PENTINGNYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DALAM KEGIATAN PELEDAKAN/BLASTING PELEDAKAN/BLASTING
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perl perlin indu dung ngan an
tenag enaga a
kerj kerja a
denga engan n
cara ara
pen penerap erapan an
tekno eknolo logi gi
pengen pengendal dalian ian segala segala aspek aspek yang yang berpot berpotens ensii membah membahaya ayakan kan para para pekerja. pekerja. Pengendalian Pengendalian juga ditujukan ditujukan kepada sumber yang berpotensi meni menimb mbul ulka kan n
peny penyak akit it
akib akibat at
dari dari
jenis enis
peke pekerj rja aan
ters ersebut ebut,,
penc penceg egah ahan an kece kecela lakaa kaan n dan dan pens penser eras asian ian pera perala lata tan n kerja/ kerja/ mesin mesin// instru instrument ment,, dan karakter karakterist istik ik manusi manusia a yang yang menjal menjalanka ankan n pekerja pekerjaan an tersebut maupun orang-orang yang berada di sekelilingnya. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingka tingkatt keseha kesehatan tan yang yang tinggi. tinggi. Disamp Disamping ing itu keselam keselamata atan n dan keseha kesehatan tan kerja kerja dapat dapat diharap diharapkan kan untuk untuk mencip menciptak takan an kenyam kenyamana anan n kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Dari Dari segi segi ekon ekonom omii pema pemaka kaian ian alat alat yang yang berk berkap apas asit itas as besa besarr adal adalah ah lebih lebih mengu mengunt ntun ungk gkan an,, akan akan teta tetapi pi baha bahaya ya yang yang mung mungkin kin ditimbu ditimbulka lkan n juga juga akan akan besar. besar. Dengan Dengan demikia demikian n penent penentuan uan ukuran ukuran reakto reaktorr harus harus didasa didasarkan rkan pada pada keuntu keuntunga ngan n dari dari segi segi ekonom ekonomii dan bahaya yang mungkin ditimbulkan. Salah satu langkah pengamanan yang yang dilakuka dilakukan n dalam dalam rancan rancang g bangun bangun adalah adalah penggu penggunaa naan n safety factor atau factor atau over design factor pada perhitungan perancangan masingmasing alat dengan kisaran 10 – 20 %. Alat pengendali harus lebih canggih canggih dan lebih lebih dapat dapat dianda diandalkan lkan.. Alat Alat pengam pengamana anan n yang yang terkait terkait
deng dengan an alat alat prod produk uksi si dan dan alat alat perl perlin indu dung ngan an bagi bagi peke pekerj rja a haru harus s ditingkatkan. Biaya Biaya untuk untuk membang membangun un keselam keselamata atan n dan kesehat kesehatan an kerja, kerja, biaya biaya untuk untuk membeli membeli alat-a alat-alat lat pengam pengamana anan n memang memang cukup cukup besar. besar. Akan tetapi keselamatan dan kesehatan kerja juga akan lebih terjamin. Kema Kemamp mpua uan n dan dan ketra ketramp mpila ilan n peke pekerja rja haru harus s diti diting ngkat katkan kan mela melalu luii pendidikan
dan
pelatihan
sehingga
dapat
mengikuti
laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Alat penanggulangan musibah musibah harus ditingkatkan ditingkatkan agar malapetaka malapetaka yang diakibatkan diakibatkan oleh pene penerp rpan an
tekn teknol olog ogii
maju maju
tidak idak
samp sampa ai
melu meluas as
dan dan
meru merus sak. ak.
Pengawasan terhadap alat maupun terhadap pekerja harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Kesehatan dan keselamatan kerja mempunyai fungsi dan manfaat bagi orang yang mau memanfaatkannya.
Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Keseha Kesehatan tan Kerja Kerja memp memper erol ole eh
kes kesehat ehatan an
adalah adalah upaya-up upaya-upaya aya yang yang ditujukan ditujukan untuk untuk yang yang
seti seting nggi gi-t -tin ing gginy ginya a
deng dengan an
cara ara
menc menceg egah ah dan dan membe membera rant ntas as peny penyak akit it yang yang diid diidap ap oleh oleh peker pekerja ja,, menceg mencegah ah kelelah kelelahan an kerja kerja dan mencip menciptak takan an lingku lingkunga ngan n kerja kerja yang yang sehat. Selain itu, adapula yang mengatakan bahwa arti dari kesehatan kerja
adalah spesialis spesialisasi asi dalam dalam ilmu kesehatan/ kesehatan/kedokter kedokteran an beserta beserta
prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental mental,, maupun maupun sosial, sosial, dengan dengan usahausaha-usa usaha ha prevent preventif if dan kuratif kuratif,,
terhadap penyakit-penyakit/gangguan –gangguan kesehatan yang diakibatkan
faktor-faktor
pekerjaan
dan
lingkungan
kerja, serta
terhadap penyakit-penyakit umum. sedangkan Keselamatan Kerja adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja; menjaga keselamatan orang lain; melindungi peralatan, tempat kerja dan bahan produksi; menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi. Pengertian lain keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya) bermacam macam : ada yang menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and Health. Keselamatan dan pencegahan kecelakaan kerja harus mendapat perhatian yang sangat besar dari pihak manapun yang melaksankan pekerjaan, baik di laboratorium maupun di industri-industri, ataupun tempat kerja yang lain. Beberapa alasan yang dapat dikemukakan adalah, salah satu diantaranya, karena angka kecelakaan kerja ternyata cukup mengejutkan. Sebagai contoh di Amerika dalah satu tahun terakhir ada lebih dari 6200 orang meninggal atau di atas 6,5 juta terluka akibat kecelakaan kerja. Ini berarti lebih dari 8 kasus per 100 pekerja mengalami kecelakaan pada saat bekerja. Bahkan beberapa ahli keselamatan kerja yakin bahwa angka sesungguhnya
justru lebih besar dari angka yang dilaporkan. Oleh karena itu banyak kecelakaan kerja yang terjadi dan tidak dilaporkan. Angka-angka di atas menujukkan betapa penderitaan keryawan, keluarga karyawan, serta biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak manajemen atau pengelola tempat kerja tersebut. Di negara Amerika misalnya untuk satu kasus kecelakaan serius biasanya memerlukan biaya lebih dari $ 23.000,-. Hal itu belum lagi memperhitungkan implikasi hukum yang diakibatkan oleh adanya kecelakaan kerja.
Penyebab kecelakaan kerja Kecelakaan kerja banyak terjadi di perusahaan industry maupun ditempat
umum
sehingga
kita
perlu
mewaspadai
terjadinya
kecelakaan. Terjadinya kecelakaan disebabkan oleh beberapa hal diantara penyebab kecelakaan yaitu : Penyebab kecelakaan kerja Secara umum, ada dua sebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu penyebab langsung (immediate causes) dan penyebab dasar (basic causes). a. Penyebab Dasar 1) Faktor manusia/pribadi, antara lain karena : a) kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis b) kurangnya/lemahnya pengetahuan dan ketrampilan/keahlian. c) Stress d) motivasi yang tidak cukup/salah 2) Faktor kerja/lingkungan, antara lain karena :
a) tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan b) tidak cukup rekayasa (engineering) c) tidak cukup pembelian/pengadaan barang d) tidak cukup perawatan (maintenance) e) tidak
cukup
alat-alat,
perlengkapan
dan
berang-
barang/bahan-bahan. f) tidak cukup standard-standard kerja g) penyalahgunaan b. Penyebab Langsung 1) Kondisi berbahaya (unsafe conditions/kondisi-kondisi yang tidak standard) yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan, misalnya (Budiono, Sugeng, 2003) : a) Peralatan
pengaman/pelindung/rintangan
yang
tidak
memadai atau tidak memenuhi syarat. b) Bahan, alat-alat/peralatan rusak c) Terlalu sesak/sempit d) Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang mamadai e) Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan f) Kerapihan/tata-letak (housekeeping) yang buruk g) Lingkungan berbahaya/beracun : gas, debu, asap, uap, dll h) Bising i) Paparan radiasi j) Ventilasi dan penerangan yang kurang 2) Tindakan berbahaya (unsafe act /tindakan-tindakan yang tidak standard) adalah tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan
yang
akan
menyebabkan
kecelakaan,
misalnya
(Budiono,
Sugeng, 2003) : a) Mengoperasikan alat/peralatan tanpa wewenang. b) Gagal untuk memberi peringatan. c) Gagal untuk mengamankan. d) Bekerja dengan kecepatan yang salah. e) Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi. f) Memindahkan alat-alat keselamatan. g) Menggunakan alat yang rusak. h) Menggunakan alat dengan cara yang salah. i) Kegagalan
memakai
alat
pelindung/keselamatan
diri
secara benar.
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Proses produksi dengan mengoperasikan berbagai peralatan pada umumnya tidak sama sekali terbebas dari resiko bahaya. Hal ini harus mejadikan perhatian dari pihak manajemen dan unit-unit teknis dan secara khusus bertanggungjawab terhadap keselamatan kerja. Dengan demikian keselamatan kerja akan merupakan bagian yang selalu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan sehingga upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah dimulai sejak perencanaan. Pada setiap perusahaan diharuskan berdiri Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), berdasarkan pada undang-undang nomor 1 tahun 1970.
Dengan
pendekatan
demikian,
maka
diharapkan
manajemen
perusahaan mengambil sikap nyata yang mencakup: 1. mengidentifikasi setiap proses dan peralatan pengendalian kerugian sebagai sumber resiko bahaya, 2. mengestimasi rencana program pengendalian kecelakaan dan penyakit akibat kerja, 3. menyusun rencana program
pengendalian kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, 4. menyusun sistem komunikasi yang diperlukan, dan 5. menyiapkan sarana dan peralatan beserta personil yang terlaith dan profesional. Manajemen keselamatan kerja harus mampu mencari dan mengungkapkan
kelemahan
operasional
terjadinya penyakit akibat kerja dan
yang
kecelakaan.
memungkinkan Kebijaksanaan
manajerial yang dijabarkan dalam pelaksanaan operasional dengan tingkat segi manajemen yang sangat esensial bagi kelangsungan proses produksi dan keselamatan kerja yang mengarahkan pada partisipasi semua pihak dalam sistem manajemen dan organisasi, akan dapat menciptakan suasana kerja yang nyaman sebagai landasan kuat untuk kontinuitas usaha dan pengaman investasi dalam pembangunan. Hiperkes dan keselamatan kerja haruslah dipandang sebagai upaya teknis manajerial yang sangat besar fungsi dan peranannya dalam: 1. Mengamankan investasi. 2. Memelihara kelestarian dan kontinuitas usaha. 3. Mengembangkah potensi ekonomi.
4. Meningkatkan manfaat perangkat produksi. 5. Memelihara dan meningkatkan daya produktivitas kerja dari tenaga kerja. Mutu sumberdaya manusia ditingkatkan melaui tiga jalur dalam peningkatan mutu pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: 1. jalur pendidikan formal, 2. jalur latihan kerja, dan 3. jalur pengalaman kerja. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut sangat penting bukan saja untuk meningkatkan kemampuan kerja secara teknis operasional, akan tetapi juga kemampuan kerja secara aman serta kemampuan menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Cara Mencegah Kecelakaan Setelah
mencermati
sebab-sebab
terjadinya kecelakaan
di
tempat kerja, maka dalam prakteknya, pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan dua aktivitas dasar yaitu: 1. Mengurangi kondisi kerja yang tidak aman. Penanggungjawab keselamatan kerja harus merancang tugas sedemikian
rupa
untuk
menghilangkan
atau
mengurangi
bahaya fisik. Gunakan risk assesment atau checklist inspeksi alat untuk mengidentifikasi dan menghilankan bahaya-bahaya yang potensial. 2. Mengurangi tindakan karyawan yang tidak aman.
Tindakan-tindakan karyawan yang tidak aman (atau tidak sesuai prosedur kerja) dapat dikurangi dengan berbagai aktivitas/ cara, yaitu: 1) seleksi dan penempatan 2) propaganda, kampanye, atau mengenai
keselamatan
kerja 3) pelatihan mengenai prosedur kerja dan keselamatan kerja serta dorongan positif ( positive reinforcement ) 4) komitme dari manajer tingkat atas (top management ). Untuk mengendalikan suatu proses diperlukan alat penujuk, alat pengendali, dan supaya bahaya dapat diperkecil dibutuhkan juga alat pengaman. Dalam rangka mengendalikan suatu proses, variabel penting yang mudah dikendalikan meliputi, suhu, tekanan, dan konsentrasi. Untuk penunjuk faktor bahaya yang lain, seperti adanya kebocoran gas yang mudah terbakar, gas beracun, atau cairan yang mudah merusak, umumnya masih digunakan panca indera manusia. Kebocoran gas yang mudah terbakar atau berbahaya diketahui dari bau yang khas, atau dapat dipantau dengan menempatkan binatang percobaan seperti tikus, kelinci, dan lain-lainnya. Alat pengendali proses dalam industri berkait langsung dengan keselamatan kerja. Dengan adanya alat pengendali proses, bahaya kebakaran, peledakan, dan keracunan dapat ditekan sampai batas yang sekecil-kecilnya. Meskipun demikian peran manusia sebagai pengendali masih tetap diperlukan terutama untuk mengawasi faktor-
faktor bahaya yang belum diketemukan cara pengendaliannya seperti gas beracun atau gas mudah terbakar lainnya yang bocor dari reaktor. Alat pengaman diperlukan agar kemungkinan timbulnya bahaya dapat diperkecil. Alat pengaman dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu
pengaman alat berbahaya
melayani
alat
itu.
Proses
dan
produksi
pengaman manusia barang
dan
jasa
yang dapat
mengakibatkan kondisi kritis yang membahayakan sehingga timbul malapetaka major accident dengan dampak yang luas dan sulit ditanggulangi. Dikenal istilah 5 K akibat kecelakaan, yaitu: 1. Kerusakan dan kerugian materi. 2. Kekacauan dan disorganisasi. 3. Keluhan dan kesedihanl. 4. Kelainan dan cacat. 5. Kematian.
Syarat-syarat keselamatan kerja (Pasal 3 ayat (1) UU 1/1970 tentang Keselamatan Kerja) : •
Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
•
Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
•
Mancegah dan mengurangi bahaya peledakan.
•
Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
•
Memberi pertolongan pada kecelakaan.
•
Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
•
Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.
•
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik phisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
•
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
•
Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
•
Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
•
Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
•
Memperoleh
keserasian
antara
tenaga
kerja,
alat
kerja,
lingkungan cara dan proses kerjanya. •
Mengamankan
dan
memperlancar
pengangkutan
orang,
binatang, tanaman atau barang. •
Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
•
Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.
•
Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
•
Menyesuaikan
dan
menyempurnakan
pengamanan
pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Faktor-faktor penyakit akibat kerja : 1. Fisik, berupa : •
Suara yang berisik, tekanan udara yang berubah-ubah, suhu yang tinggi, suhu yang rendah, getaran, penerangan yang kurang, sinar infra merah dan ultra fiolet, radiasi.
2. Kimiawi, berupa : •
Gas
(CO,
HS,
HCN
Amoniak)
yang
dapat
menyebabkan
keracunan. •
Uang logam yang dapat menyebabkan kulit meradang.
•
Larutan zat kimia yang dapat menyebabkan penyakit kulit, dermatitis dan luka bakar.
•
Debu,
penimbunan
debu
dalam
paru-paru
yang
dapat
menyebabkan penyakit tertentu seperti : asbestosis oleh debu asbes, byssinosis oleh debu kapas, stenosis oleh debu biji timah dan siderosis oleh debu yang mengandung Fe202. 3. Faal, berupa : •
Sikap badan yang kurang tepat pada waktu kerja dan beban berat yang dapat menyebabkan keluhan di pinggang.
•
Kerja yang berdiri terus menerus yang dapat menyebabkan varises pada tungkai bawah atau platvoet pada kaki.
4. Mental psikologik, berupa : •
Pekerjaan yang tidak sesuai dengan bakat dan pendidikan
•
Beban
dan tanggung jawab
pekerjaan
yang diluar batas
kemampuan. •
Tidak dapat bekerjasama dengan rekan sekerja, atasan atau bawahan.
5. Hayati, berupa : •
Cacing
yang
schitosomiasis.
dapat
menyebabkan
ankylostomiasis,
•
Serangga (kutu, nyamuk dan lebah) yang dapat menularkan penyakit malaria dan filariasis.
•
Bakteri antara lain penyakit anthrax yang ditularkan oleh hewan.
•
Jamur yang dapat menyebabkan panu, fytyriasis, versicolor dan blastomycosis.
•
Getah yang dapat menyebabkan penyakit kulit.
Lingkungan kerja yang diharapkan : •
Teratur.
•
Bersih dan tidak licin.
•
Nyaman suhunya.
•
Ada keseimbangan antara waktu kerja dan waktu istirahat.
•
Harmonis tata warna dan tata letaknya.
•
Kondisi mesin dan alat-alat produksi lainnya disesuaikan dengan manusianya.
•
Ada pengaturan intensitas dan penyebaran cahaya.
•
Bahan-bahan beracun terkendali.
•
Limbahnya dinetralisir.
•
Ada suasana kekeluargaan.
Tindakan berbahaya (UNSAFE PRACTICES) : •
Mengoperasikan mesin tanpa wewenang.
•
Mengoperasikan mesin dengan kecepatan berlebihan.
•
Membuat alat keselamatan tidak bekerja/berfungsi.
•
Gagal
memberikan
dan
memastikan
berbahaya. •
Menggunakan perkakas yang rusak.
tanda
peringatan
•
•
Menggunakan perkakas yang salah. Tidak menggunakan alat pelindung diri.
•
Memuat atau menempatkan barang secara tidak benar.
•
Mengangkat dengan cara yang salah.
•
Mengambil posisi badan yang salah.
•
Memperbaiki perkakas (mesin) yang sedang bergerak.
•
Bersenda gurau pada waktu bekerja.
•
Mabuk pada waktu bekerja.
Keadaan berbahaya : •
Penutup atau pelindung keselamatan berada pada posisi yang tidak tepat.
•
Tata rumah tangga (lingkungan kerja) yang jorok dan semrawut.
•
Suara bising yang berlebihan.
•
Ventilasi yang kurang tepat.
•
Adanya penyebaran radiasi.
•
Mesin, alat kerja dan bahan-bahan produksi dalam keadaan rusak.
•
Sistem pemberian peringatan/tanda yang tidak tepat.
•
Atmosfir yang tidak terkontrol (gas, debu dan uap).
Macam kecelakaan : •
Tertumbuk pada ………….
•
Tertumbuk oleh …………..
•
Jatuh dari ketinggian yang berbeda.
•
Tersangkut dalam …………
•
Tersangkut pada ………….
•
Tersangkut diantara ……….
•
Kontak dengan listrik, panas, dingin, radiasi, caustic, suara bising dan bahan beracun.
•
Beban berlebihan.
Penerapan K3 di perusahaan : 1.
Membentuk
atau
meningkatkan
aktivitas
Panitia
Pembina
Keselamatan dan Keselamatan Kerja (P2K3) yang terdiri dari unsur pekerja/Serikat Pekerja dan Manajemen dengan anggota yang memiliki kepedulian, pengetahuan dan ketrampilan tentang K3. 2.
Membuat rencana kegiatan serta melaksanakan, memonitor dan
mengevaluasi rencana kegiatan. 3.
Melakukan aktivitas harian dalam bentuk inspeksi, berbicara 5
menit tentang K3, peneguran dan penjelasan. 4.
Melakukan aktivitas mingguan dalam bentuk pertemuan tentang
K3, evaluasi, pengecekan dan analisis. 5.
Melakukan aktivitas bulanan dalam bentuk rapat pleno dengan
seluruh unsur-unsur manajemen dan pekerja, pelaporan, pengecekan dan analisis. 6.
Pada saat tertentu melakukan penyelidikan kecelakaan, analisis
keamanan pekerjaan, diagnosis, general chek up serta kampanye K3.
Peranan Serikat Pekerja dalam pengembangan K3 : 1. Mendorong pembentukan. 2. Meningkatkan kualitas P2K3 yang sudah ada. 3. Berpartisipasi aktif dalam P2K3.
4. Menyusun dan merundingkan klausul KKB tentang K3. 5. Mendidik kader-kader K3. 6. Menyusun chek list K3. 7. Memonitor pelaksanaan K3.
INDEKS AMAN PELEDAKAN
Kegiatan peledakan di tambang merupakan salah satu kegiatan yang dianggap mempunya resiko cukup tinggi. Tapi bukan berarti kegiatan tersebut tidak dapat dikontrol. Proses pemgontrolan kegiatan ini dapat dimulai dari proses pencampuran ramuan bahan peledak, proses pengisin bahan peledak ke lubang ledak, proses perangakain dan proses penembakan. Dalam kasus ini yang memegang peranan penting adalah kontrol terhadap proses penembakan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan adalah sebagi berikut : A. Desain peledakan. Bagian ini memegang peranan penting dalam mengurangi kecelakaan kerja yang berhubungan dengan aktivitas peledakan. Rancangan peledakan yang memadai akan mengidentifikasi jarak aman; jumlah isian bahan peledak per lubang atau dalam setiap peledakan; waktu tunda (delay period) yang diperlukan untuk setiap lubang ledak atau waktu tunda untuk setiap baris peledakan; serta arah
peledakan
yang
dikehendaki.
Jika
arah
peledakan
sudah
dirancang sedemikian rupa, juru ledak dan blasting engineer harus berkordinasi
untuk
menentukan
titik
dimana
akan
dilakukan
penembakan (firing) dan radius jarak aman yang diperlukan. Ini perlu dilakukan
supaya
juru
ledak
memahami
potensi
bahaya
yang
berhubungan dengan broken rock hasil peledakan and batu terbang (flyrock) yang mungkin terjadi.
B. Training kepada juru ledak. Hal ini sangat penting dilakukan, karena sumber daya ini memegang peranan penting untuk menerjemahkan keinginan insinyur tambang yang membuat rancangan peledakan. Hal ini sudah diatur dalam Keputusan Menteri, yang mengharuskan setiap juru ledak harus mendapatkan training yang memadai dan hanya petugas yang ditunjuk oleh Kepala Teknik Tambang yang bersangkutan yang dapat melakukan
peledakan.
Juru
ledak
dari
tambang
tertentu
tidak
diperbolehkan untuk melakukan peledakan di tambang yang lain karena karakterisktik suatu tambang yang berbeda-beda. C. Prosedur kerja yang memadai. Prosedur
kerja
atau
biasa
disebut
SOP
(Safe
Operating
Procedure) ini memegang peranan penting untuk memastikan semua kegiatan yang berhubungan dengan peledakan dilakukan dengan aman dan selalu mematuhi peraturan yang berlaku, baik peraturan pemerintah maupun
peraturan
di tambang
yang bersangkutan.
Prosedur ini biasanya dibuat berdasarkan pengujian resiko (risk assessment) yang dilakukan oleh tambang tersebut sebelum suatu proses kerja dilakukan. Prosedur ini mencakup keamanan bahan peledak, proses pengisian bahan peledak curah, proses perangakaian bahan peledak , proses penembakan (firing) termasuk jarak aman dan clearing daerah disekitar lokasi peledakan. Jarak aman pada suatu peledakan (safe blasting parameter) saat ini memang tidak mempunyai standard yang dibakukan, termasuk tambang-tambang di Australia. Di dalam Keputusan Menteri-pun, tidak
dijelaskan secara detail berapa jarak yang aman bagi manusia dari lokasi peledakan. Hal ini disebabkan oleh setiap tambang mempunyai metode peledakan yang berbeda-beda tergantung kondisi daerah yang akan diledakkan dan tentu saja hasil peledakan yang dikehendaki. Akan tetapi bukan berarti setiap juru ledak boleh menentukan sendiri jarak aman tersebut. Keputusan mengenai keselamatan khususnya jarak aman tersebut berada pada seorang Kepala Teknik Tambang yang ditunjuk oleh perusahaan setelah mendapat pengesahan dari Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang. Di tambang-tambang terbuka di Indonesia, jarak aman terhadap manusia boleh dikatakan hampir mempunyai kesamaan yaitu dalam kisaran 500 meter. Jarak ini diperoleh dari hasil risk assessment (pengujian terhadap resiko) yang telah dilakukan di tambang-tambang tersebut. Risk assessment ini tidak saja berbicara secara teknik peledakan dan pelaksaannya, namun perlu juga dimasukkan contohcontoh hasil perbandingan dari tambang-tambang yang ada baik di dalam ataupun luar negeri. Jarak aman dari hasil risk assessment inilah yang seharusnya menjadi acuan bagi pembuatan prosedur kerja dalam lingkup pekerjaan peledakan di lapangan. Walaupun ada beberapa tambang yang membuat standard yang lebih kecil dari 500 meter; tapi hal itu diperbolehkan sepanjang risk assessment sudah dilakukan dan sudah disetujui oleh Kepala Teknik Tambang yang bersangkutan. Biarpun tidak menutup kemungkinan terjadinya pelanggaran terhadap jarak aman dari peledakan, akan tetapi seorang juru ledak yang kompeten semestinya akan mentaati aturan dan prosedur kerja.
Pelanggaran prosedur kerja akan berakibat fatal, baik bagi diri dia sendiri, teman kerja maupun ada perusahaan tempat dia bekerja. Pada saat charging dilokasi jarak aman antara orang/ kendaraan bahan peledak yang sedang charging dengan alat lain yang bergerak (drill/HD/etc) adalah 20m pada saat peledakan untuk jarak aman lokasi peledakan yaitu : o
Untuk Alat : 300 m
o
Untuk Manusia : 500 m
Diharapkan menjaga jarak aman pada saat peledakan jika kurang dari 300m maka dikhawatirkan flyrock menghantam unit yang diparkir di radius areal peledakan.
TUGAS TEKNIK PELEDAKAN
PENTINGNYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DALAM KEGIATAN PELEDAKAN/BLASTING SERTA INDEKS AMAN DARI PEMUKIMAN PENDUDUK
NAMA
: LA ODE SYUHADAR
STAMBUK
: D 621 07 013
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2010