Proses Masuknya Agama Hindu dan Budha ke Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis, yaitu terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indonesia dan Pasifik) yang merupakan daerah
persimpangan lalu lintas perdagangan dunia. Untuk lebih jelasnya, silahkan amati gambar peta jaringan perdagangan laut Asia Tenggara yang di atas. Awal abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapi beralih kejalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina dan India melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan tersebut. Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan antara Indonesia dengan India, dan Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya budaya India ataupun budaya Cina ke Indonesia. Mengenai siapa yang membawa atau menyebarkan agama Hindu - Budha ke Indonesia, tidak dapat diketahui secara pasti, walaupun demikian para ahli memberikan pendapat tentang proses masuknya agama Hindu Budha atau kebudayaan India ke Indonesia. Untuk penyiaran Agama Hindu ke Indonesia, terdapat beberapa pendapat/hipotesa yaitu antara lain: Hipotesis Ksatria, diutarakan oleh Prof.Dr.Ir.J.L.Moens berpendapat bahwa yang membawa agama Hindu ke Indonesia adalah kaum ksatria atau golongan prajurit, karena adanya kekacauan politik/peperangan di India abad 4 - 5 M, maka prajurit yang kalah perang terdesak dan menyingkir ke Indonesia, bahkan diduga mendirikan kerajaan di Indonesia. Hipotesis Waisya, diutarakan oleh Dr.N.J.Krom, berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang datang untuk berdagang ke Indonesia, bahkan diduga ada yang menetap karena menikah dengan orang Indonesia.
Hipotesis Brahmana, diutarakan oleh J.C.Vanleur berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana karena hanyalah kaum Brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan Kaum Brahmana tersebut diduga karena undangan Penguasa/Kepala Suku di Indonesia atau sengaja datang untuk menyebarkan agama Hindu ke Indonesia. Pada dasarnya ketiga teori tersebut memiliki kelemahan yaitu karena golongan ksatria dan waisya tidak mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan bahasa Sansekerta adalah bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan golongan Brahmana walaupun menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu kolot tidak boleh menyebrangi laut. Disamping pendapat / hipotesa tersebut di atas, terdapat pendapat yang lebih menekankan pada peranan Bangsa Indonesia sendiri, untuk lebih jelasnya simak uraian berikut ini. Hipotesis Arus Balik dikemukakan oleh FD. K. Bosh. Hipotesis ini menekankan peranan bangsa Indonesia dalam proses penyebaran kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia. Menurutnya penyebaran budaya India di Indonesia dilakukan oleh para cendikiawan atau golongan terdidik. Golongan ini dalam penyebaran budayanya melakukan proses penyebaran yang terjadi dalam dua tahap yaitu sebagai berikut: Pertama, proses penyebaran di lakukan oleh golongan pendeta Budha atau para biksu, yang menyebarkan agama Budha ke Asia termasuk Indonesia melalui jalur dagang, sehingga di Indonesia terbentuk masyarakat Sangha, dan selanjutnya orang-orang Indonesia yang sudah
menjadi biksu, berusaha belajar agama Budha di India. Sekembalinya dari India mereka membawa kitab suci, bahasa sansekerta, kemampuan menulis serta kesan-kesan mengenai kebudayaan India. Dengan demikian peran aktif penyebaran budaya India, tidak hanya orang India tetapi juga orang-orang Indonesia yaitu para biksu Indonesia tersebut. Hal ini dibuktikan melalui karya seni Indonesia yang sudah mendapat pengaruh India masih menunjukan ciri-ciri Indonesia. Kedua, proses penyebaran kedua dilakukan oleh golongan Brahmana terutama aliran Saivasiddharta. Menurut aliran ini seseorang yang dicalonkan untuk menduduki golongan Brahmana harus mempelajari kitab agama Hindu bertahun-tahun sampai dapat ditasbihkan menjadi Brahmana. Setelah ditasbihkan, ia dianggap telah disucikan oleh Siva dan dapat melakukan upacara Vratyastome / penyucian diri untuk menghindukan seseorang. Jadi hubungan dagang telah menyebabkan terjadinya proses masuknya penganut Hindu - Budha ke Indonesia. Beberapa hipotesis di atas menunjukan bahwa masuknya pengaruh Hindu - Budha merupakan satu proses tersendiri yang terpisah namun tetap di dukung oleh proses perdagangan. Untuk agama Budha diduga adanya misi penyiar agama Budha yang disebut dengan Dharmaduta, dan diperkirakan abad 2 Masehi agama Budha masuk ke Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan arca Budha yang terbuat dari perunggu diberbagai daerah di Indonesia antara lain Sempaga (Sulsel), Jember (Jatim), Bukit Siguntang (Sumsel). Dilihat ciri-cirinya, arca tersebut berasal dari langgam Amarawati (India Selatan) dari abad 2 - 5 Masehi. Dan di samping itu juga ditemukan arca perunggu berlanggam Gandhara (India Utara) di Kota Bangun, Kutai (Kaltim).
Teori Masuknya Hindu-Budha ke Indonesia
Adanya hubungan dagang antara Indonesia dengan india berpengaruh besar terhadap masuknya budaya Hindu-Budha ke Indonesia. Agama Budha disebarluaskan ke Indonesia oleh para biksu. Sementara, mengenai pembawa agama Hindu ke Indonesia sejarawan mengemukakan lima teori sebagai berikut : a.) Teori Brahmana (J.C. Van Leur) Dengan melihat unsur-unsur budaya India yang berpengaruh ke Indonesia, J.C. van Leur mengutarakan bahwa kaum brahmana sangat berperan dalam penyebaran agama dan kebudayaan Hindu ke Indonesia. Mereka datang atas undangan para penguasa Indonesia. Kaum brahmana di undang ke Indonesia untuk melakukan upacara khusus menjadikan seseorang menjadi pemeluk Hindu yang disebut vratyastoma. b.) Teori Ksatria (F.D.K Bosch) F.D.K. Bosch menyatakan bahwa adanya raja-raja dari india yang datang menaklukan daerahdaerah tertentu di Indonesia telah mengakibatkan penghinduan penduduk setempat. Terhadap teori ksatria ini, van Leur mengajukann keberatan. menurutnya, jika memang raja-raja India pernah menaklukan daerah Indonesia, maka hal itu akan dicatat dalam sumber-sumber sejarah baik di India maupun di Indonesia. Raja-raja India biasanya membangun sebuah tugu kemenangan yang disebut jayastamba. c.) Teori Waisya (N.J. Krom)
Menurut N.J. Krom, golongan pedagang dari kasta Waisya merupakan golongan terbesar yang datang ke Indonesia. Mereka menetap di indonesia dan kemudian memegang peran penting dalam proses penyebaran kebudayaan India. d.) Teori Sudra Teori ini menyatakan bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kasta sudra. Mereka dtang ke Indonesia dengan tujuan mengubah kehidupan karena di India mereka hanya hidup sebagai pekerja kasar dan budak. e.) Teori Campuran Teori ini beranggapan bahwa baik kaum brahmana, ksatria, para pedagang, maupun golongan sudra bersama-sama menyebarkan agama Hindu ke Indonesia sesuai dengan peran masingmasing. Sumber : M.Habib Mustopo dkk.,Sejarah dkk.,Sejarah 2, Perpustakaan Nasional : Katalog dalam Terbitan, Yudhistira. 2011.
TRADISI HINDU - BUDDHA DI INDONESIA
Fakta Proses Interaksi Masyarakat Indonesia dengan Tradisi Hindu - Buddha Masuknya agama dan kebudayaan Hindu - Buddha mempengaruhi berbagai segi kehidupan masyarakat Indonesia, diantaranya 1. Bidang Teknologi 2. Bidang Sosial 3. Bidang Politik , dan 4. Kepercayaan
1.Bidang Teknologi Masuknya agama dan budaya Hindu - Buddha ke Indonesia juga turut mempengaruhi kecakapan masyarakat Indonesia dalam bidang pertanian. Pen gelolaan sistem irigasi yang baik mulai diperkenalkan. Misalnya, terlihat dari relief candi-candi yang menggambarkan teknologi irigasi di zaman Kerajaan Majapahit. Majapahit. Juga dalam bidang arsitektur arsitektur di Indonesia. Indonesia. Bangunan candi merupakan hasil karya ahli-ahli bangunan agama Hindu-Buddha yang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Contohnya : Candi Prambanan, dan Candi Borobudur.
PUNDEN BERUNDAK Salah satu peninggalan dari agama Buddha-Hindu di Indonesia adalah bangunan candi. Bangunan candi yang memiliki ciri unik, salah satunya adalah Borobudur. Bangunan ini berupa Punden Berundak , yang menjadi ciri khas bangunan megalitikum di Indonesia pada zaman prasejarah. Pada bangunannya, tidak terdapat ruang utama yang menjadi pusat kegiatan. Setiap bagian Candi Borobudur menjadi penting karena menceritakan kisah tentang perjalanan manusia di dunia hingga mencapai nirwana.
2. Bidang Pendidikan Dengan masuknya agama Hindu-Buddha, sebagian masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca dan tulis. Bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa yang digunakan dalam kehidupan sebagian masyarakat Indonesia Dalam bidang pendidikan diterapkan pula sistem pendidikan berasrama (ashram) dan sekolahsekolah (pasraman), khusus untuk mempelajari agama Hindu-Buddha.
Sejumlah sastrawan pada masa kerajaan Hindu-Buddha yang menghasilkan karya-karya sastra bermutu tinggi tersebut, antara lain
1. Empu Sedah dan Mpu Panuluh (Bharatayudha)
2. Mpu Kanwa (Arjuna Wiwaha)
3. Mpu Dharmaja (Smaradhana)
4. Mpu Prapanca (Negarakertagama) Dalam Negarakertagama, ia diperkirakan bernama Pancakarsa. Sebelum menjadi pendeta Buddha, ia bernama Winada. Prapanca hidup pada masa Jayanegara sampai Hayam Wuruk. Ayahnya bernama Samenaku, seorang pendeta yang menjabat sebagai Dharmadyaksa Ring Kasogotasan, sebuah jabatan yang di warisi oleh Prapanca. Tulisannya yang terkenal adalah 'Negarakertagama' tahun 1365. Kitab ini ditemukan di daerah Lombok. Menurut Krom, ini adalah penemuan penting sebagai sumber sejarah Majapahit. Tanggapan Prapanca serta cara-cara menyusun bahan-bahan sejarah tidak jauh berbeda dengan penulis kitab lainnya.
5. Mpu Tantular (Sutasoma
3. Bidang Sosial dan Pemerintahan Dalam bidang sosial dan pemerintahan, pengaruh Hindu-Buddha mendorong terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia yang dipimpin oleh raja yang berkuasa secara turun-temurun. 4. Kepercayaan Masuknya agama Hindu-Buddha mendorong masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu atau Buddha. Meskipun begitu, masyarakat Indonesia tidak meninggalkan kepercayaan aslinya, seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang.
Sejarah, kehidupan sosial, politik, budaya dan ekonomi pada masa kerajaan Hindu - Buddha Sejarah. 1. Sistem dan Struktur Sosial Masyarakat. A, Masa-masa kerajaan Hindu. Masuk dan berkembangnya agama Hindu di Indonesia mempengaruhi seluruh sektor kehidupan masyarakat Indonesia tremasuk sistem dan struktur sosial masyarakatnya. Pengaruh itu dapat d lihat antara lain, diterapkannya sistem pembagian kasta pada masyarakat Indonesia. Kasta merupakan sistem pengelompokkan masyarakat melalui tingkatan-tingkatan kehidupan masyarakatnyadan berlaku secara turun-temurun. Tetapi penggunaan kasta di masyarakat Hindu
Indonesia dan masyarakat Hindu India memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Kasta dalam Hindu India digunakan untuk membedakan stasus sosial antara bangsa Ariya dan bangsa Dravida. Sedangkan di Indonesia di gunakan hanya untuk menunjukkan status sosial masyarakatnya, karna kasta dalam masyarakat Indonesia hanya di pergunakan oleh bangsa Indonesia sendiri. B. Masa-masa Kerajaan Buddha Struksur sosial masyarakat Indonesia Yang mendapat pengaruh Buddha tidak sama dengan masyarakat yang dipengaruhi Hindu. Pada masyarakat yang mendapat pengaruh Buddha tidak diperoleh melalui berbagai usaha. namun pada masyarakat yang mendapat pengaruh Buddha dikenal dengan adanya kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti : 1. Kelompok Masyarakat Bhiksu dan Bhiksuni; klompok masyarakat ini tinggal di dalam wihara yang terdiri dari para Bhiksu dan Bhiksuni. Mereka telah berhasil meninggalakan hal-hal yang bersifat keduniawian. Setiap umat Buddha dapat menjadi Bhiksu dan Bhiksuni. 2. Kelompok Masyarakat Umum : kelompok masyarakat yang masih terpengaruh oleh unsurunsur kehidupan duniawi. Mereka masih diliputi d iliputi nasfu dan keserakahan untuk memiliki seseuatu yang dipandang dapat membuat kehidupannya lebih layak di mata orang lain. Namun dari kelompok masyarakat umum ini juga dapat menjadu b bhiksu dan bhiksuni ketika muncul kesadaran untuk dapat mendekatkan diri kepada San g Pencipta dan meninggalkan kehidupan duniawi. Sistem dan Struktur masyarakat yang mendapat pengaruh Buddha berkembang pada maa kerajaan Hindu-Buddha seperti kerajaan Holing, Sriwijaya dan Syailendra. Struktur BITOKRASI KERAJAAN HINDU BUDDHA DI BER BAGAI DAERAH DI INDONESIA. A. STRUKTUR BIROKRASI KERAJAAN SRIWIJAYA. S RIWIJAYA. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang pernah membawa nama harum Indonesia hingga jauh ke luar wilayah Indonesia. Sebagai sebuah kerajaan maritim maka sasara dalam perluasan wilayah kekuasaannya lebih banyak tertuju untuk menguasai daerah lautan, maupun jalur dan pusat-pusat perdagangan yang sangat strategis pada masa itu. Penguasaan terhadap jalur dan pusat-pusat perdagangan oleh Kerajaan Sriwijaya merupakan hal yang penting karena dengan menguasai jalur dan pusat-pusat perdagangan itu, Kerajaan Sriwijaya akan menambah pendapatan kerajaan. dari pendapatan ini Kerajaan Sriwijaya dapat meembangun angkatan perang yang kuat untuk menjaga keamanan dan ketentraman kerajaan. Dalam beberapa prasasti di sebutkan tentang pelaksanaan suatu keputusan raja lengkap dengan perincian hadiah atau pun sanksi yang dapat diterima dalam suatu peristiwa. Selain itu, ditemukan prasasti-prasasti yang mencatat masalah-masalah sengketa hukum an tar warga. Hal yang lebih menarik lagi dari kerajaan bahwa sebagian prasasti memuat ancaman-ancaman atau pun kutukan-kutukan bagi keluarga kerajaan itu sendiri. Walau pun kedengarannay aneh sekali, namn ada pendapat yang menganggap hal ni sangat mungkin terjadi, karena keluarga-keluarga kerajaan yang menjadi ancaman itu kekuasaannya berada di luar pengawasan langsung dari raja ang berkuasa. Ancaman dan kutukan itu di berikan kepada putra-putra raja ang di berikan kekuasaan di
daerah-daerah. Sikap keras itu bertujuan untuk m elakukan pengawasan langsung pada daerahdaerah dan bertindak tegas terhadap penguasa daerah yang tidak setia. Walaupun penguasa daerah itu adalah putra raja sendiri. Dengan demikian, struktur birokrasi yang diterapkan oleh Kerajaan Sriwijaya bersifat langsung, karena raja memegang peranan penting dalam pengawasan terhaap tempat-tempat yang dianggap strategis. Raja dapat memberikan penghargaan terhadap penguasa daerah yang setia atau pun memberikan hukuman kepada penguasa daerah yang tidak setia. B. STRUKTUR BIROKRASI KERAJAAN MATARAM HINDU. Sejak zaman kerajaan Mataram Hindu tidak dapat ditemukan satupun catatan tenatang teori ketatanegaraan yang sampai kepada kita. Walaupunndemikian, ada beberapa petunjuk mengenai konsepsi yang melandasi struktur birokrasi Kerajaan Mataram Hindu. Di dalam prasasti Canggal disebutkan keberhasiln Raja Sanjaya yang telah berhasil menguasai kerajaan-kerajaan disekitarnya. Struktur birokrasi Kerajaan Mataram hindu terdiri dari daerah pusat kerajaan dan derah watak. Daerah pusat kerajaan atau ibu kota dengan istana sebagai temaat tinggal raja, putra raja dan juga kerabat dekat raja, para pejabat tinggi kerajaan dan juga para abdi dalsm (hamba sahaya). Sedangkan daerah watak merupakan aderha yang di kuasai oleh para rakai atau pangatyang berkedudukan sebagai penjabat tingi kerajaan dan yang berkedudukan sebagai kepala daerah secara urun temurun. Melalui berita prasasti yang berasal dari Kerajaan mataram hindu ditemukan kira-kira 100 daerah watak. Setiap daerah watak mencangkup sejumlah desa. Namun sangat disayangkan gambarannya belum jelas sampai sekarang karana idak semua desa berperan dalam suatu peristiwa yang diperingatinya, seperti yang tercantum didalam prasasti. C. STRUKTUR BIROKRASI KERAJAAN PAJAJARAN. Sebuah naskah berasal dari dari tahun 1518 , yaitu kitab " Sanghyang Siksakandang Keresian" memberi keterangan yang dat diguankan di guankan untuk untuk memahami struktur biirokrasi Kerajaan Pajajaran. Dalma strukturbirokrasi kekuasaan ditinggat pusat, kekuasaan tertinggi berada di tangan seorang raja, dan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Mangkubumi yang membawahi beberapa orang "nu nangganan" . Di samping itu terdapat putra mahkota yang akan menggantikan kedudukan raja apabila raja meninggal dunia tau pun mengundurkan diri. Untuk mengurus daerah-daerah yang laus raja dibantu oleh raja daerah dalam menjalankan tugas sehari-hari raja daerah itu bertindak sebagai raja yang merdeka. Namun mereka tetap mengakui raja di pusat Kerajaan Pajajaran sebagai yang Dipertuan atau Junjungan. Apabila Raja tidak mempunyai putra mahkota yan kan mewarisi kerajaan, maka seorang raja bawahan dapat di pilih untuk menggantikan raja di pusat Kerajaan Pajajaran. Sementara untuk mengurusi masalah-masalah perniagaan pada keenam bandarnya, raja diwakili oleh Dyahbandar Dyahbandar yang bertindank untuk dan atas atas nama Raja Pajajaran Pajajaran pada masingmasing daerah yang dikuasainya. Di samping itu, kitab-kitab ceritera yang mengisahkan putra raja yang melakukan pengembaraan. Dalam pengembaraannya itu ia menaklukkan raja-raja kecil yang ditemuinya. Setelah raja-raja kecil itu tunduk mereka kemudian diangkat untuk menjadi penguasa daerahnya masing-masing, dengan satu syarat bahwa mereka harus mengakui bahwa kekuasaan tertinggi dari Kerajaan Pajajaran.
C. STRUKTUR BIROKRASI KERAJAAN BALI Upaya untuk mengetahui susunan pemerintahan raja-raja di Bali pada masa lampau mengalami banyak kesulitan.hal ini disebabkan tidak semua raja yang pernah memerintah meninggalkan prasasti, atau keterangan-keterangan lain yang bisa di gunakan untuk menyusun gambaran tentang pemerintahan pada masa itu. Namun pada prasasti-prasasti yang tertua antara 882 M - 934 M disebutkan bahwa dalam menjalankan pemerintahannya seorang raja dibantu oleh suatu badan penasihat raja. Di samping itu, raja dibantu badan-badan seperti Panglapuan, Somahanda Senapati di Panglapuan, Pasamaksa dan Panglapkuan. Semenjak masa pemerintahan Dharma Udayana bersama dengan permaisurinya Gunapriyadhamapatni, badan penasihat raja disebut dengan Pakirakiran I Jro Makabehan. Badan ini beranggotakan beberapa orang Senapati dan Pendeta Siwa-Buddha, Menurut R. Gorris, para Senapati dari Kerajaan Bali pada masa lamapau dapat di samakan dengan punggawa, pada masa kerajaan Gel-gel dan Klungkung (setelah Majapahit). padadaerahnya sendiri, paa Senapati ini berkuasa atas segala bidang kekuasaan dan pemerintahan. Seorang Senapati juga berkuasa atas hukum, serta mempunya panglapuan sendiri. Sekitar abad ke- 9 M, para Senapati ini terdiri dari : 1. Senapati Sarbwa, jabatan ini pernah dipegang oleh Kiha, Kumpi Adhi, dan Kumpi Dyah Sanat. 2. Senapati Dinganga, jabatan ini pernah dipegang oleh Prajuna, Atri dan Cakra. 3. Senapati Danda, jabatan ini pernah dipegang oleh Kumpi Maradoya. Dengan demikian, dalam menjalankan pemerintahannya raja dibantu oleh para pejabat kerajaan yang diangkat dan diberhentikan oleh raja. Para pejabat yang menjalankan pemeritahannya samapai ke daerah-daerah adalah wakil-wakil raja yang tunduk. Serta taat terhadap raja. E. STRUKTUR BIROKRASI KERAJAAN MAJAPAHIT Kerajaan Majapahit merupakan sebuah kerajaan kuno yang struktur pemerintahan dan birokrasi kerajaannya dapat diketahui dengan lebih lengkap. Pada masa pemerintahan raja Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit telah memiliki susunan pemerintahan yang birokrasinya telah teratur. Struktur pemerintahan Kerajaan Majapahit mencerminkan adan ya suatu teritorial dan desentralisasi dengan birokrasi yang terperinci. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh kepercayaan yang bersifat kosmologi. Berdasarkan k onsepsi tersebut, seluruh kerajaan Majapait dianggap sebagai replika dari jagad raya dan Raja Majapahit disamakan dengan dewa tertinggi yang bersemayam di puncak Mahameru. Raja dipandang sebagai penjelmaan dewa di dunia dan memeggang otoritas politik tertinggi serta menduduki puncak hirerarkhi hirerarkhi Kerajaan Majapahit. Dalam menjalankan tugasnya raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi kerajaan. Sebelum menjadi raja biasanya para putra mahkota diberi kedudukan sebagai raja muda. Perintah raja diturunkan kepada pada paa pejabat yang disebut Rakryan Mahamantri Katrini dan kemudian diteruskan kepada para pejabat di bawahnya aitu Rakryan Mantri ri Pakia-kiran, para Dharmadhyaksa dan para Dharma-upapatti. Rakryan Mahamantri i Halu dan Rakryan
Mahamantri i Sirikan. Di antara ketiga Rakryan Mahamantri ini maka Rakryan Mahamantri i Hino adalah yang tertinggi dan yang berhak menggantikan kedudukan raja. Selanjutnya Rakryan Matri ri Pakira-kiran merupakan kelompok pejabat tinggi kerajaan yang terdiri dari Rakryan Mahapatih dana Patih Hamengkubhumi, Rakryan Tumenggung, Rakryan Demung, Rakryan Rangga, dan Rakryan Kamuruhan. Kelima pejabat ini pada masa zaman pemerintahan Majapahit disebut dengan Sang Panca Wilwatikta, dengan Rakryan Mahapatih yang tertinggi. Rakryan Mahapatih memimpin sebuah Badan Pelaksana Pemerintahan yang disebut Wesapuri Kamntryaning Amatya ring Sanagara, dan P atih Hemengkubhumi juga disebut dengan Apatih ring Tiktawilwadhika. Hal itu dimaksudkan untuk membedakan jabatan patih yang ada di daerah. Di bawah Raja Majapahit terdapat sejumlah Raja-raja daerah (paduka bhatara) yang memerintah sebuah negara daerah. Mereka biasanya meruapakn para saudara atau pun kerabat raja. Dalam melaksanakan tugas-tugas kerajaan mereka dibebani tugas dan tanggung jawab untuk mengumpulkan penghasilan kerajaan dan penyebaran upeti kepada perbendaharaan kerajaan serta meliputi pertahanan wilayah kerajaan. Dalam menjalankan pemerintahannya, para penguasa daerah dibantu oleh pejabat-pejabat daerah dan struktur birokrasi yang hampir sama dengan struktur birokrasi yang ada di pusat kerajaan, tetapi dalam tugas yang jauh lebih kecil dan lebih sempit. Dalam hal ini para penguasa daerah mempunyai hak. Untuk mengangkat dan memberhentikan pejabat-pejabat birokrasi di bawahnya. 3. SISTEM PENGUASAAN TANAH, PAJAK, TENAGA KERJA, PDAGANGAN, dan TRANSPORTASI PADA MASA KERAJAAN HINDU BUDDHA. A. SISTEM PENGUASAAN TANAH. Tanah dalam lingkungan sebuah kerajaan secara umum menjadi milik, kerajaan yang berkuasa. Tetapi pada hakikatnya, tanah-tanah yang dimiliki oleh kerajaan itu peruntukkan bagi rakyatnya yang berada dalam lingkungan kerajaannya itu. Rakyat dapat memiliki tanah untuk digarap atas nama kerajaan. Bahkan rakyat dapat memperjualbelikan tanah-tanah itu kepada rakyat-rakyat lainnya, sehingga ada rakyat yang memiliki tanah sangat sedikit dan bahakan tidak memiliki tanah sama sekali. Kepemilikkan tanah oleh rakyat bersifat turun-temurun. Hanya saja rakyat tidak akan menolak permintaan kerajaan, apabila tanah milik yang digarapnya itu diminta oleh pihak kerajaan untuk sesuatu hal, misalnya mendirikan candi, atau bangunan lain yang ditangani oleh pihak kerajaan. Pada masa berkembangnya kekuasaan kerajaan-kerajaan Hindu - Buddha di Indonesia apa saja yang ada dalam wilayah kerajaan itu menjadi milik kerajaan sepenuhnya. Bahkan apa bila kerajaan membutuhkan nyawa dari rakyatnya untuk di jadikan persembahan, maka rakyatnya pun tidak dapat mengelak dari permintaan kerajaan itu. Dengan kata lain, rakyat rela mempersembahkan, segalanya untuk kepentingan kerajaanya. B. PAJAK Kerajaan agraris dapat terus berkembang dan membiayai segala keperluan kerajaannya dari pemungutan pajak. Pajak ditarik oleh para pejabat ditingkat daerah, dari desa-desa yang menjadi bagian daerah bersangkutan. Kemudian. Para pejabat daerah menyerahkann ya kepada raja setiap
habis panen (panen dua kali setahun). Sedangkan di pusat kerajaan, pajak diurus oleh pejabat kerajaan yang menangani masalah tersebut. Di tingakat pusat terdapat petugas yang khusus k husus mencatat luas berbagai jenis tanah di wialayah kerajaannya serta menetapkan pajak yang harus dipungutnya. Dengan demikian masing-masing dearah memiliki tingkat pembayaran pajak yang berbeda dan hal ini tergantung kondisi tanah, letak tanah dan lain sebagainya. Misalnya dearah A tidak sama pembayaran pajaknya dengan daerah B. Di samping pajak terhadap tanah atau pajak hasil bumi, juga terdapat pajak perdagangan, pajak usaha kerajinan, dan lain sebagainya. Pajak yang dikenakan kepad a paa pedagang dan pengrajin tidak ketahui ketentuannya. Namun dapat ditafsirkan bahwa pajak yang dikenakan kepada para pedagang dan pengrajin dilihat dari besar kecilnya keuntungan yang diperoleh oleh para pedagang maupun para pengrajin. Hanya saja tidak jelas berapa persen pajak yang dikenakan kepada paara pedagang maupun para pengrajin. C. TENAGA KERJA Pada masa kekuasaan kerajaan-kerajaan Hindu - Buddha, kekuasaan seorang raja merupakan sebuah kekuasaan yang sangat mutlak. Raja dipandang sebagai penjelamaan dewa yang memerintah atas kerajaannya. Pandangan seperti ini dapat menimbulkan kesetiaan yang sangat tinggi terhadap raja yang memerintahnya, sehingga apa yang dikatakan oleh raja merupakan hal wajib ditaati oleh seluruh rakyatnya. Kesetiaan yang sangat tinggi dari rakyatnya itu mempermudah raja dalam mengerahkan tenaga kerja. Biasanya seorang raja meminta kepada rakyatnya untuk mengerjakan sesuatu, seperti membangun jalan-jalan, membangun tempat-tempat suci, membangun candi-candi dan lain sebagainya. Pengerahan tenaga kerja ini bukan merupakan hal yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang raja kepada rakyat dari kerajaannya. Bahakn setiap rakyatnya sangat setia, sehingga tanpa pamrih mereka mengerjakan apa yang menjadi kewajibannya. D. PERDAGANGAN DAN TRANSPORTASI. Sejak zaman lampau di wilayah Asia Tenggara telah terdapat lalu lintas pertukaran baran g yang menjadi salah satu benang merah pemersatu wilayah Asia Tenggara. Dapat diduga bahawa perdagangan dengan India bertumpu pada pola-pola perdagan gan regional yang telah berkembang. Pada mulanya perdagangan itu terpusat paa pa a tempat-tempat tertentu, seperti terletak langsung pada jalur perdagangan atau sudah dikenal pada masa sebelumnya. Namun sejak berkembangn ya pengaruh Hindu-Buddha di wilayah Indonesia, aktifitas perdagangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia semakin ramai dan berkembang pesat. Hal ini disebabkan letak wilayah Indonesia ditengah-tengah jalur perhubungan perdagangan antara Cina dengan negara-negara yang berada di daerah Asia bagian barat termasuk juga Romawi. Bangsa Indonesia memperdagangkan hasilhasil bumi dari daerahnya sendiri, seperti kayu gaharu, kayu cendana, cengkeh, lada, kapur barus, dan lain sebagainya. Dari hasil perdangan itulah, kerajaan-kerajaan Hindu - Buddha di Indonesia berkembang dengan pesatnya dan kerajaan-kerajaan besar muncul di wilayah Indonesia seperti Kerajaan Sriwijaya, Mataram Hindu, Kediri, Singasari, Majapahit, dan sebagainya. Sementara itu, sarana transportasi di salam perdagangan seperti jalan-jalan melalui laut dan
selat yang ada di wilayah Indonesia menggunakan perahu-perahu bercadik, baik yang berukuran besar maupun yang berukuran kecil. Dengan demikian, perdagangan dan tranportasi yang dilakukan oleh bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, karena perdagangan membutuhkan sarana transportasi dan transportasi membutuhkan perdagangan dan lain sebagainya.
Kerajaan 1.
Kerajaan Kutai Kutai adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia, yang diperkirakan muncul pada abad 5 M atau ± 400 M, keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa prasasti yang berbentuk Yupa/tiang batu berjumlah 7 buah.
Untuk mengetahui bentuk yupa tersebut silahkan amati gambar berikut ini:
Gambar: Salah satu Yupa dari Kutai
Tempat penemuan prasasti Yupa tersebut adalah daerah Muarakaman tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur, sehingga oleh para ahli kerajaan tersebut diberi nama Kutai, karena dalam prasasti tidak dijelaskan nama kerajaan untuk itu diberi nama sesuai tempat penemuan prasasti tersebut. Dari isi yang tertera dalam prasasti Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa
sansekerta tersebut, dapat disimpulkan tentang keberadaan kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan yaitu antara lain politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Kehidupan Politik Dalam kehidupan politik dijelaskan bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman sebagai raja yang mulai dan berhasil membawa kejayaan, raja Mulawarman adalah putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga . Dalam prasasti Yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai dewa Ansuman/dewa Matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Aswawarman sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri Keluarga atau Dinasti dalam agama Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat nama Kudungga masih nama Indonesia asli dan masih sebagai kepala suku, walaupun demikian Kudunggalah yang menurunkan raja-raja Kutai. Kehidupan Sosial Dalam kehidupan sosial. Perihal ini diketahui bahwa terjalin hubungan yang harmonis/erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana , seperti yang dijelaskan dalam prasasti Yupa, bahwa raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana di dalam tanah yang suci bernama Waprakesmara. Dengan adanya istilah Waprakesmara , tentu timbul pertanyaan dalam diri Anda, apa yang dimaksud dengan Waprakesmara? Waprakesmara adalah tempat suci untuk memuja dewa Syiwa , yang kalau di pulau Jawa disebut dengan Baprakeswara . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa agama yang dianut Mulawarman adalah Hindu aliran Syiwa artinya dewa yang dipuja adalah Syiwa. Kehidupan Ekonomi Sedangkan dalam kehidupan ekonomi. Hal ini tidak dijelaskan secara pasti dalam prasasti, tetapi para ahli sejarah berpendapat bahwa dengan adanya sedekah 20.000 ekor sapi membuktikan perekonomian Kutai sudah kuat pada masa itu, yang didasarkan kepada pertanian, peternakan dan perdagangan. Mata pencaharian tersebut di atas dimungkinkan karena raja Mulawarman menghadiahkan kepada kaum Brahmana 20.000 ekor sapi. Ini dapat dijadikan indikasi bahwa populasi ternak cukup besar pada waktu itu. Ia juga menghadiahkan segunung minyak kental dengan lampu, seperti yang tertulis dalam prasasti. Kehidupan Budaya Dalam kehidupan budaya. Ia dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju, walaupun penganut Hindu belum lama diterima. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) atau disebut upacara Vratyastoma . Upacara Vratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman karena Kudungga masih mempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya sedangkan yang memimpin upacara tersebut, menurut para ahli dipastikan adalah para pendeta (Brahmana) dari India. Tetapi pada masa Mulawarman kemungkinan sekali upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh pendeta/kaum Brahmana dari orang Indonesia asli. Dengan adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya tinggi, terutama dalam hal penguasaan terhadap bahasa Sansekerta pada dasarnya
bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, melainkan lebih merupakan bahasa resmi kaum Brahmana untuk masalah keagamaan. 1.
Kerajaan Tarumanegara Bukti-bukti adanya kerajaan Tarumanegara diketahui melalui sumber-sumber yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa 7 buah prasasti batu yang ditemukan lima di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang nama-nama prasasti tersebut, simak dengan baik penjelasannya berikut ini: Ciarunteun, dekat muara a. Prasasti Ciarunteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang terdiri dari 4 baris kalimat yang ditulis dalam bentuk puisi India. Dan di samping itu juga terdapat lukisan laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja Mulawarman yang diibaratkan kaki dewa Wisnu .
Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu: 1. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti tersebut). 2. Di India, cap telapak kaki melambangkan kekuasaan sekaligus penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat. b. Prasasti Jambu atau prasasti Koleangkak , ditemukan di bukit Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini juga menggunakan bahwa Sansekerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman. c. Prasasti Kebun Kopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang . Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah , yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airanata , yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu.
d. Prasasti Muara Cianteun , ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. e. Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Leuwiling, juga tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. f . Prasasti Cidanghiang atau prasasti Lebak , ditemukan di kampung lebak di tepi sungai Cidanghiang , kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten . Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman. g. Prasasti Tugu di temukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta Utara . Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang melingkar dan isinya paling panjang dibanding dengan prasasti Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui dari prasasti tersebut.
Gambar: Prasasti Tugu
Hal-hal yang dapat diketahui dari da ri prasasti Tugu adalah: 1. Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab yaitu sungai Chandrabaga dan Gomati . Dengan adanya keterangan dua buah sungai tersebut menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya menurut Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi. 2. Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak lengkap dengan angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan phalguna dan caitra yang diduga sama dengan bulan Pebruari dan April. 3. Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan oleh Brahmana disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja. Demikianlah prasasti-prasasti peninggalan Tarumanegara yang berasal dari dalam negeri. Sumber dari Luar Negeri Sedangkan sumber-sumber dari luar negeri yang berasal dari berita Cina antara lain:
1. Berita Fa-Hien , tahun 414 M dalam bukunya yang berjudul Fa-Kao-Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Budha, yang banyak adalah orangorang yang beragama Hindu dan sebagian masih animisme. 2. Berita Dinasti Sui , menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To- lo-mo yang terletak di sebelah selatan. 3. Berita Dinasti Tang , juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusaan dari To-lo-mo. Dari tiga berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara fonetis penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara. Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat diketahui beberapa aspek kehidupan tentang kerajaan Tarumanegara. Kehidupan Politik Dalam kehidupan politik, kerajaan Tarumanegara diperkirakan muncul abad 5 M, hal ini berdasarkan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa yang dipergunakan oleh prasasti-prasasti tersebut. Dan raja yang berkuasa adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman meliputi hampir seluruh Jawa Barat dengan pusat kekuasaannya di daerah Bogor. Hal ini ternyata sesuai dengan tempat penemuan prasasti tersebut. Pada masa pemerintahan Purnawarman, Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya dan telah menjalin hubungan diplomatik dengan Cina. Dengan adanya hubungan diplomatik tersebut, berarti juga terjalin hubungan perdagangan dan pelayaran antara Tarumanegara dengan Cina. Dengan demikian dapat diketahui kehidupan ekonomi Tarumanegara tersebut. Kehidupan Ekonomi Perekonomian Tarumanegara di samping utamakan bidang pertanian, pelayaran dan perdagangan, juga perburuan dan perikanan mendapatkan perhatian. Hal ini dapat dibuktikan melalui berita-berita tentang barang-barang perdagangan dari kerajaan Tarumanegara. Barang barang yang diperdagangkan antara lain: cula badak, gading gajah dan kulit penyu. Barang tersebut diperoleh dari usaha perburuan dan perikanan. Kehidupan Sosial Dengan adanya kehidupan ekonomi yang kompleks tersebut, maka kehidupan sosial masyarakatnya cukup baik, sehingga masing-masing golongan masyarakat yang ada pada masa itu dapat saling bekerja sama dan tercipta jalinan kehidupan yang baik. Kehidupan Budaya Dalam kehidupan budaya dapatlah diperkirakan Tarumanegara sudah mengalami kemajuan. Karena telah mengenal tulisan dan sudah menerima pengaruh asing serta mengenal sistem kalender seperti yang tertera dalam prasasti Tugu. 1.
Kerajaan Sriwijaya Sriwijaya adalah nama kerajaan yang tentu sudah tidak asing bagi Anda, karena Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara pada waktu itu (abad 7 - 13 M).
Jika Anda ingin mengetahui perkembangan Sriwijaya hingga mencapai puncak kebesarannya sebagai kerajaan Maritim, maka Anda harus mengetahui terlebih dahulu sumber-sumber sejarah yang membuktikan keberadaan kerajaan tersebut. Sumber-sumber sejarah kerajaan Sriwijaya selain berasal dari dalam juga berasal dari luar seperti dari Cina, India bahkan Arab. Sumber-sumber dari dalam negeri Sumber dari dalam negeri berupa prasasti yang berjumlah 6 buah yang menggunakan bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa, serta telah menggunakan angka tahun Saka.
Untuk mengetahui keberadaan prasasti tersebut, simaklah uraian materi berikut ini! a. Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di Kedukan Bukit, di tepi sungai Tatang dekat Palembang, berangka tahun 606 Saka. Isi prasasti tersebut menceritakan perjalanan suci/Sidayatra yang dilakukan Dapunta Hyang , berangkat dari Minangatamwan dengan membawa tentara sebanyak 20.000 orang. Dari perjalanan tersebut berhasil menaklukkan beberapa daerah. b. Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat kota Palembang berangka tahun 606 Saka. Prasasti ini menceritakan pembuatan Taman Sriksetra untuk kemakmuran semua makhluk dan terdapat doa-doa yang bersifat Budha Mahayana. c. Prasasti Telaga Batu ditemukan di Telaga Batu dekat Palembang tidak berangka tahun. d. Prasasti Kota Kapur ditemukan di kota Kapur pulau Bangka berangka tahun 608 Saka. e. Prasasti Karang Berahi ditemukan di Jambi Hulu berangka tahun 608 Saka. f. Prasasti Palas Pasemah ditemukan di Lampung Selatan tidak berangka tahun. Keempat Prasasti yang disebut terakhir yaitu Prasasti Telaga Batu, Kota Kapur, Karang bukit, dan Palas Pasemah menjelaskan isi yang sama yaitu berupa kutukan terhadap siapa saja yang tidak tunduk kepada raja Sriwijaya. Sumber-sumber prasasti Sumber yang berupa prasasti ditemukan di Semenanjung Melayu berangka tahun 775 M yang menjelaskan tentang pendirian sebuah pangkalan di semenanjung melayu, daerah Ligor. Untuk itu prasasti tersebut, diberi nama Prasasti Ligor . Prasasti berikutnya ditemukan di India di kota Nalanda yang berasal dari abad ke 9 M. Prasasti tersebut menjelaskan pendirian Wihara oleh Balaputradewa raja Sriwijaya. Sumber Berita Asing Di samping prasasti-prasasti, keberadaan Sriwijaya juga diperkuat dengan adanya beritaberita Cina maupun berita Arab. Berita Cina, diperoleh dari I-Tshing seorang pendeta Cina yang sering datang ke Sriwijaya sejak tahun 672 M, yang menceritakan bahwa di Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang menguasai agama seperti di India dan di samping itu juga, berita dari dinasti Sung yang menceritakan tentang pengiriman utusan dari Sriwijaya tahun 971 - 992 M. Nama kerajaan Sriwijaya dalam berita Cina tersebut, disebut dengan Shih-lo-fo-shih Sh ih-lo-fo-shih atau Foshih, sedangkan dari berita Arab Sriwijaya disebut dengan Zabag/Zabay atau dengan sebutan Sribuza. Dari berita-berita Arab dijelaskan tentang kekuasaan dan kebesaran serta kekayaan Sriwijaya.
Demikianlah bukti-bukti tentang sumber dari luar negeri yang menjelaskan keberadaan Sriwijaya, sehingga melalui sumber-sumber tersebut dapat diketahui perkembangan Sriwijaya dalam berbagai aspek kehidupan. Untuk mengetahui lebih jelas perkembangan Sriwijaya dalam aspek-aspek kehidupan tersebut, maka simak uraian materi berikut ini: Kehidupan Politik Dalam kehidupan politik. Dapat diketahui bahwa raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga, dengan pusat kerajaannya ada 2 pendapat yaitu pendapat pertama yang menyebutkan pusat Sriwijaya di Palembang karena daerah tersebut banyak ditemukan prasasti Sriwijaya dan adanya sungai Musi yang strategis untuk perdagangan. Sedangkan pendapat kedua letak Sriwijaya di Minangatamwan yaitu daerah pertemuan sungai Kampar kiri dan Kampar kanan yang diperkirakan daerah Binaga yaitu terletak di Jambi yang juga strategis untuk perdagangan. Dari dua pendapat tersebut, maka oleh ahli menyimpulkan bahwa pada mulanya Sriwijaya berpusat di Minangatamwan. Kemudian karena perkembangannya dipindahkan ke Palemban g. Untuk selanjutnya Sriwijaya mampu mengembangkan kerajaannya melalui keberhasilan politik ekspansi/perluasan wilayah ke daerah-daerah yang sangat penting artinya untuk perdagangan. Hal ini sesuai dengan prasasti yang ditemukan Lampung, Bangka, dan Ligor. Bahkan melalui benteng I-tshing bahwa Kedah di pulau Penang juga dikuasai Sriwijaya. Dengan demikian maka Sriwijaya bukan lagi sebagai negara senusa atau satu pulau, tetapi sudah merupakan negara antar nusa karena penguasaannya atas beberapa pulau. Bahkan ada yang berpendapat Sriwijaya adalah negara kesatuan pertama. Karena kekuasaannya luas dan berperan sebagai negara besar di Asia Tenggara (M.Yamin).
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya memiliki letak yang strategis di jalur pelayaran dan perdagangan Internasional Asia Tenggara. Dengan letak yang strategis tersebut maka Sriwijaya berkembang menjadi pusat perdagangan dan menjadi pelabuhan Transito sehingga dapat menimbun barang dari dalam maupun luar. Dengan demikian kedudukan Sriwijaya dalam perdagangan sangat baik hal ini juga didukung oleh pemerintahan raja yang cakap dan bijaksana seperti Balaputradewa, Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat yang mampu menjamin keamanan di jalurjalur pelayaran yang menuju Sriwijaya, sehingga banyak pedagang dari luar yang singgah dan berdagang di wilayah kekuasaan Sriwijaya tersebut. Dengan adanya pedagang-pedagang dari luar yang singgah maka penghasilan Sriwijaya meningkat dengan pesat. Peningkatan diperoleh dari pembayaran upeti, pajak maupun keuntungan dari hasil perdagangan dengan demikian Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan yang besar dan makmur. Kehidupan Sosial Faktor lain yang menjadikan Sriwijaya menjadi kerajaan besar adalah kehidupan sosial masyarakatnya meningkat dengan pesat terutama dalam bidang pendidikan dan hasilnya Sriwijaya terbukti menjadi pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha di Asia Tenggara.
Hal ini sesuai dengan berita I-Tshing pada abad ke 8 bahwa di Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha di bawah bimbingan pendeta Budha terkenal yaitu Sakyakirti . Di samping itu juga pemuda-pemuda Sriwijaya juga mempelajari agama Budha dan ilmu lainnya di India, hal ini tertera dalam prasasti Nalanda . Kemajuan di bidang pendidikan yang berhasil dikembangkan Sriwijaya bukanlah suatu hasil perkembangan dalam waktu yang singkat tetapi sejak awal pendirian Sriwijaya, raja Sriwijaya selalu tampil sebagai pelindung agama dan penganut agama yang taat. Sebagai penganut agama yang taat maka raja Sriwijaya juga memperhatikan kelestarian lingkungannya (seperti yang tertera dalam Prasasti Talang Tuo) dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Dengan demikian kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Sriwijaya sangat baik dan makmur, dalam hal ini tentunya juga diikuti oleh kemajuan dalam bidang kebudayaan. Kemajuan dalam bidang budaya sampai sekarang dapat diketahui melalui peninggalanpeninggalan suci seperti stupa, candi atau patung/arca Budha seperti ditemukan di Jambi, Muaratakus , dan Gunung Tua (Padang Lawas ) serta di Bukit Siguntang (Palembang ). Untuk lebih menambah pemahaman Anda, silahkan Anda simak peninggalan Sriwijaya tersebut pada gambar 2.6 berikut ini!
Gamba:. Patung Budha di Bukit Siguntang.
Kebesaran dan kejayaan Sriwijaya ternyata banyak mengundang kerajaan lain menjadi tidak senang dan menyerang Sriwijaya sehingga mengalami kemunduran dan keruntuhan akibat serangan dari kerajaan lain. - Serangan pertama dari Raja Dharmawangsa dari Medang, Jatim tahun 990 M. Pada waktu itu raja Sriwijaya adalah Sri Sudarmaniwarnadewa. Walaupun serangan tersebut gagal tetapi dapat melemahkan Sriwijaya.
- Serangan berikutnya datang dari dari kerajaan kerajaan Colamandele (India Selatan) yang terjadi pada masa pemerintahan Sri Sangramawijayatunggawarman pada tahun 1023 dan diulang lagi tahun 1030 dan raja Sriwijaya ditawan. - Tahun 1068 Raja Wirarajendra dariColamandele kembali menyerang Sriwijaya tetapi Sriwijaya tidak runtuh bahkan pada abad 13 Sriwijaya diberitakan muncul kembali dan cukup kuat sesuai dengan berita Cina. - Keruntuhan Sriwijaya terjadi pada tahun 1477 ketika Majapahit mengirimkan tentaranya untuk menaklukan Sumatra termasuk Sriwijaya. 1.
Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno atau disebut dengan Bhumi Mataram. Pada awalnya terletak di Jawa Tengah. Daerah Mataram dikelilingi oleh banyak pegunungan dan di tengahnya banyak mengalir sungai besar diantaranya sungai Progo, Bogowonto, Elo, dan Bengawan Solo . Keadaan tanahnya subur sehingga pertumbuhan penduduknya cukup maju.
Sumber-sumber Prasasti Mengenai bukti yang menjadi sumber sejarah berlangsungnya kerajaan Mataram dapat diketahui melalui prasasti-prasasti dan bangunan candi-candi yang dapat Anda ketahui sampai sekarang. Prasasti-prasasti yang menjelaskan tentang keberadaan kerajaan Mataram tersebut yaitu antara lain: a. Prasasti Canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal berangka tahun 723 M dalam bentuk Candrasagkele . Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan di samping itu juga diceritakan bahwa yang menjadi raja mula-mula Sanne kemudian digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanne).
Gambar: Candi Gunung Wukir
b. Prasasti Kalasan , ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778 M, ditulis d itulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh raja Panangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha). Bangunan suci seperti yang tertera dalam prasasti Kalasan tersebut ternyata adalah candi Kalasan yang terletak di sebelah timur Yogyakarta. Untuk lebih mengenal candi tersebut, silahkan amati gambar berikut ini!
Gambar: Candi Kalasan.
Gambar disamping adalah candi Kalasan merupakan candi yang bersifat agama Budha yang dibangun oleh Raja Panangkaran. Untuk selanjutnya nama raja Panangkaran akan Anda temui pada prasasti berikutnya.
c. Prasasti Mantyasih ditemukan di Mantyasih Kedu , Jateng berangka tahun 907 M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja aja Sanjaya , Rakai Panangkaran , Rakai Mataram yang mendahului Bality yaitu R aja Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai Watuhumalang , dan Rakai Watukura Dyah Balitung. Untuk itu prasasti Mantyasih/Kedu ini juga disebut dengan prasasti Belitung. d. Prasasti Klurak ditemukan di desa Prambanan berangka tahun 782 M ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan arca Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya . Menurut para ahli bahwa yang dimaksud dengan arca Manjusri adalah Candi Sewu yang terletak di Komplek Prambanan dan nama raja Indra tersebut juga ditemukan pada ditemukan pada Prasasti Ligor dan Prasasti Nalanda peninggalan kerajaan Sriwijaya.
Sumber berupa Candi Selain prasasti yang menjadi sumber sejarah adanya kerajaan Mataram juga banyak bangunan bangunan candi di Jawa Tengah, yang manjadi bukti bu kti peninggalan kerajaan Mataram yaitu seperti Candi pegunungan Dieng , Candi Gedung Songo , yang terletak di Jawa Tengah Utara. Selanjutnya di Jawa Tengah bagian selatan juga banyak ditemukan candi antara lain Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sambi Sari, dan masih banyak candi-candi yang lain. Kehidupan Politik Kerajaan Mataram diperintah oleh dua dinasti atau wangsa yaitu wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Syiwa dan wangsa Syaelendra yang beragama Budha. Pada awalnya mungkin yang berkuasa adalah wangsa Sanjaya, hal ini sesuai dengan prasasti Canggal . Tetapi setelah perkembangan berikutnya muncul keluarga Syaelendra. Menurut para ahli, keluarga Sanjaya terdesak oleh Keluarga Syaelendra, tetapi mengenai pergeseran kekuasaan k ekuasaan tersebut tidak diketahui secara pasti, yang jelas kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah dan memiliki hubungan yang erat, hal ini sesuai dengan prasasti Kalasan . Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Syaelendra seperti yang tertera dalam prasasti Ligor, Nalanda maupun Klurak adalah Bhanu, Wisnu, Indra , dan Samaratungga atau Samaragrawira . Sedangkan raja-raja dari dinasti Sanjaya yang tertera dalam prasasti Mantyasih . Berdasarkan candi-candi peninggalan kerajaan Mataram yang berasal dari abad 8-9 yang bercorak Hindu yang terletak di Jateng bagian utara ut ara dan yang bercorak Budha terletak di Jateng selatan , untuk itu dapatlah disimpulkan bahwa kekuasaan dinasti Sanjaya di Jateng bagian utara, dan kekuasaan dinasti Syaelendra di Jateng selatan. Kedua dinasti tersebut akhirnya bersatu dengan adanya pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramudyawardani yang bergelar Sri Kahulunan. Pramudyawardani tersebut adalah putri dari Samaratungga . Raja Samaratungga selain mempunyai putri Pramudyawardani , juga mempunyai putera yaitu Balaputradewa (karena Samaratungga menikah dengan keturunan raja Sriwijaya). Kegagalan Balaputradewa merebut kekuasaan dari Rakai Pikatan , maka menyingkir ke Sumatera menjadi raja Sriwijaya . Untuk selanjutnya pemerintahan kerajaan Mataram dikuasai oleh dinasti Sanjaya dengan rajanya yang terakhir yaitu Wawa. Pada masa pemerintahan Wawa sekitar abad 10, Mataram di Jateng mengalami kemunduran dan pusat penerintahan dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sendok . Dengan adanya perpindahan kekuasaan dari Jateng ke Jatim oleh Mpu Sendok , maka Mpu Sendok mendirikan dinasti baru yaitu dinasti Isyana dengan kerajaannya adalah Medang Mataram. Berdasarkan prasasti Calcuta, maka silsilah raja-raja yang memerintah di kerajaan Medang Mataram dapat diketahui. Pada tahun 1017 M kerajaan Medang pada masa Dharmawangsa mengalami pralaya/kehancuran akibat serangan dari Wurawari dan yang berhasil meloloskan diri dari serangan tersebut adalah Airlangga . Tahun 1023 Airlangga dinobatkan oleh pendeta Budha dan Brahmana (pendeta Hindu) menjadi raja Medang menggantikan Dharmawangsa.
Pada awal pemerintahannya Airlangga berusaha menyatukan kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Dharmawangsa, dan melakukan pembangunan di dalam negeri dengan memindahkan ibukota kerajaan Medang dari Wutan Mas ke Kahuripan tahun 1031, serta memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh , dan membangun bendungan Wringin Sapta. Dengan demikian usaha-usaha yang dilakukan oleh Airlangga mendatangkan keamanan dan kemakmuran bagi rakyatnya. Tetapi kemudian tahun 1041 Airlangga mundur dari tahtanya dan memerintahkan untuk membagi kekuasaan menjadi 2 kerajaan. Kedua kerajaan tersebut adalah Jenggala dan Panjalu. Pada awalnya pembagian kerajaan tersebut dalam rangka menghindari perebutan kekuasaan diantara putera-putera Airlangga. Tetapi ternyata hal ini yang menjadi penyebab kerajaan Medang mengalami kehancuran. Kehidupan Ekonomi Berdasarkan bangunan candi yang ada, baik yang bercorak Hindu maupun Budha jumlah cukup banyak dan tempat atau lokasinyapun ada yang berdampingan, maka hal ini membuktikan bahwa kehidupan sosial masyarakat Mataram sangat religius dan dilandasi oleh rasa gotong royong yang baik, dan juga mempunyai rasa toleransi antara pemeluk agama Hindu dan pemeluk agama Budha itu sendiri. Dalam lapangan ekonomi, kerajaan Mataram mengembangkan perekonomian agraris karena letaknya di pedalaman dan daerah yang subur tetapi pada perkembangan berikutnya, Mataram mulai mengembangkan kehidupan pelayaran, hal ini terjadi pada masa pemerintahan Balitung yang memanfaatkan sungai Bengawan Solo sebagai lalu lintas perdagangan menuju pantai utara Jawa Timur. Dengan adanya pengembangan perekonomian, maka timbul dugaan bahwa dipindahkannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur karena alasan tersebut. Kehidupan Budaya Dalam kehidupan budaya, tentu teknologi yang dicapai Mataram sudah maju, bahkan masyarakat Mataram berhasil mengembangkan budaya asing menjadi budaya baru yang bercirikan Indonesia. Hal ini terlihat adanya penggunaan berbagai huruf dan bahasa yang beraneka ragam dalam prasasti yang dibuatnya. Kemajuan teknologi yang dicapai Mataram dapat Anda rasakan/nikmati sampai sekarang. Contohnya dapat dilihat pada candi Borobudur yang merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia. 1.
Kerajaan Kediri Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi akhir perkembangan kerajaan Medang Mataram, bahwa pada tahun 1041 atau 963 C. Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan menjadi dua bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan sebutan Jenggala dan Panjalu, yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas. Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibukotanya Kahuripan , sedangkan Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kadiri meliputi Kediri, Madiun, dan ibukotanya Daha.
Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa berhak atas seluruh tahta Airlangga sehingga terjadilah peperangan. Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada perkembangan selanjutnya Panjalu/Kadiri yang memenangkan peperangan dan menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah kerajaan Kadiri dimana bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti juga melalui kitabkitab sastra. Sumber-sumber Prasasti Prasasti-prasasti menjelaskan kerajaan Kadiri antara lain yaitu: a. Prasasti Banjaran berangka tahun 1052 M menjelaskan kemenangan Panjalu atas Jenggala. b. Prasasti Hantang berangka tahun 1052 M menjelaskan Panjalu pada masa Jayabaya.
Selain dari prasasti-prasasti tersebut di atas, sebenarnya ada lagi prasasti-prasasti yang lain tetapi tidak begitu jelas. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan Kadiri adalah hasil karya berupa kitab sastra karena pada masa Kadiri kesusastraan berkembang dengan pesat. Salah satu hasil karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayuda dengan ditulis Mpu Sedah dan Mpu Panuluh tahun 1156 M yang menceritakan tentang kemenangan Kadiri/Panjalu atas Jenggala. Di samping kitab sastra maupun prasasti tersebut di atas, juga ditemukan berita Cina yang banyak memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat dan pemerintahan Kadiri yang tidak ditemukan dari sumber yang lain. Berita Cina tersebut disusun melalui kitab yang berjudul Ling-mai-tai-ta yang ditulis oleh Choku-Fei tahun 1178 M dan kitab Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau-Ju-Kua tahun 1225 M. Dengan demikian melalui prasasti, kitab sastra maupun kitab yang ditulis orang-orang Cina tersebut perkembangan Kadiri dalam berbagai aspek kehidupan dapat diketahui. Kehidupan Politik Dalam perkembangan politiknya wilayah kekuasaan Kadiri masih sama seperti kekuasaan raja Airlangga, dan raja-rajanya banyak yang dikenal dalam sejarah karena memiliki lencana atau lambang sendiri. Raja-raja yang terkenal dari kerajaan Kutai antara lain Raja Kameswara (1115 – 1130 M) mempergunakan lancana Candrakapale yaitu tengkorak yang bertaring pada masa pemerintahannya banyak dihasilkan karya-karya sastra, bahkan kiasan hidupnya dikenal dalam Cerita Panji. Raja selanjutnya adalah Jayabaya memerintah tahun 1130 - 1160 mempergunakan lancana Narasingha yaitu setengah manusia setengah singa pada masa pemerintahannya Kadiri mencapai m encapai puncak kebesarannya dan juga banyak dihasilkan karya sastra terutama ramalannya tentang Indonesia antara lain akan datangnya Ratu Adil. Kemudian pada tahun 1181 pemerintahan raja Sri Gandra juga terdapat sesuatu yang menarik pada masa pemerintahannya, yaitu untuk pertama kalinya didapatkan orangorang terkemuka mempergunakan nama-nama binatang sebagai namanya yaitu seperti Kebo Salawah, Manjangan Puguh, Macan Putih, Gajah Kuning, dsb. Untuk selanjutnya tahun 1200 - 1222 yang menjadi raja Kadiri adalah Kertajaya. Ia memakai lancana Garudamuke seperti Rya Airlangga, tetapi sayangnya raja ini kurang bijaksana, sehingga
tidak disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Hal inilah yang akhirnya menjadi penyebab berakhirnya kerajaan Kadiri, karena kaum Brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok di Singosari sehingga tahun 1222 Ken Arok berhasil menghancurkan Kadiri. Demikianlah uraian materi tentang kehidupan po litik raja Kadiri. Dari penjelasan tersebut apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda sudah paham simak kembali uraian materi selanjutnya. Kehidupan Ekonomi Dalam kehidupan ekonomi diceritakan bahwa perekonomian Kadiri bersumber atas usaha perdagangan, peternakan, dan pertanian. Kadiri terkenal sebagai penghasil beras, menanam kapas dan memelihara ulat sutra. Dengan demikian dipandang dari aspek ekonomi, kerajaan Kadiri sudah cukup makmur. Hal ini terlihat dari kemampuan kerajaan memberikan penghasilan tetap kepada para pegawainya walaupun hanya dibayar dengan hasil bumi. Demikian keterangan yang diperoleh berdasarkan kitab Chi-Fan-Chi dan kitab Ling-wai-tai-ta. Kehidupan Sosial Bahkan berdasarkan kedua kitab tersebut diceritakan bahwa kehidupan sosial masyarakat Kadiri cukup baik karena kesejahteraan rakyat meningkat masyarakat hidup tenang, hal ini terlihat dari rumah-rumah rakyatnya yang baik, bersih, dan rapi, dan berlantai ubin yang berwarna kuning, dan hijau serta orang-orang Kadiri telah memakai kain sampai di bawah lutut. Dengan kehidupan masyarakatnya yang aman dan damai maka seni dapat berkembang antara lain kesusastraan yang paling maju adalah seni sastra. Hal ini terlihat dari banyaknya hasil sastra yang dapat kita ketahui sampai sekarang.
Hasil sastra tersebut, selain seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi sebelumnya juga masih banyak kitab sastra yang lain yaitu seperti kitab Kariwangsa dan Gatotkacasraya yang ditulis Mpu Panuluh pada masa Jayabaya, kitab Simaradahana karya Mpu Darmeja, kitab Lubdaka dan Wertasancaya karya Mpu Tan Akung, kitab Kresnayana karya Mpu Triguna dan kitab Sumanasantaka karya Mpu Monaguna. Semuanya itu dihasilkan pada masa pemerintahan Kameswara . 2.
Kerajaan Singasori Adanya kerajaan Singosari tentu bukan sesuatu yang asing bagi Anda karena Singosari sangat identik dengan Ken Arok dan banyak cerita dan lakon drama yang mengambil ide cerita dari riwayat hidup Ken Arok dan berdirinya Singosari.
Sumber-sumber Sejarah Keberadaan kerajaan Singosari dibuktikan melalui candi-candi yang banyak ditemukan di Jawa Timur yaitu daerah Singosari sampai Malang, juga melalui kitab sastra peninggalan zaman Majapahit yang berjudul Negarakertagama karangan Mpu Prapanca yang menjelaskan tentang raja-raja yang memerintah di Singosari serta kitab Pararaton yang juga menceritakan riwayat Ken Arok yang penuh keajaiban. Kitab Pararaton isinya sebagian besar adalah mitos atau dongeng tetapi dari kitab Pararatonlah asal usul Ken Arok menjadi raja dapat diketahui.
Sebelum menjadi raja, Ken Arok berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati) di Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya, karena tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung. Selanjutnya ia berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan kerajaan Kadiri yang diperintah oleh Kertajaya. Keinginannya terpenuhi setelah kaum Brahmana Kadiri meminta perlindungannya. Dengan alasan tersebut, maka tahun 1222 M/1144 C Ken Arok menyerang Kadiri, sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran di desa Ganter. Dengan kemenangannya maka Ken Arok dapat menguasai seluruh kekuasaan kerajaan Kadiri dan menyatakan dirinya sebagai raja Singosari dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhattara Sang Amurwawabhumi . Sebagai raja pertama Singosari maka Ken Arok menandai munculnya dinasti baru yaitu dinasti Rajasa atau dinasti Girindra. Dari kelima raja Singosari tersebut, raja Kertanegara lah yang paling terkenal, karena dibawah pemerintahan Kertanegara Singosari mencapai puncak kebesarannya. Kertanegara bergelar Sri Maharajaderaja Sri Kertanegara mempunyai gagasan politik untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Apa yang dicita-citakan oleh Kertanegara, mengakibatkan daerah kekuasaan Singasari meluas. Kekuasaan Politik Kekuasaan Singosari dapat dicapai oleh Kertanegara karena tindakan politiknya yaitu seperti: a. Membangun Singasari menjadi pusat pemerintahan dan berusaha menyingkirkan lawan-lawan politiknya seperti Kebo Arem (Raganatha) dijadikan adhyaksa di Tumapel, Arya Wiraraja (Banyak Wide) dijadikan Bupati Madura . b. Menumpas pemberontakan Mahisa Rangkah. c. Menyatukan agama Syiwa dan Budha menjadi agama Tantrayana (Syiwa Budha). Agama ini dipimpin oleh Dharma Dyaksa . d. Melakukan politik perkawinan yaitu mengawinkan salah satu putrinya dengan R. Wijaya dan putri yang lain dengan Ardharaja putra Jayakatwang dari Kediri dalam rangka memperkuat kedudukannya sebagai raja Singasari. Dan mengawinkan saudaranya dengan raja Campa yaitu raja Jaya Singhawarman IV dalam rangka mencari persekutuan/aliansi dengan kerajaan Campa. e. Mengirimkan ekspedisi ke luar pulau Jawa antara lain ekspedisi ke Malayu/ Pamalayu tahun 1275 untuk menjalin persahabatan dengan kerajaan Malayu dan ekspansi ke Bali tahun 1284 karena Bali tidak mau tunduk kepada Singasari. Dari tindakan-tindakan politik Kertanegara tersebut, mungkin di satu sisi Kertanegara berhasil mencapai cita-citanya memperluas dan memperkuat Singasari, tetapi dari sisi yang lain muncul beberapa ancaman yang justru berakibat hancurnya Singasari. Ancaman yang muncul dari luar yaitu dari tentara Kubilai-Khan dari Cina Mongol karena Kertanegara tidak mau mengakui kekuasaannya bahkan menghina utusan Kubilai-khan yaitu Meng-chi yang dibuat cacat mukanya. Sedangkan ancaman yang lain dari dalam yaitu adanya serangan dari Jayakatwang dari Kadiri tahun 1292 yang bekerja sama dengan Arya Wiraraja Bupati Sumenep yang tidak diduga sebelumnya. Sehingga Kertanegara terbunuh, maka jatuhlah Singasari di bawah kekuasaan Jayakatwang dari Kediri.
Setelah Kertanegara meninggal maka didharmakan/diberi penghargaan di candi Jawi sebagai Syiwa Budha, di candi Singasari sebagai Bhairawa. Di Sagala sebagai Jina (Wairocana ) bersama permaisurinya Bajradewi.
Gambar: Candi Singosari
Dalam kitab Pararaton maupun Negara Kertagama diceritakan bahwa kehidupan sosial masyarakat Singosari cukup baik karena rakyat terbiasa hidup aman dan tenteram sejak pemerintahan Ken Arok bahkan dari raja sampai rakyatnya terbiasa dengan kehidupan religius. Kehidupan religius tersebut dibuktikan dengan berkembangnya ajaran agama baru yaitu ajaran Tantrayana (Syiwa Budha ) dengan kitab sucinya Tantra. Ajaran Tantrayana berkembang dengan baik sejak pemerintahan Wisnuwardhana dan mencapai puncaknya pada masa Kertanegara, bahkan pada akhir pemirintahan Kertanegara ketika diserang oleh Jayakatwang, sedang melaksanakan upacara Tantrayana bersama Mahamantri dan pendeta terkenal. Kehidupan Ekonomi Dalam kehidupan ekonomi, walaupun tidak ditemukan sumber yang secara jelas tetapi sangat memungkinkan bahwa ekonomi Singosari ditekankan pada kehidupan pertanian dan perdagangan serta pelayaran. Perkembangan tersebut sangat dimungkinkan karena Singosari merupakan daerah yang subur dan dapat memanfaatkan sungai Brantas dan Bengawan Solo sebagai sarana lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Kehidupan Budaya Dalam kehidupan budaya, Singosari sangat berkembang karena Singosari banyak meninggalkan bangunan monumental atau budaya lain yang berhubungan dengan agama yaitu seperti candi Kedal, candi Jago, candi Singosari dan patung Joko Dolok yang merupakan perwujudan Kertanegara yang terletak di simpang tiga Surabaya, Jatim.
1.
Kerajaan Majapahit
Nama kerajaan Majapahit tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda, ka rena Majapahit adalah salah satu kerajaan Hindu yang terbesar di Indonesia. Sumber-sumber Sejarah Sumber-sumber sejarah yang menjelaskan tentang kerajaan Majapahit sebagian besar berupa kitab sastra yaitu seperti: a. Kitab Pararaton, selain menceritakan tentang raja-raja Singosari juga menjelaskan tentang rajaraja Majapahit. b. Kitab Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca pada tahun 1365 menjelaskan tentang keadaan kota Majapahit, daerah Jajahannya dan perjalanan Hayam Wuruk mengelilingi daerah kekuasaannya. c. Kitab Sundayana menjelaskan tentang perang Babat. d. Kitab Usaha Jawa menjelaskan tentang penaklukan pulau Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar. Di samping sumber sejarah di atas, sumber sejarah peninggalan Majapahit juga berupa seni bangunan seperti candi, pinti gerbang, pemandian atau pertirtaan serta kota Trowulan, bekas ibukota Majapahit yang terletak di kota Mojokerto Jawa Timur. Sedangkan sumber dari luar negeri yang membuktikan kerajaan Majapahit diperoleh dari berita berita Cina yaitu seperti berita yang ditulis pada masa dinasti Ming (1368 -1643) dan berita dari da ri Ma-Huan dalam bukunya Ying Yai menceritakan tentang keadaan masyarakat dan kota Majapahit tahun 1418 serta berita dari Portugis tahun 1518. Dari sumber-sumber tersebut di atas, dapat diketahui pemerintahan raja-raja Majapahit, kehidupan sosial, ekonomi, serta peninggalan budaya-budaya Majapahit.
Berdirinya kerajaan Majapahit adalah berkat usaha dan perjuangan Raden Wijaya dengan memanfaatkan kedatangan tentara Cina Mongol (Kubilai Khan) yang datang ke Pulau Jawa untuk menghukum Kertanegara. Dengan kedatangan pasukan Kubilai Khan, maka dimanfaatkan untuk menyerang Jayakatwang di Kadiri, sehingga kekalahan Kertanegara dapat terbalaskan karena Jayakatwang akhirnya meninggal di Ujung Galuh. Sedangkan pasukan Kubilai Khan melalui tipu muslihat Raden Wijaya dapat diusir dari pulau Jawa tahun 1293. Setelah berhasil mengusir pasukan Kubilai Khan, maka tahun 1293 Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawisnuwardhana . Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang kuat, maka Raden Wijaya melakukan berbagai tindakan yaitu seperti melanjutkan pembangunan Majapahit sebagai pusat pemerintahan, mengawini keempat putri Kertanegara dan membalas jasa dengan memberikan kekuasaan kepada para sahabat dan pengikutnya. Walaupun demikian diantara para pengikutnya ada yang tidak puas dan akhirnya menjadi benih pemberontakan di Majapahit. Pemberontakan tersebut muncul pada masa pemerintahan Jayanegara (Kala Geret ), karena Jayanegara adalah raja yang lemah. Diantara pemberontakan tersebut yang paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti tahun 1319 tetapi akhirnya dapat dipadamkan oleh pasukan
Bhayangkari yang dipimpin Gajah Mada. Atas jasanya Gajah Mada menjadi patih Kahuripan tahun 1319 dan selanjutnya tahun 1321 diangkat menjadi patih Daha . Pemberontakan terhadap Majapahit tetap muncul, pada masa pemerintahan Tribuana Tungga Dewi yaitu seperti pemberontakan Sadeng dan Keta di daerah Besuki tahun 1331. Dan pemberontakan tersebut juga berhasil dipadamkan oleh Gajah Mada. Atas jasa Atas jasa tersebut maka Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih Majapahit tahun 1333. Dengan adanya Sumpah Amukti Palapa , maka Gajah Mada bercita-cita mempersatukan wilayah Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Sehingga untuk mewujudkan sumpah tersebut, pasukan Majapahit yang dipimpin Gajah Mada dan dibantu oleh Adityawarman melakukan politik ekspansi/penyerangan keberbagai daerah dan berhasil. Atas jasanya Adityawarman diangkat menjadi Raja Melayu tahun 1347 untuk menanamkan pengaruh Majapahit di Sumatera. Pada tahun 1350, Majapahit diperintah oleh Hayam Wuruk . Ia bergelar Rajasanegara dan dalam menjalankan pemerintahan yang didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada , Adityawarman dan Mpu Nala sehingga pada masa tersebut Majapahit mencapai puncak kebesarannya, karena daerah kekuasaannya hampir meliputi seluruh Nusantara dan Majapahit berkembang sebagai kerajaan Maritim sekaligus kerajaan Agraris . Memang benar apa yang dicita-citakan oleh Gaja Mada melalui sumpahnya dapat terlaksana kecuali kerajaan Pajajaran (Sunda) yang belum dikuasainya. Dalam rangka menguasai Pajajaran tersebut, maka Gajah Mada melakukan Politik perkawinan yang berakibat terjadinya peristiwa Babat tahun 1357 . Wilayah kekuasaan Majapahit hampir meliputi seluruh wilayah nusantara, bahkan Semenanjung Malaya juga berhasil dikuasai Majapahit. Untuk itu dalam rangka menjaga keamanan dan memelihara kesatuan daerah kekuasaannya maka Majapahit memperkuat armada lautnya di bawah pimpinan Mpu Nala. Dan juga berusaha menjalin persahabatan dengan negara-negara tentangga yang diistilahkan Mitrekasatata yang berarti sahabat atau sahabat sehaluan atau hidup berdampingan secara damai. Tahun 1364 Gajah Mada meninggal . Sehingga Majapahit mengalami kesulitan mencari penggantinya. Baru tiga tahun kemudian digantikan oleh Gajah Enggon. Meninggalnya Gajah Mada sangat berpengaruh terhadap pemerintahan Hayam Wuruk, sehingga pemerintahan Hayam Wuruk mengalami kemunduran. Hayam Wuruk meninggal tahun 1389. Selanjutnya tahta Majapahit diduduki oleh Wikramawardhana . Pada masa pemerintahan Wikramawardhana (tahun 1389 - 1429) kehidupan politik Majapahit diwarnai oleh Perang Paregreg atau perang saudara antara Wikramawardhana dengan Bhre Wirabumi . Perang Paregreg terus berkelanjutan menyebabkan bintang Majapahit semakin pudar, sehingga banyak daerah-daeah kekuasaannya yang melepas kan diri. Hal ini ditambah dengan adanya penyebaran Islam yang berpusat di Malaka serta munculnya kerajaan-kerajaan Islam yang menentang Majapahit maka keruntuhan Majapahit diambang pintu.
Mengenai runtuhnya Majapahit ada beberapa pendapat yaitu: 1. Majapahit runtuh tahun 1478 , ketika Girindrawardhana memisahkan diri dari Majapahit dan menamakan dirinya sebagai raja Wilwatikta Daha Janggale Kadiri . Tahun peristiwa tersebut
di tulis dalam Candrasangkale yang berbunyi “Hilang sirna kertaning bhumi ”. Anda masih ingat arti kalimat tersebut? Apabila Anda lupa buka kembali kegiatan belajar 1 modul ini. 2. Pendapat lain menjelaskan Majapahit runtuh karena diserang oleh Demak yang dipimpin oleh Adipati Unus tahun 1522. Sebagai kerajaan Hindu terbesar di Nusantara kehidupan sosial masyarakat Majapahit umumnya baik, kerajaan memperhatikan kepentingan rakyat, keamanan rakyat terjamin , dimana hukum serta keadilan ditegakkan dengan tidak pandang bulu. Dalam kehidupan beragama raja membentuk dewan khusus yaitu Dharmadjaksa ring kasaewan yang mengurus agama Hindu Syiw a dan Dharmadjaksa ring Kasogatan yang mengurus agama Budha keduanya dibantu oleh pejabat keagamaan yang disebut Dharma Upapatti . Dengan adanya pejabat keagamaan tersebut, kehidupan keagamaan Majapahit berjalan dengan baik, bahkan tercipta toleransi . Hal ini seperti apa yang diceritakan oleh Ma-Huan tahun 1413, bahwa masyarakat Majapahit di samping beragama Hindu, Budha juga ada yang beragama Islam, semuanya hidup dengan rukun. Dan berita Ma-Huan tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh Islam sudah ada di kerajaan Majapahit. Kehidupan sosial yang penuh dengan toleransi juga dibuktikan melalui kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular yang di dalamnya ditemukan kalimat “Bhinneka Tunggal Ika , TanHana Dharma mangrua ”. Sebagai negara agraris dan maritim, maka tentu perekonomian Majapahit bersumber dari pertanian, pelayaran, dan perdagangan yang saling menunjang dan saling melengkapi. Pemerintahan Majapahit selalu berusaha meningkatkan pertaniannya dengan memperbaiki atau memelihara tanggul sepanjang sungai untuk mencegah banjir dan di samping itu juga memperbaiki jalan-jalan jalan-jalan jembatan jembatan untuk mempelancar lalu lintas perdagangan. Komoditi perdagangan Majapahit adalah beras dan rempah-rempah. Daerah-daerah pelabuhan seperti Canggu, Surabaya, Gresik, Sedayu, dan Tuban menjadi pusat perdagangan karena menumpang barang dagangan berupa hasil bumi dari daerah pedalaman. Dengan demikian kehidupan ekonomi Majapahit cukup tinggi sehingga Majapahit dapat berkembang sebagai kerajaan besar. Sebagai kerajaan besar tentu kebudayaan Majapahit berkembang dengan baik, hasil peninggalan Majapahit berupa seni bangunan, patung, dan karya sastra. Seni bangunan Majapahit antara lain pemandian , atau petirtaan , gapura yang berbentuk seperti candi bentar maupun Bajang Retu, candi Penataran di Blitar dan masih banyak lagi candi-candi peninggalan Majapahit yang lain.
Gambar: Kelompok Candi Penataran
Selain seni bangunan, peninggalan Majapahit juga berupa seni patung yaitu seperti patung perwujudan Raden Wijaya sebagai Harihara atau sebagai Syiwa dan Wisnu dalam satu arca, patung putri Suhuta dan patung Tribhuwana sebagai Parwati. Sedangkan peninggalan Majapahit dalam bidang seni sastra juga cukup banyak, selain kitabkitab yang telah disebutkan pada uraian materi sebelumnya, juga kitab-kitab yang lain yaitu seperti kitab Arjunawiwaha yang ditulis oleh Mpu Tantular, kitab Ranggalawe , kitab Sorondaka yang berbentuk kidung dan juga ada kitab hukum yang ditulis oleh Gajahmada yaitu kitab Kutaramanawa yang digunakan sebagai dasar hukum di Majapahit. Kitab Hukum K utaramanawa utaramanawa disusun berdasarkan kitab Hindu yang lebih tua yaitu kitab Kutarasastra dan Manawasastra . Dengan demikian dari kitab hukum tersebut, merupakan salah satu contoh wujud akulturasi dengan kebudayaan.
Perkembangan dan Pengaruh Hindu-Budha di Indonesia A. Perkembangan Agama Hindu, Budah di Indonesia
1. Pengaruh Hindu dan budha di Indonesia Berdasarkan ditemukannya bukti tulisan yang berhuruf pallawa dan Bahasa Sanseketa di kerajaan Kuta dan Tarumanegara menujukkan pengaruh Hindu budha dan india yang sangat kuat dalam perkembangan sejarah inonesia. tulisan tulisan tersebut mengubah bangsa indonesia memasuki babakan baru jaman sejarah, terutama dengan ditemukannya prasasti tujuh yupa di kalimatan timur. 2. Masuknya Budaya Hindu Budha Proses masuknya dan berkembangnya agama hindu dan budha ini melalui jalur perdagangan India, cina, indonesia. pembawa agama agama Budha melalui misi penyiaran yang disebut Dharma Dhuta. sedangkan pembawa agama Hindu ke indonesia antara lain golongan ksatria, Brahmana, sudra dan waisya. B.Kehidupan Sosial Politik Ekonomi dan Kebudayaan di Indonesia pada Masa Kerajaan Hindu-Budah
1. Kerajaan Kutai Kerjaan ini terletak di kalimatan timur dan tertua di indonesia. peninggalan bersejarah yang di temukan adalah tujuh Buah Prasati yang di pahatkan di atas tiang bantu disebut YUPA. Prasasti ini berhuruf pallawa dan berangka tahun 400M. Raja yang pernah memerintah kerajaan kutai adalah kudungga, Aswawarman, Mulawarman. dengan ditemukannya prasasti tersebut bangsa indonesia memasuki babkan baru zaman sejarah. 2. Kerajaan Taruma Negara ( abad 5 M) Kerajaan ini letaknya di sekitar Bogor, Jawa Barat. prasasti yang ditemukan semua berhuruf pallawa dan berbahasa Sanseketa yaitu: - prasasti tugu
- prasasti lebak - prasasti pasir awi - prasasti jambu - prasasti muara ciaruten – prasasti prasasti kebon kopi dari prasati di atas di katakan bhwa raja yang memerintah kerajaan Tarumanegara adalah Purnawarman, seorang raja yang bijaksana dan sangat memperhatikan kemakmuran rakyatnya. sumber bukti lainnya adalah kerajaan ini adalah berita dari seorang pendeta budha dan cina yang bernama fa hien. 3. Kerajaan Melayu Mengenai kerajaan ini diperkirakan sekitar daerah jambi seorang raja yang sering disebut adalah adityawarman. sementaramenurut berita cina, pendeta I-Tsing setelah belajar di Sriwijaya kemudian ia pergi ke Moloyu. 4. Kerjaan Sriwijaya (7 M) kerajaan sriwijaya ini terletak di palembang, sumatra selatan. bukti adanya kerajaan ini dengan ditemukannya prasasti-prasasti yang berhuruf pallawa, yaitu : prasasti Talang Tuo, prasasti Kota Kapur, prasasti Karang berahi, prasasti Kedukan Bukti dan prasasti Telaga Batu. dari prasasti proses tersebut diketahui bahwa kerajaan sriwijaya beragam budha dan merupakan kerajaan yang besar dan makmur dengan ouncak kejayaan pada masa raja balaputradewa. 5. Kerajaan Majapahit terletak di desa Tarik Mojokerto, Jawa Timur. Pendiri kerajaan ini yaitu raden wijaya. pada masa pemerintahan tri buwana tungga dewi diangkat seorang maha patih bernama Gajah Mada. penganti pemeritahani ini adalah raja hayam ha yam wuruk yang dibantu diban tu oleh patih gajah mada mad a dengan d engan sumpah palapa dan berhasil menyatukan nusantara di bawah kerajaan majapahit. kerutuhan kerajaan majapahit anatara lain : - adanya perkembangkan islam dari kerajaan demak - banyak daerah kekuasaannya melepaskan diri - lemahnya raja-raja pengganti hayam wuruk - mundurnya perekonmian akibat perang saudara - adanya perang paregreg / perang saudara 6. Kerjaan Bali Dalam prasasti sanur yang berangka 914 M, diceritakan bahwa raja yang memerintah merupakan raja sri baduga maharaja terjadi peristiwa perang Bubat antara majapahit dengan pajajaran. 7. kerajaan Kediri (abad 12 M) Berdiri di daerah daha, kediri, jawa timur. raja yang terkenal raja jayabaya. sedangkan menurut sumber dari cina bahwa kerajaan kediri merupakan kerajaan yang aman, tentram dam makmur. 8. Kerajaan Medang (abad 10 M)
terletak di sekitar sungai Brantas dekat kota jombang, jawa timur. kerajaan ini merupakan pindahan dari kerajaan matram kuno yang mengalami kehancuran. pendiri kerajaan ini adalah mpu sindok yang menamakan dirinya dinasti isyana. 9. Kerajaan Singosari (abad 13) Muncul setelah adanya perang ganter 1222 M. dalam perang ini akhirnya raja kertajaya yang otoriter dari kerajaan kediri kalah melawan para brahmana yang dibantu oleh ken arok. kerajaan kediri kalah dan berdirilah kerajaan singosari dengan raja ken arok adan bergelar kertarejasa. 10. Kerajaan Mataram Kuno/Hindu (abad 8 M) letak kerajaan ini dekat magelang, jawa tengah. hal ini dibuktikan dengan adanya prasasti canggal, yang menceritakan bahwa kerajaan ini pernah di perintah oleh dinasti sanjaya dan dinasti syailendra. 11. Kerajaan Sunda letak kerajaan di pakuan pajajaran kemudian pindah ke kawali. pada masa pemerintahan raja sri baduga maharaja terjadi peristiwa perang bubaat antara majapahit dengan pajajaran. C. Peningkatan Kebudayaan Terpenting
kebudayaan terpenting peninggalan Hindu-Budah meliputi : 1. Bangunan Candi a. Jenis Candi di Indonesia, Yaitu Candi Hindu dan Budha b. Fungsi Candi, yaitu dalam agama Hindu berfungsi sebagai tempat pemakaman dan fungsi menurut agama Budha sebagai tempat upacara keagamaan c. Kelompok candi berdasarkan langgamnya, yaitu : - Candi Jawa Tengah bagian utara - Candi Jawa Tengah bagian selatan - Candi Jawa Timur perbedaan bangunan candi Jawa Tengah dan Jawa Timur antara lain :
C andi andi j awa awa barat barat : - Bangunan Candi terbuat dari batu bara - Relief candi simbolis - Atap candi seperti pohon cemara - Arah candi menghadap ke barat - Bentuk candi ramping dan tinggi - Induk candi menjorok ke belakang
cand candii J i wa T enga ng ah : - Bangunan candi terbuat dari batu andesit (batu kali) - Relief candi realis - Atap candi berundak-undak
- Arah candi menghadap ke timur - Bentuk candi tambun - Induk candi tepat di tengah 2. Patung Dewa Dalam kebudayaan Hindu-Budha biasanya dewa diwujudkan dalam bentuk patung 3. Sastra Hasil peninggalan bidang sastra antara lain Ramayana, Mahabarata, Barata Yuda dll. 4. Seni Ukir Hasil pahatan dan ukiran nampak indah dan mengangumkan pada relief-relief bangunan candi. 5. Barang-barang logam Barang atau benda yang terbuat dari logam dan perunggu yang indah di antaranya, arca, lampu gantung, genta, mangkok, jambangan dan tempat dupa untuk upacara agama. dan masih banyak lagi peninggalan yang berupa seni lainya. D. Runtuhnya Kebudayaan Hinduh-Budah di Inonesia
Penyebab runtuhnya kerajaan yang bercorak Hindu-Budah antara lain : a. Adanya perang Paragrag di Majapahit b. Banyak daerah kekuasaan yang melepaskan diri kerajaan sriwijaya maupun Majapahit c. Berkembangnya syiar agama Islam yang berhasil menarik simpati masyarakat d. Kerajaan Islam Demak berkembang pesat, sementara Sumatra juga berkembang pesat kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam.
Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia Written By Hafizul Hamdi on 14 Juni 2013 | 22:15
Candi Prambanan Salah satu Candi Bercorak Hindu
Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia - Masuknya suatu kebudayaan asing ke dalam lingkup suatu masyarakat dapat menimbulkantiga kemungkinan: kedua kebudayaan itu akan berakulturasi, berjauhan, atau salah satu hancur. Akulturasi kebudayaan adalah pencampuran dua kebudayaan atau lebih yang melakukan kebudayaan baru. Dalam perkembangan kehidupan masyarakat Nusantara ketika terjalin hubungan dagang antara India, Cina, dan Indonesia, terjadilah akulturasi budaya. Akulturasi budaya Hindu-Buddha India dengan budaya asli Nusantara secara damai melahirkan budaya baru yang disebut budaya Hindu-Buddha Nusantara. Menghadapi proses akulturasi tersebut, menurut para ahli, bangsa Indonesia bersikap pasif maupun aktif. Pada awalnya bersikap pasif menerima ajaran-ajaran baru, di kemudian hari aktif mencari ilmu hingga mengirim pelajarnya ke luar negeri dan mengundang brahmana dari luar negeri untuk memberi pelajaran. Proses akulturasi selama berabad-abad menimbulkan sinkretisme antara kedua agama tersebut dan unsur budaya asli hingga lahirlah agama baru yang dikenal sebagai Syiwa Buddha. Sinkretisme adalah paham atau aliran baru yang merupakan perpaduan dari beberapa paham untuk mencari keserasian dan keseimbangan. Aliran ini berkembang pesat pada abad ke-13 M. Penganutnya, antara lain, Raja Kertanegara dan Adityawarman. Akulturasi budaya paling mudah kita lihat dalam bentuk kesenian, seperti seni rupa, seni sastra, dan seni bangunan yang merupakan unsur kebudayaan material. Akulturasi budaya ini juga dapat kita saksikan dalam upacara-upacara ritual. Pelaksanaan proses akulturasi tersebut dilakukan oleh para cendekiawan, cendekiawan, agamawan, arsitek, sastrawan istana maupun rakyat, dan para seniman. 1. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha terhadap seni bangunan
Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha dalam bidang arsitektur atau seni bangunan dapat kita lihat dengan jelas pada candi-candi. Ada perbedaan fungsi antara candi dalam agama Hindu dan candi dalam agama Buddha. Dalam agama Hindu, candi difungsikan sebagai makam Adapun dalam agama Buddha, candi berfungsi sebagai tempat pemujaan atau peribadatan.
Candi Borobudur Salah Satu Candi Bercorak Buddha Meski difungsikan sebagai makam, namun tidak berarti bahwa mayat atau abu jenazah dikuburkan dalam candi. Benda yang dikuburkan atau dicandikan adalah macam-macam benda yang disebut pripih. Pripih ini dianggap sebagai lambang zat jasmaniah yang rohnya sudah bersatu dengan dewa penitisnya. Pripih ini diletakkan dalam peti batu di dasar bangunan, kemudian di atasnya dibuatkan patung dewa sebagai perwujudan sang raja. Arca perwujudan raja itu umumnya adalah Syiwa atau lambang Syiwa, Syiwa, yaitu lingga. Pada candi Buddha, tidak terdapat pripih dan arca perwujudan raja. Abu jenazah raja ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa. Bangunan candi terdiri atas tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap. a. Kaki candi berbentuk persegi (bujur sangkar). Di tengah-tengah kaki candi inilah ditanam pripih. b. Tubuh candi terdiri atas sebuah bilik yang berisi arca perwujudan. Dinding luar sisi bilik diberi relung (ceruk) yang berisi arca. Dinding relung sisi selatan berisi arca Guru, relung utara berisi arca Durga, dan relung belakang berisi arca Ganesha. Relung-relung untuk candi yang besar biasanya diubah. c. Atap candi terdiri atas tiga tingkat. Bagian atasnya lebih kecil dan pada puncaknya terdapat lingga atau stupa. Bagian dalam atap (puncak bilik) ada sebuah rongga kecil yang dasarnya berupa batu segi empat dengan d engan gambar teratai merah, melambangkan takhta dewa. Pada upacara pemujaan, jasad dari pripih dinaikkan rohnya dari rongga atau diturunkan ke dalam arca perwujudan. Hiduplah arca itu menjadi perwujudan almarhum sebagai dewa. Bangunan candi di Indonesia yang bercorak Hindu, antara lain, candi Prambanan, candi Sambisari, candi Ratu Boko, candi Gedongsongo, candi Sukuh, candi Dieng, candi Jago, candi
Singasari, candi Kidal, candi Panataran, candi Surawana, dan gapura Bajang Ratu. Bangunan candi yang bercorak Buddha, antara lain, candi Borobudur, candi Mendut, candi Pawon, candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, dan candi Muara Takus. Beberapa peninggalan bangunan lain yang menyerupai candi sebagai berikut. a. Patirtan atau pemandian, misalnya, patirtan di Jalatunda dan Belahan (lereng Gunung Penanggungan), di candi Tikus (Trowulan), dan di Gona Gajah (Gianyar, Bali). b. Candi Padas di Gunung Kawi, Tampaksiring. Di tempat ini terdapat sepuluh candi yang dipahatkan seperti relief pada tebing-tebing di Pakerisan. c. Gapura yang berbentuk candi dan memiliki pintu keluar masuk. Contoh candi semacam ini adalah candi Plumbangan, candi Bajang Ratu, dan candi Jedong. d. Jenis gapura lainnya yang berbentuk seperti candi yang dibelah dua untuk jalan keluar masuk. Contoh candi semacam ini adalah candi Bentar dan candi Wringin Lawang.
2. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha terhadap seni rupa
Seni rupa Nusantara yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha dari India adalah seni pahat atau ukir dan seni patung. Seni pahat atau ukir umumnya berupa hiasan-hiasan dinding candi dengan tema suasana Gunung Mahameru, tempat kediaman para dewa. Hiasan yang terdapat pada ambang pintu atau relung adalah kepala kala yang disebut Banaspati (raja hutan). Kala yang terdapat pada candi di Jawa Tengah selalu dirangkai dengan makara, yaitu sejenis buaya yang menghiasi bagian bawah kanan kiri pintu atau relung.
Pola hiasan lainnya berupa daun-daunan yang dirangkai dengan sulur-sulur melingkar menjadi sulur gelung. Pola ini menghiasi bidang naik horizontal maupun vertikal. Ada juga bentuk bentuk hiasan berupa bunga teratai biru (utpala), merah (padam), dan d an putih (kumala). Pola-pola Po la-pola teratai ini tidak dibedakan berdasarkan warna, melainkan detail bentuknya yang berbeda-beda. Khususnya pada dinding candi di Jawa Tengah, terdapat hiasan pohon kalpataru (semacam beringin) yang diapit oleh dua ekor hewan atau sepasang kenari. Beberapa candi memiliki relief yang melukiskan suatu cerita. Cerita tersebut diambil dari kitab kesusastraan ataupun keagamaan. Gaya relief tiap-tiap daerah memiliki keunikan. Relief di Jawa Timur bergaya mayang dengan objek-objeknya berbentuk gepeng (dua dimensi). Adapun relief di Jawa Tengah bergaya naturalis dengan lekukan-lekukan yang dalam sehingga memberi kesan tiga dimensi. Pada masa Kerajaan Majapahit, relief di Jawa Timur meniru gaya Jawa Tengah dengan memberikan latar belakang pemandangan sehingga tercipta kesan tiga dimensi. Relief-relief yang penting sebagai berikut.
Relief candi Roro Jongrang Yang Mengisahkan Cerita Ramayana a. Relief candi Borobudur menceritakan Kormanibhangga, menggambarkan perbuatan manusia serta hukum-hukumnya sesuai dengan Gandawyuha (Sudhana mencari ilmu).
b. Relief candi Roro Jonggrang menceritakan kisah Ramayana dan Kresnayana. Seni patung yang berkembang umumnya berupa patung atau arca raja pada sebuah candi. Raja yang sudah meninggal dimuliakan dalam wujud arca dewa. Contoh seni patung hasil kebudayaan Hindu-Buddha kini dapat kita saksikan di candi Prambanan (patung Roro Jonggrang) dan di Museum Mojokerto (Jawa Timur). Salah satu koleksi museum tersebut yang terindah adalah patung Airlangga (perwujudan Wisnu) dan patung Ken Dedes. 3. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha terhadap seni sastra
Wiracarita atau kisah kepahlawanan India yang memasyarakat di Indonesia dan memengaruhi kehidupan serta perkembangan sosial budaya adalah cerita Mahabharata dan Ramayana. Kitab Mahabharata terdiri atas delapan belas jilid (parwa). Setiap jilid terbagi lagi menjadi beberapa bagian (juga disebut parwa) p arwa) yang digubah dalam d alam bentuk syair. Cerita pokoknya meliputi 24.000 seloka. Sebagian besar isi kitab ini menceritakan peperangan sengit selama delapan hari antara Pandawa dan Kurawa. Kata Mahabharatayudha sendiri berarti peperangan besar antarkeluarga Bharata. Menurut cerita, kitab ini dihimpun oleh Wiyasa Dwipayana. Akan tetapi, para ahli sejarah beranggapan bahwa lebih masuk akal jika kitab itu merupakan kumpulan berbagai cerita brahmana antara tahun 400 SM sampai 400 M. Kitab Ramayana dikarang oleh Walmiki. Kitab ini terdiri atas tujuh jilid (kanda) dan digubah dalam bentuk syair sebanyak 24.000 seloka. Kitab ini berisi perjuangan Rama dalam merebut kembali istrinya, Dewi Sinta (Sita), yang diculik oleh Rahwana. Dalam perjuangannya, Rama yang selalu ditemani Laksmana (adiknya) itu mendapat bantuan dari pasukan kera yang dipimpin oleh Sugriwa. Selain itu, Rama juga dibantu oleh Gunawan Wibhisana, adik Rahwana yang diusir oleh kakaknya karena bermaksud membela kebenaran (Rama). Perjuangan tersebut menimbulkan peperangan besar dan banyak korban berjatuhan. Di akhir cerita, Rahwana beserta anak buahnya gugur dan Dewi Sinta kembali kepada Rama. Akulturasi di bidang sastra dapat dilihat pada adanya modifikasi cerita-cerita asli India dengan unsur tokoh-tokoh Indonesia serta peristiwa-peristiwa yang seolah-olah terjadi di Indonesia. Contohnya adalah penambahan tokoh punakawan (Semar, Bagong, Gareng, Petruk) dalam kisah Mahabharata. Bahkan, dalam literatur-literatur keagamaan Hindu-Buddha di Indonesia sulit kita temukan cerita asli seperti yang ada di negeri asalnya. Pengaruh kebudayaan India yang dipertahankan dalam kesusastraan adalah gagasan, konsep, dan pandangan-pandangannya. 4. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha terhadap sistem pemerintahan
Salah satu contoh nyata pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia adalah perubahan sistem pemerintahan. Sebelum pengaruh Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, struktur sosial asli masyarakat Indonesia berbentuk suku-suku dengan pimpinannya ditunjuk atas prinsip primus inter pares. Setelah pengaruh Hindu-Buddha masuk, sistem pemerintahan ini berubah menjadi kerajaan. Kepemimpinan lalu diturunkan kepada keturunan raja. Raja dan keluarganya kemudian membentuk kalangan yang disebut bangsawan.
Dalam perkembangannya, ada dua corak kerajaan berdasarkan budaya Hindu-Buddha. Kerajaankerajaan bercorak Hindu, antara lain, Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Mataram Hindu (Mataram Kuno), Kahuripan (Airlangga), dan Majapahit. Kerajaan Majapahit dikenal sebagai kerajaan Hindu terbesar. Adapun kerajaan-kerajaan bercorak Buddha, antara lain, Kerajaan Holing (Kalingga), Melayu, Sriwijaya, dan Mataram Buddha. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Buddha terbesar di Indonesia. 5. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha terhadap sistem kepercayaan
Pada saat budaya Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, masyarakat masih menganut kepercayaan asli, yaitu animisme dan dinamisme. Akibat adanya proses akulturasi, agama Hindu dan Buddha lalu diterima penduduk asli. Dibandingkan agama Hindu, agama Buddha lebih mudah diterima oleh masyarakat kebanyakan sehingga dapat berkembang pesat dan menyebar ke berbagai wilayah. Sebabnya adalah agama Buddha tidak mengenal kasta, tidak membeda-bedakan manusia, dan menganggap semua manusia itu sama derajatnya di hadapan Tuhan (tidak diskriminatif). Menurut agama Buddha, setiap manusia dapat mencapai nirwana asalkan baik budi pekertinya dan berjasa terhadap masyarakat. 6. Sistem perdagangan dan transportasi
Kekayaan bumi Nusantara telah dikenal luas sejak dahulu. Kemenyan, kayu cendana, dan kapur barus dari Indonesia telah dikenal di Cina menyaingi bahan wangi-wangian lainnya dari Asia Barat. Begitu pula berbagai jenis rempah-rempah, seperti lada dan cengkeh, serta hasil-hasil kerajinan dan berbagai jenis binatang khas yang unik. Awalnya, pedagang-pedagang dari India yang singgah di Indonesia membawa barang-barang tersebut ke Cina. Seiring dengan perkembangan perdagangan internasional, hubungan dagang antara Indonesia – Indonesia – India – India – Cina Cina pun berkembang . Wolters berpendapat bahwa perkembangan ini akibat dari sikap terbuka dan bersahabat dengan orang asing serta penghargaan terhadap barang dagangan yang dibawa orang asing. Sikap ini pula yang memungkinkan agama Hindu-Buddha dapat berkembang di Indonesia. Dalam berbagai prasasti yang ditemukan, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Masehi, bangsa Indonesia telah mampu turut serta dalam perdagangan maritim internasional Asia. Perkembangan ini dipicu pula oleh perkembangan teknologi transportasi pelayaran. I-Tsing, musafir dan pendeta Buddha dari Cina yang mampir ke Indonesia pada abad ke-7 dalam perjalanannya ke India dengan menumpang kapal milik Sriwijaya, mengatakan bahwa pada awalnya bangsa Indonesia memang telah akrab dengan dunia pelayaran, meski baru terbatas pada pulau-pulau yang berdekatan. Alat transportasi yang digunakan adalah kapal cadik berukuran kecil. Bersamaan dengan munculnya kerajaan-kerajaan besar, seperti Sriwijaya, Singasari, dan Majapahit, mulailah dikenal teknologi pembuatan kapal-kapal yang lebih besar dan pelayaran yang dilakukan dapat menjangkau jarak yang lebih jauh. Bangsa Indonesia jadi dapat berperan lebih aktif dalam perdagangan internasional dengan berlayar sendiri ke negara-negara yang biasanya berdagang dengan Indonesia. Hal ini tergambar dalam relief candi Borobudur. Tiga jenis kapal yang
digambarkan dalam relief tersebut adalah perahu lesung, kapal besar tidak bercadik, dan kapal bercadik. 7. Sistem penguasaan tanah
Tanah dalam lingkungan sebuah kerajaan secara umum menjadi milik kerajaan. Namun, pengolahan atau pemanfaatan diserahkan kepada rakyat yang hidup dalam lingkup kerajaan tersebut. Hak pemanfaatan lahan ini disebut hak anggaduh, artinya rakyat hanya dipinjami tanah oleh raja. Tanah garapan itu dapat dipindahtangankan kepada rakyat lainnya dalam lingkup kerajaan yang sama dan hak anggaduh tersebut dapat digunakan secara turun temurun. Akan tetapi, jika sewaktu-waktu raja memintanya kembali, misalnya, untuk keperluan pendirian candi atau bangunan milik kerajaan atau suatu kepentingan umum lainnya, rakyat tidak dapat menolak. 8. Sistem pajak
Pengembangan dan jaminan kelangsungan suatu kerajaan tentu memerlukan biaya. Biaya ini diambil dari hasil perdagangan, pertanian, dan pungutan pajak kepada rakyat. Pajak dipungut oleh pejabat di tingkat daerah dari desa-desa yang ada di wilayahnya. Setiap habis panen, pajak tersebut wajib diserahkan pada kerajaan. Di tingkat pusat, ada petugas khusus yang bertugas mencatat luas tanah di wilayah kerajaan untuk dijadikan dasar perhitungan penetapan pajak yang wajib dipungut. Rakyat diwajibkan untuk membayar pajak tepat waktu. 9. Tenaga kerja
Tenaga kerja berasal dari rakyat. Dalam hal ini, rakyat merupakan abdinya yang harus menaati semua perintahnya. Hal ini dikarenakan pada masa itu, kekuasaan raja merupakan kekuasaan tertinggi dan mutlak sebab raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di bumi dan memerintah atas nama dewa. Oleh karena itu, rakyat dituntut untuk bersikap setia kepada raja. 10. Perkembangan tradisi Hindu-Buddha
Pada masa berkembangnya agama Hindu-Buddha di Nusantara, tradisi Hindu-Buddha mengalami perkembangan yang cukup pesat di wilayah Nusantara dalam berbagai sektor sebagai berikut.
a. Sistem struktur sosial masyarakat Masuk dan berkembangnya agama Hindu di Indonesia memengaruhi sektor kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk sistem dan struktur sosial masyarakatnya. Pengaruhnya dapat dilihat melalui diterapkannya sistem pembagian kasta pada masyarakat Indonesia. Sistem pembagian kasta di Indonesia tidak seperti yang ada di India, akan tetapi merupakan sistem pengelompokan masyarakat melalui tingkatan tingkatan kehidup an masyarakat dan berlaku turun temurun. Hal ini untuk menunjukkan status sosial dalam masyarakat Indonesia. Sementara itu, di India perbedaan sistem kasta sangat mendasar sebab untuk membedakan status sosial antara golongan Arya dan Dravida.
Pada masyarakat Indonesia yang mendapat pengaruh Buddha muncul pembagian kelompok masyarakat bhiksu dan bhiksuni, yaitu kelompok masyarakat yang tinggal di wihara-wihara dan hidup mementingkan rohani saja, tata kehidupan duniawi mulai ditinggalkan. Kelompok masyarakat yang lain adalah kelompok masyarakat umum, yakni kelompok masyarakat yang masih mementingkan hidup duniawi. Sistem dan struktur masyarakat Indonesia yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha berkembang pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Mataram. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim di mana kehidupan rakyatnya banyak bergantung pada kelautan. Sriwijaya banyak ban yak menguasai jalur-jalur dan pusat perdagangan maka Sriwijaya menjadi kerajaan yang besar dan penting, karenanya menjadi kerajaan nasional yang pertama di Nusantara. Kerajaan Mataram Hindu terdiri atas daerah pusat yang dikenal dengan ibu kota kerajaan (tempat tinggal raja, putra raja, kerabat dekat raja, serta pejabat tinggi kerajaan) dan daerah watak, yaitu daerah yang dikuasai para rakai atau pamgat yang berkedudukan sebagai pegawai tinggi kerajaan yang berkedudukan turun-temurun.
b. P emer i ntahan ntahan Sebelum pengaruh Hindu ke Nusantara, bangsa Indonesia sudah mengenal sistem pemerintahan, yakni dari seorang kepala suku dikenal bentuk kesukuan, seorang kepala suku menduduki jabatannya berdasarkan kemampuan yang dimiliki, maka ia pemimpin yang dipilih oleh kelompok sukunya secara demokratis. Mereka memiliki kelebihan dalam anggota kelompoknya. Masuk dan berkembangnya agama Hindu dan Buddha di Indonesia membawa pengaruh yakni mulai lahirnya kerajaan. Kerajaan Hindu pertama di Indonesia adalah Kerajaan Kutai dengan rajanya Mulawarman. Raja berkuasa secara turun temurun sehingga keluarga raja memiliki kehormatan di tengah-tengah masyarakat negara. Raja memiliki kekuasaan tunggal, tidak ada lembaga yang mampu menandingi kekuasaan raja.
c. K eseni senia an Perkembangan bidang kesenian tampak sekali dalam seni bangunan, seni rupa, dan seni sastra. 1) Seni bangunan yakni adanya bangunan candi Hindu dan candi Buddha yang banyak ditemukan di Nusantara. Dasar pembangunan candi berasal dari zaman megalitikum sehingga candi-candi yang ada di Nusantara memiliki bentuk bangunan yang megah serta punden berundak seperti yang tampak pada candi Borobudur. 2) Seni rupa, seni lukis yang masuk ke Nusantara berkembang, ditandai dengan ditemukannya patung Buddha berlanggam Gandara di Kota Bangun Kutai, dan patung Buddha berlanggam Amarawati yang ditemukan di Sulawesi, adanya hiasan perahu yang menunjukkan majunya seni di Nusantara saat itu serta pada dinding candi Prambanan kita jumpai relief Ramayana. 3) Dalam bidang sastra, seni sastra Hindu banyak kita jumpai pada prasasti-prasasti serta kitabkitab sastra. Banyak prasasti di Nusantara menggunakan bahasa Sanskerta bahkan kitab-kitab sastra zaman Hindu dominan menggunakan bahasa tersebut dan tulisan Palawa.
d. P er kembangan tek teknolog nolog i Kemajuan teknologi sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Sebelum pengaruh Hindu masuk ke Nusantara bangsa Indonesia sudah memiliki teknologi yang tinggi khususnya dalam pembuatan alat kehidupan baik yang terbuat dari batu atau logam. Setelah adanya pengaruh Hindu, teknologi semakin maju, misalnya pembuatan candi. Jika dibandingkan dengan candi-candi di India maka candi di Indonesia jauh lebih megah dan kokoh seperti candi Borobudur, candi Prambanan. Dengan demikian, bangsa Indonesia memiliki pengetahuan teknologi yang sudah tinggi.
e. P er kembangan pendidi pendidikkan Pendidikan berkembang pesat setelah adanya pengaruh Hindu, yakni masyarakat mendapat pendidikan yang dilakukan para pendeta Hindu dan Buddha. Mereka ada yang berguru kepada pendeta dengan pergi ke rumah-rumah pendeta atau berada di tempat khusus seperti wiharawihara. Kaum Brahmana yang memberikan pendidikan serta mengajarkan agama Hindu kepada masyarakat di daerah-daerah membuka tempat-tempat pendidikan yang dikenal Pasraman. Di Pasraman inilah, masyarakat Indonesia mendapatkan berbagai pengetahuan yang diajarkan para Brahmana.
Judul Materi : Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
Sejarah dan Pengaruh Hindu-Budha di Indonesia A. Ajaran Hindu dan Budha 1. Hindu Agama Hindu pada merupakan sinkretisme (perpaduan) antara kepercayaan bangsa Dravida, yang merupakan penduduk asli India, dengan bangsa Arya, yang merupakan bangsa pendatang dari Asia Tengah yang berhasil menaklukkan bangsa Dravida sekitar tahun 1500 SM. Agama Hindu mempunyai konsep politheisme yaitu menyembah banyak dewa. Tiga dewa utama dari umat Hindu adalah dewa Brahma (dewa pencipta), dewa Wisnu (dewa pemelihara) dan dewa Syiwa (dewa perusak) yang ketiganya biasa disebut Tri Murti. Salah satu pokok dalam ajaran Hindu adalah konsep reinkarnasi atau dilahirkan kembali sebagai penebusan dosa karena masih banyaknya dosa dan kesalahan yang dilakukan di k ehidupan sebelumnya. Jadi tujuan dari manusia hidup di dunia adalah moksha atau tidak dilahirkan kembali dan tinggal di nirwana yang penuh kenikmatan. Agama Hindu berpedoman pada kitab suci Weda, Brahmana dan Upanisad. a. Kitab Weda terdiri dari empat himpunan (Samhita). 1. Regweda, berisi puji-pujian terhadap dewa. 2. Samaweda ,berisi nyanyian-nyanyian suci yang slokanya diambil dari Regweda. 3. Yayurweda, berisi penjelasan tentang sloka-sloka yang diambil dari Regweda.
4. Atharwaweda ,berisi mantra-mantra yang digunakan untuk berbagai keperluan seperti (sihir, ilmu gaib, mengusir penyakit, menghancurkan musuh, mengikat cinta, serta memperoleh kedudukan dan kekuasaan). b. Kitab Brahmana adalah kitab suci yang terdiri keterangan tentang upacara sesaji. c. Kitab Upanisad adalah kitab suci yang berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup. Dalam agama Hindu masyarakat diklasifikasikan menjadi 4 kelas yang mempunyai hak dan peranan yang berbeda-beda, yaitu : a. Kasta Brahmana, terdiri atas para pendeta. b. Kasta Ksatria, terdiri atas para raja raja dan bangsawan. c. Kasta Waisya, terdiri atas para pedagang dan kaum buruh menengah. d. Kasta Sudra, terdiri atas para petani, buruh kecil dan budak. Hari raya umat Hindu ialah Galungan, Kuningan, Saraswati, Pagerwesi, Nyepi, dan Siwaratri. 2. Budha Pada awalnya Budha merupakan salah satu aliran dalam agama Hindu yang disebut budhisme. Budhisme dimunculkan dan dikembangkan oleh Sidharta Gautama sebagai protes atas ketidakadilan sistem kasta dalam masyarakat Hindu, dimana kasta rendahan mengalami ketidakadilan. Sidharta sebenarnya masuk dalam kasta ksatria karena merupakan putra dari Raja Sudhodana dari kerajaan Kapilawastu. Tetapi kemudian dia meninggalkan semua kemewahan istana dan menjadi pertapa setelah dia melihat kehidupan di luar istana yang sangat memprihatinkan. Dalam pertapaannya dia memperoleh bodhi dan disebut Sang Budha (yang disinari). Umat Budha mempunyai kitab suci yang disebut Tripitaka yang berarti tiga keranjang. Isi dari kitab Tripitaka adalah : a. Winayapitaka, berisi tentang peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para pemeluk agama Budha. b. Sutrantapitaka, berisi wejangan sang Budha. c. Abdidharmapitaka, berisi keterangan dan penjelasan tentang agama Budha. Umat Budha meyakini bahwa manusia hidup di dunia berada dalam kesengsaraan (samsara), oleh karena itu kesengsaraan dapat dihentikan dengan mengamalkan astavidha (delapan jalan) yaitu : Ajaran yang benar; Niat yang benar; Perkataan yang benar; Perbuatan yang benar; Penghidupan (mata pencaharian) yang benar; Usaha (daya upaya) yang benar; Perenungan yang benar; Samadi (bersemedi) yang benar. Dalam perjalanannya, ajaran Budha terpecah menjadi 2 aliran yaitu : a. Budha Hinayana (kendaraan kecil) Aliran ini berpendapat bahwa setiap orang harus berusaha sendiri-sendiri untuk masuk nirwana tanpa pertolongan orang lain. Hal itu sesuai dengan ajaran Budha pada awalnya. b. Budha Mahayana (kendaraan besar) Aliran ini berpendapat sebaiknya manusia berusaha bersama-sama dan saling membantu dalam mencapai nirwana. Umat Budha merayakan hari raya Triwaisak yaitu peringatan kelahiran, turunnya Bodhi dan kematian Sang Budha. B. Proses Masuknya Hindu-Budha di Indonesia Proses masuknya kebudayaan Hindu dan Budha berlangsung sangat panjang. Keterlibatan berbagai pihak sangatlah menentukan perkembangan kebuda yaan ini. Mulai dari pedagang, tokoh agama bahkan hingga orang biasa.
a.
b.
c.
d.
e.
C. 1.
2.
Menurut Van Leur dan Wolters, hubungan dagang Indonesia dan India lebih dahulu berkembang daripada hubungan dagang yang dilakukan Indonesia dan Cina. Terlibatnya Indonesia dalam kegiatan perdagangan, berakibat terjadinya akulturasi kebudayaan, terutama dengan budaya India, yaitu agama Hindu dan Budha. Dari hubungan perdagangan tersebut, muncul beberapa teori mengenai proses masuknya budaya Hindu-Budha ke Indonesia. Teori Brahmana Teori ini mengungkapkan bahwa kebudayaan Hindu dan Budha menyebar ke Indonesia di bawa kaum brahmana. Kemungkinan teori ini adalah yang paling benar, hal ini terbukti dengan ditemukannya Yupa Kutai yang menyebutkan bahwa penyebaran ajaran Hindu dilakukan melalui upacara keagamaan, dan hal ini hanya dapat dilakukan oleh para brahmana. Pendukung teori ini adalah J.C. van Leur. Teori Ksatria Teori ini mengungkapkan bahwa agama Hindu dan Budha menyebar ke Indonesia karena pengaruh dari para bangsawan. Hal ini dibuktikan dengan adan ya koloni baru yang dibentuk orang India di Indonesia. Di tempat barunya para bangsawan menyebarkan agama dan budaya Hindu-Budha. Pendukung teori ini adalah C.C. Berg dan Majumdar. Teori Waisya Teori ini menyatakan bahwa proses masuknya kebudayaan Hindu-Budha melalui hubungan dagang antara India dan Indonesia. Para pedagang dari India banyak yang menetap di Indonesia yang kemudian jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran kebudayaan Hindu-Budha. Pendukung teori ini diantaranya N. J. Krom dan Purbacaraka. Teori Sudra Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang terjadi di India telah menyebabkan golongan Sudra menjadi orang buangan. Kemudian mereka meninggalkan India mengikuti kaum Waisya. Dengan jumlah yang besar diduga golongan Sudralah yang memberi andil besar dalam penyebaran budaya/agama Hindu ke nusantara. Teori Arus Balik Teori ini diungkapkan oleh F.D.K. Bosch, Bosch meyakini bahwa orang Indonesialah yang paling berperan dalam penyebaran Hindu-Budha di nusantara. Setelah di awali orang-orang India, penduduk Indonesia yang ingin tahu lebih dalam tentang ajaran Hindu-Budha langsung berlayar ke india untuk belajar. Kemudian setelah pulang ke indonesia mereka menyebarkan apa yang sudah mereka pelajari. Teori berdasar pada ditemukannya arca Budha di Sempaga, Sulawesi Selatan, yang sangat mirip dengan arca yang dibuat di Amarawati (India). Pengaruh Unsur Kebudayaan Hindu-Budha Terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia Bidang agama Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat di nusantara telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Budha. Sejak berinteraksi dengan orang-orang India budaya baru tersebut membawa perubahan pada beragama. Misalnya, dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, d an bentuk tempat peribadatan). Bidang sosial Dalam bidang ini kebudayaan India mempengaruhi pada sistem pemerintahan dan kemasyarakatan. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak menduduki kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan seperti, Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan lain-lain.
3. Bidang seni Pengaruh dari kebudayaan Hindu-Budha ini dapat berupa relief, sastra. Untuk seni relief banyak dijumpai hiasan-hiasan pada dinding candi yang sesuai dengan unsur India. Di bidang seni sastra, terlihat pada penggunaan huruf P allawa dan bahasa Sanskerta pada prasasti-prasasti. Adanya cerita Mahabarata dan Ramayana yang bersumber pada kebudayaan India. Selain itu adapun kitab-kitab yang dihasilkan oleh para pujangga Indonesia seperti: Arjunawiwaha (Mpu Kanwa); Sutasoma (Mpu Tantular); Negarakertagama (Mpu Prapanca). 4. Bidang bahasa Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sansekerta. Kalimat atau katakata bahasa Indonesia yang merupakan merup akan hasil serapan dari bahasa sansekerta, seperti: Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, dan Parasamya Purnakarya Nugraha. 5. Bidang pendidikan Dalam bidang ini kaum brahmana merupakan kelompok yang mempunyai pengaruh, karena yang memberikan ilmu dalam masyarakat. I-Tsing mengungkapkan bahwa di Kerajaan Sriwijaya telah didirikan sekolah setaraf perguruan tinggi yang menampung biarawan untuk belajar agama Budha.
Proses Masuk dan Berkembangnya Pengaruh Hindu-Buddha Hindu-Buddha di Indonesia Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya dianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua b enua dan dua samudera, serta berada di dekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu: 1. 2. 3. 4.
Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia, Kesempatan melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar, Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas, dan Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha.
Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia. 1. Hipotesis Brahmana Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran budaya Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari pengu asa Indonesia untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah
Van Leur. 2. Hipotesis Ksatria Pada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi peperangan antargolongan di dalam masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang, lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch adalah salah seorang pendukung hipotesis ksatria. 3. Hipotesis Waisya Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesis waisya. 4. Hipotesis Sudra Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara. Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik. Pada umumnya para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa masuknya budaya Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri. Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai langgam yang sama dengan arca yang dibuat di Amarawati (India). Para ahli memperkirakan, arca Buddha tersebut merupakan barang dagangan atau barang persembahan untuk bangunan suci agama Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti tertua dalam bahasa Sanskerta dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan prasasti-prasasti itu memberi petunjuk bahwa buda ya Hindu menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi. Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Buddha dari India telah mengubah dan menambah khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan.
1. Agam A gama a Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat di Indonesia telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama HinduBuddha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa perubahan
pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan.
2. Pem Pemer intaha intahan n Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini kelompokkelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaankerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya.
3. A rsit rsi tektur ktur Salah satu tradisi megalitikum adalah bangunan punden berundak-undak. Tradisi tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan ban gunan candi. Jika kita memperhatikan Candi Borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya berbentuk limas yang berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya paduan buda ya India-Indonesia.
4. B ahasa hasa Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.
5. Sast Sastrr a Berkembangnya pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan besar dalam bidang sastra. Karya sastra terkenal yang mereka bawa adalah kitab Ramayana dan Mahabharata. Adanya kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri. Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia adalah: 1. Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa, 2. Sutasoma, karya Mpu Tantular, dan 3. Negarakertagama, karya Mpu Prapanca.
Agama Hindu
Agama Hindu berkembang di India pada ± tahun 1500 SM. Sumber ajaran Hindu terdapat dalam kitab sucinya yaitu Weda. Kitab Weda terdiri atas 4 Samhita atau “himpunan” yaitu: 1. 2. 3. 4.
Reg Weda, berisi syair puji-pujian kepada para dewa. Sama Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci. Yajur Weda, berisi mantera-mantera untuk upacara keselamatan. Atharwa Weda, berisi doa-doa untuk penyembuhan penyakit.
Di samping kitab Weda, umat Hindu juga memiliki kitab suci lainnya yaitu: 1. Kitab Brahmana, berisi ajaran tentang hal-hal sesaji.
2. Kitab Upanishad, berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup. Agama Hindu menganut polytheisme (menyembah banyak dewa), diantaranya Trimurti atau “Kesatuan Tiga Dewa Tertinggi” yaitu: 1. Dewa Brahmana, sebagai dewa pencipta. 2. Dewa Wisnu, sebagai dewa pemelihara dan pelindung. 3. Dewa Siwa, sebagai dewa perusak. Selain Dewa Trimurti, ada pula dewa yang banyak dipuja yaitu Dewa Indra pembawa hujan yang sangat penting untuk pertanian, serta Dewa Agni (api) yang berguna untuk memasak dan upacara-upacara keagamaan. Menurut agama Hindu masyarakat dibedakan menjadi 4 tingkatan atau kasta yang disebut Caturwarna yaitu: 1. 2. 3. 4.
Kasta Brahmana, terdiri dari para pendeta. Kasta Ksatria, terdiri dari raja, keluarga raja, dan bangsawan. Kasta Waisya, terdiri dari para pedagang, dan buruh menengah. Kasta Sudra, terdiri dari para petani, buruh kecil, dan budak.
Selain 4 kasta tersebut terdapat pula golongan pharia atau candala, yaitu orang di luar kasta yang telah melanggar aturan-aturan kasta. Orang-orang Hindu memilih tempat yang dianggap suci misalnya, Benares sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa serta Sungai Gangga yang airnya dapat mensucikan dosa umat Hindu, sehingga bisa mencapai puncak nirwana.
Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara. Kitab suci agama Buddha yaitu Tripittaka artinya “Tiga Keranjang” yang ditulis dengan bahasa Poli. Adapun yang dimaksud dengan Tiga Keranjang adalah: 1. Winayapittaka : Berisi peraturan-peraturan dan hukum yang harus dijalankan oleh umat Buddha. 2. Sutrantapittaka : Berisi wejangan-wejangan atau ajaran dari sang Buddha. 3. Abhidarmapittaka : Berisi penjelasan tentang soal-soal keagamaan. Pemeluk Buddha Buddha wajib melaksanakan Tri Dharma atau “Tiga Kebaktian” yaitu: 1. Buddha yaitu berbakti kepada Buddha. 2. Dharma yaitu berbakti kepada ajaran-ajaran Buddha. 3. Sangga yaitu berbakti kepada pemeluk-pemeluk Buddha.
Disamping itu agar orang dapat mencapai nirwana harus mengikuti 8 (delapan) jalan kebenaran atau Astavidha yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pandangan yang benar. Niat yang benar. Perkataan yang benar. Perbuatan yang benar. Penghidupan yang benar. Usaha yang benar. Perhatian yang benar. Bersemedi yang benar.
Karena munculnya berbagai penafsiran dari ajaran Buddha, akhirnya menumbuhkan dua aliran dalam agama Buddha yaitu: 1. Buddha Hinayana, yaitu setiap orang dapat mencapai nirwana atas usahanya sendiri. 2. Buddha Mahayana, yaitu orang dapat mencapai nirwana dengan usaha bersama dan saling membantu. Pemeluk Buddha juga memiliki tempat-tempat yang dianggap suci dan keramat yaitu: 1. 2. 3. 4.
Kapilawastu, yaitu tempat lahirnya Sang Buddha. Bodh Gaya, yaitu tempat Sang Buddha bersemedi dan memperoleh Bodhi. Sarnath/ Benares, yaitu tempat Sang Buddha mengajarkan ajarannya pertama kali. Kusinagara, yaitu tempat wafatnya Sang Buddha
SEJARAH KERAJAAN BALI
Kerajaan Bali adalah sebuah keraj aan yang terletak di sebuah pulau berukuran kecil yang tak jauh dari P ulau Jawa dan berada di sebelah timur. Kerajaan ini berada di sebuah pulau kecil yang dahulu masih dinamakan dengan Pulau Jawa sehingga bisa dikatakan pulau ini masih dianggap sebagai bagian dari Pulau Jawa. Kerajaan ini pada umumnya menganut kepercayaan berupa agama Hindu walau pada perkembangannya nanti ternyata tidak hanya agama Hindu yang dominan, tapi juga kepercayaan-kepercayaan seperti animisme dan dinamisme. Ini bisa terjadi karena kentalnya budaya nenek moyang pada saat itu walau kerajaan ini sudah berdiri. Di kerajaan ini pun berkembang agama Buddha dengan cukup baik dan cukup banyak penganutnya. Bukti adanya kerajaan di pulau kecil yang dahulu juga dinamai Pulau Dewata ini bisa didapatkan dari bukti-bukti sejarah yang ditemukan di pulau ini. Salah satunya adalah sebuah prasasti yang ditemukan di sebuah desa bernama Desa Blanjong Sanur. Prasasti itu menuliskan tahun 836 saka dengan nama-nama rajanya pada saat itu.
Pusat Kerajaan Bali kali pertama ada di Singhamandawa dengan raja pertama kerajaan ini bernama Sri Ugranesa. Menariknya, jika mengacu pada bukti sejarah prasasti, kerajaan ini pernah dikuasai oleh Kerajaan Singasari pada abad ke-10 dan Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Walau Pulau Bali terpi sah secara geografis dengan Pulau Jawa, hubungan di antara keduanya sangatlah baik, termasuk ketika kerajaan ini berkuasa di Pulau Bali. Hubungan yang dibangun pun sangat baik. Hal ini terbukti
ketika pada saat kerajaan ini ditaklukkan oleh Kerajaan Majapahit sehingga sebagian besar masyarakat Kerajaan Bali melarikan diri ke Pulau Jawa, sedangkan sisanya memilih untuk tetap tinggal di Bali.
KEJAYAAN KERAJAAN BALI Memang sudah menjadi hukum alam bahwa suatu peradaban yang muncul pasti akan mengalami masa kejayaan, masa kemunduran, dan pada akhirnya keruntuhan. Hal ini bisa kita lihat dengan silih bergantinya kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia lewat berbagai macam sumber sejarah. Sama halnya dengan kerajaan ini. Kerajaan Bali pun Bali pun mengalami masa kejayaan dan masa kemunduran. Masa kejayaan Kerajaan Bali terjadi pada saat Dharmodayana naik tahta. Pada masa Dharmodaya, kerajaan ini mengalami kejayaan dengan sistem pemerintahan yang semakin jelas daripada sebelumnya. Di sisi lain, kita mengetahui bagaimana akrabnya hubungan Bali dengan Pulau Jawa. Pada masa Dharmodayana ini, pihak kerajaan memperkuat hubungan tersebut dengan mengawinkan Dharma Udayana dengan Mahendradata, putri dari raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur. Hal ini akhirnya semakin memperkokoh kedudukan kerajaan di antara Pulau Jawa dan Bali.
KEHIDUPAN MASYARAKATNYA
a. Kehidupan Politik Stuktur birokasi kerajaan Bali berdasarkan pada prasati yang dikeluarkan oleh raja Udayana adalah sebagai berikut. 1) Raja berperan sebagai kepala pemerintahan, jabatan Raja diwariskan secara turun temurun. 2) Badan penasihat Raja disebut pekirakiran disebut pekirakiran i jro makabehan yang bertugas memberi nasehat dan perti mbangan kepada Raja dalam pengambilan keputusan penting. Badan ini terdiri dari beberapa senapati dan beberapa pendeta agama Hindu ( dang acarya ) acarya ) dan Buddha ( dan upadhyaga ) upadhyaga ) 3) Pegawai Kerajaan membantu raja dalam bidang pemerintahan, penarikan pajak dan administrasi. b.
Kehidupan Sosial Pada masa Kerajaan Bali Kuno, struktur masyarakatnya didasarkan pada sistem kasta, sistem hak waris, sistem kesenian, serta agama dan kepercayaan. kepercayaan. Ada hal yang menarik dalam sistem keluarga Bali yang berkaitan dengan dengan pemberian nama anak, misalnya Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut. Pada golongan Brahmana dan Ksatria untuk anak pertama disebut Putu. Pemberian nama tersebut diperkirakan dimulai pada zaman Raja Anak Wungsu dan berkaitan dengan upaya pengendalian jumlah penduduk.
c.
Kehidupan Ekonomi Kegiatan ekonomi masyarakat Kerajaan Bali adalah bercocok tanam. Hal tersebut dapat di ketahui dari beberapa prasasti Bali yang menyebutkan sawah, parlak ( sawah kering ), gaja (ladang), kebwan (kebun), dan kasuwakan (pengairan sawah).
d b. Kehidupan Budaya
Pada prasasti-prasasti sebelum pemerintahan Raja Anak Wungsu, Wungsu, telah disebut beberapa jenis seni yang ada pada waktu itu. Namun baru pada zaman Raja Anak Wungsu dapat membedakan jenis seni ke dalam dua kelompok besar, yaitu seni keraton dan seni rakyat yang biasanya berkeliling menghibur rakyat. Berikut jenis-jenis seni yang berkembang pada masa itu :
a)
Patapukan (atapuk/topeng)
b)
Pamukul (amukul/penabuh gamelan)
c)
Abanwal (permainan badut)
d)
Abonjing (bujing musik Angklung)
e)
Bhangin (peniup suling) f)
Perbwayang (permainan wayang)
KEMUNDURAN KERAJAAN BALI Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa adalah sifat alamiah suatu peradaban mengalami pasang surut. Ketika peradaban itu muncul, ia akan mengalami masa kejayaan kemudian mengalami masa kemunduran dan pada akhirnya akan berakhir pada masa kehancurannya. Pernah pada suatu masa, pihak kerajaan memiliki seorang patih yang kekuatannya sangat luar biasa. Patih itu bernama Kebo Iwa, kekuatannya yang sangat terkenal di seantero Pulau Jawa dan Bali membuat kedudukan kerajaan semakin kuat dan sulit untuk ditaklukkan. Patih Kebo Iwa hidup bersamaan tepat pada masa Kerajaan Majapahit yang kemudian mulai berpikir untuk menaklukkan Bali. Suatu ketika, Patih Kebo Iwa berhasil dibujuk untuk pergi ke Majapahit sebagai sebuah penghargaan terhadap dirinya oleh Patih Gajah Mada. Hal ini dilakukan karena Patih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit yang pada saat itu pergi ke Bali untuk menaklukkannya ternyata tidak bisa karena ketangguhan pasukan di bawah pimpinan Patih Kebo Iwa. Ketika sampai di Pulau Jawa, Patih Kebo Iwa diminta untuk membuat sebuah sumur. Dengan kekuatannya, hal itu tentu menjadi hal yang mudah bagi dirinya. Tetapi, kemudian muslihat pun dilaksanakan. Ketika Patih Kebo Iwa sedang menggali sumur, sumur itu pun ditutup dengan tanah dan batu-batu oleh para tentara Kerajaan Majapahit. Mereka berniat untuk mengubur hidup-hidup Patih Kebo Iwa di dalam sumur itu. Namun, hal ini ternyata tidak berhasil karena saking kuatnya Patih Kebo Iwa, pasir dan batu-batu yang ditimpakan di atas Pati h Kebo Iwa tadi berhasil dilontarkan ke atas. Itu membuktikan betapa kuatnya Patih Kebo Iwa dan tidak dapa t dibunuh dengan cara seperti itu. Pada akhirnya, Patih Kebo Iwa menyerahkan dirinya sendiri kepada Kerajaan Majapahit dan merelakan dirinya untuk dibunuh. Mengetahui hal ini, tentu pihak Kerajaan sangat marah. Kemudian, Patih Gajah Mada mengambil inisiatif berupa sebuah strategi perang untuk pergi ke Bali dengan berpura-pura menyerah dan minta diadakan perundingan di Bali.
Patih Gajah Mada berniat untuk menangkap Raja Bali pada saat itu, yakni Gajah Waktra dengan dalih menyerah dan ingin mengadakan perundingan di Bali. Ia pun berhasil hingga pada saat itulah kerajaan ini resmi runtuh dan berada dalam kekuasaan Kerajaan Majapahit. Setelah ditaklukkan oleh Kerajaan Majapahit, para penduduk Kerajaan Bali pun melarikan diri ke daerah pegunungan, masyarakat Bali Kuno ini sering disebut Bali Aga. Kini, mereka bisa kita temui di daerah Pulau Bali seperti di Desa Tenganan atau mungkin di daerah Tengangan Pengringsingan. Mereka memiliki adat dan pakaian adat sendiri yang khas dan sedikit berbeda dengan pakaian adat Bali pada umumnya.
BEBERAPA PENINGGALAN KERAJAAN BALI Sudah menjadi sifat alamiah jika suatu peradaban meninggalkan berbagai macam benda bersejarah. Demikian juga dengan Kerajaan ini. Banyak sekali peninggalan benda bersejarah yang ditinggalkan oleh kerajaan ini, seperti benda-benda berikut ini. 1. 2. 3. 4. 5.
Komplek Candi Gunung Kawi, terletak di Tampaksiring Prasasti Blanjong, dikeluarkan oleh Sri Kesari Prasasti-prasasti Raja Jayapangus, Udayana, Jayasakti, dan Anak W ungsu Seni keraton Seni rakyat
Memang banyak sekali peninggalan dari kerajaan ini. Tidak bisa dimungkiri, untuk mendapatkan dan mengidentifikasinya cukup sulit mengingat bukti sejarah yang kurang dan sebagian sudah mulai hancur dimakan zaman. Namun, kita masih bisa mengingatnya dengan berkunjung, melihat berbagai macam peninggalannya tadi, hingga merasakan dan mungkin membayangkan bagaimana kondisi pada saat it u. Tertarik? Silakan langsung berkunjung ke tempat-tempat bersejarah peninggalan Kerajaan Bali. Ingatlah bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu dan ingat dengan sejarahnya, ter masuk sejarah Kerajaan Bali. Kita pun bisa mengambil berbagai macam pelajaran dan pengalaman dari sana. Raja2 Bali sebelum Majapahit yang datanya di dapat berdasarkan prasasti : 1. Çri Keçari Warmad?wa (Saka 835/913M) 2. Çri Ugras?na (Saka 837-864/915-942M) 3. Agni Nripati (Saka 841-875/953-953 M) 4. Taban?ndra Warmad?wa (Saka 877-889/955-967 M) 5. Candrabhaya Singha Warmad?wa (Saka 878-896/956-974M) –> Pendiri Tirta Empul. 6. Jana Sadhu Warmad?wa (Saka 897/975M) 7. Gunapryadharmapatni-Dharmo dayana Warmad?wa (Saka 910-933/998-1011M) Memiliki tiga Putra : a. Airlangga (Kemudian menjadi Raja Kahuripan/Sebelum disebut Kadiri) b. Marakata c. Anak Wungsu 8. Çri Adnya Dewi (Saka 933-938/1011-1016M) 9. Marakata Pangkaja Sthana Tunggad?wa (Saka 938-962/1016-1040M) 10. Anak Wungsu (Saka 971-999/1049-1077M) 11. Sakalendu Kirana (Saka 1020-1023/1088-1101M)
12. Suradipa (Saka 1037-1041/1115-1119M) 13. Jaya Çakti (Saka 1055-1072/1133-1150M) 14. Ragajaya (Saka 1077-1092/1155-1170M) 15. Jayapangus (Saka 1099-1103/1177-1181M) 16. Arjaya Deng Jayaketana (Tidak diketemukan tahunnya, namun dari cara penulisan dan isinya diperkirakan antara Jayapangus dengan Ekajayalancana) 17. Ekajayalancana (Saka 1122-1126/1200-1204M) 18. Adhikuntiketana (Saka 1126/1204M) 19. Masula Masuli 20. Pameswara Çri Hyangning Hyang Adhidewalancana (Saka 1182-1208/1260-1286M) Serangan Prabhu Kerthanegara Raja Singhasari Saka 1208/1286M Pemerintahan Bali di bawah Singhasari : 1. Kryan Demung Sasabungalan (Saka 1206/1284M) 2. Kebo Parud Makakasir (Saka 1206-1246/1284-1324M) a. Kedatangan para Arya dan Rohaniwan Kerajaan Singhasari b. Kedatangan Para Mpu Keturunan Sapta Rsi bersama Bhujangga Runtuhnya Singhasari, Bali kembali Mandiri : 1. Bethara Çri Maha Guru (Saka 1246/1324M) 2. Çri Walajaya Krethaningrat (Saka 1250-1259/1328-1337M) 3. Asta Sura Ratna Bumi Banten (Saka 1259-1265/1337-1343M) Serangan Majapahit di bawah pimpinan Gajah Mada, bersama masuknya para Arya : 1. Arya Damar (1343-1345M) 2. Arya Kenceng (1343-1345M) 3. Arya Gajahpara (1343-1345M) Kemenangan akhirnya diperoleh walau pun dengan berbagai trik dan tipu muslihat sebab kalah sakti oleh orang Bali Aga dan Bali Mula. Pemerintahan Bali oleh Raja yang ditunjuk oleh Majapahit dan masih berasal dari Bali : 1. Kyayi I Gusti Agung Pasek Gelgel (Saka 1265-1272/1343-1350M) Pemerintahan Bali oleh Raja (Adipati/sekarang = Gubernur) yang ditunjuk oleh Majapahit dan masih berasal dari Jawa : 1. Çri Kresna Kapakisan / Adipati Samprangan (Saka 1272-1295/1350-1373M) Kemudian karena Çri Kresna Kapakisan merasa tidak sanggup memerintah Bali, maka bermaksud ingin meletakkan jabatan dan melapor ke Kota Raja Majapahit. Akhirnya Gajah Mada mengutus Arya Kepakisan sebagai Patih Agung untuk mendampingi Çri Kresna Kapakisan. Sebab Gajah Mada memahami bahwa rakyat Bali tetap tidak akan mau tunduk kepada Majapahit jika tidak dipimpin oleh bukan orang2 keturunan Bali. Arya Kepakisan adalah keturunan dari Prabu Airlangga (Raja Kahuripan) yang merupakan anak kandung dari Gunapryadharmapatni-Dharmodayana Warmad?wa. 2. Çri Agra Samprangan (Saka 1295/1373M) 3. Çri Smara Kapakisan (Saka 1302-1382/1380-1460M) 4. Dalem Watur Enggong (Saka 1382-1472/1460-1550M)
5. Dalem Bekung (Saka 1472-1502/1550-1580M) 6. Dalem Sagening (Saka 1502-1543/1580-1621M) 7. Dalem Di Made (Saka 1543-1573/1621-1651M) 8. Gusti Anglurah Ketut Karang (Saka 1572-1602/1650-1680M) 9. I Gusti Agung Maruti (Saka 1573-1599/1677-1651M) 10. I Dewa Agung Jambe (Saka 1599-1664/1722-1736M) 11. I Dewa Agung Di Made (Saka 1664-1742/1714-1792M) 12. I Dewa Agung Gde (Saka 1714-1759/1792-1837M) 13. I Dewa Agung Sakti (Saka 1759/1837M) 14, Dst ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,.................. - See more at: http://northmelanesian.blogspot.co.id/2013/01/sejarah-kerajaan-bali.html#sthash.VAGNkEJ9.dpuf
Setelah Kerajaan Tarumanegara (abad 5-7 M) runtuh di Jawa Barat terdapat beberapa Kerajaan. Sumber-sumber sejarahnya sejarahn ya diperoleh dari beberapa prasati. Seperti Batu Tulis dan Kebantenan (Bogor), Sanghyang Tapak (Sukabumi) dan berupa buku cerita Parahyangan. Nama Pajajaran pernah disebut di dalam prasati yang ditemukan di desa Kebon Kopi, Bogor. Prasaati itu berangka tahun 854 M. prasasti ini ditulis dengan bahasa melayu kuno. Isinya tentang seorang Rakryan juru pengambat yang menuliskan Raja Pajajaran. Sumber kesusasteraan yang lain menyebutkan bahwa Pajajaran sebagai suatu kerajaan di Jawa Barat. Kitab kesusasteraan itu adalah Kitab Carita Parah yangan (akhir abad ke 16). Kitab lain yang menyebutkan Kerajaan Pajajaran adalah Kitab Kitab Silisakanda ‘ng Karesian (1518). Berita Cina dari masa Dinasti Ming menyebut adanya Kerajaan Pajajaran. Kerajaan Sunda terletak di daerah Jawa Barat sekarang. Tak dapat dipastikan dimana pusat kerajaan ini sesungguhnya. Berdasarkan sumber sejarah berupa prasasti dan naskah-naskah berbahasa Sunda Kuno dikatakan bahwa pusat kerajaan Sunda telah men galami beberapa perpindahan. Menurut Kitab Carita Parahyangan, Ibukota kerajaan Sunda mula-mula di Galuh, kemudian menurut Prasasti Sanghyang Tapak yang ditemukan di tepi sungai Cicatih, Cibadak Sukabumi, Isi dari prasasti itu tentang pembuatan daerah t erlarang di sungai itu yang ditandai dengan batu besar di bagian hulu dan hilirnya. Oleh Raja Sri Jayabhupati penguasa kerajaan Sunda. Di daerah larangan itu orang tidak boleh menangkap ikan dan hewan yang hidup di
sungai itu. tujuannya mungkin untuk menjaga kelestarian lingkungan (agar ikan dan lain-lainnya tidak punah) siapa yang berani melanggar larangan itu, ia akan dikutuk oleh dewa-dewa. Kerajaan Sunda beribu kota di Parahyangan Sunda. Sementara itu menurut prasasti Astana Gede (Kawali – (Kawali – Ciamis) Ciamis) ibu kota kerajaan Sunda berada di Pakwan Pajajaran. Mengenai perpindahan kerajaan ini tak diketahui alasannya. Akan tetapi, hal-hal yang bersifat ekonomi, keamanan, politik, atau bencana alam lazim menjadi alasan perpindahan pusat ibu kota suatu kerajaan. Kerajaan Sunda menguasai daerah Jawa Barat untuk waktu yang lama, diantara rajanya, yang terkenal adalah Jaya Bhupati dan Sri Baduga Maharaja Jayabhupati Sebenarnya nama Sunda pernah disebut didalam prasasti yang temukan di desa Kebon Kopi Bogor. Prasasti itu berangka tahun 854. Prasasti itu ditulis dengan bahasa Melayu Kuno, isinya tentang seorang Rakrayan Juru Pengambat yang memulihkan raja Sunda. Sumber kesusastraan yang sampai kepada kita adalah Carita Parahyangan (dari akhir abad ke-16) kitab lain yang juga menyebut kerajaan Sunda adalah Kitab “Siksa Kandang Karesia” (1518), berita Cina dari masa Dinasti Ming menyebut adanya kerajaan Sunda. Didalam kita Carita Parahyangan disebutkan bahwa kerajaan itu memerintah seorang raja bernama Sanjaya. Tokoh itu dikenal juga dalam prasasti Canggal dari Jawa Tengah. Dalam kitab Carita Parahyangan disebutkan bahwa Raja Sanjaya menggantikan raja Sena yang berkuasa di Kerajaan Galuh. Kekuasaan raja Sena kemudian direbut oleh Rahyang Purbasora, Saudara seibu raja Sena. Sena sendiri menyingkir ke gunung Merapi bersama keluarganya. Setelah dewasa, Sanjaya berkuasa di Jawa Tengah. Ia berhasil merebut kembali kerajaan Galuh dari tangan Purbasora. Kerajaan kemudian berganti nama menjadi kerajaan Sunda. Setelah masa pemerintahan JayaBhupati, pada tahun 1350 yang menjadi raja di kerajaan Sunda adalah Prabu Maharaja. Ia mempunyai seorang putri bernama Dyah Pitaloka. Prabu Maharaja berperang melawan tentara Majapahit yang dipimpin Gajah Mada di daerah Bubat pada tahun 1354. dalam pertempuran itu raja Sunda bersama-sama para pengiringnya terbunuh. Kematian Raja Sunda dan pengiringnya membuat raja Majapahit yaitu Hayam Wuruk, marah besar kepada Gajah Mada, lalu Gajah Mada dipecat dari jabatannya. Sri Baduga Maharaja Ia adalah putra dari Ningrat Kancana. Sri Baduga merupakan raja yang besar. Ia membuat sebuah telaga yang diberi nama Telaga Rena Mahawijaya. Ia memerintahkan membangun parit di sekeliling ibukota kerajaannya yang bernama Pakwan Pajajaran. Raja Sri Baduga memerintah berdasarkan kitab hukum yang berlaku saat itu sehingga kerajaan menjadi aman dan tenteram. Keterangan tentang Raja Sri Baduga dapat kita jumpai dalam prasasti Batutulis yang ditemukan di Bogor. SILSILAH RAJA-RAJA KERAJAAN SUNDA PADJADJARAN Silsilah Raja-raja Sunda terhitung dari Tarusbawa sampai dengan seb elum Kawali dan Pajajaran, sebagai berikut : 1. TARUSBAWA (670 – (670 – 723 723 M) Maharaja Tarusbawa kemudian mendirikan ibukota kerajaan yang baru, di daerah pedalaman dekat hulu Cipakancilan. Dalam cerita Parahiyangan, tokoh Tarusbawa ini hanya disebut dengan gelarnya: Tohaan di Sunda (Raja Sunda). Ia menjadi cikalbakal raja-raja Sunda dan memerintah sampai tahun 723 M. Karena putera mahkota wafat mendahului Tarusbawa, maka anak wanita dari putera mahkota bernama Tejakancana, diangkat sebagai anak dan ahli waris kerajaan.Suami puteri inilah yang dalam tahun 723 menggantikan Tarusbawa menjadi Raja Sunda. 2. Sanjaya / Rakeyan Jamri / Prabu Harisdama (723 – (723 – 732M) 732M) ”’Cicit Wretikandayun”’ ini bernama Rakeyan Jamri. Sebagai penguasa Kerajaan Sunda ia dikenal dengan nama Prabu Harisdarma dan kemudian setelah menguasai Kerajaan Galuh ia lebih dikenal dengan Sanjaya.
Ibu dari Sanjaya adalah SANAHA, S ANAHA, cucu Maharani SIMA dari [[Kalingga]], di [[Jepara]]. Ayah dari Sanjaya adalah Bratasenawa / SENA S ENA / SANNA, Raja [[Galuh]] ketiga, teman dekat Tarusbawa. Sena adalah cucu Wretikandayun dari putera bungsunya, ”’Mandiminyak”’, raja Galuh kedua (702-709 M). Sena di tahun 716 M dikudeta dari tahta Galuh oleh PURBASORA. Purbasora dan Sena sebenarnya adalah saudara satu ibu, tapi lain ayah. Sena dan keluarganya menyelamatkan diri ke Pakuan, pusat Kerajaan Sunda, dan meminta pertolongan pada Tarusbawa. ”Ironis sekali sekali memang, Wretikandayun, kakek Sena, sebelumnya menuntut Tarusbawa untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari Tarumanegara Kerajaan Sunda.”Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh, dengan bantuan Tarusbawa, untuk melengserkan Purbasora. Setelah itu ia menjadi Raja Kerajaan Sunda Galuh. Sebagai ahli waris Kalingga, SANJAYA kemudian menjadi penguasa Kalingga Utara yang disebut Bumi MATARAM dalam tahun 732 M. ”’Dengan kata lain, Sanjaya adalah penguasa [[Sunda]], [[Galuh]] [[Galuh]] dan [[Kalingga]] / [[Kerajaan Mataram (Hindu)]].”’ Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada puteranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan atau Rakeyan Panaraban. 3. Tamperan Barmawijaya / Rakeyan Panaraban (732 – (732 – 739 739 M) Ia adalah kakak seayah Rakai Panangkaran, Raja Kerajaan Mataram ke 2, putera Sanjaya dari Sudiwara puteri Dewasinga Raja Kalingga Selatan atau Bumi SAMBARA.
Selama pemerintahan Kerajaan Pajajaran pernah dipimpin oleh enam raja. Mereka adalah Sri Baduga Maharaja (1482-1521), Surawisesa Surawisesa (1521-1535), ratu Dewata (1535-1543), Ratu Sakti (1543-1551) dan Ratu Nilakendra (1551-1567). Mereka semua memerintah Kerajaan Pajajaran di daerah Pakuan, dan Ratu Nilakendra adalah raja terakhir yang meninggalkan wilayah Pakuan. Sebab, pada saat itu Kerajaan Pajajaran diserang oleh Sultan Hasanuddin.