EWARNAAN PADA GIGI ( STAI N )
1.
Pengertian stain Menurut Grossman (1995), stain (1995), stain adalah deposit berpigmen pada permukaan gigi yang merupakan masalah estetik dan tidak menyebabkan peradangan pada gingival. 2. Jenis- jenis pewarnaan gigi a. Pewarnaan ekstrinsik Menurut Mangoen Prasodjo (2009), stain (2009), stain adalah warna yang menempel diatas permukaan gigi biasanya terjadi karena pelekatan warna makanan, minuman, mi numan, ataupun rokok yang meninggalkan tar berwarna kecoklatan pada gigi, yang terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang panjang. panjang. Menurut Grossman (1995), stain (1995), stain adalah perubahan warna yang ditemukan pada permukaan luar gigi dan biasanya berasal lokal, misalnya noda tembakau t embakau yang menyebabkan gigi berwarna gelap. Menurut Suryo (1992, Cit, Widyana, 2005) Pewarnaan ekstrinsik adalah suatu perubahan warna yang terjadi dari luar, karenaagensia karena agensia yang menyebabkan perubahan warna menembus masuk kedalam jaringan gigi. Gambaran pewarnaan ekstrinsik gigi di bagian lingual secara jelas dapat dilihat pada gambar 4 berikut di bawah ini. b. Pewarnaan intrinsik Menurut Sumawinata (1997, cit. Widyana, 2005), pewarnaan intrinsik merupakan perubahan warna yang mengenai me ngenai bagian dalam struktur gigi selama s elama pertumbuhan gigi, yang penting sebagian besar perubahan warna terjadi didalam dentin dan relatif sukar dirawat, contoh : perubahan warna karena tetrasiklin yang masuk kedalam struktur mineral gigi yang sedang tumbuh. Menurut Grossman (1995) pewarnaan yang diakibatkan oleh noda yang terdapat didalam email dan dentin. Menurut Mangoen Prasodjo (2004) pewarnaan yang mengalami diskolorasi atau perubahaan warna yang terjadi semasa pembentukan struktur gigi. Gambaran pewarnaan intrinsik gigi secara jelas dapat dilihat pada gambar 5 berikut di bawah ini. 3. Diskolorasi Pewarnaan Stain Diskolorasi gigi atau stain atau stain adalah deposit berpigmen pada permukaan gigi. Stainmerupakan Stainmerupakan masalah estetik dan tidak menyebabkan peradangan pada gingival. Penggunaan produk tembakau, teh, kopi, obat kumur tertentu, dan pigmen didalam makanan menyebabkan terbentuknya stain.. Stain akibat terbentuknya stain pemakaian produk-produk tersebut menghasilkan permukaan yang kasar sehingga mudah ditempeli oleh sisa makanan dan kuman yang akhirnya membentuk plak. plak. Apabila tidak dibersihkan, plak dibersihkan, plak akan akan mengeras dan membentuk karang gigi (calculus ( calculus)) yang dapat merambat ke akar gigi, akibatnya gusi mudah berdarah, gigi gampang goyang, dan mudah tanggal. Stain pada gigi dapat terjadi dengan tiga cara : (1) stain (1) stain melekat langsung pada permukaan, (2) s tain terjabak di dalam kalkulus dan deposit lunak, dan (3) stain s tain bergabung dengan struktur gigi atau material restoratif. Berdasarkan sumbernya, stain sumbernya, stain dibagi menjadi eksogen stain eksogen stain yang di sebabkan oleh substansi dari luar gigi dan endogen stain endogen stain yang berasal dari dalam gigi. Berdasarkan lokasi, stain lokasi, stain dibagi menjadi stain menjadi stain intrinsik dan ekstrinsik. Stain intrinsik terdapat didalam substansi gigi dan tidak dapat hilang dengan scalling dengan scalling ataupun ataupun pomolesan gigi. Stainekstrinsik Stainekstrinsik adalah perubahan warna pada permukaan luar gigi yang dapat hilang hanya dengan menyikat gigi dan scalling dan scalling . Mayoritas stain Mayoritas stain yang terjadi pada gigi permanen adalah stain ekstrinsik. Warnanya bervariasi dari kuning hingga hitam dan terdapat pada pelikel. Berdasarkan penyebabnya, stain penyebabnya, stain ekstrinsik dibagi menjadi dua kategori: (1) stainlangsung, tainlangsung, disebabkan oleh kromogen organik yang melekat pada pelikel. Warna Stain yang dihasilkan berasal dari warna asli kromogen tersebut. Merokok dan
mengunyah tembakau diketahui menyebabkan stain jenis ini, demikian juga dengan beberapa jenis ini minuman seperti teh dan kopi. Warna yang terlihat pada gigi berasal komponen polyphenol, yang memberikan warna pada makanan, (2) s tain tidak langsung, dihasilkan dari interaksi kimia antara komponen penyebab stain denagn permukaan gigi. Stain ini berhubungan dengan antiseptik kationik dan garam metal. Beberapa stain ekstrinsik antara lain adalah stain hijau, hitam, tembakau, coklat, orange, dan metalik. Stain hijau terdapat pada biofilm, dan dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak-anak, dan sering ditemukan pada maksila. Gambaran klinisnya berupa garis berwarna kuning muda hingga hijau melingkari sepertiga servikal permukaan labial, atau dapat pula menutupi setengah permukaan gigi. Penyebabnya adalah kebersihan mulut yang buruk, kromogen, dan haemorhage gingiva. Email dibawah stain biasanya kasar. Stain hitam biasa terlihat pada permukaan lingual dan proksimal, pada gigi susu. Pada orang dewasa biasa ditemukan pada gigi didekat duktus kelenjar saliva. Gambaran klinisnya berupa garis berwarna coklat tua hingga hitam mengikuti kontur gingival pada sepertiga servikal mahkota. Stain tembakau bentuknya bercampur dengan biofilm mengikuti kontur puncak gingival, bergabung dengan deposit kalkulus dan berwarna coklat muda sampai coklat tua. Deposit stain parah yang terdapat pada pengunyah tembakau, dapat berpenetrasi kedalam email dan menjadi stain intrinsik eksogenus. Stain ini paling sering ditemukan dipermukaan lingual, biasanya pada sepertiga servikal, dan pit fissure. Stain coklat dihasilkan dari perubahan kimia pada pelikel, penggunaan stannous fluroid , teh, kopi, kecap, dan klorheksidin. Stain orange biasa dihubungkan dengan kebersihan mulut yang buruk. Stain ini terdapat di sepertiga servikal mahkota permukaan labial dan lingual, dan mudah dibersihkan dengan profilaksi, tetapi akan muncul kembali bila kebersihan mulutnya tetap buruk. Stain metalik dapat terjadi antara lain karena pekerja industri yang menghirup debu industri melalui mulut sehingga menyebabkan substansi logam berkontak dengan gigi. Perubahan warna gigi yang terjadi akan berbeda-beda bergantung pada bahan logam yang mengkontaminasi, contoh : Nikel (hijau), tembaga (hijau kebiruan), besi (coklat atau hijau kecoklatan), cadmium (kuning atau coklat keemasan). Stain akibat kontaminasi logam industri ini paling sering terlihat pada gigi anterior dan pada 1/3 servikal. Stain metalik juga dapat terjadi adanya kontaminasi bahan logam pada obat-obatan, dan dapat mengakibatkan perubahan warna permukaan gigi secara menyeluruh, hal ini disebabkan karena pigmen dari obat melekat langsung pada substansi gigi. Pencegahanya antara lain dengan cara pengkonsumsian obat menggunakan sedotan atau dalam bentuk tablet atau kapsul untuk menghindari kontak langsung dengan gigi. Beberapa penyakit metabolik diketahui menyebabkan stain intrinsik pada gigi.Ochronosis atau alkaptonuria menyebabkan stain coklat pada gigi permanen. Erythropoietieccongenital menyebabkan stain merah kecoklatan pada gigi sulung, fluorosis endemic menyebabkan hipomaturasi email yang merupakan penyebab utama stain intrinsik pada gigi sulung. Stain email bisa bervariasi dari flek putih hingga bercak coklat atau hitam dengan lubang. Tetrasiklin merupakan penyebab utama stain intrinsik selama perkembangan gigi. Saat erupsi, gigi berwarna kuning terang dimana ketika diberi cahaya akan berubah menjadi coklat. Diskolorasi gigi dapat dihilangkan antara lain dengan scalling , pemolesan,bleaching atau pemutihan gigi. Scalling adalah prosedur untuk menghilangkan kalkulus. Permukaan kalkulus yang berporus dapat terdiskolorasi oleh s ubstansi makanan dan tembakau. Kalkulus akan mencapai tingkat terparah dalam waktu enam bulan. Pada saat dilakukan scalling, stain ekstrinsik akan ikut terbuang. Perawatan bleaching atau pemutihan gigi dapat dilakukan dengan berbagai cara dan bahan tergantung penyebabnya. Bahan
4.
a. b.
c.
d. 1)
2)
3) 4) a) b)
pemutihan gigi yang biasa digunakan antara lain adalah sodiumperborat, hidrogen peroksida, dan karbamid peroksida. Etiologi Perubahan Warna Gigi Perubahan warna menurut Grossman (1995), perubahan warna dapat diklasifikasikan sebagai ekstrinsik dan intrinsik, perubahan warna ekstrinsik ditemukan pada permukaan luar gigi dan biasanya berasal dari lokal, misalnya noda tembakau yang menyebabkan warna gigi menjadi coklat ke kuning-kuningan sampai hitam, pewarnaan karena makanan dan minuman menyebabkan gigi menjadi gelap, pewarnaan karena nitrat perak, bercak kehijauan yang dihubungkan dengan membran nasmyth pada anak-anak. Perubahan warna intrinsic adalah pewarnaan gigi yang diakibatkan oleh noda yang terdapat didalam email dan dentin, penyebabnya adalah penumpukan atau penggabungan bahan-bahan didalam struktur gigi misalnya stain tetrasiklin, yang bila masuk kedalam dentin akan terlihat dari luar karena transluensi email. Perubahan warna gigi dapat dihubungkan dengan periode perkembangan gigi misalnya pada dentiogenesis imperfekta atau setelah selesai perkembangan gigi yang disebabkan oleh pulpanekrosis. Penyebab perubahan gigi menurut Walton dan Torabinejab (1996) perubahan warna dapat terjadi pada saat atau setelah terbentuknya email dan dentin penyebab perubahan warna gigi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu karena noda alamiah dan pewarnaan iatrogenik . Penyebab noda alamiah perubahan warna gigi disebabkan oleh sejumlah noda pada permukaan gigi setelah gigi erupsi. Noda alamiah mungkin berada pada permukaan atau berikatan didalam struktur gigi, kadang-kadang diakibatkan defek email atau karena cidera trauma. Contoh penyebab noda alamiah sebagai berikut: Pulpa nekrosis produk kerusakan jaringan yang dilepaskan kedalam tulubus dentin dan mewarnai dentin sekitarnya. Pendarahan intrapulpa disebabkan oleh trauma pada gigi dan akan menyebabkan pendarahan dan lisis eritrosit . Produk disintegrasi darah diduga sebagai ion sulfide, masuk kedalam tulubus dentin sehingga menyebabkan perubahan warna gigi yang makin lama makin meningkat. Metamorfosis kalsium dan pembentukan dentin sekunder ireguler secara ekstensif didalam kamar pulpa atau pada dinding saluran akar menyebabkan transluensi mahkota gigi berkurang atau warna gigi berubah menjadi kekuningan atau kuning kecoklatan. Pada pasien yang sudah tua, perubahan warna gigi terjadi secara fisiologis sebagai akibat aposisi dentin secara berlebihan disamping karena penipisan dan perubahan optik dalam email. Defek perkembangan perubahan warna dapat terjadi karena kerusakan pada saat perkembangan gigi, diantaranya: fluorosis endemik masuknya sejumlah flour saat pembentukan gigi menyebabkan kerusakan struktur yang mengalami mineralisasi dan mengakibatkan terjadinya hipoplasia. Perkembangan gigi menjadi porus dan akan menyerap warna didalam rongga mulut. obat-obatan sistemik masuknya obat-obatan atau bahan kimia pada saat pembentukan gigi dapat menyebabkan perubahan warna gigi. Pada umumnya obat yang menyebabkan perubahan warna gigi paling berat adalah tetrasiklin, menyebabkan gigi berwarna kuning kecoklatan sampai abu-abu tua, hal ini tergantung pada jumlah, frekuensi, jenis tetrasiklin dan umur pasien saat meminum obat. defek dalam pembentukan gigi kerusakan dalam pembentukan gigi terjadi sebatas email berupa hipoplasia dan hipokalsifikasi, terlihat warna gigi kecoklatan. kelainan darah dan faktor-faktor lain : kondisi sistemik mengakibatkan lisis eritrosit secara luas. Produk kerusakan darah dapat bergabung kedalam dentin dan mewarnai gigi. suhu tubuh yang tinggi saat pembentukan gigi menyebabkan perubahan warna berbentuk pita pada email.
c) d)
a. b. c.
a. b.
porfiria penyakit metabolisme menyebabkan gigi susu atau permanen berubah karena menjadi kemerahan atau kecoklatan. penyakit sistemik dan masuknya bahan obat-obatan, jarang terjadi dan tidak diidentifikasi. Penyebab perubahan warna iatrogenik sebagai akibat prosedur perawatan gigi atau dapat disebabkan oleh berbagai bahan kimia dan bahan yang dipakai dibidang kedokteran gigi. Perubahan warna gigi karena perawatan endodontik, perubahan warna gigi akibat perawatan endodontik dapat disebabkan oleh beberapa hal tersebut dibawah ini (Walton & Torabinejab, 1996) : Bahan obturasi yang dapat menyebabkan perubahan warna gigi adalah semen saluran akar dari jenis seng oksida eugenol atau semen saluran akar dengan komponen logam. Sisa-sisa jaringan pulpa fragmen jaringan pulpa yang tertinggal dalam mahkota, biasanya dalam tanduk pulpa, dapat mengakibatkan perubahan warna secara perlahan. Obat-obatan intrakanal kebanyakkan dapat menyebabkan perubahan warna gigi, misalnya obat intrakanal golongan fenol berkontak langsung dengan dentin, dalam waktu yang lama memungkinkan obat berpenetrasi kedalam dentin sehingga akan menyebabkan perubahan warna gigi. Perubahan warna gigi karena restorasi korona, restorasi yang dipakai ada dua tipe yaitu (Walton & Torabinejab, 1996) : Restorasi logam amalgam merupakan penyebab paling hebat karena elemen warna gelap dapat merubah warna dentin menjadi abu-abu gelap. Restorasi komposit kebocoran mikro tumpatan komposit dapat menyebabkan perubahan warna gigi. Tepi tumpatan yang terbuka merupakan tempat masuknya bahan kimia yang mewarnai dentin (Grossman, 1995).
TEKNIK BLEACHING GIGI VITAL
A.
1.
2.
Macam-Macam Teknik Bleaching Menurut Walton (1997) ada 2 macam teknik bleaching yaitu Teknik Eksternal Untuk teknik pemutihan secara eksternal (mouthguard bleaching) digunakan untuk gigi vital yang mengalami perubahan warna hanya pada permukaan email. Perubahan warna email misalnya karena proses penuaan, kebiasaan minum kopi atau teh, dan kebiasaan merokok. Teknik ini juga lazim untuk gigi yang berwarna kecoklatan, karena menderita fluorosis (akibat air mengandung fluorida) ringan atau perubahan warna intrinsik yang ringan. Perubahan warna bisa karena penyerapan tetrasiklin pada masa pembentukan gigi, yaitu gigi berwarna kuning muda, coklat atau abu-abu muda yang merata sampai batas insisal. Teknik eksternal ini ada 2 macam yaitu office bleaching dan home bleaching (Ascheim, K.W, 2001) Teknik Internal Teknik pemutihan gigi secara internal dilakukan pada gigi yang telah mendapat perawatan saluran akar. Terdapat beberapa teknik yang dipakai dalam perawatan bleaching secara intra koronal di antaranya teknik walking bleach yang dipakai dalam semua keadaan yang memerlukan teknik pemutihan secara internal. Ada pula teknik thermokatalitik yang melibatkan pelekatan bahan oksidator di dalam kamar pulpa dan penggunaan panas.
Sementara teknik foto-oksidasi ultraviolet dengan memanfaatkan lampu ultraviolet yang diletakkan pada permukaan labial gigi yang akan diputihkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam suatu proses bleaching, antara lain faktor penyebab perubahan warna gigi, indikasi yang tepat, partisipasi pasien yang aktif selama perawatan, motivasi pasien dalam melakukan perawatan, kondisi pasien selama perawatan, terutama dalam respon muntah dan pengunaan jumlah bahan pemutih, serta lama pemakaian. (Martin Dunitz, 2001)
B.
Indikasi dan Kontraindikasi Teknik Bleaching Pada Gigi Vital
1.
Indikasi Bleaching ekstra koronal biasa dilakukan terhadap gigi vital yang mengalami perubahan warna (baik kongenital maupun perkembangan). Pemutihan pada gigi vital dapat dilakukan pada keadaan :
-
pewarnaan tetrasiklin yang ringan pada gigi yang saluran akarnya telah menutup sempurna
-
fluorosis ringan
-
gigi dengan saluran akar yang telah menutup sempurna dengan tujuan fungsi estetis (Heasman, 2003)
-
Dapat pula digunakan pada saat sebelum prosedur restorasi gigi (Paravina dan Powers, 2004).
2.
Kontraindikasi Gigi vital yang tidak dapat dilakukan pemutihan adalah gigi vital dengan kondisi :
-
Ruang pulpa besar dimana mengakibatkan gigi sensitif
-
Saluran akar yang masih terbuka
-
Adanya pengikisan email
-
Restorasi yang luas
-
Alergi peroksida (Goldstein, 1998)
-
Gigi yang mengalami karies yang tidak direstorasi
-
Restorasi yang rusak
-
Sensitivitas gigi yang sudah dirasakan sebelumnya (Paravina dan Powers, 2004).
C.
Teknik Bleaching pada Gigi Vital 1.
Teknik Pemutihan dengan Lampu Pemanas
Efek pemutihan teknik ini diperoleh dari proses oksidasi kimia yang diinduksi laser, yang secara cepat akan memecah hidrogen peroksida menjadi oksigen dan air. Macam laser
yang digunakan ada dua yakni laser argon yang memancarkan sinar biru (yang terlihat) dengan panjang gelombang 480 nm dan laser CO 2 yang memancarkan sinar inframerah pada panjang gelombang 10.600 nm. Laser argon diabsorbsi oleh warna-warna gelap sehingga dapat dengan mudah memutihkan warna kuning-coklat, sementara laser CO 2 yang tidak mempunyai afinitas dengan warna akan memancarkan panas sehingga dapat meningkatkan efek pemutihan yang diawali oleh laser argon. Laser-laser ini didesain agar bekerja sama dengan katalis komersial yang telah dipatenkan. Katalis ini diaplikasikan pada permukaan luar gigi yang akan diputihkan. Namun kombinasi katalis dengan peroksida adalah kombinasi yang berbahaya sehingga jaringan lunak yang terbuka, mata, atau pakaian harus dilindungi dengan baik. Gabungan penggunaan laser argon dan CO2 dapat secara efektif mengurangi noda intrinsik pada dentin. Laser argon dapat membuang molekul noda tanpa menyebabkan panas yang berlebihan pada pulpawalaupun keefektifannya akan berkurang jika gigi telah memutih. Laser CO2 berinteraksi dengan kombinasi katalis-peroksida secara langsung dan akan menghilangkan noda apapun warnanya. Mengingat teknik pemutihan dengan lampu pemanas adalah teknik yang relatif baru, penelitian
mengenai
keamanan
dan
keefektifannya
dalam
teruji (Walton dan Torabinejad, 2008). Berikut tahap pengerjaan bleaching dengan lampu pemanas: a.
evaluasi umum
b.
pasta protektif dioleskan
c.
isolasi dengan rubberdam
d.
jangka
panjang
belum
semua gigi diikat dengan dental floss
e.
gigi dipoles pasta fluor dan pumice
f.
permukaan email dietsa dengan asam fosfor 35% selama 5-10 detik kemudian dibilas dengan air
g.
gigi ditutup kain kasa, dibasahi H 2O2 35%, dipanaskan dengan lampu pemutih (berjarak 15 inchi dari gigi) selama 30 menit. Temperatur lampu dimulai dari 115 o F dan terus dinaikkan sampai batas sensitif pasien (maksimal 140o F)
h.
gigi dibilas dengan air hangat
i.
rubberdam dilepas
j.
gigi dipoles, diulas pasta fluor
k.
staining
l.
isolasi gigi dan mulut (http://www.scribd.com/doc/25002316/Bleaching-Gigi-Vital) 2. Teknik Pemutihan Gigi Yang Fluorosis Gigi yang mengalami fluorosis disebut juga gigi berbintik-bintik (mottled teeth). Kelainan gigi ini muncul ketika anak mengkonsumsi fluoride yang berlebihan selama pembentukan enamel atau mineralisasi, biasanya terdapat di daerah di mana air minum mengandung lebih dari 1ppm dari Fluorida. Semakin tinggi konsentrasi fluoride diyakini menyebabkan perubahan metabolisme dalam ameloblasts yang mengakibatkan cacat & kalsifikasi matriks yang tidak tepat. Permukaan gigi menjadi porus dan akan menyerap warna di dalam rongga mulut. Klasifikasi fluorosis : a.
Penggunaan air berfluoride pada tingkat kelas 1ppm yang konstan merupakan penyebab bintik gigi yang paling ringan.
b.
Sangat ringan (Very Mild ) : dalam jenis ini ada daerah putih sangat kecil yang kadangkadang terlihat pada permukaan gigi, tapi tidak melibatkan lebih dari 25% dari permukaan gigi.
c.
Ringan ( Mild ) : dalam jenis ini ada keterlibatan gigi lebih luas dan melibatkan 50% dari permukaan gigi.
d. Sedang ( Moderate) : gigi memiliki keterlibatan permukaan yang lebih banyak, mengalami atrisi, dan menunjukkan pigmentasi kuning atau coklat. e.
Berat (Severe) : semua permukaan enamel terlibat, terdapat noda coklat yang luas, dan permukaan gigi mengalami korosi. (Walton dan Torabinejab, 1996) Untuk memperbaiki pewarnaan karena fluorosis ini, cara efektif adalah teknik asam hidroklorik-pumis yang terkontrol atau disebut tehnik pumis asam. Sebetulnya cara ini bukan cara pemutihan gigi murni (oksidasi), melainkan suatu tehnik dekalsifikasi dan pembuangan selapis tipis email yang berubah warna (Walton & Torabinejab, 1996). Teknik ini disebut sebagai microabrasi, merupakan teknik yang melibatkan penghapusan sejumlah kecil permukaan enamel dan secara klasik menggabungkan 'abrasi' dengan instrumen gigi dan 'erosi' dengan campuran asam. Maksimal enamel yang dapat terhapus dengan teknik ini adalah 100 pM. Tes kepekaan pra-operasi, radiografi dan foto-foto
disarankan sebelum perawatan. Jika hasil klinis tidak memuaskan maka perawatan tidak diulang dan diberikan perawatan alternatif.
Berikut prosedur teknik Hydrochloric Acid / Pumice Microabrasion : 1.
Bersihkan gigi untuk diobati dengan pumice dan air, cuci dan keringkan.
2.
Mengisolasi gigi yang akan diobati dengan rubber dam dan mengoleskan vaselin pada gingiva sebelum untuk aplikasi rubber dam atau cat pernis copalite sekitar leher gigi setelah bendungan aplikasi.
3.
Campurkan asam klorida 18 % dengan pumice, kemudian dioleskan pada permukaan labial dengan slowly rotating rubber prophylaxis cup atau tongkat kayu atau instrumen plastik datar dengan gerakan memutar. Diusapkan di atas permukaan selama 5 detik. Cuci selama 5 detik dengan air dan untuk menetralisir asam digunakan campuran natrium bikarbonat dan air . Ulangi sampai noda berkurang, sampai maksimum 10 aplikasi x 5detik per gigi.
4.
Teteskan fluoride pada gigi dan diamkan selama 3 menit.
5.
Lepas rubber dam.
6.
Poles gigi dengan cakram soflex dan pasta poles.
7.
Evaluasi di satu bulan untuk pengujian sensibilitas dan foto. Analisis efektivitas microabrasion harus ditunda selama sekitar satu bulan pasca perawatan karena penampilan gigi akan terus meningkatkan dalam waktu 1 bulan.
8.
Review di enam bulan untuk memeriksa status pulpa.
Keuntungan:
1) HCl mengetsa email gigi, namun tidak menembus/tidak berpenetrasi. 2) Tidak merusak struktur gigi. 3) Sangat sedikit kemungkinan terjadinya sensitivitas gigi pasca - operasi. 4) Aplikasi panas tidak diperlukan. 5) Sangat ekonomis. Kelemahan: 1) Membutuhkan sesi decolorise yang berulang. 2) Bleaching pada gingiva dapat terjadi dan reversibel dalam waktu setengah jam. 3) Tidak diketahui durasi pengobatan dengan pasti. (http://healthmantra.com/ypb/apr01/fluorosis.shtml) 3.
Night Guard Bleaching
Teknik nightguard vital bleaching atau disebut juga supervised home dental whitening atau
home
bleaching.
Pada
dasarnya
merupakan
tehnik
pemutihan
di
rumah (home bleaching ), biasa disebut juga teknik pemutihan dengan matriks. Tehnik ini dapat dilakukan pada malam hari saat tidur yang disebut nightguard vital bleaching atau dipakai 1-2 jam pada siang hari. Teknik ini biasanya dipakai pada perubahan warna gigi yang ringan. Teknik home bleaching menggunakan suatu alat yang menyerupai protesa yang disebut tray atau night guard dan dilakukan oleh pasien di rumah, di bawah pengawasan dokter gigi dengan konsentrasi karbamid peroksida 10-15%. Karbamid peroksida 10% sebanding dengan 3% hidrogen peroksida. Prosedurnya sederhana, ekonomis, hasilnya optimal,presentasi keberhasilannya tinggi, dapat memotivasi pasien untuk lebih memelihara kesehatan giginya dan waktu kunjungan pun singkat. Pasien harus memahamiprosedur perawatan, efek samping dan hasil akhir yang akan dicapai. Perubahan akan terlihat setelah 2-3 minggu dan hasil akhir terlihat setelah 56 minggu. Stabilisasiwarna dapat berlangsung satu sampai tiga tahun dan dapat dilakukan perawatan ulang.Berbagai literatur telah membuktikan efektivitas teknik Home bleaching dan
padapercobaan
klinis
sekitar
91%
terbukti
sukses. Teknik home bleaching mempunyai prognosis cukup baik dan efek samping sangat minimal. Efek samping lebih banyak terjadi karena ketidak akuratan pada tray-nya (Walton, 2008)
Prosedur mouthguard bleaching adalah sebagai berikut (Walton & Torabinejab, 1996) : a.
Pasien diberi penjelasan, lakukan profilaksis, dibuat foto permulaan dan selama perawatan.
b.
Gigi dicetak, dibuat model lengkung rahang dari gips batu. Dua lapis relief dies diulaskan pada bagian bukal cetakan gigi untuk membentuk reservoir bagi bahan pemutih.
c.
Matriks plastik lunak setebal 2 mm dibuat dan dirapikan dengan gunting sampai 1 mm melewati tepi ginggiva.
d.
Mouthguard dicoba pada mulut, lalu diangkat dan bahan pemutih dimasukkan kedalam ruangan dari setiap gigi yang akan diputihkan. Kemudian mouthguard dipasang atas gigi
dalam mulut dan kelebihan bahan pemutih gigi dibuang. e.
Pasien harus dibiasakan menggunakan prosedur ini, biasanya 3-4 jam sehari dan bahan pemutih diisi kembali setiap 30-60 menit.
f.
Perawatan dilanjutkan selama 4-24 minggu, pasien diperiksa setiap 2 minggu. Ada berbagai desain tray, dan pilihan tergantung pada produk yang digunakan, kepentingan pasien atau kebiasaan, keselarasan urutan gigi dan status gingiva mereka. Desain tray dapat bergigi untuk mengikuti margin gingiva bebas dan mengandung reservoir atau memiliki ruang untuk mengurangi kesesakan.
Tray tidak bergigi memberikan segel lebih baik dan lebih nyaman, serta menjadi lebih mudah untuk ditiru atau difabrikasi. Namun, konsentrasi peroksidanya lebih tinggi sehingga dapat menyebabkan iritasi gingiva. Prognosis jangka panjang dari mouthguard bleaching masih belum diketahui, walaupun keefektifannya jangka pendeknya sangat baik. Kembalinya perubahan warna tidak lebih cepatdibandingkan dengan teknik lain. Jika teknik ini dilakukan dengan prosedur yang benar maka teknik bleaching ini relative aman dan tidak begitu mengganggu email yang sehat. Efek yang tidak diharapkan sepert i rasa tidak enak, rasa terbakar pada jaringan mulut, dan sensitifnya gigi merupakan hal yang sering dijumpai. Efek seperti ini biasanya hanya bersifat sementara dan akan hilang dalam beberapa hari. Namun, harap diwaspadai jika gel pemutih tertelan dalam jumlah yang banyak. Dari penelitian pada hewan terungkap bahwa gel yang tertelan dalam jumlah yang banyak bersifat toksis dan akan mengiritasi jaringan saluran cerna dan saluran pernafasan. Apabila gel pemutih mengandung Carbopol, yang dimaksudkan untuk memperlambat lepasnya oksigen dari peroksida akan bersifat lebih toksik jika tertel an (Haywood, 1992).
Home bleaching dilakukan pasien dengan pengarahan dan pemantauan oleh dokter gigi, akan tetapi terdapat beberapa efek samping yang mungkin terjadi yaitu iritasi gingiva, hipersensitif sementara pada gigi bagian servikal, mual jangka pendek, bruksisme atau alergi terhadap bahan pemutihnya dan nyeri pada regio TMJ. Peroksida mungkin dapat berpenetrasi dengan baik ke dalam pulpa melalui restoratik estetik, jumlah dan efeknya mungkin tidak bermakna. Namun, beberapa penelitian yang ada sudah dibuktikan bahwa adanya kerusakan pada resin komposit. Oleh karena itu, pasien diberitahu bahwa tambalan komposit yang ada didalam mulutnya mungkin harus diganti setelah perawatan pemutihan dilakukan. Juga terdapat laporan , bahwa bahan bleaching dapat mendorong pelepasan merkuri pada tumpatan amalgam sehingga dapat memperpanjang kemungkinan terpajannya pasien pada produk-produk yang toksik. Walaupun gel pemutih terutama diaplikasikan pada gigi-gigi anterior, berkurangnya gel dengan tumpatan amalgam pada premolar ataupun molar masih mungkin terjadi. Oleh karena itu, ada baiknya sebelum dilakukannya perawatan dilapisi terlebih dahulu dengan Copalite (De li pe ri , 20 08 ). Diskolorasi enamel gigi dapat disebabkan oleh penodaan(staining), penuaan (aging), dan oleh bahan-bahan kimia. Disamping staining, ada beberapa faktor yang mempengaruhi warna gigi setiap orang. Genetik juga berperan. Beberapa orang mempunyai enamel yang lebih cerah daripada yang lainnya. Penyakit juga dapat menjadi faktor dan perawatan dapat menyebabkan diskolorasi dari gigi.
Penyebab Perubahan Warna Gigi
Ada dua faktor penyebab perubahan warna gigi yaitu diskolorisasi ekstrinsik dan diskolorisasi intrinsik. Penyebab perubahan warna gigi yang lain adalah diskolorisasi karena proses penuaan. Diskolorisasi ekstrinsik terjadi pada permukaan luar gigi dan biasanya disebabkan kebiasaan minum minuman berwarna yang berkepanjangan seperti teh, kopi atau sirup yang dapat menyebabkan perubahan warna dari coklat sampai hitam. Perawatan bleaching dapat menjadi perawatan yang efektif untuk kasus ini. Faktor kebiasaan pasien tersebut harus dikurangi a gar warna gigi yang sudah dirawat bleaching dapat bertahan lebih lama. Perubahan warna gigi dapat juga disebabkan penggunaan obat kumur klorheksidin, tetapi mekanisme terjadinya sangat kompleks, bervariasi tergantung pada kepekaan setiap individu dan konsentrsi klorheksidin yang digunakan.
Diskolorisasi intrinsik adalah perubahan warna yang mengenai bagian dalam struktur gigi selama masa pertumbuhan gigi dan umumnya perubahan warna terjadi di dalam dentin sehingga relatif sulit dirawat secara eksternal. Perubahan warna gigi akibat faktor intrinsik merupakan noda-noda yang timbul akibat faktor endogen, baik yang didapat dari sumber lokal maupun sistemik. Faktor lokal penyebab perubahan warna intrinsik sesudah gigi erupsi dapat disebabkan karena perdarahan akibat trauma, kesalahan prosedur perawatan gigi, dekomposisi jaringan pulpa, pengaruh obat-obatan dan pasta pengisi saluran akar dan pengaruh bahan-bahan restorasi.
MINUM teh secara teratur dapat memberikan banyak manfaat bagi tubuh. Karena teh mengandung flour sekira 90-350 mg yang diperlukan dalam menjaga kesehatan gigi dan gusi. Namun, siapa kira ternyata teh juga bisa merusak gigi. Di antara sekian banyak jenis minuman, teh termasuk paling banyak dikonsumsi masyarakat, bahkan di Jepang dikenal adanya upacara minum teh. Namun, meminum teh secara terusmenerus ternyata dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi, yaitu gigi berubah warna menjadi kekuningan. Gigi dapat mengalami perubahan warna menjadi abu-abu, kuning atau cokelat kehitaman dikarenakan banyak faktor, baik faktor dari luar tubuh (ekstrinsik) maupun dari dalam tubuh (intrinsik). Penyebab umum diskolorasi ekstrinsik ini adalah kopi, teh, pewarna makanan buatan, anggur, berri, mengunyah tembakau, ataupun rokok yang meninggalkan tar berwarna kecokelatan pada gigi yang terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang panjang. Sedangkan diskolorasi intrinsic, terjadi pada saat pembentukan struktur gigi. Contoh ekstrem adalah pemakai obat antibiotik tetrasiklin yang dikonsumsi semasa pertumbuhan gigi pada anak-anak berumur di bawah delapan tahun atau semasa dalam kandungan ibunya. Bila terkena obat ini selama proses pembentukan struktur gigi, maka akan menyebabkan gigi berubah warna menjadi cokelat sampai abu-abu pada seluruh struktur gigi. Tergantung seberapa parah efek yang terjadi akibat dari tetrasiklin tersebut. Diskolorasi gigi dapat pula disebabkan intake fluoride yang melebihi batas aman, kadar fluoride yang diperbolehkan adalah 800-1.000 ppm. Akan tetapi, pada anak sebaiknya sekira 200-300 ppm. Gigi nonvital atau gigi mati akibat trauma, misalnya pernah jatuh atau terkena benda keras dapat menyebabkan gigi menjadi kehitaman. Hal ini disebabkan darah yang keluar dari pembuluh darah pulpa teroksidasi, kemudian masuk ke saluran-saluran sangat kecil pada gigi yang disebut tubuli dentalis dan akhirnya terjadi perubahan warna pada gigi. Seperti sudah disinggung di atas bahwa diskolorasi yang disebabkan asap rokok, makanan, ataupun minuman dapat mudah dibersihkan. Alasannya, hanya terdapat permukaan gigi dan tidak sampai mempengaruhi struktur dentin. Pada kasus tersebut dapat diatasi dengan aplikasi TSR atau tooth stain remover. Namun, pada kasus yang sudah melibatkan jaringan di dalam gigi (dentin dan email), maka perawatannya harus dilakukan dengan bahan-bahan kimia tertentu.
2.1 Perubahan Warna menurut Grossman Menurut Grossman (1995), perubahan warna gigi dapat diklasi fikasikan sebagai ekstrinsik atau intrinsik. 2.1.1 Perubahan Warna Ekstrinsik Perubahan warna eksrinsik ditemukan pada permukaan luar gigi dan biasanya berasal lokal, misalnya noda tembakau yang menyebabkan warna gigi menjadi cokelat kekuningkuningan sampai hitam, pewarnaan karena makanan dan minuman menyebabkan gigi menjadi berwarna gelap, pewarnaan karena noda logam nitrat perak, bercak kehijauan yang dihubungkan dengan membran Nasmyth pada anak-anak. 2.1.2 Perubahan Warna Intrinsik Perubahan warna imtrinsik adalah pewarnaan gigi yang diakibatkan oleh noda yang terdapat di dalam email dan dentin, penyebabnya adalah penumpukan atau penggabungan bahan-bahan di dalam struktur gigi misalnya stain tetrasiklin, yang bila masuk ke dalam dentin akan terlihat dari luar karena transluensi email. Perubahan warna gigi dapat dihubungkan dengan periode perkembangan gigi misalnya pada dentiogenesis imperfekta atau setelah selesai perkembangan gigi yang disebabkan oleh pulpa nekrosis. 2.2 Penyebab Perubahan Warna Gigi menurut Walton Menurut Walton dan Torabinejab (1996) perubahn warna dapat terjadi pada saat atau setelah terbentuknya email dan dentin. Penyebab perubahan warna gigi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu karena noda alamiah dan pewarnaan iatrogenik. 2.2.1 Penyebab Noda Alamiah Perubahan warna gigi disebabkan oleh sejumlah noda pada permukaan gigi setelah gigi erupsi. Noda alamiah mungkin berada pada permukaan atau berikatan di dalam struktur gigi, kadang-kadang diakibatkan defek email atau karena cedera trauma.
Contoh penyebab noda alamiah adalah sebagai berikut : 1. Pulpa nekrosis Produk kerusakan jaringan yang dilepaskan masuk kedalam tulubus dentin dan mewarnai dentin di sekitarnya. 2. Perdarahan intrapulpa Disebabkan oleh trauma pada gigi dan akan menyebabkan perdarahan dan lisis eritrosit. Produk disintegrasi darah diduga sebagai ion sulfida, masuk ke dalam tulubus dentin sehingga menyebabkan perubahan warna gigi yang makin lama makin meningkat. 3. Metamorfosis kalsium Pembentukan dentin sekunder ireguler secara ekstensif di dalam kamar pulpa atau pada dinding saluran akar menyebabkan translusensi mahkota gigi berkurang atau warna gigi berubah menjadi kekuningan atau kuning kecoklatan. Pada pasien yang sudah tua,perubahan warna gigi terjadi secara fisiologis sebagai akibat aposisi dentin secara berlebihan disamping karena penipisan dan perubahan optik dalam email. 4. Defek perkembangan Perubahan warna dapat terjadi karena kerusakan pada saat perkembangan gigi.
1) Fluorosis endemik Masuknya sejumlah flour saat pembentukan gigi menyebabkan kerusakan struktur yang mengalami mineralisasi dan mengakibatkan terjadinya hipoplasia. Permukaan gigi menjadi porus dan akan menyerap warna di dalam rongga mulut. 2) Obat-obatan sistemik Masuknya obat-obatan atau bahan kimia pada saat pembentukan gigi dapat menyebabkan perubahan warna gigi. Pada umumnya obat yang menyebabkan perubahan warna gigi paling berat adalah tetrasiklin, menyebabkan gigi berwarna kuning kecoklatan sampai abu-abu tua. Hal ini tergantung kepada jumlah, frekwensi, jenis tetrasiklin dan umur pasien saat meminum obat. 3) Defek dalam pembentukan gigi Kerusakan dalam pembentukan gigi terjadi sebatas email berupa hipoplasia atau hipokalsifikasi,terlihat warna gigi kecoklatan. 4) Kelainan darah dan faktor-faktor lain (1) Kondisi sistemik mengakibatkan lisis eritrosit secara luas. Produk kerusakan darah dapat bergabung ke dalam dentin dan mewarnai gigi. (2) Suhu tubuh yang tinggi saat pembentukan gigi me nyebabkan perubahan warna beebentuk pita pada email. (3) Porfiria penyakit metabolisme menyebabkan menyebabkan gigi susu atau gigi permanen berubah warna menjadi kemerahan atau kecoklatan. (4) Penyakit sistemik dan masuknya bahan obat-obatan, merupakan kejadian yang jarang dan tidak dapat diidentifikasi. 2.2.2 Penyebab Perubahan Warna Iatrogenik Perubahan warna sebagai akibat prosedur perawatan gigi atau dapat disebabkan oleh berbagai bahan kimia dan bahan yang dipakai di bidang kedokteran gigi. 2.2.2.1 Perubahan Warna Gigi karena Perawatan Endodontik Perubahan warna gigi akibat perawatan endodontik dapat disebabkan oleh beberapa hal tersebut dibawah ini (Walton & Torabinejab, 1996) :
1. Bahan obturasi Bahan obturasi yang dapat menyebabkan perubahan warna gigi adalah semen saluran akar dari jenis seng oksida eugenol atau semen saluran akar dengan komponen logam. 2. Sisa-sisa jaringan pulpa Fragmen jaringan pulpa yang tertinggal di dalam mahkota, biasanya dalam tanduk pulpa, dapat mengakibatkan perubahan warna secara perlahan. 3. Obat-obatan intra kanal Kebanyakan obat-obatan dapat menyebabkan perubahan warna gigi, misalnya obat intrakanal golongan fenol berkontak langsung dengan dentin, dalam waktu yang lama memungkinkan obat berpenetrasi ke dalam dentin sehingga akan menyebabkan perubahan warna gigi. 2.2.2.2 Perubahan Warna Gigi karena Restorasi Korona
Restorasi yang dipakai biasanya ada dua tipe, yaitu (Walton & Torabinejab, 1996): 1. Restorasi logam Amalgam merupakan penyebab paling hebat karena elemen warna gelap dapat mengubah warna dentin menjadi abu-abu gelap. 2. Restorasi komposit Kebocoran mikro tumpatan komposit dapat menyebabkan perubahan warna gigi. Tepi tumpatan yang terbuka merupakan tempat masuknya bahan kimia yang mewarnai dentin.