LAPORAN PRAKTIKUM PERAWATAN DAN PERBAIKAN COLD STORAGE
Disusun Oleh : Nabella Doris Tyas Putri
(B42120036)
Edwin Dwi Hariono
(B42120097)
Asrorin Safira Zata Lini
(B42120143)
Akhmad Firdaus Andre Vahlefi
(B42120303)
Yongki Adi Pratama Putra
(B42120491)
Dwi Pinaring Huda
(B42120626)
Dosen Pembimbing : Yuli Hananto, STP, M.Si.
PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK ENERGI TERBARUKAN JURUSAN TEKNIK POLITEKNIK NEGERI JEMBER OKTOBERBER 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pendinginan merupakan proses yang populer untuk penyimpanan produk-produk pertanian. Dengan menurunkan suhu suatu produk, aktivitas enzim dan mikroba yang ada akan berkurang, sehingga penurunan mutu atau kerusakan dapat dihambat. Pada buah-buahan atau sayur-sayuran, pengendalian proses pendinginan merupakan faktor kritis karena dapat menyebabkan chilling injury bila dibawah suhu tertentu. Bangunan Cold Storage adalah sebuah bangunan yang difungsikan untuk menyimpan bahan-bahan mentah agar tidak mengalami proses pembusukan sampai pada waktunya akan dikirim ke konsumen, dimana pencegahan kebusukan dilakukan dengan metode pendinginan. Cold Storage dapat diilustrasikan sebagai sebuah bangunan besar yang fungsinya seperti lemari pendingin. Bangunan dengan temperatur rendah ini hanya dapat difungsikan dengan baik jika kita memastikan ruangan tertutup rapat dalam artian udara tidak dapat keluar masuk dan memakai alat pendingin
(refrigeration) untuk menjaga temperatur tetap
rendah dengan mengeluarkan udara dingin. Dalam sebuah sistem pendinginan perlu adanya sebuah perawatan dan perbaikan yang berkala untuk menjaga peforma mesin pendingin tetap seperti kondisi awal, meskipun jangka pakainya sudah berjalan cukup lama. Tahapantahapan perawatan harus sesuai dengan standar perawatan penggunaan mesin pendingin yang digunakan. 1.2 Maksud dan Tujuan a. Mahasiswa mampu mengetahui perawatan dan perbaikan Cold Storage. b. Mahasiswa mampu melakukan perawatan dan perbaikan Cold Storage.
BAB II
DASAR TEORI 2.1 Definisi Cold Storage Refrigerasi
didefinisikan
sebagai
suatu
ilmu
pengetahuan
tentang
penyediaan dan mempertahankan temperatur di bawah temperatur atmosfer sekitarnya. Pemanfaatan efek temperatur rendah ini memainkan peranan yang penting dalam pengawetan bahan makanan, salah satunya adalah daging ayam. Banyak hal dari daging ayam, dimana membutuhkan persiapan yang baik dan penanganan tempat penyimpanan daging ayam, yaitu Cold Storage menjamin pengawetan daging yang aman dan diakui secara umum. Cold Storage adalah ruangan yang suhunya dijaga dibawah suhu udara di luar dengan tujuan supaya barang yang disimpan di dalamnya tidak rusak. Barang-barang yang biasa disimpan di dalam Cold Storage adalah es krim, daging-dagingan, buah-buahan, susu dan produk olahannya, serta barang-barang lain yang mudah rusak bila disimpan pada suhu kamar. Cold Storage didesain berdasarkan barang apa yang akan disimpan di dalamnya karena tiap-tiap jenis barang akan membutuhkan penyimpanan yang berbeda. Tidak semua daging segar langsung dibawa ke pasaran, sebagian ada yang disimpan untuk persediaan. Lamanya waktu ketahanan daging tergantung pada kondisi apa daging itu disimpan. Daging mempunyai ketahanan tertentu di setiap bagian. Misalnya, daging hanya mampu bertahan selama 10 hari apabila berada di Chilling Room, sedangkan di Cold Storage daging mampu bertahan sampai dua tahun. 2.1.1 Chilling Room Chilling Room adalah ruangan untuk mendinginkan daging sampai pada temperatur sekitar 00C. Pendinginan di dalam Chilling Room dimaksudkan untuk mereduksi pertumbuhan bakteri mikro organism dan untuk mengurangi penyusutan berat daging oleh penguapan. Chilling Room juga dipakai sebagai ruang transit dan juga untuk mencegah perusakan warna di permukaan daging karena oksida hemoglobin.
Chiller yang baik mempunyai temperatur udara yang dingin, kecepatan hembus udara yang tinggi, kelembaban udara yang tinggi dan mempunyai kapasitas pendinginan yang besar. Temperatur udara dalam Chilling Room dijaga senantiasa antara 00C sampai -10C. Pada temperatur dibawah -10C, daging akan mulai membeku. 2.1.2 Blast Freezer Blast Freezer adalah ruangan yang dipakai untuk membekukan daging secara cepat. Apabila periode pengawetan daging yang dibutuhkan lebih lama daripada ketahanan waktu daging dalam Chilling Room, maka proses pembekuan diperlukan untuk mengatasi perubahan-perubahan secara fisik biologi, dan mikrologi dalam daging. Selama proses pembekuan, kandungan air dalam daging yang berkisar antara 80% ini harus diubah menjadi kristal-kristal es yang diikuti dengan pemisahan dari padatan yang terlarut. Suatu daging dikatakan membeku sempurna apabila temperatur di tengah daging mencapai -120C atau bahkan lebih rendah lagi. Untuk mencapai kondisi ini, harus diperhatikan bagaimana kristal-kristal es ini terbentuk. Terbentuknya kristal es dalam daging sangat mempengaruhi kualitas daging beku yang dihasilkan. Semakin lembut kristal es yang terbentuk, semakin baik proses pembekuan yang terjadi. Dari International Institute of Refrigeration (IIR), diketahui bahwa kecepatan pembekuan dinyatakan sebagai kecepatan penurunan temperatur dipermukaan melalui badan daging dalam cm/jam. Hasil pembekuan yang baik didapat apabila kecepatan pembekuan daging berkisar antara 2-5 cm/jam. Pembekuan lambat didefinisikan dengan kecepatan dibawah 1 cm/jam dan pembekuan cepat dengan kondisi diatas 5 cm/jam. Daging beku yang sudah memenuhi syarat dikeluarkan dari blast freezer untuk selanjutnya disimpan di dalam Cold Storage. Temperatur ruangan Cold Storage dipertahankan agar tetap berada pada temperature daging yaitu sekitar -200C. Ketahanan daging dalam Cold Storage adalah fungsi dari waktu. Semakin dingin temperatur Cold Storage semakin lama ketahanan daging tersebut.
2.2 Komponen Sistem Refrigerasi 2.2.1 Komponen Utama Pada sistem refrigerasi mekanik terdapat 4 (empat) komponen utama yaitu: kompressor, kondensor, metering device ( Expansion valve ), dan evaporator. a. Kompresor Kompresor adalah alat yang berguna untuk mengkompresi refrigeran yang keluar dari evaporator. Refrigerant dikompresi sehingga tekanan naik dan temperaturnya naik. Refrigeran yang keluar harus berfase gas sleuruhnya karena refrigeran dalam fasa liquid tidak dapat dikompresi. Jika refrigerant yang masuk ke dalam kompresor dalam fasa liquid, maka akan merusak kompresor. Kompresor berdasarkan prinsip kerjanya diklasifikasikan menjadi 2 jenis: • Positive displacement-type • Roto dynamic-type Berdasarkan konstruksinya dapat diklasifikasikan menjadi: • Reciprocating type • Rotary type with sliding vanes (rolling piston type or multiple vane type) • Rotary screw type (single screw or twin-screw type) • Orbital compressors, and • Acoustic compressors b. Kondensor Kondensor adalah alat yang digunakan untuk menkondensasi refrigeran yang keluar dari kompresor sehingga saat keluar dari konensor, refrigeran sudah berfasa liquid seluruhnya. Untuk memastikan refrigeran sudah berfasa liquid seluruhnya, maka kita mengeset parameter subcooling, penurunan temperature beberapa derajat dibawah temperature saturasinya. Subcooling biasanya diset pada 2-3K. Subcooling penting untuk 2 alasan: • Keamanan dari katup ekspansi dimana tidak ada gelembung di dalamnya • Memaksimalkan kapasitas dari evaporator Kondensor diklasifikasikan menjadi: • Kondensor berpendingin udara • Kondensor berpendingin air
c. Metering device Katup ekspansi adalah alat yang digunakan untuk mengatur laju aliran refrigeran menuju evaporator. Katup ekspansi ditempatkan sebelum evaporator. Pada system refrigerasi metering device merupakan tahanan yang tempatnya diantara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah. Alat pegatur refrigerant harus memberikan kapasitas yang maksimum kepada evaporator, tetapi tidak membuat beban lebih kepada kompresor. d. Evaporator Evaporator adalah alat penukar kalor yang digunakan untuk menyerap kalor dari ruangan dan memindahkan kalor tersebut ke refrigerant. Dengan penyerapan kalor ini, refrigeran akan berubah fasa dari fasa liquid saat memasuki evaporator menjadi gas saat keluar dari evaporator. Sangat penting untuk memastikan refrigerant yang keluar sudah berfasa gas karena akan membahayakan kompresor jika refrigerant yang keluar masih berfasa liquid. Untuk memastikannya, ada parameter yang harus diset, yaitu superheat, pemanasan refrigerant sampai beberapa derajat diatas temperature saturasinya. Dalam pemilihan evaporator, ada beberapa data yang harus dicocokan dengan data saat pemilihan condensing unit, yaitu superheating temperature, subcooling temperature, condensing temperature, dan cooling capacity.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam praktikum tidak menggunakan alat apapun karena dalam praktikum kali ini kegiatan yang dilakukan adalah hanya memahami secara garis besar prinsip kerja dan sistem refrigerasi pada Cold Storage sebelum nantinya melakukann perawatan dan perbaikan pada Cold Storage. 3.1.2 Bahan Pada praktikum kali ini bahan yang digunakan adalah seperakat unit Cold Storage politeknik negeri jember. 3.2 Langkah Kerja a. Perhatikan seluruh penjelasan dan intruksi dari teknisi yang bertugas memperbaiki Cold Storage. b. Catat seluruh hasil pengamatan dan penjelasan dari para teknisi. c. Gambar skema proses units cold strorage yang diamati.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Prinsip Kerja Cold Storage Pada prinsipnya Cold Storage hampir sama dengan ruangan biasa yang akan didinginkan. Perbedaannya terletak pada toleransi suhunya dimana suhu dari Cold Storage tidak boleh menyimpang terlalu jauh dari desain awalnya karena bisa merusak barang yang disimpan di dalamnya. Cold Storage menggunakan siklus kompresi uap single stage untuk pendinginannya.
Gambar 1. Standar Vapour Compression system
Proses 1-2: isentropik kompresi Proses 2-3: isobarik pelepasan kalor Proses 3-4: isentalphy ekspansi Proses 4-1: isobarik penyerapan kalor 4.2 Komponen Pendukung dalam Cold Storage Selain komponen-komponen utama seperti kompresor, kondensor, katup ekspansi dan evaporator yang harus ada pada siklus refrigerasi, terdapat
komponen-komponen tambahan yang berfungsi sebagai device control atau pengatur refrigerant. Accessories yang digunakan pada sistem ini adalah: a.
Oil separator Oil separator berfungsi untuk memastikan pelumas yang digunakan kompressor untuk kembali ke crankcase kompressor sebelum masuk ke kondenser. Campuran pelumas dan refrigeran masuk ke inlet oil separator dan melalui serangkaian buffle yang menyebabkan partikel pelumas terkumpul dan jatuh ke bagian bawah oil separator. Pelumas tersebut kembali ke crankcase karena tekanan pada oil separator yang lebih tiggi dibanding pada crankcase, jika tekanan pelumas lebih rendah terdapat katup khusus akan menutup untuk mencegah refrigerant masuk ke crankcase. Alat ini diletakkan setelah discharge line kompressor dan sebelum kondenser. b. Solenoid valve Katup elektromekanik yang digunakan untuk mengontrol fluida dengan memberikan arus listrik ke solenoid, sehingga mengubah posisi dari katup. Pada sistem pendinginan solenoid valve berfungsi sebagai penutup dan pembuka (katup) pipa refrigeran yang menuju ke expansion valve sehingga pada saat defrost, refrigeran cair yang berada di evaporator tidak kembali lagi ke kompresor. Karena apabila kompresor kemasukan liquid, komproser akan rusak. c. Filter drier Berfungsi untuk menyaring partikel-partikel kecil seperti serpihan logam dan debu yang dapat membahayakan bagi kerja kompressor. Selain itu alat ini juga bermanfaat untuk menangkap uap air yang dapat menghambat proses perpindaahan kalor serta membahayakan kompressor. Filter dryer ditempatkan setelah kondenser dan sebelum alat ekspansi. d. Sight glass Berfungsi untuk memperlihatkan cukup tidaknya refrigeran yang mengalir dan apakah cairan refrigeran sudah kering atau masih basah. Jika terdapat uap air atau lembab dalam refrigerant akan menyebabkan komponen berkarat, dapat pula air tadi membeku pada lubang katup ekspansi sehingga menyumbat aliran refrigerant. e. Check valve Untuk mengalirkan fluida (liquid atau gas) hanya ke satu arah, Prinsip kerja dari check valve ini adalah aliran refrigant mempunyai tekanan yang cukup untuk membuka valve yang ada sehingga refrigrant dapat mengalir
f.
Pressure regulator Berfungsi untuk mengatur tekanan dari refrigeran agar tekanan refrigeran yang mengalir dalam sistem sesuai dengan apa yang akan kita inginkan, sehingga kita dapat mengontrol tekanan yang berlebih. g. Pressure control Berfungsi sebagai alat safety, mencegah kerusakan sistem apabila terjadi tekanan yang terlalu rendah pada suction atau tekanan terlalu tinggi pada discharge kompresor. Dapat mematikan sistem secara otomatis 4.3 Skema Proses Sistem Refrigerasi Pada Cold Storage Politeknik Negeri Jember
Gambar 2. Skema proses Cold Storage POLIJE
Kompresor menaikkan tekanan refrigeran yang kemudian masuk menuju oil separator untuk dipisahkan antara oli dan refrigeran yang masih terkandung
akibat penaikkan tekanan pada kompresor, jika ada kandungan oli maka oli akan disalurkan kembali menuju kompresor. Setelah terpisah dengan oli, refrigeran dipisahkan dari kandungan air yang mungkin terkandung pada aliran refrigeran akibat efek evaporasi pada evaprator dengan menggunakan filter drier. Sisa air yang terfilter nantinya akan dibuang ke lingkungan. Refrigeran kemudian melewati sight glass dan recervoir sebelum menuju selenoid valve. Aliran refigeran dapat terlihat saat melewati sight glass yang berupa pipa berkaca. Recervoir digunakan untuk menampung refrigeran saat sistem refrigerasi mati dan selenoid valve hanya sebatas kran buka tutup yang digunakan saat mesin pendingin akan dimatikan. Selanjutnya refrigeran dibawa menuju kondenser untuk dikondensasi menjadi wujud cair oleh udara lingkungan luar ruangan pendinginan. Refrigeran yang keluar dari kondensor berupa zat cair bertekanan tinggi yang selanjutnya diturunkan tekanannya oleh katup ekspansi. Penurunan tekanan ini berguna untuk memungkinkan refrigeran cepat menguap saat berada pada evaporator. Penguapan refrigeran terjadi pada evaporator dapat terjadi karena evaporator mengambil panas dari bahan atau ruang yang didinginkan. Sehingga kalor dari bahan dan udara ruangan yang terserap oleh eveporator dapat bersikulasi menjadi udara yang lebih dingin. Setelah dari evaporator refrigeran yang berwujud uap tekanan rendah yang kemudian akan dinaikkan tekanannya lagi saat melalui kompresor. Sehingga silkus pendinginannya dapat terjadi kembali. Pada kompresor terdapat presure gauge yang digunakan untuk mengetahui tekanan yang masuk dan keluar kompresor. Hasil pembacaan tekanan ini kemudian dijadikan data oleh pressue control untuk mengontrol sistem refrigerasi. Pressure control akan mematikan sistem pendinginan apabila tekanan tinggin dan rendah kompresor tidak sesui dengan kondisi normal. Pada kondisi normal tekanan tinggi keluaran kompresor berkisar 150–300 psi dan tekanan rendah masukan kompresor berkisar 5–10 psi. Kontrol tekanan ini akan mengirimkan data menuju panel kontrol kelistrikan untuk mematikan kompresor. Sebelum pressure control mengirimkan sinyal untuk mematikan kompresor, selenoid valve pada sistem ditutup, sehingga aliran
refrigeran tidak dapat melalui kondensor dan aliran refrigeran yang keluar dari kompresor hanya terhenti sampai recervoir. Proses tersebut mengakibatkan aliran yang dihisap oleh kompresor mengalami penurunan dan habis, sehingga tekanan hisap kompresor akan sangat rendah. Hal inilah yang mengakibatkan pressure control mengirimkan sinyal pada panel kontrol kelistrikan untuk mematikan kompresor. Proses ini dilakukan agar kerja kompresor saat sistem pendinginan dihidupkan kembali tidak terlalu berat karena tekanan pada aliran masuk kompresor menjadi sangat rendah saat awal dihidupkan dan perlahan-lahan tekanan pada kompresor menjadi stabil kembali saat sistem telah berjalan. 4.4 Prosedur Perawatan dan Perbaikan dan Penganan Masalah pada Cold Storage 4.4.1 Permasalahan pada kompresor Suatu sistem refrigerasi masih dapat berjalan dengan condenser atau evaporator yang bermasalah, tetapi system tersebut tidak akan dapat bekerja jika kompresornya rusak. Jika kompresor rusak maka semua system akan macet. Masalah kompresor adalah masalah utama sehingga harus dibenahi segera. Masalah kompresor ada 2 jenis, yaitu: 1. Bersifat mekanis 2. Bersifat elektris 4.4.2 Masalah-masalah Mekanis Masalah-masalah mekanis dasar pada kompresor yang biasa terjadi umumnya terbagi kedalam llima kategori, yaitu: 1. Macetnya bagian-bagian kompresor (Seizure of parts) Kurangnya pelumasan pada kompresor dapat menyebabkan terjadinya kemacetan pada bagian-bagian kompresor yang bergerak. Kurangnya pelumasan biasanya disebabkan oleh: a. Oli separator tidak berfungsi dengan baik b. Adanya jebakan-jebakan oli di system c. Tidak cukup oli pada system
d. Refrigerant yang berlebihan e. Refrigerant sangat kurang 2. Suara berisik/bising (Noise) Suara bising dapat juga dijadikan sebagai pertanda adanya masalah pelumasan yang pada akhirnya dapat memacetkan kompresor. Cegah dan hindari rusaknya kompresor dengan selalu mendeteksi adanya kebisingan pada kompresor. 3. Terlampau Panas (Overheating) Overheating adalah masalah yang sering dijumpai. Penyebab dari overheating adalah sebagai berikut: a. Beban terlalu besar (ditandai dengan tekanan suction yang tinggi) b. Rasiokompresi yang tinggi c. Tekanan head yang tinggi d. Oil level rendah e. Gagal untuk Memompa (Failure to pump) Tanda-tanda yang biasanya terjadi untuk kompresor gagal memompa pada jenis kompresor open type adalah : a. Tekanan suction tinggi b. Tekanan discharge yang rendah c. Kapasitas pendinginan berkurang atau bahkan hilang d. Head silinder terlalu panas e. Kompresor terus menerus bekerja Penyebab terjadinya failure to pump adalah sebagai berikut: a. Gasket silinder head bocor b. Katup-katup discharge dan suction bocor c. Cylinder unloading system tidak berfungsi, biasanya ditandai dengan rendahnya tekanan oli d. Kurangnya refrigerant pada kompresor hermetic 4. Kebocoran pada seal as kompresor untuk jenis open type (Failur of seal). Jika seal as kompresor open type bocor maka akibatnya adalah: a. Refrigerant akan hilang
b. Temperature operasi terlalu tinggi c. Konsumsi daya terlalu tinggi Masalah-masalah mekanis lain yang sering dijumpai adalah : a. Getaran yang berlebihan b. Gasket-gasket yang rusak atau bocor Getaran-getaran yang berlebihan dapat disebabkan oleh tidak seimbangnya poros engkol, fly wheel atau kopling yang salah. Eliminator vibrasi yang sudah tidak berfungsi juga dapat menyebabkan getaran yang berlebihan,disamping pipa suction atau discharge yang terlalu kaku. Gasket –gasket yang bocor juga dapat menyebabkan masalah yang serius seperti kebocoran oli atau refrigerant yang pada akhirnya dapat merusakkan kompresor. Terjadinya slip pada sabuk kompresor open type juga menandakan kurang kencangnya sabuk. Kelurusan kopling atau sabuk yang tidak benar, juga dapat menyebabkan beban tambahan yang tidak seimbang pada motor shaft seal yang cepat rusak. 4.4.3 Masalah kelistrikan Masalah-masalah kelistrikan kompresor sering sekali sukar dideteksi, misalnya: 1. Kompresor tidak mau Jalan/ON Penyebab dari kompresor yang tidak mau jalan adalah sebagai berikut : a. Switch yang terbuka b. Fuse yang putus c. Overload relay yang membuka d. Refrigerant yang terlalu sedikit e. Motor terbakar f. Stator motor terbakar g. System control tidak bekerja h. Oil level terlalu sedikit di crankcase
Jika motor mendengung, maka penyebabnya mungkin adalah untuk motor 3 fasa putusnya salah satu fuse atau coil/winding atau kontak starter.Juga dapat disebabkan karena tegangan listrik yang rendah. 2. Kompresor mulai jalan dan mendadak mati/off lagi (short sycling) Penyebab dari terjadinya short cycling adalah sebagai berikut : a. Low pressure switch di set terlalu tinggi b. High pressure switch di set terlalu rendah c. Differential control diset terlalu dekat d. Evaporator penuh dengan bunga es atau kotor e. Isi refrigerant terlalu sedikit atau terlalu banyak f. Condensor (Air cooled/water cooled) yang kotor menyebabkan tekanan tinggi 3. Run kapasitor atau start kapasitor terbakar Kompresor jalan terus menerus tanpa henti Penyebab kemungkinan: a. Condenser kotor b. Beban terlalu tinggi c. Insulasi bocor d. Katup-katup kompresor bocor e. Unloading tidak bekerja f. juga system-sistem control lainnya 4.4.4 Perawatan Mesin Cold room Pemeliharaan dan perawatan sehari-hari secara rutin terhadap mesin sebetulnya jauh lebih baik dibandingkan memperbaiki kerusakan yang terjadi pada mesin. Dan kerusakan biasanya terjadi akibat karena kurang atau tidak adanya perawatan yang rutin dan benar pada mesin. Sehingga jika pemeliharaan dilakukan dengan baik berarti umur mesin menjadi panjang dan akan jarang mengalami kerusakan. Oleh karenanya sebelum mesin rusak dan mengeluarkan biaya cukup mahal sebaiknya dilakukan perawatan secara rutin. Adapun beberapa pemeliharaan dan perawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Cek tekanan kerja menggunakan manifold gauge b. Bersihkan fin kondensor beserta fannya dari kotoran yang menempel c. Periksa kebersihan evaporator d. Secara berkala bersihkan semua peralatan yang ada pada sistem e. Pastikan seluruh koneksi elektrik berada pada kondisi kering dan kencang.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Cold Storage adalah ruangan yang suhunya dijaga dibawah suhu udara di luar dengan tujuan supaya barang yang disimpan di dalamnya tidak rusak. Barang-barang yang biasa disimpan di dalam Cold Storage adalah es krim, daging-dagingan, buah-buahan, susu dan produk olahannya, serta barang-barang lain yang mudah rusak bila disimpan pada suhu kamar. Cold Storage didesain berdasarkan barang apa yang akan disimpan di dalamnya karena tiap-tiap jenis barang akan membutuhkan penyimpanan yang berbeda. Komponen utama dari Cold Storage berupa kompresor(menaikkan tekanan), kondensor(merubah wujud refrieran menjadi cair), katup ekspansi(menurunkan tekanan) dan evaporator(merubah wujud refrieran menjadi uap). Komponen pendukung dalam Cold Storage berupa oil seprator, filter drier, sight glass, recervoir, selenoid valve, heat exchargers, presure gauge dan pressure control. Secara garis besar beberapa pemeliharaan dan perawatan yang dapat dilakukan pada Cold Storage antara lain: a. Pengecekan tekanan kerja menggunakan manifold gauge b. pembersihan fin kondensor beserta fannya dari kotoran yang menempel c. Periksaan kebersihan evaporator d. Pembersihkan secara berkala semua peralatan yang ada pada sistem e. Pemastian seluruh koneksi elektrik berada pada kondisi kering dan kencang. 5.2 Saran Proses perawatan dan perbaikan pada Cold Storage harus dilakukan berkala dan teratur agar kondisi dan kinerja mesin pendingin dapat bekerja dengan baik.