KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
Oleh:
Putu Wawang Saptawan 1515323011 5AMI
Teknik Elektro Manajemen Informatika Tahun 2017/2018
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Menurut (Depnakes: 2005),Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala daya upaya pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah, menanggulangi dan mengurangi terjadinya kecelakan dan dampak melalui langkah-langkah identifikasi, analisis dan pengendalian bahaya dengan menerapkan pengendalian bahaya secara tepat dan melaksanakan perundang undangan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Prawirosentono Suyadi (2002:91) adalah” menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang menjamin kesehatan dan keselamatan karyawan agar tugas pekerjaan di wilayah kerja perusahaan dapat berjalan lancar”. Menurut Sibarani Mutiara (2012:163), “ Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur”.
Sejarah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Sejak
zaman
purba
pada
awal
kehidupan
manusia,
untuk
memenuhi
kebutuhanhidupnya manusia bekerja. Pada saat bekerja mereka mengalami kecelakaan dalambentuk
cidera
atau
luka.
Dengan
akal
pikirannya
mereka
berusaha
mencegahterulangnya kecelakaan serupa dan ia dapat mencegah kecelakaan secara preventif. Kesadaran umat manusia terhadap keselamatan kerja telah mulai ada sejak jaman pra-sejarah. Ditemukan tulisan tertua tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berasaldari jaman manusia pra-sejarah di jaman batu dan goa (paleolithic dan neolithic), ketika itu manusia telah mulai membuat kapak dan tombak untuk berburu. Kemudian bangsa Babylonia pada dinasti Summeri (Irak) membuat disain pegangan dan sarung kapak,membuat tombak yang mudah untuk digunakan agar tidak membahayakan
pemakainya serta pembawanya menjadi aman. Selain itu mereka juga telah mulai membuat saluran air dari batu untuk sanitasi. Kurang lebih 1700 tahun sebelum masehi, Hamurabi, raja Babylonia, telah mengatur dalam Code Hamurabi, apabila suatu bangunan rumah roboh karena tidak dibangun dengan baik dan menimpa orang,maka pemilik bangunan tersebut akan dihukum. Demikian pula pada jaman Mozai, lebih kurang lima abad setelah Hamurabi, telah ada ketentuan bahwa ahli bangunan bertanggung jawab atas keselamatan para pelaksana dan pekerjaanya. Pada waktu itu telah ada kewajiban untuk memasang pagar pengaman pada setiap sisi luar atap rumah. Sekitar 80 tahun sesudah Masehi, Plinius seorang ahli Encyclopedia bangsa Roma, mensyaratkanagar para pekerja tambang memakai tutup hidung. Pada tahun 1450, Dominico Fontana yang diserahi tugas membangun obelisk ditengah lapangan St.Pieter Roma, selalu menyarankan agar para pekerja memakai topi baja. Pemahaman atas kesehatan kerja yangpaling tua ditemukan pada bangsa Mesir, ketika Ramses II pada tahun 1500 sebelum Masehi, membangun terusan dari mediterania ke laut merah dan juga ketika membangun Rameuseum. Saat itu Ramses II menyediakan tabib untuk menjaga kesehatan para pekerjanya. Pada tahun 460 sebelum Masehi, Hippocrates menemukan penyakit tetanusdi kapal yang sedang mengangkutnya berlayar. Pemahaman mengenai pentingnya kesehatan kerja secara khusus, dimulai pada abad ke 16 oleh Paracelsus dan Agricola.Paracelsus pada jaman renaissance mulai memperkenalkan penyakit yang menimpa parapekerja tambang. Keduanya menguraikan mengenai pekerjaan dalam tambang, caramengolah biji tambang dan penyakit yang diderita oleh para pekerja. Keduanya telah mulai melakukan upaya pencegahan terhadap penyakit akibat kerja. Agricola misalnya, telah menganjurkan penggunaan ventilasi dan tutup muka yang longgar. Paracelus lebih banyak menguraikan tentang bahan-bahan kimia, sehingga dia dianggap sebagai bapak toksikologi modern. Bernardine Ramazzini (1633-1714) dari Universitas Modena di Italia, dianggap sebagai bapak kesehatan kerja. Beliau yang pertama menguraikan hubungan berbagai macam penyakit dengan jenis pekerjaannya. Ramazzini menganjurkan agar seorang dokter dalam memeriksa pasien, selain menanyakan riwayat penyakitnya, juga harus menanyakan pekerjaan pasien dimaksud. Ramazzini menulis mengenai kaitan antara penyakit yang diderita seorang pasien dengan pekerjaannya . Mengamati bahwa para dokter pada waktu itu jarang mempunyai perhatian
terhadap hubungan antara pekerjaan dan penyakit. Oleh Ramazzini mulai mengembangkan ilmu kedokteran dari sudut pandang ilmu sosial (Socio medicine).Ia juga menemukan bahwa terdapat dua kelompok besar penyebab penyakit akibat kerja, yaitu bahaya yang terkandung di dalam bahan yang digunakan kertika bekerja dan adanya gerakan janggal yang dilakukan oleh pekerja ketikabekerja (ergonomic factor). Dalam perkembangannya kemudian sejak tahun 1925 pemeriksaan kesehatan tenaga kerja telah digunakan sebagai titik awal bagi upaya perlindungan keselamatan kerja dari aspek kesehatan tenaga kerja. Pada masa revolusi industri, di Inggris banyak terjadi kecelakaan kerja yang membawa korban. Pada waktu itu para pengusaha beranggapan bahwa kecelakaan yang menimbulkan penderitaan dan kerugian bagi pekerja, merupakan bagian dari resiko pekerjaan yang harus ditanggung sendiri oleh para pekerja. Bagi pengusaha kehilangan pekerjaan karena kecelakaan akan mudah diatasi, menggantinya dengan pekerja baru. Keadaan yang tidak adil ini telah menimbulkan kesadaran masyarakat bahwa hal itu tidak sesuai dengan asas perikemanusiaan, karena kecelakaan dan pengorbanan pekerja dalam hubungan kerja yang terus dibiarkan, pada dasarnya adalah perbuatan yang tidak manusiawi. Kesadaran masyarakat yang berkembang ini, mebuka peluang dan mendorong pekerja untuk menun tut perlindungan, dengan meminta agar pengusaha melakukan tindakan pencegahan dan menaggulangi kecelakaan yang terjadi. Sejak itu, bagi pekerja yang mengalami kecelakaan dilakukan perawatan. Pada tahun 1911, di Amerika Serikat diberlakukan Undang-Undang Kerja (Works Compensation Law) yang antara lain mengatur bahwa setiap kecelakaan kerja yang terjadi, baik akibat kesalahan tenaga kerja atau tidak, yang bersangkutan akan mendapat ganti rugi jika hal itu terjadi dalam pekerjaan. Undang-Undang ini merupakan permulaan usaha pencegahan kecelakaan yang lebih terarah. Hal yang sama kemudian diberlakukan pula di Inggris. Selanjutnya pada tahun 1931 H.W.Heinrich dalam bukunya Industrial Accident Prevention, menulis tentang upaya pencegahan kecelakaan diperusahaan, tulisan itu kemudian dianggap merupakan permulaan sejarah baru bagisemua gerakan keselamatan kerja yang terorganisir secara modern. Prinsip-prinsip yang dikemukakan Heinrich merupakan dasar-dasar program keselamatan kerja yang berlaku hingga saat ini.
Selama pekerjaan masih dikerjakan secara perseorangan atau dalam kelompok maka usaha pencegahan tidaklah terlalu sulit, sifat demikian segera berubah, tatkala revolusi industri dimulai, yakni sewaktu umat manusia dapat memanfaatkan hukum alam dan dipelajari sehingga menjadi ilmu pengetahuan dan dapat diterapkan secara praktis. Kurang lebih tahun 1700 sm. Raja Hamurabi dari kerajaan Babylonia dalam kitabundang-undangnya menyatakan bahwa: ” Bila seorang ahli banguanan membuat rumah untuk seseorang dan pembuatannya tidak dilaksanakan dengan baik sehingga rumah itu roboh dan menimpa pemilik rumah hingga mati, maka ahli bangunan tersebut dibunuh”. Hippocrates,ahli fisika Yunani yang terkenal,disebut sebagai bapak pengobatan. Sekitar tahun 400 SM dia berusaha menangani tetanus,membantu memeriksa wabah di sekitar Athena,serta memberikan panduan perawatan cidera di kepala yang disebabkankecelakaan. Selama awal Abad Pertengahan berbagai bahaya diidentifikasi,termasuk efek-efek paparan timbal dan mercury,kebakaran dalam ruang terbatas,serta kebutuhan alatpelindung perorangan. Namun demikian, tidak ada standard atau persyaratan keselamatanyang terorganisasi dan ditetapkan pada saat itu. Para pekerja biasanya pengrajin independen atau bagian dari toko atau pertanian keluarga dan bertanggung jawab sendiriuntuk keselamatan,kesehatan dan kesejahteraannya. Selanjutnya menyusul revolusi listrik, revolusi tenaga atom dan penemuan-penemuan baru di bidang teknik dan teknologi yang sangat bermanfaat bagi umat manusia. Disamping manfaat tersebut, pemanfaatan teknik dan teknologi dapat merugikan dalam bentuk resiko terhadap kecelakaan apabila tidakdiikuti dengan pemikiran tentang upaya K3 ebagai gambaran sejarah K3. Tahun
1450
Dominico
Fontana
diserahi
tugas
membangun
obelisk
ditengahlapangan St. Pieter Roma. Ia selalu mensyaratkan agar para pekerja memakai topi baja. Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut menggambarkan bahwa masalah K3 manusia pekerja menjadi perhatian para ahli waktu itu. Sejak revolusi industri di Inggris dimana banyak terjadi kecelakaan, dan banyak membawa korban, para pengusaha pada waktu itu berpendapat bahwa hal tersebut adalah bagian dan resiko pekerjaan dan penderitaan para korban,karena bagi pengusaha sendiri, hal tersebut dapat dengan mudah ditanggulangi dengan jalan memperkerjakan tenaga baru. Akhirnya banyak orang berpendapat bahwa membiarkan korban berjatuhan apalagi tanpa gantgi rugi bagi korban dianggap tidak
manusiawi. Para pekerja mendesak pengusaha untuk mngambil langkah-langkah yang positif untuk menanggulangi masalah tersebut. Yang diusahakan pertama-tama ialah memberikan
perawatan
kepada
para
korban
dimana
motifnya
berdasarkan
perikemanusiaan. Leih kurang 80 tahun sesudah masehi, Plinius seoarang ahli Encyclopedia bangsa Roma mensyaratkan agar para pekerja tambang diharuskan memakai tutup hidung. Zaman Mozai lebih kurang 5 abad setelah Hamurabi, dinyatakan bahwa ahli bangunan bertanggungjawab atas keselamatan para pelaksana dan pekerjanya, dengan menetapkan pemasangan pagar pengaman pada setiap sisi luar atap rumah. Jadi aspek keselamatan telah menjadi persyaratan utama yang mutlak harus dipenuhi sejak zaman dahulu kala meski pendekatannya adalah dengan memaksa. Di Inggris pada mulanya aturan perundangan yang hampir sama telah diberlakukan,namun harus dibuktikan bahwa kecelakaan tersebut bukanlah terjadi karena kesalahan sikorban. Jika terbukti bahwa kecelakaan yang terjadi adalah akibat kesalahan atau kelalaian si korban maka ganti rugi tidak akan diberikan. Karena para pekerja berada pada posisi yang lemah, maka pembuktian salah tidaknya pekerja yang bersangkutan selalu merugikan korban. Akibatnya peraturan perundangan tersebut diubah tanpa memandang apakah si korban salah atau tidak. Berlakunya perundangan tersebut dianggap sebagai permulaan dari gerakan keselamatan kerja, yang membawa angin segar dalam usaha pencegahan kecelakaan industri. HW. Heinrich dalam bukunya yang terkenal ”Industri Accident Prevention ”(1931), dianggap sebagai suatu titik awal, yang bersejarah bagi semua gerakan keselamatan kerja yang terorganisir secara terarah. Pada hakekatnya, prinsip-prinsip yang dikemukakan Heinrich di tahun 1931 adalah merupakan unsur dasar bagi program keselamatan kerja yang berlaku saat ini.
Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3 ) Menurut Mangkunegara (2004:162) bahwa tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut: 1. Melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan dari tenaga kerja. 2. Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 3. Untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja 4. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. 5. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional 6. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis. 7. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin. 8. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. 9. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. 10. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja. 11. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. 12. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
Hal - hal yang berkaitan dengan pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ditempat kerja! Menurut Sutrisno (2006:15) hal yang perlu diperhatikan saat bekerja yang aman adalah melalui penerapan ergonomi, ergometri, automasi dan mekanisasi, peralatan perlindungan diri, waktu kerja, lingkungan kerja, factor manusia yang berupaya untuk melindungi tenaga kerja. Berikut ini adalah hal – hal yang perlu diperhatikan pada saat bekerja yang aman yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja(K3):
1. Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergon (kerja) dan nomos (peraturan/ hukum). Pengertiannya secara umum adalahperaturan/ hukum kerja yang mengatur tenaga kerja, sarana kerja dan pekerjaannya.
Prinsip – prinsip ergonomi adalah sebagai berikut : a. Sikap tubuh dalam kerja dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran, penempatan mesin, alat petunjuk, cara mengoperasikan mesin, gerak, arah dan kekuatan. b. Normalisasi alatindustri harus berukuran besardan fleksibel. Contoh: kursi dapat di naik – turunkan/ maju mundur. c. Ilmu tentang ukuran tubuh/ antropemetri digunakan sebagai ukuran alat industri. 1) Berdiri a) Tinggi badan b) Tinggi bahu c) Tinggi siku d) Tinggi pinggul e) Panjang lengan 2) Duduk a) Tinggi duduk b) Panjang lengan atas c) Panjang lengan bawah dan tangan d) Jarak tekuk lutut-garis punggung e) Jarak lekuk lutut-telapak d. Ukuran – ukuran kerja 1) Posisi tinggi yang dilakukan berdiri sebaiknya 5 cm – 10 cm di bawah tinggi siku. 2) Pekerjaan diatas meja sambil berdiri mempunyai aturan tinggi siku sebagai berikut : a) Pekerjaan memerlukan ketelitian 0 + (5-10) cm b) Pekerjaan ringan 0-(5-10) cm c) Pekerjaan berat 0-(10-20) cm d) Dari sudut otot duduk adalah membungkuk. Dari sudut tulang seharusnya tegak. 2. Ergometri adalah ilmu untuk mengukur kemampuan kerja atau pemakaian tenaga sendiri oleh pekerjanya dan daya kerja fisik maksimum dari tenaga kerja. 3. Automasi adalah seni penggunaan alat – alat mekanik untuk melakukan pekerjaan.
4. Peralatan Perlindungan Diri a. Perlindungan mata dan muka 1) Dampak partikel kecil yang terlempar 2) Dampak partikel berat 3) Percikan cairan panas 4) Konta mata dengan gas uap dan uap iritan 5) Berkas radiasi elektromagnetik b. Jenis – jenisperlindungan mata 1) Kaca mata keselamatan biasa, jenis kaca mata tersebut cocok untuk bahaya berenergi rendah 2) Kaca mata pelindung (googles), jenis kaca mata tersebut cocok untuk macam – macam bahaya. c. Pelindung kulit dan tubuh 1) Penyebab terganggunya kesehatan kulit dan tubuh a) Kerusakan akibat bahan korosip dan menimbulkan panas. b) Penyerapan ke dalam tubuh melalui kulit. c) Panas radian. d) Dingin. e) Kurangnya istirahat akan menimbulkan kelelahan. 2) Pemilihan dan pemakaian pakaian kerja dilakukan berdasar ketentuan berikut : a) Pemakaian pakaian mempertimbangkan bahaya yang mungkin dialamai. b) Pakaian longgar, sobek, dasi, dan arloji tidak boleh dipakai didekat bagian mesin. c) Baju lengan pendek lebih baik daripada baju lengan panjang. d) Benda tajam atau runcing tidak boleh dibawa dalam kantong. d. Pelindung Pernafasan Jenis – jenis pelindung pernafasan 1) Respirator 2) Alat bantu pernafasan e. Pelindung Pendengaran Pelindung pendengaran sumbat telinga berupa: kapas, kapas berlapis plastik dan kapas wol bercampur malam.