PENDAHULUAN
Perawatan saluran akar merupakan prosedur perawatan gigi yang bermaksud mempertahankan gigi dan kenyamanannya agar gigi yang sakit dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya, tanpa simtom, dapat berfungsi kembali dan tidak ada tanda-tanda patologik. Gigi yang sakit bila dirawat dan direstorasi dengan baik akan bertahan seperti gigi vital selama akarnya terletak pada jaringan sekitarnya yang sehat. Syarat utama keberhasilan perawatan saluran akar pada gigi sulung adalah bahwa bahansaluran akar harus bisa terserap pada waktu yang sama seperti resorpsi fisiologis akarnya. Adapun syarat-syarat yang lainnya adalah bahan pengisi saluran akar harus radiopaque, nontoksik pada jarigan periapikal dan benih gigi, mudah aplikasinya, tidak mengkerut, dan mempunyai sifat disinfektan.
Untuk mengatasi masalah endodontik, maka dilakukanlah perawatan saluran akar. Masing-masing perawatan pulpa pada gigi anak memiliki indikasi, kontraindikasi dan cara yang berbeda-beda. Perawatan saluran akar tadi bertujuan untuk mempertahankan gigi walaupun dalam keadaan non vital, menghilangkan bakteri dari saluran akar, menjaga fungsi bicara, dan mempertahankan kesehatan gigi dan mulut.1
Bahan pengisian saluran akar kini telah beragam seiring perkembangan peneltian dan kemajuan teknologi. Pasta iodoform (kri paste), pasta ZOE, dan pasta Ca(OH)2 merupkan bahan yang paling sering digunakan di praktik kedokteran gigi. Ketiga bahan tersebut memiliki indikasi tersendiri.3
Dalam makalah ini akan lebih dibahas mengenai keberhasilan perawatan saluran akar pada gigi sulung dengan menggunakan ketiga bahan tersebut. Makalah ini akan membahas indikasi, isi bahan, keuntungan dan kerugian., manipulasi kerja, serta evaluasi keberhasilan dari ketiga bahan.
PASTA ZINC OXIDE-EUGENOL (ZOE)
ZOE merupakan salah satu bahan pengisi saluran akar yang banyak digunakan untuk gigi sulung. Penelitian yang dilakukan oleh Hashieh menunjukkan efek yang menguntungkan dari ZOE. Jumlah ZOE yang dilepaskan pada zona periapikal segera setelah pengisian adalah 10-4 dan menurun menjadi 10-6 setelah 24 jam, dan mecapai 0 setelah 1 bulan.3
Indikasi Zinc Oxide Eugenol
Indikasi penggunaan ZOE adalah pada Perawatan nekrosis, Pulpotomi, Pulpektomi.
Komposisi Zinc Oxide-Eugenol
ZOE adalah bahan yang dibuat dari kombinasi seng oksida (zinc oxide) dan eugenol yang terkandung dalam minyak cengkeh. ZOE sebagai bahan pengisi digunakan dalam bentuk sediaan pasta dan produk lainnya tersedia dalam bentuk powder dan liquid yang memiliki komposisi sebagai berikut.2,3,4
Komposisi
% Berat
Powder
Zinc oxide
69
Zinc acetate
0.7
White resin
29
Zinc stearate
1
Liquid
Oil of cloves
78
Canada balsam
22
Penambahan bahan lain ke dasar campuran ZOE merupakan upaya untuk meningkatkan kekuatan dan radiopasitas seperti penambahan bubuk silver dan resin yang meningkatkan karakteristik pengadukkan dan memperlama setting. Sedangkan penambahan Canada balsam sering digunakan untuk meningkatkan aliran dan meningkatkan sifat pencampuran.
Mekanisme kerja Zinc Oxide-Eugenol
Ketika ZOE dimasukkan dalam rongga dentin, jumlah kecil dari eugenol menyebar melalui dentin ke pulpa. Konsentrasi rendah eugenol memberi efek anestesi anti-inflamasi dan lokal pada pulpa gigi. Dengan demikian, pengguanaan ZOE dapat memfasilitasi penyembuhan pulpa. Di sisi lain, konsentrasi eugenol yang berlebihan dan masuk ke periapkial dapat bersifat sitotoksik.11,12
Keuntungan Zinc Oxide-Eugenol
Keuntungan dari bahan pengisi saluran akar bentuk pasta adalah mudah didapatkan, biaya relatif murah, mempunyai efek antimikroba yang baik, tidak sitotoksik untuk sel-sel yang berkontak langsung ataupun tidak langsung, plastisitasnya baik, tidak toksisitas, merupakan materi radiopak, memiliki anti inflamasi dan analgesik yang sangat berguna setelah prosedur pulpektomi. Selain itu, ZOE juga tidak menyebabkan diskolorisasi pada gigi.3
Kekurangan Zinc Oxide-Eugenol
Zinc Oxide Eugenol (ZOE) dapat mengiritasi jaringan periradicular tulang dan menyebabkan nekrosis tulang dan cementum. Jika pengisiannya berlebih dapat mengiritasi jaringan sehingga menyebabkan inflamasi. Tingkat resorpsi lambat, dan mengubah jalan erupsi gigi permanen.4
Manipulasi kerja Zinc Oxide-Eugenol
Manipulasi ZOE Semen dicampur dengan cara menambahkan sejumlah powder ke dalam cairan sehingga diperoleh konsistensi yang kental. Perbanding jumlah powder dan cairan disesuaikan denga petunjuk pabrik. Pencampuran dilakukan diatas glass lab dan diaduk menggunakan spatula semen. Menurut Craig (2002) rata-rata waktu yang diperlukan untuk mencapai setting time adalah 4-10 menit.
Teknik Pengisian :
Pemberian anestesi lokal
Isolasi gigi dengan rubber dam
Pembuangan jaringan pulpa dari kanal
Lakukan irigasi dengan hidrogen peroksida 3% dan diikuti dengan sodium hypchlorite
Kanal dikeringkan menggunakan pappeer point yang steril
Lakukan kontrol terhadap pendarahan
Campuran tipis pasta ZOE unreinforced dilapisi dengan papper point untuk menutupi dinding saluran akar.
Gunakan file untuk memasukkan pasta kedalam dinding
Pasta yang berlebih dibuang menggunakan papper point atau hedstorm file
Pasta ZOE yang lebih tebal dimasukkan ke kanal
Gunakan plugger untuk kondensasi bahan pengisi ke dalam kanal
Lakukan evaluasi menggunakan radiografi untuk menentuka keberhasilan
Lakukan restorasi 10
Evaluasi kerja Zinc Oxide Eugenol
Tingkat keberhasilan setelah pengisian dengan ZOE menurut beberapa ahli seperti Barr et al 82,3%, Gould 82,5%, Coll et al 86,1%. Penelitian yang telah dilakukan dimana ZOE dikombinasi dengan Iodoform memperlihatkan efek antibakterial yang efektif baik pada bakteri aerob maupun anaerob yang terdapat pada saluran akar gigi sulung dengan waktu maksimum 10 hari. 5
KALSIUM HIDROKSIDA
Sejak diperkenalkan di Kedokteran Gigi CaOH oleh Hermann, medikamen ini telah diidentifikasi mendukung penyembuhan pada berbagai situasi klinis. CaOH telah digunakan sebagai bahan pengisi saluran akar tunggal maupun dikombinasi dengan iodoform yang mana tersedia sebagai Vitapex dan Metapex.3
Indikasi kalsium hidroksida
Digunakan sebagai medicament intracanal, sealer endodontik, pulp capping agent(hard setting calcium hydroxyl), apeksifikasi, perawatan pulpotomi.6
Komposisi kalsium hidroksida
Bahan Kalsium Hidroksida yang diteliti dalam penelitian adalah terdiri dari campuran 25% kalsium hidroksida dan 75% larutan aquous dari asam poliakrilik(cair).6
Mekanisme kerja kalsium hidroksida
Mekanisme antimikroba Ca(OH) terjadi dengan pemisahan ion calcium dan hydroxyl ke dalam reaksi enzimatik pada bakteri dan jaringan, menginhibisi replikasi DNA serta bertindak sebagai barrier dalam mencegah masuknya bakteri dalam system saluran akar. Ion hydroxyl akan mempengaruhi kelangsungan hidup bakteri anaerob. Difusi ion hydroxyl (OH) menyebabkan lingkungan alkaline sehingga tidak kondusif bagi pertahanan bakteri dalam saluran akar. Ion calcium memberi efek terapeutik yang dimediasi melalui ion channel.12,13
Keuntungan kalsium hidroksida
Kalsium hidroksida (Ca(OH)) telah digunakan sejak 1920 Kalsium hidroksida terbukti sebagai bahan biokompatibel, pH bahan kalsium hidroksida berkisar antara 12,5-12,8. Kalsium hidroksida memiliki kelarutan yang rendah terhadap air, serta tidak dapat larut dalam alkohol. Karena sifat yang dimilikinya, kalsium hidroksida dinilai efektif dalam melawan mikroba anaerob yang berada pada pulpa gigi yang nekrosis. Kandungan alkaline pada CaOH mampu menghalangi proses inflamasi dengan berperan sebagai buffer lokal dan dengan mengaktivasi alkaline fosfatase yang penting dalam pembentukan jaringan keras. Keuntungan lain adalah bahan kalsium hidroksida memiliki keefektifan dalam waktu yang cukup lama jika dibandingkan dengan bahan medikamen lainnya, dan pada beberapa kasus perawatan saluran akar bahan ini dapat bertahan selama beberapa bulan dalam saluran akar. 5
Kekurangan kalsium hidroksida
Menurut Tam et al, (1989) kalsium hidroksida juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya kekuatan kompresif yang rendah sehingga dapat berpengaruh pada kestabilan kalsium hidroksida terhadap cairan di dalam saluran akar yang akhirnya dapat melarutkan bahan medikamen saluran akar. Selain itu, Haapasalo et al dan Porteiner et al melaporkan bahwa dentin dapat menginaktifkan aktivitas antibakteri kalsium hidroksida, hal ini berkaitan dengan kemampuan buffer dentin yang menghambat kerja kalsium hidroksida. Kemampuan buffer dentin menghambat terjadinya kondisi alkaline yang dibutuhkan untuk membunuh bakteri, juga menghambat penetrasi ion hydroxyl ke jaringan pulpa. Begitu juga penelitian Peters et al, (2002) menunjukkan jumlah saluran akar yang positif mengandung bakteri meningkat setelah perawatan saluran akar dengan kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida menyebabkan resopsi interna sehingga gigi mudah fraktur.7
Manipulasi kerja kalsium hidroksida:
Kunjungan pertama :
Melakukan Rontgent-foto
isolasi daerah kerja
Buka atap pulpa dan setelah ruang pulpa terbuka, jaringan pulpa diangkat dengan file Hedstrom.
Instrumen saluran akar pada kunjungan pertama tidak dianjurkan jika ada pembengkakan, gigi goyang atau ada fistel. keringkan dengan gulungan kapas kecil.
Irigasi saluran akar dengan H2O3 3% keringkan dengan gulungan kapas kecil.
Obat anti bakteri diletakkan pada kamar pulpa formokresol atau CHKM dan diberi tambalan sementara.
Kunjungan kedua (setelah 2 – 10 hari ) :
Buka restorasi sementara.
Jika saluran akar sudah kering dapat diisi dengan Ca(OH)2
Kemudian tambal sementara atau tambal tetap
Jumlah kunjungan, waktu pelaksanaannya dan sejauh mana instrument dilakukan ditentukan oleh tanda dan gejala pada tiap kunjungan. Artinya saluran akar diisi setelah kering dan semua tanda dan gejala telah hilang.8
Evaluasi keberhasilan Kalsium Hidroksida
Tingkat keberhasilan CaOH dilaporkan rendah karena tingkat resorpsi internalnya yang tinggi. Penelitian menunjukkan tingkat keberhasilan mencapai 60-80% 5
PASTA IODOFORM (KRI PASTE)
Iodoform adalah senyawa yang secara tradisional telah digunakan sebagai bahan intervisit atau pengisi saluran akar, terutama pada gigi sulung. Rumus kimia untuk iodoform (CHI3) menunjukkan bahwa senyawa ini berkaitan dengan kloroform (CHCl3). Kedua komponen tersebut disensitisasi oleh reaksi yodium dan natrium hidroksida dengan senyawa organik. Bahan ini digunakan dalam obat-obatan sebagai bahan pengisi saluran akar untuk reaksi penyembuhan luka pada sekitar awal abad kedua puluh, tetapi sejak itu telah digantikan oleh bahan antiseptic yang lebih kuat. Namun demikian, berdasarkan biokompatibilitas bahan ini, resorbabilitas, dan efek antimikrobanya yang tahan lama, pasta iodoform masih berhasil digunakan untuk perawatan setelah pulpektomi pada gigi sulung.
Indikasi penggunaan pasta iodoform (kri paste)
Pada kasus- kasus lesi yang refraktori dan lesi periapikal dengan resorpsi yang luas.3
Komposisi pasta iodoform (kri paste)
Pasta iodoform (kri paste) sebagai bahan pengisi saluran akar mengandung iodoform 80,8% ; camphor 4,86% ; p-chlorophenol 2,025% ; menthol 1,215%. 9
Mekanisme kerja pasta iodoform (kri paste)
Senyawa yang mengandung Iodin sangat berguna dalam pengendalian infeksi dalam kedokteran gigi. Iodin mempunyai reaktivitas yang tinggi dengan mengendaokan protein dan oksidasi enzim penting. Iodin dapat larut dalam cairan kalium iodida, alkohol, atau membuat ikatan dengan transporter (diketahui sebagai iodofore). Iodofore adalah senyawa Iodin. Iodofore diklasifikasikan sebagai desinfektan tingkat menengah (senyawa ini juga diguakan sebagai antiseptik).11,12
Keuntungan pasta iodoform (kri paste)
Memiliki kemampuan resorbsi yang baik dan sifat desinfektan.
KRI paste mudah terserap dari jaringan apikal dalam satu sampai dua minggu, settingnya tidak ke massa yang keras dan dapat disisipkan dan di buang dengan mudah.
Tidak ada kerusakan pada enamel benih gigi permanen yang terlihat dan kerusakan morfologi yang lain.
Mudah diisi ke dalam kanal pulpa.
Kombinasi dengan CaOH menunjukkan sifat bakterisidal yang baik.3
Kekurangan dari iodoform paste (kri paste)
Dapat menyebabkan diskolorisasi kuning kecoklatan pada mahkota gigi yang mengganggu estetis.3
Manipulasi kerja pasta iodoform (kri paste) :
Pemberian anestesi lokal
Pemasangan rubber dam
Pembuangan jaringan karies dari korona
Pembuangan atau pembukaan atap kamar pulpa dengan menggunakan bur non – end atau bur bulat high speed ataupun low speed
Pembuangan sisa jaringan pulpa korona dengan eskavator tajam yang steril
Irigasi dengan menggunakan normal saline (0,9%), chlorhexidine solution (0,4 %), atau larutan sodium hipoklorit (0,1 %)
Identifikasi terhadap saluran akar
Estimasi terhadap panjang kerja dari saluran akar, terdapat jarak 2 mm terhadap pada bagian apeks
Pembuangan filamen pulpa bagian saluran akar dengan fine barbed broach, menyisakan jaringan sehat pada bagian sepertiga dari apikal saluran
Hedstorm file membantu dalam pembuangan sisa jaringan pulpa (hindari penetrasi pada bagian apeks)
Masukkan file terkecil ke dalam saluran, mulai dari No 15 dan akhiri dengan No 35
Jika terasa bagian yang tertahan, maka tidak perlu coba untuk dimasukkan lebih jauh lagi
Irigasi saluran akar tersebut dengan 3 % H2O2, diikuti dengan sodium hipoklorit dan normal saline
Keringkan saluran dengan paper point yang panjangnya dijaga 2 mm dari ujung akar
Aplikasikan formokresol selama 5 menit
Jika infeksi terjadi (eksudat dari saluran dan atau berhubungan dengan sinus) dressing saluran akar dengan kalsium hidroksida non setting
Persiapkan campuran pasta yang akan diobturasi ke saluran akar
Lakukan obturasi saluran akar dengan pasta iodoform untuk mengisi bagian saluran akar menggunakan paper point, syringe, atau lentulo spiral root canal filler
Plugger saluran akar digunakan untuk mengkondensasi materi pengisian ke dalam saluran
X – Ray digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan pengisian saluran akar
Berikutnya, lapisi bagian sisa kamar pulpa dengan GIC dan dilakukan restorasi lanjutan
Yang penting restorasi harus mencapai eksternal korona secara optimal 4
Evaluasi kerja pasta Iodoform
Garcia-Godoy mendapat hasil keberhasilan yang memuaskan yaitu 95,6% secara klinis dan radiograf dengan pasta Kri selama 24 bulan pada 43 gigi. Dari penelitian tersebut, didapati bahwa pasta ini dapat diresorbsi dalam waktu 2 minggu sekiranya terdapat pada daerah periradikular dan regio furkasi. Rifkin melaporkan 89% keberhasilan secara klinis dan radiograf selama 1 tahun dengan kri paste pulpektomi pada gigi sulung.1,10
Studi penelitian juga menyatakan dengan kombinasi antara kalsium hidroksida dengan iodoform serta tambahan additive oily lain (Vitapex), yang menunjukkan bahan tersebut bersifat bactericidal dan lebih mudah diresorbsi pada daerah periradikular serta tidak menyebabkan reaksi yang penolakan terhadap bahan seperti zinc oxide eugenol. Tingkat keberhasilan pada zinc oxide eugenol dilaporkan mencapai 60-80% namun studi yang dilakukan akhir ini menyatakan tingkat keberhasilan yang diperoleh adalah diatas 100% dengan penggunaan Vitapex (kombinasi calcium hydroxide dan Iodoform paste).5
PEMBAHASAN
Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis perawatan yang bertujuan mempertahankan gigi agar tetap dapat berfungsi. Untuk mengatasi kelainan jaringan pulpa dan kelainan periapeks, maka perlu dilakukan perawatan saluran akar pada gigi sulung. Material pengisi saluran akar harus biokompatibel dengan jaringan periapikal, dapat diresorpsi dan tidak bersifat toxic terhadap jaringan periapikal dan benih gigi permanen.
Zinc oxide eugenol bersifat paling rapuh dibandingkan bahan lain tetapi merupakan bahan yang termurah. Sedangkan pasta iodoform mempunyai kemampuan resorbsi dan desifektan yang lebih baik dibandingkan dengan ZOE, tidak ada tindakan iritan, dapat menghilangkan rasa sakit dan tidak ada toksisitas, sangat resorbable, bacteriocidal, tidak berbahaya, radiopaque, keberhasilan yang baik pada klink dan radiografi, resobability dan sifat disinfektan yang lebih baik daripada ZOE. Di sisi lain, kalsium hidroksida memiliki aksi antimicrobial dan mudah diresorpsi namun memiliki kelemahan, kekuatan kompresif yang rendah, dentin dapat menginaktifkan aktivitas antibakteri kalsium hidroksida, menyebabkan resopsi interna sehingga gigi mudah fraktur.
Tingkat keberhasilan CaOH dilaporkan rendah karena tingkat resorpsi internalnya yang tinggi. Penelitian menunjukkan tingkat keberhasilan CaOH mencapai 60-80%, sedangkan tingkat keberhasilan ZOE menurut beberapa ahli seperti Barr et al adalah 82,3%, Gould 82,5%, Coll et al 86,1% dan tingkat keberhasilan pasta Iodoform 95.6% selama 24 bulan. Namun studi yang dilakukan akhir ini menyatakan tingkat keberhasilan yang diperoleh adalah diatas 100% dengan penggunaan Vitapex (kombinasi calcium hydroxide dan Iodoform paste).
DAFTAR PUSTAKA
Bence, R. alih bahasa Sundoro. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik. Jakarta: Universitas Indonesia
Welbury R R. Paediatric dentistry. 2nd ed. New york: Oxford university press, 2003: 192-197
Jha Mihir, et al. Pediatric Obturating Materials and Techniques. Journal of Contemporary Dentistry. 2011; 1(2): 27-32.
Chen Chung Wen, Kao Chia Tze, Tsui Hsien Huang. Comparison of the biocompatibility between 2 endodontic filling material for primary teeth. Chin Dent J. 2005; 24(1): 28-34.
Praveen P, et al. A review of obturating material for primary teeth. SRM University Journal of Dental Sciences. 2011; 1(3).
Ramar K, Mungara J. Clinical and radiographic evaluation of pulpectomies using three root canal filling materials: An in-vivo study. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2010;228:25-29
Carlos Nurko. Clinical Section Resorption of a Calcium Hydroxide/Iodoform Paste (Vitapex) in Root Canal Therapy for Primary Teeth: A Case Report. 2000. Pediatric Dentistry San Antonio. 22(6).
Musatafa M, K P Saujanya, Jain D,..(et al). Role of calcium hydroxide in endodontics: A review. Global journal of medicine and public health. Saudi arabia.1(1); 2012: 66-68
Wright K J, Barbosa S V, Araki K, Spanberg L S W. In vitro antimicrobial and cytotoxic effects of Kri 1 paste and zinc oxide-eugenol used in primary tooth pulpectomies. Pediatr Dent. 1994; 16(2): 102,104-105
Mc Donald, Avery, Dean. Dentistry for the child and adolescent 8th ed. USA: Mosby, 2004: 342-343.
Estrela C, et al. Influence Of Iodoform On Antimicrobial Potential Of Calcium Hydroxide. J Appl Oral Sci. 2006;14(1):33-37
Bhatia R, et al. Periapical and Intraradicular Resorption of Extruded Endoflas in Primary Molars : A Case Report. 2002; 156-159
10