KETUA AMGPM DAERAH PULAU AMBON Disampaikan dalam Pembukaan Musyawarah Pimpinan Paripurna Daerah XXIII Naku, 11 Januari 2009
12
Yang terhormat: Bung Ketua Umum Pengurus Besar AMGPM, yang diwakili oleh ..... Bapak Walikota Ambon yang diwakili oleh ................ Bapak Ketua Klasis GPM Pulau Ambon Ketua-ketua Majelis Jemaat GPM se-Klasis Pulau Ambon, khususnya Ketua Majelis Jemaat GPM Naku beserta segenap jajaran Majelis dan perangkat pelayan dalam Jemaat. Para Pembina AMGPM Daerah Pulau Ambon Kepala desa Naku dan Staf Panitia Penyelenggara MPPD XXIII AMGPM Daerah Pulau Ambon Seluruh Pengurus Cabang AMGPM dalam wilayah pelayanan Daerah Pulau Ambon, serta Para Undangan yang tidak sempat disebutkan namanya masing-masing. SALAM SEJAHTERA DALAM KASIH TUHAN KITA YESUS KRISTUS ! Ajakan bersyukur…..
12
Bapak/ibu/saudara-saudara sekalian Kita baru saja mengakhiri tahun pelayanan 2008 yang penuh romantika, tantangan, hambatan, peluang dan keberhasilan; dan saat ini kita telah memasuki tahun 2009 yang kita yakini bersama memiliki peluang dan harapan masa depan yang lebih baik, disamping tantangan dan hambatan yang semakin kompleks, yang dari padanya dituntut kecerdasan dan perhitungan cermat sehingga progres pengembangan diri masing-masing kita akan menjadi lebih baik dari hari kemarin. Untuk mencapai tujuan dimaksud, tentunya harus dimulai dari aktivitas refleksi evaluatif tentang semua yang telah dilakukan di tahun yang lalu dan menjadikannya sebagai dasar perencanaan orientasi gerak individual ataupun organisasi di tahun 2009. Hal yang samapun berlangsung secara alamiah atas AMGPM Daerah Pulau Ambon sebagai bagian integral Gereja, masyarakat, bangsa dan negara; dimana awal Januari ini menjadi momentum regulatif, momentum administratif, momentum psikologis, serta momentum persekutuan yang tepat untuk melakukan evaluasi langgam eksistensinya disepanjang tahun kemarin dan 12
kemudian mengajukan rancang bangun kegiatankegiatan tahun 2009. Bapak/ibu/saudara-saudara sekalian Pada dimensi tampilan vertikal dan kontent aturan organisasi, MPPD ini memang akan menghadapkan Pengurus Daerah Pulau Ambon dengan evaluasi pelaksanaan hasil-hasil keputusan MPPD XXII di Nania tahun 2008. Tetapi mandat horisontal yang terlahir dari tujuan kehadiran AMGPM juga meminta organisasi ini untuk tidak terjebak dengan ciri khasnya yang sering eksklusif di ruang-ruang debat dan ruangruang aturan kaku, karena MPPD baru memiliki makna kehadiran intrinsik (sejati), bukan ketika bisa menyelesaikan seluruh sidang yang sebentar akan berlangsung, tetapi ketika kita mampu mendorong pencerahan dan menampilkan karakter khas Daerah Pulau Ambon lewat program dan kebijakan yang berdampak pem-berdaya-an, peng-intelektual-an, pe-manusia-an, serta peng-iman-an anggota AMGPM, gereja, masyarakat, bangsa dan negara. Terkait dengan itu maka kepada MPPD XXIII ini, ada beberapa pesan penting yang perlu disimak dan dielaborasi dalam persidangan karena merupakan unsur-unsur penting dan mendesak dalam pembangunan organisasi maupun anggota. 12
Penguatan kapasitas pemberdayaan ekonomi, harus tetap menjadi pilihan penting dalam disain programprogram Daerah Pulau Ambon, sekalipun memiliki konsekuensi penggunaan anggaran, waktu dan tenaga yang cukup signifikan nantinya. Ini bukan pilihan melainkan keharusan karena tantangan sosial yang dihadapi AMGPM dan gereja pada dasarnya dimulai dari problematika ekonomi. Bahkan persoalan integritas dan pilihan eksistensi sosial politik pun dimulai dari sana. Terkait dengan itu, beberapa program yang telah dilaksanakan (home industry abon ikan di beberapa tempat, pendirian badan usaha koperasi pasca pelatihan manejemen bisnis yang bekerja sama dengan tim Advance Maluku, dan pembukaan usaha jasa konveksi, serta usaha-usaha pemberdayaan ekonomi lainnya) harus dievaluasi untuk semakin ditingkatkan. Pada sisi penguatan etik moral, setiap pribadi dalam AMGPM diakui memiliki kodrat individual dan sosial yang heterogen. Namun asas kodrati itu harus diterjemahkan ke dalam tindakan-tindakan sadar dan positif yang tidak merugikan diri sendiri, organisasi, maupun lingkungan. Perilaku narkobatik, free-sex, judi, serta tindakan-tindakan amoralis lainnya yang 12
masih merebak di kalangan pemuda gereja, harus mendapat prioritas penanganan melalui program dan rekomendasi bersama MPPD XIXII. Harmonisasi gerak dengan gereja merupakan harga yang harus dibayar untuk mencapai tujuan universal AMGPM. Dari gereja AMGPM ada, dan untuk masa depan gereja AMGPM ada. Sebab ‘AMGPM adalah inkubator penyiapan sumber daya manusia gereja’. Namun lebih dari itu, simbiosis mutualis, relasi fungsional ini perlu dimaknai dalam konsep batasbatas tindakan yang normatif serta wajar. Ada keterpisahan manejemen pengelolaan organisasi diantara keduanya yang jelas-jelas tidak memungkinkan intervensi program di luar koridor aturan. Diharapkan kehadiran Komisi Pemuda Klasis GPM seharusnya bisa menciptakan atmosfir yang baik bagi pertumbuhan AMGPM, dan bukannya membuat seolah-olah ada organisasi pembinaan pemuda GPM lain dalam GPM. Bapak/ibu/saudara-saudara sekalian
12
MPPD XXII mesti menjadi saat perenungan dan sikap warga AMGPM Pulau Ambon terhadap problem independensi organisasi. Epidemi politik praktis, tanpa sadar mulai menyeret identitas AMGPM dari perspektif dan citra independen menjadi salah satu dasar penting kepentingan politik. Ini merupakan hasil analisis data dan temuan secara random dalam berbagai momen visitasi di beberapa cabang dan ranting. Dalam hal ini, korelasi problem identitas akan menentukan pengakuan atau penolakan sosial lingkungan eksternal terhadap AMGPM dan tentu menghambat organisasi ini untuk tampil lebih kritikal demi kepentingan organisasi, gereja, dan masyarakat. Sesungguhnya bukan persoalan kuantitatif yang menentukan daya eksis independensi AMGPM, melainkan kualitas dan penetrasi makna etis yang terpendam dalam hanya dua kali penyebutan kata independen di AD/ART AMGPM. Sampai di sini tidak ada ruang kelit sedikitpun yang membenarkan perilaku non-independen, atas dasar hak-hak individu untuk berserikat, dan berkumpul, termasuk dalam hal pilihan politik. Masalah ini menguat akhir-akhir ini, karena ketika kita memilih untuk menjadi anggota dan pengurus AMGPM memiliki hakikat melepaskan sejumlah besar 12
kemerdekaan individual untuk memikul status yang mewakili kehendak kolektif konstituen organisasi. Dengan demikian, kemerdekaan dan apresiasi bebas pengurus AMGPM selayaknya mutlak merefleksikan perasaan dan kehendak organisasi, yang dengannya kebebasan individual makin berkurang, bukan bertambah! Sebab tiap orang yang masuk dari halaman ke dalam rumah, selalu mengakibatkan pandangannya hanya menjadi luas melalui jendela dan gerakannya menjadi luas melalui pintu. Selebihnya ada dinding yang membatasi. AMGPM adalah rumah di tengah-tengah halaman publik yang luas. Memilih AMGPM berarti bersedia disekat dalam dinding-dinding etis AMGPM. Makna filosofis dinding etis AMGPM terefleksi dalam independensi nilai dirinya, yang tidak dapat gugur karena dalil kemerdekaan individual. Tidak ada cara lain yang lebih bijaksana untuk meluruskan identitas independen AMGPM selain dengan meminta bahkan jika mungkin melakukan peneguran dari dalam, terhadap eksistensi orang per orang yang melakukan pencemaran identitas AMGPM, sambil menyelenggarakan mekanisme organisasi yang berpihak kepada citra independensinya. Terkait Pemilu Legislatif 2009, dengan fenomena maraknya kader AMGPM yang terlibat sebagai Caleg, 12
mengharuskan saya untuk berbicara secara terbuka di saat ini. AMGPM sebagai organisasi kader dan dapur pembinaan kader pemuda GPM memiliki tanggung jawab sebagai motivator pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia. Saya menyambut dengan baik dan mendukung semua kader yang terjun dalam proses-proses politik dimaksud. Namun perlu juga saya ingatkan bahwa makna filosofis dinding etis AMGPM harus kita jaga agar tidak runtuh karena kepentingan politik. Karena sadar ataupun tidak, Pemilu Legislasi 2009 bisa menjadi peluang yang baik bagi pertumbuhan AMGPM tetapi juga dapat menjadi ancaman yang potensial bagi perpecahan dalam tubuh AMGPM. Sekalipun keras, pernyataan ini perlu disitir sekarang. Karena bagaimanapun juga tahun ini akan menjadi tahun yang memikul beban mekanisme demokrasi prosedural dan politik praktis yang berat dari sisi menjaga dilacurkannya organisasi yang kita cinta ini, terlebih lagi ditengah pencemaran makna independensi. Bapak/ibu/saudara-saudara sekalian Konsentrasi selanjutnya adalah penguatan kapasitas integralistik sistem organisasi, mulai dari daerah 12
hingga ranting-ranting yang meliputi komunikasi, sinkronisasi program, sinkronisasi data base dan seluruh mindset pelayanan. Ini bagian dari cara mempertahankan kelangsungan panggilan profetik di Daerah Pulau Ambon. Untuk mencapai target ini, kita tidak bisa lagi bertahan dengan mengandalkan model implementasi program-program yang bersifat repetitif, karena hal itu akan menghalangi laju progres organisasi dan kebutuhan kader, yang makin hari makin ditantang oleh perubahan. MPPD harus kreatif membaca keakanan organisasi dan dengannya menyusun program-program yang mampu beradaptasi bila perubahan terjadi dengan cepat dan mendadak. Selain dari itu, dalam lingkup pergaulan kemitraan, Daerah Pulau Ambon harus semakin membangun komunikasi, kerja sama dan kritik dengan pihak pemerintah daerah, swasta, LSM-LSM serta media, guna terlibat dalam skenario pembangunan daerah. Tentu dengan tetap menjaga hakikat independensi dan kode-kode moral organisasi. Bapak/ibu/saudara-saudara sekalian Sebelum saya mengakhiri pidato ini, saya ingin menegaskan ulang bahwasanya: MPPD XXIII harus 12
menginspirasi dan memotivasi kehidupan warga AMGPM Daerah Pulau Ambon untuk terus berkarya sebagai sahabat ALLAH, sahabat gereja, dan sahabat masyarakat. Mari bekerja, melayani, bersekutu bersama dalam cinta kasih dan persaudaraan, karena itulah yang dikehendaki ALLAH dalam Kristus Tuhan Kita, yang karenaNYA pula, kita memiliki alasan untuk menyebut diri pekerja-pekerja rohani. Demikianlah apa yang dapat saya sampaikan dalam pidato pembukaan MPPD XXIII di saat ini. Atas nama keluarga besar Angkatan Muda GPM Daerah Pulau Ambon, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang dalam kepada semua pihak, atas solidaritas dan partisipasinya, hingga kegiatan ini dapat berlangsung dengan baik. Apa yang disumbangkan bagi Angkatan Muda GPM adalah keringat Bapak/Ibu/saudara, yang membuat Allah berhutang, dan hutang itu akan IA bayar lunas bagi Bapak/Ibu/saudara. Akhirnya menutup pidato ini, saya mohon kiranya pada saatnya Bapak Ketua Klasis GPM Pulau Ambon untuk berkenan menyampaikan Amanat, Bung Ketua Umum Pengurus Besar AMGPM berkenaan menyampaikan sambutannya, dan Bapak Walikota Ambon berkenaan memberikan sambutan, sekaligus 12
membuka secara resmi kegiatan MPPD XXIII AMGPM Pulau Ambon di saat ini. Akhirnya …. Jika ingin berteman, jangan memuji, karena sekalipun pujian itu menyenangkan, ia tidak mengajarkan apapun. Bertemanlah dalam kritik karena disanalah ada kesadaran perubahan. Sekian dan Terima Kasih........ KAMU ADALAH GARAM DAN TERANG DUNIA. SYALOOOM!!
PENGURUS AMGPM DAERAH PULAU AMBON PERIODE 2005 – 2010
Drs. P. Kastanya, M.Si. K e t u a
12