Perubahan sosial budaya
kedatangan orang asing yang berbeda kebudayaan dapat mendorong terjadinya perubahan Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan
pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan. Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan
IPTEK
yang lambat; sifat masyarakat masyarakat yang sangat tra disional; disional; ada kepentingan-
kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau kebiasaan. 1. Pengertian Perubahan Sosial Budaya Terdapat perbedaan yang mendasar antara perubahan sosial dengan perubahan budaya. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan sosial meliputi perubahan dalam perbedaan usia, tingkat kelahiran, dan penurunan rasa kekeluargaan antar anggota masyarakat sebagai akibat terjadinya arus urbanisasi dan modernisasi. Perubahan kebudayaan jauh lebih luas dari perubahan sosial. Perubahan budaya menyangkut banyak aspek dalam kehidupan seperti kesenian , ilmu pengetahuan , teknologi, aturan-aturan hidup berorganisasi, dan filsafat. Perubahan social dan perubahan budaya yang terjadi dimasyarakat saling berkaitan. Tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan tanpa masyarakat. 2. Sifat Perubahan Sosial a. Perubahan social terjadi dimana saja dan setiap lapisan masyarakat b. Perubahan social yang direncanakan dan tidak direncanakan. c. Perubahan social sering menghasilkan kontroversi, atau perubahan yang terjadi dalam suatu bidang akan selalu memunculkan bantahan dann konflik dengan paihak lain. d. Beberapa perubahan memiliki nilai kepentingan lainnya. 3. Faktor yang Mendorong Terjadinya P erubahan Sosial a. Ketidakpuasan terhadap sesuatu yang ada, s ehingga timbul keinginan untuk mencari atau menciptakan situasi baru yang lebih baik. b. Timbuknya ketimpangan antara hal-hal yang sekarang ada dan yang seharusnya seharusnya ada dimasyarakat. dimasyarakat. c. Timbul tekanan dari luar yang mengharuskan individu atau masyarakat
untu menyesuaikan diri dengan masyarakat. 4. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya a. Perubahan secara lambat dan perubahan secara cepat (dilihat dari waktu) Perubahan secara lambat = evolusi, yaitu perubahan yang terjadi dalam waktu lama. Ciri-cirinya: Memerlukan waktu lama Perubahannya kecil Perubahan tidak disadari oleh masyarakat Tidak diikuti oleh konflik atau menimbulkan kekerasan. Contoh: perubahan mata pencaharian masyarakat. Perubahan Secara Cepat = Revolusi, yaitu perubahan yang terjadi dalam waktu sangat cepat. Ciri-cirinya: Membutuhkan waktu singkat Perubahannya besar karena menyangkut sendi-sendi pokok kehidupan Perubahan disadari/direncanakan Seringkali diikuti oleh kekerasan dan menimbulkan konflik. Contoh: revolusi Indonesia tahun 1945, reformasi Indonesia tahun 1998, revulusi Prancis dan Inggris. b. Perubahan yang Pengaruhnya Kecil dan Pengaruhnya Besar Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan yang tidak membawa pengaruh langsung bagi kehidupan masyarakat. Contoh: Perubahan mode pakaian, gaya potongan rambut, dan sebagainya. Perubahan yang membawa pengaruh besar adalah perubahan yang membawa pengaruh langsung terhadap kehidupan masyarakat karena perubahan yang terjadi pada unsur-unsur sosial budaya masyarakat. Contoh: Industrialisasi membawa pengaruh pada hubungan kerja , lembaga kemasyarakatan, system p emilikan tanah, pelapisan social, hubungan kekerabatan, dan lain-lain. c. Perubahan yang Dikehendaki/Direncanakan dan P erubahan yang Tidak Direncanakan
Perubahan yang dikehendaki/direncanakan = pembangunan adalah perubahan yang sudah diperkirakan sebelumnya oleh pihak-pihak tertentu yang ada dalam masyarakat. Perubahan yang tidak dikehendaki/tidak direncanakan adalah perubahan yang tidak diperkirakan adalah perubahan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Biasanya perubahan yang tidak dikehendaki muncul sebagai dampak dari perubahan yang direncanakan. d. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Menurut Alvin Betrand; awal dari proses peubahan social adalah komunikasi yaitu penyampaian ide, gagagsan, nilai, kepercayaan, keyakinan dan sebagainya, dari satu pihak ke pihak lainnya sehingga dicapai kata kesepahaman. Menurut David Mc Clelland: Dorongan untuk perubahan adalah adanya hasrat meraih prestasi (need for achievement) yang melanda masyarakat. Prof. Soerjono Soekarno: Perubahansosial disebabkan oleh faktor intern dalam masyarakat itu dan faktor ekstern. Faktor intern antara lain: 1) Bertambah dabn berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi) 2) Adanya penemuan baru: Discovery: Penemuan idea tau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada. Invention: Penyempurnaan penemuan baru. Innovation/inovasi: Pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang ada. Penemuan baru didorong oleh; Kesadaran masyarakat akan kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat. 3) Konflik yang terjadi dalam masyarakat 4) Pemberontakan atau revolusi Faktor Ekstern antara lain: 1) Perubahan alam 2) Peperangan
3) Pengaruh Kebudayaan lain meliputi difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan sifat khasnya), Asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi) 4) Ciri perubahan social adalah : Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan, baik lambat maupun cepat. Perubahan yang terjadi pada suatu lembaga kemasyarakatan atan diikuti dengan perubahan pada lembaga-lembaga social lainnya. Perubahan social yang cepat biasanya menimbulkan disintegrasi yang bersifat sementara karena berada dalam proses penyesuaian diri. 5. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya a. Kurangnya hubungan terhadap masyarakat lain, contoh; Suku-suku bangsa yang masih dipedalaman. b. Pendidikan yang terbelakang c. Masyarakat yang bersikap tradisional; mempertahankan tradisi, penguasa yang konservatif. d. Adanya kepentingan yang tertanam dengan kuat sekali pada sekelompok orang (vested interest) Contoh: Kelompok yang sudah mapan biasanya tidak mengkehendaki terjadinya perubahan karena takut posisinya terancam, takut hidup susah. e. Ketakutan akan terjadinya disintegrasi. f. Prasangka buruk terhadap unsur budaya asing. g. Hambatan ideologis, contoh; adanya a nggapan bahwa suatu perubahan bertentangan dengan suatu ajaran agama tertentu dan lain lain. 6. Macam-macam Proses Perubahan Sosial Budaya a. Akulturasi Akulturasi adalah proses pertemuan unsure-unsur dari berbagai kebudayaan yang bersedia yang dikuti dengan pencampuran unsur-unsur tersebut. Misalnya proses pencampuran dua budaya atau lebih yang saling bertemu
dan saling mempengaruhi. b. Asimilasi Asimilasi adalah suatu penyesuaian atau peleburan sifat-sifat asli yang dimiliki oleh suatu masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda beda. c. Difusi Difusi adalah proses penyebaran atau perembesan suatu unsur budaya kepada orang lain dan suatu kelompok masyarakat kedalam masyarakat lainnya. Difusi ada dua yaitu: Difusi Primer adalah penyebarluasan unsure-unsur kebudayaan baru dalam masyarakat asal kebudayaan tersebut. Difusi Sekunder adalah proses penyebarluasan unsure-unsur kebudayaan suatu masyarakat kedalam masyarakat lain. d. Discovery e. Invenion f. Inovasi g. Modernisasi adalah proses perubahan tradisi, sikap dan system nilai dalam rangka menyesuaikan diri dengan kemajuan yang telah dicapai oleh bangsa lain, sehingga suatu
Dalam suatu proses modernisasi, suatu proses perubahan yang direncanakan, melibatkan semua kondisi atau nilai-nilai sosial dan kebudayaan secara integratif. Atas dasar ini, semua fihak, apakah tokoh ? Tokoh masyarakat, formal atau nonformal, anggota masyarakat lainnya, apakah dalam skala individual atau pun dala m skala kelompok, seyogianya memahami dan menyadari, bahwa, manakala salah satu aspek atau unsur sosial atau kebudayaan mengalami perubahan, maka unsurunsur lainnya mesti menghadapi dan mengharmonisikan kondisinya dengan unsurunsur lain yang telah berubah terlebih dulu.
Oleh karena itu mesti memahami dan menyadari bahwa sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan ada yang berkualifikasi norma (norm) dan nilai (value). Di mana norma skala keberlakuannya tergantung pada aspek waktu, ruang (tempat, dan kelompok sosial yang bersangkutan; sedangkan nilai (value) skala keberlakuannya lebih universal . Dalam tatanan masyarakat yang maju atau modern, maka nilai-nilai sosial dan kultural yang bersifat universal mendominasi
dan
mengisi
semua
mosaik
kehidupan
masyarakat
yang
bersangkutan. b. Orientasi Perubahan
Yang dimaksudkan orientasi atau arah perubahan di sini meliputi beberapa orientasi, antara lain (1) perubahan dengan orientasi pada upaya meninggalkan faktor-faktor atau unsur-unsur kehidupan sosial yang mesti ditinggalkan atau diubah, (2) perubahan dengan orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang bentuk atau unsur baru, (3) suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur, atau nilai yang telah eksis atau ada pada masa lampau. Tidaklah jarang suatu masyarakat atau bangsa yang selain berupaya mengadakan proses modernisasi pada berbagai bidang kehidupan, apakah aspek ekonomis, birokrasi, pertahanan keamanan, dan bidang iptek; namun demikian, tidaklah luput perhatian masyarakat atau bangsa yang bersangkutan untuk berupaya menyelusuri, mengeksplorasi, dan menggali serta menemukan unsur-unsur atau nilai-nilai kepribadian atau jatidiri sebagai bangsa yang bermartabat . Tidaklah jarang, bahwa tokoh-tokoh dan ungkapan-ungkapan yang bernuansa seni sastra pada masa lampau, baik suatu fenomena yang bernuansa imajinasi, yang ditampilkan oleh berbagai bentuk ceritera rakyat atau f olklore. Semuanya lazim menyadarkan atau menampilkan nilai-nilai keteladanan, baik dalam aspek gagasan, aspek pengorganisasian dan kegiatan sosial, maupun dalam aspek-aspek kebendaan. Aspek-aspek ini senantiasa dimuati oleh nilai-nilai
kearifan dan kebijakan yang memberikan acuan bagaimana orang mesti ber f ikir, berasa, berkarsa dan berkarya dalam upaya bertanggung jawab pada dirinya, pada sesamanya, dan pada lingkungannya, serta pada S ang Khalik Yang Maha Murbeng Alam ini. Nilai-nilai seperti inilah yang menjadi nuansa-nuansa dalam membagun kepribadian atau jatidiri sebagian besar masyarakat atau suatu kelompok bangsa dimanapun mereka berada.
Dalam memantapkan orientasi suatu proses perubahan, ada beberapa faktor yang memberikan kekuatan pada gerak perubahan tersebut, yang antara lain adalah sebagai berikut, (1) suatu sikap, baik skala individu maupun skala kelompok, yang mampu menghargai karya pihak lain, tanpa dilihat dari skala besar atau kecilnya produktivitas kerja itu sendiri, (2) adanya kemampuan untuk mentolerir adanya sejumlah penyimpangan dari bentuk-bentuk atau unsur-unsur rutinitas, sebab pada hakekatnya salah satu pendorong perubahan adanya individu-individu yang menyimpang dari hal-hal yang rutin. Memang salah satu ciri yang hakiki dari makhluk yang disebut manusia itu adalah sebagai makhluk yang disebut homo deviant , makhluk yang suka menyimpang dari unsur-unsur rutinitas, (3) mengokohkan suatu kebiasaan atau sikap mental yang mampu memberikan penghargaan (reward) kepada pihak lain (individual, kelompok) yang berprestasi dalam berinovasi, baik dalam bidang sosial, ekonomi, dan iptek, (4) adanya atau tersedianya fasilitas dan pelayanan pendidikan dan pelatihan yang memiliki spesifikasi dan kualifikasi progresif, demokratis, dan terbuka bagi semua fihak yang membutuhkannya. Precedent dari suatu proses perubahan sosial tidak mesti diorientasikan pada isu kemajuan atau progress semata, sebab tidaklah mustahil bahwa proses perubahan sosial itu justru mengarah ke isu kemunduran atau kearah suatu regress, atau mungkin mengarah pada suatu degradasi pada sejumlah aspek atau nilai kehidupan dalam masyarakat yang bersangkutan. Suatu proses regresi atau kemunduran dan degradasi (luntur atau berkurangnya suatu derajat ata u kualifikasi
bentuk-bentuk atau niali-nilai dalam masyarakat), tidak hanya suatu arah atau orientasi perubahan secara linier, tetapi tidak jarang terjadi karena justru sebagai dampak sampingan dari keberhasilan suatu proses perubahan. Sebagai contoh perubahan aspek iptek, dari iptek yang bersahaja ke iptek yang modern (maju), mungkin menimbulkan kegoncangan-kegoncangan pada unsur-unsur atau nilainilai yang tengah berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, yang sering disebut sebagai culture-shock atau kejutan-kejutan budaya yang terjadi pada tatanan kehidupan suatu masyarakat yang tengah menghadapi berbagai perubahan.
c. Modernisasi Sebagai Kasus Perubahan Sosial dan Kebudayaan Modernisasi, menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi universal, rasional, dan fungsional. Lazimnya suka dipertentangkan dengan nilai-nilai tradisi. Modernisasi berasal dari kata modern (maju), modernity (modernitas), yang diartikan sebagai nilai-nilai yang keberlakuan dalam aspek ruang, waktu, dan kelompok sosialnya lebih luas atau universal , itulah spesifikasi nilai atau values. Sedangkan yang lazim dipertentangkan dengan konsep modern adalah tradisi, yang berarti barang sesuatu yang diperoleh seseorang atau kelompok melalui proses pewarisan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Umumnya tradisi meliputi sejumlah norma (norms) yang keberlakuannya tergantung pada (depend on) ruang (tempat), waktu, dan kelompok (masyarakat) tertentu. Artinya keberlakuannya terbatas, tidak bersifat universal seperti yang berlaku bagi nilai-nilai atau values. Sebagai contoh atau kasus, seyogianya manusia mengenakkan pakaian , ini merupakan atau termasuk kualifikasi nilai (value). Semua fihak cenderung mengakui dan menganut nilai atau value ini. Namun,
pakaian model apa yang harus dikenakan itu? Perkara model pakaian yang
disukai, yang disenangi, yang biasa dikenakan, itulah yang menjadi urusan normanorma yang dari tempat ke tempat, dari waktu ke waktu, dan dari kelompok ke kelompok akan lebih cenderung beraneka ragam.
Spesifikasi norma-norma dan tradisi bila dilihat atas dasar proses modernisasi adalah sebagai berikut, (1) ada norma-norma yang bersumber dari tradisi itu, boleh dikatakan sebagai penghambat kemajuan atau proses modernisasi, (2) ada pula sejumlah norma atau tradisi yang memiliki potensi untuk dikembangkan, disempurnakan, dilakukan pencerahan, atau dimodifikasi sehingga kondusif dalam menghadapi proses modernisasi, (3) ada pula yang betul-betul memiliki konsistensi dan relevansi dengan nilai-nilai baru. Dalam kaitannya dengan modernisasi masyarakat dengan nilai-nilai tradisi ini, maka ditampilkan spesifikasi atau kualifikasi masyarakat modern, yaitu bahwa masyarakat atau orang yang tergolong modern (maju) adalah mereka yang terbebas dari kepercayaan terhadap tahyul . Konsep modernisasi digunakan untuk menamakan serangkaian perubahan yang terjadi pada seluruh aspek kehidupan masyarakat tradisional sebagai suatu upaya mewujudkan masyarakat yang bersangkutan menjadi suatu masyarakat industrial. Modernisasi menunjukkan suatu perkembangan dari struktur sistem sosial, suatu bentuk perubahan yang berkelanjutan pada aspek-aspek kehidupan ekonomi, politik, pendidikan, tradisi dan kepercayaan dari suatu masyarakat, atau satuan sosial tertentu. Modernisasi suatu kelompok satuan sosial atau masyarakat, menampilkan suatu pengertian yang berkenaan dengan bentuk upaya untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sadar dan kondusif terhadap tuntutan dari tatanan kehidupan yang semakin meng-global pada saat kini dan mendatang. Diharapkan dari proses menduniakan seseorang atau masyarakat yang bersangkutan, manakala dihadapkan pada arus globalisasi tatanan kehidupan manusia, suatu masyarakat tertentu (misalnya masyarakat Indonesia) tidaklah sekedar memperlihatkan suatu fenomena kebengongan semata, tetapi diharapkan mampu merespons, melibatkan diri dan memanfaatkannya secara signifikan bagi eksistensi bagi dirinya, sesamanya, dan lingkungan sekitarnya. Adapun spesifikasi sikap mental seseorang atau kelompok yang kondusif untuk mengadopsi dan mengadaptasi proses modernisasi adalah, (1) nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berorientasi ke masa depan dan dengan cermat mencoba merencanakan masa depannya, (2)
nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berhasrat mengeksplorasi dan mengeksploitasi
potensi-potensi
sumber
daya
alam,
dan
terbuka
bagi
pengembangan inovasi bidang iptek. Dalam hal ini, memang iptek bisa dibeli, dipinjam dan diambil alih dari iptek produk asing, namun dalam penerapannya memerlukan proses adaptasi yang sering lebih rumit daripada mengembangkan iptek baru, (3) nilai budaya atau sikap mental yang siap menilai tinggi suatu prestasi dan tidak menilai tinggi status sosial , karena status ini seringkali dijadikan suatu predikat yang bernuansa gengsi pribadi yang sifat normatif, sedangkan penilai obyektif hanya bisa didasarkan pada konsep seperti apa yang dikemukakan oleh D.C. Mc Clelland (Koentjaraningrat, 1985), yaitu achievement-oriented , (4) nilai budaya atau sikap mental yang bersedia menilai tinggi usaha fihak lain yang mampu meraih prestasi atas kerja kerasnya sendiri. Tanpa harus suatu masyarakat berubah seperti orang Barat, dan tanpa harus bergaya hidup seperti orang Barat, namun unsur-unsur iptek Barat tidak ada salahnya untuk ditiru, diambil alih, diadopsi, diadaptasi, dipinjam, bahkan dibeli. Manakala persyaratan ini telah dipenuhi dan keempat nilai budaya atau sikap mental yang telah ditampilkan telah dimiliki oleh suatu masyarakat tersebut. Khusus untuk masyarakat di Indonesia, sejarah masa lampau mengajarkan bahwa sistem ekonomi, politik, dan kebudayaan dari kerajaan-kerajaan besar di Asia seperti India dan Cina, yang diadopsi dan diadaptasi oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara
ini, seperti Sriwijaya dan Majapahit, namun fakta sejarah tidak
membuktikan bahwa orang-orang Sriwijaya dan Majapahit, dalam pengadopsian dan pengadaptasian nilai-nilai kebudayaan tadi sekaligus menjadi orang India atau Cina. Proses modernisasi sampai saat ini masih tampak dimonopoli oleh masyarakat perkotaan (urban community), terutama di kota-kota Negara S edang Berkembang , seperti halnya di
Indonesia.
Kota-kota di negara-negara sedang
berkembang menjadi pusat-pusat modernisasi yang diaktualisasikan oleh berbagai bentuk kegiatan pembangunan, baik aspek fisik-material, sosio-kultural, maupun aspek mental-spiritual. Kecenderungan-kecenderungan seperti ini, menjadikan
daerah perkotaan sebagai daerah yang banyak menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi penduduk pedesaan, terutama bagi generasi mudanya. Obsesi semacam ini menjadi pendorong kuat bagi penduduk pedesaan untuk beramai-ramai membanjiri dan memadati setiap sudut daerah perkotaan, dalam suatu proses sosial yang disebut urbanisasi. Fenomena demografis seperti ini, selanjutnya menjadi salah satu sumber permasalahan bagi kebijakan-kebijakan dalam upaya penataan ruang dan kehidupan masyarakat perkotaan. Sampai dengan saat sekarang ini masalah perkotaan ini masih menunjukkan gelagat yang semakin ruwet dan kompleks. Dari dimensi ekonomi, selama bertahun-tahun, dunia pendidikan di
Indonesia
dikondisikan pada kepentingan untuk mengejar ekonomi, tapi kondisi ekonomi kita belumlah berhasil karena masih terjadi kemiskinan dan pengangguran yang berpotensi menghasilkan kecemburuan sosial. Dari dimensi sosial budaya, kepribadian bangsa dapat dikatakan rusak akibat budaya konsumerisme dan sikap hidup materialistik yang semakin memperparah karakter bangsa, sebagai contoh di mana korupsi diberantas tetapi semakin merajalela. Selain itu, nilai-nilai sosial kemasyarakatan semakin rapuh dan maraknya konflik horizontal di berbagai daerah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyebab krisis multidimensi harus dilihat dari berbagai aspek pendidikan, bukan hanya dilihat dari kecerdasan intelektual dan nilai kelulusan saja yang selama ini disebut sebagai kualitas, tetapi dihubungkan dengan kondisi
Indonesia
sekarang ini yang sedang mengalami
berbagai krisis. Krisis kepemimpinan, mafia hukum, korupsi, pertikaian elit politik dan lain-lain, maka dapat disimpulkan bahwa yang diperlukan sekarang ini adalah pendidikan tentang nilai-nilai kemanusiaan, cinta tanah air dan turut bertanggung jawab dalam membangun bangsa. Berikut adalah kutipan yang menggambarkan kondisi pendidikan di Indonesia.
Selama bertahun-tahun dunia pendidikan di Indonesia terpasung oleh kepentingankepentingan tertentu yang absurd, tersisih diantara hingar bingar ambisi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa. Pendidikan tampaknya kurang diarahkan untuk memanusiakan manusia secara utuh lahir dan batin, tetapi lebih diorientasikan pada hal-hal yang bersifat materialistis, ekonomis, teknokratis, kering dari sentuhan nilai-nilai moral, kemanusian dan budi pekerti. Pendidikan lebih mementingkan kecerdasan intelektual, akal, dan penalaran, tanpa diimbangi dengan intensifnya pengembangan kecerdasan hati, perasaan, dan emosi. Akibatnya, apresiasi output pendidikan terhadap keunggulan nilai humanistik, keluhuran budi, dan hati budi nurani menjadi dangkal (Sodijarto, 2008). Pendidikan di Indonesia selama ini ukuran keberhasilannya diterjemahkan dalam bentuk hasil Ujian Nasional, evaluasi hasil pendidikan hanya menyertakan unsurunsur kompetensi tertentu saja seperti hasil Ujian
Nasional
yang berlaku sekarang
ini, diakui sebagai ukuran keberhasilan. Hal serupa terjadi di perguruan tinggi. Ukuran keberhasilan ditentukan apabila mahasiswa tersebut tepat waktu dalam menyelesaikan kuliahnya dan IP tinggi. Kedua hal itu perlu, tetapi apabila hanya hal itu saja, maka tidak heran kalau lulusannya kurang bisa bergaul, banyak yang tidak jujur, atau menjadi pengusaha tanpa tanggung jawab sosial. Dasar pemikiran dari uraian yang dipaparkan di atas, penulis akan membahas tentang Pendidikan dan Perubahan Sosial Budaya ldalam Membangun Bangsa. Hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Bagaimana pemahaman tentang Pendidikan sebagai Sosialisasi Kebudayaan ? 2.
Bagaimana
pemahaman
masyarakat
dalam
mengimplementasikan
Keanekaragaman Budaya dalam pendidikan nasional? 3. Bagaimana relevansi pendidikan dalam lingkup kebudayaan 4. Apakah Perubahan sosial dapat mempengaruhi proses pendidikan dalam membangun bangsa
Semoga makalah tentang pendidikan ini dapat dijadikan bahan referensi tugas kuliah Anda, karena dengan adanya referensi, maka penyusunan makalah pun tidak terlalu njlimet. Dan dari beberapa paragraf di atas, itu merupakan latar belakang makalah tentang P oleksosbud. Untuk mendapatkan makalah ini secara lengkap, mengingat banyaknya halaman (kurang lebih 20 hal), maka Anda harus download terlebih dahulu. Silakan download makalah tentang pendidikan pada link berikut. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial Budaya
1.
Perubahan secara lambat dan Perubahan secara cepat (dilihat dari waktu) Perubahan secara lambat = evolusi, yaitu prubahan yang memerlukan waktu lama. Cirinya : memerlukan waktu lama, perubahannya kecil, perubahan tidak disadari oleh masyarakat, tidak diikuti oleh konflik atau tidak menimbulkan kekerasan. Ex: perubahan mata pencaharian masyarakat Perubahan secara cepat = revolusi, yaitu perubahan yang terjadi dalam waktu yang sangat cepat. Ciri-cirinya membutuhkan waktu singkat, perubahannya besar
karena
menyangkut
sendi-sendi
pokok
kehidupan,
perubahan
disadari/direncanakan, seringkali diikuti oleh kekerasan atau menimbulkan konflik. Ex: revolusi Indonesia tahun 1945, reformasi Indonesia tahun 1998, revolusi industri Perancis dan Inggris.
2.
Perubahan yang pengaruhnya kecil dan pengaruhnya besar. Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan yang tidak membawa pengaruh langsung bagi kehidupan masyarakat. Ex; perubahan mode pakaian, gaya potongan rambut, dsb. Perubahan yang membawa pengaruh besar adalah perubahan yang membawa pengaruh langsung terhadap kehidupan masyarakat karena perubahan yang terjadi pada unsure-unsur social budaya masyarakat. Ex:
Industrialisasi
membawa pengaruh pada hubungan kerja, lembaga kemasyarakatan, system pemilikan tanah, pelapisan social, hubungan kekerabatan, dll.
3.
Perubahan yang dikehendaki/direncanakan dan perubahan yang tidak dikehendaki/tidak direncanakan Perubahan yang dikehendaki/direncanakan= pembangunan adalah perubahan yang sudah diperkirakan sebelumnya oleh pihak-pihak tertentu yang ada dalam masyarakat. Perubahan yang tidak dikehendaki/tidak direncanakan adalah perubahan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Biasanya perubahan tidak dihendaki muncul sebagai dampak dari perubahan yang direncanakan.
Secara garis besar perubahan social menyangkut perubahan dalam: a. kelompok social b. stratifikasi social c. lembaga-lembaga social d. interaksi social
Faktor Pendorong Perubahan Sosial a. Menurut Alvin Betrand: awal dari proses perubahan social adalah komunikasi yaitu penyampaian ide, gagasan, nilai, kepercayaan, keyakinan dsb, dari satu pihak ke pihak lainnya sehingga dicapai kata kesepahaman. b. Menurut David Mc Clelland: dorongan untuk perubahan adalah adanya hasrat meraih prestasi ( need for achievement) yang melanda masyarakat c. Prof. Soerjono Soekanto: Perubahan social disebabkan oleh factor intern dalam masyarakat itu dan factor ekstern. Faktor Intern antara lain: 1)
Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)
2)
Adanya Penemuan Baru: -
Discovery:
penemuan ide atau alat baru yang
sebelumnya belum pernah ada -
Invention
: penyempurnaan penemuan baru
-
Innovation
/Inovasi: pembaruan atau penemuan baru
yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada. Penemuan baru didorong oleh : kesadaran masyarakat akan kekurangan unsure dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat 3)
Konflik yang terjadii dalam masyarakat
4)
Pemberontakan atau revolusi
Faktor ekstern antara lain: 1)
perubahan alam
2)
peperangan
3)
pengaruh kebudayaan lain melalui difusi(penyebaran kebudayaan), akulturasi ( pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi)
Jadi menurut Soerjono Soekanto
factor pendorong perubahan social
adalah: 1)
sikap menghargai hasil karya orang lain
2)
keinginan untuk maju
3)
system pendidikan yang maju
4)
toleransi terhadap perubahan
5)
system pelapisan yang terbuka
6)
penduduk yang heterogen
7)
ketidak puasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
8)
orientasi ke masa depan
9)
sikap mudah menerima hal baru.
Ciri perubahan social adalah :
1)
setiap masyarakat pasti mengalami perubahan, baik lambat maupun cepat
2)
perubahan yang terjadi pada suatu lembaga kemasyarakatan akan diikuti dengan perubahan pada lembaga-lembaga social lain nya
3)
perubahan social yang cepat biasanya menimbulkan disintegrasi yang bersifat sementara karena berada dalam proses penyesuaian diri.
Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
a)
kurangnya hubungan terhadap masyarakat lain ex; suku-suku bangsa yang masih di pedalaman
b)
pendidikan yang terbelakang
c)
masyarakat yang bersikap tradisional ; mempertahankan tradisi, penguasa yang konservatif
d)
adanya kepentingan yang tertanam dengan kuat sekali pada sekelompok orang (Vested Interest) Ex: kelompok yang sudah mapan biasanya tidak menghendaki terjadi perubahan karena takut posisinya terancam, ta kut hidup susah
e)
ketakutan akan terjadi disintegrasi
f)
prasangka buruk terhadap unsure budaya asing
g)
hambatan ideologis, Ex : adanya anggapan bahwa suatu perubahan bertentangan dengan suatu ajaran agama tertentu dll
Macam-macam Proses Perubahan Sosial Budaya: a)
Akulturasi b)
Asimilasi
c)
Difusi
d)
Discovery
e)
Invention
f)
Inovasi
g)
Modernisasi: adalah proses perubahan tradisi, sikap, dan system nilai dalam rangka menyesuaikan diri dengan kemajuan yang telah dicapai oleh
bangsa lain, sehingga suatu bangsa dapat bertahan secara wajar di tengahtengah tekanan berbagai masalah hidup di dunia dewasa ini h)
Globalisasi: adalah suatu system atau tatanan yang menyebabkan seseorang atau
Negara
tidak mungkin untuk mengisolasikan diri sebagai
akibat dari kemajuan teknologi dan komunikasi dunia. Atau suatu kondisi dimana tidak ada lagi batas-batas antara satu
Negara
dengan
Negara
lain
dalam hal teknologi komunikasi.
Dampak perubahan social budaya : ·
Dampak Negatif Modernisasi a.
sikap materialistic : orang lebih mengejar kekayaan materi dibanding dengan kualitas diri
b.
sikap individualistic: memperjuangkan kepentingan dirinya sendiri dibanding menolong orang lain
c.
sikap konsumerisme: sikap hidup yang boros / konsumtif
d.
kesenjangan social ekonomi : timbulnya pelapisan social yang kuat ant yang kaya dengan yang miskin
e.
pencemaran / kerusakan lingkungan alam
f.
kriminalitas
g.
kenakalan remaja
·
Dampak Negatif Globalisasi a.
Unsur-unsur budaya asing yang masuk Indonesia terutama teknologi komunikasi berakibat pada munculnya perilaku kekerasan di masyarakat, semakin berkembangnya gaya hidup free sex, semakin maraknya pornoaksi.
Dampak positif Globalisasi a.
cepat masuknya budaya asing yang memperkaya budaya Indonesia
b.
Perubahan pola pikir tradisional menjadi pola piker rasional, sistematis, analitis, logis
c.
Munculnya sikap lebih menghargai waktu, mau bekerja keras
d.
Munculnya pola pembagian kerja antara pria dan perempuan berdasarkan kemampuan, semakin menipis perilaku diskriminasi terhadap perempuan
e.
Berkembangnya ilmu pengetahuan
f.
Berkembangnya cara berpikir kritis,
Tantangan baru bangsa
Indonesia
akibat globalisasi yang dapat mengancam
eksistensi jati diri Bangsa Indonesia: a. Guncangan budaya (cultural shock) Ketidaksesuaian unsure-unsur yang saling berbeda sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan social yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Budaya yang masuk ke suatu masyarakat tidak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat, kondisi seperti inipun juga dapat menimbulkan keguncangan budaya. b. Ketertinggalan budaya (cultural lag) Perumbuhan
atau
perubahan
unsure
kebudayaan
yang
mengalami
perubahan tidak sama cepatnya misalnya perubahan pada budaya material akan lebih cepat berubah dibanding budaya immaterial. Ketidak seimbangan perubahan antara budaya material dan immaterial itulah yang disebut dengan ketertinggalan budaya
Antisipasi memudarnya jati diri bangsa karena globalisasi a)
mamperkuat ideology dan nasionalisme melalui berbagai kegiatan misalnya;upacara bendera,
b)
pengimbangan kemajuan ilmu pengetahuan dengan iman
c)
mencegah meluasnya narkoba, pornoaksi melalui teknologi, miras dll
d)
mencintai produk dalam negeri
e)
meningkatkan persatuan dan kesatuan
f)
menjaga kelestarian lingkungan hidup
g)
orangtua semakin aktif dalam mendidik anak
h)
selektif terhadap budaya aasing yang masuk
menjaga kelangsungan nilai dan norma masyarakat