PROGRAM KEAMANAN RADIASI BAGIAN RADIOLOGI RS DIRGAHAYU
I.
Pendahuluan Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar. Di dunia Internasional, program K3 telah lama diterapkan di berbagai sektor industri (akhir abad 18), kecuali di sektor kesehatan. Perkembangan K3RS tertinggal dikarenakan fokus pada kegiatan kuratif, bukan preventif. Fokus pada kualitas pelayanan bagi pasien, tenaga profesi di bidang K3 masih terbatas, organisasi kesehatan yang dianggap pasti telah melindungi diri dalam bekerja. Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Selain
dituntut
mampu
memberikan
pelayanan
dan
pengobatan yang bermutu, Rumah Sakit juga dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan program K3 di Rumah Sakit (K3RS) seperti yang tercantum dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat dalam instrumen akreditasi Rumah Sakit. Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal 165:
"Pengelola tempat kerja wajib melakukan melakukan segala segala bentuk upaya
kesehatan
melalui
upaya
pencegahan,
peningkatan,
pengobatan
dan
pemulihan bagi tenaga kerja". Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di Rumah Sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para Program Keamanan Radiasi Bagian Radiologi RS Dirgahayu
1
tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja di samping keselamatan kerja. Rumah Sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari
II.
Latar belakang Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi adalah tindakan sistematis dan terencana untuk melindungi pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi. Program ini dibuat sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir, dengan mempertimbangkan Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif, Perka BAPETEN No. 8 tahun 2011 tentang Keselamatan
Radiasi
dalam
Penggunaan
pesawat
Sinar-X
Radiologi
Diagnostik dan Intervensional, serta Perka BAPETEN No. 4 tahun 2013 tentang Proteksi dan keselamatan Radiasi dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir. Untuk memastikan keselamatan dan kesehatan pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup RS Dirgahayu berprinsip bahwa kegiatan pemanfaatan radiasi pengion direncanakan, dan dioperasikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BAPETEN dan menjamin paparan radiasi ditekan serendah rendahnya. Penerimaan dosis radiasi terhadap pekerja dan masyarakat tidak boleh melebihi Nilai Batas Dosis (NBD) yang ditetapkan oleh BAPETEN.
III.
Tujuan Tujuan Umum: Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM Rumah Sakit aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga proses pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar Tujuan Khusus: Program Keamanan Radiasi Bagian Radiologi RS Dirgahayu
2
Memberikan gambaran tentang fasilitas, pesawat sinar-X, peralatan penunjang, dan perlengkapan proteksi;
Memastikan bahwa proteksi dan keselamatan radiasi di fasilitas
terpenuhi dan dapat direview atau dikaji ulang sesuai dengan pemanfaatannya; dan
Pelaksanaan pelayanan radiologi diagnostik dan intervensional dapat memenuhi prinsip-prinsip keselamatan radiasi.
IV.
Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan Setiap Instalasi yang memanfaatkan sumber radiasi pengion harus memiliki izin, BAPETEN adalah instansi yang bertugas melaksanakan pengawasan melalui peraturan, perizinan, dan inspeksi terhadap segala kegiatan yang memanfaatkan sumber radiasi pengion. Keselamatan Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pasien, pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya Radiasi. Langkah yang dilakukan. Untuk memperoleh izin pemanfaatkan sumber radiasi pengion, setiap Instalasi harus memenuhi syarat keselamatan radiasi. Petugas Proteksi Radiasi yang berlisensi BAPETEN telah ada dan telah melakukan tugasnya sesuai dengan kompetensinya, antara lain: 1. Membuat prosedur kerja dengan radiasi. 2. Membuat tanda tanda adanya bahaya radiasi dengan jelas sehingga mudah
terlihat
dan
menempatkan
pada
tempat
tempat
yang
semestinya. 3. Memelihara peralatan proteksi radiasi agar selalu dalam keadaan yang memadai baik fisik maupun fungsi. 4. Menganalisa dosis perorangan hasil perhitungan TLD. 5. Merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan bagi pekerja radiasi setahun sekali. 6. Membuat standar prosedur pelayanan radiologi. 7. Membuat standar prosedur pemeriksaan radiografi non kontras maupun kontras. 8. Membuat standar
prosedur tindakan
kedaruratan medik
akibat
penggunaan bahan kontras pada pemeriksaan radiologi.
Program Keamanan Radiasi Bagian Radiologi RS Dirgahayu
3
9. Melakukan pemeliharaan secara berkala terhadap sarana, fasilitas dan peralatan radiologi sesuai dengan batas kewenangan radiografer, agar keadaan baik fisik maupun fungsi sarana, fasilitas dan peralatan radiologi selalu laik pakai, khususnya pemeliharaan kebersihan pesawat X-Ray,kaset dan processing automatic.
V.
Cara Melaksanakan Kegiatan 1.
Melakukan pengukuran terhadap sumber radiasi / Pesawat Sinar
–
X.
Yang dikenal juga dengan istilah Uji kesesuaian atau kalibrasi. Pelaksaan dari uji kesesuaian ini adalah suatu badan yang telah ditunjuk oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) sebagai ketentuan uji kesesuaian : a. Sertifikat Lolos Uji Kesesuaian Pesawat Sinar – X berlaku selama 4 (empat) tahun. b. Masa berlaku Notisi Lolos Uji Kesesuaian Dengan Perbaikan adalah sejak tanggal penerbitan notisi sampai dengan tanggal berakhirnya masa berlaku Izin Penggunaan Pesawat Sinar
–
X dari kepala
BAPETEN. c. Setiap Pesawat Sinar
–
X yang telah memiliki Sertifikat Lolos Uji
Kesesuaian atau Notisi Lolos Uji Keseuaian Dengan Perbaikan harus diuji paling lama 90 (sembilan puluh) hari sebelum tanggal berakhirnya masa berlaku sertifikat atau notisi tersebut. Tata cara Uji Kesesuaian kembali
sebagaimana
dimaksud
dilakukan
dengan
ketentuan
sebagaiman tata cara Uji Kesesuaian awal. 2.
Melakukan pemantauan dan perawatan terhadap Alat Proteksi Radiasi (APD) dengan cara melakukan kalibrasi setiap 1 tahun sekali. Untuk APD yang telah di kalibrasi diberi sticker yang berisikan tanggal pelaksanaan dan tanggal masa berlaku. Jenis APD yang digunakan adalah : a. Apron Ketebalan apron untuk radiodiagnostik adalah setara dengan 0,2 mm Pb atau 0,25 mm Pb, yang ditulis secara permanen dan mudah terlihat pada apron tersebut. Penyimpanan atau peletakan apron Pb, bukan dilipat dan bukan digantung, karena dapat menyebabkan
Program Keamanan Radiasi Bagian Radiologi RS Dirgahayu
4
kerusakan yang akan mengurangi fungsinya sebagai peralatan proteksi radiasi. b. Pelindung gonad, dengan ketebalan yang setara dengan 1 mm Pb. c. Kaca mata Pb (Gogle) setara dengan 1 mm Pb. 3.
Menggunakan peralaatan
pemantauan dosis radiasi
per
orangan,
Peralatan yang digunakan adalah Termo Luminisensi Dosimeter (TLD). TLD yang disediakan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Pengukuran TLD ini dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali. 4.
Memasang tanda-tanda radiasi pada daerah kerja, seperti : a. Memasang
lampu
merah
pada
ruangan
pemeriksaan
menggunakan pesawat sinat – X disertai adanya tulisan
yang
”DILARANG
MASUK JIKA LAMPU MERAH MENYALA”
b. Memasang stiker tanda bahaya radiasi di depan pintu ruangan pemeriksaan yang menggunakan sinar – X c. Poster peringatan bahaya Radiasi harus dipasang didalaam ruangan pesawat sinar –
X memuat tulisan “ PERHATIAN
JIKA ANDA MERASA
HAMIL / SEDANG HAMIL SILAKAN LAPOR KE DOKTER / PETUGAS RADIOLGI” 5.
Melakukan pemantauan kesehatan terhadap pekerja radiasi. Pemeriksaan kesehatan meliputi : a. Pemeriksaan kesehatan umum, dilakukan pada saat sebelum bekerja, selama bekerja dan pada saat akan memutuskan hubungan kerja / pensiun. b. Pemeriksaan kesehatan khusus, dilakukan pada pekerja radiasi yang mengalami atau diduga mengalami gejala sakit akibat radiasi serta bagi pekerja yang mendapatkan paparan radiasi yang melebihi nilai ambang batas.
6.
Keadaan darurat Keadaan darurat adalah suatu kejadian luar biasa tidak sesuai prosedur yang ada dan cenderung menimbulkan kecelakaan kerja. Keadaan darurat di
instalasi
Radiologi
antara
lain
adalah
Kebocoran
Tabung
Penanggulangan kebocoran tabung.
Program Keamanan Radiasi Bagian Radiologi RS Dirgahayu
5
Tujuan untuk meminimalisasi berkas paparan yang diterima oleh petugas, pasien dan lingkungan. Tata caranya : a. Jika terjadi, waktu exposure lebih lama dari yang direncanakan, petugas wajib lapor kepada petugas proteksi radiasi. b. Petugas proteksi
radiasi melapor kepada kepala instalasi radiologi
dan petugas teknik medik untuk berkoordinasi. c. Kepala instalasi melapor dugaaan kebocoran tabung ke BPFK Surabaya untuk dilakukan pengecekan. d. Alat x ray yang diduga terjadi kebocoran tabung diberi tanda agar tidak dipergunakan. e. Petugas proteksi radiasi segera membuat laporan insiden dan dilaporkan kepada manajemen RS Dirgahayu. f.
Manajemen RS Dirgahayu segera membuat evaluasi atas laporan yang
diterima dari BPFK Surabaya dan mengambil solusi sesuai
kondisi kebutuhan. g. Pelayanan radiodiagnostik kembali dilakukan setelah kepastian dan jaminan dari pihak terkait.
VI.
Sasaran 1.
Proteksi Radiasi Instalasi Radiologi
2.
Proteksi Radiasi Petugas Radiologi
3.
Proteksi Radiasi Pasien
4.
Proteksi Radiasi Pengantar Pasien
Program Keamanan Radiasi Bagian Radiologi RS Dirgahayu
6
VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Pemantuan
Tahun 2014 jan
feb
mar
apr Mei Jun Jul
Agst Sep Okt Nov
Melakukan Uji Kesesuaian pesawat
Des
v
Petugas BPFK
SIEMENS
Surabaya
Vatech
PT Andini
Panoramic
Sarana
sinar – X Melakukan
BPFK
kalibrasi
SIEMENS
pesawat
Vatech
sinar – X
Panoramic
Surabaya
1. PPR Melakukan
Apron
2. Radiografer
tes kebocoran
Kaca
APD
Pb
2. Radiografer
Pelindung
1. PPR
Gonad
2. Radiografer
Mata
Melakukan
v
pengukuran dosis
1. PPR
v
v
v BPFK
TLD
Surabaya
radiasi perorangan Memasang rambu rambu
1. PPR
tanda bahaya radiasi
2. K3 IPS RS
Melakukan
pemeriksaan
berkala Laporan kebocoran tabung
1. PPR 2. K3 IPS RS
Program Keamanan Radiasi Bagian Radiologi RS Dirgahayu
7
VIII. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan 1.
Melakukan pencatatan pada formulir pemeliharaan / kalibrasi pesawat sinar – x
2.
dan peralatan APD.
Melakukan pencatatan dan penyimpanan hasil penerimaan dosis radiasi perorangan (TLD)
3.
Melakukan pencatatan hasil pengukuran dosis radiasi hambur pada sekitar rungan pemeriksaan.
IX.
4.
Melakukan pencatatan inventaris data-data pesawat sinar – x
5.
Melakukan pengarsipan hasil-hasil pemeriksaan kesehatan.
6.
Melakukan pemantauan terhadap terjadinya kecelakaan radiasi.
Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan Membuat laporan akhir tahun yang diserahkan ke Direktur Rumah Sakit serta ke Komite Keselamatan Rumah Sakit (K3 RS). Serta melakukan evaluasi terhadap program proteksi radiasi.
Program Keamanan Radiasi Bagian Radiologi RS Dirgahayu
8
FASILITAS, PESAWAT SINAR – X DAN PERALATAN PENUNJANG SERTA PERLENGKAPAN PROTEKSI RADIASI
Fasilitas Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan penggunaan semua modalitas yang menggunakan radiasi untuk diagnosis dan prosedur terapi dengan menggunakan paduan radiologi. Radiologi diagnostik adalah kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan fasilitas untuk keperluan diagnosis. Sedangkan radiologi interventional adalah cabang ilmu radiologi yang terlibat dalam terapi dan diagnosis pasien, dengan melakukan terapi dalam tubuh pasien melalui bagian luar tubuh dengan kawat penuntun, stent, dan lain-lain dengan menggunakan sinar – x.
Fasilitas Ruangan Setiap perencanaan fasilitas pesawat sinar
–X
harus memperhitungkan
beban kerja maksimum, faktor guna penahan radiasi, dan faktor penempatan daerah sekitar fasilitas, harus mempertimbangkan kemungkinan perubahan di masa mendatang dalam setiap parameter atau semua paarameter yang meliputi penambahan tegangan tabung, beban kerja, modifikasi teknis yang mungkin memerlukan tambahan pesawat sinar – x, dan bertambahnya tingkat penempatan daerah sekitar fasilitas. Fasilitas pesawat sinar – x paling kurang harus memenuhi persyaratan sbagai berikut : 1.
Ukuran ruangan pesawat sinar – x dan mobile station harus sesuai dengan spesifikasi teknik pesawat sinar
–
x dari pabrik atau rekomendasi standar
internasional. 2.
Jika ruangan memiliki jendela, maka jendela ruangan paling kurang terletak pada ketinggian 2 m dari lantai.
3.
Dinding ruangan untuk semua jenis pesawat sinar – x terbuat dari bata merah dengan ketebalan 25 cm atau beton dengan kerapatan jenis 2,2 g/cm³ dengan ketebalan 20 cm atau setara denga 2 mm timah hitam (Pb), dan pintu ruangan pesawat sinar – x harus dilapisi dengan timah hitam dengan ketebalan tertentu.
4.
Ruang tunggu pasien.
5.
Ruang ganti pakaian.
6.
Tanda radiasi. Poster peringatan bahaya radiasi dan lampu merah. Program Keamanan Radiasi Bagian Radiologi RS Dirgahayu
9
Pembagian Daerah Kerja Pembagian
daerah
kerja
pada
RS
Dirgahayu
terbagi
atas
Daerah
Pengendalian dan/atau Daerah Supervisi. Manajemen RS Dirgahayu berupaya melindungi
masyarakat
Pengendalian.
dengan
mencegah
akses
masyarakat
ke
Daerah
Proteksi radiasi di Daerah Pengendalian dilakukan dengan cara
menempelkan tanda peringatan bahaya radiasi yang jelas, mudah terlihat, dan mencolok di setiap pintu akses ke Daerah Pengendalian. Ruang radiologi juga dilengkapi dengan lampu tanda radiasi di luar pintu masuk yang menyala saat ruang radiologi digunakan. Manajemen RS Dirgahayu memastikan bahwa seluruh tanda bahaya radiasi ini berfungsi. 1.
Daerah Pengendalian, di daerah pengendalian ini Instalasi Radiologi melakukan tindakan proteksi dan keselamatan radiasi dengan: a.
Menandai dan membatasi Daerah Pengendalian yang ditetapkan dengan tanda fisik yang jelas atau tanda lainnya;
b.
Memasang atau menempatkan tanda peringatan atau petunjuk pada titik akses dan lokasi lain yang dianggap perlu di dalam Daerah Pengendalian;
c.
Memastikan akses ke Daerah Pengendalian:
hanya untuk Pekerja Radiasi; dan
pengunjung yang masuk ke Daerah Pengendalian didampingi oleh Petugas Proteksi Radiasi;
d.
Menyediakan peralatan pemantauan dan peralatan protektif radiasi.
Daerah Pengendalian dalam instansi kami adalah ruang radiologi yang terdapat pemanfaatan pesawat sinar-X di dalamnya, yaitu ruang X RAY I, X RAY II, CTSCAN. 2.
Daerah Supervisi, di daerah ini Nama instansi menetapkan daerah supervisi dengan mempertimbangkan kriteria potensi penerimaan paparan radiasi individu lebih dari NBD anggota masyarakat dan kurang dari 3/10 (tiga per sepuluh) NBD pekerja radiasi dan bebas kontaminasi, selain itu Nama i nstansi: a.
Menandai dan membatasi Daerah Supervisi yang ditetapkan dengan tanda yang jelas; dan
b.
Memasang tanda di titik akses masuk Daerah Supervisi.
Program Keamanan Radiasi Bagian Radiologi RS Dirgahayu 10
Perlengkapan Proteksi Radiasi Dalam pemanfaatan radiasi dalam bidang radiologi diagnostik dan interventional, pemegang izin harus menyediakan perlengkapan proteksi radiasi minimal sebagai berikut. 1.
Peralatan Protektif Radiasi a.
Apron adalah alat proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi, sekurang kurangnya setara 0.5mm Pb.
b.
Pelindung gonad adalah alat pelindung diri yang digunakan untuk radiologi diagnostik rutin harus mempunyai lempengan Pb, tebal sekurang kurangnya sekitasr 0,25mm
c.
Sarung tangan adalah alat pelindung diri dengan kesetaraan atenuasi sekurang kurangnya 0,25 mm Pb.
d.
Kacamata yang terbuat dari bahan yang setara dengan 1 mm Pb.
e.
Tabir atau Perisai Radiasi Tabir yang digunakan oleh radiografer harus dialpisi dengan bahan yang setara dengan 1 mmPb. Ukuran tabir adalah tinggi 2 m dan lebar 1 m yang dilengkapi dengan kaca intip Pb yang setara denngan 1 mm Pb.
f.
Harus dipersiapkan tindakan penanggulangan dari resiko yang timbul.
g.
Pertimbangan keselamatan radiasi untuk pekerja radiasi, masyarakat, dan lingkungan di dalam kawasan dan diluar kawasan.
h.
Persiapkan dan pakailah hanya peralatan kerja yang benar-benar perlu saja, dan juga peralatan proteksi radiasi yang cocok dan memadai.
i.
Pekerja radiasi harus sudah terlatih untuk menggunakan sumber radiasi, untuk itu perlu adanya pelatihan (training) untuk para pekerja radiasi.
j.
Agar pemantauan atau kontrol radiasi untuk pekerja radiasi, agar dosis radiasi yang diterima oleh pekerja dapat diketahui dengan segera dan dijaga untuk tidak melebihi batas dosis yang telah ditentukan.
Dilakukan pengukuran dosis radiasi selama masa kerja dan apabila seseorang mencapai Nilai Batas Dosis yang telah ditentukan maka petugas proteksi radiasi segera menyelidiki sebab-sebabnya serta melakukan tindakan koreksi, untuk itu petugas berkewajiban juga mencatat dosis radiasi yang diterima setiap bulannya oleh pekerja radiasi.
Program Keamanan Radiasi Bagian Radiologi RS Dirgahayu 11
2.
Pengawasan Dosis Radiasi Setelah Masa Kerja Jika petugas radiasi memutuskan hubungan kerja atau pindah kebagian lain berhak memperoleh catatan dosis radiasi yang pernah diterima selama bekerja sebagai pekerja radiologi.
Program Keamanan Radiasi Bagian Radiologi RS Dirgahayu 12
PEMERIKSAAN KESEHATAN BAGI PEKERJA RADIASI
Keselamatan radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan kondisi yang sedemikian agar efek radiasi pengion terhadap manuasia dan lingkungan hidup tidak melampaui nilai batas yang ditentukan. Pemeriksaan kesehatan bagi calon pekerja radiasi itu sendiri harus dilakukan secara lengkap dan cermat. 1.
Pemeriksaan kesehatan bagi calon Pekerja Radiasi . Pemeriksaan ini meliputi penyelidikan terhadap riwayat kesehatannya termasuk semua penyinaran terhadap radiasi pengion dari pekerjaan sebelumnya yang diketahuiditerimanya atau dqari pemeriksaan dengan pengobatan medik.
2.
Pemeriksaan Kesehatan Selama masa kerja. a.
Setiap pekerja radiasi harus menjalani pemeriksaan kesehatan sedikitnya sekali dalam setahun atau lebih bergantung kondisi penyinaran yang diterima oleh pekerja atau apabila keadaan kesehatan memerlukan.
b.
Pemeriksaan ini harus meliputi pemeriksaan umum dan juga pemeriksaan khusus pada organ tubuh yang dianggap peka terhadap radiasi serta mengadakan pemeriksaan lanjutan atau perawatan kesehatan yang dianggap perlu oleh dokter.
3.
Pemeriksaan Kesehatan Setelah masa kerja. Jika pekerja radiasi akan memutuskan berhubungan kerja atau dipindahkan ke bagian lain harus diperiksa kesehatannya terlebih dulu secara teliti dan menyeluruh oleh dokter atas beban rumah sakit. Dokter Instalasi dapat menentukan perlunya pengawasan kesehatan setelah putusnya hubungan kerja untuk mengawasi kesehatan orang yang bersangkutan selama dianggap perlu, atas biaya rumahsakit.
4.
Pernyataan Hasil Pemeriksaan Kesehatan Untuk Pekerja Radiasi. Hasil pemeriksaan kesehatan untuk pekerja radiasi harus dinyatakan sebagai :
Sehat dan memenuhi syarat.
Sehat dan memenuhi syarat dengan kondisi tertentu.
Tidak sehat dan tidak memenuhi syarat untuk dapat bekerja sebagai pekerja radiasi dan atau untuk kondisi kerja khusus.
Program Keamanan Radiasi Bagian Radiologi RS Dirgahayu 13
Proteksi Dan Keselamatan Radiasi Untuk Pasien Prosedur yang harus dipatuhi dalam teknik proteksi pasien adalah : 1.
Persyaratan Pemeriksaan Prinsip proteksi dan keselamatan radiasi yang berlaku adalah justifikasi penggunaan modalitas radiasi dan optimasi proteksi, modalitas tersebut harus sesuai digunakan untuk mendiagnosis gejala klinis atau sesuai untuk kebutuhan terapi penyakit pasien, sehingga memberikan manfaat yang lebih besar dengan resiko yang minimal.
2.
Pemindahan catatan. Pemindahan pelaksanaan radiografi dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya harus dikurangi untuk menghindari terjadinya pemeriksaan ulang.
3.
Pengurangan dosis pasien Pembatasan dosis dilakukan untuk mempertahankan dosis pasien sekecil mungkin yang dapat dicapai secara teknis, seperti penggunaan kombinasi layar-film dengan defisiensi tinggi, ukuran lapangan radiasi minimum, waktu dan arus minimum.
4.
Proteksi janin Wanita yang diduga hamil yang akan menjalani pemeriksaan dengan modalitas radiasi, terlebih dulu harus melakukan screening kehamilan. Apabila dalam proses screening kehamilan diperoleh justifikasi bahwa pemeriksaan dengan radiasi pengion harus tetap dilaksanakan, maka PPR dan atau radiografer harus melakukan perhitungan berapa dosis radiasi yang diperkirakan diterima oleh janin karena terkena paparan radiasi.
5. Pelindung Organ Reproduksi (Gonad) Pelindung gonad dan ovarium harus diberikan sepanjang tidak mengurangi informasi yang diperlukan 6. Pemeriksaan paru-paru Foto radiografi paru-paru harus dilakukan dengan jarak fokus dengan film sekurang-kurangnya 120 cm.
Proteksi Dan Keselamatan Radiasi Untuk Pendamping Pasien Untuk membantu memegang pasien anak-anak atau orang yang lemah pada saat penyinaran harus dilakukan oleh orang dewasa yang berasal dari anggota keluarganya, bukan petugas. Apron dan sarung tangan harus mereka kenakan. Program Keamanan Radiasi Bagian Radiologi RS Dirgahayu 14
Peralatan imobilisasi sebaiknya digunakan untuk menghindari pergerakan anak selama penyinaran. Dalam kasus apapun detector atau tabung tidak boleh dipegang.
Rencana Peanggulangan Keadaan Darurat Keadaan darurat atau kecelakaan adalah kejadian yang tidak direncanakan termasuk kesalahan operasi, kerusakan ataupun kegagalan fungsi alat atau kejadian lain yang menjurus timbulnya dampak radiasi, kondisi paparan radiasi yang melampaui batas keselamatan. Tindakan awal bila terjadi kecelakaan adalah mengevakuasi dan mengisolasi tempat kejadian untuk menghindari adanya penerimaan dosis berlebih dan persiapkan rencana penanggulangannya. Kemudian meninjau kemungkinan yang terjadi serat mencatat semua kejadian kecelakaan untuk dilaporkan ke BAPETEN oleh PPR serta diketahui oleh pengusaha instalasio. Keadaan darurat yang mingkin terjadai adalah sebagai berikut : 1. Terjadinya kegagalan prosedur a. Prosedur tidak tepat b. Prosedur kurang lengkap 2. Terjadinya kesalahan operator a. Tidak melakukan survey radiasi b. Tidak mengikuti prosedur c. Tidak menggunakan perlengkapan proteksi radiasi d. Kesalahan manusiawi e. Kesalahan menghitung paparan 3. Jika terjadi kebakaran Pertama harus dimatikan adalah sumber listrik. Perlu dilakukan kerja sama penanganan dengan instasi terkait seperti : Unit pemadam kebakaran dan kepolisian atau aparat keamnan setempat. Petugas Proteksi Radiasi mengkoordinir penanganan keadaan darurat kebakaran ini jika dapat menjaga Pesawat Radiologi ini jangan sampai rusak ataupun hilang. Laporkan kejadian ini ke BAPETEN. 4. Jika terjadi kebocoran radiasi Apabila terjadi keanehan pada paparan radiasi, petugas atau operator segera mencari sebab-sebab kejadiannya dan setelah ditemukan titik penyebabnya Program Keamanan Radiasi Bagian Radiologi RS Dirgahayu 15
segera laporkan kepada PPR untuk segera dimintakan penanganannya. Namun sambil menunggu PPR dan perbaikan alat datang segera lokalisir dan mengosongkan daerah tersebut dari pekerja yang tidak berkepentingan. 5. Jika terjadi bencana alam Jika terjadi bencana alam seperti gempa bumi atau banjir, yang paling utama adalah melakukan tindakan penanganaan terhadap peralatan pesawat radiologi yaitu dengan mematikan listriknya dari panel utama ataupun mematikan seluruh jaringan catu dayanya. 6. Jika terjadi keadaan darurat karena kerusakan alat Biasanya karena benturan atau korosi. Jika hasil pengukuran dengan survey meter menunjukkan adanya kebocoran atau diduga bocor, maka perlu dilakukan hal-hal sebagi berikut : 1. Bebaskan lokasi alat dari kegiatan bekerja 2. Jangan coba untuk perbaiki kerusakan pada alat tersebut. Pekerjaan ini hanya dilakukan oleh petugas yang memilki lisensi khusus. 3. Segera meminta
bantuan kepada
petugas khusus
untuk
mengatasi
kebocoran tersebut. Setiap terjadi kecelakaan dibuat laporan kejadian untuk dilaporkan ke Petugas Proteksi Radiasi, ke Pengusaha Instalasi dan ke : DIREKTORAT KETEKNIKAN DAN KESIAPSIAGAAN UKLIR, BAPETEN Jl Gajah Mada No 8 Jakarta Pusat 10120, Telp (021) 63856518 Fax : (012) 6302187, Free call : 0800 1227 383, Email :
[email protected] 7. Penanganan Limbah Radiologi Karena bagian radiologi tidak menggunakan bahan nuklir yang mengandung radioaktif maka tidak ada sisa limbah yang dihasilkan dari pelayanan. Untuk limbah rumah sakit non radiasi ditangani oleh bagian kesling.
Program Keamanan Radiasi Bagian Radiologi RS Dirgahayu 16
Contoh Lampiran : HASIL PERHITUNGAN TLD Pelaksana pemantauan
:
Periode Tahun
:
Nama Pengguna
Dosis Diterima mSv
Periode Pemakaian Januari
April
Juli
Oktober
Maret
Juni
September
Desember
Akumulasi
TLD Kontrol Khasmawati Amd Rad Trivonia AMR Broto AMR Alvin AMR Mad Lazim Kuswanto Herminah Ade
Pembahasan hasil pemantauan : ........... Pelaksanaan pemantauan,
(............................................)
Program Keamanan Radiasi Bagian Radiologi RS Dirgahayu 17