PERCOBAAN I
PENGUJIAN STEROID, TRITERPEN DAN KARETENOID
Tujuan
Mengetahui cara mengidentifikasi metabolit sekunder golongan steroid, triterpen dan karetenoid pada sampel daun genjer, cabai rawit, daun jeruk purut, kulit jeruk purut, daun mengkudu dan urang-aring.
Membedakan golongan metabolit sekunder steroid, triterpen dan karetenoid.
Dasar Teori
Uji Kardenolin dan Bufadienol
Uji Kardenolin dan Bufadienol menggunakan 3 metode yaitu metode Killer-Killiani, Metode Liebermann-Burchard dan metode Keddle. Hasil positif pada metode Killer-Killiani menunjukkan adanya deoksi gula untuk glikosida.
Adanya kardenolin dan bufadienol dapat dilakukakn juga uji Liebermann-Burchard yang merupakan uji karakteristik untuk sterol tidak jenuh dan triterpen. Hasil positif pada uji Liebermann-Burchard ditandai dengan terbentuknya cincin hijau yang berasal dari reaksi antara sterol tidak jenuh atau triterpen dengan adanya asam (CH3COOH atau H2SO4).
Uji Keddle dilakukan untuk menunjukkan adanya lakton tidak jenuh. Hasil positif pada uji Keddle diperkirakan karena terjadinya reaksi antara lakton tidak jenuh pada kardenolin atau bufadienol dengan 3,5-dinitrobenzen (Pereaksi Keddle).
(Marliana, 2005)
Kandungan terpenoid atau steroid dalam tumbuhan dapat diuji dengan menggunakan metode Liebermann-Buchard yang nantinya akan memberikan warna jingga atau ungu untuk terpenoid dan warna biru untuk steroid. Uji ini didasarkan pada kemampuan senyawa triterpenoid dan steroid membentuk warna oleh adanya H2SO4 pekat dalam pelarut asetat glasial sehingga membentuk warna jingga (Marlinda, 2012).
Senyawa Steroid
Steroid merupakan messenger kimia atau juga dikenal sebagai hormon. Steroid disintesis didalam kelenjar dan dihantarkan oleh aliran darah ke jantung target untuk merangsang atau menghambat suatu proses. Steroid bersifat non polar, karakter non polarnya memungkinkannya untuk melewati membran sel dan memasuki sel target (Sarker, 2009).
Steroid adalah gugus senyawa yang mengandung sebuah struktur dengan empat cincin yang dikenal sebagai inti steroid. Kolesterol yang disintesis dalam tubuh hewan dan tidak disintesis dalam tumbuhan adalah senyawa induk yang merupakan asal dari semua steroid lain.
(Marks, 2000)
Semua steroid berasal dari jalur biosintesis asetil KoA. Ribuan steroid telah diidentifikasi dari tanaman, hewan, fungi dan kebanyakan dari steroid ini mempunyai aktivitas biologik yang menarik. Semua steroid paling sedikit memiliki gugus metil pada posisi C-10 dan C-13 dimana metil-metil ini disebut sebagai metil angular. Beberapa dari steroid memiliki hidroksil alkoholik yang terikat pada cincin dan dikenal sebagai sterol (Sarker, 2009).
Senyawa Triterpenoid
Salah satu senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam tanaman adalah senyawa triterpenoid. Senyawa tersebut dapat dijumpai pada bagian akar , batang, daun, buah maupun biji tanaman.
Triterpenoid merupakan suatu senyawa yang memiliki kerangka dasar yang terdiri dari enam unit satuan isoprene dan dalam biosintesis diturunkan dari C3O asiklik yaitu skualen. Triterpenoid merupakan golongan terbesar dari terpenoid dan tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan. Di alam triterpen terdapat dalam bentuk bebas, bentuk encer atau bentuk glikosidanya.
(Ridnia, 2013)
Triterpenoid berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan merupakan alkohol, aldehida atau asam karboksilat. Senyawa triterpenoid berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik yang umumnya sukar dicirikan karena tidak ada kereaktifan kimianya. Triterpenoid dapat digolongkan menjadi triterpen sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung (Harbone, 2006).
Senyawa Karotenoid
Karotenoid adalah kelompok besar dari hidrokarbon (karoten) dan xantrofie (karoten yang mudah teroksidasi menjadi karoten kembali). Zat inilah yang memberi warna merah, orange ataupun kuning dari berbagai buah dan sayuran (Topan, 2005).
Terpenoid terbagi atas dua kelas utama yaitu karoten atau karotenoid dan non-karotenoid. Karotenoid sangat penting bagi kesehatan terutama untuk kesehatan mata. Karotenoid pada umumnya terdapat pada buah yang berwarna merah hingga kuning. Pigmen pemberi warna merah hingga kuning tersebut adalah :
Likopen merupakan pigmen pemberi warna merah
Alfa-karoten, beta-karoten, pemberi warna kuning
Lutein dan zeaxanthin, pigmen pemberi warna kuning
(Astawan, 2008)
Karotenoid dapat diklasifikasikan ke dalam gua kelompok yaitu karoten dan xantofil. Karoten merupakan karotenoid hidrokarbon contohnya beta-karoten dan likopen. Sedangkan xantofil merupakan turunan peroksidasinya (Panjaitan, 2008).
5. Uraian Sampel
a. Daun Genjer
Klasifikasi dari daun genjer, di antaranya kingdom adalah plantae, divisi adalah spermatophyta, kelas adalah monocotyledoneae, ordo adalah alismatales, famili adalah butomaceae, genus adalah limnocharis, spesies adalah Limnocharis flava Buch. Daun tanaman ini tunggal, bertangkai persegi, lunak, panjang 15-25 cm, helai daun lonjong, ujung daun meruncing, pangkal tumpul, tepi rata, panjang 5-50 cm, lebar 4-25 cm, pertulangan sejajar, hijau. Daun dan bunga Limnocharis flava mengandung kardenoli, disamping itu daunnya juga mengandung flavonoid dan polifenol (Djumidi, 1997).
Daun genjer berkhasiat sebagai penambah nafsu makan. Untuk menambah nafsu makan dapat digunakan kuranglebih 15 gram daun genjer sega, dicuci dan dikukus sampai setengah matang lalu dimakan sebagai lalapan (Widyaningrum, 2011).
Cabai Rawit
Klasifikasi dari cabai rawit, diantaranya kingdom adalah plantae, divisi adalah spermatophyta, kelas adalah dicotyledoneae, ordo adalah corolliforea, famili adalah solanaceae, genus adalah capsicum, spesies adalah Capsicum frutecens L.
Daun cabai rawit berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun rata. Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga tunggal yang berbentuk bintang, tumbuh menunduk pada ketiak daun dengan mahkota bunga bewarna putih. Buah cabai rawit akan terbentuk setelah proses penyerbukan. Buah dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing atau berbentuk kerucut. Warna buah cabai rawit bervariasi, buah muda bewarna hijau atau putih sedangkan buah yang telah masak bewarna merah menyala atau merah jingga.
(Cahyono, 2003)
Produk metabolit sekunder yang terdapat pada buah cabai salah satunya adalah capsaicin. Capsaicin merupakan kelompok senyawa yang bertanggung jawab terhadap rasa pedas dari cabai. Capsaicin merupakan senyawa nonpolar yang memiliki beberapa gugus polar terhadap hidrogen yang berikatan dengan air. Hal ini menyebabkan capsaicin tidak larut dalam air (Sukrasno, 1997).
Daun dan Kulit Jeruk Purut
Klasifikasi dari jerut purut, diantaranya kingdom adalah plantae, divisi adalah magnoliophyta, kelas adalah magnoliopsida, ordo adalah sapindales, famili adalah rutaceae, genus adalah citrus, spesies adalah Citrus hystrix D.C.
Daun majemuk berbentuk bulat telur sampai lonjonh, menyirip, berdaun anak satu, tangkai sebagian melebar menyerupai anak daun, pangkal membundar atau tumpul, ujung tumpul sampai meruncing dan tepi beringgit. Bunga berbentuk bintang, berwarna putih kemerahan atau putih kekuningan. Buah sebesar buah golf, kulitnya berwarna hijau, berkerut dan berbenjol-benjol.
Daun mengandung tanin1,8%, steroid triterpenoid dan minyak atsiri 1-1,5%. Kulit buah mengandung saponin, tanin 1%, steroid triterpenoid dan minyak atsiri yang mengandung sitrat 2-2,5%.
(Agromedia, 2008)
Daun Mengkudu
Klasifikasi dari mengkudu, diantaranya kingdom adalah plantae, divisi adalah spermatophyta, kelas adalah dicotyledoneae, ordo adalah rubiales, famili adalah rubiaceae, genus adalah morinda, spesies adalah Morinda citrifolia L.
Tanaman ini memiliki jenis daun penumpu, tipe berhadapan, bula telur, bertepi rata, hijau kekuningan, panjang mencapai 1,5cm. Daun dimanfaatkan sebagai obat cacing, pelembut kulit, peluruh dahak, peluruh haid, pencahar, penghenti perdarahan, penurun panas, radang amandel. Kandungan kimia dari daun mengkudu yaitu alkaloid dengan uji spektroskopi UV menunjukkan adanya ikatan rangkap terkonjugasi tipe etilenik dan tipe benzoik serta kemungkinan memiliki inti indol.
(Sudarsono, 2002)
Daun Urang-aring
Klasifikasi dari tanaman ini, diantaranya kingdom adalah plantae, divisi adalah spermatophyta, kelas adalah dicotyledoneae, ordo adalah asterales, famili adalah asteraceae, genus adalah edipta, spesies adalah Edipta alba L. Hassk.
Urang-aring merupakan tumbuhan liar yang banyak tumbuh di tempat-tempat terbuka. Tumbuhan ini dapat tumbuh subur baik ditepi pantai ataupun di daerah pegunungan hingga ketinggian 1500 m dpl. Terna, bertangkai banyak, tegak kadang bagian pangkalnya berbaring, tinggi bisa mencapai 80 cm. Batang bulat, berwarna hijau kecoklatan, berambut putih yang agak kasar. Daun tunggal, bertangkai pendek. Helaian daun berbentuk bulat telur memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi halus atau hampir rata, pertulangan menyirip. Kedua permukaan daun berambut, perabaan agak kasar, panjang 2-3,5 cm dan lebar 5-10cm, berwarna hijau. Bunga mejemuk, berbentuk bongkol, berwarna putih keci-kecil. Buah memanjang, keras, pipih dan berambut.
(Dalimartha, 2006)
Kandungan kimia daun Ecipta alba ialah mengandung glikosida, saponin, flavonoida dan tannin. Daun mengkudu berkhasiat sebagai penyubur rambut, obat sakit gigi, obat sesak nafas dan obat kurap.
(Hutapea, 2000)
Alat dan Bahan
Alat
Batang pengaduk
Cawan porselin
Gelas kimia 100 ml, 1000 ml
Gelas ukur 10 ml
Gunting
Penangas air
Pipet tetes
Pipet volume 1 ml, 10 ml
Propipet
Rak tabung
Sendok tanduk
Tabung reaksi
Timbangan analitik
Bahan
Asam asetat anhidrat
Asam asetat glasial
Asam sulfat pekat
FeCl3
Heksana
Kloroform
Metanol
Natrium sulfat anhidrat
Sampel daun genjer (Limnocharis flava Buch)
Sampel daun jeruk purut (Citrus hystrix D.C.)
Sampel cabai rawit (Capsium frutecens L.)
Sampel kulit buah jeruk purut (Citrus hystrix D.C.)
Sampel daun mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Sampel urang-aring (Edipta alba L. Hassk)
Prosedur Kerja
Penyarian atau Ekstraksi sampel
Dipotong kecil-kecil sampel kulit buah jeruk purut.
Direndam dengan metanol dalam gelas kimia.
Ditutup dengan aluminium foil dan diamkan selama 15 menit.
Pengujian Steroid dan Triterpenoid
Dimasukkan 10 ml ekstrak metanol cair kedalam cawan porselin dan diuapkan hingga kering.
Ditambahkan 0,5 ml asam asetat anhidrat dan 0,5 ml kloroform.
Ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi.
Diamati perubahan yang terjadi reaksi positif ditandai dengan adanya cicin merah coklat atau ungu pada batas kedua larutan dan larutan bagian atas menjadi hijau atau ungu.
Pengujian Karatenoid
Dimasukkan 2 ml ekstrak metanol cair kedalam tabung reaksi.
Ditambahkan 3 tetes H2SO4.
Diamati perubahan yang terjadi reaksi positif ditandai dengan warna biru kehijauan.
Pengujian Kardenolin dan Bufadienol
Metode Killer-Kilani
Diuapkan 2 ml ekstrak metanol cair hingga kering.
Ditambahkan heksana hingga jernih.
Diuapkan sebentar dan ditambahkan 3 ml FeCl3 dan 1 ml H2SO4 pekat.
Diamati reaksi positif dengan adanya cincin merah bata berubah menjadi biru atau ungu.
Metode Liebermen-Burchard
Diuapkan 2 ml ekstrak metanol cair sampai kering.
Ditambahkan 10 ml heksana, diaduk beberapa menit dan diuapkan.
Ditambahkan 0,1 g Na2SO4 anhidrat dan diaduk.
Dibagi menjadi dua bagian, yaitu A sebagai blanko dan B ditambahkan 3 tetes asam asetat glacial dan H2SO4 pekat 3 tetes.
Diamati perubahan yang terjadi reaksi positif ditandai dengan warna merah sampai ungu.
Hasil Pengamatan
Uji Organoleptis
Kulit jeruk purut
Nama Indonesia : Kulit jeruk purut
Nama simplisia : Citrus pericaipium
Nama latin : Citrus hystrix
Bau : Khas aromatis
Rasa : Pahit getir
Warna : Hijau muda
Buah cabai
Nama Indonesia : Cabai rawit
Nama simplisia : Capsici Fructus
Nama latin : Capsicum frutescens
Bau : Menyengat / khas aromatis
Rasa : Pedas
Warna : Merah
Daun genjer
Nama Indonesia : Daun genjer
Nama simplisia : Limnocharis folium
Nama latin : Limnocharis flava
Bau : Khas aromatis
Rasa : Pahit
Warna : Hijau
Daun jeruk purut
Nama Indonesia : Daun jeruk purut
Nama simplisia : Citrus folium
Nama latin : Citrus hystrix
Bau : Khas aromatis
Rasa : Pahit
Warna : Hijau
Kulit buah mengkudu
Nama Indonesia : Kulit buah mengkudu
Nama simplisia : Morinda folium
Nama latin : Morinda citrifolia
Bau : Khas aromatis
Rasa : Pahit
Warna : Hijau
Daun urang-aring
Nama Indonesia : Eclipta alba
Nama simplisia : Eclipta folium
Nama latin : Eclipta alba
Bau : Khas aromatis
Rasa : Manis agak asam
Warna : Hijau
Penyarian / ekstraksi sampel
No
Sampel
Perlakuan
Hasil ekstraksi
Gambar
1.
Kulit jeruk purut
Sampel ditambahkan metanol dan didiamkan selama 15 menit
Warna hijau muda
2.
Buah cabai rawit
Sampel ditambahkan metanol dan didiamkan selama 15 menit
Warna merah
3.
Daun genjer
Sampel ditambahkan metanol dan didiamkan selama 15 menit
Warna hijau
4.
Daun jeruk purut
Sampel ditambahkan metanol dan didiamkan selama 15 menit
Warna hijau
5.
Daun mengkudu
Sampel ditambahkan metanol dan didiamkan selama 15 menit
Warna hijau
6.
Daun urang-aring
Sampel ditambahkan metanol dan didiamkan selama 15 menit
Warna hijau
Pengujian sampel karotenoid
No
Sampel
Perlakuan
Hasil ekstraksi
Gambar
1.
Kulit jeruk purut
2 ml ekstrak cair ditambahkan dengan 3 tetes H2SO4
( - ) warna hijau
2.
Buah cabai rawit
2 ml ekstrak cair ditambahkan dengan 3 tetes H2SO4
( - ) warna kuning
3.
Daun genjer
2 ml ekstrak cair ditambahkan dengan 3 tetes H2SO4
( + ) warna hijau kebiruan
4.
Daun jeruk purut
2 ml ekstrak cair ditambahkan dengan 3 tetes H2SO4
( - ) warna hijau
5.
Daun mengkudu
2 ml ekstrak cair ditambahkan dengan 3 tetes H2SO4
( + ) warna hijau kebiruan
6.
Daun urang-aring
2 ml ekstrak cair ditambahkan dengan 3 tetes H2SO4
( + ) warna hijau kebiruan
Keterangan : Jika positif akan berwarna biru atau hijau kebiruan
Pengujian Kardenolin dan Bufadienol dengan metode Keller-Killiani
No
Sampel
Perlakuan
Hasil ekstraksi
Gambar
1.
Kulit jeruk purut
Ekstrak metanol cair, diuapkan ditambah heksana, diuapkan kemudian ditambahkan dengan 3 ml FeCl3 dan 1 ml H2SO4
( - ) warna cokelat bening
2.
Buah cabai rawit
( - ) warna kuning
3.
Daun genjer
( - ) warna cokelat kehitaman
4.
Daun jeruk purut
( - ) warna hijau
5.
Daun mengkudu
Ekstrak metanol cair, diuapkan ditambah heksana, diuapkan kemudian ditambahkan dengan 3 ml FeCl3 dan 1 ml H2SO4
( + ) cincin merah bata
6.
Daun urang-aring
( + ) cincin merah bata
Keterangan: Hasil positif apabila terbentuk cincin merah bata sampai biru atau ungu
Pengujian Kardenolin dan Bufadienol dengan metode Liebermann-Buchard
No
Sampel
Perlakuan
Hasil ekstraksi
Gambar
1.
Kulit jeruk purut
Ekstrak metanol cair diuapkan, ditambah 10 ml heksana lalu diuapkan, ditambah 0,1 g Na2SO4 anhidrat. Filtrat A sebagai blanko, Filtrat B ditambah 3 tetes asam asetat glasial, ditabah 3 tetes H2SO4
( - ) warna hijau
2.
Buah cabai rawit
( - ) warna jingga
3.
Daun genjer
( - ) warna cokelat
4.
Daun jperuk purut
( - ) warna hijau
5.
Daun mengkudu
( - ) warna hijau tua
6.
Daun urang-aring
( - ) warna kuning
Keterangan: Hasil positif apabila terbentuk warna merah sampai ungu
Pengujian steroid triterpenoid
No
Sampel
Perlakuan
Hasil ekstraksi
Gambar
1.
Kulit jeruk purut
Ekstrak metanol cair diuapkan, ditambah 0,5 ml CH3COOH anhidrat, lalu ditambah dengan 0,5 ml CHCl3 dan 1 ml H2SO4
( + ) terbentuk cincin ungu, tetapi bagian atas tidak berwarna hijau
2.
Buah cabai rawit
( + ) terbentuk cincin cokelat, tetapi bagian atas tidak berwarna hijau
3.
Daun genjer
( + ) terbentuk cincin cokelat dan batas atas berwarna hijau
4.
Daun jeruk purut
Ekstrak metanol cair diuapkan, ditambah 0,5 ml CH3COOH anhidrat, lalu ditambah dengan 0,5 ml CHCl3 dan 1 ml H2SO4
( + ) terbentuk cincin cokelat dan batas atas berwarna hijau
5.
Daun mengkudu
( + ) terbentuk cincin cokelat
6.
Daun urang-aring
( + ) terbentuk cincin cokelat dan batas atas berwarna hijau
Keterangan: Hasil positif apabila terbentuk cincin merah cokelat atau ungu pada batas kedua larutan dan batas atas berwarna hijau
F. Pembahasan
Praktikum ini akan membahas mengenai pengujian steroid, triterpen, dan karotenoid yang bertujuan untuk mengetahui cara mengidentifikasi dan membedakan metabolit sekunder golongan steroid, triterpen dan karotenoid pada sampel cabe rawit, daun genjer, kulit jeruk purut, daun jeruk purut, daun mengkudu dan daun urang aring.
Kandungan kimia yang terkandung dalam daun jeruk purut adalah alkaloid, tannin, steroid triterpenoid dan minyak atsiri sedangkan kulit buah jeruk purut mengandung saponin, flavonoid, steroid, triterpenoid dan minyak atsiri. Pada cabe rawit mengandung senyawa steroid, triterpenoid, alkaloid dan flavanoid. Pada daun mengkudu dan daun urang aring terdapat alkaloid, flavanoid, karatenoid dan fenil propanoid. Pada daun genjer mengandung steroid, flavanoid, dan fenil propanoid.
Sampel yang digunakan adalah cabe rawit, daun genjer, kulit jeruk purut, daun jeruk purut, daun mengkudu dan daun urang aring. Sebelum sampel diuji, dilakukan ekstraksi. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansiyang digunakan tanpa melarutkan material lainnya. Metode ekstraksi yang digunakan pada percobaan ini adalah maserasi. Maserasi adalah suatu proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik tertentu pada temperatur ruangan. Prosesnya adalah cairan penyari akan masuk ke dalam sel yang akan melewati dinding sel isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi dimana cairan dengan konsentrasi tinggi akan terdesak keluar yang akan diganti dengan cairan penyari dengan konsentrasi rendah. Peristiwa ini akan berulang hingga hasil terjadi keseimbangan konsentrasi antar larutan diluar sel dan didalam sel. Pelarut yang digunakan pada proses maserasi ini adalah metanol. Metanol adalah salah satu senyawa hidrokarbon dari golongan alkohol dengan gugus alkil hidroksil (-OH). Metanol merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pelarut metanol ini memiliki kelebihan yaitu pelarut yang selektif, tidak tercampur, absorbsinya baik, kapang dan mikroba sulit tumbuh dalam pelarut metanol dan dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan sedangkan kekurangan dari pelarut ini adalah harganya relatif mahal. Pelarut metanol bersifat semipolar sehingga zat-zat yang bersifat polar dan non polar dapat larut dalam metanol.
Percobaan pertama adalah pembuatan ekstrak cair dari masing-masing sampel dengan menggunakan metode maserasi. Pembuatan ekstrak adalah pertama-tama dikupas kulit jeruk purut hingga terpisah dari daging buahnya kemudian dipotong kecil-kecil sedangkan untuk sampel cabe rawit, daun genjer, daun jeruk purut, daun binahong dan daun urang aring dicuci terlebih dahulu lalu dipotong kecil-kecil. Kemudian semua sampel dimasukkan ke dalam gelas kimia masing-masing lalu ditambahkan metanol hingga sampel terendam. Didiamkan selama 15 menit lalu setiap 5 menit diaduk dengan menggunakan batang pengaduk. Tujuan dari perendaman sampel dengan metanol agar pelarut metanol dapat menembus ke dinding sel ekstrak sehingga dapat mengeluarkan senyawa-senyawa yang ada dalam sampel sedangkan tujuan pengadukan adalah membantu proses penyarian dengan cara memperbesar kontak antara metabolit sekunder dengan pelarut.
Percobaan kedua adalah pengujian karotenoid. Karotenoid adalah kelompok besar dari hidrokarbon (karoten) dan xantofil (karoten yang teroksigenasi yang dengan mudah berubah menjadi karoten kembali). Karotenoid merupakan pigmen organik yang terjadi secara alamiah dalam tumbuhan dan organisme berfotosintesis lainnya. Pengujian karotenoid bertujuan untuk mengidentifikasi adanya pigmen yang memberikan warna pada sampel. Pengujian karotenoid dapat dilakukan dengan diambil 2 mL ekstrak cair yang telah dimaserasi selama 15 menit kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet lalu ditambahkan dengan asam sulfat pekat kemudian diamati perubahan yang terjadi. Penambahan asam sulfat pekat bertujuan untuk membentuk kompleks dengan gugus isoprena pada karotenoid membentuk larutan berwarna biru atau biru kehijauan yang merupakan reaksi positif adanya karotenoid. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada sampel daun genjer, daun urang aring, daun jeruk purut dan daun mengkudu mengandung senyawa karotenoid yang ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna biru atau kehijauan pada setiap sampel sedangkan pada kulit jeruk purut dan cabai rawit didapatkan hasil negatif karena tidak terbentuk larutan berwarna biru atau biru kehijauan. Hasil yang didapatkan telah sesuai dengan teori yang ada dimana sampel kulit jeruk purut dan cabai rawit tidak mengandung senyawa karotenoid serta pada sampel daun genjer, daun jeruk purut, daun urang aring dan mengkudu mengandung senyawa karotenoid.
Pengujian ketiga adalah pengujian kardenolin dan bufadienol dengan menggunakan metode Killer-Kilani. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi adanya deoksi gula untuk glikosida. Pengujian ketiga ini dilakukan dengan dimasukkan 2 mL ekstrak sampel diuapkan. Penguapan diatas penangas air bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak yang lebih pekat dan untuk menguapkan sisa pelarut metanol . Setelah diuapkan ekstrak cair ditambahkan dengan heksana sampai jernih. Penambahan heksana hingga jernih bertujuan untuk menarik sisa-sisa zat yang non polar sehingga mampu menarik zat yang sejenis dengan pelarutnya kemudian diuapkan kembali untuk dapat memperoleh filtrat dan ditambahkan dengan FeCl3 dan H2SO4. Penambahan FeCl3 adalah untuk dapat menghasilkan warna yang berikatan dengan senyawa fenolik karena ion-ion dari FeCl3 berperan sebagai ligan-ligan yang akan menghasilkan warna merah apabila bereaksi dengan senyawa fenol dan fungsi dari penambahan H2SO4 pada pengujian ini adalah untuk dapat menghidrolisis air sehingga terbentuk cincin hijau yang berasal dari reaksi antara sterol tidak jenuh atau triterpen dengan asam. Dari pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil negatif pada sampel kulit jeruk purut, daun genjer, cabai rawit dan kulit buah jeruk purut karena hasil akhir tidak terbentuk cincin merah bata, hijau sampai biru atau ungu sedangkan hasil positif terdapat pada sampel daun mengkudu dan daun urang aring ditandai dengan terbentuknya cincin merah bata. Hal ini tidak sesuai dengan teori untuk sampel daun genjer seharusnya menghasilkan reaksi positif mengandung kardenolin.
Pengujian keempat adalah pengujian kardenolin dan bufadienol dengan menggunakan metode Lieberman-Burchard untuk menguji karakteristik adanya sterol tidak jenuh. Pengujian ini dilakukan dengan menambahkan ekstrak cair dengan heksana kemudian diuapkan lalu ditambahkan dengan Na2SO4 anhidrat. Setelah itu disaring dan dibagi menjadi dua yaitu filtrat A sebagai blanko dan filtrat B ditambahkan dengan dengan asam asetat glasial lalu ditambahkan dengan asam sulfat pekat. Perlakuan penguapan bertujuan untuk memperoleh filtrat yang lebih pekat dan menguapkan sisa pelarut, sedangkan ditambahkan Na2SO4 anhidrat bertujuan untuk menarik air yang terdapat pada ekstrak karena pada percobaan ini, tidak diperbolehkan adanya kandungan air pada reaksi ini sedangkan asam sulfat pekat berfungsi untuk menghidrolisis air sehingga terbentuk warna merah yang berasal dari reaksi antara sterol tidak jenuh atau triterpen dalam asam dan asam asetat glasial ditambahkan untuk memperjelas warna yang terbentuk. Apabila suatu sampel mengandung kardenolin dan bufadienol akan terbentuk warna merah sampai ungu yang menunjukkan adanya triterpen. Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini adalah seluruh sampel yaitu daun genjer, cabe rawit, daun jeruk purut, kulit jeruk purut, daun mengkudu dan daun urang aring menunjukkan hasil negatif karena hasil akhir dari sampel tidak menunjukkan warna merah sampai ungu. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana seharusnya pada sampel daun genjer, daun mengkudu dan daun urang aring mengandung senyawa kardenolin sedangkan pada metode sebelumnya yaitu metode Killer-Killani sampel daun mengkudu dan daun urang aring memberikan hasil yang positif untuk kardenolin.
Percobaan kelima adalah pengujian steroid dan terpenoid. Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dihasilkan dari senyawa terpena serta steroid merupakan gugus senyawa yang mengandung sebuah struktur dengan empat cincin yang dikenal sebagai inti steroid. Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan steroid atau terpenoid dalam sampel dapat dilakukan dengan cara 10 mL ekstrak cair diuapkan dengan menambahkan asam asetat anhidrat yang bertujuan untuk membentuk turunan asetil lalu ditambahkan kloroform yang bertujuan untuk melarutkan steroid karena kloroform dan steroid memiliki kepolaran yang sama sehingga steroid akan larut dalam kloroform lalu dilanjutkan dengan penambahan H2SO4 pekat yang bertujuan untuk menghidrolisis air yang akan bereaksi dengan turunan asetil membentuk cincin merah coklat atau ungu dan larutan atas berwarna hijau yang menunjukkan pada sampel mengandung steroid. Warna hijau tersebut sebanding dengan konsentrasi steroid. Pada percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada sampel cabe rawit, daun genjer, kulit jeruk purut, daun jeruk purut, daun urang aring dan daun mengkudu menunjukkan hasil positif karena terbentuk cincin warna merah kecoklatan atau ungu dan larutan atas berwarna hijau. Hal ini telah sesuai dengan teori yang ada dimana semua sampel mengandung senyawa steroid dan triterpenoid.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
Senyawa steroid dan triterpenoid di identifikasi positif berwarna cincin cokelat atau ungu dengan asam asetat anhidrat, kloroform dan asam sulfat. Beberapa tumbuhan yang teridentifikasi adalah cabai rawit, daun genjer, kulit buah jeruk purut, daun jeruk purut, daun mengkudu dan daun urang-aring.
Senyawa karatenoid di identifikasi positif berwarna hijau kebiruan dengan asam sulfat pekat. Beberapa tumbuhan yang teridentifikasi adalah daun genjer, daun urang-aring dan daun genjer.
Senyawa kardenolin dan bufadienol di identifikasi positif berwarna cincin merah bata dengan FeCl3 dan H2SO4. Beberapa tumbuhan yang teridentifikasi adalah daun mengkudu dan daun urang-aring.
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia, Redaksi. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Agromedia Pustaka:
Jakarta
Astawan. Made. 2008. Khasiat Warna-Warni Makanan. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta
Cahyono, Bambang.2003. Cabai Rawit. Kansius: Yogyakarta
Dalimartha S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Puspa Swara: Jakarta
Djumidi. 1997. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (IV). Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Kesehatan RI: Jakarta
Harbone, J.B. 200. Metode Fitokimia. Penerbit ITB: Bandung
Hutapea, J.R, 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 1. Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI: Jakarta
Marliana, Doerya Dewi. 2005. Skrining Fitiokimia dan Analisis Kromatografi
Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium jaca Swartz) dalam
Ekstrak Etanol. Jurnal Biologi FMIPA UNS Voume 3 Nomor 1
Marlinda, Mira., dkk. 2012. Analisis Senyawa Metabolit Sekunder dan Uji
Toksisitas Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill). Jurnal MIPA
UNSRAT Volume 1 Nomor 1
Panjaitan, Togar. 2008. Peranan Karotenoid Alami dalam Menangkal Radikal
Bebas di Dalam Tubuh. Jurnal Biologi USU Volume 2 Nomor 1
Ridnia., dkk. 2013. Isolasi dan Karakterisasi Triterpenoid Dari Fraksi n-Heksa
pada Kulit Batang Srikaya (Annona squamosa L.). Jurnal Kimia UNAND
Volume 2 Nomor 4
Sarker, S. 2009. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Sudarsono., dkk. 2002. Tumbuhan Obat II. UGM: Yogyakarta
Sukrasno., dkk. 1997. Kandungan Kapsaisin dan Dihidrokapsaisin Pada Berbagai
Buah Capsicum. JMS Vol. 2 NO.1
Topan, Erik. 2005. Seri Kesehatan Keluarga. PT Elex Media Komputindo:
Jakarta
Widyaningrum, Herliana 2011. Kitab Tanaman Obat Nusantara. Medpress:
Yogyakarta