ANALISIS PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENGUPASAN OVERBURDEN ANTARA ANTARA METODE RIPPING DENGAN METODE DRILLING-BLASTING PADA PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TANJUNG ENIM, SUMATERA SELATAN
Proposal Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Kurikulum Pada Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi Medan
Oleh: RAFFLES PARSAORAN PANGGABEAN 12 306 079
TEKNIK PERTAMBANGAN PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN 2017
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batubara merupakan salah satu bahan bakar yang sangat berpotensi saat ini. Baik dalam industri kecil, menengah maupun dalam industri skala besar. Tetapi batubara juga sulit diambil atau ditambang karena letak batubara yang biasanya berada dibawah tanah.
Dengan
semakin
meningkatnya
jumlah
kebutuhan
akan
batubara
di
dunia
industri,
mengakibatkan perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan mempertimbangkan kondisi ini. Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan melakukan suatu usaha yang lebih efisien untuk mendapatkan batubara. Salah satunya dengan dilakukannya kegiatan penggerukan dan peledakan pada lokasi pertambangan dan mengangkut hasil penggerukan dan peledakan dengan alat angkut yang berkapasitas besar .
Pada area penambangan PT. Pamapersada Nusantara terdapat metode pengupasan tanah penutup atau overburden yaitu metode ripping dan metode drilling-blasting , setiap metode memiliki kelebihandan kekurangan masing-masing baik dari segi produktivitas yang dihasilkan maupun biaya yang dikeluarkan. Dari kelebihan dan kekurangan, baik produktivitas antara metode ripping dengan metode drilling-blasting Perlu dikaji agar penerapan metode ripping dan metode drilling-blasting menjadi efektif.
Dari latar belakang tersebut maka ditentukanlah judul, “Analisis Perbandingan Produktivitas dan Biaya Pengupasan Overburden Antara Metode Ripping Dengan Metode Drilling-
Blasting Di PT.Pamapersada Nusantara Tanjung Enim, Sumatera Selatan” 1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis metode pengupasan overburden antara metode ripping dengan metode drilling-blasting .
2. Untuk mengetahui dang menganalisis waktu edar alat mekanis gali-muat dan angkut pada saat pemuatan material hasil kegiatan ripping dan kegiatan drilling-blasting . 3. Untuk mengetahui dang menganalisa produktivitas metode ripping dan metode drillingblasting . 4. Untuk mengetahui dan menganalisis biaya yang dikeluarkan dari metode ripping dan metode drilling-blasting .
1.3.Rumusan Masalah
Permasalahan yang timbul dari penelitian ini adalah perbandingan produktivitas dengan metode ripping dan metode drilling-blasting yang memiliki kelebihan dan kekurangn masing-masing alat sehingga dapat perbandingan produktivitas dan biaya pengupasanoverburdennya.
1.4.Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya: 1. Alat Geruk yang digunakan diasumsikan sama. 2. Penelitian dilakukan dilapangan kerja PT.pamapersada Nusantara Jobsite Tanjung Enim, Sumatera Selatan. 3. Menganalisa hasil ripping dan drilling-blasting untuk perbandingan produktivitas alat gali muat. 4. Mencarimetode mana yang efektif dalam pengupasan overburden baik secara teknis maupun secara ekonomis.
II DASAR TEORI
2.1 Lapisan Tanah Penutup ( Overburden )
Lapisan Tanah Penutup (Overburden) adalah semua lapisan tanah atau batuan yang berada di atas dan langsung menutupi lapisan bahan galian berharga sehingga perlu disingkirkan terlebih dahulu sebelum dapat menggali bahan galian begharga tersebut. Lapisan tanah penutup (overburden) yang dapat ditemui umumnya dikelompokkan menjadi beberapa sifat yaitu : Material yang sangat mudah digali (sangat lunak)
Material yang mengandung sedikit air, misalnya pasir, tanah biasa, kerikil, campuran pasir dengan tanah biasa. -material yang banyak mengandung air, misalnya pasir lempungan, lempung pasiran, lumpur dan pasir yang banyak mengandung air (quick sand ). Material yang lebih keras (lunak)
Misalnya tanah biasa yang bercampur kerikil, pasir yang bercampur dengan kerikil, pasir yang kasar. Material yang setengah keras (sedang)
Misalnya batubara, shale (clay yang sudah mulai kompak), batuan kerikil yang mengalami sementasi dan pengompakan, batuan beku yang sudah mulai lapuk, dan batuan-batuan beku yang mengalami banyak rekahan-rekahan. Material yang keras
Misalnya sandstone, limestone, slate, vulcanic tuff , batuan beku yang mulai lapuk, mineralmineral penyusun batuan yang telah mengalami sementasi dan pengompakan. Material sangat keras
Misalnya batuan-batuan beku dan batuan-batuan metamorf, contohnya granit, andesit, slate, kwarsit dan sebagainya.
Batuan yang masif
Yaitu batuan-batuan yang sangat keras dan kompak seperti batuan beku berbutir halus. 2.1.2 Sifat Teknis Material
Pembongkaran batuan melalui penggaruan (ripping ) dan pemboran untuk peledakan dipengaruhi oleh sifat-sifat teknis dari material (batuan) tersebut diantaranya :
1).Tekstur Tekstur menunjukkan struktur butiran dari batuan dan dapat diklasifikasikan berdasarkan sifatsifat prositas, density, dan ukuran butir. Porositas batuan dipengaruhi oleh besarnya butiran penyusun batuan tersebut. Semakin besar prositas batuan berarti semakin banyak rongga antar butir, sehingga lebih mudah dalam penggaruan (ripping ). Tekstur juga akan mempengaruhi dalam kecepatan pemboran.
2).Struktur Batuan Struktur batuan seperti patahan, rekahan, bidang perlapisan, jenis batuan, dip dan strike akan mempengaruhi dalam kekuatan struktur batuan. Struktur batuan akan berpengaruh terhadap penggaruan, kelurusan lubang bor dan kecepatan pemboran.
3).Abrasivitas Abrasivitas adalah suatu parameter yang mempengaruhi keausan (umur) mata bor (drill bit ) atau batang bor (drill steel ). Kandungan kuarsa dalam batuan biasanya dianggap sebagai petunjuk untuk mengukur abrasivitas (keausan batang bor). Semakin banyak kuarsa yang terkandung di dalam batuan akan memberikan nilai abrasivitas yang lebih tinggi.
4).Kekerasan/Kekuatan Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap tusukan,goresan, abrasi atau pemotongan. Kekerasan batuan dapat juga dipakai untuk menyatakan besarnya tegangan yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan pada batuan.
Tabel 2.2 Klasifikasi Kuat Tekan Batuan (Bieniawski, 1973)
Klasifikasi
Kuat Tekan (Mpa)
Sangat keras
250-700
Keras
100-250
Keras sedang
50-100
Lunak
25-50
Sangat lunak
1-25
2.2 Metode pembongkaran lapisan overburden
Ada banyak cara yang dilakukan oleh perusahaan tambang dalam upaya pembongkaran lapisan tanah penutup (overburden) dalam hal ini penulis hanya mengambil dua metode yaitu metode garu (ripping ) dan peledakan (blasting )
2.2.2 Alat yang Digunakan dalam Proses Ripping-Dozing
Dalam
proses
ripping-dozing lapisan overburden, alat yang digunakan adalah Bulldozer.
Alat ini dilengkapi dengan blade jenis universal blade (u-blade). Blade jenis ini memiliki sayap pada sisi-sisinya sehingga memungkinkan untuk mendorong muatan lebih banyak. Untuk penggeraknya, alat
ini
menggunakan crawler sedangkan untuk menggerakkan bilahnya
menggunakan tenaga hidrolik sehingga sangat cocok untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi seperti dalam kegiatan penambangan Selain itu, alat ini juga dilengkapi dengan alat penggaru yaitu ripper jenis giant shank ripper . Ripper ini hanya terdiri atas satu shank yang memiliki penetrasi maksimum sebesar 1,23 meter dan cocok digunakan untuk menggaru material yang keras. Bulldozer adalah jenis peralatan konstruksi (biasa disebut alat berat atau construction equipment ) bertipe traktor menggunakan Track / rantai serta dilengkapi dengan pisau (dikenal dengan blade) yang terletak di depan. Bulldozer diaplikasikan untuk pekerjaan menggali, mendorong dan menarik material (tanah, pasir, dsb). Istilah bulld ozer sering kali digunakan untuk menggambarkan semua tipe alat berat ( Eksavator, Loader , dsb) meskipun istilah ini tepatnya hanya menunjuk ke traktor berantai yang dilengkapi dengan blade.
2.2.3.Aktivitas Ripping-Dozing
Tahapan dalam proses ripping-dozing overburden yang dilakukan pada lokasi penelitian adalah :
a.Tahap Pemberaian Informasi Sebelum dilakukan proses ripping , operator bulldozer memerlukan informasi dari pengawas ( supervisor ) mengenai lokasi daerah yang akan di-ripping .
b.Tahap Persiapan Lahan Persiapan ini berupa perataan tanah agar tidak terdapat tumpukan batuan atau tanah yang akan menghalangi kerja dari bulldozer . Proses perataan tanah ini dilakukan dengan cara mendorong tanah menggunakan blade sehingga tidak ada lagi tanah (batuan) yang bertumpuk pada lahan yang akan di-ripping
c.Penentuan Jarak (Spasi) dan Metode Ripping yang Digunakan
Jarak ripping tergantung dari ukuran material yang ingin dihasilkan, apabila diinginkan material dengan ukuran yang kecil maka jarak ripping harus rapat dan begitupun sebaliknya. Metode ripping yang digunakan adalah silang- siur yang memotong bidang perlapisan batuan. d.Proses Ripping Proses ripping batuan dimulai dengan penetrasi ripper ke dalam tanah, lalu bulldozer mulai bergerak maju dan secara otomatis ripper akan bergerak maju dan membelah batuan yang dilewatinya. Ripping harus dilakukan dalam satu garis lurus untuk menghindari patahnya ripper . Untuk material yang lebih keras, satu jalur dapat di-ripping dua kali atau proses ripping dapat diulang kembali e.Pendorongan ( Dozing ) Material Hasil Ripping Tahapan ini bertujuan untuk mendorong material hasil dari ripping ke arah alat gali-muat sebagai umpan untuk digali serta untuk memudahkan Bulldozer Komatsu melakukan proses ripping pada lapisan di bawahnya.
2.2.4.Kemampugaruan ( Rippability ) Overburden
Lapisan Overburden merupakan lapisan tanah yang keras yang terdiri atas batu pasir-lanauan ini memiliki specific gravity 2,73-2,85 dan nilai UCS 3,30 MPa Menurut Bell (2004), apabila nilai UCS berkisar antara 3,0-10,0 MPa maka batuan tersebut termasuk kategori hard ripping Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa overburden pada lokasi penambangan dikategorikan hard ripping atau cukup sulit untuk dilakukan proses ripping pada lapisan tersebut. 2.2.5 Produktivitas Dozing
Salah satu cara yang diperkenalkan untuk mengestimasi produktivitas dozing adalah dengan menggunakan kurva produksi. Komatsu memberikan kurva produksi untuk mengestimasi volume material yang dapat didorong oleh Komatsu Dozers, Karena pada lokasi penelitian, bulldozer yang digunakan adalah tipe D9R maka untuk mengestimasi produktivitasnya digunakan kurva D. Jumlah produksi yang ada pada kurva tersebut merupakan nilai maksimum yang didasarkan pada kondisi ideal, yaitu efisiensi kerja 100% atau 60 menit/jam, power-shift machine dengan waktu tetap 0,05 menit, menggunakan blade dengan kontrol hidraulik, dan koefisien traksi untuk jenis track adalah ≥ 0,5 sedangkan untuk jenis wheel adalah ≥ 0,4. Karena estimasi produksi dozing yang ada pada kurva adalah produksi maksimum, maka dibutuhkan faktor koreksi agar estimasi tersebut mendekati keadaan aslinya Selain itu terdapat grafik hubungan antara persen grade dengan faktor koreksi.
2.3.Peledakan ( blasting ) 2.3.1 Peledakan
Peledakan dilakukan agar kita dapat memperoleh batuan dari kedaan insitunya sehingga dapat memungkinkan material tersebut untuk digali, dimuat dan diangkut kemudian diproses lebih lanjut (Suwandhi Awang. 2004 ) Dalam operasi peledakan, selalu terkait dua unsur utama yang memengang peranan penting yang mempengaruhi keberhasilan peledakan, yaitu karakteristik: Batuan yang di ledakkan Bahan peledak yang di gunakan
Untuk memilih metode peledakan yang akan di terapkan di perlukan menguasai pengetahuan yang baik terhadap dua unsur tersebut di atas.
Teknik peledakan yang di pakai tergantung atas tujuan peledakan dan pekerjaan atau proses lanjutan setelah peledakan. Agar aktivitas peledakan berhasil sesuai dengan yang di rencanakan, faktor-faktor berikut perlu diperhatikan:
1. Karakteristik atau sifat batuan yang akan di ledakkan, termasuk data geoteknik. 2. Sifat-sifat bahan peledak. 3. Teknik atau metode peledakan yang di pakai. Suatu peledakan biasanya dilakukan dengan cara membuat lubang tembak yang di isi sejumlah bahan peledak. Dengan pengetahuan teknik / metode peledakan, dapat direncanakan geometri peledakan dan jumlah bahan peledak yang sesuai seperti yang di harapkan. 2.3.2 Proses Kegiatan Peledakan
Kegiatan peledakan adalah upaya untuk membongkar lapisan overburden. Mengingat lapisan batuan di sini mempunyai tingkat kekerasan yang cukup tinggi, maka tidak ekonomis lagi apabila menggunakan metoda Ripping-Dozing .
1) Persiapan Peledakan Tahapan persipan peledakan ini berupa pengambilan bahan peledak, pendistribusian bahan peledak, pencampuran bahan peledak, pembuatan primer, pengisian bahan peledak, dan lainnya. 2.3.3. Proses Pecahnya Batuan Akibat Peledakan
Konsep yang di pakai di sini adalah proses pemecahan dan reaksi-reaksi mekanik dalam batuan homogen. Perlu ditekankan bahwa sifat mekanis dalam batuan yang homogen akan berbeda dengan sifat mekanis batuan yang mempunyai rekahan dan heterogen seperti yang sering di jumpai dalam pekerjaan peledakan. Proses pemecahan batuan akibat peledakan di bagi menjadi tiga tahap sebagai berikut :
Bidang Bebas
Pada tahap pertama terjadi penghancuran batuan disekitar lubang ledak dan diteruskannya energi ledakan kesegala arah.
Retakan disekitar lubang ledak Energi ledakan menghancurkan batuan disekitar lubang tembak Energi ledakan diteruskan ke segala arah Bidang Bebas
Pada tahap kedua energi ledakan yang bergerak sampai bidang bebas menghancurkan batuan pada dinding jenjang tersebut Pecahnya batuan pada dinding jenjang diakibatkan tegangan tarik
Bidang Bebas
Pada tahap terakhir, energi ledakan yang dipantulkan oleh bidang bebas pada tahap sebelumnya,dan ekspansi gas akan menghancurkan batuan dengan lebih sempurna
Lubang tembak
Gambar 2.3. Proses pecahnya batuan akibat peledakan. 2.3.4 Pemboran
Kegiatan pemboran adalah suatu kegiatan membuat lubang tembak pada batuan yang akan dibongkar dan dipecahkan dengan menggunakan alat bor. Tujuan dari pemboran ini adalah membuat lubang tembak untuk tempat isian bahan peledak. Salah satu keberhasilan peledakan batu gamping sangat ditentukan oleh pembuatan lubang tembak
yang dilakukan. Pemboran
yang tidak sempurna akan memberi hasil peledakan yang tidak sesuai apa yang diharapkan (Koesnaryo, S, 2001 ). Pada dasarnya prinsip pemboran adalah untuk mendapatkan kualitas lubang tembak yang baik yang dihasilkan melalui pemboran yang cepat dan dalam posisi yang tepat. Arah pemboran dapat vertical , miring ataupun horizontal .
2.3.5 Proses Kegiatan Pemboran
Pemboran adalah salah satu kegiatan penambangan untuk pembuatan lubang ledak pada pembongkaran lapisan interburden. Pada pelaksanaan di lapangan pemboran yang dominan dilakukan adalah pemboran vertikal dengan alasan : Kemungkinan terjadinya lontaran batuan lebih sedikit. Lebih mudah dalam pengerjaannya. Lubang ledak yang dibuat dangkal hanya 5 sampai 6 meter.
1) Persiapan Pemboran Pada tahap persiapan ini hal yang harus dilakukan adalah : a) Melakukan pembersihan area untuk kerja alat bor dengan menggunakan alat berat mekanis excavator dan bulldozer supaya mempermudah perpindahan alat bor dari lobang yang satu ke lobang yang lainnya. b) Pengukuran dan penandaan titik yang akan dibor. Kegiatan ini dilakukan oleh helper atau karyawan, pengukuran diawali dari arah free face. c) Pemasangan tanda kerja alat bor yang berupa pita atau bendera, pemasangan pita atau bendera ini bertujuan agar peralatan dan karyawan yang tidak berkepentingan dilarang masuk area kerja alat bor. d) Juru ledak memberi informasi kepada juru bor tentang kebutuhan kedalaman lubang ledak yang dibutuhkan.
2) Tahapan pekerjaan pemboran lubang ledak adalah sebagai berikut: a) Menempatkan dan menyiapkan posisi alat untuk membor suatu titik. b) Pelaksanaan pemboran yang diawali dengan menghidupkan kompresor agar cutting dapat terangkat ke atas. Menara bor diatur sedemikian rupa sehingga arah pemboran sesuai dengan yang direncanakan, Setelah mencapai kedalaman yang diinginkan maka dilakukan pengangkatan batang bor.
3) Pemindahan Alat Bor Setelah kegiatan pemboran selesai dilakukan, maka alat bor dijauhkan dari lokasi pemboran, minimal 300 meter agar tidak mengganggu proses peledakan.
2.3.6 Produktivitas Alat Bor
Produktivitas alat bor dinyatakan dalam produksi alat dalam tiap jamnya. Hal ini dipengaruhi oleh : a. Kapasitas alat b. Faktor koreksi, yang terdiri dari efisiensi kerja, skill operator, availability alat dan sebagainya. Pada laporan ini faktor koreksi yang dianggap berpengaruh dibatasi pada efisiensi kerja dan avalability alat bor. c. Cycle time (Waktu edar)
1. Waktu Edar Pemboran Merupakan waktu yang diperlukan alat bor untuk membuat satu lubang ledak dengan kedalaman tertentu, termasuk adanya hambatan-hambatan yang terjadi selama kegiatan pemboran berlangsung. Persamaan waktu edar pemboran untuk batang bor tunggal yaitu :
Ct = Pt + Bt + St + Dt Keterangan : Ct
=
Waktu edar pemboran
Pt
=
Waktu untuk mengambil posisi mesin bor ke titik pemboran
Bt
=
Waktu untuk membor
St
=
Waktu untuk meniup cutting, mengangkat, melepas dan menyambung batang bor
Dt
=
Waktu untuk mengatasi hambatan (komponen waktu dinyatakan dalam menit.
Pengamatan siklus pemboran dilakukan berkali-kali sampai diperoleh data yang cukup. Semakin banyak jumlah pengamatan (n), hasilnya akan memberikan gambaran kondisi nyata di lapangan. Persamaan siklus pemboran rata-rata : Ctr = Σ Ct / n
Kedalaman rata – rata lubang bor : Hr
= ΣH/n
1.Kecepatan Pemboran Rata-Rata
Dari hasil pengamatan akan diperoleh kecepatan pemboran rata – rata, yaitu kecepatan pemboran yang dicapai per satuan waktu dengan memperhitungkan seluruh elemen waktu yang diperlukan untuk kegiatan pemboran dalam satu putaran peledakan, dinyatakan dalam m/menit. Produksi alat bor per jam dapat dirumuskan sebagai berikut : P=
QxFk Ct
Dimana : P
= Produksi / jam
Q
= Kapasitas produksi
Fk
= Faktor koreksi
Ct
= Cycle time
2.3.7 Pola Pemboran
Pola pengeboran lubang tembak yang biasanya digunakan pada tambang terbuka yaitu (Koesnaryo, S, 2001 ): 1. Square Pattern (pola bujur sangkar) yaitu pola yang jarak antar burden dan spasi sama dimana letak baris pertama dan kedua sejajar (gambar 3.1a). 2. Rectangular Pattern (pola persegi panjang) dimana letak jarak spasi lebih panjang dari jarak burden (gambar 3.1b). 3. Stanggered Pattern (pola selang seling) dimana letak baris pertama dan kedua tidak sejajar atau selang-seling yang tujuannya agar distribusi energi peledakan lebih merata (gambar 3.1c).
2.3.8 Diameter Lubang Ledak
Untuk diameter lubang ledak merupakan faktor yang penting dalam merancang suatu peledakan, karena akan mempengaruhi dalam penentuan jarak burden dan jumlah bahan peledak yang digunkan pada setiap lubangnya. Untuk diameter lubang ledak yang kecil, maka energi yang dihasilkan akan kecil. Sehingga jarak antar lubang bor dan jarak ke bidang bebas haruslah kecil juga, dengan maksud agar energi ledakan cukup kuat untuk menghancurkan batuan begitu pula sebaliknya.
Diameter lubang ledak juga berpengaruh terhadap panjang stemming. Untuk menghindari getaran (vibrasi) maupun batuan terbang ( flyrock ), apabila lubang ledak berdiameter besar maka stemming harus panjang sedangkan lubang ledak berdiameter kecil maka stemming menjadi pendek (Gambar 3.2) Namun dalam hal ini panjang stemming juga dapat mempengaruhi fragmentasi batuan hasil dari pada peledakan, stemming yang terlalu panjang dapat mengakibatkan terbentuknya bongkah apabila energi ledakan tidak mampu untuk menghancurkanbatuan di sekitar stemming tersebut, dan stemming yang terlalu pendek bisa mengakibatkan terjadinya batuan terbang dan pecahnya batuan menjadi lebih kecil.
2.4.Memperkirakan Produksi Bulldozer
Produksi bulldozer di hitung bila dipergunakan untuk mendorong yanah dengan gerakan gerakan yang teratur, misalnnya pada penggalian selokan, pembuatan jalan raya, penimbunan kembali ( Back Filling ) dan penumpukan atau penimbunan (Stock Filling ). Data yang diperlukan untuk menghitung produksi perhitungan bulldozer adalah: 1.
Waktu tetap (memindahkan gigi, berhenti)
2.
Waktu mendorong muatan
3.
Waktu kembali ke belakang
4.
Jarak lintasan ( pulang pergi)
5.
Kapasitas bilah ( Blade Capacity)
6.
Faktor pengembangan (Swell Factor )
7.
Efisiensi Kerja
Berdasarkan data-data di atas, maka produksi bulldozer dapat di hitung dengan menggunakan rumus:
Dimana : P
= Produksi bulldozer
E
= Efisiensi kerja
I
= Swell Factor (faktor pengembangan)
H
= Kapasitas Blade
Ct
= Cycle time (waktu daur/edar)
Rumus lain yang dapat digunakan untuk menghitung produksi bulldozer adalah: a.
P
= PMT x FK
b.
PTM
= KB x T
c.
T
= 60/ Ct
d.
Ct
= J/F x J/R x Z
Dari rumus-rumus di atas dapat disederhanakan menjadi :
Dimana : P
= Produksi bulldozer
PTM
= Produksi maksimum teoritis dengan efisiensi 100%
m2/jam FK
= Faktor koreksi
KB
= Kapasitas bilah ( m3 )
T
= Lintasan/jam
Ct
= Waktu daur/edar (Cycle time), menit
J
= Jam kerja (menit)
F
= Kecepatan ( Forward velocity), meter/menit
R
= Kecepatan mundur ( Reserve velocity), meter/menit
Z
= Waktu tetap (menit)
2.4.1. Efesiensi Kerja Alat Mekanis
Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu kerja efektif dengan waktu kerja yang di sediakan oleh perusahaan. Efesiensi kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
2.4.2.Penilaian Terhadap Efektifitas Dan Kondisi Alat
Untuk melakukan penilaian terhadap efektifitas dan kondisi alat mekanis, perlu dilakukan terhadap masing-masing komponen berikit:
1. Avaibility I ndex Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis alat yang sesunggunya dari alat yang sedang dipergunakan Persamaan yang digunakan adalah :
Dimana : W = “Working hourse” atau jumlah jam kerja R = “ Repair hourse” atau jumlah jam untuk Perbaikan Keterangan : W = Waktu yang dibebankan kepada seorng operator suatu alat yang dalam kondisi padat dioprasikan, artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi pula tiap hambatan yang ada.termasuk dalam hambatan tersebut adalah waktu untuk pulang pergi ke front kerja, pindah tempat, pelumasan dan pengisian bahan bakar, hambatan karena keadaan cuaca. R = Waktu untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang serta waktu perawatan preventif
2.Physical Avaibillity / Operational Avaibility Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang sedang dipergunakan. Persamaannya adalah:
Dimana : S = “Standby Hours” atau jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam keadaan siap oprasi. W + R + S = “Schedulet Hours” atau jumlah seluruh jam jalan dimana alat di jadwalkan untuk beroprasi
3.Use Of Avaibillity Menunjukan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk beroprasi pada saat alat tersebut dapat di pergunakan ( Avaibillity). Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Angka “Use Of Avaibillity” biasanya dapat memperlihatkan seberapa efektif suatu alat yang tidak sedang rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat menjadi ukuran seberapa baik menejemen peralatan.
4.E ffective Utilization Menunjukan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat dipergunakan untuk kerja efektif. Efective Utilization sebenarnya sama dengan pengertian efesiensi kerja. Persamaan yang digunakan adalah:
Dimana : W+R+S+T = “Total hours available” atau “ schedule hours atau jumlah jam kerja yang tersedia
2.4.2.Penilaian Terhadap Faktor Keserasian ( Match F actor )
Untuk menyatakan keserasian ( synchronization) kerja alat muat dengan alat angkut dapat dilakukan penilaian terhadap faktor keserasian (match factor ), yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana : Na = Jumlah alat angkut, buah Nm = Jumlah alat muat, buah Ctm = Waktu edar alat muat, menit Cta = Waktu edar alat angkut Bila hasil dari perhitungan ternyata : a. Faktor keserasian < 1. Maka alat muat akan sering menganggur b. Faktor keserasian > 1. Maka alat angkut kan sering menganggur. c. Faktor keserasian = 1. Maka alat angkut dan alat muat akan sama-sama sibuk (sudah serasi) dan tidak ada yang menunggu.
2.5. Produksi Peledakan 2.5.1. Target Produksi
Target produksi merupakan jumlah batuan yang di ledakkan yang dihitung dari luas area dan kedalaman lubang ledaknya. Persamaan umum yang digunakan untuk menentukan target produksi peledakan adalah:
W = A x L x dr
Dimana : W = Jumlah batuan yang diledakkan, ton A = Luas daerah yang diledakkan, m2 L = Tinggi jenjang, m dr = Bobot isi batuan, ton/m3
2.5.2 Effisiensi Kerja ( operating efficiency )
Pekerja atau mesin tidak selamanya bekerja 60 menit dalam sejam, karena hambatan-hambatan kecil akan selalu terjadi, misalnya : menunggu alat, pemeliharaan dan pelumasan mesin-mesin, dll. Ini perlu dibedakan dari hambatan-hambatan karena kerusakan alat-alat atau pengaruh iklim. EK
WP
=
x100%
WT
Dimana : Ek
= Effisiensi waktu pemboran (%)
WP
= Waktu kerja + Waktu stand by
WT
= Jumlah waktu kerja terjadwal (detik)
Effisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu produktif dengan waktu kerja tersedia, menurut pengalaman dilapangan effisiensi kerja jarang dapat mencapai lebih dari 83%. Beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian terhadap effisiensi kerja, antara lain : a. Waktu kerja penambangan Waktu kerja penambangan adalah jumlah waktu kerja yang digunakan untuk melakukan kegiatan penambangan, meliputi kegiatan penggalian, pemuatan, dan pengangkutan. Effisiensi kerja akan semakin besar apabila banyaknya waktu kerja penambangan semakin mendekati jumlah waktu yang tersedia. b. Hambatan yang terjadi Jika jumlah jam kerja dapat dimanfaatkan secara efektif, maka diharapkan sasaran produksi kegiatan pemuatan dan pengangkutan dapat terpenuhi. Namun kenyataannya dilapangan sering terjadi beberapa hambatan sehingga mengurangi jam kerja efektif alat.
c. Banyaknya curah hujan Turunnya hujan akan berpengaruh terhadap volume produksi dari kegiatan kerja dilapangan, terutama apabila sringkali terjadi dengan curah hujan yang besar. Maka dari itu perlu sekali diperhatikan besar kecilnya curah hujan dari hujan rata-rata yang pernah terjadi, untuk dianalisa bagaimana pengaruh hujan tersebut terhadap waktu kerja maupun volume yang dihasilkan.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Berdasarkan jenis data penelitian ini dikategorikan sebagai pe nelitian langsung. Berdasarkan permasalahannya, penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian langsung kelapangan berdasarkan metode dalam melakukan pengolahan data dan penarikan k esimpulannya, maka penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian langsung.
3.2.1. Teknik Pengumpulan Data
Dalm penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Studi literatur Studi literatur dilakukan sebelum dan selama penelitian. Literatur yang digunakan sebagai acuan tidak hanya sebatas buku namun dapat pula mengambil bahan-bahan lain misalnya dari artikel, jurnal ilmiah, dan internet ataupun informasi dari penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan
2. Pengamatan Lapangan Tahapan ini meliputi pekerjaan pengamatan kegiatan ripping dan drilling-blasting , produktivitas aktivitas ripping dan drilling-blasting, cyle time alat muat-angkut material hasil ripping dan drilling -blasting produktivitas dalam proses ripping dan drilling-blasting serta perizinan yang ada.
3.2.1. Teknik Pengumpulan Data
Dalm penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Studi literatur Studi literatur dilakukan sebelum dan selama penelitian. Literatur yang digunakan sebagai acuan tidak hanya sebatas buku namun dapat pula mengambil bahan-bahan lain misalnya dari artikel, jurnal ilmiah, dan internet ataupun informasi dari penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan
2. Pengamatan Lapangan Tahapan ini meliputi pekerjaan pengamatan kegiatan ripping dan blasting,produktivitas aktivitas ripping dan blasting,cyle time alat muat-angkut material hasil ripping and blasting biaya yang dikeluarkan dalam proses ripping dan blasting serta perizinan yang ada. 3. Pengumpulan Data a. Data Primer Data yang langsung diperoleh dari pengamatan di lapangan yaitu : Fill Factor Efisiensi Kerja Alat Mekanis Cycle time Alat Mekanis Geometri Peledakan
b. Data Sekunder Spesifikasi Alat Harga BBM dan Data Konsumsi BBM Harga Alat Mekanis Harga perlengkapan kegiatan peledakan
3.2. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggabungkan data sekunder yang diperoleh dari studi literatur dengan data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan yang berupa data primer. Setelah mengumpulkan data tersebut di atas, dilanjutkan dengan pengolahan data yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengelompokkan data untuk memudahkan dalam menganalisa data yang ada.
3.3. Pengambilan Kesimpulan
Pengambilan kesimpulan dari analisa yang dilakukan dilapangan, dengan cara melihat perbedaan produktivitas dan biaya dari kedua metode yakni metode ripping dan drilling-balsting. Serta menghitung biaya produksi overburden dengan metode ripping dan drilling-balsting.
3.4 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Studi Liberatur
Pengamatan
Pengumpulan Data
Data Primer
Data Sekunder
Fill Factor Efisiensi Kerja Alat
Spesipikasi Alat Harga BBM dan Data Konsumsi
Mekanis Cycle Time Alat Mekanis Geometri Peledakan
BBM Harga Alat Mekanis Harga Perlengkapan Kegiatan Peledakan
Pengolahan Data Menghitung Produktivitas alat gali-muat dan angkut dengan
menggunakan metode ripping dan drilling-blasting Menghitung bbiaya produktivitas overburden dengan
menggunakan metode ripping dan drilling-blasting Perbandingan produktivitas dan biaya produksi overburden
antara menggunakan metode ripping dan drilling-blasting
Analisis
Menganalisis metode pengupasan overburden yang mana lebih efektif baik dari segi biaya yang dikeluarkan maupun dari segi teknis
Kesimpulan
3.5 Jadwal Pelaksanaan
Rencana pelaksanaan Tugas Akhir adalah mulai bulan Juli sampai dengan September 2017, dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut: Waktu Pelaksanaan No
Kegiatan
Minggu Ke 1
1.
Orientasi Lapangan
2.
Pengumpulan Referensi dan Data
3.
Konsultasi dan Bimbingan
4.
Pengolahan Data
5.
Penyusunan Draft Laporan
2
3
4
5
6
7
8
3.5 Penutup
Demikianlah proposal ini saya ajukan sebagai acuan dalam melaksanakan Tugas Akhir, serta sebagai bahan pertimbangan untuk Bapak/Ibu. Melihat keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki, maka saya sangat mengharapkan bantuan dan dukungan, baik berupa moril maupun materil dari pihak perusahaan untuk melancarkan Tugas Akhir ini. Adapun rencana waktu pelaksanan dalam Tugas Akhir ini adalah selama dua bulan yaitu antara bulan Juli sampai dengan bulan September 2017. Besar harapan saya agar kiranya dapat diterima untuk melaksanakan Tugas Akhir di PT. PAMA PERSADA NUSANTARA TANJUNG ENIM, SUMATERA SELATAN yang Bapak/Ibu pimpin, mengingat sangat pentingnya program Tugas Akhir yang akan saya lakukan ini. Atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Mengajukan Permohonan, Nama
: Raffles Parsaoran Panggabean
Nim
: 12 306 079
Jurusan
: Teknik Pertambangan
Telp
: +62813- 5477- 4960
e-mail
:
[email protected]