i
PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA PENGEMBANGAN BELUT LISTRIK SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK DALAM SKALA MIKRO
BIDANG KEGIATAN: PKM-GT Disusun oleh: Enang Saepuloh
140310090006
2009
Imam Budi Aji
230110090101
2009
Thoriq Syaeful Rahman
140310080035
2008
UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2010
i
ii
HALAMAN PENGESAHAN USUL PKM-GT 1. Judul Kegiatan
: Pengembangan Belut Listrik Sebagai Sumber Energi Listrik Dalam Skala Mikro 2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI (√ ) PKM-GT 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Universitas/Institut/Politeknik e. Alamat Rumah dan No Tel./HP f. Alamat email
: Enang Saepuloh : 140310090006 : Fisika : Universitas Padjadjaran : Situjaya RT. 01 RW. 04 Cipondok, Sukaresik, Tasikmalaya (085223714629) :
[email protected]
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis
: 2 (dua) orang
5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar b.NIP c.Alamat Rumah dan No Tel./HP (081322744935)
: Kusnahadi Susanto, S. Si., MT. : 1980091420050 : Jalan Andir nomor 130/77 Bandung Bandung, 4 Maret 2010
Menyetujui Pembantu Dekan III Bidang kemahasiswaan
( Wahyu Alamsyah, Drs., MS. ) NIP. 19521115 198403 1 001
Ketua Pelaksana,
( Enang Saepuloh ) NIM. 14031009006
Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan
Dosen Pembimbing
( Trias Nugrahadi, dr., Sp. KN. ) NIP. 19610704 199103 1 002
( Kusnahadi Susanto, S. Si., MT. ) NIP. 19800914 200501 1 002
ii
iii
KATA PENGANTAR Salam sejahtera kepada kita semua, semoga apa yang telah dan akan kita lakukan selalu memperoleh rahmat dan karunia Sang Pencipta Allah swt. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju, dengan ditemukannya berbagai instrumen yang meringankan beban kerja manusia. Pertumbuhan hidup manusia begitu pesatnya, sehingga penyebaran penduduk tidak merata disetiap daerahnya. Kondisi bentang alam Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau, serta topograpi wilayah yang unik, disertai kontur daerah yang beraneka ragam, menyebabkan kondisi sosiologi masyarakat berbeda-beda. Permasalahan penduduk, seperti kekuranan pasokan energi listrik melanda negara kita tercinta maka diperlukan adanya gagasan yang inovatif untuk menanggulangi masalah tersebut. Karya tulis yang berjudul ” Pengembangan Belut Listrik Sebagai Sumber Energi Listrik dalam Skala Mikro ” diharapkan mampu memberikan sumbangsih ide pemikiran ditemukannya sumber energi listrik terbarukan ramah lingkungan, efektif dan efisien. Dalam penyusunan karya tulis ini penulis mengucapakan terimakasih atas bantuan dari pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya karaya tulis ini, diantaranya : 1. Bapak Kusnahadi Susanto selaku dosen pembimbing, yang telah memberi masukan-masukan ide dalam pembuatan karya tulis ini. 2. Dr. Mungki di Jakarta yang telah memberikan bantuan ide dan sarannya sampai menemani dan menujukan data-data pendukung. 3. Teman-teman jurusan Fisika dan Perikanan yang telah memberikan bantuan berupa moral dan materilnya. 4. Seluruh civitas akademika UNPAD yang telah memberikan curahan ide dan pemikiran lain dan pada pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa gagasan tulis ini sangat sulit untuk terealisasikan dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Tetapi penulis optimis dengan ketekunan kita bisa merealisasikannya menjadi sebuah karya terbesar kita. Penulis menyadari pula tentunya dalam pembuatan karya tulis ini, banyak sekali kekurangan, krtik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Mohon maaf atas kekurangannya. Semoga bermanfaat dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Bandung, 4 Maret 2010 Penyusun
iii
iv
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii KATA PENGANTAR .......................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR …………………………………………...……... v RINGKASAN ......................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 2 Latar Belakang ……………………………………….….……… 2 Tujuan ………………………………………………..…………. 3 Manfaat ………………………………………………...…..….... 3 GAGASAN ………………………………………………………….…. 4 Kondisi Kelistrikan Bangsa Indonesia Saat Ini ………….……... 4 Solusi yang Pernah diajukan ………..…………………….…….. 5 Solusi yang Diajukan …………………………………….……… 9 Pihak-Pihak Terkait yang Bisa Mengimplementasikan Gagasan 10 Langkah Strategis yang Dilakukan……..………………………. 11 KESIMPULAN ………………………………….…………………….. 12 DAFTAR PUSTAKA …………………………………….…………… 14 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………….. 15
iv
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Belut Listrik …………………………………………….... 9 Gambar 2. Medan Listrik yang Dipancarkan Belut Listrik ………… 10 Gambar 3. Skema Aliran Arus yang Dihasilkan ……………………..11
v
1
RINGKASAN Merupakan suatu kenyataan bahwa kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia, makin berkembang menjadi bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari seiring dengan pesatnya peningkatan pembangunan di bidang teknologi, industri dan informasi. Namun pelaksanaan penyediaan energi listrik yang dilakukan oleh PT.PLN (Persero), selaku lembaga resmi yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola masalah kelistrikan di Indonesia, sampai saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik secara keseluruhan. Kondisi geografis negara Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau dan kepulauan, tersebar dan tidak meratanya pusat-pusat beban listrik, seperti kondisi daerah pesisian khususnya pesisir pantai selatan Pulau Jawa, belum seluruhnya terjangkau oleh jaringan listrik. Hal ini diperlukan pengembangan energi listrik terbarukan, yang murah, ramah lingkungan, efektif dan efisien, serta cocok dikembangkan di daerah pesisr pantai. Sesuai dengan perkembangan zaman akan ditemukan alat-alat elektronik yang memerlukan energi listrik dengan voltase kecil maka pengembangn pemanfaatan energi yang dihasilkan sidat atau belut ini bisa terealisasi kedepannya. Setelah berkembang diharapkan pemerintah bisa lebih memperhatikan dalam kelestarian belut listrik dan juga pemanfaatan potensi sumber daya alam di Indonesia ini. Sehingga kasus kekurangn energi, daerah tertinggal penyediaan jaringan listrik bisa terbantu dengan ditemukannya energi terbarukan ini. Pengembangan Belut Listrik sebagai sumber energi listrik sangatlah tepat sekali dikembangkan di daerah pesisir pantai. Karena daerah penyebaran belut listrik sendiri berada di daerah laut bagian dalam. Bisa hidup di daerah rawa-rawa yang berlumpur dan gelap. Sehingga penduduk pesisir pantai (nelayan) dengan mudah bisa mendapatkannya. Seperti wilayah pantai yang mayoritas kehidupan masyarakatnya mengandalkan hasil laut atau berprofesi sebagai nelayan. Belut listrik yang panjangnya bisa mencapai 2 meter, 7/8 tubuhnya adalah ekor. Di sepanjang ekor berderet lebih dari 5000 sel seperti batrei yang berkekuatan 1, 2 volt. Apabila batrei ini dihubungkan seri, maka jumlah tegangan yang dihasilkan sebesar 600 volt. Arus yang dihasilkan kita hubungkan kedalam prototipe lalu kita hubungkan kedalam tempat penampungan arus berupa tempat penampungan (accumulator) atau lain sebagainya yang bisa menampung arus listrik. Arus yang dihasilkan besarnya satu ampere, energi yang besar ini kita manfaatkan untuk kehidupan sehari-hari. Manfaat gagasan ini apabila dikembangkan, bisa memberikan sumbangan pemikiran sebagai jawaban dari permasalahan kekurangn energi. Dengan ditemukannya energi terbarukan yang diharapkan bisa membantu kehidupan para nelayan untuk melaut, petani kecil, masyrakat untuk keperluan penerangan.
1
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kemajuan teknologi pada masa sekarang ini bukanlah merupakan hal yang dapat disanggah lagi. Kemajuan teknologi khususnya kemajuan teknologi elektronika semakin lama semakin menggiring manusia dalam berbagai kemudahan. Diantaranya kemudahan berkomunikasi, kemudahan penggunaan alat rumah tangga, kemudahan penggunaan alat-alat listrik, dan sebagainya. Jika kita bandingkan dengan teknologi masa lalu, semakin kedepan teknologi selalu menawarkan hal yang semakin praktis. Dibuktikan dengan teknologi beterai sebagai permulaan sampai energi terbarukan seperti solar cell. Peralatan teknologi yang semakin maju menggiring manusia kedalam kondisi yang serba praktis. Dari segi konsumsi energi, teknologi masa kini juga semakin menawarkan teknologi yang hemat energi. Yang paling nyata diantaranya adalah kemajuan teknologi layar monitor. Dari mulai CRT yang membutuhkan tegangan yang cukup tinggi, hingga LED yang menawarkan keindahan tampilan dan kebutuhan tegangan yang rendah. Sehingga tak dapat kita pungkiri bahwa mungkin saja dalam kurun waktu yang cukup singkat akan diproduksi berbagai macam peralatan hemat listrik selain LED. Kebutuhan sumber-sumber listrik skala mikro ini memberikan gagasan kreatif tentang potensi pengembangan sumber-sumber energi mikro yang baru dan inovatif. Mengingat begitu banyak potensi alam dan segala sumber dayanya yang bisa di manfaatkan untuk kepentingan produksi energi. Hingga saat ini, pemanfaatan sumber daya alam sebagai sumber energi listrik adalah berbicara tentang PLTA, solar cell, panas bumi, energy angin, dan sebagainya. Namun demikian saat ini cukup jarang ditemukan sumber-sumber produksi listrik yang memanfaatkan makhluk hidup sebagai sumber utamanya. Belut listrik merupakan salah satu makhluk hidup yang dapat memproduksi listrik melalui mekanisme biologisnya tersendiri. Listrik yang disengatkan merupakan listrik alami yang tidak membutuhkan bantuan alat apapaun dalam mekanismenya. Mengingat bahwa arus listrik itu dapat dialirkan dan ditampung dalam alat-alat spesifik (semisal accumulator), gagasan untuk menangkap listrik yang mengalir dari tubuh belut listrik dan menampungnya merupakan gagasan kreatif yang sangat potensial pengembangannya. Gagasan ini merupakan gagasan tentang produksi listrik dalam skala mikro. Kedepannya bukan tidak mungkin pemanfaatannya dapat dikembangkan menjadi sumber tenaga listrik terbarukan dalam skala makro. Hal ini mungkin saja terjadi jika teknologi sudah dapat dikembangkan untuk menciptakan alat yang dapat menangkap listrik dengan efisiensi yang sangat tinggi. Ditambah kondisi masyarakat indonesia di daerah pesisir pantai dan pedalaman tidak semuanya memperoleh penerangan dari pihak pemerintah (PLN) sebagi pemasok energi listrik. Karena pembangunan jaringan listrik yang tidak merata, menyebabkan masih terdapat daerah yang kondisi penerangan rumahrumahnya masih menggunakan lampu minyak.
2
3
Seiring bahan bakar minyak yang langka, masyarakat untuk kepeluan penerangannya beralih pada lilin, yang praktis digunakan. Tetapi lilin harganya mahal tidak sebanding dengan waktu penerangan yang dibutuhkan. Karena lilin mudah habis terbakar. Dengan ditemukannya bebagi alat-alat elektronik yang bisa membantu pengembangan konsepan ini. Diharapkan masyarakat dipesisir mendapat pasokan listrik untuk keperluan rumah tangga seperti untuk penerangan, nelayan melaut, bahkan untuk kepentingan media informasi, seperti TV, radio dan lain sebagainya. Tujuan Belut Listrik Sebagai Cadangan Energi Listrik dalam Skala Mikro adalah hal yang menarik untuk dikembangkan. Listrik yang dihasilkan belut bisa mencapai 500-600 volt dengan arus sebanding satu ampere, Energi yang lumayan besar itu kita bisa manfaatkan dengan cara: 1. Memberikan gagasan bahwa belut lsitrik bisa dikembangkan menjadi sumber energi listrik terbarukan dalam skala mikro. 2. Energi listrik yang dihasilkan belut listrik, diharapkan bisa memberikan jawaban akan kekurangan energi listrik di daerah pesisir, pedalaman dan daerah tertinggal lainya. 3. Memberikan gagasan proses pemindahan enrgi listrik yang dihasilkan oleh belut kedalam tempat penyimpanan atau penyaluran listrik. Manfaat Manfaat gagasan ini apabila dikembangkan, bisa memberikan sumbangan sebagai jawaban dari permasalahan kekurangn energi. Ditemukannya energi terbarukan serta bisa membantu kehidupan para nelayan untuk melaut, petani kecil, perumahan penduduk dalam hal penerangan. Sehingga penduduk bisa menggunakan bola lampu tidak lagi lampu minyak untuk penerangannya Sesuai dengan perkembangan zaman akan ditemukan alat-alat elektronik yang memerlukan energi listrik dengan voltase kecil maka pengembanga pemanfaatn energi yang dihasilkan sidat atau belut ini bisa terealisasi kedepannya. Setelah berkembang diharapkan pemerintah bisa lebihj memperhatikan dalam kelestarian belut listrik dan juga pemanfaatn potensi sumber daya alam di Indonesia ini. Sehingga kasus kekurangn energi, dareah tertinggal penyediaan jaringan listrik bisa terbantu dengan ditemukannya energi terbarukan ini. Pemanfaatan belut listrik juga bisa melestarikan populasi belut listrik karena belut listrik disediakan tempat penangkaran untuk memperpanjang hidupnya.
3
4
GAGASAN Kondisi Kelistrikan Bangsa Indonesia Saat Ini Konsumsi listrik nasional tahun 1990 s.d. tahun 2002 meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 10% pertahun dari 27,7 TWh (1990) menjadi 87,1 TWh (2002). Sejalan dengan hal tersebut, produksi listrik PLN meningkat dari 23,29 TWh pada tahun 1990 menjadi 89,29 TWh atau meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata 8,8% per tahun. Produksi listrik PLN tersebut memerlukan bahan bakar fosil dan bahan bakar terbarukan sebesar 72,27 Juta SBM pada tahun 1990 menjadi 178,69 Juta SBM pada tahun 2002 atau rata-rata meningkat sebesar 7,8% per tahun (1). Jenis bahan bakar yang digunakan oleh pembangkit listrik yang mengalami peningkatan tertinggi selama periode tersebut adalah bahan bakar gas bumi, yaitu sebesar 27,8% per tahun, kemudian diikuti pemakaian panas bumi yang mengalami peningkatan sebesar 15,1%, batubara sebesar 10,1%, minyak solar sebesar 9,5%, dan tenaga air sebesar 2,7%. Adapun pemakaian minyak diesel dan minyak bakar untuk pembangkit listrik selama kurun waktu 12 tahun tersebut menurun masing-masing dengan angka pertumbuhan sebesar -3,3% dan 1% per tahun (1). Belum optimalnya pemanfaatan energi baru dan terbarukan disebabkan energi baru dan terbarukan belum kompetitif dibandingkan dengan energi konvensional. Salah satu sebab kurang berkembangnya pemanfaatan energi baru dan terbarukan sampai saat ini adalah harga listrik yang dibangkitkan dari energi baru dan terbarukan antara lain, PLTN, PLTS, PLTB, PLTMH serta PLT energi terbarukan lainnya, masih lebih tinggi daripada yang dibangkitkan dengan energi fosil. Hal ini disebabkan oleh biaya konstruksi per KW pembangkit listrik energi terbarukan cukup tinggi, dan disamping itu pembangkit listrik tenaga air dan panasbumi biasanya terletak jauh dari pusat kebutuhan yang menyebabkan biaya transmisi dan distribusi menjadi lebih mahal. Selama periode tersebut, belum terdapat PLTN di Indonesia. Pemanfaatan PLTN biasanya dalam kapasitas pembangkit yang besar, karena pembangkit tenaga nuklir merupakan pembangkit beban dasar dengan biaya investasi yang tinggi, tetapi diimbangi dengan biaya bahan bakar yang rendah. Oleh karena itu, dapat dianggap bahwa PLTN hanya mungkin dibangun di Jawa karena beban listrik di Jawa jauh lebih tinggi dibanding dengan wilayah lainnya. Sejalan dengan peningkatan kebutuhan listrik dikemudian hari yang diperkirakan dapat tumbuh rata-rata 6,5% per tahun hingga tahun 2020, maka pemanfaatan energi sebagai bahan bakar pembangkit listrik juga akan meningkat. Untuk itu, diperlukan analisis jumlah dan jenis bahan bakar yang diperlukan pembangkit listrik. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk, kebutuhan akan energi listrik di Indonesia meningkat dengan pesat. Karena kesalahan perencanaan di masa lalu, kebutuhan energi listrik meningkat jauh lebih pesat dibanding yang bisa disediakan oleh PT. PLN. Akibatnya, terjadi
4
5
pemadaman bergilir dimana-mana. Padahal hampir setengah daerah di Indonesia belum mendapatkan kesempatan mendapatkan listrik. Problem kedua yang dihadapi oleh PT. PLN adalah subsidi yang terus membengkak. Selisih antara harga produksi dan harga jual energi listrik adalah penyebab utama. Harga produksi membengkak karena sebagian besar energi listrik dibangkitkan dengan BBM yang mahal serta tidak efisiennya sistem pembangkit, transmisi, dan distribusi. Rendahnya harga jual juga menyebabkan dorongan untuk melakukan penghematan menjadi sangat rendah di kalangan konsumen. Problem ketiga yang penting dan unik di Indonesia adalah kondisi geografis negara kita yang terdiri atas banyak pulau dan terletak di dekat katulistiwa. Kondisi banyak pulau merupakan kondisi unik yang tidak bisa dibandingkan dengan negara lain sehingga agak susah melakukan benchmark apakah sistem kita sudah efisien atau belum. Kondisi negara yang terletak di katulistiwa juga membawa konsekuensi tersendiri. Di pulau Jawa dan Sumatra misalnya, semua orang bangun dan tidur pada waktu yang sama, semua melakukan aktivitas pada jam yang sama. Semua merasakan temperatur yang hampir sama. Akibatnya, beban puncak di seluruh bagian pulau Jawa dan Sumatra terjadi pada waktu yang sama. Artinya, keuntungan sistem interkoneksi yang diharapkan bisa mengurangi beban puncak menjadi tidak ada. Kondisi ini berbeda dengan Eropa dan Amerika yang temperaturnya berbeda dari bagian satu ke bagian yang lain dan mempunyai beda waktu yang cukup signifikan. Dengan kata lain, pola perencanaan yang berjalan baik di Amerika dan Eropa tidak bisa kita terapkan di Indonesia (1). Dilain pihak kondisi pemukiman penduduk pesisir dan pedalaman yang belum tersentuh pembangunan listrik masih dalam keadaan “gelap”. Perlu dibangun pembangkit listrik, akan teatpi dalam percepatan pemabangunan listrik tersebut pemerintah dipermasalahkan dengan baiaya pembangunan sehingga pembangunan tidak bisa terealisasikan. Sampai saat ini masyarakat di pesisir dan pedalaman untuk penerangan rumah-rumah mereka masih menggunakan lampu minyak, untuk mencari bahan bakarnya susah minta ampun. Solusi yang Pernah Diajukan Masalah khas dari ketenagalistrikan adalah tidak adanya penyimpan energi listrik yang andal dan efisien. Akibatnya, energi listrik harus dibangkitkan pada saat diperlukan. Semua pembangkit, saluran transmisi, dan saluran distribusi harus dibangun dengan kapasitas sama dengan beban maksimum sistem ditambah dengan suatu margin aman tertentu. Padahal, beban maksimum mungkin hanya terjadi selama beberapa jam setiap harinya. Akibatnya, lebih dari setengah pembangkit dan saluran transmisi yang dibangun dengan biaya sangat mahal harus menganggur setiap harinya. Sayangnya, negara kita kurang berpihak pada isu penghematan. Harga listrik yang murah karena subsidi menyebabkan konsumen merasa tidak perlu berhemat. Tidak ada insentif bagi konsumen yang melakukan penghematan dan tidak ada insentif untuk produsen yang menjual peralatan hemat energi. Seharusnya ada regulasi yang mendorong konsumen untuk melakukan
5
6
penghematan dan yang memaksa hanya peralatan yang hemat energi yang bisa dijual di negara ini. Pemerintah pusat dan daerah serta bumn harus bisa menjadi contoh dalam gerakan hemat energi ini. Perlu diingat bahwa hemat energi tidak identik dengan bekerja dalam kegelapan dan tidak nyaman. Penghematan tidak boleh mengurangi produktivitas dan kenyamanan. Pada banyak kasus, penghematan bisa dilakukan tanpa biaya. Jika penghematan dilakukan, penulis yakin bahwa negara ini tidak perlu membangun pembangkit dan saluran transmisi baru sebanyak yang direncanakan saat ini. Pembangunan 2×10000 MW pembangkit batubara tidak akan menyelesaikan masalah tetapi malah menimbulkan masalah baru karena isu kemadirian, isu sarana pendukung, isu lingkungan, dan isu pembiayaan. Mandiri Energi Listrik Pada saat ini, pemerintah berusaha membangun banyak pembangkit listrik tenaga batu bara yang katanya jauh lebih murah dibanding pembangkit lain. Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua daerah mempunyai batu bara. Artinya, batu bara harus didatangkan dari daerah lain atau bahkan dari negara lain. Dari kondisi ini saja, kita telah membuat beberapa daerah tidak bisa mandiri energinya. Penggunaan batu bara juga membawa isu lingkungan tersendiri. Di pulau Jawa sekalipun, pembangkitnya sebagian besar menggunakan batu bara. Batu bara harus didatangkan dari Sumatra atau Kalimantan. Artinya, kebutuhan energi di pulau Jawa sangat tergantung pada daerah lain. Selain itu, tidak ada perencanaan yang matang dari lokasi penempatan pembangkit. Saat ini, hampir semua pembangkit besar ada di Jawa Timur dan Barat yang jauh dari lokasi konsumen. Setiap hari sebagian besar kebutuhan listrik penduduk Jakarta harus didatangkan dari Paiton yang jaraknya hampir 1000 km. Mestinya, setiap daerah di rancang untuk mandiri energi. Setiap daerah harus mempunyai pembangkit yang mampu memenuhi daerahnya. Pasokan dari daerah lain melalui saluran transmisi hanya digunakan sebagai backup atau cadangan. Sumber energi yang digunakan harus bisa didapat di daerah tersebut, bukan mendatangkan dari daerah lain. Jika pulau Jawa terdapat banyak panas bumi, potensi ini harus dipilih sebelum memilih batu bara. Perlu dicatat bahwa Indonesia mempunyai potensi panas bumi yang sangat besar. Walaupun pada saat ini panas bumi lebih mahal dari batu bara, penulis yakin bahwa pembangkit ini akan lebih murah di masa yang akan datang. Dengan memanfaatkan panas bumi, kita tidak perlu membangun pelabuhan batu bara dan sistem transportasi yang mahal. Selain itu, penggunaan panas bumi akan mengurangi emisi CO2 yang terbukti membahayakan lingkungan. Panas bumi juga harus segera dimanfaatkan karena tidak bisa disimpan dan tidak bisa dieksport. Pada saat ini, hanya PT. PLN yang boleh menjual energi listrik ke konsumen. Monopoli ini membuat tidak adanya insentif bagi PLN untuk melakukan efisiensi dan bekerja secara profesional. Rakyat tidak mempunyai pilihan lain. Apapun kwalitasnya, berapapun harganya, rakyat harus terima. Jika kompetisi dibuka, konsumen bisa mempunyai pilihan. Jika ada perusahaan lain yang mampu memproduksi listrik dengan biaya dan kwalitas yang lebih baik. Konsumen pasti mau membayar lebih tinngi jika memang kwalitasnya lebih baik, seperti halnya Pertamax dibandingkan dengan bahan bakar jenis lain. Isu kompetisi di tingkat retail ini sejalan dengan kemandirian energi dan regional pricing. Pembangkit-pembangkit kecil lokal akan mengurangi kebutuhan beban
6
7
puncak sehingga mengurangi biaya saluran transmisi. Pemain lokal juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan listrik di tempat-tempat yang mana PT. PLN tidak mampu memenuhinya. Pemain lokal semacam ini hanya akan tumbuh jika sistem regional pricing dijalankan dan kwalitas dimasukkan dalam aspek tarif. Adanya pemain lokal juga meningkatkan kemandirian energi suatu daerah. Isu kompetisi pasti banyak ditentang terutama oleh PT. PLN. Akan tetapi ini wajar karena sistem yang sudah established pasti menolak perubahan yang mengganggu status quo. Ini juga sudah terbukti pada awal deregulasi sistem telekomunikasi, penerbangan, dan penyiaran. Walaupun awalnya banyak yang mengkhawatirkan, deregulasi terbukti bisa menurunkan harga dan menaikkan efisiensi. Setiap perubahan pasti mendapatkan tantangan. Akan tetapi kita harus maju terus dan memperjuangkannya jika kita yakin itu benar dan bermanfaat untuk negara ini. Undang-undang kelistrikan sekarang yang melarang kompetisi harus segera diperbaiki. Adapun solusi lain yang pernah diajukan untuk mengurangi kekurangan energi lsitrik, para ahli telah membangun suatu pembangkit tenaga nuklir, uap (geotermal), sel surya, dan lain sebagainya. Tetapi hal itu belum bisa menyentuh seluruhnya. Di daerah pantai para ahli telah mengembangkan pembangkit listrik tenaga gelombang pasang, angin, dan lain sebagainya. Hal itu adalah temuan terbarukan dijamannya, apabila dikembangkan terus menerus, bisa menambah pasokan listrik negara. Banyak lagi para ahli memanfaatkan tenaga-tenaga alam dan bahan organik lainya disulap menjadi pembantu dalam pembangkit tenaga listrik. Pemerintah pernah memberikan arahan tentang langkah-lngkah kongkrit dalam penanggulangan kekurangan energi diantarnya : Langkah jangka pendek yang harus segera dilakukan untuk mengatasi masalah kelistrikan adalah: 1. Mendorong penghematan energi melalui insentif dan peraturan yang lebih nyata. Ini bisa dimulai dengan penghematan di kantor-kantor pemerintah, BUMN,sekolah, kampus dan fasilitas umum. 2. Mendorong pengurangan beban puncak dengan memanfaatkan pembangkit cadangan yang banyak dimiliki konsumen. 3. Mendorong munculnya pemain baru yang mampu menjual listrik berdasarkan kwalitas tanpa subsidi. Perlu diingat bahwa peningkatan kwalitas tidak identik dengan menaikkan harga. Ini terutama penting di daerah-daerah yang sudah maju atau menuntut pelayanan listrik yang baik seperti halnya Jakarta, Surabaya, Bali, dan masih banyak lagi. 4. Mendorong penggunaan sumber energi terbarukan tidak hanya di daerah terpencil tetapi juga di Jakarta yang potensinya besar. Isu kemandirian energi harus ditekankan dibanding isu penghematan biaya. Jika sebagian besar gedung di Jakarta mengganti kaca jendelanya dengan sel surya, hampir 30% kebutuhan energi listrik di Jakarta berkurang. 5. Mendorong segera disempurnakan undang-undang kelistrikan sehingga memungkinkan sistem kelistrikan yang sesuai kondisi Indonesia. Undang-undang ini harus mendorong lahirnya iklim kompetisi yang menguntungkan rakyat Indonesia secara keseluruhan. Perlawanan
7
8
terhadap perubahan pasti ada tetapi kita tidak boleh menyimpan bom waktu. Adapun dalam rangka hal pemecahan tentang kelistrikan jiga harus diperhatikan. Berikut sedikit contoh langkah jangka panjang yang harus ditempuh untuk memecahkan masalah kelistrikan adalah: 1. Mendorong penggunaan sumber-sumber energi yang tersedia lokal di setiap daerah. Setiap daerah mempunyai potensi yang berbeda-beda. Sumber energi dari luar daerah harus bersifat suplemen, bukan utama. Pada saat ini, subsidi sangat besar karena setiap daerah dipaksa menggunakan pembangkit yang bahan bakarnya tidak terdapat di daerah tersebut. 2. Menyiapkan SDM yang mampu bekerja dengan iklim kelistrikan yang baru. Isu SDM ini sangat penting karena pendidikan teknik di bidang ini sudah lama dibiarkan terlantar tanpa ada program nasional yang jelas. 3. Mengintegrasikan sistem kelistrikan dengan infrastruktur lainnya sehingga didapatkan infrastruktur yang murah secara total. Tanpa adanya integrasi, sangat sulit menciptakan sistem kelistrikan yang efisien. Tidak ada satupun pemerintah di dunia ini yang berkewajiban menyediakan listrik di semua daerah dan lokasi. Dana sebesar apapun tidak akan cukup untuk melistriki semua daerah di Indonesia. 4. Mendorong perkembangan teknologi yang mendukung sistem kelistrikan yang kompetitif. Perlu banyak teknologi baru untuk menuju era kelistrikan yang baru dan efisien. Karena kelistrikan Indonesia bersifat unik maka harus dikembangkan sendiri. Pemerintah sendiri talah memberikan arahan secara makro tentang pengembagan energi kelistrikan. Saat ini, sebagian besar kebutuhan akan energi listrik dipenuhi oleh sumber energi yang kurang layak. Sumber energi listrik yang berasal dari batu bara dan mesin diesel dengan bahan bakar solar, tidak layak karena menimbulkan polusi udara, dan sumbernya bukanlah yang dapat diperbaharui dalam waktu singkat. Kedua sumber energi tersebut dapat habis dalam jangka waktu yang mungkin tak lama lagi. Pembangkit listrik tenaga atom, memang menjanjikan energi yang besar, tetapi tidak memiliki kemanan yang terjamin, dan bisa menimbulkan bencana yang fatal jika terjadi kebocoran radiasi. Tenaga air dan panas bumi saat ini adalah sumber tenaga listrik yang cukup ramah lingkungan. Keduanya tidak menimbulkan polusi yang berbahaya (tentu dengan pengelolaan yang baik). Untuk beberapa daerah, kedua sumber energi itu cukup banyak. Tetapi krisis air yang telah terjadi di beberapa PLTA di daerah Sumatera, juga mengingatkan kita bahwa sumber energi ini tidaklah stabil. Untuk kasus sumber air yang rusak, perlu kita ingat, itu juga akibat kelalaian manusia dalam mengelola lingkungannya. Jika sumber air dapat terjaga dengan baik, maka PLTA adalah sumber energi listrik yang memenuhi syarat terbaik untuk dimanfaatkan manusia. Sumber energi ini tidak menimbulkan polusi dan tersedia dalam jumlah banyak. Teknologi untuk pemanfaatannyapun cukup sederhana (1). Masih ada sumber energi listrik yang lain yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan energi ini. Angin, panas matahari, gelombang laut, bio-energi, adalah beberapa alternatif yang mungkin digunakan. Beberapa sumber energi tersebut bergantung dengan lokasi tertentu. Tidak semua tempat
8
9
memiliki sumber energi yang banyak untuk beberapa pilihan tersebut. Gelombang laut dan angin mungkin dapat dimanfaatkan oleh daerah pantai. Solusi yang Diajukan Pembangkit listrik yang ideal seharusnya dapat memenuhi 3 syarat, yaitu tidak menimbulkan polusi, sumber energi tersedia dalam jumlah yang banyak, dan dapat dibangun dengan teknologi sederhana. Oleh karena itu kita mencoba mengembangkan konsep pengembangan energi listrik ysng dihailkan oleh belut lsitrik. Electrophorus electricus, lebih dikenal sebagai belut listrik, menempati bagian timur laut Amerika Selatan, termasuk Guyanas dan Sungai Orinoco Amazon, sedangkan di wilayah Indonesia banyak ditemukan di pesisir Pantai Kepulaun Seribu, Pangandaran dan lau-laut dalam. Adapun klasifikasi belut listrik adalah : -> Kingdom : Animalia -> Phylum : Chordata -> Subphylum : Vertebrata -> Class : Actinopterygii -> Order : Gymnotiformes -> Suborder : Gymnotoidei -> Family : Electrophoridae -> Species : Electrophorus electricus Spesifikasi fisika belut listrik adalah : massa 20 kg, panjang 2,50 m. Belut listrik tidak benar-benar belut, mereka sebenarnya ostariophysians, namun memiliki kemiripan fisik yang kuat untuk benar belut. Tubuh panjang dan seperti ular, kekurangan caudal, sirip dorsal dan panggul
Gambar 1. Belut listrik E. electricus tinggal terutama di bagian bawah sungai berlumpur dan kadang-kadang rawa-rawa, dan memilih daerah sangat gelap. Namun, mereka harus permukaan agak sering karena mereka udara yang bernapas, memperoleh sampai 80 persen dari oksigen melalui metode ini. Alat ini memungkinkan E. electricus untuk bertahan hidup dengan nyaman dalam air yang memiliih konsentrasi yang sangat rendah oksigen terlarut. Meskipun belut listrik memiliki potensi untuk menjadi binatang yang cukup agresif . Belut listrik benar-benar hanya menggunakan organ tubuh mereka yang kuat lucutan listrik untuk memangsa dan tujuan defensif. Organ listrik lemah digunakan untuk pembuangan electrolocation serta identifikasi terhadap benda asing. Hal ini khususnya penting karena penglihatannya kurang. Mereka adalah hewan nokturnal yang hidup di perairan yang berlumpur hitam, jadi mereka harus bergantung pada listrik yang dikeluarkannya untuk merasakan adanya ancaman
9
10
dan gangguan. Belut listrik cenderung tinggal relatif kaku untuk sepenuhnya menggunakan kemampuan listrik. Mereka memiliki muatan positif di dekat kepala, sedangkan ujung ekor adalah negatif. Ketika pemindaian lingkungan mereka dengan arus listrik, mereka mulai pada ekor dan menyelesaikan dengan kepala. Untuk melakukan hal ini ikan harus mampu berenang mundur. Belut listrik melindungi dirinya dengan cara mengejutkan listrik. Mereka dapat menghasilkan tegangan setinggi 650 volt. Meskipun shock ini jarang mematikan itu sudah cukup untuk mencegah serangan musuh. Pulsa elektrik defensif ini diciptakan oleh dua organ dalam E. electricus, Main dan Hunters organ seperti terdapat pada gambar 2.
Gambar 2. Medan listrik yang dihasilkan oleh belut listrik Energi listrik yang dihasilkan yang bisa mencapai 500-650 volt ini, sebanding dengan arus satu ampere, kita manfaatkan sebagai sumber listrik. Dengan cara merangsang belut listrik supaya dibuat merasa terganggu, sehingga menghailkan listrik, listrik yang dihasilkan oleh belut listrik, dikarenakan 7/8 bagian tubuh belut listrik merupakan ekor terdidri atas lempengan-lempengan baterai sebanyak 5000 buah yang tegangannya masing-masing sebesar 1,2 volt. Apabila berderet secara seri maka kita akan mengahsilkan tegangan kurang lebih sebesar (1,2 volt X 5000 = 600 Volt) untuk karaktristik belut yang panjangnya sekitar 2 kuer. Kepala yang berkutub negatif dan ekor berkutub positif dihubungkan oleh kabel yang membawa arus sebesar satu ampere tegangan 600 volt terhadap promotor, merubah arus AC menjadi DC, lalu promotor yang mengeluarkan arus DC dihubungkan dengan baterai/accu serta dihubungkan terhadap inverter dan dihubungkan terhadap alat pemanfaat energi, seperti lampu rumah, atau alat elektronik lainya seperti radio.
10
11
Gambar 3. Skema aliran listrik Pihak-Pihak Terkait yang Bisa Mengimplementasikan Gagasan •
•
•
• •
Jurusan Fisika FMIPA UNPAD : dalam hal ini, pihak jurusan memberikan dukungan berupa bimbingan untuk tahapan awal pengembangan gagasan ini. Yang berupa bimbingan dalam teknologi kelistrikannya. Secara teknis dukungan tersebut adalah pinjaman fasilitas labolatorium dan pendampingan oleh dosen yang kompeten dalam pembuatan alat untuk menangkap energi listrik dan penampungan. Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan : sebagai mitra kerja antar displin ilmu yang mengembangkan studi literatur tentang hewan avertebrata khususnya dalam hal ini belut listrik. Supaya bisa banyak mengetahui daerah sumber populasi belut listrik terbanyak di Indoneisa. Lembaga ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan BPPT : Kami sadari bahwa yang kami ajukan dalam proposal ini adalah gagasan yang besar dan prospektif, untuknya kami merasa bahwa diperlukan dukungan pemerintah untuk pengembangan gagasan ini. Secara lebih kongkrit dukungan dari LIPI dan BPPT dapat berupa dukungan fasilitas penelitian, dukungan fasilitas pembangunan, ataupun dukungan berupa bimbingan. Serta pembanguan berupa alat-alat perangsang belut listrik supaya mengeluarkan energinya, serta alat-alat penampung energi belut listrik. Departemen Kelautan dan Perikanan, untuk membantu memfasilitasi alatalat nelayan dalam penangkapan belut listrik, pemetaan laut, serta penangkaran belut listrik di pesisir pnatai. Departemen Pekerjaan Umum, untuk menfasilitasi pemabangunan irigasi penangkaran, pembuatan danau/waduk serta pelebaran sungai sebagai pengairan untuk habiat belut listrik.
Langkah Strategis yang Dilakukan •
Langkah awal , studi literatur.
11
12
•
•
Tahapan awal berupa studi literatur terhadap seluruh objek dan alat terkait gagasan ini. Secara lebih terperinci, tahapan awal adalah tahapan untuk meneliti belut listrik meliputi kondisi habitat belut listrik, bagaimana belut listrik dapat mengeluarkan sengatan listrik dan bagaimana fisiologinya. Kemudian tahapan selanjutnya adalah meneliti bagaimana listrik yang berasal dari sengatan belut listrik dapat dialirkan ke dalam penyimpan arus sementara (misalkan aki), supaya bisa dimanfaatkan. Tahapan kedua adalah uji labolatorium Uji labolatorium tentang kebenaran studi literatur, apakah sesuai atau tidak denagn teori yang dikemukakan. Dengan bekerja sama pihak LIPI dan akademisi dari universitas untuk meneliti bagaimana kesesuai belut listrik tersebut dengan gagasan atau teori. Tahapan ketiga adalah pebuatan kolam atau danau buatan untuk pembudidayaan belut listrik, pembuatan alat penampung energi listrik. Pada tahapan ini kita mulai mencoba membudidayakan habitat belut listrik di tempat-tempat penangkaran seperti danau, waduk, sungai, dan lain sebagainya. Alternatif lain sebagai cara untuk penangkaran belut adalah dengan membuat penangkaran belut didalam laut dimana tempat habitat belut itu berada. Dengan merancang kontruksi kandang belut yang ideal, tanpa merusak habitat dan ekosistem yang ada. Dengan bantuan Departemen kelautan yang mampu memberikan peta konsep tentang kondisi ekosistem laut. Departemen Pekerjaan Umum dalam pembuatan kolam atau irigasinya. Setelah bekerjasa,a dengan BPPT dalam pembuatan alat-alat penyaluran dan penampung energi lsitrik yang dihasilkan belut.
KESIMPULAN
Gagasan yang diajukan adalah pemanfaatan energi listrik yang disengatkan oleh belut listrik bisa dialirkan kedalam penampung sementara berupa alat penampung (boleh accumulator) atau sejenisnya. Gagasan ini memerlukan implementasi skala sebagai pengujian dari hipotesa awal. Adapun teknik yang nyata bisa dilakukan adalah • Peneliatian dan studi pustaka • Uji labolatorium • Pembangunan dan pembuatan segala keperluan yang berkaitan dengan pemanfaatan energi yang dihasilkan belut listrik • Pemanfaatn hasil/ penggunaan Semua itu tidak lepas dari kerjasama dengan pihak-pihak terkait yang bisa membantu dalam pengembangn gagasan ini menjadi sebauh kenyataan. Jika kita menghitung satu belut listrik yang panjangnya dua meter atau satu meter. Dengan diasumsikan belut listrik yang panjangnya 2 meter, 7/8 ekornya terdiri atas 5000 buah batrei yang terangkai berupa lempengan baterai alami. Satu baterei menghasilkan1,2 volt di kalikan 5000, hasilnya berkisar 600
12
13
volt dalam satu sentakan. Satu belut bisa memberikan sentakan sampai empat kali jika mendapatkan bahaya atau rangsangan yang menggangu. Tetapi voltase yang dihasilkan lebih rendah. Supaya belut listrik tidak kelelahan, setelah diberi rangsangan dikembalikan ke habitatnya. Selama 2 hari untuk kembali pada keadaan awal. Dengan gagasan ini kami yakin bisa terimplementasi jika kita sungguh-sungguh mengkajinya lebih jauh lagi.
13
14
DAFTAR PUSTAKA Anonim1.2009. Activity Electric Fish. http://www.amazonvoyage.org/html. (diakses 1 maret 2010) Anonim2. 2007. http://forum.djawir.com/elektronika-umum-127/ask-caramembuat-charger-buat-aki35001/assets/downloads/Educators%20Guide_9-12.pdf (diakses 3 maret 2010) Anonim3. 2003. Promotion of Renewreable Energy, Energy of Greenhouse Gas Abatement. Country (diakses 4 maret 2010) Caroline C. Curtis, Philip K. Stoddard. 2002. Mate preference in female electric fish, Brachyhypopomus pinnicaudatus. Elsevier Science Direct. Diego Rother, Adriana Migliaro , Rafael Canetti, Leonel Gómez a , Angel Caputi , Angel Caputi , Ruben Budelli . 2003. Electric images of two low resistance objects in weakly electric fish. Elsevier Science Direct. James H Thorp, Alan P Covich. 2001. Ecology and Classification of North American Fresh Water Invertebrates. Academic Press. Setyawan H, Potentials and Thermodynamics of Cells, Jurusan Teknik Kimia FTI – ITS Ramdani, mohammad. 2003. Rangakaian listrik. Bandung. STT Telkom.
14
15
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Ketua Pelaksana Nama NIM Tempat/Tanggal lahir Jenis Kelamin Berat / Tinggi badan Agama Kewarganegaraan Status pernikahan Hobi
: Enang Saepuloh : 140310090006 : Tasikmalaya, 7 Desember 1990 : Laki-laki : 50 kg / tinggi 165 : Islam : Indonesia : Belum menikah : Menulis
Riwayat Pendidikan : TK : TK Sayiful Ulum SD : SDN Pondoksari SLTP : MTs. Al-Misfalah SMK : MAN Kiarakuda Ciawi
1997 2003 2006 2009
Pengalaman Organisasi : -
Ketua Osis MAN Kaiarakuda Ciawi Ketua IPMT BEM KEMA FMIPA UNPAD
2008 2009 2010
Enang Saepuloh NIM. 140310090006
15
16
1. Anggota Satu Nama NIM Tempat/Tanggal lahir Jenis Kelamin Berat / Tinggi badan Agama Kewarganegaraan Status pernikahan Hobi
: Thoriq Syaeful Rahman : 140310080035 : Sumedang, 04 Juli 1991 : Laki-laki : 51 Kg / 172 cm : Islam : Indonesia : Belum menikah : Main Piano, Baca, Belajar.
Riwayat Pendidikan : SD SLTP SMA
: SDIT IMAM BUKHARI : SMPIT IBNU ABBAS : SMAN 1 Sumedang
2003 2006 2008
Pengalaman Organisasi : -
Wakil Ketua II BPM Kema FMIPA Unpad Staff Penalaran Akademik BP HIFI FMIPA Unpad Staff Syiar Dakwah KAMUFI Unpad
2009-2010 2009-2010 2009-2010
Thoriq Syaeful Rahman NIM. 140310080035
16
17
2. Anggota Dua Nama NIM Tempat/Tanggal lahir Jenis Kelamin Berat / Tinggi badan Agama Kewarganegaraan Status pernikahan Hobi
: Imam Budi Aji : 230110090101 : Klaten, 7 Januari 1990 : Laki-laki : 54 Kg / 170 cm : Islam : Indonesia : Belum menikah : Volley ball, bermain gitar, menciptakan lagu
Riwayat Pendidikan : TK SD SLTP SMK
: TK Dharma Wanita, Klaten : SDN Jurang-jero II, Klaten : SLTPN II Karanganom, Klaten : SMK Muhammadiyah 1 Klaten
1996 2002 2005 2008
Pengalaman Organisasi : -
Anggota OSIS SMK 1 Muhammadiyah, Klaten Wakil Ketua Remaja Masjid “Al-Hidayah”, Klaten
2007 2007-2008
Imam Budi Aji NIM. 230110090101
17
18
Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar b. Golongan/Jabatan/NIP c. Tempat dan Tanggal Lahir
g. Telepon/HP
Kusnahadi Susanto.,S.Si.,MT III.a / Asisten Ahli / 19800914 200501 1 002 Bandung, 14 September 1980 Jurusan Fisika Fakultas MIPA – Unpad Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor 022 – 7796014 Jl. Andir No.130. RT.01/RW.10 Kel.Dunguscariang Kec. Andir Bandung – 41380 081 322 744 935
h. E-mail
[email protected]
j. Bidang minat penelitian
-
d. Alamat Kantor e. Telepon Kantor f. Alamat Rumah
-
[email protected]
Geofisika Eksplorasi Instrumentasi Geofisika
i. Pendidikan Terakhir S2 – Teknik Geofisika ITB k. Pengalaman Penelitian Kusnahadi S, Ahmad Zaenuddin. Karakterisasi Zona Sliding Dan Arah Gerakan Tanah (Longsor) Di Perbukitan Ranggawulung Subang Menggunakan Metoda Geolistrik Tahananjenis Dan Global Positioning System (GPS). Fisika Unpad – Geofisika Unila. Didanai Hibah Strategis Nasional – DIKTI NO. 1159/H6.1/Kep/HK/2009. Asep H, Kusnahadi S. Eksplorasi Geofisika Untuk menemukan lahan tambang X baru di daerah Toli-Toli Sulawesi Tengah menggunakan metoda geolistrik 2D. Kerjasama dengan PT. GeoOre Intercontinent, 2009. Asep H, Kusnahadi S. Eksplorasi Geofisika Untuk menemukan Prospek air bersih daerah X di wilayah Binjai Sumatra Utara. Kerjasama dengan PT. Aqua. 2009
Kusnahadi Susanto.,S.Si.,MT NIP : 19800914 200501 1 002
18