Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013
PERILAKU HIGIENE PENGOLAH MAKANAN BERDASARKAN PENGETAHUAN TENTANG HIGIENE MENGOLAH MAKANAN DALAM PENYELENGGARAAN PENYELENGGARA AN MAKANAN DI PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN OLAHRAGA OLAHRAGA PELAJAR PELAJAR JAWA TENGAH TENGAH
HYGIENE BEHAVIOR OF CHEF BASED FOOD HYGIENE HYGIENE KNOWLEDGE IN THE OPERATION OF FOOD PROCESSING IN CENTER FOR EDUCATION AND TRAININ TRAINING G SPORTS SPORTS STUDEN STUDENT T IN CENTRA CENTRAL L JAVA JAVA Suci Fatmawati, Ali Rosidi, Erma Handarsari
Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
Ab A bstrac stract t
The implementation of food food hygiene and healthy food into basic basic principles of operation of of the institution. chef has an important role in the smooth running of the production process because workers are planners, implementers and managers in an organization of food. There are four (4) factors that allow the transmission of disease through the food hygienic behavior, sources of infectious disease, the presence of the media (food, drinks) and recipient-recipient. The purpose of this study was to determine hygiene behavior based on chef knowledge of food processing hygiene in food holding in Center For Education And Training In Sports Sports Student Central Java. Type Type of study is a descriptive with cross-sectional cross-sectional method, in which the cause and effect variables were measured at the same time. The research sample is whole chef in Sports Education and Training Center Student Central Java that as many as 6 people. The results showed that 50% of respondents had a good knowledge and 50% medium category. Knowledge chef is good enough, but seen from the behavior of chef is still less attention to hygiene. This shows that there is no relationship between knowledge of food hygiene and hygiene behavior chef. Keywords: knowledge knowledge and behavior, behavior, hygiene, chef dapat menimbulkan dampak negatif seperti
PENDAHULUAN
penyakit dan keracunan akibat bahan kimia, Upaya higiene dan sanitasi makanan pada dasa dasarn rnya ya
meli melipu puti ti
oran orang g
yang yang
mikroorganisme, tumbuhan atau hewan, serta
mena menang ngan anii
dapat pula menimbulkan alergi.
makanan, tempat penyelenggaraan makanan,
Faktor
kebersihan
penjamah
atau
peralatan pengolahan makanan, penyimpanan
pengelola makanan yang biasa disebut higiene
makanan dan penyajian makanan (Purnomo,
personal
2009 dalam Afriyenti, 2002).
kebersihan dalam pengelolaan makanan yang
merupakan
prosedur
menjaga
Penyelenggaraan makanan yang higiene
aman dan sehat. Prosedur menjaga kebersihan
dan sehat menjadi prinsip dasar penyelenggaraan
merupakan perilaku bersih untuk mencegah
makanan institusi. Makanan yang tidak dikelola
kontaminasi pada makanan yang ditangani.
dengan baik dan benar oleh penjamah makanan
Prosedur yang penting bagi pekerja pengolah
45
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013
makanan adalah pencucian tangan, kebersihan
makanan. Data tentang pengetahuan didapatkan
dan kesehatan diri. Di Amerika Serikat 25% dari
dengan cara wawancara terhadap responden
semua penyebaran penyakit melalui makanan,
dengan
disebabkan pengolah makanan yang terinfeksi
sedangkan data perilaku diperoleh dengan cara
dan higiene personal yang buruk.
pengamatan langsung terhadap responden. Data
menggunakan
instrumen
kuesioner,
Makanan merupakan kebutuhan dasar
sekunder diperoleh dari catatan yang ada di
manusia untuk dapat melanjutkan kehidupannya.
PPLP Jawa Tengah meliputi gmbaran umum
Begitu
penyelenggaraan makanan di PPLP dan data
juga
bagi
atlet,
makanan
sangat
dibutuhkan untuk menjaga kesehatan jasmaninya
jumlah responden.
agar tidak mudah sakit dan fisiknya tetap kuat.
Data pengetahuan diukur berdasarkan
Untuk itu makanan yang diberikan harus sehat,
jawaban kuesioner dengan menjumlah skor yang
disamping memiliki nilai gizi yang optimal juga
benar dibagi nilai maksimal dikalikan dengan
tidak
serta
100% kemudian dikategorikan menjadi tiga
higiene. Bila salah satu faktor tersebut terganggu
kategori yaitu kategor baik jika > 80%, sedang
maka
jika 60% - 80%, kurang jika < 60%.
mengandung makanan
bahan yang
berbahaya dihasilkan
akan
menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit
Data perilaku higiene pengolah makanan
bahkan keracunan makanan. (Djarismawati, 2004
diukur berdasarkan pengamatan, pengamatan
dalam Fauziah, 2010)
dikategorikan
Tujuan
penelitian
ini
adalah
untuk
menjadi
dua,
yaitu
Ya
jika
dilakukan diberi skore 1 dan Tidak jika tidak
perilaku higiene pengolah makanan berdasarkan
dilakukan diberi skore 0. Jumlah skore dibagi
pengetahuan tentang higiene mengolah makanan
nilai
dalam
Pusat
kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori
Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar Jawa
yaitu kategori baik jika > 80%, sedang jika 60%
Tengah.
- 80%, kurang jika < 60%.
penyelenggaraan
makanan
di
METODOLOGI
maksimum
dikalikan
dengan
100%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini termasuk jenis deskriptif
Gambaran Umum PPLP Jateng
dengan pendekatan yang digunakan adalah belah
Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar
lintang (Crossectional). Penelitian ini dilakukan
Jawa Tengah terletak di jalan Veteran no 45
di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga
Salatiga. Batas–batas wilayah tersebut sebelah
Pelajar Jawa Tengah yang dimulai dari bulan
Barat
Januari sampai bulan Juli 2013. Populasi adalah
pekampungan Mrican, sebelah Selatan jalan raya,
karyawan bagian makanan di Pusat Pendidikan
sebelah Utara perkampungan Mrican.
Pandawa
411,
sebelah
Timur
dan Latihan Olahraga Pelajar Jawa Tengah.
Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga
Seluruh populasi diambil sebagai sampel dan
Pelajar (PPLP) Jawa Tengah ini bermula dari
sekaligus sebagai responden yang berjumlah 6
PPLP sepakbola yang diselenggarakan oleh PSSI
orang.
Pusat.
Pada
tahun
1969
PSSI
Pusat
Data yang digunakan terdiri dari data
menyelenggarakan TC PSSI – Yunior bekerja
primer dan sekunder, data primer diperoleh dari
sama dengan Departemen Olahraga RI di Kota
keterangan langsung dari responden meliputi
Salatiga. Pada waktu itu dikenal dengan nama
pengetahuan dan perilaku hygiene pengolah
TC Sepakbola Ngebul Salatiga. Sampai sekarang
46
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013
istilah itu masih populer kemudian oleh PSSI
kerja
diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan
pendidikan tamat SMP usia 29 tahun yang
kebudayaan
kemudian
bertugas di bagian kebersihan dengan masa kerja
diserahkan kepada Dinas Pemuda dan Olahraga
6 tahun, dan 4 orang perempuan dengan
(Dinpora). Setelah itu diresmikan Pusdiklat
pendidikan masing-masing tamat SD berusia 45
Atletik pada tahun 1989 dan Pusdiklat Sepak
tahun, tamat SMP berusia 42 tahun, dan tamat
Takraw pada tahun1992.
SMA berusia 48 dengan masa kerja 6 tahun serta
Di
(Depdikbud)
Pusat
RI
Pendidikan
dan
Olahraga Jawa Tengah ini terdapat
6
tahun,
1
orang
laki-laki
dengan
Latihan
tamat SMA berusia 22 tahun dengan masa kerja
beberapa
1 tahun yang bertugas di bagian pemasakan
cabang olahraga diantaranya Atletik, sepakbola,
makanan.
dan sepak takraw. Dengan jumlah atlet ada 52
Jenis kelamin tenaga pengolah makanan
atlet yaitu 18 atlet atletik, 22 atlet sepakbola, dan
sebagian besar adalah perempuan senyak 4 orang
12 atlet sepak takraw.
dari 6 orang tenaga pengolah makanan. Umur
Fasilitas
Pusat
tenaga pengolah makanan di PPLP Jateng
Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar Jawa
berusia 22 – 48 tahun. Masa kerja tenaga
Tengah tersebut diantaranya terdapat asrama
pengolah makanan di PPLP Jateng sebagian
atlet, satu lapangan sepakbola dan dua lapangan
besar telah bekerja selama 6 tahun sebanyak 5
untuk
ruang
orang dari 6 orang tenaga pengolah makanan.
fitnes/latihan beban, dan ruang makan serta
Masa bekerja akan mempengaruhi keterampilan
dapur.
dalam melaksanakan tugas. Semakin lama masa
atletik,
yang
tiga
disediakan
GOR
di
takraw,
bekerja makanan
di
semakin
baik
perilaku
seseorang.
Gambaran Umum Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan
diharapkan
PPLP
Jateng merupakan pusat tempat dari kegiatan
Pengetahuan tentang Higiene Mengolah
penyelenggaraan makanan mulai dari proses
Makanan
penerimaan bahan makanan sampai penyajian
Skor pengetahuan responden tentang
makanan.
hygiene mengolah makanan berkisar antara 6
Penyelenggaraan makanan tesebut terdiri
sampai 10 dari 10 soal dengan nilai rata-rata 8.33
dari ruang makan, ruang pencucian alat makan,
dan standar deviasi 1.366. Nilai pengetahuan
ruang pengolahan dan pencucian alat masak,
diperoleh dengan menghitung skor jawaban yang
ruang persiapan bahan makanan, serta kamar
benar dikalikan 100%. Kemudian dikategorikan
mandi.
terselenggaranya
pengetahuan
ditentukan
pengetahuan sedang dengan nilai 60-80% dan
Untuk
penyelenggaraan tenaga
dapat makanan,
pelaksana
dalam
pula
penyelenggaraan
pengetahuan
makanan. Sampel
baik,dengan kurang
dengan
nilai
>80%,
nilai
<60%.
(Khomsan, 2000) penelitian
yang
diperoleh
sebanyak 6 orang tenaga pengolah makanan dan
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa
merupakan total populasi tenaga pelaksana dalam
sebagian
penyelenggaraan makanan yang ada di PPLP
termasuk kategori baik yaitu berjumlah 3 orang
Jateng, yaitu 1 orang laki-laki dengan pendidikan
sebesar 50% dan yang termasuk kategori sedang
tamat SMA usia 27 tahun yang bertugas di
yaitu berjumlah 3 orang sebesar 50%. Dan tidak
bagian pembelian bahan makanan dengan masa
ada
47
pengetahuan
pengetahuan
pengolah
pengolah
makanan
makanan
yang
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013
termasuk
dalam
kategori
kurang.
Dengan
sebanyak 5 orang (83.3%), dan tidak memakai
pengetahuan yang baik diharapkan pengolah
sepatu sebanyak 6 orang (100%)
makanan dapat menerapkan dalam perilaku saat mengolah
makanan.
Hasil
jawaban
dari
Gambaran Pengetahuan tentang Higiene
pertanyaan yang diberikan dapat dilihat pada
Mengolah Makanan dengan Perilaku Higiene
tabel 2.
Pengolah Makanan
Berdasarkan bahwa
pertanyaan
Tabel
2
yang
menunjukkan
banyak
benarnya
Pengetahuan higiene pengolah makanan
mengenai tindakan
di PPLP Jawa Tengah dari hasil penelitian 3
pada saat batuk atau bersin sebanyak 100%,
orang sebesar 50% sudah mengetahui bagaimana
waktu mencuci tangan sebanyak 100%, keadaan
higiene seorang pengolah makanan saat bekerja.
kuku jari tangan pengolah makanan sebanyak
Namun 3 orang (50%) tenaga pengolah makanan
100%, sikap tenaga pengolah makanan yang
masih memiliki pengetahuan dengan kategori
sakit
terhadap
sedang, hal ini menunjukkan bahwa ada 50%
makanan yang telah dimasak sebanyak 100%,
pengolah makanan yang belum mengetahui
dan tempat cuci tangan sebanyak 100%.
tentang higiene pengolah makanan.
terdapat pada pertanyaan
sebanyak
100%,
perlakuan
Berdasarkan
hasil
penelitian,
pengetahuan pengolah makanan sudah cukup
Perilaku Higiene Pengolah Makanan
Skor perilaku higiene pengolah makanan
baik, namun dilihat dari perilaku pengolah
berkisar antara 4 sampai 7 dari 10 point
makanan masih kurang memperhatikan higiene
pengamatan dengan nilai rata-rata 5.83 dan
pengolah makanan. Penggunaan pakaian kerja
standar deviasi 1.329. Nilai perilaku diperoleh
berdasarkan pengetahuan pemakaian celemek
dengan menghitung skor dari perilaku yang
hanya 1 orang (16.7%) yang menjawab benar,
benar dikalikan 100%. Kemudian dikategorikan
namun pada pengamatan perilaku ada 2 orang
perilaku baik,dengan nilai >80%, perilaku sedang
(33.3%), sedangkan penggunaan tutup kepala
dengan nilai 60-80% dan perilaku kurang dengan
semuanya tidak menggunakan. Penyediaan alat
nilai <60%. (Khomsan, 2000)
pelindung diri bagi pengolah makanan seperti
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa
tutup kepala, masker, dan celemek belum
perilaku pengolah makanan yang termasuk
lengkap.
kategori sedang yaitu berjumlah 3 orang sebesar
hanya menyediakan celemek namun petugas
50% dan yang termasuk kategori kurang yaitu
pengolah makanan tidak mau menggunakan
berjumlah 3 orang sebesar 50%. Dan tidak ada
karena tidak terbiasa menggunakan celemek saat
perilaku pengolah makanan yang termasuk dalam
mengolah makanan.
kategori
baik.
Perilaku
hygiene
pengolah
Waktu
makanan dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan
Tabel
4
Bagian
penyelenggaraan
pemeriksaan
makanan
kesehatan
bagi
tenaga pengolah makanan sebaiknya dilakukan
menunjukkan
minimal sekali dalam setahun, namun dalam
bahwa perilaku hygiene pengolah makanan
pelaksanaannya pada penyelenggaraan makanan
masih ada yang belum memakai celemek saat
di PPLP Jawa Tengah belum pernah dilakukan
bekerja sebanyak 4 orang (66.7%), kuku dalam
pemeriksaan kesehatan bagi tenaga pengolah
keadaan panjang dan kotor sebanyak 2 orang
makanan.
(33.3%), berbicara saat mengolah makanan
Alas kaki atau sepatu yang digunakan adalah sepatu kerja, artinya haknya pendek, tidak
48
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013
licin, ringan dan enak dipakai. Apabila sepatu
menjadi kebiasaan pengolah makanan yang
yang digunakan kurang enak maka karyawan
kurang
akan
dapat
kurang mengetahui benar tentang hygiene dan
menyebabkan nilai standar hygiene menurun.
sanitasi makanan. Mereka hanya sekedar tahu
Namun pada kenyataannya hal tersebut belum
perlengkapan apa yang seharusnya digunakan
diperhatikan, tenaga pengolah makanan masih
saat
ada yang tidak menggunakan alas kaki. Menurut
manfaatnya,
tenaga pengolah makanan jika menggunakan alas
memakainya karena alasan tidak nyaman dan
kaki
mengganggu saat bekerja. Serta tidak ada bukti
cepat
lelah.
terasa
Hal
licin
inilah
sehingga
yang
menimbulkan
ketidaknyamanan dalam bekerja. bakteri,
untuk
mengolah
hygiene,
makanan
sehingga
tanpa ada
responden
tahu
apa
yang
tidak
yang menunjukkan bahwa pernah ada kejadian di
Mulut merupakan salah satu tempat bersarangnya
memperhatikan
sebaiknya
makanan seperti keracunan dengan perilaku
menggunakan masker dan tidak banyak berbicara
pengolah makanan yang belum menunjukkan
saat
ada
hygiene dalam mengolah makanan. Selain itu,
penyebaran bakteri dari mulut. Namun dalam
ada faktor lain yang menyebabkan kurangnya
pelaksanaannya tenaga pengolah makanan tidak
perilaku hygiene pengolah makanan diantaranya
menggunakan
tidak
mengolah makanan
masker
itu
PPLP Jawa Tengah yang diakibatkan dari
agar
dan
tidak
berbicara
atau
mengobrol saat mengolah makanan. Berdasarkan
hasil
disediakan
alat
pelindung
diri
bagi
pengolah makanan seperti masker dan penutup
penelitian
dapat
kepala, tidak adanya SOP (Standard Operating
disimpulkan bahwa pengetahuan tentang hygiene
Procedures), pengolah makanan belum pernah
mengolah makanan yang baik belum tentu diikuti
mengikuti pelatihan tentang hygiene pengolah
perilaku hygiene yang baik pula. Ternyata
makanan serta tidak adanya sosialisasi tentang
pengetahuan
hygiene
pengolah
makanan
tidak
pengolah
berpengaruh secara langsung terhadap perilaku
pengawasan
khusus
higiene pengolah makanan. Hal ini menunjukkan
pengolahan makanan.
makanan
tidak
adanya
dari
institusi
dalam
bahwa disamping pengetahuan masih ada faktor lain yang berpengaruh lebih kuat terhadap
KESIMPULAN
perilaku hygiene pengolah makanan seperti kebiasan dari tenaga pengolah makanan yang
1.
Pengetahuan pengolah makanan tentang
belum memperhatikan hygiene dalam mengolah
hygiene pengolah makanan pada kategori
makanan, lingkungan yang tidak mendukung
sedang sebesar 50% dan pada kategori baik
seperti tidak disediakan alat pelindung diri bagi
sebesar 50% dari 6 orang tenaga pengolah
tenaga pengolah makanan, pengalaman tenaga
makanan.
pengolah makanan yang masih sedikit dalam hal pengolahan mengikuti
makanan pelatihan
pengolahan mendapatkan
makanan,
dan tentang serta
informasi
2.
Perilaku hygiene pengolah makanan pada
belum
pernah
kategori sedang sebesar 50% dan pada
higiene
dalam
kategori kurang sebesar 50% dari 6 orang
belum
pernah
tenaga pengolah makanan.
seperti
sosialisasi
tentang higiene pengolahan makanan.
Berdasarkan hal tersebut perlu diperhatikan:
Pengetahuan tidak memegang peranan
1.
penting terhadap hygiene dan sanitasi makanan.
Bagi
Penyelenggara
menyediakan
Hal ini mungkin disebabkan sejak awal sudah
49
alat
makanan
pelindung
diri
untuk dan
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013
Standard
Operating
Procedures bagi
Warung Terminal Tidar Magelang.
tenaga pengolah makanan. 2.
Semarang : UNDIP.
Bagi pengolah makanan
untuk selalu
Khomsan,
A.
2000.
memperhatikan hygiene dalam mengolah
Pengetahuan
makanan
Departemen
khususnya
penggunaan
alat
Teknik
Pengukuran
Gizi.
Bogor:
pelindung diri saat mengolah makanan.
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Agar dilakukan pelatihan atau pembinaan
Keluarga, Fakultas Pertanian.
3.
serta memberikan gambaran nyata bahaya yang
4.
berkaitan
dengan
Maria, Y. 2011. Perilaku Higiene Tenaga
pengolahan
Pengolah Makanan di Instalasi Gizi
makanan agar pengolah makanan selalu
Rumah
memperhatikan perilaku hygiene dalam
Dr.Kanujoso
mengolah makanan.
Balikpapan
Bagi Institusi perlu adanya kontrol agar
Semarang : Universitas Diponegoro
lebih
Semarang
memperhatikan
hygiene
pada
pengelola makanan dan perlu adanya
Meikawati.
Sakit
2008.
Umum
Daerah
Djatiwibowo (Artikel
Penelitian).
Hubungan dan
antara
pengawasan khusus dalam pengolahan
Pengetahuan
Sikap
Petigas
makanan.
Penjamah Makanan dengan Praktek Higiene dan Sanitasi Makanan di Unit
DAFTAR PUSTAKA
Gizi
RSJD
Dr.
Amino
Gondohutomo Semarang . Semarang : Afriyenti.
2002.
Higiene
dan
Penyelenggaraan
Snitasi
Makanan
UNIMUS.
di
Mukrie,
A.N.
Manajemen
Sistem
Instalasi Gizi Rumah Sakit Jiwa
Penyelenggaraan Makanan Institusi.
Pekanbaru dan Rumah Sakit Islam
Jakarta : AKZI Depkes
Ibnu
Sina
Pekanbaru
(Skripsi).
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori
Bogor : Institut Pertanian Bogor
dan Aplikasi. Jakarta:
Febrianti, D. 2009. Penyelenggaraan Makanan, Tingkat
Konsumsi
Preferensi Atlet
dan
Rineka Cipta.
Analisis
Rahmi, T.F. 2011. Gambaran Higiene dan
di SMA Negeri
Sanitasi Penyelenggaraan Makanan
Ragunan Jakarta. Jakarta : IPB. Iffati,
1996.
F.N.
2005.
Hubungan
PT Nuansa Boga Sehatama Tahun 2011 (Laporan Magang). Jakarta :
Tingkat
Pengetahuan Mengenai Higiene Dan
Universitas
Sanitasi
Hidayatullah Jakarta
Makanan
Dan
Praktek
Penjamah Makanan Dengan Kualitas
Riwidikdo,
Bakteriologi Pada Nasi Rames Di
H.
2009.
Islam
Negeri
Statistik
Syarif
Kesehatan.
Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Tabel 1. Distribusi Pengetahuan Pengolah Makanan tentang Higiene Mengolah Makanan
Pengetahuan Baik Sedang Kurang Total
N 3 3 0 6
% 50 50 00 100%
50
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil Jawaban Pertanyaan Pengetahuan Pengolah Makanan tentang Higiene Mengolah Makanan No 1
2
Pertanyaan Pakaian kerja pengolah makanan yang sebaiknya dipakai pada saat bekerja Tindakan yang dilakukan pada saat batuk atau bersin
3
Waktu mencuci tangan yang sebaiknya dilakukan
4
Keadaan kuku jari tangan seorang tenaga pengolah makanan Perhiasan (cincin/gelang) seorang tenaga pengolah makanan pada saat bekerja Seorang tenaga pengolah makanan yang sakit
5 6 7 8
Perlakuan terhadap makanan yang telah selesai dimasak Proses pencucian peralatan yang baik
9
Tempat cuci tangan tenaga pengolah makanan
10
Tenggang waktu yang paling baik untuk melakukan pemeriksaan kesehatan bagi tenaga pengolah makanan yang dilakukan secara periodik sebagai sertifikat bukti sehat diri dan bebas dari penyakit Keterangan : B = Benar, S = Salah
N B=1 S=5 B=6 S=0 B=6 S=0 B=6 S=0 B=5 S=1 B=6 S=0 B=6 S=0 B=5 S=1 B=6 S=0 B=3 S=3
% 16.7 83.3 100.0 00.0 100.0 00.0 100.0 00.0 83.3 16.7 100.0 00.0 100.0 00.0 83.3 16.7 100.0 00.0 50.0 50.0
Tabel 3. Distribusi Perilaku Higiene Pengoah Makanan
Perilaku Baik Sedang Kurang Total
N 0 3 3 6
% 0 50 50 100%
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perilaku Higiene Pengolah Makanan
No 1
Perilaku Higiene Pengolah Makanan Celemek dipakai pada saat bekerja
2
Kuku dalam keadaan pendek dan bersih
3
Tidak batuk dan meludah di tempat pencucian alat makan dan di sembarang tempat Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum mengolah makanan Tidak makan / mengunyah makanan pada waktu bekerja Tidak menggaruk kepala pada saat di depan makanan
4 5 6
51
N Y=2 T=4 Y=4 T=2 Y=6 T=0 Y=5 T=1 Y=6 T=0 Y=6
% 33.3 66.7 66.7 33.3 100.0 00.0 83.3 16.7 100.0 00.0 100.0
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013
7
Menggunakan alat bantu dalam penyajian makanan
8
Menggunakan tutup kepala pada saat bekerja
9
Tidak berbicara pada saat mengolah makanan
10
Alas sepatu tertutup, berhak rendah dan tidak licin
Ketarangan : Y = Ya (melakukan), T = Tidak (tidak melakukan)
52
T=0 Y=5 T=1 Y=0 T=6 Y=1 T=5 Y=0 T=6
00.0 83.3 16.7 00.0 100.0 16.7 83.3 00.0 100.0