POETIC ARCHITECTURE SEBAGAI WUJUD HARMONISASI ANTARA ALAM DAN ARSITEKTUR (Kasus : Perancangan Fasilitas Publik di Wana Wisata Kawah Putih) Shofia Islamia Ishar ABSTRAK Arsitektur merupakan salah satu bentuk interpretasi manusia terhadap keindahan alam. Interpretasi yang menyatakan bahwa manusia adalah pembentuk lingkungan binaan dan bagian dari alam itu sendiri, sehingga mewujudkan interpretasi tersebut ke dalam arsitektur merupakan suatu kebutuhan. Salah satu cara untuk menginterpretasi alam ke dalam wujud arsitektur, adalah dengan berpuisi. Arsitek “membaca” unsur-unsur alam layaknya puisi karena keindahannya. Interpretasi alam dengan cara berpuisi ini, terkandung dalam teori Poetic Architecture yang ditulis oleh Antonie C. Antoniades. Wana Wisata Kawah Putih merupakan salah satu area wisata yang terletak di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Area wisata ini merupakan suatu kesatuan unsur alam yang berpuisi dengan keindahannya. Area wisata ini juga dikenal dengan nilai mitologis dan historis yang turut memperkuat karakternya. Keseluruhan unsur alam yang membentuk karakter area wisata ini seolah berpuisi dengan segala keindahan dan kemisteriusannya. Sayangnya nilai-nilai puitis dari keindahan alam tersebut belum diapresiasi dengan baik melalui desain fasilitas publik yang tersedia, oleh karena itu dibutuhkan suatu perencanaan dan perancangan fasilitas publik yang lebih menggali potensi dan menyampaikan nilai-nilai puitis alam.
Kata kunci: Alam, Wana Wisata Kawah Putih, Poetic Architecture
paku-pakuan dengan warna kecoklatan.
1. PENDAHULUAN Wana Wisata Kawah Putih adalah
Gradasi pemandangan pun tidak kalah
salah satu obyek wisata alam di Kota
menarik, dari pemandangan hutan dengan
Bandung
Kecamatan
kapasitas pohon yang sedikit sampai yang
Rancabali, Kabupaten Bandung. Obyek
banyak dan rapat. Pemandangan ini dapat
wisata ini merupakan tempat yang istimewa
dinikmati sebagai serial vision dengan
dari segi keragaman unsur-unsur alamnya.
kejutan-kejutan
Kekhasan
menyegarkan mata.
yang
berada
berupa
di
pemandangan
hutan,
pemandangan
yang
tebing, air kawah, kabut, pasir putih,
Wana Wisata Kawah Putih yang
tumbuhan warna-warni, pepohonan kokoh
berlokasi tepat di lereng Gunung Patuha,
nan tinggi, bagaikan bait-bait puisi yang
menawarkan suasana romantis dengan udara
indah. Aura tempat dapat dirasakan melalui
dingin dan pemandangan indah. Tempat
pengalaman menyentuh langsung, berjelajah
yang dahulu dianggap angker saat ini sudah
atau berkontemplasi di kawasan dengan
menjadi tempat yang menyenangkan untuk
suasana asri. Eksotisme yang dimiliki Wana
dikunjungi. Pengunjung diberi pemandangan
Wisata Kawah Putih akan meninggalkan
berupa genangan air yang berwarna putih
kesan bagi siapa saja yang mengunjunginya.
kebiruan disertai asap yang mengepul di
Keunggulannya adalah pada kompleksitas
atasnya serta warna air kawah yang dapat
unsur-unsur alam yang tersaji dalam satu
berubah, terkadang berwarna hijau kebiru-
kawasan.
biruan, namun bisa coklat susu di kala sinar
Gradasi
perbedaan
jenis
pepohonan terlihat indah ketika menyusuri
matahari menyengat dan terik.
kawasan menuju kawah, dari barisan Pohon
Di sekitar kawah juga dihisai dengan
Kayu Putih yang tinggi, sampai tanaman
pasir putih, batuan khas, dan tumbuhan
Cantigi (Vaccinium) yang dapat menambah cantik suasana. Sayangnya, keindahan yang dimiliki tempat wisata ini tidak diimbangi dengan fasilitas yang apresiatif. Arsitektur
1.2. Tujuan Secara spesifik, tujuan dari perancangan ini adalah: 1. Mengarahkan
pengunjung
untuk
yang hadir di sekitarnya belum cukup
dapat “membaca” nilai-nilai puitis
memadai
alam.
untuk
dapat
secara
optimal
menjelajahi nilai-nilai puitis yang dimiliki
2. Mengeksplorasi
potensi
dan
alam Wana Wisata Kawah Putih.
mengoptimalisasi apresiasi terhadap
1.1. Rumusan Masalah
Wana Wisata Kawah Putih melalui arsitektur fasilitas publik
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diselesaikan
3. Menciptakan
harmonisasi
antara
pada objek perancangan Wana Wisata
arsitektur dan alam pada kawasan
Kawah Putih adalah:
Wana Wisata Kawah Putih
1. Bagaimana menyampaikan nilai-nilai puitis
alam
melalui
1.3. Metodologi Perancangan
arsitektur
fasilitas publik
Metoda
yang
digunakan
pada
perancangan ini adalah metoda intangible
2. Bagaimana nilai-nilai puitis alam
dan tangible yang terkandung dalam teori
dapat diinterpretasi melalui desain
Poetic
arsitektural
pembahasan tentang The role of nature in
3. Metoda
apa
yang
cocok untuk
Architecture
architectural
Antoniades
creativity.
Metoda
pada
ini
menyampaikan nilai-nilai puitis alam
menjelaskan tentang cara, sikap dan strategi
tersebut
dalam merancang di bentang alam secara puitis.
1.4. Lingkup Studi
pemandangan alam Kota Ciwidey dan
1.4.1. Lingkup perancangan
pemandangan hutan dengan aneka jenis
Lingkup perancangan meliputi tiga
tanaman. Luas area spot ini adalah 73.596
area terpilih yang berada di dalam kawasan
m2
Wana Wisata Kawah Putih. Tiga area (spot)
3. Spot 3
tersebut dipilih berdasarkan karakter alam
Spot 3 merupakan area kawah
yang puitis dan merupakan area fasilitas
beserta area fasilitas publik eksisting. Luas
publik eksisting. Area tersebut adalah:
total area yang akan dirancang adalah
1. Spot 1
205.536 m2. Spot ini menawarkan keindahan
Spot 1 merupakan area masuk ke
kawah, hutan tanaman paku-pakuan dan
kawasan Wana Wisata Kawah Putih. Luas
peninggalan sejarah berupa gua dan puing
spot ini adalah 124.740 m2. Pada tapak
pabrik
eksisting, terdapat beberapa fasilitas seperti
pemerintahan Belanda dan Jepang.
kios makanan dan souvenir, kamar mandi
1.4.2. Lingkup pembahasan
umum, musholla, area parkir, ticketing dan
Lingkup pembahasan pada tesis ini adalah
halte shuttle car. Spot ini menawarkan nilai
mengenai
puitis alam berupa peralihan lahan yaitu,
Architecture pada perancangan fasilitas
dari lahan berkontur landai ke kontur curam
publik di bentang alam. Wujudnya berupa
dengan
redesain dan infiltrasi fasilitas baru sebagai
peralihan
penutup
tanah,
dari
belerang
peninggalan
penerapan
teori
zaman
Poetic
bebatuan ke tanaman perdu yang lebat.
optimalisasi eksplorasi nilai puitis yang
2. Spot 2
dimiliki alam. Dengan demikian keluaran
Spot 2 Merupakan area tengah
dari tesis ini berupa perancangan kompleks
dengan dua keunggulan karakter alam yaitu
fasilitas publik yang terbagi ke dalam 3 spot
perancangan.
Fasilitas
publik
tersebut
berupa:
Metafora adalah cara untuk menyatakan sesuatu dengan mengibaratkannya dengan
1. Pusat informasi
sesuatu yang lain. Dalam merancang di
2. Cottage
bentang alam, arsitektur berfungsi sebagai
3. Viewing deck
perumpamaan sifat-sifat unsur alam yang
4. Wonderland track
akan dipuisikan.
5. Appreciatioan deck
2. Melalui asosiasi mental
6. Belerang track,
Asosiasi mental adalah suatu proses
7. Public toilet dan rest furniture
membayangkan sesuatu yang tidak nyata
2. TEORI POETIC ARCHITECTURE
menjadi sesuatu yang seolah-olah nyata
DI BENTANG ALAM
untuk
membantu
memanggil
ingatan
Arsitek dapat melihat alam dari terhadap hal lain. Dalam konteks merancang berbagai sudut pandang. Arsitek peduli akan di
bentang
alam,
arsitek
dapat
cara-cara dan hukum suatu konstruksi dari mewujudkannya melalui formulasi konsep berbagai
unsur
alam
dan
sebab-sebab arsitektur yang berupa deskripsi tentang
perubahan dari fenomena alam. Hubungan unsur alam yang akan dipuisikan sehingga timbal balik antara arsitek dan alam dapat mudah diingat oleh penggunanya. merupakan sesuatu yang tidak terukur Dalam metoda ini, arsitektur berfungsi (intangible) sekaligus terukur (tangible). sebagai pemanggil ingatan terhadap suatu Hubungan yang tidak terukur (intangible) wujud unsur alam. tersebut dapat diterapkan ke dalam arsitektur 3. Melalui kontemplasi atau pertapaan, dengan cara1: pengaguman dan “pengorbanan pribadi” 1. Melalui metafora 1
Antoniades, 1992:241-242
Cara ini merupakan cara untuk mengenal
4. Melalui subordinasi total kepada
alam lebih dalam. Kontemplasi merupakan
alam
suatu upaya untuk merasakan alam dan
rancangan yang memenuhi garis utuh
“mendengarkan”
tapak,
segala
keinginannya.
dengan
cara
yaitu
dengan
Pengaguman dan pengorbanan pribadi juga
menenggelamkan
merupakan upaya untuk mengenal alam
dalam tapak
namun dengan cara yang lebih beresiko
menghindari
cara
bangunan
ke
5. Melalui penyatuan interior dengan
seperti menjelajahi hutan dan tinggal dalam
eksterior,
waktu yang lama di tengah alam untuk
bukaan atau melalui penggabungan
mengalami dan merasakan fenomena yang
elemen eksterior dan interior
akan terjadi. Sedangkan
melalui
strategi
6. Melalui ketergantungan pada bahan dalam
hubungan
yang
terukur (tangible), arsitek menerapkannya dengan cara: 1. Melalui
baik
alam 7. Melalui
reaksi
imitatif
seperti
interpretasi literal kepada alam atau integrasi
bangunan
dan
interpretasi
substansial
dan
tapak pada denah maupun pada
eksistensial terhadap kualitas dan
potongan
hukum alam.
2. Memberi semacam “kejutan” pada kondisi
alam
yang
netral
dan
cenderung membosankan 3. Menjauhi
atau
8. Melalui
reaksi
inklusif
dimana
semua yang telah disebut di atas dapat
digabungkan
menjadi
meminimalisir
hubungan yang timbal balik, baik
rancangan buatan (man-made) pada
secara tidak terukur (intangible)
denah maupun potongan
maupun
yang terukur
(tangible)
(Antoniades, 1992:241-242). Merancang
di
dengan karya seni yang bersifat suram. alam
Sullivan juga membutuhkan suasana yang
membutuhkan kepekaan dalam melihat alam
tidak menyenangkan dan kesedihan untuk
dari berbagai sudut pandang. Dalam hal ini,
menguji kekuatan dan keberanian dirinya
arsitek Louis Sullivan dapat melihat alam
dalam berkarya. Dalam proses pengujian
dengan cara yang dinamis dan spiritual serta
tersebut, ia mencoba mengerti semangat
dengan cara metaforik. Sullivan dapat
alam dengan memposisikan dirinya sebagai
mengapresiasi alam dengan memperhatikan
seorang
badai pada berbagai musim. Sullivan juga
mendesain di bentang alam yang terpenting
membiarkan
adalah bersikap romantis dan memposisikan
suasana
bentang
bahwa depresi musim dingin sama halnya
suatu
musim
mempengaruhi jiwanya. Menurutnya dengan
penyair.
Menurutnya,
untuk
diri layaknya seorang penyair.
demikian dia bisa mendapatkan mood dan
Untuk mempelajari alam, sebaiknya
kualitas dinamis untuk pekerjaannya dalam
arsitek lebih banyak membuat sketsa agar
merancang di bentang alam.
dapat mengenal karakteristiknya dengan
Sullivan bisa merasakan puncak
baik. Dengan demikian seorang arsitek akan
keheningan alam, kehitaman pohon dan
dapat
kesuraman
melakukan
menggambarkan bermacam bentuk unsur
observasi yang hanya dilakukan seorang
alam. Dalam konteks merancang di bentang
petapa. Menurutnya, segala yang tidak
alam, seorang arsitek dinilai bagus ketika
terlukis dan terkatakan ada di alam dan alam
dapat
memiliki suara yang tidak terhitung jika kita
karakteristik unsur alam dalam berbagai tipe
ingin mendengarnya. Sullivan berpendapat
(Antoniades, 1992:242).
hari.
Sullivan
mengandalkan
dengan
fasih
memorinya
untuk
menggambarkan
Selain Louis Sullivan, Frank Lloyd
Untuk
menganalisa
spot-spot
Wright juga merupakan arsitek yang tertarik
perancangan berdasarkan nilai puitisnya,
dan mendalami arsitektur di bentang alam.
kepekaan
Wright menganggap alam adalah sumber
“mendengarkan” keinginan alam
inspirasi dari Arsitektur Organiknya. Wright
diperlukan. Analisis ini dilakukan untuk
menekankan bahwa arsitektur dan alam
mencari titik teristimewa dari masing-
harus
masing
berdampingan
harmonis.
Wright
dalam
spot
merespon
perancangan
dan sangat
dengan
memberi jalan agar perkembangan teknologi
mengamatinya secara intensif. Analisis ini
tetap memungkinkan dalam perancangan di
juga dilakukan untuk menemukan karakter
bentang alam. Dalam tulisannya yang
paling khas yang dimiliki setiap spot untuk
berjudul The Natural house dan In the
dieksplorasi dalam proses desain. Karakter
Nature of materials, Wright membahas
khas yang belum banyak disadari oleh
seputar strateginya dalam merancang di
pengunjung.
bentang harmonis.
alam
untuk
Wright
mencapai
dapat
nilai
dengan
baik
mencapai integrasi tersebut melalui strategi oposisi yaitu dengan meletakkan materialmaterial masa kini (Antoniades, 1992:242). 3. ANALISIS TAPAK DAN ANALISIS FUNGSI
PADA
KAWASAN
PERANCANGAN 3.1. Analisis Spot Puitis Pada Tapak
Gambar 1. Karakter spot-spot perancangan
3.1.2. Spot 2
3.1.1. Spot 1
Spot ini menyajikan dua panorama
Spot ini merupakan area pengenalan untuk para pengunjung Wana Wisata Kawah
yang
Putih. Peralihan dari lahan berkontur landai
Panorama pertama adalah panorama hutan
ke kontur curam merupakan karakter fisik
tanaman rimba dan panorama kedua adalah
alam yang menjadi penanda dari makna
arah pandang ke Kota Ciwidey. Pada hutan
“pengenalan” tersebut. Kemiringan lahan
tanaman rimba, populasi pepohonan cukup
menanjak
tinggi dan posisi pohon berdekatan. Area
perlahan
mengarahkan
menonjolkan
keindahan
alam.
akan
hutan tanaman rimba ini seakan terisolasi
diperkenalkan dengan suasana hutan dan
dari peradaban, kondisinya yang tertutup
perbukitan
berupa
oleh pepohonan tinggi dengan daun lebat
bebatuan alam. Semakin jauh melangkah,
menciptakan nilai ketenangan dan secara
kemiringan
curam dan
alami mendekatkan manusia dengan alam.
penutup tanah yang semula hanya bebatuan
Panorama berikutnya adalah panorama ke
berganti menjadi rerumputan yang rapat dan
arah
dengan populasi pepohonan yang semakin
memungkinkan untuk melihat panorama
banyak dengan ketinggian yang menjulang.
alam Kota Ciwidey beserta pegunungan
penjelajahan.
Pengunjung
berpenutup
tanah
lahan semakin
kota
Ciwidey.
Posisi
nya
yang berada di sekitarnya. Posisi ini sangat menguntungkan pengalaman Pemandangan
karena
visual Kota
dapat
yang
memberi
menyegarkan.
Ciwidey
yang
di
kelilingi pegunungan dan persawahan dapat Gambar 2. Spot 1
terlihat dari area ini.
menghiasi hutan ini sebagai bidang vertikal penyeimbang dari bidang horisontal yang dipenuhi oleh tanaman paku-pakuan. Di saat kabut turun, hutan ini seolah mengeluarkan asap sehingga suasananya seperti pada ilustrasi negeri dongeng. Dari hutan ini dapat dilihat sedikit demi sedikit Gambar 3. Spot 2
air kawah yang kebiruan yang terbingkai 3.1.3. Spot 3 Spot
cantik oleh batang-batang tanaman berwarna 3
terbagi
ke
dalam
dua
panorama alam yang akan ditawarkan, yaitu
kehitaman.
Suasana
kelam juga dapat
dirasakan pada area ini akibat rapatnya
hutan tanaman paku-pakuan dan area sekitar pepohonan dan tipisnya oksigen karena kawah. Pada hutan tanaman paku-pakuan, pengaruh aroma belerang. tidak
banyak
keberadaannya menyukai
orang kecuali
petualangan
yang
menyadari
mereka dan
yang
memiliki
sensitifitas dalam membaca daya tarik yang dimiliki alam. Hutan ini berada tidak jauh dari sekitar kawah dan merupakan hutan yang mengelilingi sekaligus membingkai Gambar 4. Spot 3
pemandangan kawah. Daya tariknya adalah 3.2. Analisis Fungsi warna daun tanaman paku-pakuan yang Fasilitas yang disediakan pada tapak terdiri dari dua warna yaitu, hijau dan merah eksisting belum cukup memadai untuk kecoklatan. Batang tanaman Cantigi juga
memenuhi
kebutuhan
berekreasi
dan
Selain itu, tidak disediakan ruang untuk
kebutuhan mengapresiasi keindahan alam
parkir motor. Sehingga pengguna motor
Wana Wisata Kawah Putih. Seperti yang
dapat memarkirkan motornya dimana saja
telah digambarkan pada studi eksisting,
sesuai kehendak mereka.
fasilitas yang disediakan terbagi ke dalam tiga
pusat
konsentrasi
aktivitas,
yaitu
aktivitas pada area masuk (Spot 1), area panorama ke Kota Ciwidey (Spot2) dan area kawah (Spot 3). Fasilitas yang ada pada ketiga spot ini akan dianalisa berdasarkan efektivitasnya
terhadap
kebutuhan
dan
Gambar 5. Area parkir dan area kedai makanan pada Spot 1
apresiasi pengunjung
3.2.2. Spot 2
3.2.1. Spot 1
Fasilitas yang disediakan pada area ini
Pada spot 1 yaitu area masuk, zona
adalah viewing deck dan gazebo. Fasilitas ini
parkir belum tertata dengan baik, dimana
masih kurang dilengkapi dengan area parkir
area parkir dan area kedai makanan berada
dan shelter sebagai area pemberhentian
di satu zona namun tidak difasilitasi
pengunjung.
sirkulasi yang memadai sehingga fungsi
mengakses area ini hanya pengunjung
masing-masing fasilitas kurang optimal.
dengan berkendaraan pribadi, baik sepeda
Kondisi ini juga menimbulkan permasalahan
motor atau mobil. Namun tidak ada ruang
seperti
antara
untuk mereka memarkirkan kendaraannya
dan
sehingga aktivitas parkir berlangsung di
benturan
pengunjung
yang
aksesbilitas hendak
parkir
pengunjung yang hendak membeli makanan.
pinggir jalan.
Pengunjung
yang
bisa
sesuai
dengan
pengunjung.
Apresiasi
dikelompokkan komunitas
tujuan
dan
kebutuhan
tersebut
berdasarkan
pengunjung,
dapat
kelompok
yaitu
sebagai
berikut: 1. Keluarga
Gambar 6. Aktivitas parkir motor yang berlangsung di pinggir jalan pada Spot 2
Pengunjung dari kelompok ini 3.2.3. Spot 3
mengapresiasi
Sebagai area yang menjadi tujuan utama pengunjung, area kawah ini dipenuhi oleh
ragam
beristirahat,
aktivitas
seperti
berkontemplasi,
berfoto, menikmati
pemandangan, membuka perbekalan makan, gathering, dan menikmati suasana alam bersama
pasangan.
Aktivitas
yang
berlangsung pada area ini terbagi kedalam dua zona, yaitu zona parkir dan zona kawah. Pada zona parkir terdapat fasilitas toilet, mini terminal untuk shuttle car, shelter dan musholla. Sedangkan pada zona kawah, fasilitas yang disediakan berupa gazebo. Aktivitas pada spot 3 ini terpusat pada zona kawah sehingga apresiasi pun tercipta. Apresiasi tersebut cukup beragam,
kawah
dengan
berfoto dan membuka perbekalan makan di gazebo yang berada di sekitar kawah 2. Pasangan Pengunjung dari kelompok ini mengapresiasi berfoto
dan
kawah
dengan
duduk-duduk
di
sekitarnya
sambil
menikmati
keindahan
kawah.
Seringkali
pengunjung dari kelompok ini melakukan prosesi foto pranikah dengan mengambil view kawah sebagai latar nya. 3. Perorangan
Pengunjung dari kelompok ini
parkir. Rancangan fasilitas di area ini
biasanya adalah fotografer dan
seharusnya bukan hanya untuk memenuhi
pecinta
kebutuhan
alam.
mengapresiasi
Fotografer area
kawah
berwisata
dasar
pengunjung
dalam
saja,
melainkan
juga
dapat
sarana
apresiasi
yang
dapat
dengan mengeksplorasi sudut-
menjadi
sudut
menyampaikan nilai keistimewaan alam.
terbaik
yang
dapat
diabadikan oleh kamera mereka. Pecinta
alam
mengapresiasi
kawah dengan berkontemplasi dan
menjelajahi
kawah
beserta
keseluruhan hutan
yang
mengelilinginya. 4. Komunitas/grup Wana Wisata Kawah Putih termasuk salah satu obyek wisata yang paling diminati komunitas/grup. Apresiasi mereka pada kawah biasanya berupa berfoto bersama dan mengeksplorasi sudut-sudut menarik yang dimiliki area ini untuk aktivitas gathering. Dari
ragam
apresiasi
Gambar 7. Ragam apresiasi pengunjung terhadap Area Kawah pada Spot 3
tersebut, 3.3. Program Fasilitas
fasilitas yang disediakan di area ini masih Dari analisis yang telah dibahas, maka kurang memadai. Hanya disediakan satu unit diusulkan
program
fasilitas
berupa
redesain
fasilitas
gazebo di dekat kawah, dan satu unit di area penggabungan
antara
publik yang sudah ada pada tapak eksisting dan
beberapa
fasilitas
menyampaikan dimiliki
Wana
apresiasi
nilai-nilai Wisata
untuk
puitis
yang
Kawah
Putih.
Fasilitas yang diredesain adalah:
4. KONSEP
PERANCANGAN
DAN
PRODUK DESAIN 4.1. Spot 1 Konsep spot 1 adalah “The poetics of recognition”. Maksudnya adalah berpuisi
1. Spot 1: area parkir, area kios kaki
dengan transisi kemiringan lahan dari landai
lima, toilet umum, musholla, area
ke terjal. Konsep bangunan ini adalah
ticketing dan area shuttle car
bangunan
penerima
yang
menonjolkan
2. Spot 2: viewing deck dan gazebo
karakter pengenalan. Strategi mengenalkan
3. Spot 3: area parkir, toilet umum,
dilakukan dengan membuat bangunan yang
gazebo (rest furniture)
tersubordinasi
dengan
kontur
dengan
Sedangkan fasilitas baru yang diusulkan
memasukkan sebagian badan bangunan ke
adalah:
dalam kontur dan dengan mengenalkan
1. Spot 1: information center
karakter
Kawah
Putih
2. Spot 2: cottage
mengadopsi bentuknya.
dengan
cara
3. Spot 3: wonderland track, belerang
Konsep “The poetics of recognition”
track, appreciation deck (terhadap
ini diwujudkan melalui desain information
kawah), appreciation deck (terhadap
center. Pada perancangan information center
puing pabrik belerang) dan visitor
ini, strategi untuk mengenalkan karakter
center yang didalamnya terdapat
Kawah
kafe, toko souvenir, dan ruang
mengadopsi bentuk cekungan kawah sebagai
informasi.
bentuk bangunan. Bangunan dikonsepkan
Putih
adalah
dengan
cara
sebagai interpretasi literal terhadap bentuk
Kawah
Putih
mentransformasi
Pada spot ini dirancang dua fasilitas
bentuk cekungan kawah dan memberi
yaitu, viewing deck dan cottage. Nilai puitis
elemen air di dalamnya. Elevasi tertinggi
alam yang disampaikan adalah panorama
bangunan (atap bangunan) dibuat sejajar
hutan dan transformasi waktu. Pada fasilitas
dengan ketinggian kontur sehingga dapat
viewing deck, view yang ditawarkan adalah
diakses
bisa
view ke arah Kota Ciwidey, sedangkan
menikmati pemandangan air di dalam
untuk cottage akan dibagi ke dalam dua
bangunan.
zona yaitu, zona dengan view ke arah Kota
oleh
dengan
pengunjung
untuk
Ciwidey
dan
zona
yang
menawarkan
suasana hutan tanaman rimba. Konsep desain untuk viewing deck dan cottage yang mengarah ke Kota Ciwidey
adalah
“The
poetics
of
transformation of time”. Pada area ini perubahan waktu akan menjadi sangat puitis dengan kedatangan dan kepergian kabut. Konsep transformasi waktu ini bermaksud untuk
menonjolkan
keistimewaan
pemandangan dan suasana di sisi timur tapak yang mengarah ke panorama Kota Ciwidey. Gambar 8. Desain Information Center pada Spot 1
4.2. Spot 2
“The poetics of transformation of time” yang pertama dipuisikan melalui
desain viewing deck. Desain viewing deck ditujukan untuk melihat pemandangan ke arah
Kota
Ciwidey
yang
dikelilingi
pegunungan. Pada sore hari dan menjelang malam,
pemandangan
bertambah
indah
dengan kedatangan kabut yang secara perlahan akan menutupi gunung-gunung dan pemandangan
hutan
di
Gambar 9. Denah Viewing deck pada Spot 2
sekitarnya.
Sedangkan pada malam hari, kabut semakin tebal namun ketebalan kabut tersebut dapat ditembus pemukiman
oleh
cahaya
warga
di
penerangan
Kota
Ciwidey,
sehingga pemandangan semakin menarik.
Gambar 10. Potongan Viewing deck pada Spot 2
Pada desain viewing-deck, konsep bentuk denah berasal dari penyesuaian terhadap bentuk kontur dan pertimbangan posisi strategis untuk melihat panorama Kota Ciwidey. Untuk konsep bentuk railing merupakan bentuk
interpretasi pergerakan
substansial kabut
bergelombang dan berwarna putih.
Gambar 10. Potongan Viewing deck pada Spot 2
dari yang
“The poetics of transformation of time” yang kedua dipuisikan melalui desain cottage yang mengarah ke Kota Ciwidey. Pada desain cottage ini, konsep utamanya adalah “bersembunyi di balik kabut”, desain
cottage diposisikan diujung kontur yang
dua unsur alam yang ingin dipuisikan yaitu
berupa
leluasa
hutan tanaman paku-pakuan dan Kawah
menyaksikan datang dan perginya kabut.
Putih. Konsep perancangan di area hutan
Konsep bentuk dari cottage ini merupakan
tanaman paku-pakuan adalah “The poetics of
interpretasi literal
dari bentuk daun dan
exploration” dan untuk perancangan di area
tetesan embun, dimana unsur-unsur alam ini
Kawah Putih adalah “The poetics of
merupakan representasi dari jelmaan jejak
sublimity”. “The poetics of exploration”
kabut yang tertinggal di pagi hari.
bertujuan untuk menyampaikan nilai puitis
tebing
sehingga
dapat
alam dengan cara bereksplorasi. Area ini sangat dianjurkan untuk dieksplorasi karena suasana dan pemandangannya yang tidak biasa. Pemandangan yang ditawarkan adalah pemandangan hutan dengan tanah yang ditutupi tanaman paku-pakuan dua warna (hijau dan cokelat kemerahan) dan tanaman Cantigi berwarna hitam yang memberi nuansa misterius. Area ini adalah area yang paling dekat dengan kawah, sehingga kabut yang berasal dari arah kawah terkadang Gambar 11. Desain cottage pada Spot 2
4.3. Spot 3 Spot ini merupakan spot terakhir dalam area perancangan. Pada spot ini ada
menutupi pandangan.
belerang. Perancangan track menuju gua belerang
merupakan
cara
untuk
menyampaikan puisi alam berupa sumber sulfur yang berada di dalam gua tersebut. Track dibuat menerus tanpa pemberhentian di depan gua bermaksud agar pengunjung Gambar 12. Desain Wonderland track sebagai wujud dari “The poetics of exploration”
tidak berlama-lama berdiri di depan gua karena kandungan sulfurnya membahayakan pernapasan. Track dibuat menerus menuju puing pabrik belerang dan berujung pada appreciation deck.
Gambar 13. Desain Viewing deck sebagai wujud dari “The poetics of exploration”
“The poetics of sublime” yang kedua berupa track menuju gua belerang dan appreciation
Gambar 14. Desain Appreciation deck (atas) dan Belerang track (bawah)
deck untuk mengapresiasi puing bangunan
“The poetics of sublime” yang terakhir
peninggalan pabrik belerang. Track dan
adalah pada desain fasilitas publik di area
appreciation
untuk
kawah yang berupa public toilet, dressing
gua
room dan rest furniture. “The poetics of
belerang dan puing peninggalan pabrik
sublime” pada desain fasilitas publik ini
mengarahkan
deck
ini
didesain
pengunjung
kepada
bertujuan untuk menyampaikan nilai puitis berupa keagungan Gunung Patuha melalui interpretasi literal dari kurva gunung yang mengelilingi
kawah.
Sedangkan
untuk
peletakannya, fasilitas publik ini diletakkan di pinggir area pasir putih menjorok ke arah Gambar 17. Desain Rest Furniture
hutan. Posisi ini ditujukan untuk memberi kesan invisible dan meminimalisir intervensi terhadap kawah.
5. KESIMPULAN Merancang fasilitas publik di Wana Wisata Kawah putih dengan setting bentang alam membutuhkan sensitifitas tinggi serta pengamatan yang intensif terhadap gejala maupun
fenomena
alam.
Alam
harus
diperlakukan romantis untuk mendengarkan Gambar 15. Desain Dressing Room
gejolaknya.
Seperti
fenomena
datang-
perginya kabut yang direspon dengan desain cottage dan viewing deck, perubahan warna air kawah yang diapresiasi dengan fasilitas appreciation deck, keheningan alam yang direspon melalui desain cottage, serta aroma belerang dan suhu rendah yang direspon melalui desain track dan rest furniture. Gambar 16. Desain Public Toilet
Keseluruhan
desain
bangunan
maupun lanskap pada tesis ini merupakan
Gold, Seymor M, Recreation Planning and Design. Berkeley: Mc Graw Hill Inc, 1980
respon terhadap gejolak dan fenomena alam. Selain merespon dan menyampaikan nilai puitis alam, desain bangunan dan elemen
Goodale, Wirr. Recreation and Leisure: Issues In an Era of Change Reuse Edition.
Pennsylvania:
Venture
Publishing Inc. 1985 lanskap juga dapat dinikmati sebagai desain yang puitis. Dengan demikian, harmonisasi antara alam dan arsitektur yang menjadi
Haugen, A Erlend. “Travel + Leisure 2010 Design Award for Juvet Landscape Hotel”. http://www.norway.org/News_and_e
tujuan dari tesis ini dapat terwujud.
vents/Culture/ArchitectureDesign/Travel--Leisure-2010-Design-
DAFTAR PUSTAKA Antoniades,
Antony
C,
Poetics
of
Architecture: Theory of Design. New York: Van Nostrand Reinhold. 1992 Bachelard,
Gaston,
Poetics
of
Space.
Bellini, Mario. Mendini, Alessandro. Sorkin Sottsass,
Ettore,
“Emilio
Ambasz: The Poetics Of Pragmatic”. New York: Rizzoli. 1988 Chesshyre, Tom. “The Hottest Hotel for 2009”.
http:
//www.thetimes.co.uk
/to/travel/wheretostay/article1740264.ece . (12 desember 2010) Day, Christopher, Spirit & Place. Cornwall: Gray Publishing. 2002 Frampton, Kenneth, Modern Architecture A Critical History Fourth Edition. London: Thames and Hudson Inc. 2007
(26 Januari 2011) Landezine.
“Trollstigplatået
Ramstad
by
Architects”.
Reiulf http://
www.landezine.com/index.php/2010/10/t
Boston: The Orion Press. 1964
Michael.
Award-for-Juvet-Landscape-Hotel/
rollstigplataet/ (12 desember 2010) Lysholm, Hege. ”National Tourist Routes”. http://www.turistveg.no/en/about-theproject. (26 Mei 2011) McHarg, Ian L, Design With Nature. Canada: John Wiley & Sons Inc. 1992 Pemerintah Kabupaten Bandung, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung 2007-2027. Soreang: Peraturan Daerah Nomor 3. 2008 Rosenow, John E. Pulsipher, Gerrald L, Tourism: The Good, Bad and The Ugly. Lincoln: Century Three Press, 1979