SRATEGI PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KONSEP PELUANG MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF KOOPERATIF DI KELAS XII KIMIA INDUSTRI INDUSTRI 1 SMK N KABUH JOMBANG JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2014 – 2015
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu K ewajiban Pengembangan Profesi Guru
Disusun Oleh
BAMBANG KUSWANTO, M. Pd. NIP. 196605082007011035
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN JOMBANG SMK N KABUH JOMBANG NOPEMBER 2014
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Sumberdaya yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa dan negara dalam rangka mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan yang terjadi dalam masyarakat di masa yang akan datang. Kurikulum merupakan komponen esensial dan utama yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak, seperti pemerintah, pengembangan kurikulum, dan para guru sebagai ujung tombak pelaksanaan kurikulum dimaksud. Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Apa yang menjadikan belajar aktif? Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar akif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud ) Bila dalam aritmetika hanya bilangan dan operasi aritmetika (seperti +, -, ×, ÷) yang ditemukan, dalam aljabar kita juga menggunakan simbol (seperti x x dan y, y, atau a dan b) untuk mewakili bilangan. Simbol seperti ini disebut sebagai variabel atau peubah. Penggunaan simbol seperti ini berguna karena: 1.
Memungkinkan perampatan (generalisasi) persamaan dan pertidaksamaan aritmetika untuk dinyatakan sebagai hukum (seperti a + b = b + a untuk semua a dan b), dan karena itu merupakan langkah pertama untuk studi sistematis terhadap sifat-sifat sistem sifat-sifat sistem bilangan riil.
2.
Memungkinkan merujuk kepada bilangan yang tidak diketahui. Dalam konteks suatu masalah, variabel mungkin mewakili suatu nilai yang belum diketahui, namun dapat ditemukan lewat perumusan dan manipulasi persamaan matematika
3.
Memungkinkan penjelajahan hubungan matematika antara besaran besaran (misalnya, "bila kamu menjual x menjual x karcis, karcis, keuntunganmu adalah 3 x − 1000 rupiah").
Dengan menyadari gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul penelitian “Strategi Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Konsep Peluang Melaui Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif di Kelas XII Kimia Industri 1 SMK Negeri Kabuh Jombang Tahun Pelajaran 2014 – 2014 – 2015 2015 1.2. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahnnya sebagi berikut: 1. Adakah pengaruh peningkatan prestasi belajar dan penguasaan konsep peluang dengan diterapkannya model pembelajarn kooperatif pada pada
2
siswa kelas XII Kimia Industri Industri 1 SMK Negeri Kabuh Jombang Tahun Pelajaran 2014 – 2014 – 2015 2015 2. Adakah pengaruh model pembelajaran kooperatif dalam membantu siswa meningkatkan pemahaman dan motivasi belajar konsep peluang . 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui dan menganalisa adanya pengaruh peningkatan prestasi belajar pada konsep peluang setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif pada siswa kelas kelas XII Kimia Industri 1 Kabuh Jombang Tahun Tahun Pelajaran 2014 – 2014 – 2015 2015 2. Mengetahui dan menganalisa adanya pengaruh model pengajaran Kooperatif dalam membantusiswa meningkatkan pemahaman dan motivasi belajar konsep konsep peluang di kelas XII Kimia Industri 1 SMK Negeri Kabuh Jombang Tahun Pelajaran 2014 – 2014 – 2015. 2015. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru dalam meningkatkan pemahaman siswa pada konsep aljabar dan peluang 2. Sumbangan pemikiran bagi guru dalam proses belajar-mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar peluang . di kelas XII Kimia Industri 1 SMK Negeri Kabuh Jombang Tahun Pelajaran 2014 – 2014 – 2015 2015 3. Menerapkan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pelajaran matematika
3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Istilah belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Belajar merupakan suatu proses yang tideak dapat dilihat dengan nyata proses itu terjadi dalam diri seserorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam diri individu dalam mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan hubungan-hubungan baru. 2.1.2. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian keteli tian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapt diartikan bahwa prestasi prestas i belajar matematika adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya dimili kinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar Matematika. 2.2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) STAD merupakan salah satu pendekatan pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan kolega-koleganya di Universitas John Hopkin, merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru mulai menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif. Menurut Nur (2000:32) langkah-langkah bagaimana mengantarkan siswa kepada STAD Kegiatan yang dilakkan pada langkah persiapan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah: (a) materi (membuat LKS), (b) membuat kelompok-kelompok kooperatif, (c) menentukan skor awal, dan (d) kerja sama kelompok.(La Masi;2002:29-30). 2.2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD 2.2.2. Teori-teori Pembelajaran Kooperatif tipe STAD 1. Teori Piaget Menurut Piaget (dalam Slavin, 1994) bahwa manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan
4
sosioemosional, dan perkembangan bahasa. Asimilasi adalah proses mendapat informasi dan pengetahuan baru, yang langsung menyatu dengan struktur mental yang telah dimiliki seseorang. Sedangkan akomodasi adalah membentuk atau penstrukturan kembali skema yang cocok dengan informasi baru atau memodifikasi skema yang telah ada, sehingga cocok dengan informasi baru yang diterimanya. Teori Piaget tentang perkembangan intelektual menggambarkan adanya konstruktivisme. Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa pembelajaran menurut teori Piaget adalah bukan sekedar pada hasilnya, malainkan lebih memusatkan pada proses berfikir atau proses mental, mengutamakan peran siswa yang berinisiatif sendiri dan terlibat aktif dalam pembelajaran, serta memahami akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan. perkembangan. 2. Teori Vygotsky Teori Vygotsky banyak berlandaskan ide konstruktivis modern, telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis kegiatan, dan penemuan. Sedangkan tingkat perkembangan potensial, ditentukan oleh pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau kerjasama dengan sebaya yang lebih mampu (Ardichvili, dalam Arum, 2004:34). Vygotsky yakin bahwa belajar terjadi jika anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, tetapi jika tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah pengembangan proximal mereka (Ratumanan, 2003:42). ZPD merupakan tingkat perkembangan sedikit di atas perkembangan aktual. 2.2.3. Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD 1. Kekuatan Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa kekuatan (Slavin, 1995:17) sebagai berikut Keuntungan yang lain dengan menggunakan pembelajaran kooperatif adalah siswa merasa mendapat pelatihan untuk mengembangkan keterampilan sosial, diantaranya menghargai pendapat orang lain dan dapat meningkatkan rasa persudaraan diantara sesama. 2. Kelemahan Secara teoritis penulis berpendapat bahwa beberapa kelemahan pembelajaran kooperatif tipe STAD, Kelemahan yang dimiliki pembelajaran kooperatif masih dapat diatasi. Agar pengaturan tempat duduk untuk kerja kelompok tidak menyita waktu, dapat diatasi dengan mengatur lebih dahulu sebelum kegiatan pembelajaran dan guru telah menata kelas sesuai dengan kelompok yang ada. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas. Penerapan pembelajaran kooperatif memang memerlukan kemampuan khusus dari guru, meskipun demikan guru dapat dilatih, misalnya mengoreksi pekerjaan siswa , menghitung skor perkembangan, maupun menghitung skor rata-rata kelompok. Dengan membiasakan diri
5
maka pekerjaan itu menjadi lebih cepat. Sedangkan kelemahan yang terakhir tentang biaya, dapat diatasi dengan musyawarah dengan Kepala Sekolah, agar pengadaan kertas dikabulkan atau akan dicarikan alternatif yang lain agar pembelajaran ini dapat dilaksanakan. 3. Keefektifan Pembelajaran Eggen dan Kauchak (1998) mengemukakan bahwa keefektifan pembelajaran ditandai dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran, khususnya dalam pengorganisasian dan penemuan informasi. Sedangkan Diamond (dalam Mudhofir, 1990) berpendapat bahwa keefektifan juga diukur dengan melihat minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Minat mempengaruhi proses belajar siswa, jika siswa tidak berminat untuk mempelajari hal tersebut, sebaliknya jika siswa belajar sesuai dengan minatnya maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik (Suherman, 1986). Selanjutnya Kemp (dalam Mudhofir, 1990) mengemukakan bahwa cara mengukur keefektifan pembelajaran diawali dengan mengajukan pertanyaan: apa yang telah dicapai siswa s iswa ? Untuk menjawab pertanyaan ini dapat dari berapa jumlah siswa yang berhasil mencapai tujuan belajar dalam waktu tertentu. Peneliti dapat menyebutnya sebagai ketuntasan hasil belajar. Slavin (1994) mengemukakan bahwa keefektifan pembelajaran ditentukan oleh empat aspek yaitu (1) kualitas pembelajaran, (2) kesesuaian tingkat pembelajaran, (3) insentif, dan (4) waktu. Penjelasan ke empat aspek tersebut adalah sebagai berikut. Keempat aspek di atas merupakan kemampuan guru mengelola pembelajaran. Oleh karena itu keefektifan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam penelitian ini adalah: 1) pencapaian ketuntasan hasil belajar siswa, 2) keterampilan kooperatif siswa, s iswa, 3) aktivitas siswa, 4) kemampuan guru mengelola pembelajaran, dan 5) respon siswa.. 2.3. Aljabar dan Peluang 2.3.1. Aljabar Aljabar adalah suatu kalimat matematika yang mengandung variabel dan konstanta. Ini biasanya ditulis dengan 'pangkat yang lebih tinggi' diletakkan di kiri; contohnya:
2.3.2. Peluang Peluang atau kebolehjadian atau dikenal juga sebagai probabilitas adalah cara untuk mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan bahwa suatu kejadian akan berlaku atau telah terjadi. Konsep ini telah dirumuskan dengan lebih ketat dalam matematika matematika,, dan kemudian digunakan secara lebih luas dalam tidak hanya dalam matematika atau statistika statistika,, tapi juga keuangan,, sains dan filsafat keuangan filsafat..Probabilitas suatu kejadian adalah angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian.
6
Peluang suatu kejadian A sama dengan jumlah terjadinya kejadian A dibagi dengan seluruh yang mungkin. P(A) = k / n
Dimana
k : jumlah terjadinya kejadian A n : jumlah seluruh yang mungkin
Jika kita melakukan percobaan, maka himpunan semua hasil disebut Ruang Sampel Contoh: 1. Percobaan melempar uang logam 3 kali. A adalah kejadian muncul tepat dua muka berturut-turut. Maka : S = {mmm,mmb,mbm,mbb, bmm, bmb, bbm, bbb} A = {mmb, bmm} n(S) = 23 = 8 n(A) = 2 P(A) = 2/8 = 1/4 2. Percobaan melempar dadu satu kali. A adalah kejadian muncul sisi dengan mata dadu genap. Maka : S = {1,2,3,4,5,6} A = {2,4,6} n(S) = 6 n(A) = 3 P(A) = 3/6 = 1/2 Jika peluang terjadinya A adalah P(A) dan peluang tidak terjadinya A adalah P(A) maka berlaku P(A) + P(A) = 1 Contoh: Dari setumpuk kartu Bridge yang terdiri dari 52 kartu diambil 1 kartu. Berapakah peluang kartu yang terambil bukan kartu King? Jawab: P (King) = 4/52 = 1/13 P bukan King = 1 - 1/13 = 12/13
7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. SETTING PENELITIAN 3.1.1. Subyek Penelitian Pada penelitian tindakan ini dilakukan secara kolaborasi antar 3 orang guru mata pelajaran matematika SMK N Kabuh Jombang. Karakteristik siswa kelas XII Kimia Indusri Indusri 1 SMK N Kabuh Kabuh Tahun Pelajaran 2014 – 2015 mempunyai pemahaman terhadap konsep peluang yang kurang. Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) simultan terintegratif, dan (d) administrasi sosial ekperimental. 3.1.2. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah seluruh individu yang karakteristiknya akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII Kimia Indusri 1 SMK N Kabuh saat ini berjumlah 7 kelas. Dipilihnya kelas XII SMK N Kabuh Kabuh sebagai subyek penelitian didasarkan pertimbangan pertimbangan bahwa kelas XII banyak mengalami kesulitan terutama pada materi peluang yang bersifat abstrak dan waktu yang sangat terbatas. Karena penelitian berupa PTK maka hanya dipilih satu kelas saja yaitu kelas XII Kimia Indusri 1 SMK N Kabuh yang berjumlah berjumlah 30 siswa. 3.2. Tempat, Waktu Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di kelas XII Kimia Indusri Indusri 1 SMK N Kabuh Tahun Pelajaran 2014 – 2014 – 2015” 2015” 3.2.2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember sampai dengan bulan Desember 2014 semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. 3.3. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2003: 3). Sedangkah menurut Mukhlis (2003: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
8
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/ meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, dengan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2003: 5). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut. Putaran 1 Rencana
Refleksi
awal awal/ra /ranc ncan an an Putaran 2
Tindakan/ Rencana yang
Refleksi
direvisi
Tindakan/ Gambar 3.1 Alur PTK
Putaran 3
Rencana yang
Refleksi
direvisi
Tindakan/
Penjelasan alur di atas adalah: a. Rancangan/rencana awal, b. Kegiatan atau pelaksanaan, c. Pengamatan , peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. d. Refleksi, guru mendiskusikan hasil observasi dan evaluasi setelah pembelajaran selesai. Observasi dibagi dalam dua putaran, yaitu putaran 1, 2 dan dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama
9
(alur kegiatan yang sama) dan membahas satu Kompetensi Dasar yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing masing putaran.. Dibuat dalam dua putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan. 3.4. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 3.4.1. Silabus Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar,terdapat pada lampiran. 3.4.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masingmasing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran , dan kegiatan belajar mengajar pada lampiran. 3.4.3. Tes formatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep gelombang elektromagnetik Sebelumnya soal-soal soal-soal ini berjumlah berjumlah 10 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal dengan analisa bantuan SPSS 14 Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi butir soal adalah sebagai berikut: 1. Validitas Tes 2. Reliabilitas 3. Taraf Kesukaran Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran adalah: P
B
(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
Js
Dengan:
P
: Indeks kesukaran
B
: Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js
: Jumlah seluruh siswa peserta tes
4. Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang B B berkemampuan rendah. D A B P A P B J A J B
10
(Suharsimi Arikunto, 2001: 211) P A
B A J A
P B
B B J B
Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
3.5. Metode Pengumpulan Dan Teknik Analisa Data 3.5.1. Metode Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan metode pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah, dan tes formatif. 3.5.2. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Analisis dihitung dengan dengan menggunakan menggunakan statistic sederhana yaitu: 1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan: X
X N
2. Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunju pelaksanaan belajar mengajar kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006, yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor lebuh besar sama dengan KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu untuk kelas XII Kimia Indusri 1 SMK N Kabuh tahun ini sebesar 130 dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 72. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: P
Siswa. yang .tuntas.belajar x100% Siswa
11
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Item Butir Soal Data penelitian yang diperoleh berupa hasil analisa hasil ulangan 10 item butir soal yang telah dinyatakan valid dan reliabel taraf kesukaran, dan daya pembeda yang yang telah diuji cobakan pada subyek lain data observasi berupa pengamatan pengelolaan metode pembelajaran kontekstual model pembelajaran kooperatif serta pengamatan aktivitas siswa dan guru guru pada akhir pembelajaran, dari data tes formatif siswa pada setiap siklus. a. Validitas Tes Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. b. Reliabilitas Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 14 Butir Butir soal dinyatakan reliabel jika hasil perhitungan koefisien determinasi (Cronbach's Alpha if Item Deleted) reliabilitas lebih besar dari 0,60. c. Taraf Kesukaran (P) Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Hasil analisis menunjukkan dari 5 soal yang diuji terdapat: -
2 soal mudah 6 soal sedang 2 soal sukar d. Daya Pembeda Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. 4.2. Analisis Data Penelitian Persiklus 4.2.1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pembelajaran yang mendukung. mendukung. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada pertengahan Nopember 2014 di Kelas XII Kimia Indusri 1 dengan jumlah siswa 30 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
12
Dari hasil perhitungan dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pembelajaran kooperatif diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76,40 dan ketuntasan belajar mencapai 80,00 % atau ada 24 siswa dari 30 siswa sudah sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 72 hanya sebesar 80,00 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85,00%. Hal ini disebabkan karena siswa masih asing dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD, walaupun daya serap mencapai 76,40. 4.2.2. Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat pembelajaran yang mendukung. mendukung. b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada akhir Desember 2014 di kelas XII Kimia Industri 1 dengan jumlah siswa 30. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 78,75 % dan ketuntasan belajar mencapai 90,00 % atau ada 27 dari 30 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil has il belajar siswa ini karena siswa sudah mulai akrab dan menemuan keasyikan dengan model pembelajaran kooperatif. c. Refleksi Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut: 1.
2.
Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
13
3.
Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah perbaikan dan peningkatan sehingga sehingga menjadi lebih baik. 4. Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan. d. Revisi Pelaksanaan
mengalami
Pada siklus II guru telah menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah s udah berjalan dengan baik. 4.3. Pembahasan
4.3.1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif dalam meningkatkan daya ingat siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II) yaitu masing-masing 80,00 %, 90,00 %, ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. 4.3.2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dengan model pembelajaran kooperatif dalam setiap siklus mengalami peningkatan. 4.3.3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang paling dominan adalah bekerja kelompok dengan menggunakan alat/media, mendengarkan /memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/ evaluasi/ tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (80,00%), siklus II (90,00 %), 2. Model pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan daya serap siswa setiap siklus, yaitu siklus I (76,40 ), siklus siklus II (78,75), 3. Model pembelajaran kooperatif mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mempelajari materi pelajaran yang diterima selama ini, dimana hal tersebut ditunjukan dengan rata-rata sikap siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan model pembelajaran kooperatif sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar. 4. Model pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif terhadap pemahaman materi pelajaran struktur dan fungsi sel yang diajaran, dimana dengan metode ini siswa dipaksa untuk memecahkan masalah yang beruhubungan dengan materi palajaran yang diajarkan. 5.2. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran seb agai berikut: 1. Untuk melaksanakan model pembelajaran kooperatif memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus har us mempu menentukan atau memilih konsep yang benar-benar bisa diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan dengan berbagai metode pembelajaran yang sesuai, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemuan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Dalam menerapkan model pembelajaran sebaiknya guru tidak lupa dengan penggunaan teknologi informasi mengingat hampir setiap sekolah ada internet.
15
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Manusiawi . Jakarta: Rineksa Cipta Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta: Rineksa Cipta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar , Jakarta. Balai Pustaka. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM. Hamalik, Oemar. 1994. Metode 1994. Metode Pendidikan. Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti. Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar . Bandung: Remaja Rosdakarya. Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Matematika. Malang: IKIP Malang. Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 2004. The Action Research Planner . Victoria Dearcin University Press. Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1997dalam Sugiri. The Action Research Planner . Victoria Dearcin University Press. Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: Bina Aksara. Saliwangi, B. 1988. Pengantar Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Indonesia . Malang: IKIP Malang. Soekamto, Toeti. 1997. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran . Jakarta: PAUPPAI, Universitas Terbuka. Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar . (terjemahan) Bandung: Jemmars.
16