasilan dalam melakukan tugas akan menambah semangat belajar dan ketekunan belajar. Semakin sering anak mendapat kepuasan atas kemampuannya menguasai bahan pelajaran, maka makin besar pula ketekunannya.
5) Waktu yang tersedia untuk belajar
Dalam sistem pendidikan kita kurikulum dibagi dalam bahan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, misalnya untuk satu semester atau satu tahun. Guru dapat menguraikannya menjadi tugas bulanan atau mingguan. Maksudnya ialah agar bahan yang sama dikuasai oleh semua murid dalam jangka waktu yang sama. Dapat dipahami bahwa waktu yang sama untuk bahan yang sama tidak akan sesuai bagi semua murid dengan kondisi yang berbeda. Bagi murid yang pandai, waktu itu terlampau lama. Sedangkan untuk murid yang tidak begitu pandai waktu itu mungkin tidak cukup. Jumlah waktu saja tidak mempertinggi keberhasilan belajar dan penguasaan materi. Selain waktu masih perlu sikap dan minat anak untuk mempelajari bahan pelajaran itu, kemampuan bahasa, mutu pengajaran dalam kelas.
4. Fungsi Penguasaan Materi dalam Pembelajaran
Penguasaan materi tidak akan lepas dari proses belajar, karena penguasaan materi merupakan hasil yang dicapai siswa setelah melakukan proses belajar. Sedangkan hasil proses belajar siswa itu sendiri nantinya akan dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun dalam masyarakat. Dalam pendidikan, penguasaan materi ini berfungsi agar para siswa dapat menguasai bahan pelajaran yang diberikan pada saat proses belajar mengajar sebagai dasar untuk mencapai tingkatan hasil belajar yang lebih tinggi.
C. Tinjauan Materi Ajar : " Perubahan Sosial "
1.Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Selo Soemardjan Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Tekanan pada definisi tersebut terletak pada lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, perubahan-perubahan mana kemudian mempengaruhi segi-segi struktur masyarakat.
Kingsley Davis Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dan majikan.
2.Teori Perubahan Sosial
a. Teori Siklus
- Perubahan sebagai sesuatu yang berulang-ulang.
b. Teori Perkembangan (Linier)
- Perubahan dapat diarahkan ke suatu titik tujuan tertentu
3.Jenis atau Bentuk Perubahan Sosial
a. Perubahan cepat dan perubahan lambat
1) Perubahan cepat (revolusi)
Contoh : Revolusi Mesir.
* Revolusi :
perubahan yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat.
Revolusi mencoba untuk menempatkan pemerintahan baru.
Syarat-syarat terjadinya revolusi :
a. Harus ada keinginan dari masyarakat untuk mengadakan suatu perubahan.
b. Adanya pemimpin yang mampu memimpin masyarakat untuk mengadakan perubahan.
c. Adanya pemimpin yang dapat menampung keinginan atau aspirasi dari masyarakat dan merumuskannya menjadi program kerja.
d. Ada tujuan konkret yang dapat dicapai.
e. Harus ada momentum yang tepat untuk memulai gerakan.
2) Perubahan lambat (evolusi)
Contoh :
perkembangan sistem berburu dan meramu ke sistem pertanian modern
b. Perubahan kecil dan perubahan besar
1) Perubahan kecil : pengaruh yang ditimbulkan tidak luas.
Contoh : perubahan mode pakaian.
2) Perubahan besar : pengaruh yang ditimbulkan luas.
Contoh : proses industrialisasi.
c. Perubahan yang direncanakan (planned change) / perubahan yang dikehendaki (intended change) dan perubahan yang tidak direncanakan (unplanned change) / perubahan yang tidak dikehendaki (unintended change)
1) Perubahan direncanakan/perubahan yang dikehendaki : perubahan yang diproses melalui suatu program atau rencana tertentu agar menghasilkan suatu perubahan tertentu.
Contoh : program Keluarga Berencana (KB) untuk menghasilkan keluarga sejahtera.
Pelaku perubahan (agent of change) : pihak-pihak yang menghendaki perubahan.
2) Perubahan tidak direncanakan/perubahan yang tidak dikehendaki : perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat.
Contoh :
a.PHK mednyebabkan pengangguran meningkat dengan pesat
Penggunaan mesin pertanian memicu berkembangnya sikap individualis
d. Perubahan Struktural dan Perubahan Proses
1) Perubahan struktural : perubahan yang sangat mendasar yang menyebabkan timbulnya reorganisasi dalam masyarakat.
Contoh :
Perubahan sistem pemerintahan dari kerajaan menjadi republik.
2) Perubahan proses : perubahan yang sifatnya tidak mendasar. Perubahan tersebut hanya merupakan penyempurnaan dari perubahan sebelumnya.
Contoh :
Perubahan dalam kurikulum pendidikan yang menyempurnakan kurikulum sebelumnya.
4.Penyebab Perubahan Sosial
Faktor-faktor penyebab perubahan sosial :
a. faktor intern :
- penemuan baru
- bertambah atau berkurangnya penduduk
- terjadinya pemberontakan atau revolusi
- pertentangan dalam masyarakat
b. faktor ekstern :
- bencana alam
- masuknya kebudayaan dari masyarakat lain
- peperangan dengan negara lain
5. Faktor pendorong perubahan sosial :
a. Sistem pendidikan formal yang maju.
b. Sikap menghargai karya orang lain dan keinginan untuk maju.
c. Sistem terbuka dalam lapisan masyarakat.
d. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
e. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
f. Penduduk yang heterogen.
g. Orientasi ke masa depan yang lebih baik.
h. Adanya kontak dengan kebudayaan lain
Difusi budaya : proses penyebaran budaya dari suatu masyarakat ke masyarakat lain.
6.Faktor penghambat perubahan sosial :
a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
b. Adanya adat atau kebiasaan yang sulit diubah
c. Adanya kepentingan yang tertanam kuat (vested interests)
d. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.
e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan.
f. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.
g. Sikap masyarakat yang sangat tradisional.
h. Prasangka terhadap hal-hal baru dan asing.
7.Dampak Perubahan Sosial
Modernisasi
Pengertian modernisasi :
transformasi sikap masyarakat dari tradisional menjadi modern sesuai dengan tuntutan zaman dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
a)Dampak positif modernisasi : adanya penemuan peralatan modern yang dapat membantu manusia.
b)Dampak positif perubahan di bidang ekonomi :
Kecenderungan masyarakat untuk menabung guna menyejahterakan dirinya di masa mendatang.
c) Dampak positif demokratisasi bagi masyarakat : meningkatnya
partisipasi rakyat.
d)Dampak positif modernisasi di bidang teknologi infiormasi : tersebarnya berita dengan cepat ke seluruh dunia.
e)Dampak negatif modernisasi : adanya peralatan canggih menimbulkan pengangguran.
f) Dampak negatif pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungan mengakibatkan : pencemaran lingkungan.
g)Dampak negatif kemajuan teknologi :
Berkembangnya telepon selular (HP) yang didalamnya terdapat kamera, menyebabkan beredar gambar porno di kalangan pelajar SMA.
8.Syarat modernisasi :
1. Cara berpikir ilmiah
2. Sistem administrasi negara yang baik
3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur
4. Penciptaan iklim yang menyenangkan bagi masyarakat
5. Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin tinggi
6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan social
9.Globalisasi
Pengertian globalisasi : proses penyebaran unsur-unsur baru atau hal-hal baru khususnya yang menyangkut informasi secara duniawi melalui media cetak dan elektronik.
a) Dampak positif globalisasi :
- mempercepat keberhasilan pembangunan di bidang sumber daya manusia
- pertumbuhan ekonomi antarnegara tanpa batas
b)Dampak negatif globalisasi :
- goncangan budaya (culture shock),
- pergeseran nilai-nilai budaya, dan
- ketertinggalan budaya (cultural lag).
10.Westernisasi :
pemujaan terhadap Barat yang berlebihan,pembaratan. Contoh akibat negatif dari westernisasi : Kesenangan mengunjungi tempat hiburan malam, pergaulan bebas, dan mengenakan pakaian seronok/minim, merupakan kebiasaan kelompok masyarakat tertentu.
D. Kerangka Berpikir
Keberhasilan belajar siswa pada aspek kognitif akan mengantarkannya kepada suatu pengamalan dalam tingkah lakunya. Keberhasilan aspek kognitif ini menjadi potensi yang akan menghantarkan pada suatu keyakinan yang mantap dan penghayatan serta pengamalan yang mendalam terhadap ajaran-ajaran islam.
Dalam suatu proses belajar-mengajar ada dua unsur yang sangat penting yaitu Metode Mengajar (Strategi Pembelajaran) dan media pengajaran, kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai. Proses pembelajaran kooperatif ini berdasarkan pada pemikiran filosofis yaitu: "Getting Better Togother" artinya mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam belajar hendaknya dilakukan secara bersama-sama dalam sebuah kelompok.
Di samping itu ada keyakinan berdasarkan penelitian bahwa peserta didik akan lebih baik bila belajar dengan rekan sebayanya. Atas alasan itulah maka model pembelajaran kancing gemerincing ini dipergunakan sebagai salah satu model yang dipakai di sekolah-sekolah.
Penerapan model pembelajan kancing gemerincing ini mampu memicu timbulnya kesetiakawanan serta tumbuhnya empati diantara komunitas peserta didik.
Kurikulum KTSP, merupakan kurikulum yang menekankan kepada penerapan konsep pembelajaran aktif, dan merupakan istilah yang sama dengan konsep Student Active Learning (SAL) yang bukan suatu ilmu atau teori, tetapi merupakan salah satu strategi pengajaran yang menuntut keterlibatan dan keaktifan serta partisipasi peserta didik sebagai subjek didik secara optimal (Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, 1991:57).
Begitu pula dikatakan Nana Sudjana (1989:30), bahwa "cara belajar siswa aktif merupakan salah satu strategi belajar mengajar menuntut keaktifan dan partisipasi subyek didik seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien".
Hampir tidak pernah terjadi proses belajar mengajar tanpa adanya keaktifan siswa yang belajar. Setiap proses belajar mengajar bagaimanapun bentuknya, tentu akan terdapat aktivitas siswa, karena belajar pada hakekatnya adalah wujud keaktifan siswa walaupun derajatnya tidak sama antara siswa satu dengan siswa yang lain dalam suatu proses belajar mengajar di kelas (Herry Sukarman, 2003:24).
Uraian diatas menjelaskan bahwa penerapan model pembelajaran kancing gemerincing, berorientasi kepada prinsip Child Centered. Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi (1991:58) menjelaskan bahwa " derajat ke CBSA-an yang bisa mengarah secara optimal bagi keterlibatan dan keaktifan peserta didik adalah jika diterapkan suatu pola pengajaran Student centered Instruction".
Untuk dapat mewujudkan ciri-ciri dari hakikat belajar siswa aktif dalam praktek pengajaran, menurut Herry Sukarman (2003:25), memiliki tujuh dimensi yang harus tampak dalam proses belajar mengajar, yaitu :
Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.
Tekanan pada efektif dalam pembelajaran.
Partisipasi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran, terutama berinteraksi antar siswa.
Penerimaan guru terhadap perbuatan dan kontribusi siswa yang kurang relevan bahkan salah sama sekali.
Kekohesifan kelas sebagai kelompok.
Kesehatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan di sekolah.
7.Jumlah waktu yang dipergunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa baik berhubungan ataupun tidak berhubungan dengan mata pelajaran.
Hasil belajar mengajar mata pelajaran Sosiologi melalui penerapan Pembelajaran Kooperatif, akan terlihat dalam bentuk perubahan perilaku, baik perilaku kognitif, afektif, maupun psikomotor (Zarkowi Soejoeti, 1989:10). Hasil belajar yang merupakan konsekuensi dari proses pembelajaran, hal ini sesuai dengan pembelajaran Sosiologi.
E. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah "Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Kancing Gemerincing dapat meningkatkan kemampuan penguasaan materi perubahan sosial dan prestasi belajar Siswa kelas XII IPS SMA Muhammadiyah Lemahabang Kabupaten Cirebon."
.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah Lemahabang Kabupaten Cirebon, pada tahun ajaran 2009/2010, semester I, dengan waktu yang dibutuhkan ± 3 bulan ( Agustus - Oktober ).
Subjek Penelitian
Subjek tindakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS dengan jumlah 40 siswa terdiri dari siswa laki-laki 19 orang, dan siswa perempuan 21 orang.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas pembelajaran. Data yang dikumpulkan melalui catatan obsevasi dan hasil evaluasi yang dilakukan dari awal penelitian sampai dengan akhir penelitian bersama rekan kolaborasi.
Catatan observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dan kreatifitas selama mengikuti pembelajaran. Sedangkan evaluasi dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai / memahami terhadap materi ajar, serta peningkatan prestasi belajar.
Pada bagian refleksi diadakan analisis data mengenai proses, masalah dan hambatan yang dijumpai. Kemudian dilanjutkan dengan refleksi dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi adalah evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan.
32 Teknik Analisis Data
32
Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Dengan melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa serta perolehan hasil evaluasi rata-rata kelas dengan membandingkannya pada tiap-tiap siklus untuk mengetahui apakah ada peningkatan atau tidak?
Indikator Kinerja (Kriteria Keberhasilan)
Kriteria keberhasilan siswa sesuai dengan tujuan akhir penelitian ini yaitu dikelompokan kedalam 4 kategori dengan peningkatan rata – rata hasil pembelajaran Sosiologi di SMA Muhammadiyah Lemahabang Kab. Cirebon dengan skala 0 – 100 sebagai berikut :
Tabel 3.1
Kriteria Keberhasilan Siswa
No
Kategori
Nilai
Keterangan
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
91-100
81 - 90
71 - 80
< 70
A
B
C
D
b)Faktor-faktor yang Diteliti
Dalam penelitian ini faktor yang diamati adalah aktifitas siswa dan kinerja guru,
Tabel 3.2
Aktifitas Siswa pada Pembelajaran
No.
Aspek yang diamati
Nilai
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
Siswa memusatkan perhatian terhadap materi yang sedang dipelajari
Siswa menulis materi yang relevan dengan pelajaran.
Siswa berdiskusi dengan temannya untuk menyelesaikan soal yang diberikan
Siswa menyajikan hasil diskusi
Siswa berani untuk bertanya
Siswa berani dalam berargumentasi
Siswa menanggapi pendapat orang lain
Siswa memberikan alasan rasional dan faktual
Siswa mencoba untuk menyelesaikan soal lain yang relevan
Siswa membuat kesimpulan
Jumlah Nilai
Persentase Proses Pembelajaran
Tabel 3.3
Kinerja Guru pada Pembelajaran
No
Aktivitas Guru dalam Pembelajaran
Penilaian
SB
B
C
K
1.
2.
3.
a
b
c
d
e
a
b
c
d
e
a
b
c
d
e
Melakukan apersepsi
Melakukan motivasi
Melakukan pra tes
Memberi tujuan pembelajaran
Menggunakan alat bantu / media pembelajaran
Membagi kelompok diskusi
Menguasai materi pelajaran
Menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari
KBM berorientasi pada pemecahan masalah
Membimbing siswa dalam diskusi kelompok
Menarik kesimpulan hasil diskusi
Memberi penugasan
Memberi pos tes
Menutup pelajaran
Mengelola waktu
Keterangan:
0 = Sangat kurang 2 = Cukup
1 = Kurang 3 = Baik
4 = Sangat baik
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dalam pembelajaran ini dilakukan secara bertahap mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir pembelajaran pada masing-masing siklus.
Adapun langkah-langkah yang ditempuhnya sebagai berikut:
Identifikasi Masalah
Pada tahap pertama peneliti melakukan identifikasi masalah dengan melakukan observasi di lapangan dan studi pendahuluan, berdasarkan hasil identifikasi kemudian dilakukan refleksi kegiatan pra tindakan.
Perencanaan/Persiapan Tindakan
Pembuatan perangkat pembelajaran
Pembuatan bahan ajar dan perangkat tes
Pembuatan pedoman observasi untuk guru dan siswa
Pembuatan pedoman angket untuk siswa
Pelaksanaan Tindakan
Memberikan tes awal (pre tes) sebelum pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran
Mengobservasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran
Melakukan pos tes di akhir pembelajaran
Membagikan angket pendapat siswa
Evaluasi
Pelaksanaan tes
Observasi aktivitas guru dan siswa
Angket pendapat siswa
Analisis dan Refleksi
Melihat kembali aktivitas yang telah dilakukan serta menentukan solusinya berdasarkan hasil observasi dan temuan di kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Dari kajian itu disusun rancangan baru untuk ditetapkan pada proses pembelajaran berikutnya di kelas.
Langkah-langkah dalam refleksi adalah:
Identifikasi kembali tindakan yang telah dilakukan selama pembelajaran pada tiap siklus.
Analisis data hasil evaluasi dan merinci tindakan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Mencari solusi untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya.
Langkah pembelajaran di kelas meliputi :
Pendahuluan
Mengecek kehadiran siswa
Memberi apersepsi dan motivasi
Menginformasikan tujuan pembelajaran
2)Kegiatan Inti
Membagi kelas menjadi 8 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa.
Guru menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing-kancing atau bisa juga benda-benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim dan sebagainya.
Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakannya di tengah-tengah kelompoknya.
Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai,
kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagikan kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.
Guru menyiapkan sebuah papan penilaian, gunanya apabila salah satu ada anak yang menjawab pertanyaan dengan benar, maka akan mendapatkan penghargaan sebuah simbol bergambar bintang. Dan nanti pada akhir pembelajaran guru dengan siswa menghitung perolehan scor (bintang).
Bagi kelompok yang anggotanya paling banyak menjawab maka kelompok tersebut dinobatkan sebagai kelompok terbaik dan mendapat penghargaan bintang emas.
3) Kegiatan Penutup
Guru menyimpulkan hasil diskusi kelas
Guru memberi penugasan untuk pertemuan berikutnya
Guru memberikan tes akhir
Menutup pelajaran.
Perangkat Pembelajaran
Silabus: Penyusunan silabus berdasarkan acuan pada kurikulum 2006 KTSP yang memuat kompetensi dasar dan indikator pada teknik pelaksanaan pembelajarannya.
Rencana pembelajaran: merupakan persiapan mengajar guru untuk tiap pertemuan. Dalam hal ini ada 2 siklus pembelajaran.
Bahan/Materi Ajar: Winkel (Merdekawati, 2004:22) mendefinisikan bahan ajar adalah materi pelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional yang dapat berupa macam-macam bahan seperti: naskah, persoalan, gambar, dan lain sebagainya.
Instrumen Penelitian
Tes tertulis yaitu: Pre tes (awal) dan Pos tes (akhir)
Angket aktivitas guru dan siswa: Mengukur kinerja guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung dengan bantuan dari observer untuk melihat perkembangan proses pembelajaran.
Angket pendapat siswa: Mengetahui respon/tanggapan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan berupa pernyataan-pernyataan positif / negatif dengan pilihan jawaban yakni SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju).
Teknik Pengolahan Data
Pembuatan kategori jawaban tes
Pada tiap siklus data jawaban siswa dari tes dianalisis dan dibuat kategori jawaban untuk menentukan apakah memahami materi ajar atau tidak. Menurut Abraham (Tresnawati, 2004:22) tingkat pemahaman konsep dikelompokkan kedalam tiga tingkatan sebagai berikut:
Tabel 3.4
Tingkat Pemahaman Siswa
No
Tingkat Pemahaman
Ciri Jawaban Siswa
Skor
1
Paham (P)
Jawaban benar dan mengandung paling sedikit satu konsep ilmiah serta tidak mengandung satu kesalahan konsep.
4
2
Paham Sebagian (PS)
Jawaban sebagian yang benar tapi menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya.
2-3
3
Tidak Paham (TP)
Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman mendasar tentang konsep yang dipelajari jawaban salah, tidak relevan/kosong.
0-1
Perhitungan prosentase pemahaman siswa adalah:
1. = 2. = 3. =
Keterangan
= % siswa paham
= % siswa paham sebagian
= % siswa tidak paham
= Jumlah siswa paham
= Jumlah siswa pahan sebagian
= Jumlah siswa tidak paham
= Jumlah seluruh siswa
Tafsiran prosentase pemahaman siswa digunakan kriteria Farida (Merdekawati, 2004:31) sebagai berikut:
Tabel 3.5
Tafsiran Prosentase Hasil Tes
Harga Prosentase
Tafsiran
0
1-25
26-49
50
51-75
76-99
100
Tidak seorang pun
Sebagian kecil
Hampir setengahnya
Setengahnya
Sebagian besar
Hampir seluruhnya
Seluruhnya
Analisis Angket
Angket siswa dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan
= % jawaban
= Frekuensi jawaban
= Banyaknya siswa
Desain penelitian ini dapat digambarkan pada bagan seperti dibawah ini.
Permasalahan AwalPerencanaan IRefleksi ISiklus IPelaksanaan IPengamat IPermasalahan BaruPerencanaan IIRefleksi IISiklus IIPelaksanaan IIPengamat IIPermasalahan Baru
Permasalahan Awal
Perencanaan I
Refleksi I
Siklus I
Pelaksanaan I
Pengamat I
Permasalahan Baru
Perencanaan II
Refleksi II
Siklus II
Pelaksanaan II
Pengamat II
Permasalahan Baru
Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
(S.Arikunto, 2006)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada proses pembelajaran, berdasarkan data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari observasi terhadap pembelajaran dan hasil evaluasi pada tiap siklus, untuk kemudian dijadikan refleksi dalam menentukan tindakan yang tepat untuk mengarah pada perbaikan dalam proses pengajaran di kelas. Dari hasil refleksi kemudian dilakukan tindakan pembelajaran dengan model Kancing Gemerincing.
Pembelajaran ini terdiri dari 2 siklus tindakan, dimana tiap siklus diadakan refleksi sebagai bahan masukan bagi pelaksanaan tindakan selanjutnya.
Kegiatan Studi Awal Penelitian
Deskripsi Hasil Kegiatan Observasi Awal
Berdasarkan hasil observasi kegiatan awal diperoleh keterangan bahwa kegiatan pembelajaran Sosiologi yang biasa dilakukan masih memberikan porsi yang besar terhadap peran guru dan siswa hanya menerima tranfer ilmu dari guru. Oleh karenanya siswa lebih banyak pasif dalam pembelajaran, mereka hanya mencatat, mendengarkan penjelasan guru untuk kemudian mengikuti tes pada akhir pembelajaran, terkadang guru hanya sesekali memberikan tanya jawab dan penugasan, itu pun jika alokasi waktu masih memungkinkan.
41Pada dasarnya guru Sosiologi itu belum pernah menerapkan strategi pembelajaran yang tepat, setelah dilakukan diskusi dengan peneliti dan mitra kolaborasi, maka peneliti memberikan solusi dengan menawarkan suatu strategi pembelajaran yang dapat menghantarkan pada peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa yaitu: dengan penerapan pembelajaran model Kancing Gemerincing.
41
Refleksi Pra Tindakan
Dari hasil observasi awal pada pra tindakan, maka peneliti mengidentifikasikan permasalahan yang ditemukan untuk dijadikan refleksi dalam merencanakan tindakan pada tiap siklusnya.
Hasil observasi awal dapat disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.1
Refleksi Kegiatan Pra Tindakan
No
Catatan Lapangan
Tindakan
1
2
3
Siswa cenderung pasif, hanya menerima materi penjelasan guru.
Guru masih menggunakan model ceramah sehingga mendominasi pembelajaran (Teacher Oriented).
Tingkat pemahaman siswa masih rendah.
Penerapan model Kancing Gemerincing ( KCG ) dalam pembelajaran.
Melakukan kegiatan diskusi sehingga siswa aktif dalam mengkomunikasikan pendapatnya.
Perlu perbaikan yang mengarah pada model pembelajaran yang tepat.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran ini terdiri dari 2 siklus, dengan tiap siklusnya dilakukan refleksi tindakan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus sebelumnya.
Tindakan Pembelajaran Siklus I
Perencanaan
Membuat Silabus dan sistem penelitian
Membuat RPP
Membuat lembar observasi guru dan siswa
Membuat lembar angket siswa
Pelaksanaan
Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
Pendahuluan
Mengecek kehadiran siswa
Memberi apersepsi dan motivasi
Menginformasikan tujuan pembelajaran
2)Kegiatan Inti
Membagi kelas menjadi 8 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa.
Guru menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing-kancing atau bisa juga benda-benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim dan sebagainya.
Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakannya di tengah-tengah kelompoknya.
Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai,
kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagikan kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.
Guru menyiapkan sebuah papan penilaian, gunanya apabila salah satu ada anak yang menjawab pertanyaan dengan benar, maka akan mendapatkan penghargaan sebuah simbol bergambar bintang. Dan nanti pada akhir pembelajaran guru dengan siswa menghitung perolehan scor (bintang).
Bagi kelompok yang anggotanya paling banyak menjawab maka kelompok tersebut dinobatkan sebagai kelompok terbaik dan mendapat penghargaan bintang emas.
3) Kegiatan Penutup
Guru menyimpulkan hasil diskusi kelas
Guru memberi penugasan untuk pertemuan berikutnya
Guru memberikan tes akhir
Menutup pelajaran.
Observasi Siklus I
Pada tahap siklus I menjadi fokus penelitian adalah memantau perilaku siswa, mengamati kemampuan individu dan kelompok, mengamati proses transfer informasi dan mengoptimalkan peran aktif siswa.
Refleksi Siklus I
Memeriksa hasil laporan siswa
Identifikasi kelemahan-kelemahan yang muncul pada saat pembelajaran berlangsung
Melakukan diskusi, koreksi terhadap seluruh proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dan mengamati hasil angket siswa.
Tabel 4.2
Identifikasi Masalah dan Refleksi Tindakan Siklus I
No
Identifikasi Masalah
Refleksi Tindakan Siklus I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Siswa kurang konsentrasi pada materi pelajaran.
Siswa masih belum seluruhnya memahami materi ajar dalam pembelajaran.
Siswa masih ada yang kebingungan dalam menjawab soal-soal.
Pada saat kegiatan diskusi ada sebagian siswa yang masih belum serius mengikuti
Sebagian dari kelompok siswa ada yang belum bisa membuat laporan.
Sebagian siswa masih belum berani untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
Hasil belajar siswa masih belum maksimal dilihat dari rata-rata perolehan.
Guru harus menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran.
Guru harus memberikan bimbingan dan pengarahan.
Guru memberi informasi agar didiskusikan dengan teman sekelompok
Guru memberi pengarahan agar dibagi tugas dalam pengerjaan soal-soalnya.
Memberi pengarahan dalam menuliskan laporan.
Memberi motivasi agar siswa lebih percaya diri.
.
Guru memberikan remedial (review) kepada siswa yang belum memperoleh nilai maksimal.
3.Tindakan Pembelajaran Siklus II.
Pembelajaran pada tahap siklus II dilaksanakan berdasarkan refleksi dari pembelajaran pada siklus I. Pembelajaran siklus II dilaksanakan dengan tujuan memperbaiki kelamahan-kelemahan yang ditemukan pada pembelajaran siklus I. Sekaligus meningkatkan terhadap penerapan pembelajaran kancing gemerincing.
a.Perencanaan
Membuat perangkat pembelajaran.
Membuat bahan ajar dan perangkat tes yang belum tuntas.
Metoda pembelajaran yang dipakai/diterapkan sama seperti pada siklus I.
b.Pelaksanaan tindakan sama dengan pembelajaran pada siklus I.
c.Observasi siklus II
Peneliti dengan teman sejawat mengamati pelaksanaan pembelajaran siklus II.
Peneliti dengan teman sejawat membagikan angket pendapat siswa kepada siswa untuk mengisi pernyataan-pernyataan yang ada dengan jawaban yang jujur tanpa ada pengaruh terhadap penilaian dari hasil pembelajaran.
Refleksi Siklus II
Dari hasil observasi diperoleh kegiatan belajar dengan menerapkan pembelajaran Kancing Gemerincing (KCG) sudah memenuhi harapan sesuai yang diinginkan yaitu adanya peningkatan dari prestasi belajar siswa, keaktifan siswa dalam merespon kegiatan belajar mengajar serta tingkat pemahaman siswa dalam menguasai materi pekajaran yang diajarkan. Adapun langkah-langkah pelaksanaan refleksi yang dilakukan adalah:
1)Memeriksa hasil tes siswa setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung.
2)Memeriksa hasil kerja siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok dan membuat laporan.
3)Mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang terjadi/ditemukan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
4)Melakukan evaluasi dan koreksi secara keseluruhan terhadap proses kegiatan belajar mengajar dari awal sampai akhir kegiatan.
Tabel 4.3
Identifikasi Masalah dan Refleksi Tindakan Siklus II
No
Identifikasi Masalah
Refleksi Tindakan Siklus II
1
2.
3.
4.
5.
6.
Siswa sudah berpartisipasi aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Seluruh siswa dalam kelompok kerja sudah dapat memahami materi pelajaran.
Siswa sudah dapat membuat laporan dengan lancar dan benar.
Masing-masing kelompok sudah dapat mempresentasikan hasil kerjanya dengan baik.
Masing-masing kelompok sudah dapat menentukan cara menyelesaikan masalah dengan model-model ilmiah.
Prestasi belajar siswa secara individual sudah mencapai kriteria KKM.
Guru memberikan penghargaan berupa pujian/reward.
Guru memberikan penugasan rumah untuk kegiatan berikutnya.
Guru memberikan penilaian.
Guru memberikan penguatan dengan pengarahan-pengarahan.
Guru memeriksa hasil kerja kelompok
Guru memberikan pengayaan dan review (pemantapan).
4.Hasil Tes per Siklus
Tabel 4.4
Nilai Evaluasi Pra Siklus & Siklus I
No
Kode Siswa
Pra Siklus
Siklus I
Keterangan
Pre tes
Pos tes
Pre tes
Pos tes
1
XII.S.01
50
70
55
75
Meningkat
2
S.02
55
65
50
78
Meningkat
3
S.03
60
70
65
80
Meningkat
4
S.04
60
75
60
80
Meningkat
5
S.05
65
70
58
75
Meningkat
6
S.06
65
70
55
78
Meningkat
7
S.07
60
70
50
70
Meningkat
8
S.08
50
70
60
80
Meningkat
9
S.09
55
70
65
80
Meningkat
10
S.10
50
70
60
90
Meningkat
11
S.11
60
70
60
75
Meningkat
12
S.12
70
75
57
70
Meningkat
13
S.13
60
70
55
78
Meningkat
14
S.14
60
65
60
75
Meningkat
15
S.15
50
60
58
70
Meningkat
16
S.16
50
70
55
70
Meningkat
17
S.17
60
70
57
70
Meningkat
18
S.18
50
60
55
75
Meningkat
19
S.19
50
60
60
85
Meningkat
20
S.20
65
70
57
75
Meningkat
21
S.21
50
60
58
70
Meningkat
22
S.22
70
75
60
75
Meningkat
23
S.23
60
60
65
75
Meningkat
24
S.24
65
70
60
80
Meningkat
25
S.25
70
75
60
85
Meningkat
26
S.26
60
60
65
85
Meningkat
27
S.27
60
70
57
78
Meningkat
28
S.28
60
65
55
70
Meningkat
29
S.29
50
70
56
70
Meningkat
30
S.30
50
70
58
70
Meningkat
31
S.31
60
70
60
85
Meningkat
32
S.32
70
70
60
80
Meningkat
33
S.33
65
70
65
90
Meningkat
34
S.34
60
60
65
78
Meningkat
35
S.35
60
65
60
80
Meningkat
36
S.36
70
70
70
85
Meningkat
37
S.37
60
70
68
85
Meningkat
38
S.38
60
70
65
80
Meningkat
39
S.39
50
65
60
80
Meningkat
40
XII. S.40
50
60
65
75
Meningkat
Jumlah
2345
2715
2444
3105
Rata-rata
58,64
67,88
61,10
77,63
Cukup
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran pada tahap pra siklus masih menganut model yang lama, dimana kebiasaan guru dengan model tradisional, karena guru tersebut beralasan lebih mudah dan praktis, sehingga sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Kenyataan hal ini tidak bisa dipungkiri, hampir (90%) pada umumnya guru lebih memilih menggunakan model ceramah atau sejenisnya, walaupun hal itu sah-sah saja, namun dengan tanpa disadari, sering beberapa orang guru yang mengeluh karena mereka harus kembali memberikan perbaikan atau remedial, yang seakan-akan menghambat waktu. Padahal itu semua bukan karena siswa yang tidak mampu atau tidak memiliki kemampuan kompetensi, akan tetapi justru gurulah yang kurang bisa mengarahkan siswa dengan kemampuan kompetensi yang dimilikinya menjadi suatu hasil yang diharapkan.
Dengan hasil yang masih jauh dari standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) = 70. Otomatis pembelajaran kurang bermakna. Pada tahap pra siklus untuk nilai rata-rata pre tes sebesar (58,64), sedangkan rata-rata pos tes sebesar (67,88).
Pada pembelajaran siklus I yang merupakan hasil dari refleksi pembelajaran pra siklus, dengan menerapkan suatu model pembelajaran kooperatif tipe Kancing Gemerincing ( KCG ) sudah menunjukan suatu upaya perubaikan kearah yang lebih baik lagi. Itu artinya bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tersebut, ternyata membawa siswa kepada pola berpikir yang kreatif, aktif, dan kritis serta menyenangkan. Hasil perolehan pada tahap siklus I untuk pre tes rata-rata sebesar (61,0), sedangkan untuk rata-rata pos tes siklus I sebesar (77,63). Maka dapat dikatakan terjadi peningkatan hasil yang cukup signifikan untuk ke dua tes tersebut baik pre tes maupun pos tes. Dengan kenaikan masing-masing untuk pre tes sebesar (2,46%) dan untuk pos tes sebesar (9,75%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model kooperatif Kancing Gemerincing (KCG), ternyata dapat menunjukan peningkatan hasil belajar siswa ke arah lebih baik.
Tabel 4.5
Nilai Evaluasi Siklus II.
No
Kode Siswa
Siklus 2
Keterangan
Pre tes
Pos tes
1
XII.S.01
70
80
Meningkat
2
S.02
75
85
Meningkat
3
S.03
70
80
Meningkat
4
S.04
70
75
Meningkat
5
S.05
75
80
Meningkat
6
S.06
70
85
Meningkat
7
S.07
70
85
Meningkat
8
S.08
75
80
Meningkat
9
S.09
80
85
Meningkat
10
S.10
75
80
Meningkat
11
S.11
75
90
Meningkat
12
S.12
70
85
Meningkat
13
S.13
70
80
Meningkat
14
S.14
70
75
Meningkat
15
S.15
75
90
Meningkat
16
S.16
80
90
Meningkat
17
S.17
80
85
Meningkat
18
S.18
75
90
Meningkat
19
S.19
75
80
Meningkat
20
S.20
70
85
Meningkat
21
S.21
75
80
Meningkat
22
S.22
80
90
Meningkat
23
S.23
75
85
Meningkat
24
S.24
70
90
Meningkat
25
S.25
70
80
Meningkat
26
S.26
70
75
Meningkat
27
S.27
75
95
Meningkat
28
S.28
75
90
Meningkat
29
S.29
70
80
Meningkat
30
S.30
70
75
Meningkat
31
S.31
70
75
Meningkat
32
S.32
75
80
Meningkat
33
S.33
70
75
Meningkat
34
S.34
80
95
Meningkat
35
S.35
70
80
Meningkat
36
S.36
70
80
Meningkat
37
S.37
80
85
Meningkat
38
S.38
80
90
Meningkat
39
S.39
75
80
Meningkat
40
XII. S.40
70
75
Meningkat
Jumlah
2940
3320
Rata-rata
73,50
83,00
Baik
Pembelajaran pada siklus II masih sama seperti halnya pada siklus I, yaitu dengan menggunakan model kooperatif Kancing Gemerincing (KCG), pada pelajaran Sosiologi, dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa perubahan hasil belajar siswa sudah betul-betul menunjukan peningkatan yang sangat signifikan. Dari hasil diatas terlihat hasil pre tes siswa memperoleh nilai rata-rata sebesar (73,50), termasuk dalam kategori cukup, namun pada hasil pos tes siswa memperoleh rata-rata nilai sebesar (83,00). Suatu prestasi yang begitu baik. Dengan demikian siswa sudah mampu menunjukan eksistensinya dalam memahami materi ajar dan sekaligus sudah mampu mengadaptasikan dirinya dengan model yang baru tersebut. Terjadi kenaikan nilai yang signifikan. Hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan model kooperatif Kancing Gemerincing (KCG),dapat membawa pengaruh yang kuat bagi seluruh aspek yang diamati yakni: aspek kinerja guru, aktifitas siswa, keterampilan kooperatif siswa serta hasil belajar siswa. Sehingga menghasilkan suatu perubahan baru bagi guru maupun siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan ilmunya. Dan pembelajaran tersebut menjadi bermakna serta kondusif.
Gambar 4.1
Rekapitulasi Hasil Evaluasi Tiap Siklus
Selain hasil tes pada masing-masing siklus tersebut diatas, terdapat pula hasil perolehan siswa pada saat proses pembelajaran kelompok yaitu hasil perolehan nilai presentasi masing-masing kelompok siswa pada siklus I maupun siklus II dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.6
Sumbangan Skor Kelompok dan Klasifikasinya pada Siklus I
No
Kelompok
Skor yang dicapai
Klasifikasi
1
I
80
Cukup
2
II
73
Cukup
3
III
75
Cukup
4
IV
73
Cukup
5
V
80
Cukup
6
VI
73
Cukup
7
VII
75
Cukup
8
VIII
80
Cukup
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata klasifikasi prestasi kelompok termasuk dalam kategori cukup, dan usaha yang telah dilakukan oleh masing-masing kelompok tergolong cukup sehingga siswa dapat menginterpretasikan kemampuannya dalam memahami materi pelajaran Sosiologi dengan kerjasama kelompok yang cukup solid. Walaupun masih belum sepenuhnya dari kelompok siswa tersebut yang sudah mahir dalam memahami materi ajar.
Sedangkan hasil perolehan siswa pada pembelajaran kelompok tahap siklus II sudah menunjukan perubahan yang lebih baik lagi bila dibandingkan dengan tahap siklus I. Dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.7
Sumbangan Skor Kelompok dan Klasifikasinya pada Siklus II.
No
Kelompok
Skor yang dicapai
Klasifikasi
1
I
87
Baik
2
II
80
Cukup
3
III
90
Baik
4
IV
80
Cukup
5
V
87
Baik
6
VI
80
Cukup
7
VII
85
Baik
8
VIII
85
Baik
Berdasarkan hasil diatas dapat dikatakan bahwa pada pembelajaran siklus II ini para siswa semakin antusias dalam menunjukan eksistensi kemampuannya dalam mempresentasikan hasil kerjasama dengan temannya. Hal ini jelas bahwa dalam pembelajaran kooperatif akan sangat bermakna sekali bila efektifitas keterampilan kooperatif siswa lebih dimunculkan agar pembelajaran lebih berkembang. Dari skor perolehan pada tabel diatas diperoleh hasil rata-rata baik. Dengan demikian terdapat peningkatan hasil dari siklus I ke siklus II.
Gambar 4.2
Hasil Skor Kelompok Tiap Siklus
5.Hasil Non Tes Tiap Siklus
Hasil observasi yang dilakukan oleh kolaborator untuk mengetahui sikap dan partisipasi siswa serta kinerja guru pada saat pembelajaran berlangsung pada masing-masing siklus, dapat disajikan dalam tabel berikut
Tabel 4.8
Aktifitas Siswa pada pembelajaran Tiap Siklus
No
Aspek Penelitian
Penilaian
Pra Siklus
Siklus I
Siklus 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Perhatian siswa pada saat KBM
Keberanian siswa
Hasil jawaban siswa
Kesungguhan siswa
Kemampuan siswa
Keberanian tampil untuk presentasi
Berfikir kritis
Mengemukakan Pendapat
Mengembangkan materi ajar
Peningkatan prestasi belajar
Kerjasama kelompok
1
1
2
1
1
0
1
1
1
1
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
3
4
4
4
3
3
4
3
3
4
Jumlah
10
22
35
Rata-rata
25%
55%
87,5%
Keterangan : 0 = Sangat kurang 1 = Kurang 2 = Cukup
3 = Baik 4 = Sangat baik.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa perolehan nilai rata-rata aktifitas siswa pada masing-masing siklus berbeda dan menunjukan perubahan kenaikan. Pada tahap pra siklus diperoleh rata-rata nilai sebesar (25%), sedangkan pada siklus I sebesar (55%), dan meningkat pada siklus II sebesar (87,5%). Hal ini menandakan bahwa aktifitas siswa sangat berpengaruh terhadap model pembelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Dengan model konvensional pada tahap pra siklus tidak memberikan kontribusi yang berarti bagi siswa maupun guru, karena membuat siswa kurang berkreatif, dalam memunculkan ide-ide atau gagasannya pada saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan pada tahap siklus I dan siklus II dengan guru menerapkan model Kancing Gemerincing (KCG) pada pembelajaran memberikan kontribusi nilai yang signifikan baik dari segi aktifitas maupun dari segi hasil belajar siswanya.
Tabel 4.9
Kinerja Guru pada Pembelajaran Tiap Siklus
No
Unsur yang diamati
Penilaian
Pra siklus
Siklus 1
Siklus II
1
2
3
4
5
6
7
Kemampuan guru membuka pelajaran
Sikap guru dalam pembelajaran
Penguasaan materi pelajaran
Proses pembelajaran
Pemakaian media pelajaran
Evaluasi
Kemampuan menutup pelajaran
2
3
3
1
1
1
2
3
3
3
2
2
3
3
3
4
3
3
3
3
3
Jumlah
13
19
22
Rata-rata
32,5%
47,5%
55%
Keterangan : 0 = Sangat kurang 1 = Kurang 2 = Cukup
3 = Baik 4 = Sangat baik.
Dari hasil kinerja guru dalam pembelajaran pada tiap siklus terdapat peningkatan hasil untuk semua aspek yang diamati. Mulai dari item no. 1 sampai dengan item no. 7. Hal itu menandakan bahwa perubahan positif yang dilakukan oleh guru Sosiologi sangat mempengaruhi terhadap perubahan karakter siswanya. Karena dengan kemauan dan kemampuan yang dimiliki oleh guru dan didorong oleh suatu keinginan yang kuat untuk dapat menghantarkan suatu prestasi belajar pada siswa-siswanya, maka seyogyanya guru mesti tanggap dengan inovasi dan kretifitas yang harus dilakukan sebagai tenaga profesional.
6.Data Hasil Angket Pendapat Siswa
Setelah pelaksanaan proses belajar mengajar Sosiologi dengan penerapan model Kancing Gemerincing (KCG), siswa diminta pendapatnya tentang pembelajaran tersebut melalui angket dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan, sikap dan respon siswa terhadap pembelajaran Sosiologi.
Ada tiga aspek yang ada pada angket tersebut yaitu:
1). Sikap dan respon siswa terhadap Materi ajar Perubahan Sosial
2). Sikap dan respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif KCG
3). Sikap dan respon siswa terhadap peran guru dalam pembelajaran.
Adapun hasil observasi masing-masing angket pendapat siswa di tampilkan pada tabel sebagai berikut:
1)Respon Siswa terhadap Materi Ajar Sosiologi
Tabel 4.10
Prosentase Angket Siswa untuk Respon Terhadap Materi Ajar
No
Pernyataan
SS (%)
S (%)
TS(%)
STS(%)
1.
LKS sangat membantu dalam memahami materi pelajaran.
62,5%
37,5%
-
-
2.
LKS sulit dipahami padahal sudah dibaca berulang-ulang.
-
-
57,5%
42,5%
3.
Soal-soal pada LKS sangat sukar untuk dikerjakan.
-
15%
60%
25%
4.
Materi ajar tidak sesuai dengan LKS yang diberikan.
-
-
65%
35%
5.
LKS kurang mewakili materi yang diajarkan.
-
-
70%
30%
Keterangan.
SS = Sangat Setuju TS= Tidak Setuju
S = Setuju STS= Sangat Tidak Setuju
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa respon siswa terhadap Materi ajar menyatakan sangat setuju bahwa belajar dengan LKS sangat membantu dalam memahami materi pelajaran, dan soal-soal yang diberikan sangat mendorong siswa untuk berfikir kritis, cermat dan teliti. Untuk pernyataan negatif sebesar (100%) bahwa siswa tidak setuju, LKS sulit dipahami padahal sudah dibaca berulang-ulang dan soal-soal pada LKS sangat sukar untuk dikerjakan siswa menyatakan tidak setuju (85%). Begitu juga dengan pernyataan materi ajar tidak sesuai dengan LKS yang diberikan menyatakan tidak setuju sebesar (100%), dan pernyataan LKS kurang mewakili materi yang diajarkan menyatakan tidak setuju sebesar (100%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa pada prinsipnya sudah menyetujui dengan materi ajar yang disampaikan guru Sosiologi sesuai dengan program semester yang ditetapkannya.
Tabel 4.11
Prosentase Angket Siswa untuk Respon Terhadap Pembelajaran
No
Pernyataan
SS%
S%
TS %
STS %
1
Model pembelajaran KCG lebih menarik dari pada dengan model konvensional.
45%
42,5%
12,5%
-
2
Model pembelajaran KCG
memudahkan saya memahami materi pelajaran
57,5%
37,5%
5%
-
3
Pembelajaran dengan KCG sangat efektif.
60%
40%
-
-
4
Dengan model pembelajaran KCG dapat menanamkan rasa kebersamaan dalam menyelesaikan tugas.
35%
65%
-
-
5
Model pembelajaran KCG tidak membosankan.
40%
60%
-
-
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran menyatakan sangat setuju bahwa model pembelajaran kooperatif Kancing Gemerincing (KCG) dapat meningkatkan minat dan aktivitas siswa serta dapat menanamkan rasa kebersamaan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru (100%) dan pembelajaran kooperatif Kancing Gemerincing (KCG) sangat efektif menunjukkan sikap positif/ setuju sebesar (100%) sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar (0%) ini menandakan bahwa hanya sebagian kecil saja dari siswa yang belum memahami manfaat dari model pembelajaran tersebut sudah dirasakan oleh semua siswa.
Tabel 4.12
Prosentase Angket Siswa untuk Respon peran guru dalam Pembelajaran
No
Pernyataan
SS%
S%
TS %
STS %
1
Guru membeikan arahan dalam menyelesaikan soal-soal.
72,5%
27,5%
-
-
2
Guru kurang memperhatikan kesulitan yang dihadapi siswa sehingga membuat saya kesulitan dalam mempelajari Sosiologi dengan baik.
-
-
67,5%
32,5%
3
Peran guru sangat membantu dalam memahami soal-soal.
55%
45%
-
-
4
Guru tidak memberikan motivasi sehingga saya makin malas mengikuti pelajaran Sosiologi.
-
-
72,5%
27,5%
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa respon siswa terhadap peran guru dalam memberikan pengarahan-pengarahan sangat setuju (100%) sedangkan guru kurang memperhatikan kesulitan belajar siswa sangat tidak setuju (100%), peran guru sangat membantu siswa setuju (100%) guru tidak memberikan motivasi pada siswa tidak setuju (100%) dengan demikian bahwa pada dasarnya semua membutuhkan bimbingan dan pengarahan dari guru dalam memahami materi pelajarannya.
Pembahasan Hasil Penelitian.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran dengan menggunakan model Kancing Gemerincing (KCG) adalah memuaskan.
Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan hasil observasi yang menjadi sasaran tindakan penelitian yakni berkembangnya pemahaman materi ajar sejalan dengan berkembangnya aktivitas dan keterampilan kooperatif siswa, dengan kata lain semakin siswa memahami materi ajar semakin eksis dalam kelompoknya.
Adapun hasil temuan kuantitatif secara keseluruhan dari proses pembelajaran per siklus sebagai berikut :
Pada Pra Siklus rata-rata pretes sebesar (58,64), rata-rata postes menjadi (67,88) hal ini menunjukan kenaikan sebesar : (9,24%).
Pada siklus I rata-rata pretes sebesar (61,10), rata-rata postes menjadi menjadi (77,63) hal ini mengalami kenaikan sebesar : (16,53%).
Pada siklus II rata-rata pretes sebesar (73,50), rata-rata postes menjadi (83,00), hal ini mengalami kenaikan sebesar : (9,5%)
Sedangkan hasil kualitatif secara keseluruhan dari proses pembelajaran persiklus sebagai berikut :
a).Aktivitas siswa dari tahap pra siklus hanya sebagian kecil sebesar (25%) meningkat menjadi sebagian besar (55%) pada siklus I dan pada siklus II hampir seluruhnya berubah menjadi (87,5%) Hal ini dapat di indikasikan proses pembelajaran sudah optimal, dengan penerapan model Kancing Gemerincing (KCG) menunjukan peningkatan yang efektif dan signifikan.
b)Kinerja guru dari tahap pra siklus hanya sebesar (32,5%) hampir setengahnya meningkat menjadi (47,5%) pada siklus I sedangkan pada siklus II berubah sebagian besar menjadi (55%).
Hal ini dapat diindikasikan, bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru Sosiologi sudah mampu merubah kebiasaan, guru bukan lagi berperan sebagai diktator akan tetapi berperan sebagai fasilitator, transfer informasi dan teknik penerapan model Kancing Gemerincing (KCG) sudah betul-betul dikuasai, sehingga proses pembelajaran pun dapat dikatakan optimal.
Dari hasil angket pendapat siswa terdiri dari 3 aspek yang diberikan/ dibagikan pada siswa masing-masing berisi a) respon siswa terhadap materi ajar perubahan social, b) respon siswa terhadap model pembelajaran Kancing Gemerincing (KCG) yang telah digunakan, dan c) respon siswa terhadap peran guru pada saat pembelajaran berlangsung.
Adapun rincian masing-masing aspek tersebut adalah:
1.Respon Siswa terhadap materi ajar Perubahan Sosial
Lebih dari setengahnya siswa menyatakan sangat setuju ( 62,5%) bahwa LKS sangat membantu dalam memahami materi pelajaran
Setengahnya dari jumlah siswa menyatakan tidak setuju (57,5%) bahwa LKS sulit dipahami padahal sudah dibaca berulang-ulang.
Lebih dari setengahnya siswa menyatakan tidak setuju (60%) bahwa Soal-soal pada LKS sangat sukar untuk dikerjakan.
Lebih dari setengahnya siswa menyatakan tidak setuju (65%) bahwa Materi ajar tidak sesuai dengan LKS yang diberikan.
2.Respon Siswa terhadap Penerapan model KCG
Hampir dari setengahnya siswa menyatakan sangat setuju (45%) bahwa Model pembelajaran KCG lebih menarik dari pada model konvensional.
Lebih dari stengahnya siswa menyatakan sangat setuju (57,5%) bahwa Model pembelajaran KCG memudahkan saya memahami materi pelajaran.
lebih dari setengahnya siswa menyatakan setuju (60%) bahwa pembelajaran dengan model KCG sangat efektif
kurang dari setengahnya siswa menyatakan setuju (35%) bahwa dengan model pembelajaran KCG dapat menanamkan rasa kebersamaan dalam menyelesaikan tugas.
Lebih dari setengahnya siswa menyatakan setuju (60%) bahwa pembelajaran dengan model KCG tidak membosankan.
3.Respon Siswa terhadap peran guru dalam pembelajaran.
Lebih dari setengahnya siswa menyatakan sangat setuju (72,5%) bahwa Guru membeikan arahan dalam menyelesaikan soal-soal..
Lebih dari setengahnya siswa menyatakan tidak setuju (67,5%) bahwa Guru kurang memperhatikan kesulitan yang dihadapi siswa sehingga membuat siswa kesulitan dalam mempelajari Sosiologi dengan baik.
Lebih dari setengahnya siswa menyatakan sangat setuju (55%) Peran guru sangat membantu dalam memahami soal-soal.
Lebih dari setengahnya siswa menyatakan tidak setuju (72,5%) bahwa Guru tidak memberikan motivasi sehingga saya makin malas mengikuti pelajaran Sosiologi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model Kancing Gemerincing (KCG) dari pra siklus pos tes (67,88), Siklus I (77,63) dan Siklus II (83,00).
Aktifitas siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan mereka sendiri cenderung meningkat (mengerjakan LKS, berdiskusi dan merespon pertanyaan teman).pada pra siklus (25%), Siklus I (47,5%), dan Siklus II (87,5%).
Melalui penerapan model Kancing Gemerincing (KCG) ternyata mampu mengidentifikasikan permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran.
B. Saran – saran
Pembelajaran Sosiologi yang selama ini hanya menggunakan cara konvensional sudah waktunya diganti dengan teknik pembelajaran yang inovatif seperti model Kancing Gemerincing (KCG).
2. Dengan melihat hasil pembelajaran model Kancing Gemerincing (KCG).ini, tentunya bisa dikembangkan dengan pendekatan model / variasi pembelajaran lainnya.
64
64
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Lie,2004, Cooperative Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta : Grasindo.
Baharudin dan Esa nur Wahyuni,2007, Teori Belajar & Pembelajaran,
Yogyakarta : AR-Ruzz Media.
Depdiknas, 2002, Sosialisasi KTSP Rancangan Penilaian Hasil Belajar, Jakarta.
Endi Nugraha. (1985). Pengantar Statistik. CV. Permadi. Bandung.
Jalaludin Rahmat. (1987). Psikologi Komunikasi. Remaja Karya. Bandung.
Moh. Surya. (1992). Psikologi Pendidikan. FKIP. IKIP. Bandung.
Muhammad Ali. (1987). Guru dalam Proses Belajar-Mengajar. Sinar Baru. Bandung.
Nana Sudjana. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar-Mengajar. Sinar Baru. Bandung.
Sudjana, 2005, Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung: Falah Production.
User Usman. (1989). Menjadi Guru Profesional. Remaja Karya. Bandung.
_________________,(2005), strategi Pembelajaran, Bandung: Falah Foundation.
65
65
Lampiran 1.
Instrumen Penelitian
Pre Tes
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan cara memberi tanda (x) pada pilihan berikut : a, b, c, d, e
1. Berikut ini adalah faktor perubahan Sosial yang intern, yaitu ....
a. perubahan alam
b. peperangan
c. krisis demografi
d. akulturasi
e. kontak budaya
2.Contoh masyarakat yang mempertahankan Sosial lama karena memperoleh proses sosialisasi sejak kecil adalah ....
a. makanan pokok
b. upacara adat perkawinan
c. tata cara beribadah
d. solidaritas kelompok
e. hubungan kekerabatan
3.Perubahan Sosial mengakibatkan masalah Sosial yang dimulai dengan ....
a. terciptanya integrasi Sosial
b. lahirnya golongan menengah
c. lahirnya disintegrasi Sosial
d. berkembangnya kriminalitias
e. peledakan populasi penduduk
4.Pemberontakan RMS muncul karena mereka menolak bergabung dengan NKRI. Gerakan ini dinamakan ....
a. integrasi
b. aneksasi
c. disintegrasi
d. Separatisme
e. disintegrasi
5. Masyarakat dan budaya cenderung mengalami perubahan serta memiliki sifat tertentu, yaitu ....
a. labil
b. statis
c. dinamis
d. evolutif
e. revolutif
6. Contoh perubahan yang berbentuk progress berikut ini adalah ....
a. listrik masuk desa mengakibatkan kenakalan remaja
b. siaran Televisi menyebabkan siswa malas belajar
c. banyak wanita berpakaian sangat minim
d. penemuan komputer memperlancar Sistem informasi
e. pemakaian suatu robot menyebabkan menjamurnya pengangguran
7.Perubahan mode pakaian dikategorikan sebagai perubahan yang pengaruhnya serta ruang lingkupnya kecil, karena ....
a. hanya menguntungkan kaum muda
b. hanya terjangkau oleh golongan tertentu
c. tidak ada hubungan antara kebutuhan politik dan hukum
d. tidak ada hubungan dengan kebutuhan sekunder
e. perubahan tersebut hanya diciptakan kaum pedagang dan para perancang mode
8. Faktor-faktor yang peranannya berpengaruh terhadap penerimaan suatu Unsur baru ialah
sebagai berikut, kecuali ....
a. tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat
b. sejalan dengan kemauan suatu aparat keamanan masyarakat
c. langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
d. sudah ada Unsur yang melandasi unsur baru
e. terbiasanya masyarakat kontak dengan masyarakat lain
9. Aksi protes adalah penyampaian pernyataan tidak setuju terhadap suatu kebijakan dengan cara ....
a. Persuasif
b. mengecam secara pedas
c. mengajak kepada kebenaran
d. berontak dengan penjarahan
e. mengalihkan situasi politik
10. Perubahan Struktural yang memakan waktu relatif cepat disebut ....
a. evolusi
b. radikal
c. destruktif
d. moderat
e. reaktif
Lampiran 2
Instrumen Penelitian
Pos Tes
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan cara ocial tanda (x) pada pilihan berikut : a, b, c, d, e
Tindakan korupsi adalah kejahatan yang terjadi karena ...
a. pelakunya mempunyai kebiasaan buruk
b. ada kelainan jiwa pada para pelakunya
c. pelakunya mempunyai cacat fisik
d. ada kesempatan yang dimiliki pelaku
e. pelakunya mempunyai krisis jiwa
2.Upaya utama untuk menanggulangi kenakalan remaja adalah ....
a. menciptakan lapangan kerja yang luas
b. menciptakan sarana hiburan yang mendidik
c. memperketat pengendalian Sosial
d. mengadakan razia di sekolah dan kendaraan umum
e. mengadakan penyuluhan secara efektif
3.Situasi yang menandai terjadinya disintegrasi Sosial sebagai akibat perubahan Sosial antara lain ....
a. sanksi berfungsi secara efektif
b. timbul kebersamaan dalam masyarakat
c. meningkatkan wibawa aparat
d. solidaritas kelompok meningkat
e. masyarakat kurang mematuhi norma yang berlaku
4.Kemerdekaan Republik Indonesia membawa perubahan yang mendasar bagi kehidupan rakyat Indonesia, termasuk perubahan dengan cara ....
a. evolusi
b. revolusi
c. modernisasi
d. regress
e. progress
5.Berikut merupakan contoh perubahan social yang bersifat progress ....
a. Koran masuk desa untuk meningkatkan informasi
b. listrik masuk desa mempermudah para pemuda untuk begadang
c. TNI masuk desa menakut-nakuti rakyat
d. banyak keluarga memiliki pesawat tv membuat masjid menjadi kosong
e. gotong royong semakin menurun karena penduduk mencari pekerjaan di kota
6.Proses integrasi Sosial akan baik apabila ....
a. ada homogenitas kelompok
b. adanya penggunaan berbagai ragam bahasa
c. kepribadian setiap individu sama
d. terdapat sifat egoisme pada setiap individu
e. norma-norma itu konsisten dan tidak berubah-ubah
7.Contoh perubahan Sosial secara cepat dan mendasar adalah ....
a. revolusi kemerdekaan
b. mode pakaian
c. penggunaan alat telekomunikasi
d. perubahan peranan wanita
e. Lembaga Musyawarah Desa
8.Perubahan pada lembaga kemasyarakatan akan memengaruhi Sistem sosialnya yang meliputi ....
a. nilai, sikap, dan pola perilaku masyarakatnya
b. kebutuhan, asal-usul, dan Ciri fisik masyarakat
c. keyakinan, suku bangsa, dan adat istiadat
d. kebutuhan hidup, pola perilaku, dan asal-usul
e. norma, nilai, dan seluruh kondisi alam lingkungan
9.Perubahan regress adalah bentuk perubahan yang menyebabkan kemunduran kehidupan masyarakat yang meliputi ....
a. seluruh bidang kehidupan
b. sebagai dasar bidang kehidupan
c. pola hidup dan tingkah laku warga
d. bidang pemenuhan kebutuhan
e. bidang kehidupan tertentu
10. Salah satu Faktor yang menyebabkan perubahan dalam masyarakat adalah demografi, maksud nya adalah ....
a. tingkat pertumbuhan penduduk tinggi
b. program transmigrasi dari pemerintah
c. berkurang atau bertambahnya penduduk
d. adanya tingkat kelahiran dan kematian
e. keberhasilan pelaksanaan program KB
Lampiran 3.
Soal-soal
Tes Akhir Siklus
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan tepat.
1. Sebutkan saluran-saluran perubahan Sosial.
2. Bagaimana Ciri-ciri orang modern?
3. Sebutkan contoh dari seseorang yang berpikir ilmiah.
4. Mengapa kita harus dinamis, aktif, dan bekerja keras?
5. Uraikan pengertian korupsi, kolusi, dan nepotisme serta berikan contohnya.
6. Apa yang menyebabkan kenakalan remaja?
7. Mengapa ada orang yang melanggar peraturan padahal dia sudah tahu sanksi jika dia melanggarnya?
8. Sebutkan pengertian perubahan Sosial menurut Mac Iver.
9. Deskripsikan perubahan Sosial yang diakibatkan oleh konflik.
10.Sebutkan kepentingan yang tertanam kuat sekali dalam masyarakat Anda sehingga menghambat terjadinya perubahan Sosial.
Lampiran 4.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
( R P P )
Nama sekolah : SMA N I Lemahabang
Mata Pelajaran : Sosiologi
Kelas/semester : XII / 1
Standar Kompetensi : 1. Memahami dampak perubahan ocial
Kompetensi Dasar : 1. 1Menjelaskan proses perubahan sosial di masyarakat.
Indikator :
Memberi contoh berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat.
Mendeskripsikan bentuk-bentuk perubahan sosial.
Memberikan contoh faktor pendorong perubahan sosial.
Mengidentifikasikan faktor-faktor penghambat perubahan sosial.
Alokasi Waktu : 8 x 45 menit (4 X Pertemuan)
I.Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat:
mendeskripsikan pengertian perubahan sosial
mengidentifikasi bentuk-bentuk perubahan sosial
mengidentifikasi faktor pendorong dan penghambat perubahan sosial.
menjelaskan akibat dari perubahan sosial
II.Materi Pembelajaran
Perubahan Sosial
III.Metode Pembelajaran
Kancing Gemerincing
kerja mandiri
eksplorasi
diskusi
ceramah
Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
No
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
Keterangan
1.
Pendahuluan
Apresepsi
Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran. Kemudian, guru menanyakan beberapa perubahan yang terjadi dalam diri siswa.
Memotivasi
Siswa mendengarkan tujuan mempelajari hakikat dan bentuk-bentuk perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Rambu-rambu belajar
Siswa memperhatikan gambar yang menunjukkan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Setelah itu, siswa memperhatikan skema perubahan sosial yang digambar oleh guru.
10'
2.
Kegiatan Inti
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pengertian perubahan sosial, pandangan para tokoh tentang perubahan sosial, teori utama pola perubahan sosial, dan teori-teori modern mengenai perubahan sosial.
Siswa bisa menggali informasi dari berbagai informasi tentang perubahan sosial misalnya, di perpustakaan atau pengalaman di sekitarnya.
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kemudian mendiskusikan kasus yang ada dalam buku halaman 10.
Siswa membacakan hasil diskusinya di depan kelas dan guru memandu diskusi secara klasikal.
Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang diskusi yang telah dilakukan.
Siswa mengerjakan tugas "Uji Penguasaan Materi" dalam buku halaman 10.
70'
3.
Kegiatan Akhir
Siswa dan guru membuat rangkuman bersama tentang materi yang dipelajari tentang pengertian perubahan sosial.
Siswa diberi tugas untuk mengamati masyarakat di sekitar lingkungannya dan membuat karangan tentang perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Siswa mempersiapkan kamera untuk foto perubahan sosial untuk pertemuan berikutnya.
10'
Pertemuan 2
No.
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
Keterangan
1.
Pendahuluan
Apresepsi
Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran. Kemudian, guru mengumpulkan tugas siswa berupa karangan tentang perubahan sosial dalam masyarakat.
Memotivasi
Siswa mendengarkan tujuan mempelajari bentuk-bentuk perubahan sosial.
Rambu-rambu belajar
Siswa memperhatikan gambar bentuk-bentuk perubahan sosial dalam masyarakat..
10'
2.
Kegiatan Inti
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang bentuk-bentuk perubahan sosial.
Siswa mengerjakan tugas "Uji Penguasaan Materi" dalam buku halaman 14.
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kemudian para siswa ditugaskan untuk memotret perubahan-perubahan sosial yang terjadi di sekitar lingkungan sekolahnya.
Siswa membuat laporan singkat tentang obyek foto yang diambil kepada guru.
Siswa dan guru membuat rangkuman bersama tentang bentuk-bentuk perubahan sosial.
70'
3.
Kegiatan Akhir
Siswa menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan guru secara tertulis.
Siswa diberi tugas untuk mencetak foto lalu siapkan untuk pameran.
10'
Pertemuan 3
No.
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
Keterangan
1.
Pendahuluan
Apresepsi
Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran. Kemudian, guru menanyakan beberapa pertanyaan seputar bentuk-bentuk perubahan sosial.
Memotivasi
Siswa mendengarkan tujuan mempelajari faktor-faktor pendorong dan penghambat serta dampak perubahan sosial dalam masyarakat.
Rambu-rambu belajar
Siswa memperhatikan gambar mode pakaian atau foto yang diambil oleh para siswa. .
10'
2.
Kegiatan Inti
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang faktor pendorong dan penghambat perubahan sosial dan dampak perubahan sosial tersebut.
Siswa bisa menonton film tentang perubahan sosial.
Siswa mengerjakan tugas "Uji Penguasaan Materi" dalam buku halaman 19 dan 24.
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kemudian mendiskusikan artikel yang ada dalam buku halaman 24-25.
Siswa membacakan hasil diskusinya di depan kelas dan guru bertugas sebagai pemandu diskusi kelas.
Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang faktor pendorong dan penghambat perubahan sosial dan dampak sosialnya.
70'
3.
Kegiatan Akhir
Siswa dan guru membuat rangkuman bersama materi yang dipelajari tentang faktor pendorong dan penghambat perubahan sosial dan dampak perubahan sosial tersebut.
Siswa diberi tugas untuk membuat kliping dengan analisa tentang faktor pendorong terjadinya perubahan itu. Selain itu, siswa juga ditugaskan untuk mengerjakan soal-soal evaluasi akhir bab 1 dari halaman 26-30.
10'
Pertemuan 4
No.
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
Keterangan
1.
Pendahuluan
Apresepsi
Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran. Kemudian, guru mengumpulkan tugas para siswa.
Memotivasi
Siswa mendengarkan maksud diadakan ulangan blok.
Rambu-rambu belajar
Siswa mendapat penjelasan dari guru tentang ulangan blok.
10'
2.
Kegiatan Inti
Siswa mendapatkan soal-soal ulangan.
Siswa mengerjakan soal-soal ulangan yang sudah dibagikan.
Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya untuk diperiksa dan dinilai.
70'
3.
Kegiatan Akhir
Siswa dan guru membahas pertanyaan-pertanyaan yang telah dikerjakan oleh siswa dalam ulangan blok.
Siswa diberi tugas untuk mempelajari bahan yang telah dijadikan ulangan blok.
10'
Sumber pembelajaran:
Buku Sosiologi SMA kelas 3 ESIS halaman 2-30.
Pengalaman siswa tentang perubahan sosial
Media massa seperti majalah, koran, dan buku-buku tambahan.
Media
Papan tulis
Alat-alat tulis
Lembar soal
Transparan Konsep
Power Point
OHP
Penilaian
a.Hasil pekerjaan siswa dari ulangan blok dari halaman 26-30.
b.Karangan siswa tentang perubahan sosial dalam masyarakat.
c.Diskusi kelompok dalam buku halaman 24-25.
Berikut ini format penilaian diskusi kelompok.
No.
Nama
ASPEK PENILAIAN
Total nilai
Presentasi
Sikap
Keaktifan
Wawasan
Kemampuan mengemukakan pendapat
Kerja sama
Keterangan: nilai maksimal 20
LEMBAR OBSERVASI DISKUSI KELOMPOK
No
Nama Siswa
Aspek yang Dinilai
Skor/ Jumlah
1
2
3
4
5
6
Aspek yang dinilai:
Kemampuan menyampaikan pendapat.
Kemampuan memberikan argumentasi.
Kemampuan memberikan kritik.
Kemampuan mengajukan pertanyaan.
Kemampuan menggunakan bahasa yang baik.
Kelancaran berbicara.
Penskoran: Jumlah skor:
A.Sangat Baik Skor 4 24—30 = Sangat Baik
B. Baik Skor 3 18—23 = Baik
C. Cukup Skor 2 12—17 = Cukup
D. Kurang Skor 1 6—11 = Kurang
FORMAT PENILAIAN PROSES DISKUSI
No
Nama Siswa
Kriteria Penilaian
Jumlah Skor
1
2
3
4
5
1
2
dst
Keterangan: Rentang skor : 1—3
Aktivitas dalam kelompok 2—15 = Sangat baik
Tanggung jawab individu 9—11 = Baik
Pemikiran 6—8 = Cukup
Keberanian berpendapat 3—5 = Kurang
Keberanian tampil
Kajian Sosiologi Bab 1
Berikan beberapa dampak positif dan negatif akibat dari perubahan sosial dengan mengisi kannya seperti pada contoh tabel berikut ini.
No
Dampak Positif
Dampak Negatif
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Lemahabang, Agustus 2009
Mengetahui
Kepala SMA Muhammadiyah Lemahabang Guru Sosiologi
Drs.Abdul Halim, M.MPd Drs.Abdul Halim, M.MPd
NIP.19580403 198303 1 022 NIP. 19580403 198303 1 022
Lampiran 5.
Aktifitas Siswa pada pembelajaran Tiap Siklus
No
Aspek Penelitian
Penilaian
Pra Siklus
Siklus I
Siklus 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Perhatian siswa pada saat KBM
Keberanian siswa
Hasil jawaban siswa
Kesungguhan siswa
Kemampuan siswa
Keberanian tampil untuk presentasi
Berfikir kritis
Mengemukakan Pendapat
Mengembangkan materi ajar
Peningkatan prestasi belajar
Kerjasama kelompok
1
1
2
1
1
0
1
1
1
1
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
3
4
4
4
3
3
4
3
3
4
Jumlah
10
22
35
Rata-rata
25%
55%
87,5%
Keterangan : 0 = sangat kurang 1 = kurang 2 = cukup
3 = baik 4 = sangat baik.
Kinerja Guru pada Pembelajaran Tiap Siklus
No
Unsur yang diamati
Penilaian
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
1
2
3
4
5
6
7
Kemampuan guru membuka pelajaran
Sikap guru dalam pembelajaran
Penguasaan materi pelajaran
Proses pembelajaran
Pemakaian media pelajaran
Evaluasi
Kemampuan menutup pelajaran
2
3
3
1
1
1
2
3
3
3
2
2
3
3
3
4
3
3
3
3
3
Jumlah
13
19
22
Rata-rata
32,5%
47,5%
55%
Keterangan : 0 = sangat kurang 1 = kurang 2 = cukup
3 = baik 4 = sangat baik.
Lampiran 6.
Prosentase Angket Siswa untuk Respon Terhadap Materi Ajar
No
Pernyataan
SS (%)
S (%)
TS(%)
STS(%)
1.
LKS sangat membantu dalam memahami materi pelajaran.
62,5%
37,5%
-
-
2.
LKS sulit dipahami padahal sudah dibaca berulang-ulang.
-
-
57,5%
42,5%
3.
Soal-soal pada LKS sangat sukar untuk dikerjakan.
-
15%
60%
25%
4.
Materi ajar tidak sesuai dengan LKS yang diberikan.
-
-
65%
35%
5.
LKS kurang mewakili materi yang diajarkan.
-
-
70%
30%
Keterangan.
SS = Sangat Setuju TS= Tidak Setuju
S = Setuju STS= Sangat Tidak Setuju
Prosentase Angket Siswa untuk Respon Terhadap Pembelajaran
No
Pernyataan
SS%
S%
TS %
STS %
1
Model pembelajaran KCG lebih menarik dari pada dengan model konvensional.
45%
42,5%
12,5%
-
2
Model pembelajaran KCG
memudahkan saya memahami materi pelajaran
57,5%
37,5%
5%
-
3
Pembelajaran KCG sangat efektif.
60%
40%
-
-
4
Dengan model pembelajaran KCG dapat menanamkan rasa kebersamaan dalam menyelesaikan tugas.
35%
65%
-
-
5
Model pembelajaran KCG tidak membosankan saya.
40%
60%
-
-
Prosentase Angket Siswa untuk Respon peran guru dalam Pembelajaran
No
Pernyataan
SS%
S%
TS %
STS %
1
Guru membeikan arahan dalam menyelesaikan soal-soal.
72,5%
27,5%
-
-
2
Guru kurang memperhatikan kesulitan yang dihadapi siswa sehingga membuat saya kesulitan dalam mempelajari Sosiologi dengan baik.
-
-
67,5%
32,5%
3
Peran guru sangat membantu dalam memahami soal-soal.
55%
45%
-
-
4
Guru tidak memberikan motivasi sehingga saya makin malas mengikuti pelajaran sosiologi.
-
-
72,5%
27,5%
Lampiran 7.
SURAT IZIN PENELITIAN
Hal : Permohonan Izin Penelitian Kepada
Yth. Kepala Sekolah SMA
Muhammadiyah Lemahabang
di Lemahabang
Dengan Hormat,
Dalam rangka melengkapi peryaratan Administrasi Kenaikan Pangkat, saya mohon izin untuk mengadakan penelitian yang berjudul "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Perubahan Sosial Siswa Kelas XII IPS SMA Muhammadiyah Lemahabang Kabupaten Cirebon."
Sehubungan dengan itu, saya mohon untuk tidak keberatan agar saya mengadakan penelitian ini.
Atas kerjasama dan perhatian Bapak, saya ucapkan terima kasih.
Mengetahui:
Pengawas Sosiologi Kabupaten Cirebon
Dra. Hj. Hanifah, M.A, M.M
NIP.19581225 198203 2 005
Lemahabang, Agustus 2009
Hormat Saya
Drs.Abdul Halim, M.MPd
NIP. 19580403 198303 1 022
Lampiran 8.
Jadwal Penelitian.
No
Jadual Kegiatan
Agustus
September
Oktober
1
2
3
4
5
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penyusunan Proposal
Perijinan
Kajian teori
Penyusunan Instrumen
Pengumpulan data
Analisis data
Penyusunan Sementara Laporan penelitian
Diskusi hasil penelitian
Revisi hasil penelitian
Penyusunan laporan Penelitian
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Lampiran 9.
REKAPITULASI DAFTAR HADIR SISWA
No
Pertemuan
Prosentase kehadiran
Bulan Agustus
Keterangan
1.
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
100%
100%
100%
100%
Kegiatan awal
Pelaksanaan Tes akhir
No
Pertemuan
Prosentase kehadiran
Bulan September
Keterangan
2.
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
100%
100 %
100%
100%
Pelaksanaan Tes akhir
No
Pertemuan
Prosentase kehadiran
Bulan Oktober
Keterangan
3.
Pertama
Kedua
100%
100%
ppp
Lampiran 10.
CATATAN HARIAN PELAKSANAAN TIAP SIKLUS
SIKLUS I
Pertemuan ke
Hari
Bulan
Keterangan
1
Selasa
Agustus
Pembentukan kelompok
Presentasi Guru
Tanya jawab tentang perubahan sosial
2.
Rabu
Agustus
Proses pembelajaran dengan model KCG
Presentasi kelompok
Diskusi Kelas membahas diskusi kelompok
3.
Kamis
Agustus
Review pembelajaran dengan model KCG
Siswa tampil di depan Menjelaskan dampak perubahan sosial
4.
Sabtu
Agustus
Pelaksanaan tes akhir siklus I
SIKLUS II
Pertemuan ke
Hari
Bulan
Keterangan
1
Selasa
September
Presentasi Guru
Belajar secara individu
Belajar secara kelompok
2.
Rabu
September
Proses pembelajaran dengan model KCG
Perhitungan nilai kelompok
Penghargaan kelompok
3.
Kamis
September
Review pembelajaran dengan model KCG
Siswa mengerjakan soal-soal di papan tulis sebagai rivieu dari materi ajar yang telah berlangsung
4.
Sabtu
September
Pelaksanaan tes akhir siklus II
Lampiran 11.
Hasil wawancara dengan guru Sosiologi
Pengertian Model Pembelajaran KANCING GEMERINCING ( KCG )
P : Bagaimana pemahaman Bapak tentang model pembelajaran KCG ?
J : Pembelajaran KCG merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif Teknik ini dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.
P : Apa saja keuntungan dari pelaksanaan model tersebut?
J: Keuntungan dengan adanya model pembelajaran KCG adalah Menekankan pada percepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Dalam prosesnya menyingkirkan hambatan dan halangan sehingga menimbulkan hal-hal yang seperti, suasana yang menyenangkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan lain-lain.
2. Pelaksanaan model Pembelajaran Kancing Gemerincing ( KCG ).
P: Bagaimana peranan model pembelajaran KCG terhadap peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran?
J : Pembelajaran KCG adalah suatu model yang kegiatan siswa menjalankan suatu pembelajaran dalam menyelesaikan suatu masalah, sehingga siswa dituntut untuk aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dalam model ini siswa dilibatkan secara langsung mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan presentasi di depan kelas.
P: Apakah model pembelajaran KCG dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model sebelumnya?
J : Ya. Sebelum adanya penerapan model ini siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan siswa di kelas selama proses pembelajaran berlangsung hanyalah mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi pembelajaran. Setelah adanya penerapan model ini siswa menjadi ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dapat bebas bertanya dan mengeluarkan pendapat. Hasil belajar siswa akan meningkat dengan adanya siswa lebih paham terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh buru sehingga hasil belajar meningkat.
P: Apakah semua siswa lebih mudah menguasai materi dengan adanya penerapan model ini?
J: Ya siswa menjadi lebih mudah menguasai materi pelajaran sebab siswa terlibat aktif secara langsung sehingga dengan begitu materi yang disajikan akan menjadi lebih mudah meskipun masih terdapat beberapa siswa yang masih cenderung diam.
P :Bagaimana tanggapan atau reaksi siswa dengan adanya pelaksanaan model pembelajaran KCG tersebut?
J: Siswa bersemangat dalam proses pembelajaran dan siswa juga ikut berperan serta dalam kegiatan presentasi di depan kelas. Mereka bertanya dan saling mengeluarkan pendapat.
3. Penilaian
P : Jelaskan aspek apa sajakah yang diperhatikan dalam melakukan penilaian?
J: Dalam penilaian yang saya lakukan, saya memperhatikan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian itu berasal dari nilai tugas, sikap siswa sehari-hari, keaktifan siswa, kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan. Jadi bukan di lihat dari ulangan harian atau ulangan blok saja.
P: Bagaimana cara Anda melakukan penilaian dalam proses pelaksanaan model pembelajaran KCG ?
J: Penilaian saya lakukan pada setiap tatap muka. Penilaiannya berdasarkan keaktifan siswa dalam melaksanakan kegiatan kelompok ataupun presentasi di depan kelas. Selain itu saya juga memberikan nilai kepada siswa yang mengajukan pertanyaan pada saat diskusi kelas berlangsung.
4.REFLEKSI DATA
Pembelajaran model KCG merupakan salah satu model pembelajaran cara-cara yang baru yang memudahkan proses belajar lewat pemanduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang anda ajarkan. Dan dengan menggunakan model KCG anda akan dapat menggabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pelajaran yang akan melejitkan prestasi siswa". KCG merupakan suatu proses pembelajaran dengan menyediakan latar belakang dan strategi untuk meningkatkan proses belajar mengajar dan membuat proses tersebut menjadi lebih menyenangkan. Cara ini memberikan sebuah gaya mengajar yang memberdayakan siswa untuk berprestasi lebih dari yang dianggap mungkin, selain itu kegiatan belajar mengajar lebih efektif. Model pembelajaran KCG mempunyai peranan dalam meningkatkan keaktifan siswa yaitu siswa dilibatkan secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan presentasi di depan kelas. Sebelum adanya penerapan model pembelajaran KCG kegiatan siswa hanya mendengarkan penjelasan dan mencatat materi pelajaran, akan tetapi setelah adanya penerapan model pembelajaran KCG siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan mereka saling bekerja sama dalam menyelesaikan suatu masalah, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa menjadi lebih mudah memahami materi yang disajikan oleh guru dengan adanya model pembelajaran KCG tersebut. Selain itu siswa bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Penilaian yang dilakukan oleh guru meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, seperti halnya penilaian yang dilakukan terhadap tugas, sikap sehari-hari, keaktifan siswa, ulangan harian, ulangan blok dan kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan.
Dalam pelaksanaan model pembelajaran KCG guru melakukan penilaian dengan cara melihat keaktifan siswa dalam kegiatan kelompok kecil ataupun presentasi di depan kelas. Selain itu guru juga melakukan penilaian kepada siswa yang memberikan pertanyaan pada saat diskusi kelas.
Lampiran 12.
FOTO-FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN