USULAN PENELITIAN 1. a.
Judul Penelitian
:
Pengaruh Penggunaan Tulangan Bambu Pitung Terhadap Kuat Lentur Beton
b. Bidang Ilmu
:
Teknik Sipil, Sub Bidang Teknik Beton
2. Peneliti ●
Nama
:
Wira Purnomo
●
Jenis Kelamin
:
Laki-Laki
●
NIM
:
077 011 021
●
Fakultas/Jurusan
:
Teknik/Sipil
:
Laboratorium
3. Alamat Peneliti
Teknik
Sipil
Fakultas
TeknikUniversitas TeknikUniversitas Siliwangi Tasikmalaya
4. Lokasi Penelitian
:
Laboratorium
Teknik
Sipil
Fakultas
TeknikUniversitas TeknikUniversitas Siliwangi Tasikmalaya
5. Lama Penelitian
:
± 4 (empat) bulan
Tasikmalaya, Tasikmalaya,
Juli 2012
Peneliti,
Wira Purnomo
A. JUDUL PENELITIAN
Pengaruh Penggunaan Tulangan Bambu Pitung Terhadap Kuat Lentur Beton.
B. BIDANG ILMU
Teknik Sipil, Beton
C. PENDAHULUAN
Beton mempunyai kekuatan tekan yang cukup besar, namun sangat lemah terhadap tarik. Karena itu penggunaan penggunaan beton selalu dipadukan dengan bahan yang mempunyai kuat tarik tinggi yaitu baja. Beton dengan tulangan baja adalah perpaduan yang sangat kuat, sehingga beton bertulang banyak digunakan sebagai bahan bangunan. Fenomena diatas ternyata menimbulkan permasalahan baru yaitu baja yang selama ini dijadikan sebagai tulangan merupakan bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui, sehingga keberadaannya suatu saat akan habis. Dalam upaya pencarian alternatif, dilakukan penelitian-penelitian, antara lain terhadap material pengganti berupa hasil alam yaitu bambu. Bambu merupakan hasil alam yang dapat diperoleh dengan mudah dan mempunyai kekuatan tarik yang sangat tinggi. Dengan memanfaatkan bambu sebagai sebagai pengganti tulangan dalam beton ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kuatlentur beton. Penambahan bambu ini tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan untuk menekan biaya pembuatannya dan memanfaatkan bambu yang sudah tersedia di alam, tapi perlu dilakukan dengan uji coba di Laboratorium.
D. PERUMUSAN MASALAH
Pencampuran bahan beton berdasarkan langkah-langkah SNI dan kuat lentur beton direncanakan sebesar K 225 / 19,3 Mpa.
E. TINJAUAN PUSTAKA 1. Air
Air adalah alat untuk mendapatkan kelecakan yang perlu untuk penuangan beton. Jumlah air yang diperlukan untuk kelecakan tertentu tergantung pada sifat material yang digunakan. Hukum kadar air konstan mengatakan: “Kadar air yang diperlukan untuk kelecakan tertentu hampir konstantanpa tergantung pada jumlah semen, untuk kombinasi agregat halus dan kasar tertentu.“ Hukum ini tidak sepenuhnya berlaku untuk seluruh kisaran ( range), namun cukup praktis untuk penyesuaian perencanaan dan koreksi. Air yang diperlukan dipengaruhi faktor-faktor dibawah ini : a. Ukuran agregat maksimum : diameter membesar → kebutuhan air menurun ( begitu pula jumlah mortar yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit ). b. Bentuk butir : bentuk bulat → kebutuhan air menurun ( batu pecah perlu lebih banyak air ). c. Gradasi agregat : gradasi baik → kebutuhan air menurun untuk kelecakan yang sama. d. Kotoran dalam agregat : makin banyak silt, tanah liat dan lumpur → kebutuhan air meningkat. e. Jumlah agregat halus ( dibandingkan agregat kasar, atau h/k ) : agregat halus lebih sedikit → kebutuhan air menurun.
Pada pengerjaan beton, air mempunyai peranan yang menentukan untuk keberhasilan dari perencanaan beton. Perbandingan jumlah air dan semen sangat mempengaruhi mutu beton itu sendiri, jika perbandingan air tidak proporsional, kualitas air harus diperhatikan, air yang kotor dapat mempengaruhi pengikatan semen, pengurangan kekuatan beton dan korosi pada tulangan.
Dimana : Ws
: Berat semen
Wa
: Bertar air (table terlampir )
Fas
: faktor air semen dalam penelitian ini fas diambil = 0,5
2. Semen
Peranan semen dalam beton berfungsi sebagai bahan pengikat antara agregat kasar dengan agregat halus, sehingga menghasilkan bentuk yang direncanakan.Semen akan berreaksi dan akan mengeras bila tercampur air, oleh karena itu semen tersebut dinamakan semen hidrolis. Adapun tipe-tipe semen adalah sebagi berikut : Tipe I Semen biasa ( normal cemen ). Digunakan untuk pembuatan beton bagi konstruksi beton yang tidak dipengaruhi oleh sifat-sifat lingkungan yang mengandung bahan-bahan sulfat. Pemakaian semen tipe 1 umumnya dipakai pada kontruksi beton untuk pembangunan : jalan, bangunan, beton bertulang, jembatan, waduk.
Tipe II Semen tipe II digunakan untuk pemecahan serangan sulfat dari lingkungan, seperti dipakai pada sistem drainase, waduk dengan kadar konsentrasi sulfat tinggi didalam air tanah. Tipe III Semen tipe III adalah jenis semen dengan waktu pengerasan yang cepat ( high earlt-strenght Portland cement ), umumnya pada waktu kurang dari seminggu
digunakan pada struktur bangunan yang acuan perencanaannya harus segera dibuka dan akan segera dipakai. Tipe IV Semen tipe IV adalah semen dengan hidrasi panas rendah, yang digunakan pada struktur-struktur bangunan air seperti : Dam, Bendungan dimana panas yang terjadi waktu hidrasi merupakan faktor penentu bagi kebutuhan beton. Tipe V Semen tipe V adalah semen penangkal sulfat. Digunakan pada lingkungan yang mengandung sulfat, terutama pada tanah atau air yang mengandung kadar sulfat yang tinggi. 3. Agregat
Agregat mempunyai peranan yang sangat penting, baik terhadap harga maupun kualitas dari beton, karena tidak kurang dari 65% - 70% dari volume total beton adalah terdiri dari volume agregat. Oleh karena itu dengan menggunakan komposisi agregat semaksimal mungkin, maka akan diperoleh harga beton yang murah dengan kualitas yang baik. Berdasarkan distribusi kumpulam butirannya,
agregat dapat dibedakan berdasarkan dua macam yaitu agregat kasar dan agregat halus. Sifat dan karakteristik agregat sangat menentukan kualitas akhir dari beton yang akan dikerjakan. Agregat dengan ukuran yang lebih halus memerlukan pemakaian semen yang lebih banyak bila dibandingkan dengan penggunaan butiran yang berukuran lebih besar. a. Agregat Halus Agregat halus adalah pasir alam atas hasil dari diseintegrasi butiran alam ( natural sand ). Sekarang ini sudah ada pasir batuan dengan cara memecahkan
batuan dengan ukuran tertentu seperti halnya pasir alam ( dertifical sand ). Pasir alam dinamakan berdasarkan asal pembentukannya. Adapun jenis-jenis pasir diantaranya sebagai berikut : 1.
Pasir sungai.
2.
Pasir laut.
3.
Pasir galian.
4.
Pasir dune (bukit-bukit pasir yang dibawa angin ketepi pantai).
DAERAH SUSUNAN BUTIR NO 1 95
) % ( n a g n i r a s s o l o l t a g e r g a f i t a l u k n o K t a r e B
90
70
60
34 30
20 15 10 5
(# 100)
(50)
(30)
(16)
(8)
(4)
(3/8")
(3/4")
UKURAN MATA AYAKAN
DAERAH SUSUNAN BUTIR NO 2
90
) % ( n a g n i r a s s o l o l t a g e r g a f i t a l u k n o K t a r e B
90
75
59 55
35 30
10 5
( # 200)
(# 100)
(50)
(30)
(16)
(8)
(4)
UKURAN MATA AYAKAN
(3/8")
(3/4")
DAERAH SUSUNAN BUTIR NO 3
) % ( n a g n i r a s s o l o l t a g e r g a f i t a l u k n o K t a r e B
90 85 79 75
50
40
12 10
( # 2 00 )
(# 1 00 )
(50)
(30)
(16)
(8)
(4)
(3/8")
UKURAN MATA AYAKAN
DAERAH SUSUNAN BUTIR NO 4
95
) % ( n a g n i r a s s o l o l t a g e r g a f i t a l u k n o K t a r e B
95
85 70
50
15
12 ( # 20 0)
(# 100 )
(50)
(30)
(16)
(8)
(4)
UKURAN MATA AYAKAN
Sumber :Syaefei Amri,1991
(3/8")
(3/4")
(3/4")
Dalam penelitian ini landasan yang dipakai untuk pemeriksaan agregat harus mengacu pada SNI dimana pemeriksaan agregat halus meliputi : 1.
Bobot Isi Dalam pemeriksaan bobot isi terdiri dari dua pemeriksaan yaitu bobot isi
lepas serta padat dengan ketentuan rumus yang diberlakukan adalah :
2.
Berat jenis dan Peresapan Untunk ketentuan rumus yang diberlakukan terhadap berat jenis adalah :
Untuk rumus yang diberlakukan pada peresapan adalah :
Dimana: Bj
: Berat Contoh JKP
Ba
: Berat Piknometer + air
Bt
: Berat Piknometer + air + Contoh
Bk
: Berat Contoh Kering
3.
Kadar Lumpur Perhitungan kadar lumpur ini menggunakan dua cara : -
Menggunakan saringan 200
Dimana:
-
A
: Berat kering sebelum dicuci
B
: Berat kering tertahan saringan No 200 setelah dicuci
Dengan menggunakan gelas ukur
Dimana : V1 : Tinggi lumpur V2 : Tinggi pasir
4.
Analisa Saringan Pemberlakuan rumus adalah :
Dimana : A
: Nomor saringan
B
: Berat saringan
C
: Berat saringan + tertahan
D
: Berat tertahan
b. Agregat Kasar Agregat kasar adalah kerikil sebagai disintegrasi secara alami dari batu asli atau berupa batuan pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu. Menurut asalnya kerikil dapat dibedakan atas : Kerikil galian, kerikil sungai dan kerikil pantai. Berdasarkan bentuk dan faktor permukaan agregat kasar pada umumnya dapat dibedakan sebagai berikut :
Bundar
Persegi
Bundar memanjang
Pipih dan memanjang
Bentuk tidak beraturan (irregular)
Dalam pelaksanaannya pemeriksaan agregat memakai rumus berdasarkan SNI yang meliputi sebagai berikut : 1.
Bobot Isi Dalam pemeriksaan bobot isi terdiri dari dua pemeriksaan yaitu bobot isi
lepas serta padat dengan ketentuan rumus yang diberlakukan adalah :
2.
Berat jenis dan Peresapan Untuk ketentuan rumus yang diberlakukan terhadap berat jenis adalah :
Untuk rumus yang diberlakukan pada peresapan adalah :
Dimana:
3.
Bj
: Berat Contoh JKP
Ba
: Berat Piknometer + air
Bt
: Berat Piknometer + air + Contoh
Bk
: Berat Contoh Kering
Analisis saringan Agregat Kasar Tabel
Persyaratan batas-batas susunan besar butir agregat kasar Presentase Berat bagian Yang Lewat Ayakan Ukuran Normal Agregat (mm)
Ukuran Mata Ayakan (mm)
1
1/2"
1/2"
1 3/4" 3/8" No 4
(40 mm)
95-100 37-70 10-40 0-5
3/4" (20mm)
3/8" (10mm)
100 95-100 30-60 0-10
100 50-85 0-10
Sumber : PBI-1971
4.
Kualitas agregat kasar Pemeriksaan dilakukan dengan tiga pelaksanaan pemeriksaan yaitu :
Abrasi ( keausan ) Rumus yang diberlakukan adalah :
Dimana
:
A
: Berat beban uji sebelum diuji
B
: Berat benda uji setelah diuji tertahan saringan no
4. Bambu
Bambu merupakan tanaman ordo Bambooidae yang pertumbuhannya cepat dan dapat dipanen pada umur sekitar 3 tahun. Pada masa pertumbuhan, bamboo dapat tumbuh vertical 5 cm perjam atau 120 cm perhari (Morisco, 1996). Umur panen yang relative singkat tersebut memberikan optimism bahwa pemakaian bamboo berbagai keperluan dapat dengan mudah tercukupi. 5. Beton secara umum
Beton dipakai secara luas sebagai bahan bangunan. Beton sederhana diperoleh dengan cara mencampurkan semen portland, air , agregat halus dan agregat kasar dan dituangkan dalam cetakan kemudian dibiarkan maka akan mengeras menjadi seperti batuan atau disebut beton. Dalam adukan beton air dan semen membentuk pasta yang mengisi pori-pori diantara butiran-butiran agregat halus juga bersifat sebagai pengikat dalam proses pengerasan sehingga butiranbutiran agregat saling terikat dengan kuat dan membentuk suatu massa yang padat.
Sebagai bahan kontruksi, beton mempunyai kelebihan dan kekurangannya dibandingkan dengan bahan lainnya. Kelebihan beton menurut Kardiyono Tjokrodimuljo,1995 adalah sebagi berikut :
1. Harganya relatif murah karena bahan-bahannya dari bahan lokal. 2. Kekuatan Lenturnya tinggi. 3. Beton segar mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk yang bervariasi sesuai dengan keinginan. 4. Dikombinasikan dengan tulangan baja dapat menahan gaya tarik. 5. Beton segar dapat disemprotkan kepermukaan beton lama. 6. Beton segar dapat dipompa sehingga memungkinkan untuk dituangkan pada tempat yang sulit dijangkau. 7. Tahan aus dan kebakaran sehingga perawatannya mudah.
Kekurangan-kekurangan dari beton antara lain sebagai berikut : 1.
Mempunyai kuat Lentur yang rendah sehingga mudah retak.
2.
Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang saat basah.
3.
Beton keras mengembang karna pengaruh suhu.
4.
Beton sulit untuk kedap air secara sempurna.
a. Sifat Beton
Sifat beton adalah sangat baik menahan gaya Lentur dan sangat lemah menahan gaya tarik. Untuk mengatasi masalah diatas perlu menambahkan bahan yang dapat menahan gaya tarik yang biasa digunakan adalah dengan penulangan baja. Sifat beton yang diharapkan setelah mengering ( Mosley dan Bungey,1989 )adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai sifat mekanik yang tinggi. 2. Kekompakan baik. 3. Volume yang stabil. 4. Kekedapan yang baik. Pada saat pembuatan campuran bahan, beton memiliki sifat plastis, sedangkan bila campuran itu telah kering maka akan terjadi keras dan kaku. Campuran beton segar dapat dikatakan memiliki sifat yang baik bila memenuhi persyaratan campuran yang utama yaitu mempunyai kemampuan mudah untuk dikerjakan ( workability ). Kemudahan campuran bahan-bahan pembekuan beton tidak dapat dirumuskan secara pasti untuk semua bahan baku, semua jenis lingkungan dan cuaca disekitar lokasi pekerjaan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sifat kemudahan untuk dikerjakan merupakan permasalahan yang komplek, dimana bergabung sifat-sifat alami dan faktor-faktor lain yang secara kebetulan terjadi pada saat pengerjaan. Pengecoran beton pada bekisting sering diikuti dengan mekanisme pemisahan air dari campuran ( bleeding ) akibat proses pengendapan butiranbutiran agregat kasar dan air mengambang pada permukaan cetakan. Setelah dicor
partikel semen akan terus mengendap mengikat agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi lainnya yang akan menjadikan beton keras. Dalam perawatan beton setelah pengecoran sering disiramkan air, bahan untuk penelitian di Laboratorium beton direndam sebelum diuji.
b. Kualitas beton
Kualitas beton tergantung dari bahan pembentukannya disamping juga sangat dipengaruhi dalam proses pembentukannya. Dengan bahan yang berbeda kadang kualitas beton yang dihasilkan berbeda. Dalam proses pembuatan beton cuaca dan keadaan lingkungan juga mempengaruhi kualitas beton. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi beton sebagai berikut : -
Faktor air semen dan kepadatan.
-
Gradasi agregat.
-
Kekerasan agregat.
-
Jenis dan kualitas semen.
-
Cara pemadatan.
-
Pemeliharaan.
-
Umur beton. 1.
Kualitas Beton Basah a)
Workability
Isitilah workability dalam campuran beton masih memberikan istilah yang umum. Untuk dapat mengetahui sifat lebih lanjut, ada tiga buah istilah yang identik dengan istilah workability.
Kompactibilityadalah
sifat
kemampuan
beton
untuk
dipadatkan dan rongga-rongga udara diambil.
Mobilitasadalah sifat beton untuk dialirkan kedalam cetakan
sekitar baja dan dituangkan kembali.
Stabilitasadalah sifat beton untuk tetap sebagi massa yang
bersifat homogen, kohesi dan stabil selama dikerjakan dan digetarkan tanpa terjadi segregasi/ pemisahan butiran agregat dari bahan-bahan yang halus. b)
Segregasi
Adalah pemisahan dari berbagai pilihan campuran yang disebabkan oleh ukuran partikel dari berat jenis relatif yang berbeda. Segregasi berhubungan erat dengan ketidak sempurnaan dalam kontruksi beton seperti keropos, lemah lapisan yang berpori, permukaan bersisik dan goresan pasir. Pengaruh segregasi dapat diatasi dengan mengatur butiran gradasi agregat atau dengan cara menurunkan perbandingan air, semen dengan mengeratkannya dengan mengubah susunan gradasi dan kadar semen. Dengan cara ini campuran yang dihasilkan masih tetap mempunyai kemudahan untuk dikerjakan. c) Bleeding
Adalah mekanisme pemisahan air dari campuran. Penyebab pemisahan air dari campuran diakibatkan proses pengendapan butiran agregat sehingga air mengambang dipermukaan campuran. Proses pemisahan terjadi setelah setelah proses pengecoran beton
pada bekisting. Proses bleeding akan menghasilkan campuran beton dengan kualitas yang rendah.Proses bleeding dapat dikurangai dengan menambahkan kadar semen, menggunakan semen yang berbutir sangat halus atau dengan menambahkan pozzolana. Akan tetapi penambahan kadar semen dengan berbutir yang sangat halus akan berpengaruh terhadap penyusutan kering dan retakan setelah beton mengeras.Tindakan lain yang harus dilakukan adalah menurunkan kadar air. Penurunan kadar air ini dapat menurunkan sifat kemudahan dalam pengerjaan, akan tetapi ini dapat diatasi dengan memberikan bahan pembentukan gelembung-gelembung udara. Tindakan ini sekaligus akan mengaruhi pengaruh susut kering dan retakan setelah beton mengeras. Akan tetapi yang menarik adalah bahwa ukuran agregat tidak mempengaruhi proses bleeding. d)
Uniform ( Pemerataan Penyebaran )
Dalam pembuatan campuran beton, terjadi perataan penyebaran diantara bahan-bahan campuran beton tersebut. Misalnya agregat menyebar secara merata, tidak mengumpul atau tidak mengumpul pada salah satu bagian beton. Bila terjadi penyebaran tidak merata, maka beton tersebut tidak akan sama kekuatannya disetiap bagian dari beton tersebut.
2.
Beton Kualitas Kering
a)
Kekuatan Kekuatan beton ditentukan dengan cara menghitung beberapa beban aksial maksimum yang dipikul oleh suatu penampang beton. Beban aksil yang mungkin terjadi pada suatu penampang adalah aksial tarik dan Lentur. Biasanya penentuan kemampuan beton menerima beban aksial dilakukan dengan melakukan benda uji yang berbentuk kubus atau silinder yang dibuat dari campuran beton yang sedang dikerjakan atau campuran uji ketika merancang campuran beton. Benda uji yang akan diperiksa harus direndam didalam air untuk menjaga suhu beton dan baru akan dikeluarkan ketika akan dilakukan pengujian. Pengujian dapat dilakukan pada saat benda uji dalam keadaan jenuh kering permukaan ( SSD ).
b)
Keawetan Untuk kegunaan beton biasanya dibatasi oleh pengaruh-pengaruh yang
berusaha
untuk
memecahkannya
(
Kardiyono
Tjokrodimulyo,1955 ), seperti :
1.
Pengaruh cuaca berupa hujan dan pembekuan pada musim dingin, saat pengembangan dan penyusutan yang disebabkan basah dan kering silih berganti.
2.
Polusi atmosfir yang biasa disebabkan oleh pembuangan asap batubara, gas, asap kendaraan, dan gas asam dari cerobong pabrik.
3.
Daya perusak kimiawi oleh bahan-bahan seperti air laut, kontruksi tanah yang rusak , rawa-rawa dan air limbah lainnya.
4.
Mengalami kikisan dari orang yang berjalan kaki dan lalulintas, gerakan ombak laut oleh partikel-partikel air dan angin.
6. Perencanaan campuran ( mix design )
Tujuan utama mempelajari sifat-sifat beton adalah perencanaan campuran ( mix design ), yaitu pemilihan dari bahan-bahan beton yang memadai, serta menentukan proporsi masing-masing bahan untuk menghasilkan beton yang ekonomis dengan kualitas yang baik. Syarat-syarat beton keras ditentukan oleh jenis struktur dan teknik pengecoran ( peletakan , pengangkutan, dan pemadatan ). Kedua hal ini menentukan komposisi dari campuran dengan memperhatikan derajat pengawasan dilapangan. a. Prosedur umum
Prosedur
perencanaan
meliputi
3
tahap.
Tahap
pertama
adalah
mengumpulkan persyaratan penggunaan struktur beton tersebut, kondisi lingkungannya, ukuran penampang, dsb. Dari persyaratan tersebut ditentukan data tahap kedua yang merupakan dasar perencanaan campuran, yaitu kuat rencana, slump, ukuran butir terbesar dsb. Dari dasar inilah perhitungan dibuat yaitu tahap ketiga. Ada berbagai metode yang bisa digunakan pada tahap ini.
Sebelum suatu campuran diproporsi, perlu informasi tentang tujuan penggunaan beton, kondisi exposure, ukuran dan bentuk section, sifat fisik beton ( seperti kekuatan ) yang dibutuhkan untuk struktur. Tidak hanya kekuatan dan workability saja. Beton yang terekspose kepada kelengasan, frost atau bahan agresif dalam tanah, misalnya harus direncanakan pada Faktor air-semen yang lebih rendah, untuk membuat kedap air dan mempunyai ketahanan.
Persyaratan 1. Jenis struktur 2. Kondisi lingkungan 3. Ukuran penampang 4. Kualitas material 5. Koefisien variasi Dasar perencanaan 1. Ukuran butir terbesar 2. Slump 3. Kekuatan rencana 4. Ketahanan 5. Kelecakan 6. Kekuatan semen 7. Jenis admixture
Perhitungan 1. Faktor air-semen 2. Jumlah air 3. Faktor semen-agregat 4. Hitung semua proporsi Ekonomis Mix design selain harus memenuhi syarat-syarat diatas, juga harus ekonomis. Mengingat harga semen beberapa kali lebih mahal dari agregat, maka perencanaan campuran mengarah kepada pemakaian semen sesedikit mungkin. Batas bawah kebutuhan semen sering disebut kadar semen minimum. Ia memberi keyakinan untuk workability dan ketahanan. Supaya ekonomis, jumlah semen harus minimum tanpa mengorbankan kualitas. Karena kualitas terutama tergantung pada Faktor air-semen, maka kadar air juga harus minimum untuk mengurangi kebutuhan semen. Jadi langkah untuk meminimalisasi kebutuhan air dan semen adalah menggunakan : 1. Campuran yang sekaku mungkin 2. Agregat terbesar sebesar mungkin 3. Faktor agregat halus/agregat kasar yang optimum
7. Kuat Tarik Beton
Untuk menguji kuat tarik beton, digunakan benda uji pada umur 28 hari, sedang proporsi campurannya dirancang berdasarkan perancangan adukan. Pengujian kuat tarik beton lebih sulit disbanding dengan pengujian kuat tekan beton. Tersedia beberapa metode, dan yang paling sering digunakan untuk pengujian ini adalah pengujian belah silinder ( Nawy, 1990). Menurut
ASTM
C496, pengujian tersebut dilakukan dengan memberikan pembebanan pada sisi silinder sampai pecah atau terbelah. Tegangan tarik yang timbul sesaat benda uji terbelah disebut split cylinder strength, dihitung dengan rumus sebagai berikut : f ct = (2P) / (πLD) Keterangan :
f ct = kuat tarik silinder P = pembebanan π = 3,14 L = panjang silinder beton D = diameter silinder
8. Kuat Lentur Beton
Pembebanan pada pengujian kekuatan Lentur uniaksial termasuk jenis pembebanan static monotonic (beban relative konstan). Pengujian kekuatan Lentur menggunakan standar ASTM c39-86 “Standard Test Method For Compressive Cylindrical Concrete Specimens” (ASTM, 1993).
Kuat Lentur beton pada umur tertentu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
F=
Dimana:
2
F = Kuat Lentur beton pada umur tertentu (kg/cm ) M = Momen Maksimal (kg.cm) 2
C = jarak garis netral ketepi beton (cm ) 4
I= Inersia Penampang (cm )
F. TUJUAN PENELITIAN
-
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kuat beton terhadap gaya Lentur dengan penambahan bahan tulangan bambu.
-
Manfaat kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan: a. Bagi Penulis Untuk penulis sendiri manfaat yang dihasilkan bisa dijadikan suatu bahan perbandingan study antara teori dan pelaksanaan dilapangan dan merupakan suatu bahan tersendiri dengan hasil yang diharapkan sesuai dengan rancangan. b. Bagi Laboratorium Fakultas Teknik Universitas Siliwangi Hasil yang diperoleh dari penelitian beton dengan menggunakan tulangan bambuini bisa dijadikan suatu bahan dasar bagi kelanjutan penelitian yang akan dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam kegiatan penelitian khususnya generasi mahasiswa fakultas Teknik Universitas Siliwangi. c. Bagi Lembaga Fakultas Teknik Hasil yang diperoleh dapat dijadikan tolak ukur kemajuan fakultas serta dapat
dijadikan
referensi
maupun
tinjauan
pustaka
bagi
yang
memerlukan dan sebagai dasar ilmu untuk penelitian sifatnya study banding. d. Bagi Masyarakat Umum Kesimpulan akhir dari penelitian ini dapat dijabarkan kepada masyarakat mengenai layak atau tidaknya tulangan bambuini untuk menekan harga beton tetapi mempunyai kekuatan lentur yang aman seperti beton standar.
G. PEMBATASAN MASALAH
Ruang lingkup permasalahan yang dibahas pada penelitian ini yaitu : 1. Sejauh mana pengaruh tulangan bambuterhadap lentur beton.
H. KONTRIBUSI PENELITIAN
Hasil penelitian dan analisa ini yang membahas tentang perbandingan kuat lentur beton dengan menggunakan tulangan bambu nantinya diharapkan dapat memberikan suatu penyelesaian yang paling tepat untuk acuan perencanaan pekerjaan suatu bangunan yang menggunakan bahan dari alam
I. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah : 1. Kajian teoritis (literatur), yaitu mengkaji teori yang diperlukan dari bukubuku pegangan yang menunjang dan berhubungan dengan pelaksanaan penelitian ini. 2. Penelitian, yaitu meneliti perbandingan kuatlentur beton dengan menggunakan tulangan bambu.
J. TABULASI
Umur Beton / Jenis Bambu Apus/Tali
Kuat Tarik/Silinder Kuat Lentur/Balok Pilin Polos Pilin Polos 3 14 28 3 14 28 3 14 28 3 14 28 Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari 2
2
Indeks K 225 / 1 m
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
* Sement 371 kg * Pasir 698 kg * Kerikil (maksimum 30mm) 1047 kg * Air 215 Liter Tabulasi Bahan 2
V= (12*(0.15*0.15*0.6) + (12*(3.14*0.125 *0.3) = 0.340 m
3
Bahan yang diperlukan untuk penelitian ini : * Sement 127 kg * Pasir 238 kg * Kerikil (maksimum 30mm) 356 kg * Air 74 Liter K. DAFTAR PUSTAKA
1. Slamet Harto,1998, Kajian perbandingan kuat Lenturlentur beton dengan menggunakan campuran semen bata merah, Universitas
Siliwangi 2. Direktorat Jendral Binamarga,1997,
Manual campuran beton dan
langkah-langkah kerja, Departemen pekerjaan umum,Jakarta 3. Direktorat Jendral Binamarga ,1995 , Teknologi beton ,Universitas gajah mada,Yogyakarta.
2