PERANAN HOMESTAY DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI UBUD
OLEH I WAYAN ADI PRATAMA 13103029
PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEPARIWISATAAN DIPLOMA IV
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI KEMENTERIAN PARIWISATA
2017
i
PERANAN HOMESTAY DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI UBUD
OLEH I WAYAN ADI PRATAMA 13103029
PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEPARIWISATAAN DIPLOMA IV
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI KEMENTERIAN PARIWISATA
2017
PERANAN HOMESTAY DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI UBUD
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna dapat mengikuti ujian dan mencapai gelar kesarjanaan pada Program Studi Manajemen Kepariwisataan.
Oleh: I WAYAN ADI PRATAMA NIM. 13103029
PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEPARIWISATAAN DIPLOMA IV
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI KEMENTERIAN PARIWISATA 2017
ii
HALAMAN PERSETUJUAN USULAN PROYEK PENELITIAN PERANAN HOMESTAY DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI UBUD
DIAJUKAN OLEH : I WAYAN ADI PRATAMA NIM. 13103029 TELAH DISETUJUI Nusa Dua, 06 Juli 2017
iii
Tim Penguji Ujian Skripsi Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali setelah meneliti, mengetahui proses pembuatan Skripsi oleh I Wayan Adi Pratama, dengan nomor induk mahasiswa 13103029 dan telah dipertanggung jawabkan oleh yang bersangkutan maka penguji, dapat: MENGESAHKAN
PENGUJI I
I Nyoman Sudiksa, SE., M.Par NIP. 19720318 199403 1 001
PENGUJI II
PENGUJI III
Ni Made Tirtawati, S.Si.,M.Par NIP. 19771030 200312 2 001
Anom Hery Suasapha, S.ST.Par.,M.Par. NIP. 19800818 200502 1 001
Mengetahui, KETUA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI
Drs. Dewa Gede Ngurah Byomantara, M.Ed NIP. 19620228 198810 1 001
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa penulisan skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana/sarjana sains terapan di suatu perguruan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila penulisan skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiat dari hasil karya penulis lain, maka saya bersedia menerima sanksi akademik dana tau sanksi hukum yang berlaku. Demikian Surat Pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.
Nusa Dua, 5 Juli 2017 Yang menyatakan
I Wayan Adi Pratama NIM. 13103029
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan Homestay Terhadap Pariwisata Berkelanjutan di Ubud” tepat pada waktunya. Adanya tujuan dari penyusunan skripsi ini untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir Diploma IV Program Studi Manajemen Kepariwisataan di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali. Penulis dengan sadar sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1.! Drs. Dewa Gede Ngurah Byomantara, M.Ed., selaku Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali. 2.! Drs. I Wayan Muliana, M.Ed., selaku Kepala Bagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali. 3.! Ni Made Tirtawati, S.Si.,M,Par, selaku Ketua Program Studi Manejemen Kepariwisataan dan selaku pembimbing II yang telah memberikan dukungan, bimbingan, serta motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini. 4.! Luh Micke Anggraini, A.Par., M.T.P., CHA, Ph.D, selaku pembimbing I yang telah menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan saran dalam proses penyusunan skripsi ini.
vi
5.! Bapak dan ibu dosen pengajar serta staff Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, atas bimbingan selama penulis melaksanakan kuliah. 6.! Bapak Ida Bagus Wiryawan beserta anggota Ubud Homestay Association yang telah meluangkan waktu menjadi informan dalam skripsi ini. 7.! Drs. I Wayan Tagel Eddy, M.S dan Dra. Ni Desak Made Santi Diwyarthi, M.Si selaku orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doanya bagi penulis selama proses penulisan skripsi ini. 8.! Kadek Donna Yobelina, atas saran dan dukungannya bagi penulis selama proses penulisan skripsi ini. 9.! Kawan-kawan Gal Gadot yang telah menemani dan memberikan semangat kepada penulis. 10.! Teman-teman MKP 2013 atas kebersamaannya selama ini yang telah bersama-sama berjuang dan memberikan dukungan satu sama lainnya. 11.! Seluruh pihak yang telah mendukung dan terlibat dalam penyusunan tugas akhir ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya dengan segala puji syukur dan kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dan para pembaca pada umumnya.
Nusa Dua, 05 Juli 2017
Penulis
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………...
i
HALAMAN PENGAJUAN ………...……………………………………
ii
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………...
iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN …………………………………..
v
KATA PENGANTAR ………...………………………………………….
vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………...
viii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..
xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………...
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………......
xiv
ABSTRAK ………………………………………………………………...
xv
ABSTRACT ………………………………………………………………
xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah …………………………………………... 1
1.2
Rumusan Masalah …………………………………………………
1.3
Batasan Masalah …………………………………………………... 4
1.4
Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 5
1.5
Manfaat Penelitian ………………………………………………… 5
1.6
4
1.5.1
Bagi Mahasiswa …………………………………………
5
1.5.2
Bagi STP Nusa Dua Bali ………………………………..
5
1.5.3
Bagi Pemerintah Kabupaten Gianyar ……………………
5
1.5.4
Bagi Pengelola Homestay di Ubud ……………………… 6
Metode Penelitian …………………………………………………. 6 1.6.1
Objek dan Lokasi Penelitian …………………………….. 6
1.6.2
Jenis dan Sumber Data …………………………………..
1.6.3
Teknik Pengambilan Informan ………………………….. 8
1.6.4
Teknik Pengumpulan Data ………………………………
8
1.6.5
Teknik Analisis Data …………………………………….
10
viii
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Teori Peran (Role Theory) ………………………………………… 13
2.2
Homestay …………………………………………………………..
13
2.2.1
Definisi Homestay ……………………………………….
13
2.2.2
Konsep Homestay ……………………………………….. 14
2.3
2.4
Pariwisata Berkelanjutan ………………………………………….. 17 2.3.1
Definisi Pariwisata Berkelanjutan ……………………….
17
2.3.2
Konsep Pariwisata Berkelanjutan ……………………….. 18
Pariwisata Berbasis Masyarakat …………………………………... 20 2.4.1
Definisi Pariwisata Berbasis Masyarakat ………………..
20
2.4.2
Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat ………………... 20
2.5
Definisi Konservatif ……………………………………………....
22
2.6
Definisi Katalisator ………………………………………………..
22
2.7
Definisi Fasilitator ………………………………………………… 23
2.6
Definisi Promotor ………………………………………………….
23
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 3.1
Letak Geografis ……………………………………………………
24
3.2
Kondisi Fisik Alamiah …………………………………………….
24
3.3
Karakteristik Sosio – Ekonomi – Budaya …………………………
24
3.4
Daya Tarik Wisata ………………………………………………...
25
3.4.1
Ubud Monkey Forest ……………………………………
26
3.4.2
Puri Saren Ubud ………………………………………....
26
3.4.3
Museum Seni Neka ……………………………………...
27
3.5
Aksesibilitas ……………………………………………………….
29
3.6
Sejarah Singkat Perkembangan Homestay di Ubud ……………….
29
3.7
Perkembangan Homestay di Ubud Pada Saat Ini ………………….
31
BAB IV PEMBAHASAN 4.1
Peranan Homestay Dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Pada Aspek Lingkungan di Ubud ………………………………….
ix
33
4.1.1 Sistem pengelolaan limbah air yang terdapat pada homestay
33
di Ubud ……………………………………………………. 4.1.2 Sistem pengelolaan (pemilahan) sampah menurut jenisnya
34
pada homestay ………………………………..…………….. 4.2
4.1.3 Penggunaan teknologi ramah lingkungan ..............................
36
Peranan Homestay Dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
37
Pada Aspek Sosial Budaya di Ubud ………………………………… 4.2.1 Penggunaan arsitektur tradisional Bali sebagai bentuk
37
identitas homestay …..………………………………………. 4.2.2 Memperkenalkan konsep bangunan rumah Bali (Balinese
39
Compound) kepada tamu yang menginap ………………….. 4.2.3 Ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan seremoni adat di
40
Ubud dalam rangka melestarikan budaya lokal ……………. 4.2.4 Memperkenalkan budaya lokal melalui kegiatan atau
40
aktifitas keseharian di homestay ……………………………. 4.2.5 Memperkenalkan makanan dan cara makan tradisional di
43
homestay ………………………..…………………………... 4.3
Peranan Homestay Terhadap Aspek Sosial Ekonomi di Ubud
44
4.3.1 Mempekerjakan orang lokal di homestay …………………… 44 4.3.2 Memperoleh manfaat ekonomi dari homestay yang dikelola .. 45 4.3.3 Menggerakkan unit usaha lainnya …………………………..
46
4.3.4 Meningkatkan tingkat pendidikan dan kemampuan
47
masyarakat khususnya pada bidang pariwisata ……………... 4.3.5 Mengembangkan nilai ekonomi masyarakat (komunitas)
48
lokal melalui sosialisasi atau community development ……. 4.4
Hasil Temuan Kategori Peranan Homestay Dalam Pengembangan
49
Pariwisata Berkelanjutan di Ubud …….…………………………… 4.4.1 Peran Homestay Sebagai Konservator ……………………..
49
4.4.2 Peran Homestay Sebagai Katalisator ……………………….
52
4.4.3 Peran Homestay Sebagai Fasilitator ………………………..
53
x
4.4.4 Peran Homestay Sebagai Promotor …………………….......
55
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1
Simpulan …………………………………………………………...
58
5.2
Saran ……………………………………………………………….
60
DAFTAR PUSTAKA ……………………..……………………………...
62
LAMPIRAN ……………………………………………………………….
62
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Diagram Garis dari Analisis Taksonomi ………………... 12
Gambar 3.1
Peta KSPN Ubud dan Sekitarnya ……………………….. 24
Gambar 3.2
Salah satu took seni di Jl. Monkey Forest, Ubud ……….. 25
Gambar 3.4
Ubud Monkey Forest ……………………………………. 26
Gambar 3.5
Puri Saren Ubud …………………………………………
27
Gambar 3.6
Museum Seni Neka ……………………………………...
28
Gambar 3.8
Walter Spies ……………………………………………..
30
Gambar 4.1
Sistem pemilahan sampah menurut jenisnya di Sulendra Bungalows ………………................................................
35
Gambar 4.2
Fasilitas pengelolaan sampah di Temesi ………………...
Gambar 4.3
Arsitektur tradisional dari tahun 1980 di Siti Homestay ... 38
Gambar 4.4
Angkul – angkul sebagai bentuk peranan homestay melestarikan arsitektur tradisional di Kori Bali Inn 2 …...
Gambar 4.5
Bale Dangin, salah satu bagian dari ‘Balinese Compund’ yang ada di Nick’s Homestay …………………………...
Gambar 4.6
Pengelola Krisda Ubud Guest House memperkenalkan cara makan tradisional …………………………………..
Gambar 4.7
Fasilitas kamar di Sulendra Bungalows …………………
Gambar 4.8
Tamu Krisda Ubud Guest House dengan menu makan dan cara makan tradisional ………………………………
Gambar 4.9
Review beberapa tamu terhadap salah satu homestay di Ubud di situs Booking.com ……………………………...
Gambar 4.10
Website Nyoman Sandi Guest House …………………...
xii
36
49 50 51 52 53 54 55
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Tingkat Hunian Kamar Kabupaten Gianyar 2014-2015 …….
xiii
3
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Panduan Wawancara (In-Depth Interview) ………………... 65
Lampiran 3
Daftar Informan ……………………………………………
68
Lampiran 4
Foto – Foto ………………………….……………………...
69
Lampiran 5
Diagram Analisis Taksonomi (Model Spradley) …………..
70
Lampiran 6
Lembar Keabsahan Informan ……………………………… 71
xiv
ABSTRAK
PERANAN HOMESTAY DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI UBUD
I Wayan Adi Pratama NIM. 13103029 Perkembangan industri akomodasi pariwisata berkembang dengan pesat, menjadikan Bali memiliki hotel bintang dan non bintang yang berjumlah 2.079 buah (BPS Prov. Bali 2017). Industri akomodasi merupakan salah satu penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi di Pulau Bali. Hal tersebut diikuti dengan berkembangnya jumlah homestay yang ada di Ubud salah satunya. Selain memberikan kontribusi bagi aspek sosial ekonomi pada saat ini, peranan homestay harus dikaji lebih dalam terhadap variable pariwisata berkelanjutan; sosial-budaya, lingkungan, dan sosial-ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan 10 sampel homestay di Ubud sebagai informan, dengan menggunakan wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan data. Dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan model Spradley yaitu analisis domain dan analisis taksonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa homestay memiliki beberapa model peranan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Ubud, khususnya dalam aspek lingkungan, sosial budaya dan sosial ekonomi. Hasil analisis dalam penelitian ini juga menemukan peran homestay yang dibagi menjadi berikut: (1) Konservator (pelestari) nilai-nilai sosial budaya dan lingkungan, (2) Katalisator (penggerak) ekonomi masyarakat, (3) Fasilitator (penyedia fasilitas) bagi wisatawan, (4) Promotor (publikasi dan pencitraan) Ubud sebagai destinasi wisata berbasis masyarakat. Kata kunci :
Ubud, homestay, pariwisata berbasis masyarakat.
xv
berkelanjutan,
pariwisata
ABSTRACT
HOMESTAY ROLE TO SUSTAINABLE TOURISM DEVELOPMENT IN UBUD
I Wayan Adi Pratama NIM. 13103029 The development of the tourism accommodation industry is growing rapidly, making Bali has star and non star hotels totaling 2,079 units (BPS Bali 2017). The accommodation industry is one of the largest contributors to economic growth on the island of Bali. This is followed by the growing number of homestay in Ubud one of them. In addition to contributing to the socioeconomic aspects of the moment, the role of homestay should be studied more deeply for sustainable tourism variables; Socio-cultural, environmental, and socio-economic. This research used qualitative method by using 10 sample homestay in Ubud as informant, by using in-depth interview as data collection technique. By using descriptive analysis technique with Spradley model that is domain analysis and taxonomy analysis. The results show that the homestay has several role models in the development of sustainable tourism in Ubud, especially in environmental, sociocultural and socio-economic aspects. The results of the analysis in this study also found the role of homestay which is divided into the following: (1) Conservator (preserver) socio-cultural and environmental values, (2) Catalyst (mobilizer) community economy, (3) Facilitator (provider of facilities) for tourists, (4) Promoting (publications and imagery) Ubud as a community-based tourist destination. Keyword : Ubud, homestay, sustainable tourism, community based tourism.
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Perkembangan industri akomodasi pariwisata berkembang dengan pesat di Bali, menjadikan Pulau Bali menjadi destinasi yang memiliki hotel bintang dan non bintang yang ditotal berjumlah 2.079 buah (BPS Prov. Bali 2017).
Industri yang tergolong dalam lapangan usaha
penyediaan akomodasi dan makan-minum (Akmamin) ini juga menjadi salah satu penyumbang tertinggi pertumbuhan ekonomi Bali. Dari pertumbuhan ekonomi Bali yang mencapai 6,04 %, sebanyak 1,13 % nya berasal dari usaha penyediaan akomodasi dan makan-minum tersebut (BPS Prov. Bali 2015). Jika lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan-minum merupakan penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat Pulau Bali, maka perlu ditinjau tingkat sumbangsih industri akomodasi tersebut terhadap kegiatan pariwisata yang ada dalam jangka waktu panjang. Terdapat 3 aspek utama yang menjadi indikator sebuah kegiatan pariwisata yang berkelanjutan di sebuah destinasi pariwisata menurut UNEP & UNWTO (2005), yaitu: 1.! Penggunaan sumber daya alam secara efisien yang menjadi salah satu kunci dalam pengembangan sektor pariwisata, menjaga proses ekologi dan membantu menjaga sumber daya alam dan keberagamannya. 2.! Menghargai keaslian kehidupan sosial-budaya masyarakat lokal, mengkonservasi nilai-nilai warisan budaya baik berupa bangunan dan 1
tata cara hidup, dan ikut berkontribusi ke pemahaman dan tolerasi antar budayanya. 3.! Memastikan kelayakan, ekonomi jangka panjang, menyediakan keuntungan sosial-ekonomi kepada semua pemangku kepentingan yang secara adil, termasuk pekerjaan tetap dan kesempatan memperoleh penghasilan dan pelayanan sosial kepada masyarakat lokal dan ikut dalam pengentasan kemiskinan. Seperti yang dijelaskan dalam aspek-aspek pengembangan pariwisata berkelanjutan di atas, mengembangkan tingkat kesejahteraan masyarakat lokal dengan memberikan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan dari kegiatan pariwisata merupakan bentuk dari adanya pariwisata berkelanjutan.
Menurut Garrod (2001:4), ada pendekatan
prinsip-prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata yang cenderung dikaitkan dengan istilah perencanaan yang partisipatif, yang lebih concern dengan peraturan yang seimbang antara pembangunan dan perencanaan yang terkendali. Pendekatan dengan model ini lebih menekankan pada kepekaan terhadap alam/lingkungan sebagai dampak pembangunan sebuah kegiatan wisata. Perencanaan kegiatan partisipatif erat hubungannya dengan penerapan konsep Community Based Tourism (CBT) sebagai pendekatan pembangunan pariwisata. Menurut Suansri (2003:14), CBT adalah pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya. CBT juga merupakan alat pembangunan komunitas dan konservasi lingkungan. Dengan penjelasan tersebut, dapat dikatakan CBT
2
merupakan alat untuk mewujudkan sebuah destinasi pariwisata yang berkelanjutan. CBT memberikan kesempatan masyarakat lokal untuk memperoleh penghasilan dari adanya kegiatan pariwisata, baik bekerja di biro agen perjalanan, bekerja di daya tarik wisata, hingga kesempatan untuk membangun usaha akomodasi sendiri seperti homestay yang memanfaatkan ruang/rumah untuk ditinggali oleh wisatawan. Tabel 1.1 Tingkat Hunian Kamar Kab. Gianyar 2014-2015
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Tahunan
Tingkat Hunian Kamar Hotel (Persen) Non Bintang Hotel non Hotel Bintang dan Bintang Bintang 2014 2015 2014 2015 2014 2015 38.43 33.59 23.12 29.94 53.74 37.24 39.01 36.24 36.94 32.01 51 40.47 37.76 36.24 27.33 31.39 49.18 41.08 43.09 42.12 32.18 38.53 54 45.71 43.95 45.57 32.64 43.8 55.26 47.33 44.97 34.76 34.37 41.58 55.56 27.94 52.66 53.87 43.29 41.81 62.03 65.92 62.19 57.92 43.47 46.33 80.9 69.5 51.35 51.03 37.84 38.14 64.85 63.92 47.27 52.85 39.01 42.86 55.53 62.84 44.43 40.82 34.28 36.31 54.58 45.32 35.81 51 32.3 44.85 39.31 57.15 45.08 44.67 33.9 38.96 56.3 50.37
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar Tingkat penghunian kamar hotel non bintang yang mengalami kenaikan 5,06% dari tahun 2014 ke tahun 2015, sedangkan penurunan hunian kamar dialami oleh hotel berbintang sebanyak 6,03%
di
Kabupaten Gianyar. Berkembangnya tren industri akumodasi homestay di Ubud juga memiliki peranan dalam meningkatnya jumlah hunian kamar akomodasi non bintang ini, dibuktikan juga dengan didirikannya Ubud Homestay Association yang menaungi usaha homestay yang ada di Ubud.
3
Homestay di Kecamatan Ubud pun dijadikan role model pengembangan 100.000 homestay di 10 destinasi prioritas yang ada di Indonesia, sesuai dengan program Menteri Pariwisata Arief Yahya yang akan dimulai pada tahun 2017. Dengan perkembangan homestay yang pesat, diharapkan dapat membawakan sumbangsih positif terhadap kegiatan pariwisata berkelanjutan yang ada di Kecamatan Ubud. Dengan mengkaji peran homestay di Ubud dalam bentuk peranannya terhadap kehidupan sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kondisi lingkungan sekitar, diharapkan mampu membuka sudut pandang pemangku kepentingan terhadap keberadaan homestay itu sendiri. Peran homestay bisa dalam bentuk proteksi dan konservasi terhadap nilai-nilai sosial-budaya dan kondisi lingkungan, hingga meningkatkan tingkat kehidupan
sosial-ekonomi
dalam
jangka
waktu
yang
panjang
(berkelanjutan). 1.2
Rumusan Masalah Bagaimanakah peranan homestay dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan dalam aspek sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kelestarian lingkungan di Kecamatan Ubud ?
1.3
Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah peranan industri akomodasi berjenis homestay di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar terhadap pengembangan pariwisata berkelanjutan. Dengan menggunakan aspek-aspek yang diterangkan oleh UNEP & UNWTO (2005) sebagai bahan acuan pengembangan pariwisata berkelanjutan, yaitu peranan
4
homestay dalam aspek sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan bagi masyarakat lokal di Kecamatan Ubud. 1.4
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peranan homestay dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan dalam aspek sosial-ekonomi, sosial-budaya dan kelestarian lingkungan di Kecamatan Ubud.
1.5
Manfaat Penelitian 1.5.1
Bagi Mahasiswa Sebagai media pembelajaran dan pengimplementasian teori-teori yang selama ini didapat di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali. Penelitian ini juga dapat menjadi sarana pembelajaran secara langsung dengan teknik observasi dan wawancara bagi mahasiswa.
1.5.2
Bagi STP Nusa Dua Bali Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan bahan acuan pembelajaran bagi civitas akademika yang ingin memperdalam maupun menemukan hal-hal baru yang terkait dengan topik penelitian ini.
1.5.3
Bagi Pemerintah Kabupaten Gianyar Dengan penelitian ini diharapkan diketahuinya bentuk peran dan kontribusi industri akomodasi homestay terhadap kondisi sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kondisi lingkungan yang ada di Ubud. Sehingga dapat menjadi bahan informasi komprehensif bagi
5
Pemerintah Kabupaten Gianyar untuk menyusun dan mengevaluasi regulasi mengenai kegiatan pariwisata di Ubud. 1.5.4
Bagi Pengelola Homestay di Ubud Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi pengelola homestay untuk dapat memahami keberadaan homestay yang dikelola dan bentuk keikutsertaannya dalam mengembangkan Ubud sebagai destinasi pariwisata yang berkelanjutan.
1.6
Metode Penelitian 1.6.1
Objek dan Lokasi Penelitian 1.! Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah homestay yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat lokal di Kecamatan Ubud. Homestay yang akan dijadikan objek penelitian adalah homestay yang tergabung dalam Ubud Homestay Association. 2.! Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Ubud, yang meliputi 8 kelurahan/desa adat yakni Kelurahan Kedewatan, Lodtunduh, Mas, Peliatan, Petulu, Sayan, Singakerta, dan Ubud.
1.6.2
Jenis dan Sumber Data 1.! Jenis Data a.! Data Kualitatif Jenis data ini adalah data yang diungkapkan dalam bentuk uraian. Menurut Moleong (2001:157) adalah sumber data yang diperoleh melalui dokumen- dokumen tertulis,
6
arsip maupun yang lainnya pada instansi yang berhubungan dengan penelitian. Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
uraian-uraian
singkat
berupa
informasi
mengenai Ubud, dan homestay di Ubud yang mencakup gambaran umum serta perkembangan usaha industri pariwisata berbasis ekonomi kemasyarakatan. 2.! Sumber Data a.! Data Primer Data ini diperoleh dengan cara pengumpulan secara langsung dari objek penelitian. Dapat menggunakan alat bantu seperti panduan wawancara, dan dengan cara observasi. Data primer ini diperoleh dengan menggunakan daftar wawancara kepada pemilik/pengelola usaha maupun asosiasi akomodasi homestay di Ubud. b.! Data Sekunder Data ini diperoleh dengan cara dikumpulkan dan diolah oleh orang atau sebuah instansi dengan cara dipublikasi. Data ini berupa data statistik mengenai jumlah pertumbuhan akomodasi di Ubud oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar, dan data anggota oleh Ubud Homestay Association.
7
1.6.3
Teknik Pengambilan Informan Dalam penelitian ini, teknik pengambilan informan yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2010) yang dimaksud dengan purposive sampling adalah teknik untuk
menentukan
sampel
penelitian
dengan
beberapa
pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel
homestay
diambil
dari
anggota
Ubud
Homestay
Association, karena dianggap memiliki kredibilitas dalam mewakili populasi homestay yang ada di Ubud. Sebagai sampel penelitian, digunakan 10 homestay yang tergabung di Ubud Homestay Association untuk diwawancarai. Jumlah informan tersebut berdasarkan tingkat banyaknya jumlah homestay yang tersebar di Kecamatan Ubud; Kelurahan Kedewatan (1), Lodtunduh (1), Mas (1), Peliatan (1), Petulu (1), Sayan(1), Singakerta (1), dan Ubud (3). 1.6.4
Teknik Pengumpulan Data 1.! Wawancara Mendalam (In-Depth Interview) Wawancara merupakan bentuk berkomunikasi secara langsung dengan responden penelitian dalam bentuk tanya jawab sehingga ekspresi informan merupakan sebuah alat untuk melengkapi kata-kata secara verbal (Gulo, 2000:119). Proses wawancara
dalam
penelitian
ini
dilakukan
kepada
pemilik/pengelola dan pihak asosiasi homestay di Ubud dan
8
Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar untuk mengetahui bentuk kontribusi homestay terhadap kondisi sosial-ekonomi, sosialbudaya, dan kondisi lingkungan di Ubud. 2. Observasi Menurut Sugiyono (2010), observasi adalah teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yng spesifik. Wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi pada obyekobyek alam lainnya. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan, ketika penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, beberapa gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi dilakukan untuk melengkapi data yang dibutuhkan peneliti mengenai kontribusi homestay kepada kondisi sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kondisi lingkungan sekitar. 3.! Dokumentasi Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan
(life
histories),
ceritera,
biografi,
peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung,
9
film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. 1.6.5
Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif model Spradley. Menurut Spradley (1979), terdapat beberapa jenis teknik analisa data kualitatif milik Spradley yaitu: (1) Pengamatan deskriptif, (2) Analisis domain, (3) Pengamatan terfokus, (3) Analisis taksonomi, (4) Pengamatan terpilih, (5) Analisis komponensial, dan (6) Analisis tema (Moleong, 2010:302). Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis domain dan analisis taksonomi dengan tahapan sebagai berikut: 1. Analisis Domain Dalam analisis data kualitatif, analisis domain digunakan untuk menganalisis gambaran objek penelitian secara umum atau di tingkat permukaan, namun relatif utuh tentang objek penelitian tersebut. Teknik ini digunakan untuk penelitian kualitatif yang bersifat eksplorasi, artinya hasil penelitian ini hanya ditargetkan untuk memperoleh gambaran seutuhnya dari subjek yang diteliti, tanpa harus dirinci secara detail unsurunsur yang ada dalam keutuhan subjek penelitian tersebut.
10
Dalam hubungan bagaimana peneliti menggunakan teknik analisis domain, maka Spradley (1979) membuat enam langkah yang saling berhubungan, yaitu sebagai berikut: a.! Memilih pola hubungan semantik tertentu atas dasar informasi atau fakta yang tersedia dalam catatan harian peneliti di lapangan, b.! Menyiapkan kerja analisis domain, c.! Memilih kesamaan-kesamaan data dari catatan harian peneliti di lapangan, d.! Mencari
konsep-konsep
induk
dan
kategori-kategori
sombolis dari domain-domain tertentu yang sesuai dengan suatu pola hubungan semantik, e.! Menyusun pertanyaan-pertanyaan struktural untuk masingmasing domain, f.! Membuat daftar keseluruhan domain dari seluruh data yang ada. 2. Analisis Taksonomi Pada
tahap
analisis
taksonomi,
peneliti
berupaya
memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara mendalam, dan membaginya lagi menjadi sub-domain, dan dari sub-domain itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang tersisa, alias habis (exhausted). Pada tahap analisis ini peneliti bisa
11
mendalami domain dan sub-domain yang penting lewat konsultasi dengan bahan-bahan pustaka untuk memperoleh pemahaman lebih dalam. Tujuh langkah analisis taksonomi yaitu: (1) memilih satu domain untuk dianalisis, (2) mencari kesamaan atas dasar hubungan semantik yang sama digunakan untuk domain itu, (3) mencari tambahan istilah bagian, (4) mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif, (5) membentuk taksonomi sementara, (6) mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis yang telah dilakukan, dan (7) membangun taksonomi secara lengkap. Pada akhir analisis data, akan dihasilkan diagram garis yang menunjukkan pol hubungan semantik antar domaindomain yang menghasilkan informasi yang menggambarkan fenomena atau masalah yang menjadi sasaran studi.
Gambar 1.1 Diagram Garis dari Analisis Taksonomi
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1!
Teori Peran (Role Theory) Menurut Sarwono (2002), teori peran (role theory) adalah teori yang merupakan perpaduan antara teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari psikologi, teori ini juga berawal dari ilmu sosiologi dan antropologi. Kata ‘peran’ dalam ketiga ilmu tersebut sering dikaitkan dalam dunia teater, yang dimana dianalogikan posisi seseorang/sesuatu diharapkan adanya untuk dapat berkaitan dengan orang-orang atau hal lain. Dari sudut pandang teater inilah kemudian disusun sebuah teori peranan. Levinson (dalam Soekanto, 2009:213) menyebutkan peranan mencakup tiga hal yaitu: 1.! Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian
peraturan-peratuan
yang
membimbing
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. 2.! Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3.! Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. 2.2
Homestay 2.2.1
Definisi Homestay Homestay adalah kegiatan wisata alternatif dimana wisatawan akan
tinggal bersama keluarga atau pemilik rumah diarea rumah yang sama 13
dengan yang akan mereka inapi, dan akan merasakan pengalaman hidup sehari-hari dari keluarga tersebut dan masyarakat lokalnya (ASEAN Homestay Standard, 2016). Dimana hal utama yang ditawarkan oleh homestay selain sarana akomodasi, adalah pengalaman hidup sebagai orang lokal dengan merasakan secara langsung nilai-nilai budaya yang dijalankan oleh masyarakat lokal. 2.2.2
Konsep Homestay Dalam buku berjudul ASEAN Homestay Standard pada tahun
2016, sebuah homestay memiliki 9 kriteria yaitu: 1.! Adanya Penyedia Homestay Adanya tuan rumah atau pengelola homestay yang menjadi penyedia sarana akomodasi. Tuan rumah harus terdaftar sebagai penyedia jasa akomodasi homestay. 2.! Fasilitas Akomodasi Adanya bangunan, kamar tidur, dan kamar mandi atau toilet yang menjadi fasilitas bagi wisatawan yang ingin menginap. 3.! Aktivitas Adanya aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal yang dapat menjadi daya tarik wisata. Contohnya tarian, upacara, dan lainnya. Aktivitas lainnya yang dapat dilakukan di sekitaran homestay untuk menambah daya tariknya seperti bersepeda, mendaki, mengunjungi daya tarik wisata, dan lainnya. Seluruh aktivitas yang ada harus menunjukkan identitas keaslian dari destinasi tersebut, baik dari nilainilai budaya, tata cara hidup, hingga kerajinan tangannya.
14
4.! Manajemen Adanya sebuah organisasi yang terdiri dari perkumpulan pemilik homestay yang memiliki peran membangun kapasitas, pemberdayaan perempuan dan pemuda, dan berkolaborasi dengan institusi lainnya seperti
tour
operator,
dinas
pariwisata,
Non-Governmental
Organisations (NGOs), dan institusi pendidikan yang ada. Selain itu adanya database dari penyedia jasa akomodasi, tamu yang menginap, dan database produk aktivitas wisata. 5.! Lokasi (Aksesibilitas) Tempat dari homestay dapat dengan mudah diakses dengan model transportasi apa saja, baik menuju destinasi tersebut dengan pesawat, kapal laut, hingga melalui jalur darat. Juga terdapat papan penunjuk arah yang baik untuk menuntun wisatawan mencapai homestay tersebut. 6.! Tingkat Higenis dan Kebersihan Terdapat 3 hal yang harus diperhatikan tingkat higenitas dan kebersihan yang ada di suatu homestay yaitu rumah (bangunan) tempat tamu menginap beserta fasilitasnya, kebersihan lingkungan sekitar homestay, dan tingkat kebersihan proses pembuatan makanan bagi tamu yang menginap. 7.! Keselamatan dan Keamanan Pengelola homestay diwajibkan untuk memiliki kemampuan pertolongan pertama pada hal-hal yang sifatnya darurat jika terjadi pada tamu. Selain itu terdapat fasilitas keselamatan dan keamanan yang mendukung pengelola homestay untuk memberikan rasa aman kepada
15
tamu seperti adanya CCTV atau security yang bertugas menjaga keamanan. Adanya SOP (Standard Operating Procedure) yang juga dijelaskan kepada tamu yang menginap dalam bentuk hal-hal apa saja yang boleh dan tidak diperbolehkan dilakukan selama menginap di homestay tersebut. 8.! Pemasaran dan Promosi Adanya aktivitas promosi yang dilakukan oleh pengelola homestay, menjalin kerjasama dengan operator perjalanan merupakan bentuk dari kegiatan pemasaran dan promosi yang memiliki peluang mendatangkan tamu yang akan menginap ke homestay tersebut. Juga ditambahkan adanya kegiatan online marketing melalui media sosial dan juga melalui website, dengan memberdayakan pemuda di desa untuk mengelola hal tersebut. 9.! Prinsip Berkelanjutan Poin-poin yang ada sangat erat kaitannya dengan aspek-aspek pengembangan Economic
pariwisata
berkelanjutan,
diantaranya
Sustainability,
Environmental
terdapat
Sustainability,
dan
Sosiocultural Sustainanbility. Dengan prinsip ini, diharapkan homestay yang juga dapat dikatakan sebagai industri pariwisata berbasis masyarakat dapat mewujudkan kegiatan pariwisata di daerah homestay tersebut
menjadi
berkelanjutan
dalam
jangka
waktu
panjang
kedepannya.
16
2.3
Pariwisata Berkelanjutan 2.3.1
Definisi Pariwisata Berkelanjutan Pariwisata berkelanjutan adalah adanya kegiatan kepariwisataan
yang memperhitungkan nilai ekonomi pada masa kini dan masa yang mendatang, dampak sosial dan lingkungan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat lokal (UNEP & UNWTO, 2005). Pariwisata berkelanjutan ini tidak semata-mata hanya memenuhi
kebutuhan
wisatawan
akan
akomodasi,
tetapi
ikut
memperhitungkan dampak sosial-budaya, lingkungan, dan nilai ekonomi kepada masyarakat lokal. Interaksi antara kegiatan kepariwisataan berkaitan langsung dengan lingkungan sekitarnya. Ada dua dampak utama terhadap lingkungan akibat adanya kegiatan pariwisata, yaitu penggunaan sumber daya alam dan dampak terhadap ekosistem alam. Hal tersebut menjadi dampak negatif ketika sebuah destinasi yang belum dapat menjaga dengan baik sumber daya alam dan ekosistem alamnya ketika didesak oleh bertumbuhnya mass tourism (Neto, 2003:4). Dijelaskan juga oleh Neto (2003), sebuah negara yang sektor ekonomi utamanya didukung oleh kegiatan industri pariwisata seharusnya sudah memperhatikan lingkungan, disamping menghitung keuntungan yang diperoleh dari sebuah destinasi wisata untuk menunjang keberadaan dari kegiatan pariwisata tersebut dalam jangka waktu yang panjang (long-term tourism). Dilihat dari siklus hidupnya sebuah destinasi pariwisata, dimulai dari proses pengeksplorasian, hingga dapat berakhir dengan adanya penolakan
17
dan penurunan aktivitas pariwisata yang berasal dari pembangunan dan eksploitasi secara masif. 2.3.2
Konsep Pariwisata Berkelanjutan Pengembangan sebuah destinasi pariwisata secara masif tanpa
memperhatikan aspek-aspek pengembangan destinasi wisata secara berkelanjutan akan berdampak buruk terhadap destinasi tersebut pada masa yang akan datang. Menurut UNEP & UNWTO (2005), maka dibentuklah konsep pariwisata berkelanjutan yang memiliki aspek-aspek: 1.! Lingkungan Penggunaan sumber daya alam secara efisien yang menjadi salah satu kunci dalam pengembangan sektor pariwisata, menjaga proses ekologi dan membantu menjaga sumber daya alam dan keberagamannya. Menurut UNEP & UNWTO (2005:46), beberapa indikator penting yang berhubungan dengan lingkungan terhadap tingkat keberhasilan pariwisata berkelanjutan adalah: (1) Penggunaan bahan kimia yang berbahaya, (2) Sistem pengelolaan limbah cair, (3) Sistem pengelolaan sampah, (4) Pembangunan menggunakan bahan ramah lingkungan. 2.! Sosial-Budaya Menghargai keaslian kehidupan sosial-budaya masyarakat lokal, menkonservasi nilai-nilai warisan budaya baik berupa bangunan dan tata cara hidup, dan ikut berkontribusi ke pemahaman dan tolerasi antar budayanya.
18
Menurut UNEP & UNWTO (2005:38), beberapa indikator yang berhubungan dengan sosial-budaya terhadap pariwisata berkelanjutan adalah: (1) Program konservasi efektif bagi nilai kebudayaan dan sejarah, (2) Berkolaborasi dengan masyarakat untuk mempertahankan dan memperkenalkan budaya dan tradisi lokal. 3.! Sosial-Ekonomi Memastikan
kelayakan,
ekonomi
jangka
panjang,
menyediakan keuntungan sosial-ekonomi kepada semua pemangku kepentingan yang secara adil, termasuk pekerjaan tetap dan kesempatan memperoleh penghasilan dan pelayanan sosial kepada masyarakat lokal dan ikut dalam pengentasan kemiskinan. Sedangkan menurut Melly G. Tan, 3 indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat sosial ekonomi masyarakat adalah pekerjaan, penghasilan dan pendidikan (Koentjaraningrat, 1981:35). Konsep pariwisata berkelanjutan tidak hanya berbicara diruang lingkup aspek lingkungan, lebih dari itu konsep sustainable tourism ini menjaga keberadaan sebuah destinasi wisata dalam jangka waktu yang panjang baik dari aspek sosial-budaya, dan keuntungan ekonomi yang diberikan kepada masyarakat lokal.
19
2.4
Pariwisata Berbasis Masyarakat 2.4.1
Definisi Pariwisata Berbasis Masyarakat Menurut Pinel (2007) dalam Hadiwijoyo (2012) pengelolaan
pariwisata berbasis masyarakat atau yang disebut Community Based Tourism adalah model pengembangan pariwisata yang memiliki asumsi bahwa kegiatan pariwisata harus berangkat dari kesadaran nilai-nilai kebutuhan masyarakat sebagai upaya membangun pariwisata yang lebih bermanfaat bagi kebutuhan, inisiatif, dan peluang masyarakat lokal. 2.4.2
Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat Isnaini (2007) dalam Hadiwijoyo (2012) menjelaskan Community
Based Tourism berasal dari strategi pengembangan masyarakat dengan menggunakan pariwisata sebagai alat untuk memperkuat kemampuan organisasi masyarakat lokal. Konsep CBT ini memiliki prinsip-prinsip yang dapat digunakan sebagai alat pengembangan komunitas bagi masyarakat lokal, yaitu: 1.! Mengakui, mendukung, dan mempromosikan pariwisata yang dimiliki masyarakat 2.! Melibatkan anggota masyarakat sejak awal pada setiap aspek 3.! Mempromosikan kebanggaan masyarakat 4.! Meningkatkan kualitas hidup 5.! Menjamin sustainbilitas lingkungan 6.! Memelihara karakter dan budaya lokal yang unik 7.! Membantu mengembangkan cross-cultural learning
20
8.! Menghormati
perbedaan-perbedaan
budaya
dan
kehormatan
manusia 9.! Mendistribusikan
keuntungan
secara
adil
diantara
anggota
masyarakat 10.!Menyumbang prosentase yang ditentukan bagi income proyek masyarakat Dapat disimpulkan bahwa adanya konsep Community Based Tourism ini memiliki satu visi yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata berkelanjutan. Suansri (2003) juga menerangkan bahwa Community Based Tourism dapat menjadi alat untuk mewujudkan sebuah pembangunan paariwisata yang berkelanjutan. Menurut Ernawati (2010) pariwisata
berbasis
masyarakat
ini
adalah
model
manajemen
kepariwisataan yang dikelola oleh masyarakat setempat yang berupaya meminimalkan dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan dan budaya, dan pada saat yang sama menciptakan dampak ekonomi yang positif. Masyarakat tinggal disekitar obyek dan daya tarik pariwisata, sesungguhnya penduduk itu adalah bagian dari atraksi wisata itu sendiri. Konsep CBT memungkinkan untuk memaksimalkan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan kepariwisataan untuk masyarakat setempat, serta menjadikan masyarakat lokal sebagai subyek kegiatan kepariwisataan bukan sebagai obyeknya. Yaman & Mohd (2004) dalam Nurhidayati (2012) menjelaskan beberapa kunci pengaturan pembangunan pariwisata berkelanjutan dengan pendekatan Community Based Tourism yaitu:
21
1.! Adanya dukungan pemerintah 2.! Partisipasi dari stakeolder 3.! Pembagian keuntungan yang adil 4.! Penggunaan sumber daya lokal secara berkesinambungan 5.! Penguatan institusi lokal. 2.5
Definisi Konservatif Pengertian ataupun makna dari kata konservatif adalah sebuah konsep dimana seseorang selalu menjaga tradisi lama/hal tradisional dan menentang modernitas (Charlotte Thomson, 1999). Dimana makna yang terkandung dalam sifat konservatif (konservasi) dapat dijelaskan sebagai sifat memiliki kekuatan atau kecenderungan untuk melindungi atau melestarikan.
2.6
Definisi Katalisator Menurut Achlis (1993), peranan katalisator adalah peran sosial berusaha
membantu
kelayakan
dalam
lingkungan
dengan
jalan
memberikan contoh-contoh yang kongkrit dan dengan jalan menyediakan sumber-sumber serta kesempatan untuk melakukan perubahan. Dimana perubahan yang dilakukan membuahkan hasil untuk berkembang.
22
2.7
Definisi Fasilitator Menurut Sam Kaner (2007), definisi fasilitator adalah seseorang yang memahami tujuan bersama mereka dan membantuk mereka membuat rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fasilitator memiliki pengertian orang yang menyediakan fasilitas.
2.8
Definisi Promotor Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata promotor memiliki pengertian orang yang menjadi penganjur atau pendorong suatu usaha (gerakan dan sebagainya). Promotor dijelaskan sebagai orang yang ke depan, memajukan atau mempromosikan; sebuah pemberi semangat.
23
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
3.1
Letak Geografis Sesuai dengan isi Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Bali No. 3 Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali menyebutkan bahwa daerah Ubud merupakan salah satu dari 15 Kawasan Pariwisata di wilayah Provinsi Bali. Sebagai sebuah kawasan pariwisata, Ubud terdiri dari tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Ubud, Kecamatan Payangan, dan Kecamatan Tegalalang.
Kecamatan Ubud merupakan
lokasi penelitian ini.
Gambar 3.1 Peta KSPN Ubud dan sekitarnya Kecamatan Ubud terletak di Kabupaten Gianyar yang memiliki luas 368 Km2 atau 36.800 Ha yang terdiri dari 7 kecamatan yaitu Kecamatan
Sukawati,
Blahbatuh,
Tegalalang, dan Kecamatan Payangan.
24
Gianyar,
Tampaksiring,
Ubud,
Kabupaten Gianyar secara administrasi berbatasan di sebelah utara dengan Kabupaten Bangli, di sebelah Timur dengan Kabupaten Klungkung/Bangli, di sebelah selatan dengan Kota Denpasar dan Selat Badung, serta berbatasan secara administrasi di sebelah barat dengan Kabupaten Badung. Kecamatan Ubud memiliki luas 42,38 Km2 yang terdiri dari 8 kelurahan/desa adat yaitu Kelurahan Kedewatan, Lodtunduh, Mas, Peliatan, Petulu, Sayan, Singakerta, dan Ubud
adalah lokasi
penelitian dalam penelitian ini. 3.2
Kondisi Fisik Alamiah Kondisi fisik Kecamatan Ubud memiliki luas 42,38 km² diatas tanah adat. Memiliki ketinggian 300m diatas permukaan laut menjadikan Ubud memiliki temperatur udara rata-rata 25.3°C. Iklim Ubud diklasifikasikan sebagai iklim tropis. Terdapat tingkat curah hujan yang signifikan sepanjang tahun di Ubud. Berkonfigurasi umum lahan dataran, Ubud memiliki jenis materian tanah gambut dan memiliki tingkat curah hujan rata-rata sebanyak 2244mm.
3.3
Karakteristik Sosio – Ekonomi – Budaya Masyarakat di daerah Ubud yang termasuk dalam Kecamatan Ubud didominasi bekerja dalam sektor perdagangan dan industri (Data BPS: Kecamatan Ubud Dalam Angka 2016). Hal ini didukung juga dengan banyaknya industri kesenian seperti seni lukis, seni pahat, dan lainnya di daerah kelurahan Ubud. Selain perdagangan, banyak pula masyarakat lokal yang ikut bekerja dalam sektor pariwisata seperti industri akomodasi, hingga jasa transportasi.
24
Gambar 3.2 Salah satu toko seni di Jl. Monkey Forest, Ubud (sumber: http://www.nikkinearandfar.com) Menurut data BPS dalam ‘Kecamatan Gianyar Dalam Angka 2015’, masyarakat di Kecamatan Ubud didominasi oleh pemeluk agama Hindu sejumlah 71.995 dan diikuti oleh pemeluk agama Islam sejumlah 271 orang. 3.4
Daya Tarik Wisata Visi Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten Gianyar yang ingin mewujudkan pariwisata budaya yang berkualitas, berdaya saing, berkelanjutan dan sejahtera, dapat diterjemahkan bahwa pemerintah Kabupaten Gianyar memiliki arah pembangunan kepariwisataan yang berlandaskan budaya, memiliki daya saing dikancah pariwisata nasional maupun global, berkelanjutan dalam jangka waktu panjang, serta memiliki
25
manfaat kepada masyarakat lokal. Berikut merupakan beberapa daya tarik wisata yang terdapat di Kawasan Pariwisata Ubud: 3.4.1
Ubud Monkey Forest Ubud Monkey Forest juga dikenal dengan nama Mandala Wisata Wenara Wana merupakan tempat cagar alam yang juga berupa kompleks candi yang terletak di Jl. Monkey Forest, Ubud. Di atraksi wisata ini terdapat 340 ekor monyet ekor panjang yang menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung.
Gambar 3.4 Ubud Monkey Forest (sumber: http://myjanemtrasnport.com) Memiliki luas 27 hektar, didalam daya tarik wisata Ubud Monkey Forest ini juga terdapat sebuah pura yang bernama Candi Pura Dalem Agung Padangtegal. Wisatawan dapat merasakan suasanya spiritual areal hutan ditemani dengan banyaknya monyet berjenis ekor panjang. 3.4.2
Puri Saren Ubud Istana kerajaan Ubud yang masih eksis menjadi landmark kawasan pariwisata Ubud hingga saat ini. Puri Saren Ubud terletak 26
di Jl. Raya Ubud, tepat di pusat keramaian aktivitas pariwisata yang ada di Ubud.
Gambar 3.5 Puri Saren Ubud (sumber: bali.panduanwisata.id) Di Puri Saren Ubud, wisatawan dapat melihat bentuk istana atau rumah tradisional yang menjadi lokasi kediaman Raja Ubud. Daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke Puri Saren Ubud adalah keaslian dan keunikan bentuk istana yang tetap dipertahankan sebagai ciri khas kerajaan Ubud yang masih eksis hingga saat ini. 3.4.3
Museum Seni Neka Museum Seni Neka didirikan oleh Pande Wayan Suteja Neka, putra dari I Wayan Neka, seorang pemahat kayu ternama di Ubud. Berada di Sanggingan-Ubud, di museum ini terdapat beragam karya lukis, patung, maupun keris yang memiliki beragam cerita. Keluarga Pande Wayan Suteja Neka merupakan pewaris pembuat peralatan perang dari seorang Mpu Keris, Pande Pan
27
Nedeng, yang berasal dari kerajaaan Peliatan-Ubud, Ida Dewa Agung Djelantik pada era 1823 – 1845.
Gambar 3.6 Museum Seni Neka (sumber: bali.panduanwisata.id) Selain wisatawan dapat menikmati koleksi lukisan yang ada di Museum Seni Neka, sedikit berbeda dari museum lainnya; Museum
Seni
mengkonservasi
Neka keris.
juga
berfokus
Keris
untuk
merupakan
menjaga karya
dan yang
memperlihatkan ‘Local Wisdom’, yang memiliki nilai-nilai luhur sebagai senjata tradisional, benda berwasiat, serta sarana upacara keagamaan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat umat Hindu di Bali. Wisatawan dapat mengenal, dan belajar mengenai nilai-nilai luhur dari proses pembuatan hingga filosofi yang ada disebuah keris.
28
3.5
Aksesibilitas Untuk menuju Ubud, dapat ditempuh sejauh 37,6 km melalui jalur darat kurang lebih selama 1 jam 30 menit dari Bandar Udara Internasional Ngurah Rai. Jalan untuk menuju Ubud sudah didukung dengan jalan raya aspal untuk memudahkan mengakses pusat kawasan wisata Ubud menggunakan kendaraan roda dua, mobil, hingga bus. Sedangkan untuk mencapai Ubud melalui pelabuhan laut terdekat yakni Pelabuhan Padang Bai, dapat ditempuh sejauh 37,7 km kurang lebih selama 90 menit melalui Bypass Ida Bagus Mantra.
3.6
Sejarah Singkat Perkembangan Homestay di Ubud Dimulainya pengembangan pariwisata di daerah Ubud dikatakan mulai pada tahun 1930-an. Saat itu, seorang pelukis berkebangsaan Jerman bernama Walter Spies telah menapak bumi Bali dan menetap serta berkreasi di kawasan desa Ubud. Sementara, di daerah Ubud sudah tumbuh berkembang pelukis lokal potensial yang tersebar di beberapa desa. Beberapa pelukis lokal tersebut adalah Gusti Nyoman Lempad, Ida Bagus Made, Anak Agung Raka Turas, Anak Agung Gde Sobrat dan lainnya. Selain para pelukis lokal, juga terdapat beberapa pelukis asing yang ikut terlibat di dalamnya seperti Rudolf Bonnet.
29
Gambar 3.8 Walter Spies (sumber: Wikimedia.org) Teknik dan gaya melukis tersendiri, Walter Spies dan Rudolf Bonnet bekerjasama dengan Tjokorda Gde Agung Sukawati menghimpun seniman lokal dalam sebuah komunitas seniman pelukis yang diberi nama kelompok Pitamaha tahun 1936, dan dikenal sebagai wadah kooperatif dan komunikatif bagi pelukis asing dan lokal di daerah Ubud-Gianyar. Selama aktivitas kesenian sekaligus sebagai tempat akulturasi budaya tersebut, secara tidak langsung memerlukan beberapa fasilitas bagi seniman asing seperti Walter Spies dan Rudolf Bonnet termasuk masalah tempat tinggalnya. Seperti telah dijelaskan diatas, pada masa itu munculnya penginapan dan hotel baru di sekitar daerah Kintamani dan Denpasar saja, dan itu pun jumlahnya sangat terbatas dan jaraknya dari kawasan Ubud relatif sangat jauh. Raja Ubud yakni Tjokorda Gde Agung Sukawati yang memiliki keinginan belajar yang begitu dalam, rela memberikan lahan untuk dikelola sendiri oleh anggota krama tamiu (orang asing). Bahkan seniman
30
pelukis Walter Spies berkesempatan tinggal bergabung dengan keluarga Raja Ubud, di Puri Agung Ubud. Keinginan Tjokorda Gede Sukawati semata-mata ingin mengayomi dan menghargai mereka sebagaimana keluarga sendiri. Hal tersebut merupakan tonggak awal lahirnya pola pelayanan wisata dalam arti khusus yang kini disebut homestay, dimana sekarang berkembang di kawasan wisata pedesaan di Ubud. Dalam rangka memenuhi antusias wisatawan untuk mengenal potensi alam budaya Bali secara lebih mendalam. Mereka merasuk ke dalam realita kehidupan sosial budaya Bali secara langsung. Menginap di rumah penduduk memberi peluang leluasa untuk berbaur, bersentuhan langsung dengan situasi rural, dan cara hidup masyarakat sehari-hari. Menjadikan homestay sebagai peluang mata pencaharian bagi masyarakat lokal. Homestay menjadi sebuah perkembangan trend wisata yang disambut positif dan simpati oleh penduduk setempat. Rumah adat beralih fungsi menjadi tempat penginapan dengan menyuguhkan kesan sederhana, aman dan nyaman bagi pengunjung yang belum terbiasa hidup di kawasan tropis. Karakter khas berbau etnis dan religius yang ada di lingkungan homestay tidak menjadi penghalang proses pembauran. Keadaan ini terus berlangsung secara alami dan penuh kekeluargaan hingga saat ini. 3.7
Perkembangan Homestay di Ubud Pada Saat Ini Jumlah homestay yang tercatat di Kecamatan Ubud mencapai total 340 homestay per Juni 2017 (Kecamatan Ubud). Hal tersebut menjadi latar belakang dengan berkembangnya bisnis akomodasi berjenis homestay dan
31
meningkat secara masif, berdiri sebuah wadah bernama Ubud Homestay Association yang menaungi pemilik serta pengelola usaha homestay di kawasan Ubud. Asosiasi ini bertujuan untuk mewadahi pelaku bisnis homestay sebagai sarana komunikasi dan pengembangan kompetensi yang dimiliki oleh homestay di Ubud sehingga tetap memiliki value utama dari sebuah homestay.
32
BAB IV PEMBAHASAN
4.1
Peranan Homestay Dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Pada Aspek Lingkungan di Ubud. Dengan adanya industri homestay yang termasuk komponen amenitas dari sebuah destinasi pariwisata, maka perlu dikaji dampak yang dihasilkan dari adanya homestay terhadap aspek lingkungan yang bertujuan menjamin keberlangsungan destinasi pariwisata itu sendiri untuk jangka panjang. Jika ditelaah dari pedoman pembuatan kebijakan mengenai sustainable tourism milik UNEP & UNWTO pada tahun 2005, terdapat 3 indikator yang perlu diperhatikan pada homestay dalam berlangsungnya aspek lingkungan pada sebuah destinasi pariwisata yaitu: (1) Penggunaan zat kimia berbahaya, (2) Sistem pembuangan limbah air, (3) Sistem pengelolaan sampah. 4.1.1
Sistem pengelolaan limbah air yang terdapat di homestay di Ubud. Wayan Gunadi selaku pengelola Nyoman Sandi Guest House telah menggunakan sistem pengelolaan limbah air yang dipisah berbeda untuk limbah air dapur dan limbah air kamar mandi.
Gunadi
selaku
pengelola
menjelaskan
alasannya
menggunakan sistem pengelolaan limbah tersebut bertujuan untuk menghilangkan substansi (material) yang
berbahaya bagi
lingkungan jika nantinya dibuang ke selokan. Dengan sistem 33
pengelolaan limbah air tersebut, kondisi lingkungan tidak tercemar akibat aktifitas industri homestay tersebut. Sedangkan
menurut
penjelasan
informan
selaku
pengelola homestay, masih ada pengelola homestay yang langsung membuang limbah air berupa limbah air dapur dan limbah air kamar mandi langsung ke saluran pembuangan atau selokan, tanpa melalui sistem pengelolaan limbar air terlebih dahulu. Informan menguraikan alasan tidak menggunakan sistem
pengelolaan
limbah
air
karena
sistem
saluran
pembuangan air di daerah (lingkungan) homestay masih baik dan terawat. Informan merasa penggunaan sistem pengelolaan limbah air tidak perlu karena homestay masih berupa industri rumahan dan skala kecil. 4.1.2! Sistem pengelolaan (pemilahan) sampah menurut jenisnya di homestay. Berdasarkan hasil wawancara, bentuk peranan homestay terhadap aspek lingkungan lainnya dapat ditemukan berupa bentuk upaya pengelola homestay dalam memilah sampah menurut jenisnya sebelum dibuang atau diangkut oleh pengelola sampah di Desa. Hal ini dilakukan agar pengelolaan sampah setelah diangkut oleh truk menjadi lebih mudah. Ditemukan kesamaan bentuk upaya pemilahan sampah yang ada pada beberapa homestay di Ubud.
34
Gambar 4.1 Sistem pemilahan sampah menurut jenisnya di Sulendra Bungalows. Salah satu informan yakni Ida Bagus Wiryawan selaku pengelola Gunung Merta Bungalows dan Gunadi selaku pengelola Nyoman Sandi Guest House menjelaskan dengan pemilahan
sampah
menurut
jenisnya,
pihaknya
bisa
mendapatkan keuntungan yaitu dengan menjual sampah nonorganik berupa sampah botol plastik kepada pengepul. Gunadi juga menjelaskan bahwa sampah organik hasil dapur dan pengelolaan kebun di area homestay tidak dibuang, tetapi langsung digunakan sebagai pupuk kompos di area homestay itu sendiri. Lima informan lainnya menjawab tidak memilah sampah menurut jenisnya, dengan alasan pemilahan sampah sudah dilakukan oleh pengelola sampah di Kecamatan Ubud yang
35
bekerja sama dengan pengelolaan sampah menjadi kompos di Temesi – Gianyar.
Gambar 4.1 Fasilitas pengelolaan sampah di Temesi Sumber: temesirecycling.com Informan menjelaskan pihaknya hanya menyiapkan kantong sampah, mengumpulkan, dan sampah akan diangkut tiap harinya oleh pengelola sampah di Kecamatan Ubud. 4.1.3! Penggunaan teknologi ramah lingkungan. Gede Budiasa selaku pengelola Nick’s Homestay menjelaskan dengan menggunakan lampu rendah energi ini, ia dapat menghemat 20% penggunaan listrik tiap bulannya di homestay
yang
di
kelola.
Selain
menggunakan
lampu
konvensional rendah energi, informan menjelaskan penggunaan lampu jenis LED juga menghemat penggunaan listrik dengan penggunaan jangka waktu lebih lama dibanding lampu konvensional. Menurut hasil wawancara yang dilakukan, ditemukan kesamaan bentuk peranan di beberapa homestay
36
yang telah menggunakan lampu LED atau lampu daya rendah energi. Berdasarkan hasil wawancara, ditemukan juga homestay yang belum menggunakan atau mempertimbangkan penggunaan teknologi ramah lingkungan, dengan alasan industri homestay masih berskala kecil. I Wayan Paksa selaku pengelola Siti Homestay menjelaskan belum menggunakan teknologi ramah lingkungan dengan alasan penggunaan listrik di homestay yang ia kelola belum tergolong besar. 4.2! Peranan Homestay Dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Pada Aspek Sosial Budaya di Ubud. Homestay erat kaitannya dengan interaksi budaya lokal kepada wisatawan secara langsung. Interaksi budaya tersebut menjadi identitas dan ciri khas tersendiri bagi homestay pada khususnya dan Ubud sebagai destinasi pariwisata berbasis budaya pada umumnya. Dapat dikatakan homestay juga merupakan sarana wisatawan dapat langsung mempelajari filosofi, dan makna dari budaya lokal. Tentunya hal ini menjadi potensi utama yang seharusnya dipertahankan agar keberlangsungan Ubud sebagai destinasi pariwisata dapat eksis dalam jangka waktu panjang. 4.2.1 Penggunaan
arsitektur
tradisional
Bali
sebagai
bentuk
identitas homestay. Berdasarkan peranan
homestay
hasil
wawancara,
yang
tetap
ditemukan
melestarikan
bentuk
penggunaan
arsitektur tradisional sebagai ciri khas bangunannya. Ida Bagus
37
Wiryawan
selaku
pengelola
Gunung
Merta
Bungalows
menjelaskan alasannya menggunakan arsitektur tradisional di bangunan homestay karena hal tersebut menjadi salah satu media
interaksi
budaya
yang
dapat
digunakan
untuk
memperkenalkan budaya lokal. Wayan Wiadnyana selaku pengelola Kori Bali Inn 2 menjelaskan penggunaan arsitektur tradisional agar homestay terlihat lebih menyatu dengan kondisi rumah Bali, sehingga atmosfir membaur dengan keseharian keluarga dirasa lebih kental.
Gambar 4.3 Arsitektur tradisional dari tahun 1980 di Siti Homestay I Wayan Paksa selaku pengelola Siti Homestay menjelaskan ia tetap menjaga bentuk bangunan dan arsitektur homestay yang ia kelola agar menjadi keunikan tersendiri bagi tamu yang menginap. Tidak banyak perubahan dan pembaruan yang ia lakukan pada homestay yang ia kelola, mulai dari
38
penggunaan lantai bata merah hingga penggunaan bambu sebagai daun jendela. Value authentic itu yang ia jaga agar dapat menjadi pengalaman tinggal ‘Balinese Compound’ yang masih menggunakan konsep Tri Hita Karana. Berdasarkan hasil wawancara, ada homestay yang sudah menggunakan arsitektur dan gaya bangunan semi minimalis dengan nilai arsitektur tradisional dipadukan dan disesuaikan dengan gaya minimalis. Pengelola dari Karang Mesari, dan Krisda Ubud Guest House menjelaskan penggunaan gaya bangunan semi minimalis dinilai menghabiskan biaya yang lumayan tinggi dalam proses pembangunan dibanding jika membangun dengan arsitektur minimalis. Nilai arsitektur tradisional lebih ditekankan kepada penggunaan bahan kayu dan bambu kepada furniture yang ada di interior homestay. Kadek Armini selaku pengelola Krisda Ubud Guest House menjelaskan ia lebih menekankan kepada interaksi sesama manusia (human touch) dibanding nilai bangunan homestay yang ia kelola. 4.2.2! Memperkenalkan konsep bangunan rumah Bali (Balinese Compound) kepada tamu yang menginap. Berdasarkan hasil wawancara, pengelola homestay sudah menjelaskan konsep bangunan rumah tradisional Bali. Hal ini dilakukan sebagai bentuk keunikan yang tamu dapatkan jika menginap di homestay, yaitu interaksi budaya secara langsung
39
yang tidak di komersialisasi secara umum di Bali. Ida Bagus Wiryawan
selaku
pengelola
Gunung
Merta
Bungalows
menjelaskan bahwa sebagai pengelola, ia memiliki kewajiban untuk menjelaskan konsep Balinese Compound kepada tamu yang menginap sebagai media interaksi budaya masyarakat lokal dalam industri pariwisata. 4.2.3! Ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan seremoni adat di Ubud dalam rangka melestarikan budaya lokal. Berdasarkan hasil wawancara, informan menjawab sudah ikut berpartisipasi dalam perayaan / seremoni lokal yang ada di Ubud. Wayan Sumiartha selaku pengelola Sulendra Bungalows menjelaskan sebagai bagian dari masyarakat lokal, pengelola homestay sudah tentu ikut dalam perayaan (upacara) yang ada. Hal tersebut tidak terlepas kaitannya dengan kewajiban masyarakat lokal dimana pengelola termasuk didalamnya. Dengan keikutsertaan pengelola homestay dalam tradisi
lokal,
secara
langsung
sudah
ikut
menjaga
keberlangsungan budaya itu sendiri. 4.2.4! Memperkenalkan budaya lokal melalui kegiatan atau aktifitas keseharian di homestay. a.! Mengenalkan budaya lokal melalui pakaian tradisional (baju adat).
40
Informan menjawab sudah memiliki kesadaran untuk menggunakan pakaian tradisional ketika berinteraksi secara langsung dengan tamu yang menginap seperti ketika tamu check-in, check-out, breakfast, dan ketika menemani tamu berkeliling. Kadek Armini selaku pengelola Krisda Ubud Guest House menjelaskan dengan menggunakan pakaian tradisional, pengelola ikut memperkenalkan budaya lokal. b.! Mengenalkan budaya lokal melalui aktifitas keseharian (menghaturkan canang) atau penjelasan makna kegiatan sehari-hari sebagai umat Hindu di Bali. Informan selaku pengelola homestay menjawab sudah memperkenalkan budaya lokal melalui aktifitas keseharian yang dilakukan di homestay. Wayan Paksa selaku pengelola Siti Homestay menjelaskan dengan adanya interaksi verbal ini, homestay dapat menjadi sarana informasi utama bagi wisatawan untuk mempelajari filosofi dan konsep kehidupan masyarakat lokal secara langsung. Biasanya Wayan Paksa akan menjelaskan alasan mengapa umat Hindu menghaturkan canang, mengapa tidur menghadap selatan, dan sebagainya. c.! Mengenalkan budaya lokal melalui komunikasi verbal (salam ‘Om Swastyastu’). Informan
menjawab
sudah
menggunakan
dan
memperkenalkan salam ‘Om Swastyastu’ kepada tamu yang
41
menginap. Wayan Sumiartha selaku pengelola Sulendra Bungalows menjelaskan alasannya memperkenalkan salam ‘Om Swastyastu’ hingga mengajarkan beberapa kata dalam Bahasa Bali kepada tamu yang menginap adalah karena Bahasa merupakan bagian dari budaya. d.! Mengenalkan budaya lokal melalui kegiatan memasak di dapur tradisional, membuat canang, dan mebat. Berdasarkan
hasil
wawancara,
informan
menjawab
wisatawan atau tamu yang menginap dapat mengikuti kegiatan memasak di dapur tradisional. Dan seluruh informan menjawab tamu dapat mempelajari dan mengikuti aktifitas keseharian yang ada di homestay tersebut. Tamu dapat berinteraksi secara langsung dengan budaya lokal dengan mengikuti aktifitas keseharian yang ada di homestay tersebut. e.! Mengenalkan budaya lokal dengan mengajak tamu untuk dapat ikut ke perayaan seremoni adat seperti upacara odalan, purnama, ngaben, hingga persiapan galungan. Informan menjelaskan tamu yang tertarik dapat ikut mengikuti perayaan seremoni adat yang diikuti oleh pengelola
homestay
sebagai
kewajiban
bagian
dari
masyarakat lokal. Made Ruta selaku pengelola dari Karang Mesari menjelaskan ketika ada perayaan di family temple atau di Sanggah, ia biasanya akan mengajak tamu yang
42
menginap untuk mengikuti proses dimulai dari proses persiapan seperti mebat, hingga proses pelaksanaan. Made Ruta menjelaskan dengan ikut melibatkan tamu yang menginap, ia dapat memperkenalkan budaya lokal secara langsung ke wisatawan. f.! Mengenalkan budaya lokal melalui kegiatan melukis. Wayan Sumiartha selaku pengelola Sulendra Bungalows menjelaskan bahwa biasanya ketika ada tamu yang menginap dan tertarik dengan seni melukis, ia akan mengajarkan dan memperkenalkan cara pelukis tradisional dalam melukis. Hal tersebut ia lakukan bertujuan untuk memperkenalkan Ubud melalui sudut pandang yang berbeda. Ubud memiliki banyak pelukis terkenal, maka dari itu Wayan Sumiartha ingin tamu berinteraksi dan memahami cara pelukis tradisional Ubud melakukannya. 4.2.5! Memperkenalkan makanan dan cara makan tradisional di homestay. Bentuk interaksi budaya yang terjadi di homestay kepada tamu yang menginap juga berupa pengenalan makanan dan cara makan tradisional. Wayan Paksa selaku pengelola Siti Homestay menjelaskan dengan mengenalkan makanan dan cara makan tradisional, tamu yang menginap mendapatkan experience yang
43
berbeda dan tidak dikomersialisasi, sebagai bentuk pengenalan budaya lokal kepada wisatawan. Berdasarkan hasil wawancara, ada pengelola homestay yang menjawab belum memperkenalkan tradisional Bali di homestay yang mereka kelola. Gede Budiasa selaku pengelola Nick’s Homestay menjelaskan ia mengikuti budaya western breakfast yang biasanya berupa pancake, javel, dan omelette bagi tamu yang menginap. Gede Budiasa juga menjelaskan bahwa belum terpikirkan untuk menawarkan makanan lokal sebagai menu makanan yang ada di homestay. 4.3!
Peranan Homestay Dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Pada Aspek Sosial Ekonomi di Ubud. Industri akomodasi berjenis homestay tentu memiliki peran dalam meningkatkan keadaan sosial ekonomi masyarakat baik bagi pengelola homestay dan masyarakat sekitar yang ada di lingkungan homestay. Aspek sosial ekonomi perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana peran dari adanya homestay bagi tingkat pertumbuhan ekonomi di Ubud dalam jangka panjang. 4.3.1
Mempekerjakan orang lokal di homestay. Berdasarkan
hasil
wawancara,
informan
selaku
pengelola homestay menjawab telah mempekerjakan sumber daya manusia yang berasal dari masyarakat lokal (Bali). Gunadi selaku pengelola Nyoman Sandi Guest House menguraikan
44
pendapat dengan ia mempekerjakan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat lokal, secara tidak langsung ia telah mengembangkan nilai ekonomi masyarakat lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara ditemukan juga homestay yang tidak membutuhkan tenaga kerja. Wayan Wiadnyana selaku pengelola Kori Bali Inn 2 menjelaskan dengan
keterlibatan
anggota
keluarga
di
homestay,
menghasilkan situasi kekeluargaan yang lebih kental bagi tamu yang menginap. Kadek Armini selaku pengelola Krisda Ubud Guest House menjelaskan anggota keluarga dirasa memiliki sense of belonging kepada homestay yang lebih baik dibanding harus mempekerjakan orang lain. 4.3.2! Memperoleh manfaat ekonomi dari homestay yang dikelola. Informan menjawab sebagai pengelola homestay sudah merasakan manfaat ekonomi dari homestay yang dikelola. Made Ruta selaku pengelola Karang Mesari menjelaskan dengan homestay yang ia kelola, Made Ruta dapat memberikan taraf pendidikan yang lebih baik bagi anak-anaknya. Dengan meningkatnya taraf ekonomi, diikuti dengan kenaikan tingkat kesejahteraan masyarakat. Made Ruta selaku pengelola Karang Mesari menguraikan dengan memiliki homestay, ia memiliki
45
kesempatan untuk membangun akomodasi lainnya dalam bentuk Villa di Ubud. 4.3.3! Menggerakkan unit usaha lainnya. Seluruh informan menjawab sudah aktif berkolaborasi dengan homestay lainnya ataupun dengan tour operator lokal yang ada. Wayan Sumirtha selaku pengelola Sulendra Bungalows menjelaskan jika kamar sudah penuh diisi oleh tamu, biasanya ia akan merekomendasi homestay yang ada disekitar lingkungannya. Kadek Armini selaku pengelola Krisda Ubud Guest House aktif merekomendasikan paket aktifitas cooking class dan yoga yang ada didekat homestay yang ia kelola. Dengan adanya Ubud Homestay Association, Gunadi selaku pengelola Nyoman Sandi Guest House menjelaskan lebih mudah untuk berkolaborasi dan bertukar pikiran sesama pengelola homestay yang ada di Ubud. Ida Bagus Wiryawan selaku pengelola Gunung Merta Bungalows menjelaskan ia juga sudah menjalin kolaborasi dengan Ubud Tourist Information lokal untuk bersama-sama meningkatkan manfaat ekonomi dari industri pariwisata yang ada. Dengan adanya peranan homestay dalam menggerakkan unit usaha lainnya, berkaitan dengan dampak dari adanya keberlanjutan ekonomi masyarakat yang ada di Ubud.
46
4.3.4! Meningkatkan
tingkat
pendidikan
dan
kemampuan
masyarakat khususnya pada bidang pariwisata. Dengan pendidikan manusia diajarkan untuk membuka wawasan, menambah ilmu khususnya pendidikan bahasa asing yang dirasa penting khususnya dalam industri homestay. Adanya homestay ikut meningkatkan taraf pendidikan dan kemampuan masyarakat dalam kompetensi yang dibutuhkan dalam unit usaha homestay. Kadek Armini selaku pengelola Krisda Ubud Guest House menjelaskan dengan mengelola homestay, ia ikut memotivasi keluarga dan lingkungan sekitar untuk dapat memiliki pengetahuan dalam berbahasa Inggris. Pengembangan
kompetensi
dan
kemampuan
bagi
masyarakat khususnya pengelola homestay yang diadakan oleh Ubud Homestay Association merupakan bentuk nyata dari peranan homestay dalam meningkatkan taraf pendidikan dan kemampuan masyarakat dalam kompetensi yang dibutuhkan sebagai pengelola homestay. Dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang dimiliki berkaitan erat dengan peranan homestay sebagai salah satu pemangku kebijakan Ubud dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan.
47
4.3.5! Mengembangkan nilai ekonomi masyarakat (komunitas) lokal melalui sosialisasi / community development. Bentuk peranan homestay dalam mengembangkan nilai ekonomi masyarakat sekitarnya dengan cara mengedukasi dan memotivasi sumber daya manusia yang ada di Ubud agar menjadi lebih kompeten dalam bidang kepariwisataan. Wayan Sumiartha selaku pengelola Sulendra Bungalows dan Kadek Armini selaku pengelola Krisda
Ubud
Guest
House
menjelaskan
ia
mengedukasi
lingkungannya dalam penggunaan dan pemanfaatan online travel agent untuk mengembangkan homestay yang dikelola. Gunadi selaku pengelola Nyoman Sandi Guest House menjelaskan ia melakukan social development melalui tenaga kerja yang bekerja di homestay miliknya, dengan cara secara rutin memberikan evaluasi dan kesempatan belajar yang lebih tinggi dari sebelumnya. Sementara ada pengelola homestay yang menjelaskan bahwa ia merasa
belum
disekitarnya
mengembangkan
dengan
alasan
nilai
tidak
ekonomi
mudah
masyarakat
memotivasi
dan
mengedukasi masyarakat lokal. Community development erat kaitannya dengan meningkatkan taraf ekonomi kemasyarakatan dalam menjamin keberlanjutan manfaat ekonomi bagi masyarakat dalam jangka waktu panjang, sebagai salah satu indikator adanya pariwisata berkelanjutan di destinasi pariwisata Ubud.
48
4.4! Hasil Temuan Kategori Peranan Homestay Dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Ubud Berdasarkan hasil analisis domain diatas, peranan homestay dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Ubud memiliki beberapa jenis kategori sesuai dengan bentuk peranannya. Terdapat 4 jenis kategori peranan homestay yaitu: (1) Peran homestay sebagai konservator (pelestari), (2) Peran homestay sebagai katalisator (penggerak), (3) Peran homestay sebagai fasilitator (penyedia fasilitas), (4) Peran homestay sebagai promotor (publikasi dan pencitraan). 4.4.1 Peran Homestay Sebagai Konservator Makna konservatif adalah sikap mempertahankan keadaan, kebiasaan, atau tradisi yang berlaku, dalam hal ini peranan homestay sebagai konservator nilai-nilai budaya, sosial dan lingkungan yang ada di Ubud. Dalam hal ini contoh peran konservatif yang ditunjukkan oleh homestay adalah melestarikan gaya arsitektur tradisional Bali terhadap bangunan homestay baik dari eksterior maupun interior.
Gambar 4.4 Angkul-Angkul sebagai bentuk peranan homestay melestarikan arsitektur tradisional di Kori Bali Inn 2.
49
Selain berupaya mengkonservasi budaya melalui bangunan dan arsitektur tradisional, homestay juga mengkonservasi budaya melalui
pengenalan
konsep
‘Balinese
Compound’
kepada
wisatawan yang datang maupun menginap. Pengelola homestay biasanya akan mengenalkan filosofi ‘Asta Kosala Kosali’ dan Tri Hita Karana sebagai bagian dari konsep pekarangan rumah tradisional Bali.
Gambar 4.5 Bale Dangin, salah satu bagian dari ‘Balinese Compound’ yang ada di Nick’s Homestay. Peran homestay sebagai konservator nilai sosial budaya yang ditemukan dilapangan juga berupa adanya kegiatan budaya atau aktivitas yang melibatkan tamu yang menginap seperti ikut membuat canang, masak di dapur tradisional, hingga ikut ke seremonial adat seperti upacara purnama, tilem, hari raya Galungan dan Kuningan. Hal tersebut merupakan kewajiban pengelola homestay sebagai masyarakat lokal untuk wajib terlibat dalam
50
upacara
setempat,
secara
tidak
langsung
ikut
menjaga
keberlangsungan tradisi sosial yang ada di masyarakat di Ubud.
Gambar 4.6 Pengelola Krisda Ubud Guest House memperkenalkan cara makan tradisional. Selain peran homestay terhadap nilai sosial dan budaya, homestay ikut melestarikan lingkungan melalui sistem pengelolaan limbah air, pengelolaan sampah, dan penggunaan teknologi ramah lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara, informan menjelaskan masih adanya homestay yang belum menggunakan sistem pengelolaan limbah air untuk mengendapkan dan menghilangkan bahan kimia yang berbahaya jika langsung dibuang ke selokan, dengan alasan hasil limbah air yang dihasilkan oleh homestay masih tergolong sedikit dan tidak terlalu membahayakan ekosistem air. Sementara untuk pengelolaan sampah, dapat ditemukan bentuk upaya homestay dalam melakukan pengelolaan sampah secara mandiri dengan memilah sampah menurut jenisnya sebelum diangkut oleh petugas kebersihan.
51
Berdasarkan hasil wawancara, ada pengelola homestay yang menjawab tidak melakukan pengelolaan sampah dengan alasan petugas kebersihan desa sudah melakukan pengelolaan sampah dengan memilah sampah menurut jenisnya. 4.4.2
Peran Homestay Sebagai Katalisator Definisi katalisator adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan dan menimbulkan kejadian baru (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dalam penelitian ini, temuan dilapangan yang dimaksud adalah peran homestay sebagai penggerak ekonomi masyarakat; dalam hal ini pengelola homestay. Dari hasil wawancara, seluruh informan menjawab sudah meraskaan manfaat ekonomi dari homestay yang mereka kelola. Pengelola homestay juga memberdayakan sumber daya manusia lokal dengan cara mempekerjakan masyarakat lokal sebagai staff di homestay yang mereka kelola. Informan menjawab sudah mempekerjakan masyarakat lokal di homestay yang mereka kelola. Gunadi selaku pengelola
Nyoman
Sandi
Guest
House
menjelaskan
ia
menumbuhkan dan membantu mengembangkan karir karyawan yang bekerja di homestay yang ia kelola dengan cara melakukan evaluasi tiap bulannya, serta memberikan kesempatan sebesarbesarnya bagi karyawannya untuk memiliki kompetensi baru selama bekerja di Nyoman Sandi Guest House.
52
Peran homestay dalam menggerakkan ekonomi masyarakat juga ditemukan dalam bentuk adanya kolaborasi homestay dengan tour operator lokal yang menjual paket tur dan aktivitas wisata, juga kolaborasi antar homestay di Ubud yang bersinergi untuk mengembangkan satu sama lainnya terutama yang dinaungi oleh Asosiasi Homestay di Ubud. 4.4.3 Peran Homestay Sebagai Fasilitator Peran homestay
sebagai fasilitator atau penyedia fasilitas
bagi wisatawan yang menginap di kawasan atau destinasi wisata Ubud dengan menyediakan akomodasi yang layak, unik, dan otentik, serta dioperasikan dan dikelola oleh penduduk lokal. Selain memiliki peran dalam memperkenalkan kebudayaan lokal yang ada di Bali, homestay memiliki peran penyedia fasilitas menginap (akomodasi) bagi wisatawan.
Gambar 4.7 Fasilitas kamar di Sulendra Bungalows.
53
Akomodasi merupakan salah satu bagian penting dari komponen destinasi wisata yang baik yang termasuk dalam kategori amenities (fasilitas). Selain menjadi fasilitas selama wisatawan menginap, homestay juga menjadi sarana berinteraksi wisatawan dengan budaya lokal ketika berada di Ubud. Beragam jenis kamar yang disediakan oleh pengelola homestay di Ubud, mulai dari tipe standard hingga tipe kamar family. Homestay juga menyediakan breakfast, hingga pilihan menu yang dapat dipesan oleh tamu yang menginap. Dari total jumlah 10 informan, hanya 2 informan yang menjawab menyediakan makanan dan cara makan tradisional di homestay yang mereka kelola. Sedangkan 8 homestay lainnya menjawab belum menyediakan pilihan makanan tradisional (rumahan) di homestay yang dikelola.
Gambar 4.8 Tamu Krisda Ubud Guest House dengan menu dan cara makan tradisional. (dok. Kadek Armini)
54
Kadek Armini selaku pengelola Krisda Ubud Guest House menjelaskan ia hanya menawarkan dan menyediakan makanan tradisional hanya pada saat-saat tertentu seperti adanya perayaan upacara di rumah, pada saat Galungan, Kuningan, dan Hari Raya Nyepi saja. 4.4.4
Peran Homestay Sebagai Promotor Dalam penelitian ini ditemukan juga peran homestay dalam publikasi dan pencitraan destinasi pariwisata di Ubud. Penggunaan Online Travel Agent menjadi salah satu peran utama homestay dalam mempublikasi dan mempromosikan destinasi Ubud sebagai destinasi yang kental akan budaya dan nilai sosial.
Gambar 4.9 Review beberapa tamu terhadap salah satu homestay di Ubud di situs Booking.com.
55
Ulasan yang ditulis tamu di situs online travel agent setelah menginap di homestay memiliki peran pencitraan terhadap kualitas homestay di Ubud. Selain memiliki peran sebagai promotor dalam bentuk review atau ulasan, bentuk peran homestay dalam mempublikasi dan mencitrakan dapat ditemukan dalam bentuk promosi di online travel agent seperti Booking.com, Traveloka, Agoda, dan Airbnb. Semua informan selaku pengelola homestay menjawab sudah menggunakan online travel agent (OTA) sebagai media pemasaran online untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Selain menggunakan bantuan OTA, beberapa homestay telah memanfaatkan website untuk memasarkan dan mempromosikan akomodasi mereka.
Gambar 4.10 Website Nyoman Sandi Guest House
56
Tingkat kesadaran para pengelola homestay untuk memanfaatkan pemasaran dan promosi secara digital, menjadi bentuk nyata peran homestay dalam mempublikasikan dan mencitrakan kegiatan pariwisata berbasis masyarakat yang ada di Ubud. Selain bentuk publikasi dan pencitraan melalui teknologi (website, sosial media, online travel agent), homestay memiliki peranan strategis dalam mencitrakan Ubud sebagai destinasi pariwisata yang berbasis masyarakat melalui Word of Mouth (WoM) hasil rekomendasi tamu yang menginap. Rekomendasi dan pengalaman yang baik tentu akan mencitrakan Ubud sebagai destinasi wisata yang layak dikunjungi oleh wisatawan, yang berkaitan dengan keberlanjutan wisatwan yang datang ke Ubud dalam hubungannya sebagai pengembangan pariwisata berkelanjutan.
57
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 4.5! Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, homestay memiliki peranan dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan di Ubud terhadap aspek lingkungan, sosial budaya, dan sosial ekonomi. Dalam peranannya mengembangkan pariwisata berkelanjutan di Ubud, bentuk peranan homestay terhadap aspek lingkungan berupa sistem pengelolaan sampah, sistem pengelolaan limbah air, dan penggunaan teknologi ramah lingkungan. Sedangkan bentuk peranan homestay terhadap aspek sosial budaya berupa penggunaan arsitektur sebagai identitas homestay tradisional, memperkenalkan filosofi struktur rumah tradisional Bali kepada wisatawan, serta sebagai sarana interaksi budaya tradisional kepada wisatawan. Bentuk peranan homestay terhadap aspek sosial ekonomi dapat dilihat dari peranan homestay dalam meningkatkan taraf pendidikat, dan kemampuan masyarakat dalam bidang pariwisata, serta adanya homestay ikut menggerakkan unit usaha lainnya yang ada di Ubud. Menurut hasil analisis, peranan homestay dapat dibagi menjadi 4 kategori yaitu sebagai: (1) Konservator (pelestari) nilai-nilai sosial budaya lokal dan lingkungan, (2) Katalisator (penggerak) ekonomi masyarakat, (3) Fasilitator (penyedia fasilitas) bagi wisatawan, (4) Promotor (publikasi dan pencitraan) destinasi wisata berbasis masyarakat di Ubud.
58
Peran homestay sebagai konservator dibuktikkan dengan adanya homestay yang tetap menggunakan arsitektur tradisional Bali sebagai bentuk identitas bangunannya. Usaha pengelola homestay untuk dapat memperkenalkan filosofi Balinese Compound kepada wisatawan juga menjadi salah satu bukti nyata bahwa homestay menjadi salah satu fasilitator interaksi budaya yang dapat wisatawan rasakan secara langsung. Wisatawan dapat mengikuti keseharian pengelola homestay seperti memasak, bersembahyang, hingga mengikuti upacara adat di lingkungan sekitar. Homestay memiliki peran sebagai katalisator atau penggerak bagi ekonomi masyarakat lokal yang ada di Ubud, dibuktikkan dengan adanya usaha sesama homestay untuk berkolaborasi dan meningkatkan kualifikasi dan kompetensi standard bagi homestay yang mereka kelola yang dinaungi oleh Ubud Homestay Association. Peran homestay sebagai katalisator dapat dibuktikkan dengan usaha homestay menjalin kerjasama dengan tour operator lokal untuk menawarkan paket tur atau wisata bagi tamu yang menginap di homestay dan usaha pengelola homestay di Ubud memberdayakan masyarakat lokal untuk dapat bekerja sebagai tenaga kerja di homestay. Peran homestay sebagai promotor dapat diihat dari usaha yang dilakukan oleh pengelola homestay melalui situs online travel agent (OTA), website dan sosial media milik homestay sebagai media promosi.
59
Secara langsung pengelola homestay telah mempublikasikan dan mencitrakan Ubud sebagai destinasi wisata yang berbasis kemasyarakatan. 4.6! Saran Adapun saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian ini kepada pengelola homestay di Ubud, dan Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar adalah: 1.!
Usulan bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar dan pengelola homestay di Ubud untuk menyusun/menentukan acuan standarisasi bagi homestay tradisional di Ubud. Standarisasi dirasa perlu untuk menyamakan konsep secara umum satu homestay dengan lainnya agar tidak terjadi kesimpangan antara homestay di Ubud. Standarisasi utama yang dirasa perlu disusun terhadap aspek bangunan, fasilitas, dan pengelompokkan jenis kamar. Dengan menyusun pedoman atau acuan bagi standarisasi homestay, dirasa dapat secara langsung menjaga dan mengawasi perkembangan homestay kedepannya dengan mempertimbangkan aspek sosial budaya, sosial ekonomi, serta aspek lingkungan.
Dengan
memperhatikan
aspek-aspek
pariwisata
berkelanjutan tersebut, peran homestay dapat diukur dan dapat diawasi secara berkala oleh pemangku kebijakan pariwisata yang ada di Ubud. Dalam peranan homestay sebagai konservator, bentuk kebijakan yang dirasa perlu disusun mengenai konservasi bentuk bangunan dan arsitektur tradisional sebagai ciri khas homestay tradisional yang ada di
Ubud.
Bentuk
bangunan
dan
arsitektur
tradisional
erat
60
hubungannya dengan aspek sosial-budaya yang ada di destinasi tersebut. Bentuk kebijakan homestay dalam peranannya sebagai katalisator, berupa adanya kolaborasi dan kerjasama antar homestay dan industri lainnya yang berhubungan seperti restoran, paket wisata, hingga atraksi wisata. Dengan adanya bentuk kerjasama dua arah tersebut, homestay memiliki kontribusi sebagai katalisator dalam bentuk penggerak ekonomi masyarakat. Peranan homestay sebagai fasilitator bagi wisatawan dalam bentuk akomodasi juga dapat diatur dalam kebijakan mengenai peraturan yang mengatur adanya homestay, sistem perpajakan, hingga pencatatan yang bertujuan menghasilkan database wisatawan yang menginap di homestay. Sedangkan kebijakan homestay dalam peranannya sebagai promotor berupa bentuk publikasi dan pencitraan yang dilakukan oleh homestay agar sesuai dengan visi dan misi Dinas Kabupaten Pariwisata Gianyar. 2.!
Dengan penelitian menggunakan metode kualitatif, peneliti merasa kurang
terukurnya
sejauh
mana
peranan
homestay
dalam
mengembangkan pariwisata berkelanjutan di Ubud. Saran peneliti bagi penelitian mengenai peranan homestay dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Ubud kedepannya adalah menggunakan metode analisis kuantitatif untuk mengetahui hasil peranan homestay dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Ubud yang lebih terukur.
61
DAFTAR PUSTAKA ASEAN. 2016. ASEAN Homestay Standard. Jakarta: The ASEAN Secretariat. Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar. (https://gianyarkab.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/65), diakses pada hari Rabu, 24 Mei 2017. Bogdan, R.C dan Biklen, S.K. 1982. Qualitative Research for Education : An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten Gianyar. (http://diparda.gianyarkab.go.id), diakses pada hari Selasa, 10 Januari 2017 Ernawati, N.M. 2010. Tingkat Kesiapan Desa Tihingan-Klungkung, Bali Sebagai Tempat Wisata Berbasis Masyarakat. Denpasar: Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. Gambaran Umum Kabupaten Gianyar. (http://bappeda.gianyarkab.go.id/index.php/baca-artikel/3/GambaranUmum-Kabupaten-Gianyar), diakses pada hari Selasa, 10 Januari 2017 Garrod, Brian. 2001. Local Partisipation in the Planning and Management of Eco -tourism: A Revised Model Approach. Bristol: University of the West of Eng –land. Goa Gajah, (https://id.wikipedia.org/wiki/Goa_Gajah_), diakses pada hari Senin, 30 Januari 2017. Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2012. Perencanaan Pariwisata Berbasis Masyarakat ( Sebuah Pendekatan Konsep ). Yogyakarta : Graha Ilmu. Homestay Dahulu dan Sekarang. (https://marbeta.wordpress.com/2008/06/05/home-stay-in-indonesia/), diakses pada Selasa, 14 Februari 2017. Hussin, Rosazman dan Velan Kunjuraman. 2014. Sustainable Community-Based Tourism (CBT) Through Homestay Programme in Sabah, East Malaysia. Proceeding of the Social Sciences Research ICSSR Journal 41-61. Ibrahim, Yahaya dan Abduh R.A.R.. 2010. Homestay Program and Rural Community Development in Malaysia. Journal of Ritsumeikan Social Sciences and Humanities, 2:7-24. Junaid, Ilham. 2014. Perencanaan Strategis Pariwisata Budaya: Mekanisme Menuju Pariwisata Berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Pariwisata STP Trisakti 2014. Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
62
Kontogeorgopoulos, Nick dan Anuwat Churyen dan Varaphorn Duangsaeng. 2015. Homestay Tourism and the Commercialization of the Rural Home in Thailand. Sound Ideas: University of Puget Sound. Lexy J. Moleong, 2001, Metode Penelitian Kualitatif, cetakan keempatbelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya (anggota IKAPI). Mandala Wisata Wenara (https://id.wikipedia.org/wiki/Mandala_Wisata_Wenara_Wana), pada hari Senin, 30 Januari 2017.
Wana. diakses
Muallisin, Isnaini. 2007. Model Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Jurnal Penelitian BAPPEDA Kota Yogyakarta. Museum Blanco. (http://travel.kompas.com/read/2013/01/06/14290927/Yuk.ke.Museum.Anto nio.Blanco.), diakses pada hari Senin, 30 Januari 2017. Museum Neka. (http://bali.panduanwisata.id/spot-wisata/mengunjungi-museumseni-rupa-neka/), diakses pada hari Senin, 30 Januari 2017. Museum Neka. (https://en.wikipedia.org/wiki/Neka_Art_Museum), diakses pada hari Senin, 30 Januari 2017. Museum Seni Agung Rai. (https://asosiasimuseumindonesia.org/anggota/227museum-seni-agung-rai.html), diakses pada hari Senin, 30 Januari 2017. Neto, Frederico. 2003. A New Approach to Sustainable Tourism Development: Moving Beyond Environmental Protection. United Nations. Nurhidayati, Sri Endah. 2012. Pengembangan Agrowisata Berkelanjutan Berbasis Komunitas di Kota Batu, Jawa Timur. Yogyakarta: Disertasi UGM. Pande Wayan Suteja Neka. (http://www.kompasiana.com/santidiwyarthi/pandewayan-suteja-neka-dan-ulang-tahunku_550f1c13a33311aa2dba8331), diakses pada hari Senin, 30 Januari 2017. Puri Saren Ubud. (http://bali.panduanwisata.id/pura-hindu-bali/puri-saren-ubudyang-masih-dipertahankan/), diakses pada hari Senin, 30 Januari 2017. Sarwono, S.W. 2002. Teori-teori Psikologi Sosial. PT Raja Grafindo Persada. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES Indonesia. Soerjono Soekanto. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Baru : Rajawali Pers.Jakarta Spradley, James P. 1979. The Ethnographic Interview. United States of America: Waveland Press, Inc. Suansri, Potjana. 2003. Community Based Tourism Handbook. Thailand: REST Project.
63
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata. 2006. Rosdakarya.
Metode
Penelitian
Pendidikan.
Bandung:
Remaja
T. Guritno. 1992. Kamus Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Tribun News. (http://www.tribunnews.com/regional/2017/04/20/jumlah-hotel-dibali-naik-jadi-2079-usulan-moratorium-pun-mengemuka), diakses pada hari Minggu, 7 Mei 2017. UNEP & UNWTO. 2005. Making Tourism More Sustainable: A Guide for Policy Makers. Spain: World Tourism Organization.
64
IN-DEPTH INTERVIEW GUIDE PANDUAN WAWANCARA MENDALAM ‘Peranan Homestay Terhadap Pariwisata Berkelanjutan di Ubud’ Dalam panduan wawancara ini akan terdapat daftar pertanyaan yang berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini. Berikut merupakan pedoman wawancara yang disifatkan general karena adanya keterkaitan antar variable sehingga beberapa indikator juga ditujukan kepada responden/informan yang berbeda. Pedoman wawancara ini ditujukan kepada pemilik/pengelola homestay yang ada di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. No Topik
Pertanyaan
1
Bagaimanakah
Lingkungan (Environtmental)
sistem
pengelolaan
limbah air di homestay yang bapak/ibu kelola? Bagaimana sistem pengelolaan sampah yang ada di homestay yang bapak/ibu kelola? Apakah sudah dipilah menurut jenis sampahnya? Apakah homestay yang bapak/ibu kelola sudah menggunakan teknologi ramah lingkungan
(seperti
lampu
otomatis
mati)? 2
Sosial Budaya
Apakah
bapak/ibu
menggunakan
arsitektur tradisional Bali sebagai bentuk identitas
homestay
yang
bapak/ibu
kelola? Berikan alasannya. Apakah
bapak/ibu
sudah
memperkenalkan filosofi ‘Asta Kosala Kosali’ di homestay yang bapak/ibu kelola
kepada
wisatawan
yang
menginap? Apakah
bapak/ibu
berpartisipasi
dalam
sudah
ikut
penyelenggaraan
65
event budaya yang ada di Ubud? Apakah di homestay yang bapak/ibu kelola terdapat kegiatan atau aktivitas yang melibatkan tamu yang menginap? Apakah menu makanan yang ada di homestay
yang
bapak/ibu
kelola
menggunakan menu makanan tradisional ? Apakah
bapak/ibu
mempertahankan
setuju
budaya
untuk
tradisional
sebagai potensi utama pariwisata? Serta berikan alasannya. 3
Sosial Ekonomi
Apakah bapak/ibu sudah mempekerjakan orang lokal di homestay yang bapak/ibu kelola ? Jika iya, siapa saja yang bapak/ibu pekerjakan di homestay yang bapak/ibu kelola? Apakah
bapak/ibu
sudah
merasakan
manfaat ekonomi dari homestay yang bapak/ibu kelola ? Berhubungan
dengan
relasi
bisnis,
apakah bapak/ibu sudah berkolaborasi dengan homestay atau aktivitas sekitar lainnya yang dapat diikuti tamu yang menginap di homestay anda ? Apa
tingkat
pendidikan
terakhir
bapak/ibu sebagai pengelola homestay? Apakah
bapak/ibu
setuju
bahwa
pendidikan penting untuk meningkatkan taraf sosial ekonomi masyarakat?
66
Apakah
bapak/ibu
mengembangkan
sudah nilai
ikut
ekonomi
masyarakat (komunitas) lokal melalui sosialisasi/community
development
?
Bagaimana bentuk sosialisasi tersebut?
!
!
67
DAFTAR INFORMAN Pemilik/Pengelola Homestay yang tergabung dalam Ubud Homestay Association sebagai informan dalam penelitian ini:
Nama
Homestay
Alamat
No. HP
Ida Bagus Wiryawan
Gunung Merta Bungalows
Jl. Raya Andong 21, Peliatan
08123840841
I Made Ruta
Karang Mesari
Jl. Suweta No. 52
08174737141
I Wayan Gede Budiyasa
Nick’s Homestay
Wayan Gunadi I Wayan Sumiarsa
Nyoman Sandi Guest House Sulendra Bungalows
Dewa Arka Adi Putra
Adi Jaya Cottage
I Wayan Paksa
Siti Homestay
I Wayan Wiadnyana
Kori Bali Inn 2
Kadek Armini
Krisda Ubud Guest House
I Gusti Ngurah Tri Iswara
Biang’s Homestay
Jl. Hanoman 57, Padang Tegal Jl. Sriwedari 64, Taman Kaja Jl. Jembawan, Padang Tegal Gg. Menda, Jl. Jatayu No 6 Jl. Yudistira, Br. Kalah Peliatan Jl. Monkey Forest, No. 15 Jl. Raya Ubud No. 23 Jl. Sukma Kesuma No. 28, Peliatan
08123957041 08123634516 081236755599 081239119912 0811399528 081338232597 081353392002 082236177577
!
68
FOTO – FOTO
69
Analisis Taksonomi (Model Spradley)
4.1 Peran Homestay Thd Aspek Lingkungan 1. Sistem Pengelolaan Limbah Air 2. Sistem Pengelolaan Sampah
Konservator
3. Teknologi Ramah Lingkungan
4.2 Peran Homestay Thd Aspek Sosial Budaya 1. Penggunaan Arsitektur Tradisional
Katalisator
2. Memperkenalkan Balinese Compund 3. Mengikuti Seremoni Adat Lokal 4. Memperkenalkan Keseharian Di Homestay 5. Memperkenalkan Makanan Tradisional
Fasilitator 4.3 Peran Homestay Thd Aspek Sosial Ekonomi 1. Mempekerjakan Orang Lokal 2. Merasakan Manfaat Ekonomi 3. Menggerakkan Unit Usaha Lainnya
Promotor
4. Meningkatkan Tingkat Pendidikan 5. Mengembangkan Komunitas 70