PRAKTIKUM FISIKA DASAR I (FD-1) Menentukan Percepatan Percepatan Gravitasi Gravitasi dengan dengan Metode Metode Bandul Matematis
I.
Tujuan Praktikum 1. Mengetahui prinsip kerja gerak periodic 2. Menentukan percepatan gravitasi metode bandul matematis
II. II.
Alat-alat yang diperlukan 1. bandul 2. benang 3. stop stop watch atch 4. peng pengga gari ris s busur busur
III.
Teori Perce Percepa patan tan gravi gravitas tasii (g) didal didalam am mekan mekanik ika a Newton Newton adala adalah h besar besaran an
turuna turunan n yang yang sanga sangatt berpe berpenga ngaruh ruh,, lebihlebih-le lebih bih pada
aplikasi aplikasi Geofisi Geofisika, ka, dimana dimana didala didalam m menentuka menentukan n miny mi nyak ak
dala dalam m
bumi bumi,, fakt faktor or grav gravit itas asii
kandungan kandungan
sete setemp mpat at sang sangat at
mempengaruhi. Lokasi atau atau tempat dipermukaan dipermukaan bumi bumi ini
mempunyai nilai nilai
gravitasi yang sangat bervariasi, bervariasi, hal ini ditunjukkan ditunjukkan pada pada table dibawah ini: Table 1. Variasi g dengan lintang pada pada ketinggian permukaan laut Garis Lintan
g (m/det 2)
g
Garis Lintan
g (m/det2)
g
0
9,78039
40
9,80171
10
9,78195
50
9,80171
20
9,78641
60
9,81918
30
9,79329
70
9,982608
Ayun Ayunan an mate matema mati tis s perc percep epat atan an
adal adalah ah meru merupa paka kan n
meto metode de peng penguk ukur uran an
grav gravit itas asii (g) (g) yang yang tepat tepat dan mudah mudah,,
tanp tanpa a
mempergunakan mempergunakan peristiwa jatuh bebas. Pemakaian
ayunan
sebagai
penghitung
waktu
adalah
berdasarkan kenyataan bahwa periodenya hampir-hampir tidak tergantun tergantung g dari amplitud amplitudo. o. Ayunan Ayunan matemat matematis is adalah adalah sebuah sebuah benda yang digantungkan pada tali ringan dengan panjang tetap (l). Jika benda diberi simpangan sudut θ dan dilepaskan, maka benda akan berayun pad bidang vertikal karena pengaruh gaya berat, dan gerakan ini akan periodik (Gerak Periodik).
Gambar 1. Ayunan Matematis
Dari Gambar diatas, gaya pemulihnya adalah :
Gaya pemulih tidak berbanding langsung dengan θ, melainkan dengan sin θ. Jika sudut θ sangat kecil, maka :
Sehingga persamaan (1) menjadi :
Ayun Ayunan an mate matema mati tis s perc percep epat atan an
adal adalah ah meru merupa paka kan n
meto metode de peng penguk ukur uran an
grav gravit itas asii (g) (g) yang yang tepat tepat dan mudah mudah,,
tanp tanpa a
mempergunakan mempergunakan peristiwa jatuh bebas. Pemakaian
ayunan
sebagai
penghitung
waktu
adalah
berdasarkan kenyataan bahwa periodenya hampir-hampir tidak tergantun tergantung g dari amplitud amplitudo. o. Ayunan Ayunan matemat matematis is adalah adalah sebuah sebuah benda yang digantungkan pada tali ringan dengan panjang tetap (l). Jika benda diberi simpangan sudut θ dan dilepaskan, maka benda akan berayun pad bidang vertikal karena pengaruh gaya berat, dan gerakan ini akan periodik (Gerak Periodik).
Gambar 1. Ayunan Matematis
Dari Gambar diatas, gaya pemulihnya adalah :
Gaya pemulih tidak berbanding langsung dengan θ, melainkan dengan sin θ. Jika sudut θ sangat kecil, maka :
Sehingga persamaan (1) menjadi :
Jika F diganti dengan m . a dan a diganti dengan V2/r dan V diganti
dengan
ω.r
dan
ω
diganti
dengan
2. π /T, /T,
maka aka
persamaan (3) diatas menjadi :
Jika θ > 0, maka rumus diatas menjadi :
Dimana: T = waktu periodic (detik) l=
panjang tali (meter) percepatan gravitasi (m/det 2)
g= IV.
Percobaan Untuk mendapatka mendapatkan n hasil hasil yang baik maka maka dilakuka dilakukan n langkahlangkahlangkah sebagai berikut: 1.
Ditentukan sudut percobaan adalah 30 0 untuk semua panjang tali
2.
Panjang tali yang dipergunakan 50 cm, 60 cm, 70 cm, 80 cm dan 90 cm
3.
Jumlah getaran yang dihitung waktunya adalah 10, 15, 20 getaran
4.
pada setiap masing – masing tali
Bandul diikatkan pada tali yang sudah diukur panjangnya sesuai
dengan dengan kebutuhan kebutuhan yaitu yaitu 50cm, 50cm, 60cm, 70cm, 70cm, 80cm 80cm
dan 90cm kemudian tali diikatkan pada paku yang terdapat pada kayu yang sudah dipersiapkan 5.
Bandul diangkat dengan sudut 30 0 kemudian kemudian dilepas dilepas bebas bebas sehingga berayun
6.
Mulai Mulai awal awal ayuna ayunan n sampa sampaii
deng dengan an
jumlah jumlah
ditetapkan ditetapkan dihitung menggunakan stopwatch.
ayunan ayunan yang yang
7.
Hasil percobaan dicatat dengan table.
V.
Pengolahan Data Dari hasil percobaan dengan sudut 30 0 diperoleh data seperti dibawah ini:
Panjang Tali
No
(meter) 10 20 30 40 50
1 2 3 4 5
Waktu Jumlah Getaran (Detik) 10 10 10 10 10
20 20 20 20 20
8 10 12 14 15
16,5 20 25 28 31
Dari hasil kerja ilmiah tersebut akan dilakukan laporan sebagai berikut: 1.
Menghitung besar
g
untuk panjang tali
yang
sama dan
panjang tali berbeda 2.
Membandingkan dengan besar g pada table serta membuat kesimpulan
3.
Membuat grafik T2 vs g
4.
Membuat grafik l vs g
V.1. Menghitung g pada panjang tali yang sama dan berbeda Rumus yang digunakan menghitung g (gravitasi) adalah :
Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut : Panjang Tali (Meter) 10 20 30 40 50 g rata-rata
Gravitasi g (m/det2) 9.700 9.738 9.865 9.776 9.822 9.781
V.2. Perbandingan besar g Dari kerja ilmiah didapatkan bahwa besar gaya gravitasi adalah 9.781 m/ det2 adalah sama dengan pada
kedudukan suatu
tempat dengan Garis lintang antara 0 s/d 10 yaitu dengan nilai 9.780 s/d 9.781.
Kesimpulan Bahwa letak kampus Tama Jagakarsa adalah pada posisi lebih besar dari 00 garis lintang dan lebih kecil dari 10 0 garis lintang. Sesuai dengan letak
posisi
kota Jakarta
pada
5 0 19’ 12”
LS sampai 60 23’54” LS. Ketinggian tanah : 0 – 10 m di atas permukaan laut ( dari titik 0 tg. Priok) 5 - 50 m di atas permukaan laut ( dari banjir kanal sampai batas selatan DKI Jakarta ).
Table l (Panjang Tali), T (Periode) dan g (gravitasi) Panjang Tali (meter) 10 20 30 40 50 Panjang Tali (meter) 10 20 30 40 50 Panjang Tali (meter)
Jumlah
Periode
Getaran
T2
Gravitasi G (m/det2)
10 10 10 10 10
Jumlah
Periode
Getaran
T2
Gravitasi G (m/det2)
20 20 20 20 20
Jumlah
Periode
Getaran
T2
Gravitasi G (m/det2)
VI.
Kesimpulan Hasil Akhir Dari seluruh hasil kerja ilmiah dapat disimpulkan bahwa : 1.
Nilai rata-rata gravitasi adalah 9.81 M/det 2
2.
Letak kampus Tama Jagakarsa adalah diantara 5 0 19’ 12”
LS sampai 60 23’54” LS, sesuai letak geografis Jakarta. 3.
Ketepatan
pengukuran
kurang
akurat
dikarenakan
kesulitan pembacaan dan ketepatan penghitungan dengan menggunakan stopwatch.
PRATIKUM FISIKA DASAR II ( FD-2) Menentukan Konstanta Pegas Secara Statis dan Dinamis
I.
Tujuan Praktikum 1.
Mengetahui prinsip kerja gerak harmonic sederhana,
2. menentukan nilai konstanta pegas secara statis dan dinamis
II.
Alat – alat yang dipergunakan 1. Statif 2.
Stopwatch
3. Pegas
III.
4.
Beban-beban
5.
Mistar atau penggaris.
Teori Setiap gerak yang berulang dalam selang waktu yang disebut gerak gerak
periodik. Gerak periodic
harmonic
atau
gerak
sering
juga
sama disebut
osilasi ( vibrasi). Disekitar kita
banyak sekali gerak osilasi,misalnya osilasi roda,keseimbangan arloji, shok absorber pada kendaraan mobil / motor, atom d alam molekul
atau dalam krisis zat padat, massa yang diikat
pada pegas dll. Tinjau system massa benda yang diikat pada pegas seperti pada gambar dibawah, dimana pergeserannya koordinat y,
benda
pada suatu
saat
ketika
dari kedudukan setimbang 0 dinyatakan oleh massa benda
adalah m,
dan
gaya resultan
yang beraksi hanyalah gaya pengembali elastis – ky. F= - ky (1)
Dimana : F = gaya berat (newton) k = konstanta pegas (N/m) pertambahan Panjang pegas (meter) Persamaan dikenal
ini adalah merupakan hubungan
sebagai Hokum hooke.
Dari hukum Newton II :
empiris
yang
Setelah dimanipulasi matematika, maka didapat :
Dimana : T = waktu periode (detik) m = massa benda (kg) k = konstanta pegas (N/m) IV.
Percobaan Untuk mendapatkan hasil yang baik maka dilakukan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Mempersiapkan semua alat percobaan 2. Menimbang massa beban dan massa pegas 3.
Pegas dikaitkan pada statip kemudian diukur panjangnya
sebelum diberikan beban, 4.
Beban dikatkan kepegas yang tergantung, dimulai dari
beban terkecil kemudian diukur
panjang pegas setelah
diberikan beban, kemudian pegas ditarik sedikit kemudian digetarkan hingga 10 getaran, 5.
Catat waktu menggunakan stop watch,
6.
Mengulang langkah ke 4 dengan cara menambahkan
beban dengan cara mengaitkannya pada beban pertama yang telah tergantung, 7.
Mengulang langkah ke 5 dan seterusnya sampai dengan 4
(empat) beban 8.
Hasil percobaan dicatat dalam table.
VII.
Pengolahan Data
Dari percobaan diperoleh data seperti dibawah ini. Tabel 1. Massa Beban No 1 2 3 4
Massa Beban (Gram) 176.35 155.5 111 87.5
Massa Beban (Kg) 0.176 0.155 0.111 0.087
Tabel 2. Praktikum Statis No 1 2 3 4 5
Massa Pegas (Gram) 27.88 27.88 27.88 27.88 27.88
Massa Beban (Kg)
Panjang Pegas (m)
0
0.111 0.176 0.087 0.155
Perpanjang an Pegas (m) (y) 0
Tabel 3. Praktikum Dinamis No 1 2 3 4
Massa Pegas (Gram) 27.88 27.88 27.88 27.88
Massa Beban (Kg)
Waktu Getar (m)
0.176 0.155 0.111 0.087
10 10 10 10
Banyak Getaran kali (X) 10.5 15.5 18.5 20.5
Dari hasil kerja ilmiah tersebut akan dilakukan laporan sebagai berikut: 1. menghitung besar konstanta pegas k dari hasil kerja ilmiah statis 2. menghitung besar kanstanta pegas k dari hasil kerja ilmiah dinamis 3. membuat perbandingan nilai konstanta k statis dan k dinamis serta kesimpulannya
4. grafik massa beban vs panjang pegas 5.
grafik T2 vs k
V.1. Menghitung besar konstanta pegas
k dari hasil
kerja ilmiah statis Rumus yang digunakan menghitung k (konstanta pegas ) statis
Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut : No
Massa
Massa
Panjang
Perpanjang
Percepat
Konstanta
Pegas
Beban
Pegas
an Pegas
an Nilai
Pegas
(Gram)
(Kg)
(m)
(m) (y)
9,81
Statis
m/det2
-k = m . g Y
1 2 3 4
27,8 27,8 27,8 27,8
0,1555 0,331 0,419 0,530
0,313 0,678 0,86 1,08
Kesimpulan dari nilai konstanta pegas k statis dan dinamis adalah : 1. nilai konstanta pegas statis bernilai ’–’ (negative) berarti arah keatas, 2.
nilai
konstanta
pegas
dinamis bernilai
’+’
(positive)
berarti arah kebawah 3. semakin besar pegas
emakin
4. semakin
kecil
nilai
konstanta
pegas
maka
perpanjangan
kecil nilai
konstanta
pegas
maka
pegas
akan
semakin panjang tertarik 5. gaya yang bekerja pada pegas yang diberi beban kemudian ditarik sehingga benda atau massa benda yang digantungkan pada pegas dapat bergerak harmonic dalam keadan setimbang adalah gaya pemulih / pengembali elastis.
VIII.
Kesimpulan Hasil Akhir Dari seluruh hasil kerja ilmiah dapat disimpulkan
bahwa: 1.
Gerak harmonic atau Osilasi adalah gerak bolak – balik
benda disekitar suatu titik setimbang dengan lintasan yang sama secara periodic (berulang dalam rentang waktu yang sama). Seperti apabila pegas diberikan beban dengan massa tertentu kemudian ditarik dan dibiarkan bergerak berulang – ulang pada suatu siklus tertentu ( gerak harmonic)
2. Gerak ini terjadi karena benda memiliki posisi kesetimbangan stabil dan sebuah gaya pemulih atau torsi yang bekerja jika benda benda tersebut dipindahkan dari kesetimbangannya. 3. Konstanta pegas bernilai negative “-“ menunjukkan bahwa gaya pegas (gaya
pemulih atau restoring force) memiliki
arah yang berlawanan dengan simpangan benda 4. periode Osilasi (T) adalah waktu yang diperlukan benda (system) untuk melakukan satu kali osilasi penuh (satu siklus) 5. Frekuensi Osilasi (f) merupakan banyaknya osilasi yang dilakukan oleh benda (system) dalam satu satuan waktu, 6. semakin besasr nilai konstanta pegas maka perpanjangan pegas semakin kecil 7. semakin kecil nilai konstanta pegaas maka pegas akan semakin panjang tertarik
PRAKTIKUM FISIKA DASAR III (FD-3) Menentukan Nilai Kapasitas Panas Jenis Spesifik Dari Cairan Dengan Metode Pendingin
I.
Tujuan Praktikum 1.Mengetahui prinsip- prinsip azaz black, 2.Menentukan nilai kapasitas panas jenis spesifik cairan
II.
Alat – alat yang diperlukan 1. kalori meter 2. isolator kalor 3. gelas ukur 4. thermometer 5. pengaduk 6. timbangan
7. zat cair ( air,minyak tanah) 8. stop wach 9. kaki tiga
III.
Teori
Kapasitas panas jenis suatu cairan dapat ditentukan dengan menggunakan alat kolori meter,yang mana nilai tersebut dapat dihitung dengan memanfaatkan prinsip – prinsip azaz black yaitu:
1.
Jika dua buah benda yang berbeda suhunya saling didekatkan sehingga
terjadi
kontak
termis,
maka
setelah
terjadi
kesetimbangan termis, susu kedua benda akan sama (Tawal = Takhir) 2.
Kesetimbangan termis tercapai bila jumlah kalor yang terima sama dengan jumlah kalor yang lepas/ diberikan (Q awal = Qakhir)
Pada percobaan ini menggunakan metode pendinginan, dimana cairan yang dipergunakan ditempatkan pada kalori meter. Waktu pendinginan zat cair diukur dari sembarang temperature T 2 sampai temperature lainnya T1.
Laju cairan mendingin = laju air mendidih dari T 2 ke T1 Jadi : {(m 2- m1)c + m1c1}(T2-T1) = {(m3-m1)c@ + m1c1}(T2-T1) t1
dimana:
t2
m1= massa kalori meter + pengaduk m2= massa kalori meter + pengaduk + cair m3= massa kolori meter + pengaduk + air Ct = kapasitas panas jenis spesifik tembaga
(0,39 J/groK) Cw= kapasitas panas jenis spesifik air ( 4,2 J/ gr0K) C = kapasitas panas jenis spesifik cairan ( dihitung)
IV.
Percobaan Untuk mendapatkan hasil yang baik maka dilakukan
langkah – langkah sebagai berikut:
1. mempersiapkan alat percobaan 2.
memanaskan minyak tanah sebanyak 100ml didalam gelas ukur hingga mencapai suhu 500c,
3. menimbang kalori meter dan pengaduk kemudian dimasukkan kedalam isolator panas
4. tuang minyak panas kedalam kalori meter 5.
mengukur temperature minyak panas setiap menit menggunakan thermometer serta mencatat waktu menggunakan stop watch, hingga suhu 300c
6.
menimbang kalori meter bersama minyak didalamnya.
7. hasil percobaan dicatat dalam table 8. percobaan selanjutnya menggunakan air yang dipanaskan dengan langkah seperti diatas.
PRAKTIKUM FISIKA DASAR IV (FD-4) Menentukan Besar Kuat Medan Mangnet Kawat Yang Dialiri Arus Listrik Di Suatu Titik
I.
Tujuan Praktikum 1.Menganalisa adanya medan mangnet disekitar kawat berarus
listrik,
2.Menentukan besar kuat medan magnet disuatu titik, 3.Memahami prinsip –prinsip teori Oersted dan Biot-Savart 4.Menyelidiki arah medan magnet disekitar kawat yang dialiri arus listrik,
II.
Alat- alat yang diperlukan
1.catu daya 2.kabel – kabel 3.papan rangkaian 4.kompas 5.volt meter 6.multitester
III.
Teori
Pada tahun 1820 seorang ilmuwan Denmark bernama Hand Cristian Oersted pertama kali mengamati hubungan antara kelistrikan dan kemagnetan, ketika melakukan percobaan yang menunjukkan bahwa jarum kompas dibelokkan oleh aliran listrik. Biot dan savart adalah orang yang pertama mengembangkan teori oersted untuk menyelidiki besarnya induksi mangnetic yang ditimbulkan oleh penghantar berarus listrik.hasil pengamatan menunjukkan bahwa kontribusi induksi mangnetic dB pada suatu titik P berjarak r dan bersudut 0 terhadap elemen penghantar dl yang dialiri arus I seperti gambar dibawah adalah sebagai berikut:
a) sebanding dengan kuat arus listrik I,
b) sebanding
dengan
elemen
panjang
elemen
penghantar, c) sebanding dengan sinus sudut apit 0 antara arah arus pada dl dengan garis hubung titik P dengan dl.
Besar induksi mangnetik disekitar kawat penghantar lurus berarus yang sangat panjang adalah:
B=
Dimana: I = kuat arus listrik (amper) a = jarak antar kawat dan titik P (meter) B = kuat medan magnet ( tesla)
IV.
Percobaan
Untuk mendapatkan hasil yang baik maka dilakukan langkah langkah sebagai berikut:
1. mempersiapkan senua alat percobaan, 2. letakkan kompas diatas panel,
3. dalam kondisi catu daya off kabel penghubung negative (-) dari catu daya disambungkan kepapan rangkaian, 4. kabel penghubung positive dari catu daya dihubungkan ke ampere
meter
dan
kabel
keluar
dari
ampere
meter
dihubungkan dengan seutas kawat penghantar serta satu sisi kawat penghantar dihubungkan dengan kabel positive dari papan panel 5. kawat penghantar tersebut diletakkan melintasi tengah – tengah kompas, 6. posisi catu daya volt DC, kemudian tekan tombol On 7. perhatikan arah dan besar pembelokan dari jarum kompas, 8. hasil percobaan dicatat dalam table,
V.
Pengolahan Data
Dari hasil percobaan diperoleh data seperti dibawah ini.
Dari kerja ilmiah tersebut akan dilakukan laporan sebagai berikut: 1. menghitung besarnya B untuk berbagai tegangan 2. grafik I vs B 3. grafik I vs 0 (simpangan)
V.1. Besar ‘B’ untuk berbagai tegangan Rumus yang digunakan menghitung B (kuat medan magnet)
V.2. Grafik I vs B Tidak dapat ditunjukkan hanya 1 (satu) kali praktikum karena alat overload
V.3. Grafik I vs 0 ( simpangan) Tidak dapat ditunjukkan hanya 1 (satu) kali praktikum karena alat overload
VI.
Kesimpulan Hasil Akhir
Dari seluruh hasil kerja ilmiah dapat disimpulkan bahwa: -
arus listrik dapat menyebabkan medan magnet.
-
H.C. Oersted/ A. Ampere – jarum kompas disimpangkan oleh kawat berarus.
-
M. faraday – magnet yang digerak didekati loop dapat menghasilkan arus listrik dalam loop.
Gambar 2. Medan magnet disekitar kawat berarus
Gambar 2. di atas tampak jarum kompas diletakkan dibawah kawat penghantar. Saat saklar terbuka , pada kawat tidak ada arus listrik yang mengalir dan jarum kompas pada posisi sejajar dengan kawat. Apa bila saklar ditutup sehingga arus mengalir
pada kawat penghantar,maka jarum kompas menyimpang. Simpangan jarum kompas tergantung arah arus pada kawat dan letaknya. Dari percobaan ini Hans Cristian Oersted (1777-1851 orang Denmark) menyimpulkan bahwa ”disekitar penghantar berarus listrik timbul medan magnet”
Gambar 3. Arah Medan magnet
Medan
magnet
disekitar
penghantar
lurus
berarus
listrik
berbentuk lingkaran sepusat dengan penghantar itu sebagai pusatnya.
Untuk
menentukan
arah
medan
magnet
dapat
digunakan aturan tangan kanan. Arah medan magnet disekitar penghantar berarus listrik dapat dilihat pada gambar 3 diatas.
PRAKTIKUM FISIKA DASAR (FD-5) Hukum ohm dan Hambatan Listrik
I.
Tujuan Pratikum
1. menyelidiki hubungan antara tegangan arus dan hambatan listrik, 2. menghitung besar hambatan,tegangan dan arus listrik 3. memahami konsep dasar hokum Ohm
II.
Alat – alat yang diperlukan 1. catu daya
2. kabel –kabel 3. papan rangkaian 4. sakelar 5. ampere meter 6. volt meter 7. hambatan tetap
III.
Teori
Arus listrik mengalir diantara dua buah titik penghantar jika ada beda
potensia
diantara dua
titik
tersebut.
Bagaimanakah
hubungan antara kuat arus yang melalui penghantar tersebut dan beda potensial antara ujung – ujung penghantar tersebut.
Adalah George Simom Ohm yang menyelidiki hubungan antara kuat arus listrik dengan beda potensial pada tahun 1826. dari percobaan Ohm, dapat disimpulkan bahwa beda potensial atau tegangan (V) dan kuat arus (I) secara matematis terdapat hubungan yang dinyatakan dengan:
Nilai konstanta dapat disebut sebagai hambatan listrik yang diberi nama Ohm dilambangkan
R. jadi persamaan (1) diatas
dapat ditulis:
R= V I
Damana :
R= hambatan listrik V= beda potensial listrik ( volt) I= kuat arus listrik (amper)
Dapat
didefinisikan
bahwa
“sebuah
konduktor
memiliki
hambatan 1 ohm, jika arus listrik dengan kuat arus 1 amper mengalir melalui
konduktor
ketika
beda potensial
1
volt
diberikan pada ujung – ujung konduktor”
IV.
Percobaan
Untuk mendapatkan hasil yang baik maka dilakukan langkah – langkah sebagai berikut:
1. mempersiapkan semua alat percobaan 2. menghubungkan arus negative (-) dari catu daya ke amper meter, 3. hubungkan kabel amper meter ke resistor, 4. sisi satu resistor dihubungkan dengan volt meter,
5. arus positive (+) dari catu daya dihubungkan dengan volt meter, 6. atur posisi catu daya pada voltage 3 volt, kemudian tekan tombol on, 7. perhatikan besar hambatan pada amper meter dan voltage pada volt meter 8. hasil percobaan dicatat pada table, 9. percobaan
dilakukan
dengan mengganti
resistor seperti
urutan diatas serta menambah voltage pada catu daya, 10.
V.
percobaan dilaksanakan pada hubungan seri dan pararel,
Pengolahan Data Dari hasil percobaan diperoleh data seperti dibawah ini.
Dari hasil kerja ilmiah tersebut akan dilakukan laporan sebagai berikut: 1. menghitung besarnya nilai hambatan hubungan serinya,
R1 dan R2 serta
membandingkan nilainya dengan nilai
ynag tertera pada hambatan tersebut dan secara teori pada hubungan seri. 2. grafik I vs V untuk setip hambatan 3. grafik V vs R untuk setiap hambatan
V.1. Besar nilai hambatan R1, R2 dan r seri
Rumus yang digunakan hambatan R ( resistor )
-
semakin besar nilai I (kuat arus) maka besar resistor akan semakin kecil
-
semakin besar nilai resistor maka besar I (kuat arus) akan semakin kecil pula.
-
Rangkaian resistor secara seri akan mengakibatkan nilai resistansi total semakin bessar
-
Rangkaian resistor secara pararel akan mengakibatkan nilai resitansi pengganti semakin kecil
-
Dari
hokum
Ohm
diketahui,
resistansi
berbanding
terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melalui resistor tersebut.
VI.
Kesimpulan Hasil Akhir Dari seluruh hasil kerja ilmiah dapat disimpulkan bahwa:
1. resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk mambatasi jumlah arus arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Resistor bersifat sesistif dan umumnya terbuat dari bahan korbon.satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan. 2. rangkaian resistor secara seri akan mengakibatkan nilai resistansi total semakin besar.dibawah ini contoh resistor yang rangkai secara seri.
4. rangkaian resistor secara pararel akan mengakibatkan nilai resistensi pengganti semakin kecil. Dibawah ini contoh resistor yang dirangkai secara pararel. 5. dari hokum Ohm diketahui, resistensi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melalui resistor tersebut.
Dimana: V = tegangan dengan satua volt, I = arus dengan satuan amper, R = resistansi dengan satuan resistansi P = daya dengan satuan watt
PRAKTIKUM FISIKA DASAR V ( FD-6) Menentukan Kekentalan (viscositas) Fluida Dengan Metode Bola Jatuh
I.
Tujuan Praktikum
1. Menentukan nilai viscositas (kekentakan) suatu fluida, 2. Memahami konsep dasar hokum stokes,
II.
Alat – alat yang diperlukan
1. gelas ukur 2. cairan olie 3. cairan gliserin 4. bola – bola 5. stop watch 6. jangka sorong 7. micrometer 8. meteran 9. timbangan 10.
III.
Teori
thermometer
Bila suatu fluida yang tidak encer mengalir, maka fluida tersebut mengalami gesekan antara lapisan – lapisannya yang disebut aliran laminar.
Gambar diatas diasumsikan sebagai aliran fluida yang viscous lapisan paling atas akan menarik lapisan – lapisan dibawahnya dengan gaya F, lapisan yang diatas bergerak dengan kecepatan V, sementara yang paling bawah dalam keadaan diam V = 0 ( shearing stress).
Dimana:
F = gaya tarik (Newton) A= luas panampang (m2) D= diameter pipa (m)
Pada pengukuran koefisien viscositas (
) dengan metode bola
jatuh, dimana fluida dalam keadaan statis (diam). Sebuah bola akan dilepaskan tepat pada permukaan cair (V o= 0).
IV.
Percobaan
Untuk mendapatkan hasil yang baik maka dilakukan langkah – langkah sebagai berikut. 1. mempersiapkan semua alat percobaan, 2. timbang masing – masing bola 3. ukur diameter masing – masing bola 4. tuangkan gliserin kadalam gelas ukur sebanyak 900 ml, 5. tuangkan olie kedalam gelas ukur sebanyak 900 ml, 6. ukur suhu gliserin dan olie, 7. masukkan bala satu persatu kedalam gliserin maupun olie serta catat kecepatan bola turun mulai dari permukaan gliserin maupun olie sampai dengan dasar gelas ukur, 8. hasil percobaan dicatat dalam table, 9. percobaan dilakukan kembali sampai empat bola,
VI.
Kesimpulan Hasil Akhir Dari seluruh hasil kerja ilmiah dapat disimpulkan bahwa:
Dilihat dari table kecepatan diatas maka -
olie mempunyai kecepatan lebih tinggi
-
olie mempunyai viscositas lebih rendah dibandingkan dengan gliserin
PRAKTIKUM FISIKA DASAR VIII (FD-8) Pembiasan Cahaya
I.
Tujuan Praktikum
1. menentukan indeks bias zat, 2. menentukan cepat rambat
cahaya
dalam
pergeseran sinar, 3. memahami konsep dasar hokum snellius,
II.
Alat – alat yang diperlukan
1. kaca plan paralel, 2. sumber cahaya (senter laser) 3. mistar dan busur derajat, 4. alas meja 5. juru penunjuk 6. spidol
III.
Teori
medium dan
Seberkas cahaya datang mengenai bidang batas antara dua medium
(misalnya
udara
dan
kaca),
maka cahaya
akan
dibelokkan seperti gambar dibawah ini:
Hukum snellius I : sinar datang,sinar bias dan garis normal terletak pada suatu bidang datar. Ketiganya terletak pada busur derajat sebagai bidang datar.
Hukum Snellius II : jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat, maka sinar akan dibelokkan mendekati garis normal ( gambar 1 diatas ). Jika kebalikannya, sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat,maka sinar dibelokkan menjahui garis normal ( gambar 2 dibawah)
Persamaan Snellius adalah:
n1.sin i= n2.sin r
sin i = n2 sin
r
n1
dimana n1 = indeks bias medium 1 n2 = indeks bias medium 2 i
= sudut datang
r = sudut bias
jika n1 adalah udara, maka n1 = 1, jadi persamaan (1) diatas menjadi:
sin i
=
n2
=
n
sin r
untuk kaca plan paralel, terlihat sinar datang masuk melalui udara, kemudian dibiaskan oleh permukaan kaca pertama, kemudian merambat didalam kaca dan akhirnya dibiaskan oleh permukaan lain kaca tersebut.
Maka pergeseran sinar yang keluar dari kaca adalah:
t =d (sin(i-r )/ cos.r )
dimana:
t= pergeseran sinar d= tebal kaca i= sudut datang r= sudut bias
apabila cepat rambat gelombang cahaya diudara adalah V 1 dan didalam
air
adalah
V 2,
maka
menurut
Huygens
berlaku
hubungan:
sin i = V1 = V1 = kons tan sin r V2
V
jika persamaan (1) disubtitusikan kedalam persamaan (3) maka didapatkan persamaan:
sin i = V1 = n1 sin r V2
IV.
n2
Percobaan
Untuk mendapatkan hasil yang baik maka dilakukan langkah – langkah sebagai berikut:
1. mempersiapkan semua alat percobaan 2. menentukan garis normal A dan B 3. ukur ketebalan kaca plan paralel, 4.
menggunakan garis segi tiga dengan sudut 30 , menggunakan senter laser cahaya dilewatkan berhimpit dengan penggaris melewati titik A,
5. menandai titik C dan F, mengukur BC,AC,AC dan C, 6. mengulangi langkah diatas dengan kemiringan sudut yang berbeda, 7. hasil percobaan dicatat dalam table,
V.
Pengolahan Data
Dari hasil kerja ilmiah tersebut akan dilakukan laporan sebagai berikut:
1. menghitung harga rata – rata dari n dan t 2. perbandingan harga t terukur dengan t menurut perhitungan, 3. membuat kesimpulan eksperimen diatas 4.
menghitung kecepatan cahaya dalam medium ( Vudara = 3x 10 8 m/s)
5. menghitung frekwensi gelombang cahaya
V.1.
Besar rata- arata n dan t
VI.
Kesimpulan Hasil Akhir
Dari seluruh hasil kerja ilmiah dapat disimpulkan bahwa: 1.
jika seberkas cahaya datang dari suatu medium dengan indeks bias n1 kesuatu kesuatu kaca plan paralel dengan indeks bias n2 maka sinar keluar akan sejajar dengan sinar yang masuk I = r dan sinar yang keluar dari kaca planparalel mengalami pergeseran sejauh t dari arah semula,
2. indeks bias mutlak (n) suatu medium didefisinikan sebagai perbandingan cepat rambat cahaya di ruang hampa (c) terhadap cepat rambat cahaya di medium tersebut ( v) .