h. Persyaratan Perancangan Interior pada Museum 1. Prinsip-prinsip Desain Modern Tata Pameran Museum Untuk mengadakan pameran di museum hendaknya kita bertolak dari tiga faktor yang penting. Pertama faktor koleksi, kedua faktor manusia sebagai pengunjung dan yang ketiga adalah faktor sarana pameran. Ketiga faktor ini kait berkait hubungannya dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
Faktor Koleksi: Koleksi yang dipamerkan, hendaknya dapat ditampilkan
secara utuh. Sehingga harus bisa terkesan nilai-nilai hakekatnya disamping harus tampak pula nilai lahiriah dan keindahan benda. Benda-benda koleksi yang akan dipamerkan harus diseleksi dahulu agar tidak terlalu banyak, hingga tidak menimbulkan kesan sangat padat/penuh, tetapi harus memberi kesempatan lebih luas dan jelas pada penglihatan pengunjung. Tata pameran yang sederhana justru dapat menaikkan nilai benda koleksi yang dipamerkan. Harus dihindari adanya unsur dekorasi ataupun unsur-unsur lain yang lebih dominan dari penampilan benda koleksi itu sendiri yang mungkin akan mengganggu konsentrasi pengunjung. Utamakanlah kehadiran benda-benda koleksi tersebut. Disamping faktor keindahan dan nilai benda ada suatu hal yang harus diperhatikan, dan hal ini biasanya kurang mendapat perhatian dari penyelenggara pameran, yaitu faktor perlindungan dan kebersihan benda koleksi. Koleksi harus dibersihkan dari kotoran, apabila rusak harus diperbaiki dahulu sebelum dipamerkan.
Faktor Pengunjung: Pameran yang disajikan harus dapat memuaskan dan
menyenangkan pengunjung. Susunannya harus dapat memberikan pengarahan serta tata ruangannya supaya juga memberikan kebebasan bergerak pengunjung dalam ruangan pameran itu. Karena itu dalam menyusun lemari-leari pajang(vitrine) maupun papan-papan panel, harus diatur sedemikian rupa sehingga pameran itu cukup luas dan pengunjung tidak merasa sempit.
Faktor Sarana: Penggantian koleksi pameran secara teratur sangat penting
sebagai salah satu daya tarik pengunjung. Dalam hal ini perlu diciptakan sistem tata pameran yang memungkinkan mudahnya perubahan-perubahan koleksi tersebut. Tetapi apabila karena sesuatu hal sukar dilakukan, mungkin karena vitrine yang tersedia dipameran tetap sulit dirobah, maka untuk daya tarik pengunjung perlu lebih digiatkan pameran-pameran temporer. 2. Perencanaan dan Metode Pameran: Tema harus ditentukan lebih dahulu kemudian memilih bendabenda koleksi yang akan dipamerkan sesuai dengan tema yang dipilih dan membuat desain sarana (ruangan, vitrine, panel, dsb) disesuaikan dengan benda-benda yang akan dipamerkan dan ruang dimana pameran itu diletakkan. Disertai desainsirkulasi pengunjung dan tata letak benda termasuk tata warna dan pencahayaannya. Jenis bahan yang akan digunakan sudah harus direncanakan pula.
Ada tiga macam metode penyajian/pameran di museum.
Metode pendekatan estetis, yaitu cara penyajian benda-benda koleksi dengan mengutamakan segi keindahan dari benda-benda yang dipamerkan. Ini berlaku bagi benda-benda kebudayaan materia atau benda-benda kesenian.
Metode pendekatan romantika, yaitu cara penyajian benda-benda koleksi tersebut disusun sehingga dapat mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan.
Metode pendekatan intelektual, yaitu cara penyajian benda-benda koleksi tersebut disusun sehingga dapat mengungkapkan dan memberikan informasi ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan benda-benda yang dipamerkan.
3. Sistematis Pameran Terdapat beberapa sistem untuk menyajikan/menata koleksi dalam pameran yaitu menurut kronologis, fungsi, jenis, materi dan tempat asala. Berdasarkan fungsinya; yaitu koleksi yang dipamerkan, ditata berdasarkan kegunaan (fungsi) dari benda-benda koleksi itu. Berdasarkan jenis; dalam hal ini benda-benda koleksi yang dipamerkan disusun berdasarkan jenisnya. Berdasarkan materi; sistematis ini penyusunan benda koleksi yang dipamerkan berdasarkan materi obyeknya.
Dan yang terakhir ialah sistematis berdasarkan tempat asal atau geografis. Benda-benda koleksi disusun berdasarkan tempat asal benda itu. 4. Bentuk Pameran Bentuk pameran museum bentuknya dapat dibagi menjadi tiga. Yaitu pameran tetap, pameran temporer, dan pameran keliling Pameran tetap, ialah pameran yang felatif tidak akan diubah-ubah lagi terutama mengenai sistematis penggolongan benda-benda koleksinya. Tema pameran harus dapat menggambarkan kesatuan wilayah dalam bidang sejarah alam dan budaya. Pameran temporer, merupakan pameran yang tidak tetap. Sewaktu-waktu dapat diadakan dalam jangka waktu tertentu dan dalam variasi waktu yang singkat. Pameran keliling, merupakan sesuatu paket, yang dirancang dalam suatu program pameran keliling, lengkap mencakup keseluruhan sarana-sarana pamerannya, dibantu oleh koleksi museum koleksi daerah tempat tujuan, yang disusun berdasarkan suatu pokok khazanah budaya, yang barang-barangnya berasal dari seluruh atau dari hampir seluruh pelosok Tanah Air Indonesia. 5. Perencanaan Pameran (Ergonomi dan Studi Gerak) Kemampuan gerak anatomi manusia terbatas. Karena itu dalam menata koleksi harus pula memperhitungkannya. Jika menyusun objek-objek di luar batas pandangan ini akan mengakibatkan leher merasa pegal dan mata menjadi penat, akhirnya akan menjemukan
orang. Hendaknya disesuaikan dengan ukuran tubuh manusia pada umumnya. Ukuran tinggi rata-rata orang Indonesia. Tinggi rata-rata
: Pandangan mata
Pria
: 1.65 m
: ± 1.60 m
Wanita
: 1.55 m
: ± 1.50 m
Anak
: 1.15 m
: ± 1.00 m
Kalau memamerkan benda yang sangat besar atau tinggi, sebaiknya objek ditempatkan di tempat yang luas agar orang mudah melihatnya.
Dalam mempersiapkan penyelenggaraan pameran museum diperlukan sarana pendukung yang memadai dan menarik (Sunarso, 2000), antara lain :
Vitrine Vitrine adalah lemari pajang untuk menata benda-benda koleksi.
Umumnya dipergunakan untuk tempat memamerkan benda-benda tiga dimensi, benda-benda yang tidak boleh disentuh, benda-benda karena kecil bentuknya atau karena tinggi nilainya. Bentuk Vitrine ada dua macam, yaitu Vitrine-tunggal dan Vitrineganda. Vitrine-tunggal adalah vitrine yang hanya berguna untuk memajang koleksi saja sedangkan vitrine ganda adalah vitrine yang mempunyai dua fungsi untuk pemajangan dan bagian bawah untuk menyimpan benda-benda koleksi yang tidak terpakai. Bentuk Vitrine harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut : a. Keamanan koleksi harus terjamin. Bentuk Vitrine selain harus indah juga harus kokoh dan kuat. Benda-benda yang tersimpan di dalam vitrine harus aman dari pencemaran dan pencurian. Selain itu, konstruksinya harus direncanakan agar sirkulasi udara dapat beredar dengan baik, sehingga udara di dalam vitrine dapat dikendalikan, tidak terlalu panas dan tidak terlalu lembab. Untuk Vitrine yang terdapat lampu di atasnya, harus diberi lubang agar panas lampu keluar sehingga tidak merusak koleksi di dalam vitrine.
Untuk vitrine pada pameran temporer sebaiknya kakinya diberi roda agar mudah memindah-mindahkanya.
Gambar 1 ( Vitrine Ganda dan Vitrine Tunggal)
b. Memberi kesempatan kepada pengunjung agar lebih leluasa dan mudah serta enak melihat koleksi yang ditata di dalamnya. Vitrine tidak boleh terlalu tinggiataupun terlalu rendah. Tinggi rendah sangat relatif. Sebagai patokan kita sesuaikan dengan tinggi rata-rata tubuh manusia Indonesia. Umpama tinggi ratarata orang Indonesia kira-kira antara 160cm sampai dengan 170 cm, dan kemampuan gerak anatomis leher manusia sekitar 300 (gerak ke atas, bawah dan samping) maka tinggi vitrine seluruhnya kira-kira 240 cm sudah memadai, alas terendah 6575 cm dan tebal vitrine minimal 60 cm.
Gambar 2 ( Patokan ukuran vitrine yang telah disesuaikan dengan tinggi tubuh orang Indonesia)
c. Pengaturan cahaya tidak boleh menggangu pengunjung dan tidak boleh merusak koleksi yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu untuk tidak menggangu pengunjung, lampu harus diletakkan di tempat yang terlindungi (tertutup) .Kemudian agar benda-benda koleksi yang terdapat di dalam museum tidak rusak maka intensitas cahaya harus diperhatikan. Untuk benda-benda organic seperti kayu, kulit, kain kertas dan barang-barang yang berwarna harus menggunakan cahaya 50 lux – 150 lux.
Gambar 3 (Cara meletakkan lampu di langit-langit vitrine agar jangan sampai menyilaukan pengunjung)
d. Bentuk Vitrine harus disesuaikan dengan ruangan yang akan ditempati oleh vitrine tersebut. Menurut bentuknya disesuaikan dengan penempatanya, ada bermacam-macam antara lain sebagai berikut : o Vitrine dinding. Vitrine yang diletakkan berhimpitan dengan dinding. Vitrine ini dapat dilihat bagian dalamnya hanya dari satu sisi samping, dan dari depan. Bagian yang terlihat diberi
kaca polos sedangkan yang berhimpitan ditutup dengan papan. o Vitrine tengah Vitrine ini diletakkan ditengah tidak melekat pada dinding, isinya harus dapat dilihat dari segala sisi. Keempat sisi terbuat dari kaca polos dan untuk menerangi vitrine digunakan lampu sorot yang diletakkan di atas plafon atau sudut ruangan. o Vitrine sudut Vitrine yang diletakkan di sudut ruangan. Vitrine ini hanya dilihat dari satu arah saja, ialah dari depan, dinding yang lain melekat pada dinding ruangan. Pemasangan lampulampu sama dengan vitrine dinding.
(Cara pemasangan kabel pada vitrine ) (1. Sakelar untuk menyalakan dan memadamkan lampu dalam vitrine) (2. Sikring Pengaman)
Gambar 5 (Vitrine Sudut)
o Vitrine lantai Vitrine yang letaknya agak mendatar di bawah pandangan mata kita. Biasanya untuk menata benda-benda kecil ) yang harus dilihat dari dekat), seperti perhiasan, mata uang, permata,dll. Menempatkanya dapat digantungkan ke dinding, berdiri sendiri atau bergabung dengan vitrine lain.
Vitrine lantai ( Vitrine duduk) ukuranya jangan terlalu rendah, karena akan menyulitkan orang meilhat koleksi di dalamnya. Untuk pengujung anak-anak dapat pula diletakkan tangga di seputarnya.
Gambar 6 (Kombinasi antara Vitrine duduk dan Vitrine dinding dan dibawahnya apabila masih diperlukan bisa dijadikan tempat penyimpanan)
o Vitrine-tiang. Museum yang menggunakan bangunan-bangunan lama ataupun museum baru yang meniru gaya bangunan tradisional, biasanya bangunan tersebut banyak terdapat tiang-tiang di dalamnya. Untuk menghemat tempat dan
menserasikan ruangan kita bisa membuat vitrine khusus yang ditempatkan di seputar tiang tersebut.
Gambar 7 (Vitrine Tiang )
Panel Kegunaan panel bermacam-macam, sebagai sekat pemisah ruangan, sarana penerangan, dan sarana pameran. Bentuknya tidak selalu harus merupakan bidang datar yang tergak berdiri sendiri seperti papan tulis tetapi dapat pula terdiri dari beberapa bidang, dapat melengkung ataupun cembung, miring dan lain sebagainya. Bentuknya disesuaikan dengan komposisi ruangan dan selera perencana.
Gambar 8 (Contoh-contoh panel)
Sebagai sarana pameran, panel berfungsi sebagai tempat meletakkan benda-benda dua dimensi, misalnya foto, gambar, lukisan, peta,dan sebagainya. Selain daripada itu juga dapat digunakan untuk bendabenda yang berbentuk pipih seperti topeng, buku ,kain,dsb.
Jika sekiranya panel itu akan dipakai untuk benda-benda berharga,maka panel tersebut harus dibuat tutup kaca agar bendabenda yang ada di dalamnya akan terlindungi.Bentuk panel dapat dibagi dua, yaitu panel tunggal dan panel ganda dengan vitring.
Gambar 9 (Panel juga dapat dijadikan sarana penerangan, penunjuk, dan tempat pemberitahuan)
Merencanakan panel harus memperhatikan : 1. Bahwa panel harus mudah dilihat dan bagus dipandang. Mudah dilihat dalam pengertian, bahwa barang atau sesuatu yang ditata pada panel tersebut harus dengan jelas dan menyenangkan bagi orang yang melihat. Jadi posisinya dan juga komposisinya harus bagus. 2. Mudah dipindah-pindahkan sesuai dengan fungsinya, maka panel harus mudah dipindah-pindahkan. Harus bisa dibongkar dan mudah dirakit kembali. Kalau panel itu dibuat semi permanen, kaki-kakinya diberi roda agar mudah
mendorongnya
apabila
sewaktu-waktu
perlu
dipindahkan
peletakanya.
Gambar 10 (Bentuk panel yang dapat dirakit. Panel ini ditempatkan di tengah ruangan. Bilah panel yang tidak menutupi seharusnya sangat cocok untuk ruangan pameran yang tidak begitu luas)
3. Kokoh Konstruksinya Karena panel harus mudah dirakit dan mudah dipindahpindahkan, maka harus kokoh konstruksinya. Bentuk yang pipih itu jangan sampai mudah terbalik.Apabila panel itu akan dipasang lampu-lampu pada bagian atasnya, maka cara pemasanganya sama dengan lampu dalam vitrine yaitu sinarnya tidak boleh menyilaukan pengunjung.
Gambar 11 (Bentuk panel dengan vitrine duduk)
Gambar 12 (Cara pemasangan lampu pada panel)
Box Standard ( Alas berbentuk kotak) Gunanya untuk memamerkan benda-benda yang berbentuk tiga dimensi. Ada dua macam “box standard” yang berukuran kecil ialah untuk alas benda-benda kecil yang diletakkan di dalam vitrine sebagai alat bantu agar benda-benda di dalam lemari itu dapat ditata dengan komposisi yang baik, sesuai dengan yang kita inginkan untuk menampilkan koleksi yang akan kita tonjolkan.
Bentuk box standard itu harus disesuaikan dengan koleksinya, dan harus dipertimbangkan komposisinya agar tidak menjemukan orang yang melihatnya. Kalau kotak-kotak itu akan dicat berwarna, maka warna-warna itu harus diseusaikan dengan warna benda dan warna dasar vitrine tersebut. Jangan sampai terlalu kontras, sehingga akan lebih menonjol.
Apabila benda-benda koleksi yang dipamerkan itu besar dan berat, seperti perunggu, patu batu,dsb, maka penempatanya harus
tersendiri dan dibuat kuat. Kalau tempatnya tetap maka patung batu bisa diletakkan di atas semen (tembok).
Gambar 13 (Alas patung-patung batu yang terdapat di Museum Nasional)
Gambar 14 (Kotak alas kecil untuk benda-benda koleksi yang diletakaan di dalam vitrine)
Ukuran tinggi rendah box harus disesuaikan dengan besar dan kecilnya benda koleksi yang berada di atasnya. Bagi bendabenda yang dikawatirkan akan dicuri sebaiknya ditutup dengan kaca. Pencahayaan untuk koleksi yang berada di atas box biasa dipancarkan dari arah luar.
Gambar 15 (Box standart yang bertutup kaca sebagai pengaman)
Gambar 16 (Tutup box standart dari kaca tidak mungkin dipasang lampu penyinarannya di dalam, harus dari luar dengan cahaya alam ataupun cahaya lampu sorot)
6. Penataan Pameran Menurut (Dean, 1996) ada tiga alternatif pendekatan dalam mengatur sirkulasi alur pengunjung dalam penataan ruang pamer sebuah museum : a. Alur yang disarankan (suggested) Keberhasilan pendekatan ini bergantung pada kemampuan elemen ruang dalam mengarahkan pengunjung untuk melalui jalur yang sudah disiapkan karena pengunjung masih diberi kesempatan untuk memilih jalur sesuai keinginannya.
Gambar 17 Denah pendekatan alur pengunjung dalam pameran (alur yang disarankan)
b. Alur yang tidak berstruktur (unstructured) Dalam pendekatan ini, pengunjung tidak diberikan batasan gerak dalam ruang, mereka bebas bergerak tanpa adanya alur yang harus diikuti. Biasanya pendekatan ini digunakan dalam sebuah galeri seni.
Gambar 18 Denah pendekatan alur pengunjung dalam pameran (alur yang tidak berstruktur)
c. Alur yang diarahkan (directed) Pendekatan seperti ini bersifat kaku karena mengarahkan pengunjung untuk bergerak dalam satu arah sesuai alur yang sudah direncanakan.
Gambar 19 Denah pendekatan alur pengunjung dalam pameran (alur yang tidak berstruktur)
Menurut Ernest dan Peter (2012), faktor yang mempengaruhi keputusan tata letak ruang display di museum berhubungan dengan koleksi yang ingin ditampilkan dengan cara menampilkan koleksi tersebut. Berikut beberapa tipe dasar tata letak ruang : 1. Open Plan (Tata letak terbuka) Terlihat besar dan luas, sirkulasi pengunjung bebas, function room di letakkan di basement.
2. Core and Satellite Rooms (Kamar inti dan satelit) Ruang utama untuk orientasi di museum atau pameran , sisi ruangan untuk display ( tema / koleksi ) 3. Linear Chaining (Urutan Linear) Urutan linear dari ruangan , sirkulasi terkontrol , orientasi yang jelas , pintu masuk dan keluar yang terpisah
4. Labyrinth (Labirin) Sirkulasi bebas , dipandu oleh rute dan arah yang bervariasi , pintu masuk dan keluar dapat terpisah
5. Complex (Kompleks) kelompok gabungan ruangan dari tata letak 1- 4, pengorganisasian koleksi museum yang kompleks dan konsep display
6. Round tour (Loop) atau Tur putaran Mirip dengan urutan linear (nomor 3), tetapi sirkulasi dikontrol mengarah kembali ke pintu masuk
Konsep Tampilan
Pengaturan Spasial
Berorientasi pada display item
Open Plan (1)
Orientasi sistematis
Core and Satellites (2)
Orientasi sesuai tema
Linear Chaining (3), Round tour (6)
Orientasi kompleks
Labyrinth (4), Complex (5)
7. Persyaratan Ruang Pamer Menurut (Pickard, 2002), sebuah pameran museum atau gallery terdiri dari ruang pamer permanen dan ruang pamer temporer dalam bentuk dan ukuran yang berbeda. Ruang pamer temporer dapat memperkuat dan memperluas ruang pamer permanen dan memberikan kesempatan benda pamer yang biasanya tersimpan di dalam ruang penyimpanan. Pedoman dasar merancang ruang pamer : o Dinding : permukaan dinding harus padat dan dilindungin oleh bahan yang mudah untuk diperbaiki secara langsung. Material harus
berpori
sehingga
dapat
membantu
mengontrol
kelembaban ruang pamer dengan menyerap dan melepaskan kelembaban. o Lantai : tenang, nyaman, menarik, awet, dapat merefleksi cahaya, dan mampu menahan beban berat. Biasanya kayu,
batu, dan karpet merupakan material yang cocok untuk lantai pada ruang pamer. o
Objek pamer : yang terpenting, setiap benda harus ditempatkan di tempat yang memiliki sudut pandang yang tepat dengan pencahayaan yang cukup. Setiap objek harus diberikan konteks visual. Penyajian informasi tentang masingmasing objek harus di buat dalam konteks strategi informasi keseluruhan seperti surat, penjelasan, nama, dll
o Bentuk media pamer : tampilan media pamer dapat menjadi sangat penting dalam bagian hiasan museum. Masalah bentuk dan tampilan harus di pertimbangkan seperti, latar belakang, yang sangat penting bagi media pamer dan ruang pamer serta objek lain disekitarnya. Media pamer juga harus di desain
untuk
berbagai
macam
aspek
akses
pemeliharaan termasuk objek lain didalamnya seperti pencahayaan, perlengkapan kelembabab, serta media pamer itu sendiri.
Penghawaan : tidak ada acuan yang mutlak tentang kontrol pemanasan dan kelembaban. Pengontrolan koleksi tertentu tergantung pada keadaan museum dan kondisi sebelum objek-objek tersebut disimpan. i.
Suhu,
adalah
faktor
paling
sedikit
penyebab
kerusakan lingkungan tapi penting dalam mengontrol tingkat kelembaban. Suhu rendah dapat menolong dalam mengurangi pembusukan secara kimiawi dan
biologis, tapi suhu yang di inginkan sering di atur oleh permintaan kenyamanan manusia yang harusnya tidak boleh lebih dari 19oC. ii.
Tingkat kelembaban, adalah faktor yang lebih penting dari suhu didalam suatu konservasi, semakin tinggi kelembaban, maka semakin besar resikonya. Kondisi kering dapat menghambat terjadinya korosi, namun bahan organik seperti kayu dan tekstil dapat menyusut dan mungkin menjadi rapuh. Dalam kondisi masal, korosi terjadi pada beberapa material yang tidak stabil, dan kebanyakan material organik beresiko diserang oleh serangga dan jamur. Beberapa jamur dapat menyebar dalam tingkat kelembaban serendah 60%, tapi yang benar-benar berbahaya bermulai pada tingkat 75%. Umumnya tingkat kelembababn yang dapat diterima untuk objek yang sensitif dan halus adalah 55,5%. Fluktuasi
jangka
pendek
pada
tingkat
kelembaban secara khusus dapat merukan artefakartefak. Kebanyakan artefak akan lebih aman jika di tempatkan pada ruangan dengan kelambaban 45%60%.
Pencahayaan pada bangunan museum pada umunnya sama dengan bangunan lainnya kecuali pada area pameran, pada umumnya pencahayaan terdistribusi senam tidak merata. Pada umumnya pencahayaan menggunakan pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya matahari, walaupun sedikit. Hal ini dikarenakan efek
cahaya
matahari
yang
berkesan
hidup
dibandingkan cahaya buatan yang berkesan mati.
Seorang arsitek diharapkan dapat mendesain bangunan museum dengan pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya alami. Hal ini dikarenakan untuk keseimbangan antara penglihatan dan perasaan dalam suatu bangunan. Pencampuran pencahayaan tersebut diharapkan dapat mengurangi kerugian masing – masing pencahayaan.
Permasalahan tersebut adalah seperti : “The natural pertner
in
the
combination
varies
widely
in
chromaticity and quantity, from day to day, and season, and frequently will change in both color and quantity in matter of minutes”
Warna pencahayaan, merupakan factor yang sangat penting. Menurut penelitian, pencahayaan dalam bangunan exhibisi diperlukan dau jeis cahaya. Ruangan dapat diterangi secara tidak langsung dengan cahaya fluorescent 45000. Objek yang dipamerkan mendapat pencahayaan dengan cahaya lampu incandescent tanpa filter dengan suhu 28000-31000 memberi pencahayaan spot pada objek individual, maupun pencahayaan flood dilokasi tertentu. Pencahayaan ruangan diharapkan tidak melebihi terangnya pencahayaan terhadap objek. Akan tetapi pencahayaan ruanagan juga tidak diharapkan terlalu gelap sehingga objek ang dipamerkan terlalu contrast. Perletakan pencahayaan haru dilakukan secara hati – hati untuk mencegah efek silau, dan pentulan dari silau. Usaha untuk mencegah efek silu ini dilakukan dengan memberikan lapisan kaca difusi. Oleh karena itu pada umumnya dilakukan pencahayaan secara tidak langsung pada areal pameran didalam sebuah museum. Pemanfaatan skylight cukup membantu dalam hal ini, penggunaan refleksi cahaya juga mendpat peran yang cukup penting dlam hal ini.
Sistem Signage Menurut Lawrence K. Frank [6] “Sign (signge) adalah pesan atau informasi
yang muncul secara berturut-turut atau teratur dalam hubungannya dengan tanda-tanda yang penting dan menimbulkan respon pada manunsia”. Sebuah sign muncul secara berturut-turut atau teratur, tapi maksud berturut-turut atau teratur ini tidak dijelaskan lebih lanjut sehingga untuk saat ini hal itu tidak akan menjadi pertimbangan pengertian sebuah pertanda (sign).
Signage sebagai elemen dasar yang memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi antar manusia dalam suatu bangunan atau lingkungan mengandung beberapa elemen penting. Elemen-Elemen ini akan membentuk image atau fisik keseluruhan dari sign yang juga berperan dalam keberhasilan penyampaian informasi yang ingin ditujukan oleh sign tersebut. Elemen-elemen tersebut dapat dilihat seperti pada tabel berikut
Typhography
Elemen warna sangat berperan penting terhadap keberhasillan dan kemudahan sebuah sign dapat disadari keberadaanya atau tidak. Warna dapat diterapkan pada setiap elemen sign yang lain, seperti pada teks, simbol, dan background dari sign tersebut. Penggunaan warna dalam suatu sign juga harus di pertimbangkan keefektifitasannya dalam pemilihan jenis warna.
Simbol merupakan salah satu elemen grafis yang sering digunakan pada sebuah sign. Simbol biasa merepresentasiikan sesuatu dan merupakan cara yang sederhana untuk mengkomunikasikan sesuatu yang terhalang oleh bahasa yang berbeda.
Pencahayaan
Panah
Penggunaan jenis teks juga menentukan apakah kata atau kalimat yang tertera pada sebuah sign dapat dibaca atau tidak, oleh karena itu selain mempertimbangkan ukuran yang cukup dan alasan estetika yang muncul dari penggunaan typeface tersebut, penggunaan jenis typeface yang mudah dibaca atau lebih umum dan dapat dijumpai oleh orang lain lebih sering digunakan.
Warna
Keterangan
Simbol
Elemen-Elemen Signage
Panah (arrow) sebagai elemen sign juga memegang peranan penting dalam keberhasilan penyampaian pesan dari sebuah sign. Panah berfungsi untuk menunjukan arah/orientasi, yang biasa disertai dengan teks untuk memperjelas maksud dari tanda, seperti tempat apa yang sedang diarahkan oleh gambar panah tersebut. Pencahayaan pada signage adalah hal yang penting untuk menjaga visibilitas dan leibilitas sign, terutama apabila daerah sekitar sign cukup gelap sehingga sign tidak akan terlihat tanpa cahaya. Cahaya yang sesuai dan tidak berlebihan juga dapat membuat penampilan sign lebih menarik.
8.
Perawatan Koleksi
Menurut (Sutaarga, 1989), beberapa faktor yang dapat merubah kondisi atau keutuhan koleksi dan dapat menjad gangguan, bahkan mengakibatkan kerusakan pada berbagai benda koleksi museum, antara lain suhu dan kelembaban udara, iklim, pencemaran udara, cahaya,
serangga,
mikroorganisme,
penanganan
koleksi,
pencemaran atmosferik, bahaya api dan sebagainya.
9. PENGAMANAN DALAM MUSEUM Menurut (Soekono, 1996), pengamanan museum dapat dikelompokkan menjadi : a. Pengamanan umum melalui tata kerja dan tata ruang Pengamanan lebih pada benda-benda koleksi yang disimpan di ruang koleksi. Koleksi yang sedang digunakan biasanya mendapat perhatian khusus sehingga keamanannya lebih terjamin. Tidak demikian dengan koleksi yang ada di ruang penyimpanan. Ruang penyimpanan sangat luas dan jumlah koleksinya banyak,
jumlah
petugasnya
kurang
memadai,
sedangkan pemeriksaan harus dilakukan secara rutin. Pengamanan melalui tata ruang dapat dilakukan dengan
merencanakan
hubungan
antar
ruang
penyimpanan dengan bagian bangunan lainnya agar
tidak
memudahkan
terjadinya
pencurian
atau
perusakan oleh tangan jahil. Pengunjung ke ruang penyimpanan harus diantar oleh petugas kurator dan harus melalui ruang registrasi yang merupakan ruang pengawasan.
b. Pengamanan terhadap pencurian dan tangan jahil Ada 2 jenis alat pengamanan yang sebaiknya digunakan di seluruh bangunan. Alat yang dimaksud, yaitu : i. Sistem
Perlindungan
Sekitar
(Perimeter
Protection Systems) ii. Sistem
Perlindungan
Dalam
(Interior
Protection Systems) Kedua alat diatas banyak pua ragamnya. Bagi museum yang telah memiliki sistem alarm, dapat melengkai dengan peralatan dibawah ini, yaitu : 1. Sensor pemberitahuan apabila kaca pecah (Glass Breaking Sensors) 2. Kamera Pemantau (Photoelectronic Eyes) / perangkat
CCTV,
mengkap
dan
menampilkan gambar yang diteruskan ke
monitor. Perangkat CCTV ini terdiri dari camera, monitor, video recorder, control processor. c. Pengamanan terhadap kebakaran Pengamanan terhadap kebakaran umumnya tidak dapat diperbaiki, sehingga sedapat mungkin bencana ini dapat dicegah. Mengenai kebakaran itu sendiri diadakan
pembagian
tingkat
sesuai
dengan
penyebabnya : Tingkat satu, disebabkan oleh terbakarnya bahan kertas, tekstil, kayu dll. Tingkat dua, disebabkan oleh terbakarnya bahan seperti minyak, bahan pelumas, cat, cairan yang mudah terbakar, dll Tingkat Tiga, disebabkan oleh adanya konsleting pada alat-alat listrik. pemasangan alat pendeteksi dan pemadam kebakaran, sangat membantu dalam menanggulangi kebakaran sedini mungkin. Ada 2 macam sistem pendeteksi : Pendeteksi panas (Thermal Detector)
Pendeteksi asap (Smoke Detector)
Alat pemadam kebakaran terdapat dalam berbagai bentuk dengan karakteristik bahan pemadam api dan sistem pemadam yang berbeda, yaitu : Sistem penyemprotan (Sprinkler System)
Sistem pemadam dengan gas (Gas System)
Tabung pemadam api (Portable Fire Extinguisher)
d. Pengamanan didalam ruang penyimpanan Pengamanan ini biasanya luput dari perhatian , sebab proses perusakan terjadi dengan memakan waktu atau proses yang cukup lama. Beberapa bentuk pengamanan yang dapat dilakukan di dalam ruang penyimpanan adalah sebagai berikut : o Pengaturan terhadap suhu dan kelembaban udara o Pencahayaan/ penerangan
10. Pusat Perhatian Melihat objek pada suatu bidang dalam vitrine ataupun di atas panel harus ada dalam bidang “Pusat Perhatian” faktor yang penting untuk menentukan pusat perhatian adalah kontras, perbedaan yang menyolok dalam bentuk, warna, sifat permukaan/tekstur dan arah garis.
Jangan meletakkan beberapa objek koleksi pada garis vertikal yang berdekatan dengan garis horizontal, sebab akan memberikan kesan bertumpuk dan tidak jelas.
Cara praktis untuk menempatkan objek yang tepat pada pusat perhatian ialah dengan menggunakan metode pertigaan atau perlimaan. Caranya, bagilah bidang yang akan diletakkan benda-benda koleksi tersebut menjadi tiga bagian dengan garis mendatar dan tegak lurus, perpotongan garis-garis tersebut adalah tempat yang baik untuk meletakkan benda koleksi tersebut. Kalau benda-benda agak banyak bidang tempat benda itu dibagi lima bagian.
11. Komposisi Benda-benda koleksi yang dipamerkan harus ditata sesuai dengan kepentingan atau nilai benda-benda itu sendiri. Baik buruknya
sesuatu
penataan
terutama
ditentukan
oleh
komposisinya. Komposisi yang baik adalah suatu susunan yang menyenangkan dari benda-benda, kumpulan berangbarang, perbandingan warna/kontras untuk membentuk suatu keseluruhan yang harmonis. Ketika
menyusun
dipertimbangkan
komposisi
nilai-nilai
koleksi
ini yang
harus
juga
dipamerkan.
Misalnya hendak menata empat buah koleksi keris, salah satu mempunyai nilai sejarah yang tinggi, maka keris yang satu ini harus ditata lebih menonjol. Cara menonjolkan benda bermacam-macam antara lain. a. Benda yang akan ditonjolkan harus diletakkan terpisah. Dengan demikian benda yang terpisah itu lebih kentara. b. Benda yang akan ditonjolkan ditempatkan pada alas/standar yang berbeda tinggi rendahnya. Tentunya benda- benda yang bernilai ditempatkan pada alas yang lebih tinggi. c. Benda-benda yang akan ditonjolkan diberi latar belakang dengan warna, tekstur maupun bentuk yang berbeda. d. Benda yang akan ditonjolkan disorot dengan sinar lampu sehingga benda yang nilainya lebih tinggi akan lebih terang.
Harus hati-hati menggunakan cara ini, sebab banyak bendabenda yang pekak terhadap sinar, sehingga benda itu akan rusak, lebih-lebih koleksi dari bahan kertas, tekstil dan barangbarang yang berwarna menggunakan bahan cat apabila disinari terus menerus akan rusak/pudar.