USULAN PENELITIAN
ANALISIS MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA RIGHT ISSUE PADA PERUSAHAAN MEMPUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 2001-2007)
Diajukan oleh: FAOZAN EL MUFID NPM: 06.0033.SA
JENJANG PENDIDIKAN PROGRAM SARJANA (S1) JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMM MATARAM
2
2010
PERSETUJUAN USULAN PENELITIAN SKRIPSI
ANALISIS MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA RIGHT ISSUE PADA PERUSAHAAN MEMPUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 2001-2007)
Diajukan oleh: FAOZAN EL MUFID NPM: 06.0033.SA
Mataram, ........................................
Mataram, ........................................
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Drs. Irianto, M.M. NIP: 19580113.199003.1.001
Erna Widiastuty, S.E., M.Si. NIP: 19771206.200801.2.012
ANALISIS MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA RIGHT ISSUE PADA PERUSAHAAN MEMPUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 2001-2007) 1. LATAR BELAKANG Dalam menjalankan usahanya, perusahaan memerlukan modal, terutama untuk keperluan operasional rutinnya. Untuk memperoleh modal tersebut, perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjual kepada publik melalui penjualan saham kepada masyarakat. Yaitu dengan penawaran perdana (initial public offering), atau penawaran kedua, ketiga dan seterusnya (seasoned equity offering), atau right issue. Salah satu cara untuk mendapatkan modal tersebut adalah dengan menjual saham perusahaan kepada pemegang saham lama (right issue). Right issue juga disebut sebagai penawaran saham terbatas. Right issue merupakan hak bagi pemegang saham lama untuk bisa memesan terlebih dahulu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sehingga, right issue sering digunakan oleh perusahaan untuk mendapatkan modal tambahan. Pihak perusahaan mengeluarkan hak tersebut kepada para pemegang saham lama (pemegang saham saat ini). Hak yang diberikan perusahaan akan memberikan kebebasan kepada pemegang saham tersebut untuk menambah saham yang sudah mereka tanam di perusahaan tersebut. Perusahaan bahkan bisa saja memberikan potongan harga terhadap harga saham yang berlaku saat ini jika pemegang saham tersebut membeli saham mereka (Greenblatt, 2008). Dengan adanya hak (dan bukan kewajiban) kepada pemegang saham untuk membeli saham perusahaan dengan harga diskon, perusahaan dapat memperoleh tambahan modal yang dibutuhkan sekaligus memberi peluang 1
yang sama kepada semua pemegang saham untuk membeli saham baru yang diterbitkan. Jika pemegang saham sekarang ikut serta dalam menggunakan hak belinya atas tambahan saham yang ditawarkan oleh perusahaan dalam penawaran terbatas tersebut, kepentingan mereka tidak akan terganggu dengan adanya penjualan saham baru dengan harga yang lebih rendah. Namun, jika pemegang saham tidak mau membeli saham tambahan, mereka dapat menjual hak mereka kepada pasar dengan harga yang murah (Greenblatt, 2008). Dengan penawaran harga yang murah oleh perusahaan kepada pemegang saham lama, diharapkan perusahaan akan mendapatkan tambahan dana relatif cepat. Untuk itu, kinerja perusahaan haruslah terlihat bagus agar pemegang saham lama tersebut mau melakukan right issue. Terkadang, agar kinerja perusahaan terlihat bagus, pihak manajemen berusaha untuk mengatur laba perusahaan, yaitu dengan menaikkan/menurunkan laba perusahaan, atau meratakan laba perusahaan. Cara-cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengatur laba tersebut disebut dengan Manajemen Laba. Ada beberapa cara yang bisa digunakan oleh manajemen dalam manajemen laba, di antaranya adalah pemilihan metode akuntansi atau melakukan kebijakan akrual (Astuti, 2005). Discretionary accruals merupakan kebijakan yang paling sering dilakukan dalam manajemen laba, yaitu dengan mengendalikan transaksi akrual sehingga laba terlihat tinggi. Transaksi tersebut tidak mempengaruhi aliran kas, melainkan hanya akan mempengaruhi kualitas laba suatu perusahaan. Transaksi akrual dalam perusahaan bisa terjadi secara normal, atau karena manajemen ingin mengatur laba. Transaksi akrual yang terjadi secara
normal berdasarkan kinerja dari perusahaan dan strategi bisnis yang dilakukan perusahaan, konvensi industri, kejadian-kejadian makro atau karena faktorfaktor ekonomi lainnya disebut non-discretionary accruals. Sedangkan transaksi akrual yang terjadi karena manajemen ingin mengatur laba disebut discretionary accruals (Ronen dan Yaari, 2008). Sejumlah studi tentang analisis manajemen laba sering memfokuskan pada penggunaan discretionary accruals oleh manajer dalam mengatur laba, misalnya Jones (1991), Chtourou (2001), Rao dan Dandale (2005), Rajgopal, et al. (2007). Beberapa penelitian tersebut membutuhkan sebuah model untuk memperkirakan komponen-komponen discretionary dari laba yang dilaporkan. Beberapa model yang ada berkisar antara model-model yang sederhana yang mengukur discretionary accruals sebagai total accruals, sampai kepada modelmodel yang lebih kompleks dengan memisahkan total accruals menjadi discretionary dan non-discretionary accruals (Dechow, et al, 1995). Beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan di Indonesia mengenai manajemen laba (earnings management) sebagian besar juga menggunakan discretionary accruals, misalnya Halim, et al. (2005), Rahmawati, et al (2006), Fitriasari (2007), Achmad, et al. (2007). Penelitian tersebut menghasilkan bukti empiris bahwa sebagian besar perusahaan yang mempublik di Bursa Efek Indonesia melakukan manajemen laba, dengan berbagai motivasi dan metode yang
digunakan dalam
mengatur
laba.
Penelitian-penelitian
tersebut,
mendorong penulis untuk melakukan penelitian terkait dengan manajemen laba, yaitu dengan menganalisis manajemen laba sebelum dan sesudah right issue pada perusahaan mempublik, dan mencari bukti empiris adanya indikasi
manajemen laba, yang dalam hal ini diproksi dengan discretionary accruals. Meskipun terdapat penelitian sebelumnya yang meneliti tentang manajemen laba seputar right issue, seperti yang dilakukan Astuti (2005), tetapi alat analisis yang digunakan berbeda dengan penelitian penulis. Selain itu, penulis mengambil periode amatan dengan jangkauan yang lebih luas, yaitu dari tahun 1999-2009. Selama periode tersebut terdapat kejadian krisis ekonomi global, sehingga hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk mengetahui apakah perusahaan melakukan manajemen laba pada tahun amatan tersebut. Dengan demikian, diharapkan hasil dari penelitian ini tidak bias, karena selama periode krisis, ada kemungkinan manajer perusahaan melakukan manajemen laba untuk dapat menghasilkan kinerja yang memuaskan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, terutama untuk dirinya sendiri. Adapun judul yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah “Analisis Manajemen Laba Sebelum dan Sesudah Peristiwa Right Issue pada Perusahaan Mempublik di Bursa Efek Indonesia (Periode 2001-2007)”. 2. PERUMUSAN MASALAH Dari latar belakang yang sudah penulis paparkan di atas, penulis mengambil pokok permasalahan sebagai berikut: “Apakah terdapat praktik manajemen laba sebelum dan sesudah right issue pada perusahaan mempublik di Bursa Efek Indonesia periode 2001-2007?” 3. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
“Untuk mendapatkan bukti secara empiris adanya praktik manajemen laba sebelum dan sesudah right issue pada perusahaan mempublik di Bursa Efek Indonesia periode 2001-2007.” 4. MANFAAT PENELITIAN a. Secara akademis, merupakan salah satu syarat untuk mencapai kebulatan studi strata satu (S1) pada STIE AMM Mataram. b. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini mampu membantu mahasiswa untuk mengetahui tentang manajemen laba, dan mahasiswa bisa membedakan antara kecurangan (fraud) yang berupa manipulasi data akuntansi, dengan manajemen laba, yang lebih cenderung untuk memanfaatkan kebijakan akuntansi yang diperbolehkan oleh standar yang ada di Indonesia (PSAK). c. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sumber oleh masyarakat yang tertarik menggeluti pasar saham, sehingga mereka bisa mengetahui bahwa data laporan keuangan perusahaan yang listing tidak selamanya menampilkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. 1. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1. Hasil Penelitian Terdahulu Astuti (2005), tujuan penelitiannya adalah untuk menganalisis faktor-faktor
yang
mempengaruhi
manajemen
perusahaan
untuk
melakukan earnings management di seputar right issue, dan meneliti apakah terdapat perbedaan discretionary accrual (DA) sebelum dan sesudah right issue. Yaitu apakah discretionary accrual (DA) sebelum
right issue memiliki kecenderungan lebih tinggi jika dibandingkan dengan sesudah right issue. Beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi manajemen dalam melakukan earnings management yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur kepemilikan, yang terdiri dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, leverage dan size; dalam penelitian ini size digunakan sebagai variabel kontrol dan earnings management diproksi dengan discretionary accruals. Uji-t berpasangan digunakan untuk meneliti perbedaan discretionary accruals sebelum dan sesudah right issue. Hasilnya menunjukkan bahwa leverage berpengaruh terhadap earnings management secara positif dan signifikan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi leverage, maka semakin besar motivasi manajemen dalam melakukan earnings management. Sebagai tambahan, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara discretionary
accruals
sebelum
dan
sesudah
right
issue,
yaitu
discretionary accruals sebelum right issue memiliki kecenderungan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sesudah right issue. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu sampel yang digunakan sangat sedikit. Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah periode amatan yang digunakan dalam penelitian ini melewati periode pada masa krisis, sehingga dapat mengakibatkan hasil yang kemungkinan besar adalah bias. Sukartha (2007), tujuan penelitiannya adalah (1) untuk menguji apakah manajemen perusahaan target akuisisi melakukan earnings management dengan meningkatkan jumlah laba yang dilaporkan pada publikasi terakhir sebelum pengumuman akuisisi, (2) untuk menguji
apakah earnings management yang dilakukan oleh perusahaan target akuisisi menguntungkan para pemegang saham, dan (3) untuk menguji apakah kepemilikan manajerial mempengaruhi earnings management dan kesejahteraan pemegang saham perusahaan target akuisisi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kesejahteraan pemegang saham perusahaan target akuisisi yang diproksi dengan Cumulative Abnormal Return (CAR) dan dihitung dengan menggunakan Market Model. Sedangkan variabel bebas adalah earnings management dihitung dengan Modified Jones Model, dan variabel kepemilikan manajerial dihitung dengan persentase kepemilikan manajerial pada saham perusahaan target akuisisi. Hipotesis penelitian diuji dengan t-test dan ordinary least square regression test. Hasil dari penelitian ini adalah (1) perusahaan target akuisisi melakukan earnings management dengan menaikkan discretionary accruals untuk publikasi terakhir sebelum pengumuman akuisisi, (2) efek positif dari earnings management pada kesejahteraan pemegang saham perusahaan target akuisisi pada publikasi terakhir sebelum akuisisi lebih besar dan lebih signifikan secara statistik dibandingkan dengan sebelum periode tersebut, dan (3) kepemilikan manajerial memiliki efek positif dan secara statistik signifikan pada kesejahteraan pemegang saham perusahaan target akuisisi selama publikasi terakhir sebelum akuisisi. Saran untuk penelitian berikutnya adalah dengan menambahkan variabel independen, seperti bidder dengan kas atau dengan saham, atau bidder asing atau domestik. Usadha dan Yasa (2008), tujuan penelitiannya adalah untuk memperoleh bukti empiris apakah perusahaan pengakuisisi melakukan
earnings management sebelum pelaksanaan merger dan akuisisi. Analisis dilakukan dengan melakukan uji-t dua sampel berpasangan. Hasilnya adalah terdapat indikasi earnings management yang dilakukan oleh perusahaan pengakuisisi sebelum merger dan akuisisi dengan cara memanfaatkan
income
increasing
accruals.
Penelitian
ini
juga
membuktikan adanya penurunan kinerja keuangan perusahaan setelah merger dan akuisisi dilakukan. Untuk hasil yang lebih representative penelitian ini menyarankan untuk memperpanjang periode penelitian dan menggunakan metode stratified sampling, karena memiliki tingkat generalisasi yang lebih tinggi daripada penggunaan metode purposive sampling. 1.2. Landasan Teori 1.2.1. Definisi Earnings Management Terdapat beberapa klasifikasi dari definisi earnings management, yaitu definisi earnings management secara putih, abu-abu atau hitam. Manfaat (putih) earnings management adalah meningkatkan transparansi dari laporan; jahat (hitam) melibatkan hasil penyajian yang keliru dan penipuan (fraud); abu-abu berarti memanipulasi laporan dalam batasan standar yang jelas, yang dapat berupa oportunis atau peningkatan efisiensi. Definisi
earnings
management
secara
putih
adalah
memanfaatkan fleksibilitas pilihan dari perlakuan akuntansi untuk menunjukkan informasi pribadi manajer perusahaan pada arus kas masa depan. Definisi earnings management secara abu-abu adalah
memilih perlakuan akuntansi yang oportunis (memaksimalkan manfaat dari manajemen saja) atau secara ekonomi efisien. Definisi earnings management secara hitam adalah praktik melakukan penipuan untuk menyajikan laporan secara keliru atau mengurangi transparansi dari laporan keuangan (Ronen dan Yaari, 2008). Menurut Schipper (1989), earnings management yang diartikan sebagai pengungkapan manajemen sebagai pengertian dari intervensi yang penuh tujuan dalam proses pelaporan laporan keuangan eksternal perusahaan, dengan maksud untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi (sebagai lawan untuk memanfaatkan proses operasi normal perusahaan). 1.2.2. Metode untuk Mengatur Laba Menurut Ronen dan Yaari (2008), manajemen dapat mengatur laba dengan cara sebagai berikut: 1. Memilih perlakuan akuntansi yang diterima oleh GAAP, atau PABU, seperti memilih antara metode penilaian persediaan LIFO atau FIFO, atau kebijakan pengakuan pendapatan. 2. Memutuskan
waktu
untuk
mengadopsi
standar
baru,
memutuskan apakah menulis efek transisi dari standar baru pada laporan laba rugi atau sebagai penyesuaian terhadap modal sendiri dari pemegang saham yang ada di neraca, dan memutuskan untuk tidak mengimplementasikan standar baru pada dasar-dasar yang tidak material.
3. Penilaian akan adanya estimasi-estimasi, seperti penyusutan, penyisihan untuk piutang tak tertagih, revaluasi aset, akuntansi pensiun, dan penghapusan aset. 4. Mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan dan biaya, seperti mempercepat atau menunda penjualan aset untuk memperoleh smooth earnings dan memutuskan apakah akan mengkapitalisasikan biaya. 1.1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Earnings Management Watts dan Zimmerman (1990) menyebutkan bahwa tiga hipotesis yang paling umum digunakan dalam studi tentang earnings management adalah the bonus plan hypothesis, the debt/ equity hypothesis, dan the political cost hypothesis. The bonus plan hypothesis adalah bagaimana manajer perusahaan dengan rencana bonus yang akan diberikan pemilik cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba pada laporan laba rugi periode berjalan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa terdapat konsistensi bagi manajer untuk memanipulasi laba bersih dalam hubungannya dengan bonus yang akan mereka terima, seperti penelitian yang dilakukan Healy dan Wahlen (1999), Galai, et al. (2003), Halim (2005), dan Achmad, et al. (2007). Bonus yang tinggi akan cenderung mengakibatkan mereka berusaha meningkatkan laba bersih periode berjalan, sedangkan bonus yang rendah cenderung
akan mengakibatkan mereka berusaha menurunkan laba bersih perusahaan pada periode berjalan. The debt/equity hypothesis memprediksi bahwa semakin tinggi rasio hutang terhadap modal sendiri, semakin besar kemungkinan manajer perusahaan menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Semakin tinggi rasio hutang terhadap modal sendiri, maka akan semakin dekat perusahaan kepada batasan perjanjian hutang. Semakin dekat batas perjanjian hutang, semakin besar kemungkinan adanya pelanggaran perjanjian dan meningkatkan biaya technical default. Manajer cenderung akan memilih metode akuntansi untuk meningkatkan laba sehingga dapat mengendorkan batasan hutang dan mengurangi biaya technical default. The political hypothesis memprediksi bahwa perusahaan besar cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang dapat menurunkan laba. Size diproksi sebagai variabel dalam perhatian politik. Pada dasarnya, hipotesis ini mengasumsikan bahwa informasi itu sangat berharga, terutama tentang keuntungan akuntansi apakah menunjukkan keuntungan secara monopoli dan “kontrak” dengan yang lain dalam proses politik untuk menetapkan hukum dan peraturan yang akan meningkatkan kesejahteraan mereka. Proses politik tidak berbeda dengan proses pasar dalam hal penghormatan itu. Dengan diberikan biaya untuk informasi dan
pemantauan, manajer memiliki insentif untuk melakukan earnings management terhadap laba akuntansi. 1.1.2. Pola-pola dalam melakukan earnings management Ronen dan Yaari (2008) menyebutkan ada beberapa pola yang digunakan dalam melakukan earnings management. Adapun pola-pola yang dikemukakan oleh mereka adalah sebagai berikut: 1. Truth-telling.
Di
sini
manajemen
berusaha
untuk
mengungkapkan laporan keuangan yang sebenarnya, selama laporan tersebut dapat menguntungkan mereka. Misalnya pemilik perusahaan ingin mengetahui seberapa besar imbalan yang akan diberikan untuk manajemen perusahaan, dan pihak manajemen perusahaan akan melaporkan kinerja keuangan perusahaan yang sebenarnya jika kinerja keuangan perusahaan memuaskan, sesuai dengan harapan pemilik perusahaan. 2. Smoothing. Dalam smoothing manajemen berusaha untuk meratakan fluktuasi laba yang terjadi pada perusahaan, sehingga jika laba yang dihasilkan perusahaan terlalu tinggi (overstatement) atau terlalu rendah (understatement), maka manajemen akan berusaha meratakannya. Hal ini disebabkan investor lebih menyukai perusahaan dengan fluktuasi laba yang relatif rata (stabil). 3. Maximization and minimization. Di sini manajemen berusaha untuk memaksimalkan (meminimalisasi) laba yang diperoleh. Manajemen memaksimalkan laba dengan cara mengakui
pendapatan dalam satu periode. Hal ini dilakukan jika pemilik perusahaan ingin memperpanjang kontrak dari manajemen tersebut. Manajemen meminimalisasi laba dengan cara mengakui biaya dalam satu periode. Hal ini dilakukan jika manajemen perusahaan menggunakan faktor politik dalam melakukan earnings management, seperti misalnya untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah, atau untuk mengurangi biaya pajak. 4. Taking a bath. Dalam taking a bath manajemen berusaha untuk meminimalisasi laba sedemikian sehingga laba yang dihasilkan perusahaan jauh di bawah laba sesungguhnya, bahkan ada kemungkinan manajemen melaporkan bahwa perusahaan mengalami kerugian yang cukup signifikan pada periode tersebut. Taking a bath biasanya dilakukan pihak manajemen jika terdapat penggantian pimpinan, sehingga diharapkan pemimpin berikutnya akan mampu untuk menaikkan laba perusahaan secara signifikan. 1. KERANGKA BERPIKIR Variabel Variabel Manajemen RightIndependen Dependen Issue Laba Total Total Accruals Aset Perubahan Pendapatan Aset Tetap
2. HIPOTESIS Dari penelitian terdahulu dan juga tinjauan pustaka yang sudah penulis paparkan di atas, penulis dapat mengambil hipotesis sebagai berikut:
Ha: Discretionary accruals sebelum right issue cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan discretionary accruals setelah right issue. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis ambil adalah penelitian komparatif. Penelitian
komparatif
adalah
suatu
penelitian
yang
bersifat
membandingkan. Di sini variabelnya masih sama dengan penelitian variabel mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu atau dalam waktu yang berbeda (Sugiyono, 2009: 11). Penulis membandingkan adanya indikasi manajemen laba antara sebelum dan sesudah perusahaan melakukan right issue, pada perusahaan-perusahaan yang mempublik di Bursa Efek Indonesia periode 2001-2007. 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian Sugiyono (2010: 61) menyebutkan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2001-2007, yaitu berjumlah 424 perusahaan. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010: 62). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2010: 68). Adapun pertimbangan-pertimbangan yang penulis ambil dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan yang melakukan right issue antara tahun 2001 sampai dengan tahun 2007. Terdapat 95 perusahaan yang melakukan right issue selama tahun 2001-2007, baik perusahaan manufaktur, jasa, dagang maupun lembaga pembiayaan; 2. Perusahaan tersebut berada dalam kelompok industri manufaktur, jasa atau dagang, bukan dari kelompok perusahaan perbankan, asuransi atau kelompok lembaga keuangan lainnya. Dari 95 perusahaan yang melakukan right issue, terdapat 40 perusahaan dari sektor lembaga pembiayaan (beberapa perusahaan dari sektor ini melakukan right issue lebih dari sekali); 3. Perusahaan tersebut hanya melakukan satu kali right issue selama lima tahun (karena periode amatan lebih dari lima tahun, maka perusahaan bisa saja melakukan dua kali right issue selama periode amatan, selama right issue pertama dan kedua berjarak lebih dari lima tahun). Perusahaan dari sektor lembaga pembiayaan yang melakukan dua kali right issue tidak dimasukkan ke dalam kategori ini, karena sudah masuk ke dalam kategori No. 2. Terdapat 16 perusahaan manufaktur, jasa atau dagang yang melakukan dua kali right issue selama periode amatan; 4. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan secara lengkap selama lima tahun berturut-turut, yaitu dua tahun sebelum right issue, pada saat right issue, dan dua tahun setelah right issue, dengan periode
akuntansi yang berakhir pada tanggal 31 Desember. Terdapat 7 perusahaan manufaktur, jasa dan dagang yang tidak memiliki laporan keuangan lengkap pada periode amatan. Hal ini disebabkan beberapa perusahaan yang melakukan right issue pada tahun 2007 belum menerbitkan laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009, atau perusahaan tersebut delisting satu atau dua tahun setelah melakukan right issue; 5. Perusahaan tersebut menggunakan mata uang Rupiah dalam laporan keuangannya. Terdapat satu perusahaan yang pada Y+2 menggunakan mata uang Dollar dalam laporan keuangannya. Adapun perhitungan jumlah perusahaan sampel yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 8.1. Perhitungan Sampel
No Keterangan 1 Perusahaan yang melakukan right issue antara tahun 2001-2007 2 Perusahaan sektor Lembaga Pembiayaan 3 Perusahaan yang melakukan dua kali right issue dalam waktu lima tahun 4 Perusahaan dengan data Laporan Keuangan kurang lengkap 5 Perusahaan yang menggunakan mata uang selain Rupiah dalam laporan keuangannya Jumlah Sampel Pengujian Hipotesis
Jumlah 95 (40) (16) (7) (1) 31
1.1. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis mengambil teknik dokumentasi. Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan,
laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian (Riduwan, 2008: 31). Penulis mencari data yang dibutuhkan oleh penulis melalui
laporan
keuangan
yang
dipublikasikan
oleh
perusahaan
mempublik, baik melalui internet maupun Indonesian Capital Market Directory. Penulis mengambil alat pengumpulan data berupa checklist. Checklist atau daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspekaspek yang akan diamati. Checklist dapat menjamin bahwa peneliti mencatat tiap-tiap kejadian sekecil apapun yang dianggap penting (Riduwan, 2008: 28). Penulis membuat checklist berupa nama-nama perusahaan yang masuk ke dalam Bursa Efek Indonesia selama periode 2001-2007, perusahaan yang melakukan right issue selama tahun tersebut, jenis-jenis perusahaan, perusahaan yang melakukan dua kali right issue, perusahaan yang kurang lengkap laporan keuangannya, dan perusahaan yang menggunakan mata uang selain rupiah dalam laporan keuangannya. 1.2. Jenis dan Sumber Data 8.1.1. Jenis Data 1. Data Kualitatif Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata atau gambar (Sugiyono, 2010: 23). Data kualitatif yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah data perusahaan yang mempublik di Bursa Efek Indonesia, data perusahaan yang melakukan right issue selama periode amatan, data perusahaan
yang menerbitkan laporan keuangan tahunan secara lengkap, dan data jenis perusahaan yang melakukan right issue. 2. Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (skoring) (Sugiyono, 2010: 23). Data kuantitatif pada penelitian ini adalah data yang berupa angka, yaitu laporan keuangan perusahaan selama periode amatan, terutama data mengenai perhitungan discretionary accruals, yaitu berupa Total Aset, Aset Tetap, Piutang Usaha, Pendapatan, Laba Bersih dan Arus Kas dari Kegiatan Operasional Perusahaan. 8.1.2. Sumber Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data sekunder. Sumber data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya, sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain (Husein, 2003: 60). Dalam penelitian ini, penulis mengambil datanya melalui internet, yaitu dari http://www.jsx.co.id dan dari Indonesian Capital Market Directory, serta pemesanan laporan keuangan kepada perusahaan penyedia laporan keuangan bagi perusahaan yang mempublik di Bursa Efek Indonesia, yaitu Mitra Riset. 1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1.1.1. Variabel Penelitian
1. Earnings management 2. Total accruals 3. Net income 4. Cash flow from operation 5. Total assets 6. The changes of revenues 7. Property, plant and equipment 8. The changes of accounts receivable 9. Discretionary accruals 10. Non-discretionary accruals 1.1.1. Definisi Operasional Variabel 1. Earnings management, adalah kebijaksanaan yang dilakukan manajemen dalam memanfaatkan fleksibilitas pilihan dalam perlakuan akuntansi untuk memberikan informasi keuangan dan arus kas di masa datang (Ronen dan Yaari, 2008). 2. Total accruals, merupakan selisih antara laba bersih dengan aliran kas dari kegiatan operasional perusahaan (Dechow, et al., 1995). 3. Net income, adalah selisih lebih pendapatan atas biaya-biaya yang dibebankan dan yang merupakan kenaikan bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha (Soemarso, 2008: 57). 4. Cash flow from operation, adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas dari aktivitas penghasil utama pendapatan
perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan (PSAK No.2, 2009). 5. Total assets, merupakan jumlah total kekayaan yang dimiliki perusahaan yang merupakan sumber daya bagi perusahaan untuk melakukan usaha (Soemarso, 2008). 6. The changes of revenues, merupakan perubahan jumlah yang dibebankan kepada langganan untuk barang dan jasa yang dijual antara periode berjalan dengan periode sebelumnya. Definisi lain adalah perubahan kenaikan bruto dalam modal yang berasal dari barang dan jasa yang dijual antara periode berjalan dengan periode sebelumnya (Soemarso, 2008). 7. Property, plant and equipment, merupakan aset berwujud yang dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi atau menyediakan barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi dan diharapkan untuk digunakan lebih dari satu periode (Mirza, et al., 2008). 8. The changes of accounts receivable, merupakan perubahan hak klaim yang dimiliki perusahaan terhadap seseorang atau perusahaan lain yang berasal dari penjualan barang dan jasa sebagai kegiatan utama perusahaan antara periode berjalan dengan periode sebelumnya (Soemarso, 2008). 9. Discretionary accruals, merupakan akrual yang muncul dari pemilihan metode perlakuan akuntansi dengan tujuan untuk mengatur laba (Ronen dan Yaari, 2008).
10. Non-discretionary accruals, merupakan akrual yang muncul pada periode berjalan yang terjadi secara normal berdasarkan kinerja perusahaan dan strategi bisnis, konvensi industri, kejadian-kejadian makro ekonomi, dan faktor-faktor ekonomi lainnya (Ronen dan Yaari, 2008). 1.1. Prosedur Analisis Data Earnings management diasumsikan terjadi jika terdapat perbedaan antara transaksi akrual periode berjalan dengan periode sebelumnya semata-mata karena adanya perubahan pada discretionary accruals karena non-discretionary accruals dianggap konstan dari periode ke periode (Jones, 1991). Untuk itu, earnings management sebagai variabel terikat dalam penelitian ini diproksi dengan discretionary accruals dan kemudian dihitung dengan menggunakan the modified-Jones model. Penggunaan model Jones yang dimodifikasi ini karena model ini memberikan hasil yang paling kuat di antara model-model yang lain (Dechow, et al., 1995). Hal yang baru dari model ini adalah adanya perlakuan terhadap piutang usaha. Selain itu penggunaan model Jones yang dimodifikasi juga dianggap sebagai sesuatu yang logis. Model ini menghubungkan akrual untuk merubah pendapatan dan aset tetap (gedung, tanah dan peralatan). Akrual dalam pendapatan ditentukan dengan adanya perubahan pada modal kerja akrual, seperti piutang usaha, persediaan dan hutang usaha. Sedangkan akrual dalam aset tetap ditentukan dengan perubahan biaya penyusutan (Ronen dan Yaari, 2008).
Langkah-langkah dalam menghitung discretionary accruals adalah sebagai berikut: 1. Mencari nilai total accruals, dengan persamaan sebagai berikut: TA = NI – CFO .......................................................................... (1) Dimana: TA
= total accruals;
NI
= net income;
CFO
= cash flow from operations.
2. Mencari nilai koefisien regresi dari setiap variabel independen (total aset, perubahan pendapatan dan aset tetap), dengan menggunakan model matematika (Jones model) sebagai berikut: TAitAit-1=αi1Ait-1+β1i∆REVitAit-1+β2iPPEitAit-1+εit........ (2) (Ronen dan Yaari, 2008: 404) Dimana: TA
= total accruals;
A
= assets;
∆ REV
= the changes of revenues;
PPE
= property, plant and equipment;
ε
= error term;
i
= index for firm, i = 1, 2, …, N;
t
= index for the period (year) in the estimation period;
αi, β1i, β2i = the coefficient regression. Untuk mencari koefisien regresi, penulis menggunakan regresi ganda tiga prediktor tanpa intercept, hal ini bisa dilihat dari persamaan
di atas, di mana dalam persamaan tersebut terdapat tiga variabel bebas sebagai faktor prediktor dan tanpa menggunakan intercept. Analisis regresi ganda digunakan jika peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel bebas, jika dua atau lebih variabel terikat sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaikturunkan nilainya) (Sugiyono, 2010). Ada kalanya suatu model regresi linear diformulasikan tanpa mengandung variabel konstan atau intercept. Hasil regresi yang menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel konstan tidak berbeda secara signifikan dari nol mengandung pengertian bahwa model regresi yang diuji adalah model regresi tanpa intercept (Sritua, 2006). 3. Mencari nilai non-discretionary accruals dengan menggunakan koefisien regresi yang sudah dicari pada langkah No. 2, yaitu dengan menggunakan model matematika (the modified-Jones model) sebagai berikut: NDAip=αi1Aip-1+β1i∆REVip-∆ARipAip-1+β2iPPEipAip-1 . (3) (Ronen dan Yaari, 2008: 434) Dimana: NDAip
= non-discretionary accruals of firm i in period p;
Aip-1
= lagged assets of firm i;
∆ AR
= the changes of accounts receivable;
αi, β1i, β2i
= the coefficient regression.
4. Mencari manajemen laba yang diproksi dengan discretionary accruals, dengan persamaan sebagai berikut:
DAit=TAitAit-1-NDAit ............................................................ (4) (Ronen dan Yaari, 2008: 406) Dimana: DAit
= discretionary accruals of firm i in period t;
5. Menguji hipotesis dengan menggunakan paired t-test, dengan persamaan sebagai berikut: t=x1-x2s12n1+s22n2-2rs1n1s2n2 (Sugiyono, 2010: 122) Dimana: x1
= rata-rata sampel 1
x2
= rata-rata sampel 2
s1
= simpangan baku sampel 1
s1
= simpangan baku sampel 2
s12
= varian sampel 1
s22
= varian sampel 2
r
= korelasi antara dua sampel
Pencarian koefisien regresi dengan regresi ganda tiga prediktor tanpa intercept, dan pengujian hipotesis dengan menggunakan paired t-test dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel 2007. 1. JADWAL PENELITIAN
No 1 2 3 4 5 6 7
Kegiatan
April 2010 I II III IV
Mei 2010 I II III IV
Juni 2010 I II III IV
Persiapan Judul Penyusunan Proposal Konsultasi Seminar Proposal Penelitian Konsultasi Ujian dan Perbaikan DAFTAR PUSTAKA
Chtourou, Sonda M., Bédard, Jean, dan Courteau, Lucie. 2001. Corporate Governance and Earnings Management. http://papers.ssrn.com. Diakses tanggal 20 Maret 2010. Debby Fitriasari. 2007. Pengaruh Aktivitas dan Financial Literacy Komite Audit terhadap Jenis Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar, 26-28 Juli 2007. Dechow, Patricia M., Sloan, Richard G., dan Sweeny, Amy P. 1995. Detecting Earnings Management. The Accounting Review Vol. 70 No. 2. p. 193-225. Dewi Saptantinah Puji Astuti. 2005. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Laba di Seputar Right Issue. http://ejournal.unud.ac.id. Diakses tanggal 13 Januari 2010. ECFIN Institute for Economic and Financial Research. 2003. Indonesian Capital Market Directory 2003. 14th Edition. _______. 2006. Indonesian Capital Market Directory 2006. 17th Edition. _______. 2008. Indonesian Capital Market Directory 2008. 18th Edition. Galai, Dan, Sulganik, Eyal, dan Wiener, Zvi. 2003. Accounting Values versus Market Values and Earnings Management in Banks. http://papers.ssrn.com. Diakses tanggal 24 Maret 2010. Greenblatt, Joel. 2008. Stock Market Genius. Jakarta: Penerbit Hikmah. Gujarati, Damodar. 2004. Basic Econometrics, 4th ed. New York: The McGrawHill Companies.
Healy, Paul M., dan Wahlen, James M. 1999. A Review of the Earnings Management Literature and Its Implications for Standard Setting. Accounting Horizons, Vol. 13, No. 4. p. 365-383. Husein Umar. 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. I Made Sukartha. 2007. Pengaruh Manajemen Laba, dan Kepemilikan Manajerial pada Kesejahteraan Pemegang Saham Perusahaan Target Akuisisi. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.10, No.3. p. 243-267.
I Putu Adnyana Usadha dan Gerianta Wirawan Yasa. 2008. Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi di Bursa Efek Indonesia. http://ejournal.unud.ac.id. Diakses tanggal 14 Januari 2010. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Jensen, Michael C. 1993. The Modern Industrial Revolution, Exit, and the Failure of Internal Control Systems. Journal of Finance (July, 1993). p. 831-880. Jones, Jennifer J. 1991. Earnings Management during Import Relief Investigations. Journal of Accounting Research, Vol.29, No. 2. p.193-228. Julia Halim, Carmel Meiden, dan Tobing, Rudolf Lumban. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang termasuk Dalam Indeks LQ-45. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 15-16 September 2005. Komarudin Achmad, Imam Subekti, dan Sari Atmini. 2007. Investigasi Motivasi dan Strategi Manajemen Laba pada Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar, 26-28 Juli 2007. Microsoft Excel 2007 Help. 2006. Data Analysis. Microsoft Corporation. _______. 2006. Perform Statistical and Engineering Analysis with the Analysis ToolPak. Microsoft Corporation. Mirza, Abbas A., Orrell, Magnus, dan Holt, Graham J. 2008. IFRS Practical Implementation Guide and Workbook, 2nd ed. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Nasution, S. dan M. Thomas. 2010. Buku Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi, Makalah, ed. II. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Rahmawati, Yacob Suparno, dan Nurul Qomariyah. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang, 23-26 Agustus 2006. Rajgopal, Shiva, Shivakumar, Lakshmanan, dan Simpson, Ana. 2007. A Catering Theory of Earnings Management. http://papers.ssrn.com. Diakses tanggal 24 Maret 2010.
Rao, S. Narayan, dan Dandale, Sachin. 2005. Earnings Management and Performance of Indian Equity Rights Issues. http://papers.ssrn.com. Diakses tanggal 1 April 2010. Riduwan. 2008. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Ronen, Joshua dan Yaari, Varda (Lewinstein). 2008. Earnings Management: Emerging Insights in Theory, Practice, and Research. New York: Springer. Schipper, Katherine. 1989. Commentary on Earnings Management. Accounting Horizons, Vol. 3, No. 4. p. 91-102. Soemarso, S.R. 2008. Akuntansi, Suatu Pengantar – Jilid I ed. IV. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Sritua Arief. 2006. Metodologi Penelitian Ekonomi. Universitas Indonesia.
Jakarta: Penerbit
STIE AMM Mataram. 2010. Pedoman Penyusunan Skripsi. Mataram: LP3M STIE AMM Mataram. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan Metode Random. Bandung: Alfabeta. _______. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suryadi dan Ignatius Silmenes Porang. 2003. Penuntun Penyusunan Paper, Skripsi, Thesis, Disertasi Beserta cara pengetikannya. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Watts, Ross L. dan Zimmerman, Jerold L. 1990. Positive Accounting Theory: A Ten Year Perspective. The Accounting Review Vol. 65 No. 1. p. 131-156