PERSEDIAAN : MASALAH PENILAIAN TAMBAHAN
Putri Dian Cecilia Alex 1613085 Regina Laurens
1613056
Lidia windiati Ongiwarno 1613036 Elika Ruslim 1613140
Kelas : C
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS ATMAJAYA MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR Segala puji syukur Kami Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena berkat dan rahmat nya kami bisa menyelesaikan tugas makalah Akuntansi Keuangan Menengah I dengan judul Persediaan : Masalah Penilaian Tambahan. Kami Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan pembuatan makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Amin.
Makassar , 24Januari 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita ketahui bahwa persediaan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan, dan sistem pencatatan serta pengelolaannya membutuhkan banyak cara, banyak sistem, banyak waktu dan harus efektif karena persediaan merupakan salah satu pilar utama atas kesuksesan suatu usaha atau perusahaan. Pengelolaan persediaan membutuhkan adanya catatan atas barang yang masuk, barang yang diproses dan juga barang yang dikeluarkan. Selain itu, persediaan juga membutuhkan penilaian, agar persediaan dapat diukur dan dapat di manajemen dengan baik agar tercapainya tujuan perusahaan yang maksimal seperti yang diharapkan. Salah satu tujuan dari akuntansi persediaan, termasuk penilaian persediaan adalah untuk menetapkan penghasilan yang wajar dengan membebankan biaya yang bersangkutan terhadap penghasilan perusahaan. Dalam proses penjualan dan pembelian dapat dilihat bahwa persediaan merupakan nilai yang tersisa setelah jumlah biaya telah dibebankan terhadap penjualan atau sebagai jumlah biaya yang tersisa untuk dibebankan terhadap penjualan di masa yang akan datang. Oleh karenanya kami tertarik untuk memperdalam tentang akuntansi persediaan dan kami salurkan melalui makalah ini, kami akan menjelaskan tentang peranan persediaan dalam pandangan penilaian tambahaannya.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini adalah : 1. Apa saja masalah-masalah penilaian terhadap persediaan? 2. Apa saja yang menyebabkan penilaian persediaan itu tidak efektif? 3. Apa yang menjadi dasar penilaian tersebut? 4. Apa metode-metode yang dipakai untuk mengatasi masalah penilaian persediaan tersebut? C. Tujuan Penyusunan 1. Menjelaskan masalah-masalah penilaian terhadap persediaan 2. Menjelaskan penyebab-penyebab dasar penilaian sehingga tidak efektif 3. Menjelaskan dasar-dasar penilaian persediaan 4. Menjelaskan metode-metode yang dipakai. D. Manfaar Penyusunan Adapun manfaat penyusunan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengerti dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan penilaian persediaan khususnya dalam segi masalah penilaian tambahannya.
BAB II PEMBAHASAN PERSEDIAAN : MASALAH PENILAIAN TAMBAHAN Tantangan yang terus dihadapi toko-toko swalayan adalah memiliki persediaan yang cukup ditangan guna memenuhi permintaan pelanggan, tetapi pada saat yang sama tidak terlalu banyak menumpuk persediaan. Jika permintaan lebih kecil dari perkiraan, maka toko swalayan mungkin terpaksa akan menurunkan harga yang mengakibatkan hilangnya pendapatan penjualan. Berdasarkan pendapat seorang analis yaitu “ ketika persediaan tumbuh lebih cepat daripada penjualan, maka laba akan jatuh.”1 Artinya, apabila peritel mengalami pertumbuhan penjualan yang lambat dan pertumbuhan persediaan yang cepat, maka penurunan harga jual biasanya tidak lama lagi akan dilakukan. Penurunan harga ini selanjutnya akan menyebabkan pendapatan penjualan dan laba menjadi lebih rendah. A. Nilai Terendah Antara Biaya Dan Harga Pasar Persediaan dicatat pada biaya awalnya.Akan tetapi, penyimpangan yang besar terhadap prisip biaya historis bisa dilakukan juka nilai persediaan menurun di bawah biaya awalnya.Apa pun alasan penutunan ini, perubahan tingkat harga, kerusakan, dan lain-lain, persediaan harus diturutkan nilainya untuk melaporkan kerugian ini. Aturan umumnya dalah bahwa prinsip biaya historis tidak dapat diterapkan apabila manfaat (kemampuan menghasilkan pendapatan) masa depan dari aktiva itu tidak lagi sebesar biaya awalnya. Oleh karena itu, perusahaan melaporkan persediaan pada nilai terendah antara biaya dan harga pasar (LCM) pada setiap periode pelaporan. Biaya atau harga pokok (cost) adalah jarga perolehan persediaan yang dihitung dengan memakai salah satu metode berdasarkan biaya historis yaitu
dengan identifikasi khusus, biaya rata-rata, FIFO atau LIFO. Istilah pasar (market) dalam frase “ nilai terendah antara biaya dan harga pasar” (LCM) umumnya berarti biaya untuk mengganti barang melalui pembelian atau reproduksi. Bagi perusahaan peritel, istilah pasar mengacu pada pasar tempat barang-barang dibeli, bukan pasar tempat barang-barang dijual, sementara bagi perusahaan manufaktur, istilah pasar mengacu pada biaya reproduksi.Jadi aturan ini berarti bahwa barang harus dinilai berdasarkan biaya atau biaya pengganti, mana yang lebih rendah. Penyimpangan dari konsep biaya historis dapat dibenarkan karena hilangnya manfaat harus dibebankan terhadap pendapatan periode di mana kehilangan itu terjadi, buka pada periode penjualan.Perhatikan bahwa metode LCM merupakan pendekatan penilaian persediaan yang konservatif.Yaitu, jika terdapat keraguan mengenai nilai aktiva, maka lebih baik mencatatnya pada nilai yang lebih rendah, yang juga menurunkan laba bersih. 1. Nilai Terendah Antara Biaya dan Harga Pasar – Batas Atas dan Batas Bawah Pemakaian biaya pengganti memungkinkan sebuah perusahaan untuk mempertahankan timngkat laba kotor yang konsisten atas penjualan (marjin laba yang normal).Akan tetapi, kadang-kadang penurunan biaya pengganti suatu barang tidak menunjukkan penurunan manfaat (utilitas). Jadi, dua pembatasan penilaian tambahan akan dugunakan untuk menilai persediaan akhir yaitu nilai realisasi bersih dan nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal. Nilai realisasi bersih (net reasizable value – NRV) merupakan etimasi harga jual dalam keadaan bisnis normal dikurangi dengan etimasi biaya penyelisaian dan penjualan yang dapat diprediksi secara layak.Jumlah teresebut dikurangi dengan marjin laba normal untuk mendaparkan nilai reaisasi bersih dikurangi marjin laba normal (net realizable value less a normal profil margin). Contoh : dengan mengasumsikan bahwa Pixar Iternational Corp. Memiliki persediaan barang yang belum jadi dengan nilai jual Rp. 20.000.000,00, estimasi biaya penyelesaian Rp. 5.000.000,00, dan marjin laba normal 10% dari penjualan, Pixar Internasional Corp. Menentukan nilai realisasi bersih sebagai berikut :
Persediaan – nilai jual
Rp. 20.000.000,00
Dikurangi : Estimasi biaya penyelesaian dan penjualan Nilai realisasi bersih
5.000.000,00 15.000.000,00
Dikurangi : penyisihan untuk marjin laba normal (10% dari penjualan)
2.000.000,00
Nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal
Rp. 13.000.000,00
Aturan umum dari “nilai terendah antara biaya dan harga pasar” adalah persediaan dinilai pada nilai terendah antara biaya dan harga pasar, dengan harga pasar dibatasi hingga jumlah yang tidak melebihi nilai realisasi bersih atau lebih rendah dari nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal. Batas atas (ceiling) adalah nilai realisasi bersih persediaan.Batas bawah (floor) adalah nilai reasisai bersih dikurangi marjin laba normal.Kedua batasan nilai persediaan itu dimaksudkan untuk mencegah persediaan dilaporkan lebih-saji atau kurang-saji. Pembatasan maksimum, tidak melebihi nilai reasisasi bersih (batas atas), mencegah lebih-saji nilai perseidaan yang rusak.Yaitu jika biaya pengganti suatu barang lebih besar dari nilai realisasi bersihnya, maka persediaan tidak boleh dilaporkan menurut biaya pengganti. Pembatasan minimum, yaitu tidak lebih rendah dari nilai realisasi bersih dikurangi
penyisihan
untuk
perkiraan
marjin
laba
normal
(batas
bawah).Pembatasan ini menetapkan batas bawah, dimana persediaan tidak boleh dinilai tanpa memperhatikan biaya penggantinya. 2. Bagaimana Nilai Terendah antara Biaya dan Harga Pasar Bekerja Jumlah yang dibandingkan dengan biaya, yang sering disebut nilai pasar yang ditetapkan (designated market value), selalu merupakan nilai tengan dari tiga jumlah : biaya pengganti, nilai tealisasi bersih, dan nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal. Aplikasi aturan nilai terendah antara biaya dan harga pasar hanya memperhitungkan kerugian nilai yang terjadi dalam kegiatan bisnis normal
yang disebabkan oleh hal-hal seperti perubahan model, perubahan permintaan, atau kerusakan akibat terlalu lama dipajang.Baran barang rusak dikurangi dari nilai realisasi bersihnya. 3. Metode Pengaplikasian LCM Lower of cost or market (LCM) bisa juga “diaplikasikan secara langsung pada setiap batang, setiap katergori, atau total persediaan.” Kenaikan harga pasar barang cenderung menoffset penutunan harga pasar batang yang lain, jika pendekatan kategori atau total persediaan yang utama digunakan dalam mengaplikasikan aturan LCM If a company follows a group of similar-or-relatedoitems or total-inventory approach in determining LCNRV, increases in market prices tend to offset decteases in market prices. Praktek yang paling umum adalah menilai persediaan atas dasar barang per barang.Karena suatu hal, aturan perpajakan mewajibkan dasar kper barang dugunakan keculai kalu tidak praktis.Selain itu, pendekatan per barang menyediakan penilaian yang paling konservatif bagi tujuan penyajian neraca. 4. Pencatatan Harga “Pasar” dam Bukan Biaya Ada dua metode yang digunakan untuk mencatat persediaan pada harga pasar, yaitu : metode langsung (direct method) dan metode tidak langsung (indirect method). a. Metode langsung (direct method), biaya digantikan dengan harga pasar (yang lebih rendah) ketika menilai persediaan. Akibatnya, tidak ada kerugian yang dilaporkan laba-rugi karena kerugian ini sudah dimasukkan dalam harga pokok penjualan. b. Metode tidak langsung (indirect method) atau metode penyisihan, tidak mengubah angka biaya, tetapi membentuk akun kontra-aktiva yang terpisah dan akun kerugian untuk mencatat penghapusan.
Ilustrasinya adalah sebagai berikut : Metode langsung
Metode tidak langsung
untuk mengurangi nilai presediaan dari biaya ke harga pasar : Harga pokok penjualan
12.000
Persediaan
kerugian akibat penurunan
12.000
harga pasar persediaan Inventory
12.000 12.000
The cost of good sold method buries the loss in the Cost of Goods Sold account. The loss method, by identifying the due to the write-down, shows the loss separate from cost of goods sold in the income statement.2 5. Evaluasi atas Aturan LCM Aturan LCM memiliki beberapa defisiensi atau kelemahan konseptual : a. Penurunan nilai aktiva dan pencatatannya sebagai beban diakui pada periode ketika utilitas ini terjadi bukan pada periode penjualan. b. Aplikasi aturan LCM menghasilkan inkonsistensi karena persediaan perusahhan mungkin dinilai menurut biaya dalam satu tahun dan pada harga pasar dalam tahun berikutnya. c. LCM menilai persediaan dalam neraca secara konsevarif, tetapi dampaknya terhadap laporan laba-rugi mungkin atau tidak mungkin bersifat konservarif. d. Aplikasi aturan LCM menggunakan ”laba normal” dalam menentukan nilai persediaan. B. Dasar Penilaian 1. Penilaian Menurut Nilai Realisasi Bersih Secara umum, persediaan dicatat pada biayanya atau menurut LCM.Akan tetapi, banyak pihak yang percaya bahwa harga pasar harus selalu didefinisikan
sebagai nilai realisasi bersih (harga jual dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan penjualan), bukan biaya pengganti, untuk tujuan mengaplikasikan aturan LCM. Dalam situasi terbatas, pencatatan persediaan menurut nilai realisasi bersih mendapat dukungan dari banyak pihak sekalipun julah ini melampaui biaya. Pengecualian ataas aturan penagkuan normal ini dibolehkan oleh GAAP jika : a. Terdapat pasar terkendali dengan harga kuota yang berlaku bagi semua kuntitas b. Tidak ada biaya penjjualan yang signifikan. c. Kadang-kadang angka biaya terlalu sulit untuk dihitung. 2. Komitmen Pembelian – Satu Masalah Khusus Komitmen pembelian merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dan dibutuhkan keberadaannya karena komitmen pembelian ini menyangkut kelangsungan profitabilitas perusahaan pada ketersediaan persesediaan barang dagangan yang mencukupi untuk memenuhi semua permintaan pelanggan. Apabila ada suatu kasus misalkan masalah kontrak pembelian, maka akan berlaku hal berikut ini yaitu jika harga kontrak melebihi harga pasar dan kerugian diperkirakan akan muncul pada saat pembeliaan dilaksanakan, maka kerugian ini harus diakui dalam periode terjadinya penurunan harga pasar. Untuk mengilustrasikan masalah akuntansinya, asumsikan bahwa St. Regis Paper Co. menandatangani kontrak penebangan kayu senilai $ 10.000.000 yang harus dipenuhi pada tahun 2007 dan harga pasar hak ini pada tanggal 31 desember 2008 turun menjadi $ 7.000.000. ayat jurnal berikut dibuat pada tanggal 31 desember 2008 : Keuntungan atau kerugian pemilikan yang belumTerealisasi – laba (komitmen pembelian)
3.000.000
Estimasi kewajiban atas komitmen permbelian
3.000.000
Kerugian kepemilikan yang belum terealisasi ini akan dilaporkan dalam laporan laba-rugi di bawah kelompok beban dan kerugian lain-lain. Estimasi kewajiban atas komitmen pembelian akan dilaporkan dalam kelompok kewajidan lancer dari neraca Karena kontraknya kan dilaksanakan pada tahun fiskal
berikutnkya. Ketika perusahaan memotong kayu dengan biaya $10 juta, ayat jurnal berikut adan dibuat : Pembelian (persediaan)
7.000.000
Estimasi kewajiban atas komitmen pembelian
3.000.000
Kas
10.000.000
C. Metode Kotor Untuk Mengetimasi Persediaan Tujuan dasar dari perhitungan fisik persediaan adalah untuk memeriksa keakuratan catatan persediaan perpetual atau, jika tidak ada catatan, untuk mengetahui jumlah persediaan. Salah satu metode yang dimaksud adalah metode laba kotor, metode ini digunakan secara luas oleh para auditor dalam situasi dimana hanya diperlukan suatu estimasi atas persediaan perusahaan. Metode ini juga digunakan ketika catatan perusahaan atau persediaan itu sendiri telah musnah akibat kebakaran atau bencana lain. Metode laba kotor didasarkan pada tiga asumsi : -
Persediaan awal ditambah pembelian sama dengan total barang yang diperhitungkan
-
Barang yang belum terjual harus berada di tangan
-
Jika penjualan, dikurangi biaya, dikurangikan dari jumlah persediaan awal ditambah pembelian, maka hasilnya adalah persediaan akhir.
1. Perhitungan Persentase Laba Kotor a. Laba kotor atas harga jual =
Persentase markup atas biaya 100% + persentase markup atas biaya
b. Persentase markup atas biaya =
Laba kotor atas harga jual 100% - laba kotor atas harga jual
2. Evaluasi atas Metode Laba Kotor
Salah satu kelemahan utama metode laba kotor adalah bahwa metode ini menghasilkan suatu emisi, akibatnya, perhitungan fisik persediaan harus dilakukan sekali setahun untuk memeriksa jumlah persediaan yang sebenarnya ada ditangan.Kedua, metode laba kotor menggunakan persentase masa lalu dalam menentukan markup.Ketiga, aplikasi persentase laba kotor kelompok harus dilakukan secara hati-hati. D. Metode Persediaan Eceran Akuntansi untuk persediaan dalam bisnis eceran memberikan tantangan.Akan sangat sulit menentukan biaya setiap penjualan, mencatat kode biaya pada kartu, mengubah
kode untuk mencerminkan
penurunan
nilai barang
dagang,
mengalokasikan biaya seperti transportasi, dan sebagainya. Alternative yang bisa dilakukan adalah menyusun persediaan menurut harga eceran.Dalam sebagian besar perusahaan eceran, terdapat pola yang dapat diamati antara biaya dengan harga.Karena itu, harga eceran dapat dikonversikan menjadi biaya dengan suatu rumus. Metode ini, yang dinamakan metode persediaan eceran, mensyaratkan bahwa pencatatan dilakukan atas : a. Total biaya dan nilai eceran dari barang yang dibeli b. Total biaya dan nilai eceran barang yang tersedia untuk dijual, dan c. Pernjualan periode berjalan. Ada beberapa versi metode persediaan eceran yaitu metode konvensional (nilai terendah antara biaya rata-rata dan harga pasar), metode biaya eceran LIFO, metode biaya eceran LIFO nilai dolar.Salah satu keunggulannya adalah bahwa saldo persediaan dapat diestimasikan tanpa perhitungan fisik. 1. Konsep Metode Eceran Pembatalan markup adalah penurunan harga barang dagang yang sebelumnya telah dimarkup diatas harga eceran awal.Dalam pasar kompetitif, peritel sering kali
perlu
menggunakan
markdown,
yakni
penurunan
harga
jual
awal.Markdown terhadap harga jual mungkin diperlukan karena adanya penurunan tingkat harga umum, penjualan khusus, kerusakan barang,
kelebihan persediaan, dan persaingan. Pembatalan markdown terjadi apabila markdown kemudian dioffset oleh kenaikan harga bang yang sebelumnya telah dimarkdown yaitu setelah penjualan satu hari. 2. Pos-pos Khusus yang Berhubungan dengan Metode Eceran Metode persediaan eceran akan menjadi rumit apabila pos-pos seperti transportasi masuk, retur pembelian dan pengurangna harga, dan diskon pembelian terlibat. Dalam metode eceran, kita memperlakukan pos-pos semacam itu sebagai berikut: -
Biaya pengangkutan (freight cost) diperlukan sebagian dari biaya pembelian
-
Retur pembelian (purchase return) dbiasanya dipandang sebagai pengurangan baik pada biaya maupun harga eceran.
-
Diskon pembelian dan pengurangan harga (purchase discount and allowances) biasanya dipandang sebagai pengurang biaya pembelian. Selain itu, sejumlah pos-pos khusus juga memerlukan analisis yang seksama:
-
Transfer masuk
-
Kekurangan normal
-
Kekurangan abnormal
-
Diskon untuk karyawan
3. Evaluasi atas Metode Persediaan Eceran Perusahaan –perusahaan yang menggunakan metode persediaan eceran untuk menghitung persediaan karena alasan berikut : a. Agar laba bersih dapat dihitung tanpa harus melakukan perhitungan fisik persediaan b. Sebagai ukuran pengendalian dalam menentukan kekurangan persediaan c. Dalam pengaturan kuantitas barang dagang ditangan d. Untuk informasi asuransi E. Penyajian Dan Analisis
Penyajian Persediaan Standar akuntansi mewajibkan laporan keuangan mengungkapkan komposisi dari persediaan, pengaturan pembiayaan persediaan, dan metode kalkulasi biaya persediaan yang digunakan. Dasar penilaian persediaan dan metode yang dipakai dalam menghitung biaya (LIFO, FIFO, biaya rata-rata, dan sebagainya) juga harus dilaporkan.sebagai contoh, laporan tahunan Pixar Internasional Corp. berisi pengungkapan sebagai berikut : Pixar International Corp. Catatan A : Kebijakan akuntansi yang signifikan Ternak dan makanannya – biaya last-in, first-out (LIFO), yang lebih rendah dari perkiranaan harga pasar
$854.800
kandang ternak – yang terendah antara biaya atau harga pasar yang terutama dapat diperkirakan
$1.240.500
domba hidup dan perlengkapan – yang terendah antar biaya first-in, first-out (FIFO) dan harga pasar
$674.000
daging siap jual dan produk sampingan – terutama menurut harga pasar dikurangi penyisihan untuk beban distribusi dan penjualan
$362.630
Analisis Persediaan Pengelolaan persediaan adalah hal yang sangat perlu diperhatikan secara terus-menerus karena kalau kebijakan persediaan pengelolaannya kurang bagus maka akan mengakibatkan efek yang sangat fatal bagi perusahaan. Disini akan dibahasa rasio-rasio keuangan yang dapat diguanakan untuk mencari jalan tengah diantara persoalan-persoalan. 1. Rasio perputaran persediaan
Rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali, secara rata-rata, persediaan terjual selama suatu periode.Tujuannya adalah untuk mengukur likuiditas persediaan.Rasio perputaran persediaan dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata yang ada di tangan selama suatu periode. 2. Jumlah hari rata-rata untuk menjual persediaan Salah satu varian dari resiko perputaran persediaan adalah jumlah hari ratarata untuk menjual persediaan, yang merupakan jumlah hari rata-rata penjualan persediaan yang ada ditangan.Tingkat persediaan umumnya berbeda-beda dalam setiap industry.Akan tetapi, perusahaan yang mampu mempertahankan tingkat persediaan yang rendah, dan memiliki rasio perputaran persediaan yang lebih tinggi daripada pesaingnya, serta mampu memenuhi kebutuhan pelanggan, adalah contoh perusahaan yang paling sukses.
BAB III PENUTUP
persediaan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan, dan sistem pencatatan serta pengelolaannya membutuhkan banyak cara, banyak sistem, banyak waktu dan harus efektif karena persediaan merupakan salah satu pilar utama atas kesuksesan suatu usaha atau perusahaan. Pengelolaan persediaan membutuhkan adanya catatan atas barang yang masuk, barang yang diproses dan juga barang yang dikeluarkan. Selain itu, persediaan juga membutuhkan penilaian, agar persediaan dapat diukur dan dapat di manajemen dengan baik agar tercapainya tujuan perusahaan yang maksimal seperti yang diharapkan. Dari hal tersebut akan memungkinkan terjadi banyak kesalahan dan kekeliruan oleh karenanya diperlukan penilaian yang lebih untuk mengevaluasi pencatatan dari persediaan, baik itu masukan maupun pengeluaran. Sehingga dengan itu maka alur usaha suatu perusahaan akan lebih jelas dan akan mengurangi kesalahpahaman pencatatan antara satu departemen dengan departemen lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Baridwan, Zaki, 2010, Intermediate Accounting edisi 8, Yogyakarta : BPFE. Kieso, Donald E, Jerry J. Weygant, Terry D. Warfield, 2008, Akuntansi Intermediate edisi ke dua belas jilid 1, Jakarta : Erlangga. Kieso, Donald E, Jerru J. Weygant, Terry D. Warfield, 2012, Intermediate Accounting IFRS Edision, United States of America : Wiley.