3.1. NERACA AIR Untuk menghitung neraca air, maka ada beberapa tahapan perhitungan yang harus dilakukan, antara lain: 1.
Menghitung Evapotranspirasi Potensial
2.
Menghitung Run‐off (Debit off (Debit Limpasan)
3.
Menghitung Kebutuhan Air: a.
Kebutuhan Air Domestik
b.
Kebutuhan Air Ternak
c.
Kebutuhan Air Pertanian
d.
Kebutuhan Air Tambak
3.1.1. Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (ET0) Metode “Penman Modifikasi” dipakai untuk menghitung nilai Evapotranspirasi Potensial Evapotranspirasi Potensial (ET0). Persamaan Metode Penman adalah seperti berikut : ET0
=
c × ET
*
dengan E T
*
=
W .(0,75. Rs
−
).(ea − ed) Rn1) + (1 − w). f (u).(
dimana: W
= faktor yang berhubungan dengan temperatur (T) dan elevasi daerah. Untuk daerah Indonesia dengan elevasi antara 0 ‐ 500 m, hubungan harga T dan w seperti pada Tabel‐3.1.
Rs
= radiasi gelombang pendek dalam satuan evaporasi (mm/hari) = [0,25 + 0,54.(n/N)] Ra
Ra
= radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir (angka angot) yang dipengaruhi oleh letak lintang daerah. Harga Ra seperti (Tabel 2).
Rn1
= radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari) = f(t) . f(ed) . f(n/N)
f(t)
= fungsi suhu (Tabel 1)
f(ed) = fungsi tekanan uap
=
f(n/N) = fungsi kecerahan
= 0,1 + 0,9 n/N
f(u)
= fungsi dari kecepatan angin pada ketinggian 2 m dalam satuan (m/dt) = 0,27 (1 + 0,864 u)
U
= kecepatan angin (m/dt) 1
(ea‐ed)
= perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap yang sebenarnya
ed
= ea.Rh
RH
= kelembaban udara relatif (%)
ea
= tekanan uap jenuh (mBar) (Tabel 1).
ed
= tekanan uap sebenarnya (mbar)
c
= angka koreksi Penman yang memasukkan harga perbedaan kondisi cuaca siang dan malam = 1,1.
2
Data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Data Klimatologi Kota Kota X 2010
Hujan Bulan
Temperatur Rata‐Rata (oC)
Curah Hujan (mm/thn)
Angin Hari Hujan (hr/thn)
Penyinaran Matahari (%)
Tekanan Udara (mBar)
Kelembaban Rata‐Rata (%)
Kecepatan Rata‐Rata (km/jam)
Arah terbanyak (derajat)
kecepatan terbesar
arah
Januari
27.2
288.4
18
42.1
1011.9
83.2
6.1
340
12
280
Februari
25.1
163.0
19
59.1
1012.7
72.8
5.7
100
14
20
Maret
27.7
337.6
24
50.9
1012.1
83.6
6.0
100
13
30
April
26.9
297.3
25
49.2
1011.6
83.1
5.7
100
10
350
Mei
27.9
428.9
27
55.7
1009.4
88.4
5.0
320
9
270
Juni
27.7
226.7
27
46.9
1010.3
88.1
5.0
180
12
280
Juli
26.8
455.8
26
39.9
1010.2
88.6
4.9
310
11
330
Agustus
27.1
395.7
27
56.9
1010.3
86.9
5.3
180
18
310
September
26.1
337.8
27
51.7
1010.2
86.7
5.3
280
17
240
Oktober
27.3
362.0
26
50.1
1009.5
88.2
5.5
220
25
250
November
27.1
359.8
26
43.4
1009.6
88.0
5.4
100
8
280
Desember
26.7
593.5
26
31.6
1009.9
88.7
5.2
270
21
310
4246.5
Total Rata‐Rata 2009
27.0
353.9
25
48.13
1010.6
85.5
5.4
100
25
290
27.8
288.5
22
45.80
1010.9
90.4
6.2
270
30
270
2008
27.4
330.8
24
43.90
1010.5
90.7
6.8
180
30
340
2007
27.7
329.5
23
46.10
1010.5
90.3
8.1
260
25
240
2006
27.7
346.2
23
57.90
1010.7
90.1
6.3
270
38
250
SD
111.153
Sumber : Kota X Dalam Angka 2011
3
Tabel 3.2. Hubungan antara T, Ea, W, dan f(T)
W
1‐W
Suhu (T) [oC]
ea [mBar]
24.00
29.50
0.735
0.265
15.40
25.00
31.69
0.745
0.255
15.65
26.00
33.62
0.755
0.245
15.90
27.00
35.66
0.765
0.235
16.10
28.00
37.81
0.775
0.225
16.30
28.60
39.14
0.781
0.219
16.42
29.00
40.06
0.785
0.215
16.50
f(T)
Elevasi 1 – 250 m
Tabel 3.3. Radiasi Ekstra Matahari (Ra) dalam evaporasi ekuivalen (mm/hari) o o (untuk daerah Indonesia, antara 5 LU sampai 10 LS) o
o
Lintang Utara ( LU)
Bulan
5
4
Lintang Selatan ( LS)
2
0
2
4
6
8
10
Januari
13.0
14.3
14.7
15.0
15.3
15.5
15.8
16.1
16.1
Pebruari
14.0
15.0
15.3
15.5
15.7
15.8
16.0
16.1
16.0
Maret
15.0
15.5
15.6
15.7
15.7
15.6
15.6
15.5
15.3
April
15.1
15.5
15.3
15.3
15.1
14.9
14.7
14.4
14.0
Mei
15.3
14.9
14.6
14.4
14.1
13.8
13.4
13.1
12.6
Juni
15.0
14.4
14.2
13.9
13.5
13.2
12.8
12.4
12.6
Juli
15.1
14.6
14.3
14.1
13.7
13.4
13.1
12.7
11.8
Agustus
15.3
15.1
14.9
14.8
14.5
14.3
14.0
13.7
12.2
September
15.1
15.3
15.3
15.3
15.2
15.1
15.0
14.9
13.3
Oktober
15.7
15.1
15.3
15.4
15.5
15.6
15.7
15.8
14.6
Nopember
14.8
14.5
14.8
15.1
15.3
15.5
15.8
16.0
15.6
Desember
14.6
14.1
14.4
14.8
15.1
15.4
15.7
16.0
16.0
Contoh Perhitungan ET0 untuk bulan Januari sesuai data Klimatologi Kota Kota X (Tabel 3.1) adalah sebagai berikut: 1. Temperatur rata‐rata (T)
o
= 26,3 ( C).
2. Kelembaban udara relatif (RH) = 83,2 (%). 3. Kecepatan Angin (u)
= 6,1 (km/jam)
4. Penyinaran Matahari (n/N)
= 42,1 (%).
= 1,694 (m/det).
Langkah‐1: o
5. Dari data (T) = 26,3 C (Tabel 3.1), maka diperoleh: Penentuan Tekanan Uap Jenuh (ea) dari hasil interpolasi (Tabel 3.2), (T)26
→
(ea)33,62 &
(T)27 → (ea)35,66; maka:
4
6. Faktor penimbang suhu dan elevasi daerah (W). Dari (Tabel 3.2), dengan (T)26 → (W)0,755 & (T)27 → (W)0,765; maka:
7. (1 – W) = 1 – 0,758 = 0,242. 8. Fungsi suhu f(T), dari (Tabel 3.2), dengan (T)26 → f(T)15,9 & (T)27 → f(T)16,10; maka:
Langkah‐2: Dari data (RH) = 83,2 % (Tabel 3.1), dan (ea) = 34,32 mBar, maka: 9. Tekanan Uap Aktual (ed) = (ea) x (RH/100) = 34,32 x (83,2/100) = 28,55 (mBar). 10. Perbedaan Tekanan Uap Jenuh (ea) dengan Tekanan Uap Aktual (ed), adalah: (ea – ed) = 34,32 ‐ 28,55 = 5,77 (mBar) 11. Fungsi tekanan uap f(ed), adalah:
Langkah‐3: o
Dengan data koordinat geografi = 3 18’ LU, dan Penyinaran Matahari (n/N) = 42,1 (%), diperoleh: o
12. Radiasi ekstra matahari (Ra), adalah untuk Januari 2 LU
→
o
(Ra) = 14,7; dan 4 LU
→
(Ra) =
14,3, maka:
13. Radiasi yang diterima dari matahari (Rs), adalah:
14. Fungsi rasio kerawanan f (n/N), adalah:
5
Langkah‐4: Dengan data kecepatan angin (u) = 1,694 (m/det), diperoleh: 15. Fungsi kecepatan angin f (u) pada ketinggian 2 m dari permukaan tanah, adalah:
Langkah‐5: 16. Menghitung radiasi bersih gelombang panjang (Rn1) dengan satuan (mm/hari), sebagai berikut:
Langkah‐6: 17. Menghitung faktor koreksi (c) berdasarkan perkiraan perbandingan kecepatan angin siang/malam di Indonesia. Diketahui (RH) = 0,832; (U) = 1,694 (m/det); (Rs) = 6,89 (mm/hari); asumsi U siang/ U malam = 1; angka koreksi Penman = 1,1, maka didapat:
Langkah‐7: 18.Menghitung Evapotranspirasi Potensial (ET0), dengan persamaan:
19.Evapotranspirasi Potensial (ET0) bulanan untuk bulan Januari, adalah:
Selanjutnya untuk rekapitulasi data evapotranspirasi tahun 2010 disajikan dalam (tabel‐3.4) dan debit run‐off (tabel‐3.5), serta grafik neraca air (gambar‐3.1) berikut:
6
Keterangan : CH
: Curah hujan (mm)
ETP
: Evapotranspirasi potensial (mm)
APWL
: Akumulasi potensial kehilangan air (accumulation of potential water loss).
KAT
: Kadar air tanah (mm)
ΔKAT
: selisih (delta) KAT (mm)
ETA
: Evapotranspirasi aktual (mm)
Defisit
: Kekuranggan air (mm)
Surplus
: Kelebihan air (mm)
Run Off
: Aliran permukaan/limpasan (mm), (koefisien run‐off = 0,5)
Tahapan pengisian kolom pada tabel‐3.5, adalah sebagai berikut: 1.
Kolom curah hujan (CH), diisi dengan data curah hujan rata‐rata bulanan atau curah hujan dengan peluang tertentu [misal CH dengan peluang (P>75%)] yang dapat mewakili seluruh lahan.
2.
Kolom evapotranspirasi potensial (ETP), diisi dengan nilai ETP dari stasiun setempat dengan urutan prioritas ETP dari: Lysimeter, Panci klas A dikali dengan koefisien dan pendugaan ETP dengan rumus empiris (Penman, Thorthwaite, Blaney ‐Criddle dsb).
3.
Kolom CH–ETP, di isi dengan nilai selisih CH dengan ETP.
4.
Kolom akumulasi potensial kehilangan air untuk penguapan (APWL), diisi dengan penjumlahan nilai CH‐ETP yang negatif secara berurutan bulan demi bulan.
5.
Kolom kandungan air tanah (KAT). Isi dulu nilai KAT dimana terjadi APWL dengan rumus : KAT = TLP + [ [ 1,00041 – (1,07381/AT)]| APWL| x AT] Dimana: TLP
: titik layu permanen, dan
KL
: kapasitas lapang dan air tersedia, AT = KL – TLP
|APWL|
: nilai absolut APWL
Misal KAT Mei (APWL = ‐9), KL=250 mm, TLP =100 maka AT = 250 – 100 = 150 mm, sehingga KAT mei = 100 + [[1.00041‐(1,07381/150)]9 x 150] = 241,1 mm. Kemudian isi nilai KAT pada kolom dimana tidak terjadi APWL dengan cara: KAT = KAT terakhir + CH – ETP jika bila nilai KAT‐nya mencapai Kapasitas Lapang (KL) maka yang diambil adalah nilai KL.
8
Misal untuk bulan Nopember:
KAT
terakhir
= KAT oktober (124 mm) dan CH‐ETP
Nopember = 63 mm, maka KAT Nop = 124 + 63 = 187 (belum mencapai KL). Misal untuk bulan Pebruari: KAT
terakhir
= KAT Januari (250 mm) dan CH‐ETP Januari =
128 mm, maka KAT Nop = 250 + 128 = 378 (melebihi KL = 250 mm) sehingga KAT Januari = 250 mm. 6.
Kolom perubahan kadar air tanah (ΔKAT). Nilai ΔKAT bulan tersebut adalah KAT bulan tersebut dikurangi KAT bulan sebelumnya. Nilai positif menyatakan perubahan kandungan air tanah yang berlangsung pada CH>ETP (musim hujan), penambahan berhenti bila ΔKAT = 0 setelah KL tercapai. Sebaliknya bila CH
7.
Kolom Evapotranspirasi Aktual (ETA). Bila CH>ETP maka ETA = ETP karena ETA mencapai maksimum.
Bila CH
ΔKAT
seluruhnya akan dievapotranspirasi kan. 8.
Kolom Defisit (D).
Defisit berarti berkurangnya air untuk dievapotranspirasikan
sehingga, D = ETP – ETA , berlangsung pada musim kemarau. 9.
Kolom Surplus (S). Surplus berarti kelebihan air ketika CH>ETP sehingga, S = CH‐ETP‐ ΔKAT
10.
, berlangsung pada musim hujan.
Kolom Run Off. Run off (RO) merupakan aliran permukaan atau limpasan. Thornthwaite dan Mather (1957) membagi RO menjadi dua bagian : 1. 50% dari Surplus bulan sekarang (Sn). 2. 50% dari RO bulan sebelumnya (ROn‐1). Nilai 50% adalah koefisien run off studi di Amerika. Nilai ini dapat berubah sesuai kondisi setempat. Sehingga, RO bulan sekarang (Rn) = 50% (Sn + ROn‐1). Misal untuk RO Maret = 50% (183,4 + 35,6) = 109,5 mm. Khusus RO bulan Januari, karena ROn‐1 belum terisi maka ROn‐1 diambil 50% dari surplus bulan Desember (50% dari 141,1 = 70,6 mm).
Gambar 3.1. Grafik Neraca Air dan Evapotranspirasi Kota Kota X Tahun 2010
9
Surplus air akibat selisih antara curah hujan dari evapotranspirasi adalah 2.538,87 mm per luas wilayah Kota/Pulau Kota X selama tahun 2010 (hasil analisa).
3.1.2. Perhitungan Pemanfaatan Air A.
Kebutuhan Air Domestik Untuk menghitung kebutuhan air domestik, maka dapat dihitung dengan persamaan berikut:
dimana:
B.
3
Q(DMI)
: kebutuhan air untuk domestik (m /tahun)
q(u)
: konsumsi air pada daerah perkotaan (120 l/org/hari)
q(r)
: konsumsi air pada daerah pedesaan (60 l/org/hari)
P(u)
: jumlah penduduk kota
P(u)
: jumlah penduduk desa
Kebutuhan Air Ternak Untuk menghitung kebutuhan air ternak, maka dapat dihitung dengan persamaan berikut:
dimana: 3
Q(L) : kebutuhan air untuk ternak (m /tahun) q(c/b) : kebutuhan air untuk sapi/kerbau (40 l/ekor/hari) q(s/g) : kebutuhan air untuk domba/kambing (5 l/ekor/hari) q(pi)
: kebutuhan air untuk babi (6 l/ekor/hari)
q(po)
: kebutuhan air untuk unggas (0,6 l/ekor/hari)
P(c/b) : jumlah sapi/kerbau P(s/g) : jumlah domba/kambing
C.
P(pi)
: jumlah babi
P(po)
: jumlah unggas
Kebutuhan Air Pertanian Untuk menghitung kebutuhan air pertanian, maka dapat dihitung dengan persamaan berikut:
10
dimana: A
: Penggunaan air irigasi dalam 1 musim/ha.
Dari persamaan di atas maka untuk menghitung total kebutuhan air, tinggal dikalikan dengan luas lahan pertanian, maka akan diperoleh total kebutuhan air pertanian per musim. Berikut adalah data penduduk Kota Kota X, jumlah ternak di Kota Kota X, dan luas lahan pertanian di Pulau Kota X. Tabel 3.6. Perkembangan Penduduk (Jiwa) Kota Kota X 1980‐2010 Tahun Populasi
1980
1991
55,444
84,648
1997
1998
2000
2001
2003
2005
2007
2008
2010
109,353
113,565
116,641
121,588
149,998
168,331
176,981
178,111
193,069
Sumber : Kota X Dalam Angka 2011
K ota X
Gambar 3.2 Grafik Pertumbuhan Penduduk Kota Kota X Tabel 3.7. Banyaknya Kapala Keluarga di Kota Kota X 2006 ‐ 2010
Perincian Kepala Keluarga
Tahun 2006 58,478
2007 59,152
2008 42,140
2009 52,920
2010 44,065
Sumber : Kota X Dalam Angka 2011
Jenis sumber air minum merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk, baik dilihat dari segi kesehatan maupun ekonomi. Berdasarkan data Kota X Dalam Angka 2011, pada tahun 2010, dari total 44.065 KK (tabel 3.7), rumah tangga yang menggunakan air leding/kemasan untuk keperluan rumah tangganya mencapai 48,69% (21.455 KK). Sedangkan rumah tangga yang menggunakan sumur/mata air terlindung dan mata air tidak terlindung sebesar 20,08% (8.848 KK) dari jumlah rumah tangga yang ada. Sedangkan sisanya sebanyak 31,23% (13.762 KK) menggunakan air hujan sebagai sumber air minum untuk keperluan rumah tangganya. Total penduduk Kota Kota X sendiri adalah 193.069 jiwa (tabel 3.6), ini berarti rata‐rata per kepala keluarga, beranggotakan ± 4 jiwa. Jumlah pelanggan air minum PDAM dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 11
2009 jumlah pelanggan air PDAM sebanyak 13.108 pelanggan meningkat menjadi 13.696 pelanggan pada tahun 2010. Berikut data dari PDAM tentang pelanggan, dan kapasitas produksi air bersih PDAM. Tabel 3.8. Perkembangan PDAM 2006 – 2010
Perincian
Tahun
Satuan
Kapasitas Produksi Terpasang Efektif
2006
2007
2008
2009
2010
l/detik 340
400
400
400
400
229
256
250
211
270
Sumber : Kota X Dalam Angka 2011
Dengan kapasitas produksi PDAM pada tahun 2010 yang terpasang mencapai 400 l/detik, maka total kapasitas produksi per tahun adalah:
dan
Tabel 3.9. Standar kebutuhan air per sektor Jenis Pemakaian Standar Industri Sosial Hidran
Satuan
0.7
l/det/ha
10
l/org/hari
5
% keb.dmstk
Sumber : Kota X Dalam Angka 2011
Tabel 3.10. Banyaknya Pelanggan PDAM Menurut Kategori Pelanggan
Kategori Pelanggan Rumah Tangga Niaga Kecil Niaga Menengah Niaga Besar Industri Sosial Hidran Umum Hidran Pelabuhan Sumber : SNI 19‐6728.1.2002
Tahun 2006
2007
2008
2009
2010
9,693
10,188
10,843
11,293
11,767
1,460
921
942
1,037
1,140
‐
544
549
566
576
59
59
62
68
65
7
8
8
8
9
133
146
155
134
136
6
6
1
1
‐
1
1
1
1
3
Berdasarkan data‐data di atas, maka dapat diuraikan untuk PDAM adalah sebagai berikut: 1. Rumah tangga pelanggan= 11.767 KK Î 47.068 jiwa 2. Karena Kota X adalah kota pulau, maka diasumsikan pengguna PDAM memakai standar kebutuhan penduduk kota. 3. Kebutuhan air PDAM sesuai standar untuk 47.068 jiwa adalah: 12
4. Kebutuhan air PDAM untuk niaga kecil s/d hidran pelabuhan adalah:
Selanjutnya kebutuhan pemakaian air untuk penggunaan sumur/mata air terlindung (8.848 KK) atau setara 35.392 jiwa, dan dari sumber air hujan (13.762 KK) Î 55.048 jiwa, adalah:
Tabel 3.11. PERKEMBANGAN POPULASI TERNAK (Ekor) 2006 ‐ 2010
Jenis Ternak Sapi potong Kerbau Kuda Babi Kambing Ayam petelur Ayam pedaging Ayam buras Itik
Tahun 2006
2007
2008
2009
2010
1,513
1,651
517
924
1,216
6
4
1
39
39
2
2
9
11
11
2,379
2,472
1,600
2,268
3,952
544
544
109
538
781
37,500
78,350
54,500
37,500
30,101
273,318
2,775,700
3,483,610
1,818,250
2,073,151
254,318
266,197
15,376
309,846
312,108
997
1,218
1,149
1,741
1,498
Sumber : Kota X Dalam Angka 2011
Kebutuhan air untuk peternakan, dapat dikalkulasi sebagai berikut:
Tabel 3.12. LUAS TANAMAN PANGAN (Ha) per JENIS
Jenis Tanaman
Tahun 2006
Padi Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar
2007
2008
2009
2010
‐
13
26
45
34
675
823
590
378
751
288
297
236
170
312
162
185
94
50
90
Sumber : Kota X Dalam Angka 2011
Kebutuhan air untuk pertanian, adalah sebagai berikut:
13
Dengan luas lahan padi 34 ha dan penanaman 2 kali per tahun, maka kebutuhan air per tahun adalah:
Kebutuhan air untuk tanaman jagung, ubi kayu, dan ubi jalar adalah separuh dari kebutuhan tanaman padi, dengan masa tanam dapat mencapai 2 kali setahun, maka dapat dihitung kebutuhan airnya adalah sebagai berikut:
Kebutuhan air untuk tambak dengan luas tambak 792,2 ha, adalah sebagai berikut:
Data pemegang usaha pengeboran sumur dalam adalah sebagai berikut: Tabel 3.13. DAFTAR PEMEGANG SIPA (Sumur Dalam)
No
Nama Pengguna 1 2 3 4
PT. Sumber Kalimantan Abadi Christian Setiawan M. Makmur Ali PT. Misaja Mitra
5
PT. Tunas Nelayan
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
PT. Intracawood Mfg PT. Inhutani I Toni Wijaya Wahyudi Haliaqua Basrani Arifin Amat Tamto Aji Nikmatsyah Kristianto Karya Lys Erce Lasimin Ny. Tasbikah Sumardi CV. Tirta Kencana Hotel Gatra Sudiono Suripto
Kapasitas [l/det] 21.22 3.06 1.52 6.92 0.5 17.84 1.4 32.25 0.98 0.91 2.54 0.89 1.98 1.82 0.65 2.96 3.26 3.52 0.77 1.71 2.37 0.69 3.1 1.3
Waktu Produksi [j/hari]
Kapasitas Setahun [m3] 10 12 12 18 24 7 3 10 24 12 12 12 12 4 12 12 5 1 12 12 12 5 12 6
278,830.80 48,250.08 23,967.36 163,671.84 15,768.00 164,092.32 5,518.80 423,765.00 30,905.28 14,348.88 40,050.72 14,033.52 31,220.64 9,565.92 10,249.20 46,673.28 21,418.20 4,625.28 12,141.36 26,963.28 37,370.16 4,533.30 48,880.80 10,249.20
14
No
Nama Pengguna
23
Gopranto
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57
H. Sutomo Moch Anwar Rusdi (Bengkel Las CV. Mekar Abadi Jaya PT. PLN Slamet PT. Chipdeco Inti Utama M. Rizal Primkopal Lanal Awaludin Hamdi Andris Kundrat, SH Supatno H. Syahril HM. Hasan T Syafaruddin HD. Syarief M. Ikhsan Satijah Sunu Suwarno Arifin Maksum Sugeng Aini Napiah R. Sobari Indo Nursiah Ambo Nyameng Kristianto Karya Amat Ngali Jaidi UD. Sumber Mulia Sunanto M. Arif Petta Nganro CV. Tirta Alam PT. Bonanza Pratama
Kapasitas [l/det]
Rasid, SH Hotel Dinasty Sumiati Adnan HG HM. Hasan T Wahyudi PT. Idec Abadi W. Industries Busransyah T
58 59 60 61 62 63 64
Waktu Produksi [j/hari]
Kapasitas Setahun [m3]
0.26 2.42 1.2 2.44 1.27 1.49 0.98 11.57 0.22 0.8 0.25 6.26 1.16 1.91 5.96 1.77 1.61 0.48 0.52 0.1 0.2 0.14 0.17 3.22 0.42 0.08 0.05 3.1 1.4 0.65 0.13 0.34 1.9 1.2 0.78 6.37 0.22
10 6 2 1 12 8 12 12 12 24 12 12 3.5 12 5 8 24 12 12 12 12 12 12 9.5 12 12 12 6 12 10 12 12 12 12 12 12 12
3,416.40 19,079.28 3,153.60 3,206.16 20,025.36 15,662.88 15,452.64 182,435.76 3,468.96 25,228.80 3,942.00 98,707.68 5,334.84 30,116.88 39,157.20 18,606.24 50,772.96 7,568.64 8,199.36 1,576.80 3,153.60 2,207.52 2,680.56 40,195.26 6,622.56 1,261.44 788.40 24,440.40 22,075.20 8,541.00 2,049.84 5,361.12 29,959.20 18,921.60 12,299.04 100,442.16 3,468.96
1.69 0.15 0.42 4.15 0.8 8.33 0.09
24 24 12 14 6 12 24
53,295.84 4,730.40 6,622.56 76,343.40 6,307.20 131,347.44 2,838.24
Total Produksi Air Tanah / Tahun
2,608,158.60
Sumber : Dinas PU Pengairan Kota Kota X
Potensi Air Permukaan dari sungai‐sungai di Kota X adalah sebagai berikut: Tabel 3.14. Luasan Dan Debit Daerah Aliran Sungai dan Sungai di Kota Kota X 3 3 Nama Sungai Luas DAS (Ha) Debit (m /Detik) Debit (m /Tahun)
No 1 2 3 4
Maya Mangantal Selayung Siaboi
15.066
1.316
41,501,376
10.422 8.336 20.492
910.000 731.000 1.789
28,697,760,000 23,052,816,000 56,417,904
15
No
Nama Sungai 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Simaya Hanjulung Binalatung Kuli Slipi Amal Baru Batu Mapan Mentogog Kecil Tanjungbatu Mentogog Karungan Nangitan Pamusian dan Buaya Kampung Bugis Sesanip Persemaian Bengawan Belalung Bunyu Semunti Besar dan Semunti Kecil
TOTAL Sumber : Dinas PU Pengairan Kota Kota X
3
Luas DAS (Ha)
Debit (m /Detik)
3
Debit (m /Tahun)
17.245 6,634.000 22,591.000 4,268.000 3,821.000 3,468.000 3,138.000 1,441.000 2,025.000 4,944.000 7,054.000 2,336.000 23,820.000 5,641.000 6,676.000 14,779.000 12,363.000 9,737.000 7,575.000 8,976.000
1.506 579.000 1.973 373.000 334.000 303.000 274.000 126.000 177.000 432.000 616.000 204.000 2,080.000 493.000 583.000 1,290.000 1,080.000 850.000 662.000 784.000
47,493,216 18,259,344,000 62,220,528 11,762,928,000 10,533,024,000 9,555,408,000 8,640,864,000 3,973,536,000 5,581,872,000 13,623,552,000 19,426,176,000 6,433,344,000 65,594,880,000 15,547,248,000 18,385,488,000 40,681,440,000 34,058,880,000 26,805,600,000 20,876,832,000 24,724,224,000
151,358.561
12,887.584
406,422,849,024
Semua data perhitungan ketersediaan air dan kebutuhan pemakaian air, direkapitulasi dan disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.15. Rekapitulasi Neraca Air Kota Kota X.
No
Jenis SDA 1
2
3
Curah Hujan [mm] Hujan [mm] 3 Tampungan [m /tahun] 3
Air Permukaan [m /tahun] 3 Mata Air [m /tahun] 3 Bendungan [m /tahun] 3 Air Tanah [m /tahun] 3
TOTAL [m /tahun]
Potensi
Keterangan 4,246.50 2,538.87
2,411,014.71 406,422,849,024.00 1,550,213.75 12,614,400.00 2,361,599.64
Total (per luas lahan) Surplus (per luas lahan) Ditampung langsung Air Sungai Air Sumur Produksi PDAM Sumur bor setahun
406,441,786,252.10
Sumber : Hasil Perhitungan
Berikut adalah tabel rekapitulasi konsumsi air di Kota Kota X: Tabel 3.16. Konsumsi Air Kota Kota X 3 Jenis Pemakaian Pemakaian [m /tahun]
No 1
2
3
Konsumsi PDAM Rumahtangga Pengguna sumur Rumahtangga Pengguna hujan Peternakan Pertanian (padi) Pertanian (non padi) Tambak Air Tanah
TOTAL
8,514,720.00 1,550,213.75 2,411,014.71 557,847.07 705,024.00 11,954,304.00 174,879,734.40 2,361,599.64
Keterangan Efektif terpakai Konsumsi Konsumsi
Jagung, ubi‐ubian Jagung, ubi‐ubian Konsumsi
202,934,457.57
Sumber : Hasil Perhitungan
16
Dari data pada tabel‐3.15 dan 3‐16, maka dapat disimpulkan bahwa neraca air Kota Kota X untuk produksi dan konsumsi adalah:
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa kondisi ketersediaan air di Kota Kota X masih sangat aman namun jika dicermati lebih dalam, ternyata nilai surplus ditemukan dari sumber air sungai yang rentan terhadap pencemaran. Hal ini sangat dimungkinkan, karena berdasarkan sumber dari Kota X Dalam Angka 2011 dan RTRW Kota Kota X, ternyata sungai juga dijadikan tempat pembuangan limbah (grey water) baik domestik, maupun industri. Hanya sungai tertentu yang saat ini dijadikan sebagai sumber bahan baku PDAM, antara lain Sungai Binalatung dengan total debit per tahun yang 3
hanya mencapai 62,220,528 m (0,0153 % dari total debit air sungai di Kota X). Sumber air sisanya, lebih diserahkan kepada swasta (sumur dalam/bor) untuk pengelolaannya. Sumber air yang belum terkelola dengan baik adalah sumber air hujan yang nilainya positif sepanjang tahun jika dibandingkan dengan nilai evapotranspirasi, sehingga potensi air hujan cenderung menjadi bencana bagi Kota Kota X (berupa banjir) daripada ditampung sebagai cadangan air yang bisa dijadikan imbuhan bagi air tanah. Ini bisa terlihat pada data run‐off (limpasan) yang mencapai 2.197,89 mm/luas lahan/tahun. Saran yang dapat ditawarkan, adalah: 1.
Sistem pembuangan limbah (domestik dan industri), harus dibenahi lagi karena potensi air sungai sangat besar bagi Kota Kota X jika tidak tercemar.
2.
Regulasi pengelolaan air tanah (sumur dalam/bor), harus segera dikeluarkan karena hanya pihak swasta yang saat ini terlibat dalam pengelolaannya. Hal ini demi kelangsungan ketersediaan air tanah ke depan, sekaligus bisa menjadi sumber pemasukan bagi Pemda selain hanya dari retribusi air tanah saja.
3.
Penanganan air hujan harus lebih ditingkatkan, karena potensi sumber air dari air hujan yang berupa limpasan cukup besar agar tidak hanya menjadi bencana, namun dapat dirubah menjadi peluang peningkatan imbuhan air tanah.
17
Daftar Pustaka
… SNI 19‐6728.1‐2002, tentang Penyusunan Neraca Sumber Air … http://www.scribd.com/doc/41032148/28/Perhitungan‐Evapotranspirasi ‐Potensial ‐ETo … http://mmahbub.files.wordpress.com/2010/05/5‐hitungneraca.pdf … Analisis Neraca Air di DAS KUPANG dan SENGKARANG., Ig. L. Setyawan Purnama, dkk., 2012 … Kota X Dalam Angka 2011
18