dr. Hj. LETIZIA SANIF, M.Kes Disampaikan pada acara Continuing Profesional Development (CPD) Jakarta, JUM’AT 1 JUM’AT 1 JUNI 2018
CURRICULUM VITAE NAMA : dr. Hj. LETIZIA SANIF, M.Kes TEMPAT/TGL LAHIR : PALEMBANG, 14 FEBRUARI 1964 ALAMAT : JL. ISWAHYUDI NO.8 KALIDONI PALEMBANG AGAMA : ISLAM TELEPON/HP : 08127128707 RIWAYAT PENDIDIKAN : SDN 84 PALEMBANG (1971-1976) SMP XAVERIUS II PALEMBANG (1977-1980) SMA XAVERIUS I PALEMBANG (1980-1983) FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRI PALEMBANG (1983-1990) PROGRAM PASCA SARJANA FKM UI JAKARTA (2002-2004) RIWAYAT PEKERJAAN : TKS PJ.RUANG RAWAT INAP PKM SUKARAJA OKU (1991) DOKTER FUNGSIONAL PKM SUKARAJA OKU (1991-1992) KEPALA PKM PEMETUNG BASUKI OKU (1992-1995) KEPALA PKM SABOKINGKING PALEMBANG (1996-2001) KEPALA PKM DEMPO PALEMBANG (2002-2005) KASUBDIN YANKES DINKES PALEMBANG (2005-2008) SEKRETARIS DINKES PALEMBANG (2008-2017) KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA PALEMBANG(2017-SEKARANG) DOSEN LB FK UNSRI PALEMBANG (1996-SEKARANG) DOSEN LB FK MUHAMMADIYAH PALEMBANG (2013-SEKARANG) PJ. KLINIK FALEZIA MEDIKA (2010-SEKARANG) ORGANISASI : KETUA I IAKMI KOTA PALEMBANG (2010-SEKARANG) KETUA BDG KEANGGOTAAN PDUI SUMSEL (2011-SKRG) KETUA KOMISARIAT IDI DINKES PALEMBANG (2008-SKRG) ANGGOTA BIDANG KERJASAMA LS IDI SUMSEL (2015)
DIKLAT
: PRAJABATAN (1992) TEKNIS FUNGSIONAL TERPADU BAGI DOKTER (1997) LMCB (LEADERSHIP AND MANAGERIAL CAPACITY BUILDING) (2001, 2003) PPGD (PENANGGULANGAN PADA GAWAT DARURAT) (2003) ATLS (ADVANCED TRAUMA LIFE SUPPORT) SUPPORT ) (2003) DIKLAT KEPEMIMPINAN III (2008) COMPARATIVE STUDY TENTANG PROGRAM PENGOBATAN TRADISIONAL DI MAHIDOL UNIVERSITY THAILAND (2012) PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH (2006,2013,2014) WORKSHOP EFT LEVEL 1,2,3 DAN TOT EFT (2014, 2015) PENGHARGAAN : DOKTER TELADAN I KAB. OKU TAHUN 1995 DOKTER TELADAN I KOTA PALEMBANG TAHUN 2002 DOKTER TELADAN III PROP. SUMSEL TAHUN 2002 SATYA LENCANA KARYA SATYA X PRESIDEN RI 2004 SATYA LENCANA KARYA SATYA XX PRESIDEN RI 2013 SUAMI : dr. H. IRFANI RIZA, SpPD (ALM) ANAK : M. ADITAMA FALEZIA, SE dr. RAMADITA UTAMI FALEZIA M. IRWAN FALEZIA HOBBY : RENANG, BACA, NYANYI, TRAVELLING EMAIL :
[email protected]
SEHAT
MENURUT WHO SEHAT ADALAH SUATU KEADAAN KONDISI FISIK, MENTAL, DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL YANG MERUPAKAN SUATU KESATUAN DAN BUKAN HANYA BEBAS DARI PENYAKIT ATAU KECACATAN. MENURUT UNDANG-UNDANG KESEHATAN NOMOR 36 TAHUN 2009 KESEHATAN ADALAH KEADAAN SEHAT BAIK SECARA FISIK, MENTAL, SPIRITUAL MAUPUN SOSIAL YANG MEMUNGKINKAN SETIAP ORANG UNTUK HIDUP PRODUKTIF SECARA SOSIAL DAN EKONOMIS.
Sehat memang bukan segalanya, tapi tanpa kesehatan segalanya tidak berarti apa – apa Pepatah Arab : “ Asshihah a’la minaddunya wamafi iha “ sehat itu nilainya lebih mahal dari pada dunia dan seisinya. Orang Barat mengatakan : “The health is gold”
PARADIGMA HIDUP SEHAT H. L. BLUM Genetik (5%) Sumber Daya Alam
Lingkungan (45%)
Keseimbangan Ekologi
HIDUP SEHAT
Perilaku Masyarakat (35%)
Sistem Budaya
Pelayanan Kesehatan (15%) Kepuasan Manusia
Konsep Paradigma Sehat H.L Blum Memandang pola hidup sehat seseorang secara “Holistik dan Komprehensif” masyarakat yang sehat tidak dilihat dari sudut pandang tindakan penyembuhan penyakit melainkan upaya yang berkesinambungan dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
.
Paradigma Sakit :
Kesehatan hanya dipandang sebagai upaya menyembuhkan orang yang sakit dimana terjalin hubungan dokter dengan pasien
Paradigma Sehat :
Upaya kesehatan dipandang sebagai suatu tindakan yang menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan individu ataupun masyarakat
ADALAH
KEADAAN DIMANA FISIK, EMOSIONAL, INTELEKTUAL, SOSIAL, PERKEMBANGAN SESEORANG BERKURANG ATAU TERGANGGU, BUKAN HANYA KEADAAN TERJADINYA PROSES PENYAKIT.
PENYAKIT (Patofisiologi, konsep klinis dan proses – proses penyakit, Sylvia. A. Price dan Lorraine M. Wilson)
Perubahan pada individu – individu yang menyebabkan parameter kesehatan mereka berada di bawah kisaran normal. Suatu penyimpangan dari keadaan normal atau tidak adanya keadaan normal. Kegagalan organisme untuk beradaptasi atau mempertahankan homeostatis. Penyakit sebenarnya merupakan berbagai proses fisiologis yang mengalami penyimpangan.
Klasifikasi Etiologi Penyakit .
1. Herediter atau familiar 2. Kongenital 3. Toksik 4. Infeksi 5. Traumatik 6. Degeneratif 7. Imunologik 8. Neoplastik 9. Yang berhubungan dengan gizi 10.Metabolik 11.Molekuler 12.Iatrogenik 13.Idiopatik
14. Psikogenik : a. Dimulai di dalam pikiran, berasal dari emosional atau psikologik . dalam kaitannya dengan gejala. b. Faktor emosional turut berkontribusi pada banyak penyakit organik.
• Belajarlah berkomunikasi dgn tubuh anda
Sel dalam tubuh kita (100 T) bekerja secara sinergis sesuai dgn fungsinya – dilengkapi sensor super canggih – ada 200 jenis kelompok Generator tenaga – “mitokondria” menghasilkan kemasan paket energi “adenosintrifosfat” (ATP) – sumber energi Setiap hari lahir sekitar 17 M sel baru sbg pengganti sel2 yg usang dan mati
www.eft.co.id
• At Tiin (4) Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (sempurna) • Al Alaq (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah • Qaaf (16) Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya
www.eft.co.id
Mind
POLA FIKIR
Body Soul
POLA
POLA
MAKAN
HIDUP
www.eft.co.id
HOLISTIC LIFE SEHAT SECARA HOLISTIK ADALAH KESEIMBANGAN ANTARA PIKIRAN, TUBUH DAN JIWA. SEHAT TUBUH
: ISTIRAHAT CUKUP, OR, TAAT KEPADA ALLAH SWT
SEHAT PIKIRAN
: BILA SESEORANG MENJADI RILEKS, JERNIH DAN TENANG.
SEHAT JIWA
: KETIKA SESEORANG MERASA IKHLAS DAN PASRAH MENJALANI HIDUP INI.
HIDUP SEIMBANG KEBLINGER
M : Pinter B : Seger S : Nggak Bener
MINDER M : Nggak Pinter B : Seger S : Bener
KELENGER
M : Pinter B : Nggak Seger S : Bener
SUPER (SEIMBANG)
M : Pinter B : Seger S : Bener
Undang – undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Bab VI Upaya Kesehatan Pasal 47 : Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan Pasal 48 ayat 1 : Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 dilaksanakan melalui kegiatan :
a. b. c. d. e. f. g. h. i. . k. l.
Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan tradisional Peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan Kesehatan Reproduksi Keluarga Berencana Kesehatan Sekolah Kesehatan olahraga Pelayanan kesehatan pada bencana Pelayanan darah Kesehatan gigi dan mulut Penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran m. Kesehatan matra n. Pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
o. Pengamanan makanan dan minuman p. Pengamanan zat adiktif; dan atau q. Bedah mayat
Pasal 49 ayat 1 : Pemerintah daerah dan masyarakat bertanggungjawab atas penyelenggaraan upaya kesehatan Pasal 49 ayat 2 : Penyelenggaraan upaya kesehatan harus memperhatikan fungsi sosial, nilai dan norma agama, sosial budaya, moral dan etika profesi
Bab I Pasal I ayat 16, Undang – undang RI Nomor 36 :
Pelayanan kesehatan tradisional
adalah pengobatan dan / atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
Pasal 52 (1) Pelayanan Kesehatan terdiri atas: a. Pelayanan Kesehatan perseorangan, dan b. Pelayanan kesehatan masyarakat (2) Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif Pasal 53 (1) Pelayanan Kesehatan Perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga Pasal 54 (1) Penyelengaraan pelayanan kesehtan dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu serta merata, dan non-diskriminatif (2) Pemerintah dan pemda bertanggung jawab ata penyelenggaran pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (3) Pengawasan terhadap penyelenggaraan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pemerintah, pemda, dan masyarakat
Pelayanan Kesehatan Tradisional Pasal 59 (1) Berdasarkan cara pegobatannya, pelayanan kesehatan tradisional dibagi menjadi: a. Pelayanan Kesehatan Tradisional yang menggunakan keterampilan, dan b. Pelayanan Kesehatan Tradisional yang menggunakan ramuan. (2) Pelayanan Kesehatan Tradisional sebagaimana dimaksud ayat 1 dibina dan diawasi oleh pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama Pasal 61 (1) Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan, meningkatkan, dan menggunakan Pelayanan Kesehatan Tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya (2) Pemerintah mengatur dan mengawasi Pelayanan Kesehatan Tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang didasarkan pada keamanan, kepentingan, dan perlindungan masyarakat
PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Pasal 62 (1)Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemda, dan/atau masyarakat untuk mengoptimalkan kesehatan melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi, atau kegiatan lain untuk menunjang tercapainya hidup sehat (2)Pecegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemda, dan/atau masyarakat untuk menghindari atau mengurangi risiko masalah dan dampak buruk akibat penyakit
PENYEMBUHAN PENYAKIT & PEMULIHAN KESEHATAN Pasal 63 (1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk mengembalikan status kesehatan, fungsi tubuh akibat penyakit, dan/atau akibat cacat, atau menghilangkan cacat (2) Penyembuhan penyakit & pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan (3) Pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan lmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan keamanannya (4) Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga ksehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu (5) Pemerintah dan pemda melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pengobatan dan/atau berdasarkan caa lain yang dapat dipertanggungjawabkan
SABDA RASULULLAH SAW BILA KITA SAKIT Sabda Rasulullah SAW (dalam musnad Ahmad, hadist dari Ziyad bin . Alaafah dari Usaamah bin Syarik): Ya! Wahai hamba-hamba Allah, hendaklah kalian berobat, sebab setiap kali Allah menurunkan penyakit, Dia menurunkan pula obatnya, kecuali untuk satu penyakit. Sabda Rasulullah SAW (dalam kitab Musnad dari hadist Ibnu Mas’ud): Sesungguhnya Allah SWT tidak menurunkan penyakit kecuali Allah juga menurunkan kesembuhan (obat) bagi penyakit itu, obat itu diketahui oleh orang yang mengetahui (berpendidikan) dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahui (bodoh).
COMPLEMENTARY MEDICINE Complementary Medicine is treatment and medicine that you use in addition to your doctor’s standard care Ex : a. Acupuncture is standard in China but not in the united state b. Hypnosis is a standard part of psychiatry but it may not be standard if used to treat cancer
Other examples of complementary medicine include : a. Yoga b. Message therapy c. Herbal remedies d. Naturopathic medicine e. EFT
EFT merupakan tools ( alat bantu/aid) universal digunakan di seluruh dunia oleh praktisi dalam profesi therapeutic dan masyarakat umum. Juga merupakan gabungan pendekatan timur dan barat dalam ilmu medis. Metodanya merupakan penemuan bahwa permasalahan emosi adalah akibat ketidak seimbangan sistem energi di dalam tubuh. MERUPAKAN GABUNGAN ATAU PERPADUAN ILMU PSIKOLOGI DAN AKUPUNTUR YANG SUDAH DILAKUKAN INOVASI.
www.eft.co.id
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
1. Sosialisasi tentang EFT dari EFT Center Indonesia ke Dinas Kesehatan dan Puskesmas 2. Pelatihan EFT level 1, 2, 3, dan trainer untuk Dinas Kesehatan dan Puskesmas 3. Sosialisasi tentang EFT dari Dinas Kesehatan ke Puskesmas 4. Sebagai narasumber EFT di Kejaksaan Tinggi Sumsel 5. Pelayanan kesehatan tradisional di Puskesmas 6. Rencana pertemuan dengan alumni EFT Kota Palembang
STUDI KASUS 2 NY. X UMUR 80 TAHUN PEKERJAAN IBU RUMAH TANGGA, DIAGNOSA OSTEOARTRITIS. TANGGAL 17 DESEMBER 2014 MASALAH : LENGAN KIRI TERASA LINU DAN DADA KIRI TERASA SAKIT SEJAK 1 BULAN YLL. AKAR MASALAH : MELAKUKAN PEKERJAAN RUMAH TANGGA SENDIRI DAN SELALU TERINGAT DENGAN ANAK2 YANG TINGGAL JAUH DI LUAR KOTA DAN HANYA TINGGAL BERDUA DENGAN CUCU BERUMUR 12
TAHUN.
SKALA 0-10 SKALA 0 : TIDAK ADA RASA LINU PADA LENGAN KIRI DAN TIDAK ADA SAKIT PADA DADA KIRI. SKALA 10 : ADA RASA LINU YANG BERAT PADA LENGAN KIRI DAN SAKIT DADA KIRI. PADA KASUS INI SKALA 6. DILAKUKAN SET UP 3 KALI KEMUDIAN TAPPING 2 PUTARAN DARI TITIK 1-11 TANPA GAMUT PROCEDURE DENGAN MENGGUNAKAN MOVIE TE C HNIQUE , PADA SAAT PUTARAN KETIGA MASIH BERLANGSUNG KLIEN MENGATAKAN SAKITNYA LANGSUNG HILANG. SKALA MENJADI 0.
Gangguan psikosomatis atau somatisasi adalah gangguan psikis yang menyebabkan gangguan fisik. Psikosomatik adalah penyakit fisik yang disebabkan oleh pikiran negatif dan/atau masalah emosi. Masalah emosi itu antara lain rasa berdosa, merasa punya . penyakit, stress, depresi, kecewa, kecemasan atau masalah emosi negatif lainnya. Gangguan ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, anak-anak pun bisa mengalaminya. Perlu diketahui bahwa pikiran dapat menyebabkan gejala fisik. Sebagai contoh, ketik a seseorang takut atau cemas dapat memacu detak jantung yang cepat, jantung berdebar, merasa sakit, gemetar (tremor), berkeringat, mulut kering, sakit dada, sakit kepala, dan bernafas cepat. Gejala-gejala fisik tersebut melalui saraf otak mengirim impuls tersebut ke berbagai bagian tubuh, dan pelepasan adrenalin ke dalam aliran darah.
GEJALA PSIKOSOMATIS : Sakit perut Kehilangan nafsu makan, mual, diare ataupun muntah. Kebanyakan mengalami rasa sakit pada perut bagian atas, tetapi jika diperiksakan ke dokter, tidak ditemukan masalah serius. .Sakit kepala Saat seseorang mengalami kecemasan, biasanya akan berdampak pada sisi emosional dan fisik. Hal ini mengakibatkan sakit kepala yang berulang-ulang. Kepanikan Seseorang yang mengalami kecemasan dan kepanikan akan mengalami berbagai gejala psikosomatis yang kompleks, misalnya kesulitan bernafas, jantung berdegup kencang, nyeri dada, pusing dan berkeringat. Orang dengan gangguan panik ini dapat berpotensi mengalami agoraphobia, yaitu ketakutan ke tempat ramai karena tidak nyaman dengan serangan kepanikan. Kelelahan Tekanan yang kuat akan membuat seseorang mengalami kelelahan yang luar biasa. Ini akan mengakibatkan seseorang sulit konsentrasi, mudah mengantuk dan pelupa.
Banyak kasus dimana analisa dan segala jenis pemeriksaan oleh dokter menunjukkan seseorang secara fisik tidak mempunyai masalah fisik. Namun pada kenyataannya orang tersebut mengeluh karena sakitnya. . Masalah-masalah emosional yang tidak ditangani adalah penyebab 85% penyakit fisik. Itulah mengapa penanganan penyakit fisik tidak membuahkan hasil yang tuntas karena mengabaikan masalah emosional.
.
Menurut pakar, gangguan Psikosomatis berasal dari “psycho” yang artinya pikiran dan “soma” yang berarti tubuh, dan dalam bidang di mana keduanya berkaitan. Secara khusus ini merupakan penelitian mengenai berapa penyakit yang dimulai dari pikiran dan akhirnya mempengaruhi tubuh. Ini berhubungan dengan kekacauan yang menyeluruh . secara mental dan bukan secara fisik. Ini juga berhubungan dengan interaksi pikiran pada tubuh. Meskipun banyak mencapai titik terang melalui penelitian baru-baru ini, tetapi masih ada daerah besar yang masih menjadi misteri dan banyak hal yang belum dimengerti. Kenyataan yang telah jelas dan telah dibangun adalah bahwa pikiran memiliki pengaruh yang sangat kuat pada tubuh dan kekacauan secara psikologis sering memanifestasikan dirinya dalam gejala fisik.
Ketika emosi negatif sedang melanda pikiran, tubuh akan melepaskan hormon adrenalin, jantung berdebar lebih cepat, timbul keringat, dan akan timbul rasa nyeri di dada maupun di perut. Emosi negatif, seperti ketakutan, kecemasan, amarah, perasaan bersalah dan kesedihan. Hal ini dapat dipicu oleh stres, tekanan, kehilangan anggota keluarga, dan berbagai macam perubahan dalam kehidupan lainnya. . Selain itu perlu disadari juga bahwa pikiran dapat menyebabkan gejala fisik. Sebagai contoh, ketika seseorang takut atau cemas dapat memacu detak jantung yang cepat, antung berdebar, merasa sakit, gemetar (tremor), berkeringat, mulut kering, sakit dada, sakit kepala, dan bernafas cepat. Gejala-gejala fisik tersebut melalui saraf otak mengirim impuls tersebut ke berbagai bagian tubuh, dan pelepasan adrenalin ke dalam aliran darah.
Orang yang mengalami psikosomatis mungkin akan sulit membedakan apakah penyakit yang diderita itu psikosomatis atau disebabkan gangguan organis biasa, apalagi jika masalah emosi atau pikiran penyebab sakit itu tidak disadari, namun gejalanya terus berlangsung. Mereka tidak mengada-ada, atau pasien dari hypochondriac yang membayangkan dirinya menjadi sakit padahal mereka tidak sakit. Mereka adalah korban dari fenomena psikosomatis yang aneh yang merupakan akibat langsung dari gangguan . pikiran dan emosi Gejala penyakit fisik tanpa sebab banyak terjadi pada kaum hawa, terutama pada saat menjelang usia senja, saat anak sudah beranjak dewasa dan meninggalkan rumah (sindrom empty nest), atau mungkin saat pasangan hidup sudah tiada. Sedangkan pada kaum laki-laki biasanya hal ini terjadi karena beban pekerjaan atau pada saat akan memasuki masa pensiun.
STUDI KASUS 3 Ny. L, umur 42 tahun konsul by phone 3 bulan yll (Februari 2015). Masalah : otot wajah sebelah kiri terasa tebal dan kaku. . Diagnosa Bell’s palsy dan diberikan terapi roborantia Dan penyinaran. Akar masalah : terkena AC dalam mobil selama 9 jam perjalanan ke luar kota dan beban pekerjaan. Skala : 0 – 10 0 : wajah simetris, kelopak mata menutup sempurna. 5 : otot wajah masih kaku, kelopak mata sudah bisa menutup 10 : wajah tidak simetris, kekakuan pada otot wajah kelopak mata tidak dapat Menutup sempurna. Pada kasus ini skala 10. Kemudian diajarkan EFT by phone dan dilakukan tapping sendiri dengan teknik dasar selama 1 bulan.
1 BULAN KEMUDIAN PRAKTISI BERTEMU LANGSUNG DENGAN KLIEN DIMANA KLIEN MASIH MERASAKAN KEKAKUAN PADA OTOT WAJAH SEBELAH KIRI WALAUPUN SUDAH BERKURANG. SEDANGKAN KELOPAK MATA SUDAH BISA MENUTUP.KONDISI PADA SAAT ITU PADA SKALA 5 DILAKUKAN TAPPING DENGAN . 1 SIKLUS, DENGAN MOVIE TECHNIQUE SKALA MENJADI 3, KARENA KEKAKUAN OTOT WAJAH MASIH DIRASAKAN WALAUPUN SUDAH BERKURANG . DILANJUTKAN TAPPING SENDIRI DENGAN 12 SIKLUS SEHARI. SAAT INI KLIEN SUDAH SEMBUH TOTAL ATAU SKALA 0.
Mungkin nama penyakit ini tidak sering diketahui oleh kebanyakan orang. Sir Charles Bell, demikian nama seorang ahli bedah Skotlandia yang pertama kali menemukan penyakit ini pada abad 19. Penyakit ini menimbulkan derajat keluhan klinis . yang beragam. Kendati demikian wajah yang tidak simetris, kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna, gangguan pengecapan serta sensasi mati rasa (baal atau kebas) pada salah satu sisi wajah merupakan keluhan yang sering terjadi.
Pada beberapa kasus disertai adanya hiperakusis (sensasi pendengaran yang berlebihan), telinga berdenging, nyeri kepala dan perasaan melayang. Keluhan tersebut terjadi mendadak dan mencapai puncaknya dalam 2 hari. Keluhan yang terjadi diawali oleh nyeri pada telinga yang seringkali dianggap sebagai infeksi.
Berbeda dengan serangan stroke, pada Bell’s palsy tidak disertai dengan kelemahan anggota gerak. Hal ini disebabkan oleh letak kerusakan saraf yang berbeda. Pada stroke disebabkan oleh rusaknya bagian otak yang mengatur pergerakan salah satu sisi tubuh, termasuk wajah. Sedangkan pada Bell’s Palsy, kerusakan terjadi langsung pada saraf .yang mengurus persarafan wajah. Saraf fasialis, demikian nama serabut saraf yang mengurus bagian wajah dan merupakan bagian dari 12 pasang saraf otak. Saraf ini berasal dari bagian batang otak yang disebut pons. Dalam perjalanannya menuju kelenjar parotis, saraf fasialis ini harus melalui suatu lubang sempit dalam tulang tengkorak yang disebut kanalis Falopia. Setelah mencapai kelenjar parotis, saraf fasialis ini akan bercabang menjadi ribuan serabut saraf yang lebih kecil yang mempersarafi daerah wajah, leher, kelenjar liur, kelenjar air mata, 60% bagian depan lidah dan sebagian telinga.
Bell’s palsy dapat terjadi pada pria atau wanita segala usia dan disebabkan oleh kerusakan saraf fasialis yang disebabkan oleh radang, penekanan atau pembengkakan. Penyebab kerusakan ini tidak diketahui dengan pasti, kendati demikian para ahli meyakini infeksi virus Herpes Simpleks- sebagai penyebabnya. Sehingga terjadi proses radang dan . pembengkakan saraf.
Pada kasus yang ringan, kerusakan yang terjadi hanya pada selubung saraf saja sehingga proses penyembuhannya lebih cepat, sedangkan pada kasus yang lebih berat dapat terjadi jeratan pada kanalis falopia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen serabut saraf.
Tanda tanda awal penyakit bells palsy adalah
:
Muka tidak simetris atau menceng ketika senyum bibir akan lari ke samping. Tidak bisa berkumur,atau meniup,dan ketika makan ,makanan akan tertaut pada mulut bawah. .Mulut akan bergeser bagian lingkar menjadi miring. Tidak bisa mengerutkan dahi,dan alis tidak bergerak. Tidak bisa menggerakkan tonjolan pada pipi dan terasa kaku seperti mati gerak. Telinga mengalami kurang pendengaran dan mendengung. Mengalami penarikan otot mata dan memicu kejulingan. Nyeri pada bagian bagian tertentu pada area leher ke atas. Mata tidak bisa berkedip bersamaan dan akan menyempit,dan pada bagian sebelahnya akan cenderung menonjol dan lambat berkedip,maka air akan masuk pada mata ketika mandi,karena tidak bisa melakukan gerakan reflek menutup. Terjadi kedutan berangsur angsur ,pada bagian bawah bibir dan bagian lainya. Lidah terasa keluh dan kaku sehingga tidak bisa lancar ketika bicara. Pada beberapa kasus terjadi kurangya respon aroma penciuman pada salah satu hi
Pengobatan Sekitar 80-85% kasus, dapat sembuh spontan dalam 3 bulan. Akan tetapi beberapa penelitian mengatakan obat antivirus dan antiinflamasi efektif mempercepat proses penyembuhan apalagi jika pemberiannya sedini mungkin. Sedangkan nyeri dapat diatasi . dengan analgetik seperti parasetamol dan ibuprofen, untuk pertumbuhan serabut saraf yang rusak dapat digunakan terapi vitamin dengan menggunakan vitamin B6 dan B12. Evaluasi terhadap derajat kerusakan saraf dapat dilakukan setelah melewati fase akut dengan menggunakan pemeriksaan elektromiografi (EMG) pada minggu kedua dengan memeriksa refleks kedip (blink reflex). Dengan demikian pemeriksaan ini dapat digunakan untuk memprediksi prognosis penyakit. Botolinum toxin type A atau yang lebih dikenal dengan botox merupakan alternatif terapi yang dapat digunakan dan berfungsi untuk relaksasi otot-otot wajah. Alternatif terapi lainnya berupa akupuntur, stimulasi galvanik dan biofeedback. Selain terapi utama, hal penting yang menjadi perhatian dalam tatalaksana penyakit ini adalah mata. Kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna akan dapat menimbulkan masalah baru, iritasi serta infeksi mata akan rentan terjadi jika tidak dilakukan perhatian khusus pada masalah ini. Hal yang dapat dilakukan berupa pemberian air mata buatan, mengedipkan mata secara manual, penggunaan pemberat kelopak mata hingga tindakan operatif.
DAFTAR PEGAWAI YANG SUDAH MENGIKUTI EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUES ( EFT ) NO
LEVEL II
LEVEL III
TRAINER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
dr. Anton Suwindro, M.Kes M.Yamin S.IP, M.Si Karua Idosty, S.Si, Apt Zarianis, SKM, M.Si Makmur S.P, SKM, MKM Sri Nurmalina, SKM Rida Supriani Ningsih, SKM R.A Lisna Dwi Rahma, SKM Febriani Dwi Bella, SKM Veniranda NW, SKM
H. Sopandi, S.IP, MM dr. H. Alfarobi, M. Kes H. Alimin Wanir, SH Hj. Erma Febrita, S.Sos, M.Si M. Daud Rusdi, SKM, MKM Arpabsah, SKM, M.Si Erikson Siregar, SKM
dr. Letizia, M.Kes dr. Linda Tedja, M.Kes Rosylawia Toraha