REVIEW JURNAL
Peran Mikroorganisme pada Rotating Biological Contactor (RBC)
Dosen: Dr. Ir. Sarto, M. Sc.
Disusun oleh : Citra Dewi Febriani 13/352796/SMU/00928
TUGAS INDIVIDU BIOTEKNOLOGI LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS MULTI DISIPLIN SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
Peran Mikroorganisme pada Rotating Biological Contactor (RBC) Review Citra Dewi Febriani Program Studi Bioteknologi Fakultas Multi Disiplin Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Abstract Peningkatan konsumsi air akibat meningkatnya populasi manusia mengakibatkan akumulasi limbah cair di lingkungan. Rotating Biological Contactor (RBC) merupakan salah satu teknologi penanganan limbah yang dikembangkan untuk membantu mengatasi bahaya yang ditimbulkan akibat akumulasi limbah cair. RBC memanfaatkan aktivitas biofilm mikroorganisme yang mampu menggunakan polutan pada limbah cair sebagai makanannya. Oleh karena itu, peran biofilm mikroorganisme sangat penting dalam menentukan keberhasilan RBC mendegradasi polutan pada limbah cair. Proses pembentukan biofilm mikroorganisme, mekanisme biofilm mikroorganisme dalam mendegradsi polutan dari limbah cair, serta komposisi biofilm mikroorganisme pada RBC menarik untuk dipelajari sehingga dapat membantu menambah pemahaman mengenai peran biofilm mikroorganisme pada RBC. Kata kunci: penanganan limbah, RBC, biofilm mikroorganisme
Pendahuluan Konsumsi air di negara-negara berkembang meningkat pesat seiring dengan peningkatan kepadatan populasi. Dampak yang timbul adalah akumulasi limbah cair di lingkungan yang mengancam kualitas hidup populasi di negara-negara tersebut. Berbagai teknologi penanganan limbah dikembangkan sebagai upaya menekan ancaman lingkungan akibat keberadaan limbah cair. Upaya penanganan limbah cair bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan polutan dan meningkatkan kualitas air sebelum dibuang ke lingkungan. Namun demikian, penangan limbah cair yang efektif umumnya membutuhkan biaya besar, sehingga pengembangan teknologi penanganan limbah selain diarahkan untuk memperoleh teknologi yang memiliki kemampuan degradasi polutan lebih baik
tapi juga tidak membutuhkan biaya besar. Salah satu terobosan dalam penemuan teknologi penanganan limbah cair yang cukup murah dibandingkan teknologi lain namun menunjukkan hasil yang efektif adalah Rotating Biological Contactor (RBC) (Kadu dan Rao, 2012a). RBC merupakan teknologi penanganan limbah yang terdiri dari disk (piringan) dengan diameter 2-4 m yang disusun secara berjajar pada suatu poros yang dapat berputar. Disk pada poros tersebut kemudian diletakkan dalam suatu reaktor khusus tempat dialirkannya limbah cair. Rangkaian disk pada suatu poros dapat disusun dengan rangkaian disk pada poros yang lain baik secara seri maupun paralel tergantung pada kualitas air olahan yang diinginkan. Disk pada RBC umumnya terbuat dari bahan tipis seperti Polyvinylchloride (PVC), Polyethylene (PE), Polystyrene, Polyprophylene dan
sebagainya, sedangkan poros RBC umumnya terbuat dari baja. RBC berputar dalam keadaan tercelup 40% dari diameter disk dengan kecepatan bervariasi yaitu 1-2 rpm (Said, 2005). RBC mendegradasi polutan dari limbah cair secara biologi, yaitu dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme yang mampu menggunakan bahan organik pada limbah cair sebagai makanan (Muljadi et. al., 2005). Ghawi dan Kris (2009) menyatakan bahwa mikroorganisme tersebut menempel pada permukaan disk-disk RBC dengan membentuk biofilm mikroorganisme. Pada saat biofilm mikroorganisme yang menempel pada disk RBC tercelup ke dalam cairan limbah, mikroorganisme menyerap bahan organik dan oksigen terlarut. Sebaliknya pada saat disk-disk RBC berada di atas permukaan air, mikroorganisme menyerap oksigen dari udara. Oksigen yang berasal dari oksigen terlarut pada limbah cair dan oksigen dari udara digunakan oleh mikrorganisme untuk menguraikan bahan organik tersebut. Kadu dan Rao (2012)a menambahkan bahwa selama proses berlangsung, biofilm mikroorganisme akan semakin menebal akibat adanya pertumbuhan mikroorganisme dan sebagian akan terkelupas akibat ketidakmampuan biofilm menahan beban biomassa, lalu terbawa aliran air keluar. Biomassa yang terkelupas merupakan biomassa yang relatif padat, sehingga dapat mengendap dengan baik di dalam bak pengendapan akhir. RBC merupakan teknologi penanganan limbah cair sekunder yang dilaporkan memiliki performa baik dalam mendegradasi berbagai polutan dari berbagai sumber limbah. Kapoor et. al. (2003) melaporkan bahwa RBC mampu
menghilangkan polutan amonium hingga 95% pada limbah cair pertambangan dengan waktu tinggal limbah cair dalam reaktor atau Hydraulic Retention Time (HRT) selama 1.7 jam, sedangkan Kadu et. al. (2013) melaporkan keberhasilan RBC dalam menghilangkan polutan dari limbah rumah tangga. Selain itu, RBC juga dilaporkan berhasil dalam menghilangkan polutan fenol dari limbah industri hingga 99% dengan HRT selama 20-32 jam (Pradeep et.al., 2011) dan bahkan satu dekade sebelumnya RBC dilaporkan mampu menghilangkan polutan logam berat berupa tembaga (Cu), seng (Zn) dan kadmium (Cd) (Costley dan Wallis, 2001). Keberhasilan RBC dalam mendegradasi polutan tidak lepas dari fitur RBC yang secara konsep merupakan gabungan dari dua teknologi penanganan limbah sebelumnya yaitu lumpur aktif (activated sludge) dan trickling filter. Biofilm mikroorganisme yang tumbuh dan menempel pada disk RBC sama seperti lapisan biofilm yang terbentuk pada trickling filter, sedangkan biomassa yang terkelupas dan bercampur dengan cairan limbah sama seperti gumpalan-gumpalan yang terdapat pada kolam activated sludge (Kinner et. al., 1983). Selain itu, fitur RBC juga membuat RBC memiliki beberapa kelebihan lain seperti kemampuan mengolah limbah yang lebih tinggi, waktu kontak dengan limbah yang tidak terlalu lama, menghasilkan lumpur yang sedikit, efektif dalam mengatasi perubahan hydraulic dan organic loading, operasoinal dan pemeliharaan yang mudah serta kebutuhan energi yang rendah. Namun demikian, RBC lebih rentan terhadap perubahan suhu (Kadu dan Rao, 2012a). Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka mikroorganisme merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan performa RBC. Mikroorganisme yang membentuk biofilm pada permukaan disk RBC adalah agen utama dalam degradasi polutan dari limbah cair secara biologi. Oleh karena itu, tulisan ini lebih lanjut akan memfokuskan pada peran mikroorganisme pada RBC, terutama mengenai bagaimana biofilm mikroorganisme terbentuk, bagaimana mekanisme kerja biofilm mikroorganisme dalam mendegradasi polutan dari limbah cair, serta komposisi mikroorganisme dalam biofilm. Pembentukan Biofilm Mikroorganisme Menurut Donian (2002), biofilm merupakan lapisan yang terbentuk pada berbagai permukaan yang terendam air. Biofilm umumnya berupa kumpulan mikroorganisme berbeda yang melakukan kolonisasi dan mengekskresikan matriks ekstraseluler berupa substansi polimer yang digunakan untuk menutupi permukaan biofilm, sehingga biofilm terlindung dari degradasi, predasi, antimikroba dan toksin. Biofilm mampu menggunakan materi organik dan inorganik dari lingkungan air di sekitarnya serta menggunakananya sebagai makanan. Oleh karena itu, biofilm seringkali dimanfaatkan dalam upaya pengolahan limbah cair termasuk pada Rotating Biological Contactor (RBC) (Tawfik et. al., 2006; Ghawi dan Kris, 2009; Kadu dan Rao, 2012a). Biofilm mikroorganisme pada RBC umumnya memiliki ketebalan 1-4 mm selama 1-4 minggu (Waskar et. al., 2012). Biofilm mikroorganisme terbentuk melalui beberapa fase, yaitu fase penempelan, maturasi dan pelepasan/pengelupasan (Kjelleberg dan Givskov, 2007). Namun demikian,
sebelumnya terjadi penempelan materi organik pada disk-disk RBC yang akan digunakan sebagai substrat biofilm (Trulear dan Characklis, 1982 dalam Apilanez et. al., 1998). Fase-fase pembentukan biofilm mikroorganisme melibatkan aktivitas mikroorganismemikroorganisme penyusun biofilm dalam memanfaatkan substrat. Penempelan materi organik dan mikroorganisme penyusun biofilm pada disk-disk RBC terjadi ketika disk-disk tersebut terendam dalam cairan limbah (Said, 2005). Pada fase awal pembentukan biofilm, mikroorganisme menempel pada substrat dengan ikatan yang lemah melalui tegangan Van der Walls. Mikroorganisme pada fase ini harus mampu menahan berbagai tegangan dari lingkungan seperti tegangan antarmuka substrat dan air, repulsi elektrostatis dan interaksi hidrofobik (Donian, 2002). Fase awal ini merupakan fase yang membutuhkan waktu paling lama di antara fase-fase pembentukan biofilm selanjutnya (Apilanez et. al., 1998). Mikroorganisme berupaya mempertahankan ikatannya pada substrat dengan membentuk substansi polimer makstrik ekstraseluler berupa eksopolisakarida. Selain itu, mikroorganisme juga mampu mengubah orientasi dan mengikat substrat secara longitudinal untuk meperkuat ikatan (Kjelleberg dan Givskov, 2007). Selama biofilm terikat kuat dengan substrat, mikroorganisme menyerap materi organik dari cairan limbah dan menggunakannya untuk melakukan pertumbuhan dan terus memproduksi matriks ekstraseluler, sehingga memperbesar massa biofilm. Pada fase ini biofilm berkembang sangat cepat dan memungkinkan penempelan mikroorganisme baru. Apilanez et. al. (1998) menyatakan bahwa pada fase
maturasi, pertumbuhan mikroorganisme dalam biofilm dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap pertumbuhan logaritmik dan pertumbuhan konstan. Kecepatan putaran RBC yang tidak terlalu cepat memberikan waktu yang sangat cukup bagi mikroorganisme untuk membentuk biofilm sampai ukuran yang efektif untuk mendegradasi polutan materi organik dari limbah cair (Said, 2005). Biofilm mikroorganisme terus berkembang dengan memanfaatkan substrat untuk pertumbuhannya sampai biofilm tersebut tidak mampu menahan beban biomassanya dan sebagian biomassa tersebut terlepas atau terkelupas dari substrat disk RBC yang merupakan fase akhir biofilm (Kadu dan Rao, 2012a). Selanjutnya, biofilm baru akan terbentuk selama disk-disk RBC masih berputar dengan penempelan mikroorganisme-mikrorganisme baru. Mekanisme Mikroorganisme
Kerja
Biofilm
Aplikasi RBC dalam penanganan limbah cair umumnya tidak berupa kompartemen tunggal yaitu hanya terdiri dari satu rangkaian disk-disk pada poros RBC tapi berupa beberapa kompartemen yang disusun secara seri maupun paralel. Seperti yang diketahui, mekanisme degradasi polutan materi organik pada RBC terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap awal berupa degradasi materi organik berbasis karbon, kemudian dilanjutkan dengan nitrifikasi dan denitrifikasi. Pada RBC dengan beberapa kompartemen umumnya fase degradasi polutan dilakukan pada kompartemenkompartemen RBC secara terpisah. Kompartemen awal digunakan untuk degradasi materi organik berbasis karbon lalu dilajutkan proses nitrifikasi dan
denitrifikasi pada kompartemenkompartemen selanjutnya (Kadu dan Rao, 2012a). Mekanisme degradasi polutan berbasis karbon oleh biofilm mikroorganisme yang menempel pada disk-disk RBC diawali ketika terjadi kontak antara mikroorganisme dengan cairan limbah (Said, 2005). Substansi matriks ekstraseluler eksopolisakarida yang mengelilingi biofilm turut berperan dalam mempermudah penyerapan materi organik dari cairan limbah oleh mikroorganisme (Donian, 2002). Berbagai laporan menunjukkan bahwa mikroorganisme heterotrof yang mampu menggunakan karbon secara aerobik berperan dalam degradasi materi organik berbasis karbon dari limbah cair (Kadu dan Rao, 2012b). Materi organik berbasis karbon tersebut diserap dan digunakan untuk melakukan pertumbuhan, sedangkan sebagian besar sisanya disimpan dalam bentuk polyhydroxybuthyrate (PHB) di dalam sel (Kinner, 1983). PHB disimpan dalam sel mikroorganisme berupa granula di sitoplasma dan berfungsi sebagai cadangan karbon ketika ketersediaannya di lingkungan terbatas (Saha, 2013). PHB hanya disintesis oleh mikroorganisme ketika ketersediaan karbon di lingkungan berlebih dan mikroorganisme mampu membentuk granula berisi PHB hingga 95% berat total sel (Mumtaz et.al., 2010). Hal inilah yang menyebabkan teknologi RBC sangat efektif dalam mendegradasi materi organik berupa karbon. Selama fase degradasi materi organik berupa karbon, aktivitas mikrorganisme heterotrof diketahui sangat aktif sehingga populasi mikroorganisme organisme autotrof tertekan. Tahap selanjutnya setelah degradasi materi organik berbasis karbon
adalah degradasi materi organik berupa amonium melalui proses nitrifikasi dan denitrifikasi (Kadu dan Rao, 2012a). Nugroho (2005) menyatakan bahwa nitrifikasi merupakan proses oksidasi amonium menjadi nitrat melalui produk antara berupa nitrit, sedangkan denitrifikasi adalah proses reduksi nitrat menjadi gas nitrogen dengan produk antara berupa nitrit juga. Nitrifikasi dan denitrifikasi dilakukan oleh dua kelompok mikroorganisme yang berbeda. Nitrifikasi dan denitrifikasi sebagian besar terjadi pada kompartemen RBC tahap lanjut karena pada tahap awal mikroorganisme autotrof pengoksidasi amonium kalah bersaing dengan bakteri heterotrof. Ketersediaan materi organik berupa karbon yang terbatas pada tahap lanjut membuat populasi mikroorganisme heterotrof berkurang (Kadu dan Rao, 2012a). Meskipun mikroorganisme heterotrof mampu menggunakan karbon dari PHB yang disimpannya, namun proses terlepasnya sebagian biomassa dari biofilm menyebabkan mikroorganisme heterotrof tetap tidak dapat mendominasi biofilm pada tahap ini. Sebaliknya ketersediaan amonium yang melimpah pada limbah cair memacu pertumbuhan mikroorganisme autotrof dan mendominasi biofilm. Hasil pengujian proses nitrifikasi pad RBC oleh Tawfik et. al. (2006) menunjukkan bahwa efisiensi proses nitrifikasi lebih tinggi pada sistem RBC yang menggunakan dua kompartemen dibandingkan dengan kompartemen tunggal. Proses denitrifikasi secara aerobik pada RBC berjalan sangat lambat, sehingga aplikasi RBC pada penanganan limbah cair jarang menggunakan tahap denitrifikasi (Kadu dan Rao, 2012a). Dampaknya air hasil olahan RBC masih
mengandung nitrat dan berpotensi menimbulkan eutrofikasi (Nugroho, 2005). Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah menggunakan kompartemen RBC denitrifikasi yang terpisah dari kompartemen nitrifikasi. Kompartemen RBC denitrifikasi menggunakan konsep anaerobik dengan menambahkan asam organik sebagai sumber karbon. Cortez et. al. (2009) melaporkan bahwa penambahan asam asetat pada kompartemen RBC denitrifikasi anaerobik menujukkan tingkat degradasi nitrat yang cukup efektif mencapai 90.4% pada rasio C/N sebesar 1.5. Namun demikian, penambahan asam organik dalam kompartemen RBC denitrifikasi anaerobik akan menambah biaya operasional. Alternatif lain untuk menekan konsumsi energi dan biaya produksi dalam denitrifikasi adalah dengan menggunakan mikroorganisme anaerobic ammonium oxydation (annamox). Mikroorganisme annamox mampu mengoksidasi amonium menjadi gas nitrogen secara anaerobik dengan menggunakan nitrit sebagai akseptor elektron (Egli et. al., 2001; Schmid et. al., 2003; Pynaert et. al., 2003; Almstrand et. al., 2014). Sistem RBC yang digunakan adalah dengan menngabungkan kemampuan dua jenis mikroorganisme yang berbeda. Mikrorganisme autrotrof pengoksidasi amonium menjadi nitrit secara aerobik dilalukan pada kompartemen RBC awal, kemudian dilanjutkan dengan oksidasi amonium menjadi gas nitrogen oleh annamox. Almstrand et. al. (2014) melaporkan bahwa setengah kandungan amonium didegradsi oleh mikroorganisme autotrof pengoksidasi amonium menjadi nitrit, sedangkan sisanya didegradasi oleh mikrorganisme annamox.
Mekanisme lain oleh biofilm mikroorganisme pada RBC adalah predasi mikroorganisme oleh protozoa. Hal ini menyebabkan konsentrasi polutan dalam limbah cair menurun dan biofilm mikroorganisme lebih mudah mengendap pada kolam pengendapan akhir. Aktivitas predasi oleh protozoa umumnya terjadi pada lapisan luar biofilm mikroorganisme karena protozoa adalah mikroorganisme aerobik (Kinner et. al., 1983). Komposisi Biofilm Mikroorganisme
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa biofilm mikroorganisme pada RBC merupakan kumpulan berbagai jenis mikroorganisme yang menempel pada disk-disk RBC dan menggunakan materi organik pada limbah cair untuk melakukan metabolisme. Komposisi mikrorganisme pada biofilm secara struktural sangat heterogen yang tersusun dari matriks kluster-kluster sel mikrobia dan distribusi spasial mikroorganisme autotrof, heterotrof, selsel bakteri lain dan protozoa. Studi mikroskopik menunjukkan bahwa lapisan luar biofilm lebih heterogen dan kompleks, umumnya terdiri dari bakteri filamentous, protozoa dan alga. Lapisan dalam biofilm diketahui lebih homogen dengan sel-sel yang terlihat lebih rapat (Kadu dan Rao, 2012a). Limbah cair mengandung berbagai jenis materi organik terutama materi organik berbasis karbon dan materi organik berupa amonium. Teknologi RBC melalukan degradasi polutan materi organik dalam limbah cair melalui beberapa tahap, yaitu tahap penghilangan materi organik berbasis karbon, tahap nitrifikasi dan tahap denitrifikasi. Selama
fase penghilangan materi organik berbasis karbon, mikroorganisme heterotrof yang menggunakan karbon diketahui mendominasi biofilm dan ditemukan pada lapisan luar biofilm. Semakin dalam lapisan biofilm, populasi mikroorganisme heterotrof semakin menurun. Sebaliknya, selama fase nitrifikasi, bakteri autotrof yang menggunakan polutan materi organik berupa amonium lebih mendominasi biofilm dan ditemukan pada lapisan dalam biofilm (Kadu, 2013). Berbagai studi mengenai karakterisasi mikroorganisme indigenous penyusun biofilm pada RBC menunjukkan bahwa mikroorganisme filamentous seperti genus Sphaerotilus dan Beggiatoa adalah yang paling sering ditemukan, terutama pada tahap awal degradasi polutan dalam kompartemen RBC (Kinner, 1983; Gavlan dan Castro, 2007). Park et. al. (2003) melaporkan bahwa pada tahap awal RBC berbasis Bacillus atau Rotating Activated Bacillus Contactor (RABC), Bacillus spp. yang merupakan bakteri proteolitik mampu mendegradasi polutan materi organik berbasis protein. Sedangkan pada fase nitrifikasi Kinner et. al. (1983) menyatakan bahwa mikroorganisme yang dapat ditemukan adalah dari genus Desulfovibrio. Jenis mikroorganisme lain seperti protozoa didominasi oleh kelompok ciliata dan sedikit amoeba. Perkembangan teknologi RBC terkini menemukan bahwa aplikasi RBC dapat lebih menghemat penggunaan energi jika menggunakan mikroorganisme anaerobic ammonium oxydation (annamox) untuk menghilangkan polutan materi organik berupa amonium. Jenis mikroorganisme yang mampu mengoksidasi amonium secara anaerobik didominasi oleh bakteri dari ordo Planctomycetales seperti Candidatus
Brocardia annamoxidans (Egli et. al., 2001), Candidatus Scalindua brodae dan Candidatus Scalindua wagneri (Schmid et. al., 2003) serta Candidatus Kuenenia stuttgartiensis (Pynaert et. al., 2003). Almstrand et. al. (2014) melaporkan struktur tiga dimensi komposisi biofilm mikroorganisme pada RBC yang digunakan untuk fase penghilangan polutan materi organik berbasis amonia menggunakan bakteri annamox. Hasilnya menunjukkan bahwa lapisan atas biofilm didominasi oleh Nitrosomonas europhaea sebagai bakteri pengoksidasi amonium secara aerobik, sedangkan lapisan di bawahnya didominasi oleh bakteri annamox Candidatus Brocadia fulgida.
berupa amonium oleh mikroorganisme autotrof melalui proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Denitrifikasi amonium oleh mikroorganisme autotrof secara aerobik berjalan cukup lambat, sehingga penggunaan mikroorganisme anaerobic ammonium oxydation (annamox) menjadi alternatif terbaik. Mekanisme degradasi polutan oleh biofilm mikroorganisme juga diperankan oleh protozoa yang melakukan predasi terhadap mikroorganisme lain yang lebih kecil, sehingga menurunkan konsentrasi polutan dalam limbah cair. Komposisi biofilm mikroorganisme pada RBC antara lain mikroorganisme heterotrof, mikroorganisme autotrof, fungi, protozoa dan alga.
Kesimpulan Rotating Biological Contactor (RBC) merupakan salah satu teknologi penangan limbah cair secara biologi dengan memanfaatkan aktivitas biofilm mikroorganisme yang mampu menggunakan polutan materi organik pada limbah cair sebagai makanannya. Dengan demikian, peran biofilm mikroorganisme merupakan aspek penting yang menentukan performa RBC dalam penanganan limbah cair. Biofilm mikroorganisme pada RBC menempel pada permukaan disk-disk RBC dan terbentuk melalui beberapa tahap, yaitu tahap penempelan, maturasi dan pelepasan. Pembentukan biofilm mikroorganisme menjadi tahap penting yang menentukan keberhasilan RBC dalam mendegradasi polutan materi organik dari limbah cair. Setelah biofilm mikroorganisme terbentuk pada RBC, degradasi oleh mikroorganisme diawali dengan penggunaan materi organik berbasis karbon oleh mikroorganisme heterotrof, lalu penggunaan materi organik
Daftar Pustaka Almstrand, R., F. Persson, H. Daims, M. Ekenberg, M. Christensson, B. Wilén, F. Sörensson and M. Hermansson. 2014. Threedimensional stratification of bacterial biofilm populations in a moving bed biofilm reactor for nitritation-anammox. International Journal of Molecular Science, 15: 21912206. Apilanez, I., A. Gutierrez and M. Diaz. 1998. Effect of surface materials on initial biofilm development. Biorsource Technology, 66: 225230. Cortez, S., P. Teixeira, R. Oliveira and M. Mota. 2009. Effect of operating parameters on denitrification in an anoxic rotating biological contactor. Environmental Technology, 30 (13): 1381-1389.
Costley, S. C and F. M. Wallis. 2001. Bioremediation of heavy metals in a synthetic wastewater using a rotating biological contactor. Wat. Res., 35 (15): 3715-3723. Donian, R. M. 2002. Biofilms: microbial life on surfaces. Emerging Infectious Diseases, 8: 881-890. Egli, K., U. Fanger. P. J.J. Alvarez, H. Siegrist, J. R. Van der Meer and A. J. B. Zehnder. 2001. Enrichment and characterization of an anammox bacterium from a rotating biological contactor treating ammonium-rich leachate. Arch. Microbiol., 175: 198-207. Gavlan, A. and F. de-Castro. 2007. Relationships among filamentous microorganisms in rotating biological contactors. Indian Jornal of Microbiology, 47: 1525. Ghawi. A. H. and J. Kris. 2009. Use of a rotating biological contactor for appropriate technology wastewater treatment. Slovak Journal of Civil Engineering, 3: 1-8. Kadu, P. A. and Y. R. M. Rao. 2012a. A Review of rotating biological contactors system. International Journal of Engineering Research and Applications (IJERA), 2 (5): 2149-2153.
Engineering Research (AJER), 2 (4): 127-132. Kapoor, A., A. Kuiper, P. Bedard and W. D. Gould. 2003. Use of a rotating biological contactor for removal of ammonium from mining effluents. The European Journal of Mineral Processing and Environmental Protection, 3 (1): 88-100. Kinner, N. E., D. L. Balkwill, and P. L. Bishop. 1983. Light and electron microscopic studies of microorganisms growing in rotating biological contactor biofilms. Applied And Environmental Microbiology, 45 (5): 1659-1669. Kjelleberg S, Givskov M. 2007. The Biofilm Mode of Life: Mechanisms and Adaptations. Norfolk, UK: Horizon Bioscience. Muljadi, W. Agung, S. Triyoko, E. Wicaksono, J. Kurniawan, W. Rudi, dan Sriyono. 2005. Penurunan kadar BOD limbah cair secara proses biologi dengan tipe Rotating Biological Contactors (RBCs). Ekuilibrium, 4 (2): 52-57.
Kadu, P. A. and Y. R. M. Rao. 2012b. Rotating Biological Contactor (RBC): a critical review. International Journal of Scientific & Engineering Research, 3: 1-6.
Mumtaz, T., N. A. Yahaya, S. Abd-Aziz, N. A. A. Rahman, P. L. Yee, Y. Shirai and M. A. Hassan. 2010. Turning waste to wealthbiodegradable plastics polyhydroxyalkanoates from palm oil mill effluent- a Malaysian perspective. Journal of Cleaner Production, 18: 1393-1402.
Kadu, P. A., A. A. Badge and Y. R. M. Rao. 2013. Treatment of Municipal Wastewater by using Rotating Biological Contractors (RBC’s). American Journal of
Nugroho, R. 2005. Denitrifikasi limbah nitrat pada berbagai tingkat keasaman dengan memanfaatkan mikroorganisme autotrof. JAI, 1 (1): 12-16.
Park, I. J., J. C. Yoon, S. J. Park, E. H. Kim, Y. J. Cho and K. S. Shin. Characterization of the proteolytic activity of bacteria isolated from a rotating biological contactor. The Journal of Microbiology, 41 (2): 72-77. Pradeep,
N. V., Anupama and Hampannavar. 2011. Biodegradation of phenol using rotating biological contactor. International Journal Of Environmental Sciences, 2 (1): 105-113.
Pynaert, K., B. Smets, S. Wyffels, D. Beheydt, S. D. Silicano and W. Verstraete. 2003. Characterization of an autotrophic nitrogenremoving biofilm from a highly loaded lab-scale rotating biological contactor. Applied And Environmental Microbiology, 69 (6): 3626–3635. Saha,
J. 2013. Production of polyhydroxyalkanoates (bioplastics) by Haloferax mediterranei utilizing ethanol industry waste in aerobic bioreactor. Thesis. Jadavpur University, Kolkata, India.
Said, N. A. 2005. Pengolahan air limbah dengan sistem reaktor biologis putar (rotating biological contactor) dan parameter disain. JAI, 1 (2): 178-188. Schmid, M. K. Walsh, R. Webb, W. I. C. Rijpstra, K. van de Pas-Schoonen, M. J. Verbruggen, T. Hill, B. Moffett, J. Fuerst, S. Schouten, J. S. S. Damsté, J. Harris, P. Shaw, M. Jetten and M. Strous. 2003. Candidatus “Scalindua brodae”, sp. nov., Candidatus “Scalindua wagneri”, sp. nov., two new species of anaerobic ammonium oxidizing bacteria. System. Appl. Microbiol., 26: 529–538. Tawfik, A., H. Temmink, G. Zeeman and B. Klapwijk. 2006. Sewage treatment in a rotating biological contactor (rbc) system. Water, Air, and Soil Pollution, 175: 275– 289. Waskar, V. G., G. S. Kulkarni and V. S. Kore. 2012. Review on process, application and performance of Rotating Biological Contactor (RBC). International Journal of Scientific and Research Publications, 2 (7): 1-6.