Proses Timbang Terima Per-Shift dan Ronde Keperawatan Oleh Agustina Melviani, 1206218852 Pengertian Timbang terima keperawatan Nursalam
(2008),
menyatakan
timbang
terima
adalah
suatu
cara
dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbag terima atau Handoffs merupakan komunikasi oral pada pergantian shift jaga perawat mengenai pasien yang diberikan asuhan keperawatan. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handoffs adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Proses operan keperawatan merupakan cara komunikasi yang digunakan perawat dan tenaga kesehatan lain untuk menyampaikan informasi kebutuhan asuhan keperawatan dan kondisi klien saat perubahan shift. Timbang terima (handoffs) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja. Timbang terima (handoffs) juga memiliki tujuan seperti:
Untuk memastikan kelangsungan asuhan/perawatan klien dengan aman, menyediakan informasi klien kepada perawat pada shift selanjutnya.
Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada klien
Untuk menjaga kelangsungan laporan/perkembangan mengenai klien.
Tersusunnya rencana kerja untuk shift berikutnya.
Terdapat 4 jenis/metode dalam timbang terima keperawatan (handoffs/handover) menurut Miller dan Sexton dalam Conwy (2008), yaitu:
Verbal hand over
Tape recorded hand over
Bedside hand over
Written hand over
Metode-metode tersebut akan dipengaruhi oleh jumlah klien, tingkat ketergantungan, jumlah dan tingkat staf. ’Mix and match’ metode bisa dipakai dalam melakukan timbang terima.
Proses timbang terima
Kedua kelompok dinas/shift sudah siap.
Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh masalah, kebutuhan, dan segala tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa perawatan.
Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang, sebaiknya dicatat khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima: 1. Identitas klien dan diagnosa medis. 2. Masalah Keperawatan yang masih muncul. 3. Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara umum) 4. Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan. 5. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan operatif, pemeriksaan penunjang, persiapan untuk konsultasi atau prosedur yang tidak rutin dijalankan. 6. Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan.
Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan atau berhak terhadap keterangan-keterangan yang kurang jelas.
Mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat, dan padat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan timbang terima ialah timbang terima dilaksanakan tepat waktu dan semua perawat yang sudah dan akan bertugas hadir, serta mempersiapkan hand over sheet. Adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab yang dilakukan pada awal serah terima tanggung jawab seharusnya tidak memperpanjang waktu serah terima. Hand over/ handoffs hanya 2-3 menit dan harus fokus isu-isu keselamatan klien tertentu. tenaga kesehatan profesional untuk mengkomunikasikan informasi klinis tentang kondisi klien menggunakan model Situation, Background, Assessment and Recommendation (SBAR. Untuk menetapkan standar kualitas pada verbal hand over, Currie (2002) mengusulkan bahwa setiap serah terima harus ‘CUBAN’, yaitu: Confidential
: pastikan bahwa segala informasi tidak terbawa keluar area keperawatan.
Uninterrupted
: Memanfaatkan daerah yang tenang, tidak ada gangguan. Dimulai di awal shift.
Brief
:Jaga
informasi
tetap
relevan.
Hindari
pelabelan
atau
stereotip. Accurate
: Pastikan bahwa semua informasi benar dan tidak ada klien yang terlewat.
Named nurse
: Perawat yang melapor adalah perawat yang bertanggung jawab langsung terhadap klien.
Ronde Keperawatan 1. Pengertian Ronde keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang membantu dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk mendskusikan masalah keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien (Kozier et al, 2004). Ronde keperawatan adalah proses interaksi antara pengajar dan perawat atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawatan dilakukan oleh teacher nurse atau head nurse denga anggota stafnya atau siswa untuk pemahaman yang jelas mengenai penyakit dan efek perawatn untuk setip pasien (Clement, 2011). 2. Tujuan
Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien.
Meningkatkan validitas data klien.
Menilai kemampuan justifikasi.
Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
3. Karakteristik
Klien dilibatkan secara langsung.
Klien merupakan fokus kegiatan.
Perawat pelaksana, perawat primer, dan konsuler diskusi bersama.
Konsuler memfasilitasi kreativitas.
Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat pelaksana dan perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
4. Tahap ronde keperawatan Ramani (2003) tahapan ronde keperawatan ialah Pre-rounds, Rounds, dan Postrounds
Tahap persiapan (Pre-rounds) -
Persiapan, terdiri dari membuat tujuan kegiatan ronde keperawatn dan membaca status pasien dengan jelas.
-
Orientasi perawat, terdiri dari membuat menyadari tujuan: demonstrasi temuan klinis, komunikasi dengan pasien, pemodelan perilaku profesional
Orientasi pasien
Tahap pelaksanaan (Rounds) -
Penjelasan tentang klien oleh perawat primer/ketua tim yang difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
-
Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
-
Pemberian justifikasi oleh perawat primer/perawat konselor/kepala ruang tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
-
Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan.
-
Libatkan pasien: dorong pasien untuk berkontribusi mengenai masalh penyakitnya, dorong pasien untuk mengajukan pertanyaan mengenai masalahnya, gunakan kata-kata yang dapat dimengerti pasien.
Tahap pasca ronde (Post-rounds) -
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan
Referensi Clement, I. (2011).Management ursing Services and education. Edition I. India: Elsevier)
Conwy and Debighshire NHS Trust. (2008). “Nursing Handover for Adult Patients Guidelines.”
http://www.wales.nhs.uk/sitesplus/documents/861/Additional
%20Info%20048.pdf (Diakses tanggal 9 Februari 2015) Currie, J. (2002). Improving The Efficiency of Patient Handover. Emergency Nurse. Volume 10, No 3 Friesen, M.A., White, S. & Byers, J. (2008). Chapter 34. Handoffs: Implications for Nurses. Patient Safety and Quality: An Evidence-Based Handbook for Nurses. Retrieved from http://www.ahrq.gov/professionals/cliniciansproviders/resources/nursing/resources/nurseshdbk/FriesenM_HOIN.pdf Kozier, B., Erb, G., & Berman, A. (2004). Fundamental of nursing: Concept, Process, & Practise, Seven third ed. New Jersey: Pearson prentice hall. Nursalam, (2002). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Salemba Medika. Jakarta. Ramani, S. (2003). Twelve Tips to Improve Bedisde Teaching. Medical Teacher, Vol. 25, No.2