PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI
SIAM ROMANI
RINGKASAN
Siam Romani. E34101014. Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam serta Alternatif Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi. Dibimbing oleh : Dr. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, Muntasib, MS dan dan Eva Rachmawati, S.Hut.
Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) merupakan tempat hidup bagi suku terasing (Suku Anak Dalam/Orang Rimba), mempunyai keterwakilan ekosistem yang masih alami dan sudah mengalami degradasi, mempunyai komunitas alam yang unik, langka, dan indah serta bentang alam dan potensi alam yang dapat dijadikan sebagai Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA). (ODTWA). Penelitian lebih rinci mengenai potensi ODTWA di TNBD belum pernah dilakukan. dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan studi dan penilaian terhadap potensi-pote potensi-potensi nsi yang ada. Hasil studi dan penilaian penilaian tersebut tersebut dapat digunakan dalam menyusun alternatif perencanaan wisata alam di TNBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai potensi ODTWA serta menyusun alternatif perencanaan wisata alam di TNBD. Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi selama dua bulan yaitu yaitu bulan September sampai bulan Oktober 2005. Alat yang digunakan yaitu alat tulis, GPS (Geografis (Geografis Position System) System) dan kamera. Bahan yang diperlukan adalah Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) dari Dirjen PHKA (2003) yang telah dimodifikasi, kuesioner dan panduan wawancara. Data dan informasi yang dikumpulkan adalah kondisi umum, kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat, potensi obyek dan daya tarik wisata, pengunjung pengunjun g dan pengelolaan pengelola an wisata. Metode pengambilan pengambila n data dilakukan melalui studi pustaka, wawancara dan kuesioner serta pengamatan lapang. Pengolahan data meng mengenai enai ODTWA OD TWA di TNBD diolah dengan menggunakan metode skoring yang selanjutnya diuraikan secara deskriptif.
RINGKASAN
Siam Romani. E34101014. Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam serta Alternatif Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi. Dibimbing oleh : Dr. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, Muntasib, MS dan dan Eva Rachmawati, S.Hut.
Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) merupakan tempat hidup bagi suku terasing (Suku Anak Dalam/Orang Rimba), mempunyai keterwakilan ekosistem yang masih alami dan sudah mengalami degradasi, mempunyai komunitas alam yang unik, langka, dan indah serta bentang alam dan potensi alam yang dapat dijadikan sebagai Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA). (ODTWA). Penelitian lebih rinci mengenai potensi ODTWA di TNBD belum pernah dilakukan. dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan studi dan penilaian terhadap potensi-pote potensi-potensi nsi yang ada. Hasil studi dan penilaian penilaian tersebut tersebut dapat digunakan dalam menyusun alternatif perencanaan wisata alam di TNBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai potensi ODTWA serta menyusun alternatif perencanaan wisata alam di TNBD. Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi selama dua bulan yaitu yaitu bulan September sampai bulan Oktober 2005. Alat yang digunakan yaitu alat tulis, GPS (Geografis (Geografis Position System) System) dan kamera. Bahan yang diperlukan adalah Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) dari Dirjen PHKA (2003) yang telah dimodifikasi, kuesioner dan panduan wawancara. Data dan informasi yang dikumpulkan adalah kondisi umum, kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat, potensi obyek dan daya tarik wisata, pengunjung pengunjun g dan pengelolaan pengelola an wisata. Metode pengambilan pengambila n data dilakukan melalui studi pustaka, wawancara dan kuesioner serta pengamatan lapang. Pengolahan data meng mengenai enai ODTWA OD TWA di TNBD diolah dengan menggunakan metode skoring yang selanjutnya diuraikan secara deskriptif.
alam. Perencanaan untuk kegiatan wisata pada Air Terjun Talon yaitu wisata petualangan, berenang, interpretasi alam dan bersepeda. Perencanaan pengelolaan wisata kawasan TNBD yaitu usulan zonasi, pembentukkan UPT (Unit Pelaksana Teknis), pengelolaan sumberdaya manusia, kebutuhan sarana dan prasarana, pengelolaa pengelolaan n multi pihak pihak dan pemasaran/pro pemasaran/promosi. mosi.
PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI
SIAM ROMANI
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 29 Juni 1983 dari pasangan Marsudi dan Siti Aminah.
Penulis adalah anak ke-2 dari lima
bersaudara. Jenjang pendidikan formal dimulai pada tahun 1988-1989 di TK Islam Al-Falah Jambi. Kemudian melanjutkan ke SD Islam AlFalah Jambi dan lulus pada tahun 1995.
Pendidikan menengah pertama dilalui
penulis di SMPN 9 Jambi pada tahun 1995 hingga tahun 1998. Sekolah Menengah Umum dihabiskan di SMUN 9 Jambi dari tahun 1998-2001.
Penulis diterima
sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan pada tahun 2001 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Semasa kuliah di IPB penulis aktif dalam beberapa organisasi diantaranya International Forestry Student Association Local Comitte (IFSA
LC-IPB),
Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan (HIMAKOVA) dan Unit Kegiatan Mahasiswa Uni Konservasi Fauna (UKM UKF-IPB).
Praktek Umum
Kehutanan dilaksanakan di Cagar Alam Leuweung Sancang, Cagar Alam dan TWA Kawah Kamojang Garut. Kesatuan
Praktek Umum Pengelolaan Hutan dilaksanakan di
Pemangkuan Hutan
Sumedang.
Praktek
Kerja
Lapang
Profesi
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas rahmat dan karunia -Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan. Penulis melaksanakan penelitian selama dua bulan yaitu bulan September-Oktober 2005 yang kemudian disusun sebagai sebuah skripsi dengan judul ”Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam serta Alternatif Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi”.
Skripsi ini
berisi tentang studi dan penilaian terhadap potensi obyek dan daya tarik wisata alam yang terdapat di dalam kawasan TNBD. Hasil penilaian tersebut digunakan untuk menentukan obyek prioritas untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata di TNBD yang kemudian disusun alternatif perencanaan wisata alamnya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih tersebut terutama disampaikan kepada kedua orang tua, kakak dan adik-adik serta seluruh keluarga besar tercinta , Ibu Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut selaku dosen pembimbing, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR.................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................... ii DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. vi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Tujuan...................................................................................................... 2 C. Manfaat Penelit ian ................................................................................... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Studi Potensi, Obyek dan Daya Tarik Wisata ......................................... 3 B. Wisata Alam dan Ekowisata .................................................................... 5 C. Taman Nasional....................................................................................... 7 D. Perencanaan Wisata ................................................................................. 8 III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kawasan ..................................................................................... 10 B. Kondisi Fisik ........................................................................................... 11 B.1. Letak dan Luas ................................................................................. 11 B.2. Iklim, Topografi, Hidrologi dan Tanah ........................................... 11
iii
E. Pengolahan Data ...................................................................................... 21 E.1 Metode Skoring................................................................................ 21 E.2. Analisis Deskriptif .......................................................................... 22 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) di Dalam Kawasan TNBD ..................................................................... 23 A.1. Kriteria Penilaian ODTWA ........................................................... 23 A.1.1. Daya Tarik ............................................................................. 23 A.1.2. Aksesibilitas ........................................................................... 30 A.1.3. Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi.................................... 34 A.1.4. Akomodasi ............................................................................ 35 A.1.5. Sarana-Prasarana Penunjang.................................................. 35 A.1.6. Ketersediaan Air Bersih ......................................................... 37 A.2. Rekapitulasi Penilaian ODTWA ................................................... 38 B. Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya .................................................. 38 C. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam di Sekitar Kawasan TNBD.......... 41 D. Pengunjung Taman Nasional Bukit Duabelas........................................ 44 D.1. Keadaan Pengunjung ..................................................................... 44 D.2. Karakteristik Pengunjung .............................................................. 46 D.3. Motif, Aktivitas dan Persepsi Pengunjung ................................... 47 D.4. Harapan Pengunjung...................................................................... 49 E. Masyarakat Desa Sekitar TNBD............................................................. 49 F. Pengelolaan dan Kebijakan..................................................................... 50 F.1. Pengelolaan.................................................................................... 50 F.2. Kebijakan Wisata .......................................................................... 52 G. Alternatif Perencanaan ........................................................................... 54 G.1. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam............................................. 54 G.1.1. Demplot Tanaman Obat.......... 55
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Letak Geografis dan Batas Kawasan TNBD......................................11 Tabel 2. Kondisi Topografi, Hidrologi dan Tanah Kawasan TNBD ...............12 Tabel 3. Desa-Desa Interaksi TNBD menurut Wilayah Administrasi.............15 Tabel 4. Daya Tarik Obyek Wisata Alam Di TNBD ....................................... 24 Tabel 5. Penilaian Kriteria Daya Tarik Wisata Alam Di TNBD .....................25 Tabel 6. Penilaian Kriteria Aksesibilitas Obyek Di TNBD.............................32 Tabel 7. Penilaian Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi ................................ 34 Tabel 8. Penilaian Sarana-Prasarana Penunjang Di TNBD .............................36 Tabel 9. Penilaian Ketersediaan Air Bersih .................................................... 37 Tabel 10. Rekapitulasi Penilaian ODTWA...................................................... 38 Tabel 11. Pengunjung TNBD Tahun 2005....................................................... 45 Tabel 12. Karakteristik Pengunjung TNBD .................................................... 46 Tabel 13. Motif, Aktivitas dan Persepsi Pengunjung TNBD ...........................47 Tabel 14. Sarana dan Prasarana yang Ada Di TNBD Saat Ini.........................52
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian .....................................................................19 Gambar 2. Pintu Masuk Gua Kelelawar...........................................................2 6 Gambar 3. Demplot Tanaman Obat ................................ ................................ 27 Gambar 4. Air Terjun Talon .............................................................................29 Gambar 5. Kondisi Jalan Kabupaten Menuju TNBD ...................................... 31 Gambar 6. Kondisi Jalan Menuju Obyek.........................................................33 Gambar 7. Sungai Sebagai Salah Satu Sumber Air Bersih Di TNBD ............. 37 Gambar 8. Kelompok Tumenggung Tarip ....................................................... 39 Gambar 9. Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Orang Rimba................................ 40 Gambar 10. Ambung dan Penjelasan Tumenggung Tarip Mengenai Adat Istiadat Orang Rimba............................................................41 Gambar 11. Sumber Air Panas Desa Baru.......................................................42 Gambar 12. Sumber Air Panas Bukit Suban................................ .................... 43 Gambar 13. Dam Sungai Jernih ................................ ................................ ...... 44 Gambar 14. Kegiatan yang Dilakukan Pengunjung TNBD .............................46 Gambar 15. Kegiatan yang Pernah Dilakukan Pengelola Berkaitan Dengan Wisata Di TNBD
51
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tabel K riteria Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam ... 66 Lampiran 2. Tabel Daftar Nama Jenis Flora yang Terdapat Di Kawasan TNBD .....................................................................69 Lampiran 3. Tabel Daftar Nama Jenis Satwaliar Di Kawasan TNBD yang Biasa Digunakan Untuk Obat......................................................70 Lampiran 4. Tabel Sebaran Komunitas Orang Rimba Di Dalam dan Luar Kawasan TNBD Menurut Kelompok dan Lokasi.......................71 Lampiran 5. Tabel Gambaran Umum Desa Interaksi TNBD ..........................73 Lampiran 6. Kuesioner Untuk Pengunjung......................................................74 Lampiran 7. Panduan Wawancara....................................................................77 Lampiran 8. Peta Potensi Wisata TNBD..........................................................79 Lampiran 9. Peta Akses Jalan TNBD...............................................................80 Lampiran 10. Peta Sebaran Orang Rimba Tahun 2004 Di TNBD...................81
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman
hayati,
keunikan
dan
keaslian
budaya
tradisional,
keindahan bentang alam, gejala alam serta peninggalan sejarah/budaya adalah anugerah Tuhan yang berpotensi sebagai obyek dan daya tarik wisata alam (ODTWA).
Kosmaryandi
dan Avenzora
(2004) mengemukakan
bahwa
pemanfaatan potensi ODTWA untuk kegiatan wisata alam harus dikelola secara arif dan bertanggung jawab serta benar-benar mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Pariwisata sebagai green industry akan dapat menekan laju pengrusakan sumberdaya alam dan lingkungan.
Green industry sangat sesuai dengan
pariwisata yang berbasis alam utamanya ekowisata. Ekowisata yang menciptakan pariwisata berkualitas memungkinkan akan dapat mempertahankan kualitas obyek dan daya tarik alam dan dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan dan kehidupan sosial masyarakat lokal. Namun demikian apabila tidak direncanakan dengan konsep pembangunan pariwisata berwawasan lingkungan kerusakan lingkungan akan terjadi.
Pentingnya perencanaan dalam pengembangan
pariwisata sebagai suatu industri tidak lain adalah agar perkembangan industri
indah serta bentang alam dan potensi alam yang dapat dijadikan sebagai ODTWA. Penelitian lebih rinci mengenai nilai potens i ODTWA di TNBD belum pernah dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan studi dan penilaian terhadap potensi-potensi yang ada. Hasil studi dan penilaian tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam menyusun alternatif perencanaan wisata alam di TNBD.
B. Tujuan
Penelitian mengenai Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam serta Alternatif Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui nilai potensi obyek dan daya tarik wisata alam. 2. Menyusun alternatif perencanaan wisata alam di TNBD.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pengelola dalam menyusun perencanaan wisata alam dan rencana pengembangan wisata di TNBD.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Studi Potensi, Obyek dan Daya Tarik Wisata
Studi potensi dalam kamus Kehutanan RI tahun 1989 adalah studi mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan. Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Studi potensi wisata adalah studi mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan yang dapat dijadikan sebagai obyek dan daya tarik suatu perjalanan wisata. Definisi mengenai obyek dan daya tarik wisata menurut : 1. UU No. 9 Tahun 1990 bahwa obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Obyek dan daya tarik wisata tersebut terdiri atas : a. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna. b. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman
sesuatu yang menarik namun belum tentu dikunjungi. Daya tarik tersebut masih memerlukan pengelolaan dan pengembangan sehingga menjadi obyek wisata yang mampu menarik kunjungan. 4. Wiwoho (1990) menyatakan bahwa dalam dunia kepariwisataan istilah obyek wisata mempunyai pengertian sebagai sesuatu yang dapat menjadi daya tarik bagi seseorang atau calon wisatawan untuk mau berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Daya tarik tersebut antara lain dapat berupa : a. Sumber-sumber
daya
tarik
yang
bersifat
alamiah
seperti
iklim,
pemandangan alam, lingkungan hidup, fauna, flora, kawah, danau, sungai, karang dan ikan di bawah laut, gua-gua, tebing, lembah dan gunung. b. Sumber-sumber buatan manusia berupa sisa-sisa peradaban masa lampau, monumen bersejarah, rumah peribadatan, museum, peralatan musik, tempat pemakaman dan lain-lain. c. Sumber-sumber daya tarik yang bersifat manusiawi. Sumber manusiawi melekat pada penduduk dalam bentuk warisan budaya misalnya tarian, sandiwara, drama, upacara adat, upacara penguburan mayat, upacara keagamaan, upacara perkawinan dan lain-lain. Daya tarik wisata menurut Kodhyat (1996) adalah segala sesuatu yang
menjadi harapan konsumen memilih obyek wisata tersebut sebagai tujuan kunjungan. Beberapa komponen obyek wisata yang dikemukakan oleh Cooper et al (1998) yaitu : 1. Atraksi wisata baik berupa alam, buatan (hasil karya manusia), atau peristiwa (kegiatan) yang merupakan alasan utama kunjungan. 2. Fasilitas -fasilitas dan pelayanan dibutuhkan oleh wisatawan di daerah tujuan wisata. 3. Akomodasi, makanan dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk fisik tapi juga harus dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan kenangan pada lingkungan dan makanan setempat. 4. Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor kesuksesan daerah tujuan wisata. 5. Faktor-faktor pendukung seperti kegiatan pemasaran, pengembangan, dan koordinasi. Pembangunan obyek dan daya tarik wisata menurut UU No. 9 Tahun 1990 dilakukan dengan memperhatikan : 1. Kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya.
menghasilkan upah. Suwantoro (1997) mengemukakan bahwa wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan. Kegiatan wisata alam merupakan kegiatan rekreasi dan pariwisata pendidikan, penelitian, kebudayaan dan cinta alam yang dilakukan di dalam obyek wisata. Menurut PHPA (1996) kegiatan wisata alam di dalam kawasan konservasi diarahkan pada upaya pendayagunaan potensi obyek wisata alam dengan tetap memperhatikan prinsip keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian alam. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (2003) menyatakan bahwa secara konseptual ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya -upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Berdasarkan segi pengelolaannya ekowisata dapat didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam yang secara ekonomi berkelanjutan dan mendukung upaya -upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
C. Taman Nasional
Undang-undang RI No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Menurut PP No. 68 Tahun 1998 kawasan taman nasional dapat dimanfaatkan sesuai dengan sistem zonasi pengelolaannya.
Berdasarkan sistem zonasi pengelolaannya kawasan
taman nasional dapat dibagi atas zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan atau zona lain yang ditetapkan Menteri berdasarkan kebutuhan pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Zona pemanfaatan taman nasional adalah bagian kawasan taman nasional yang dijadikan tempat pariwisata alam dan kunjungan wisata. Rencana pengelolaan adalah suatu rencana bersifat umum dalam rangka pengelolaan taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam yang disusun oleh menteri kehutanan (PP No. 18 Tahun 1994). Pemintakatan adalah alokasi ruang (kawas an) tiap-tiap mintakat mempunyai fungsi tersendiri dan pengelolaannya berlainan sesuaidengan fungsinya. Menurut PHPA (1988) taman nasional dibagi kedalam empat mintakat (zonasi) yaitu : 1. Zona inti (Sanctuary zone) ialah daerah yang berada di taman nasional yang mutlak harus dilindungi dan tidak boleh mengalami perubahan
diperkenankan
untuk
membangun
sarana-sarana
kemudahan
bagi
pengunjung. 4. Zona penyangga ( Buffer zone) merupakan zona yang umumnya terletak berbatasan dengan pemukiman serta berfungsi sebagai pelindung potensi sumberdaya taman nasional dari gangguan atau tekanan masyarakat sekitar taman nasional atau sebaliknya untuk melindungi masyarakat dari gangguan satwaliar yang ada di taman nasional.
D. Perencanaan Wisata
Perencanaan merupakan proses pembuatan keputusan tentang apa yang harus dikerjakan dimasa depan dan bagaimana melakukannya. Perencanaan harus memperhatikan keadaan sekarang secara realistis dan faktor potensial yang dapat dikembangkan.
Perencanaan usaha harus dimulai dengan survei terperinci
mengenai sifat dan bentuk pengembangan yang direncanakan terutama dalam hal sumberdaya yang dimiliki (Kusmayadi, 2004). Page dan Ross (2002) mendefinisikan perencanaan sebagai sebuah proses dengan tujuan tertentu yang akan dicapai, menanggulangi dan memonitor perubahan yang akan terjadi untuk dapat menjaga/memelihara kelangsungan kawasan serta dapat meningkatkan pengalaman wisatawan terhadap kawasan atau
3. Atraksi/obyek wisata (attraction) mengenai apa yang dilihat, dilakukan dan dibeli di daerah tujuan wisata (DTW) yang dikunjungi. 4. Fasilitas pelayanan ( service facilities). 5. Informasi dan promosi (information) yaitu cara-cara promosi yang akan dilakukan baik melalui iklan atau paket yang tersedia. Proses perencanaan wisata menurut Page dan Ross (2002) adalah sebagai berikut : a. Studi persiapan.
Pemegang otoritas perencanaan termasuk pemerintah
lokal dan regional memutuskan untuk mengizinkan pembangunan/ pengembangan perencanaan wisata. b. Penentuan tujuan adalah mengidentifikasi tujuan utama dari perencanaan. c. Survei seluruh elemen adalah inventarisasi seluruh sumberdaya wisata yang ada beserta fasilitasnya.
Kegiatan ini juga membutuhkan data
mengenai permintaan dan penawaran wisata, struktur ekonomi wisata lokal, investasi kemungkinan finansial untuk pengembangan dimasa yang akan datang. d. Analisis dan sintesis data. Informasi dan data yang telah dikumpulkan sebelumnya dianalisis dan digunakan sebagai pertimbangan untuk merumuskan perencanaan.
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kawasan
Keberadaan TNBD berawal dari gagasan Pemerintah Daerah Kabupaten Sarolangun Bangko untuk menjadikan kawasan Hutan Bukit Duabelas sebagai hutan lindung dan cagar biosfer yang difungsikan sebagai Cagar Budaya Komunitas Anak Rimba.
Gubernur KDH Tk. I Jambi melalui Surat Nomor
522.51/863/84 tanggal 25 April 1984 mengusulkan kepada Menteri Kehutanan agar kawasan Hutan Bukit Duabelas seluas 28.707 Ha diperuntukkan sebagai cagar biosfer dengan fungsi sebagai Cagar Budaya Orang Rimba dan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan. Sementara dalam RTRW Provinsi Jambi luas areal kawasan Hutan Bukit Duabelas untuk cagar biosfer ditetapkan seluas 29.485 Ha (BKSDA Jambi, 2004).
Menteri Kehutanan melalui SK Nomor
46/Kpts-II/1987 tanggal 12 Februari 1987 menetapkan kawasan Hutan Bukit Duabelas sebagai kawasan cagar biosfer dengan luas areal 29.485 Ha. Komunitas Konservasi Indonesia (KKI Warsi), suatu Lembaga Swadaya Masyarakat
yang
sejak
Agustus
1997
telah
secara
intensif
melakukan
pendampingan dan kajian-kajian menyangkut kehidupan dan penghidupan Komunitas Orang Rimba di Kawasan Cagar Biosfer Bukit Duabelas (CBBD) dan
B. Kondisi Fisik B.1. Letak dan Luas
Kawasan TNBD mencakup tiga wilayah kabupaten dengan luas areal keseluruhan berdasarkan data seme ntara BIPHUT (2004) dalam BKSDA Jambi (2004) meliputi areal seluas 58.300 Ha dengan rincian luas menurut masingmasing kabupaten adalah sebagai berikut : a. Kabupaten Batanghari
: 65 %
b. Kabupaten Sarolangun
:15 %
c. Kabupaten Tebo
: 20 %
Luasan ini merupakan data sementara sebab pada belahan kawasan di Kabupaten Batanghari garis batas luar kawasan belum ‘temu gelang’ (BKSDA Jambi, 2004). Letak geografis kawasan TNBD dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Letak geografis dan batas kawasan TNBD Uraian Letak a. Geog rafis b.Administrat if
Batas a. Batas alam b. Batas buatan
Utara 0
Timu r 0
Selatan 0
01 44’3 5” LS Kec . Marose bo Ulu, Kab. Batanghari
102 31’37” BT Kec. Batin XXIV, Kab. Batanghari
02 03’1 5” LS Kec. Air Hitam, Kab. Sarolangun
PT Limbah Kayu Utama dan PT Sawit Desa
PT Wana Perintis
Kebun dan pemukiman masyarakat
Barat 0
102 48’27” BT Kec. Tebo Ilir, Kab. Tebo
Sung ai Bernai Pemukiman Transmigran Kuamang
Tabel 2. Kondisi topografi, hidrologi dan tanah kawasan TNBD Deskripsi Topografi Belahan Selatan • Belahan Utar a • Hidrologi
Uraian
Perbukitan Datar Bergelombang Kawasan hulu dari sejumlah sungai
Keterangan
Ketinggian 50 – 438 mdpl Daerah Aliran Sungai (DAS) penting di dalam dan sekitar kawasan meliputi : DAS Air Hitam : Anak Sungai • Sub Tembesi • Sub DAS Jelutih dan Serengam : Anak Sungai Tembesi • Sub DAS Kejasung Kecil, Kejasung Besar, Sungkai dan Makekal : Anak Sungai Tabir DAS Bernai dan Seranten : Anak • Sub Sungai Tabir Sifat tanah jenis podsolik umumnya miskin hara dan mudah tererosi pada kondisi terbuka
Jenis tanah didominasi oleh Podsolik Sumber : Berbagai sumber dalam BKSDA Jambi (2004). Tanah
C. Kondisi Biologi Kawasan C.1. Flora
Jenis flora yang terdapat di TNBD antara lain bulian ( Eusideroxylon zwageri), meranti (Shorea sp), menggeris/kempas ( Koompassia excelsa), jelutung ( Dyera costulata), jernang (Daemonorops draco), damar (Agathis sp), dan rotan (Calamus sp). Disamping itu te rdapat sekitar 120 jenis tumbuhan yang berfungsi sebagai tumbuhan obat (BKSDA Jambi, 2004).
Potensi flora di TNBD
D. Masyarakat Sekitar Kawasan D.1. Masyarakat di Dalam Taman Nasional
Masyarakat di TNBD meliputi masyarakat yang berada di dalam kawasan taman nasional yaitu Suku Anak Dalam dan masyarakat di luar kawasan yaitu masyarakat desa. Masyarakat asli Suku Anak Dalam yang lebih suka disebut Orang Rimba telah mendiami TNBD selama puluhan tahun.
Orang Rimba
menyebut hutan yang ada di TNBD sebagai daerah pengembaraan.
Mereka
berinteraksi dengan alam, saling memberi, saling memelihara dan saling menghidupi (BKSDA Jambi, 2004). Hasil sensus lapangan yang dilakukan KKI WARSI (2004) dalam BKSDA Jambi (2004) menyatakan diluar tiga kelompok yang belum terdata diperoleh keterangan sementara bahwa jumlah keseluruhan komunitas Orang Rimba yang berada di dalam dan di sekitar kawasan TNBD tercatat sebanyak 1.524 orang. Sebagian besar komunitas Orang Rimba di kawasan TNBD dan sekitarnya mengambil ruang kehidupan dan penghidupan di belahan bagian barat (Air Hitam, Makekal Hulu/Hilir dan Kejasung). Komunitas Orang Rimba umumnya memilih areal ruang hidup di dataran rendah sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS). Sebaran Orang Rimba di TNBD dan sekitarnya secara lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 4.
makanan diperoleh dengan memanen jenis umbi-umbian, buah-buahan serta umbut-umbutan dan berburu satwaliar (BKSDA Jambi, 2004). Pemanenan hasil hutan dilakukan secara bijaksana dengan mengikuti aturan adat yang kuat berwawasan pelestarian lingkungan seperti : - Untuk pemanenan umbi-umbian dan umbut-umbutan berlaku aturan adat ‘ambil satu bayar satu’, maksudnya bila mengambil satu umbi atau umbut maka harus menanam satu umbi atau umbut. - Untuk pemanenan buah-buahan berlaku aturan adat ‘pohon induk dilarang ditebang’, maksudnya pemanenan dilakukan tidak dengan menebang pohon yang diambil buahnya agar pohon tersebut da pat menghasilkan buah lagi di musim panen selanjutnya dan dapat beregenerasi. Kebutuhan akan bahan makanan hewani dipenuhi melalui berburu satwaliar. Dalam
melakukan
kegiatan
perburuan
ada
beberapa
jenis
satwa
yang
dipantangkan antara lain enggang gading, berang-berang, harimau, kucing hutan dan primata. Pemanenan untuk tujuan komersial (diperdagangkan) juga sudah dikenal meluas antara lain rotan manau, rotan cacing, rotan sego, rotan paku, rotan lilin, rotan sabut, rotan semi, rotan tebu-tebu, rotan gela ng-gelang, rotan suto, rotan balam, rotan semut, getah jernang, getah damar, madu tawon hutan ( maniy rapah bumbun dan maniy rapah sialang ), buah-buahan hutan, terutama duku dan
Tabel 3. Desa-desa interaksi TNBD menurut wilayah administrasi Kabu pate n
Kecamatan
Desa Interaksi
Jumlah Pendud uk
1. Batangh ari
Muarase bo Ulu
Batu sawa r
2. Tebo
Tebo Ilir
Sungai Jernih
2.1 58
Tanah Garo
1.3 61
Lancar Tiang
2.564
Semurung Baru
1.1 41 1.605
Jernih
1.630
3. Sarolan gun
Air Hitam
479
Lubu k Jering
771
Pemata ng Kabau
1.8 78
Bukit Suban (ex trans SPI)
3.124
Sumber : Berbagai sumber (diolah kembali) dalam BKSDA Jambi (2004)
Masyarakat desa di bagian utara TNBD mayoritas adalah etnis melayu dan sebagian kecil masyarakat pendatang (transmigran).
Masyarakat desa yang
berada dalam wilayah bagian selatan TNBD sebagian adalah transmigran dan selebihnya merupakan etnis melayu.
Mayoritas masyarakat memeluk agama
Islam dan sebagian lain memeluk agama Kristen, Budha dan Hindu. Hasil budaya masyarakat desa sekitar TNBD berupa kesenian daerah yang meliputi tari-tarian daerah dan kesenian alunan ‘Biduk Sayak’ (berupa seni berbalas pantun dengan diiringi musik biasanya dilakukan oleh muda-mudi). Mata pencaharian utama masyarakat Desa Batu Sawar, Desa Sungai Jernih, Desa Tanah Garo, Desa Lancar Tiang, Desa Baru, Desa Semurung, Desa Jernih dan Desa Lubuk Jering yang sebagian besar merupakan etnis melayu adalah
adat/budaya Komunitas Orang Rimba. Secara garis besar potensi wisata kawasan TNBD terdiri atas : a. Spektrum ekosistem kawasan yang terbentuk dari per paduan antara alam hutan perbukitan dan sungai. Kombinasi ini memberikan nuansa lansekap alamiah yang menarik untuk dinikmati. b. Adat istiadat, tradisi dan kearifan tradisional Komunitas Orang Rimba. c. Lingkungan alam hutan primer yang relatif tidak banyak ditemukan lagi di tempat-tempat lain. d. Satwaliar terutama jenis-jenis yang dilindungi. e. Flora yang bernilai tinggi sebagai plasma nutfah, jenis-jenis yang tergolong langka dan dilindungi dan jenis-jenis yang memiliki daya tarik visual. f. Biota obat hutan tropis dan pengetahuan tradisional pengobatan mandiri Komunitas Orang Rimba. Potensi-potensi ini merupakan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh kawasan TNBD yang selanjutnya dapat dikemas dalam bentuk program interpretasi untuk diketengahkan sebagai produk andalan ekowisata TNBD (BKSDA Jambi, 2004). Potensi obyek dan daya tarik wisata yang terdapat di TNBD menurut PHKA
6. Sumber Air Panas Dusun Baru memiliki panorama yang indah, udara yang sejuk dan lingkungan yang masih asri. Disamping itu terdapat banyak sumber mata air dan sungai dengan air yang mengalir serta adat dan budaya tradisional khas Suku Anak Dalam.
IV. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi selama dua bulan yaitu bulan September sampai bulan Oktober 2005.
B. Alat dan Bahan B.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis, GPS (Geografis Position System) dan kamera. B.2. Bahan
Bahan yang diperlukan pada penelitian ini yaitu Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA (2003) yang telah dimodifikasi, kuesioner untuk pengunjung dan panduan wawancara (pengelola, Pemerintah Daerah dan tokoh masyarakat).
C. Metode C.1. Data yang Dikumpulkan
4. Pengunjung meliputi keadaan, karakteristik, motif, aktivitas, persepsi dan harapan pengunjung. 5. Pengelolaan wisata meliputi kebijakan wisata, pengelolaan, fasilitas dan pelayanan serta perencanaan wisata. C.2. Prosedur Kerja
1. Pengumpulan data melalui studi pustaka dan melakukan verifikasi di lapangan mengenai potensi-potensi wisata di TNBD. 2. Menilai obyek dengan menggunakan Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003 yang telah dimodifikasi. 3. Menganalisis potensi wisata alam di TNBD kemudian diuraikan secara deskriptif dan menentukan obyek prioritas yang berpotensi untuk dikembangkan. 4. Membuat alternatif perencanaan ODTWA di TNBD. Potensi-potensi TNBD
Obyek dan daya tarik wisata alam TNBD
D. Metode Pengambilan Data D.1. Studi Pustaka
Studi pustaka ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan membantu pengumpulan data-data awal dengan mempelajari dan menelaah pustaka yang menunjang penelitian. Pustaka yang ditelaah tersebut bersumber dari buku-buku, majalah-majalah, dokumen-dokumen dan website -website yang berkaitan dengan penelitian.
Data-data kepustakaan diperoleh dari kantor
BKSDA Jambi, kantor LSM KKI WARSI, Dinas Pariwisata, perpustakaan IPB, perpustakaan daerah Provinsi Jambi dan tempat-tempat lain yang menunjang pustaka penelitian. D.2. Wawancara dan Kuesioner
Wawancara dilakukan secara terpandu kepada pihak-pihak terkait antara lain pengelola (BKSDA Jambi) baik di pusat maupun pengelola di lapangan meliputi kebijakan pengelolaan wisata TNBD, rencana pengelolaan wisata TNBD, kegiatan yang berkaitan dengan wisata, pengunjung TNBD, kerjasama yang dilakukan berkaitan dengan wisata, permasalahan dan kendala yang dihadapi serta pemecahan dan harapan pengelola.
Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas
Pariwisata meliputi kebijakan wisata, rencana pengelolaan wisata serta kepada tokoh masyarakat (Tumenggung Tarip sebagai ketua kelompok Orang Rimba Air
dengan keadaan/kondisi yang ada dilapangan.
Komponen-komponen yang
diamati yaitu : 1. Kondisi biologi; unsur yang diamati adalah jenis flora dan fauna yang dijumpai di sekitar obyek wisata 2. Daya tarik; unsur yang diamati meliputi keunikan, kepekaan, variasi kegiatan, sumberdaya alam yang menonjol, kebersihan lokasi, keamanan, kenyamanan. 3. Aksesibilitas; unsur yang diamati yaitu kondisi dan jarak jalan darat, tipe jalan. 4. Akomodasi; dilakukan dengan melihat dan mencari informasi mengenai penginapan dalam radius 15 km dari obyek. 5. Sarana-prasarana penunjang meliputi kantor pos, jaringan telepon, Puskesmas, jaringan listrik, jaringan air minum, rumah makan, pusat perbelanjaan/pasar, bank, toko souvenir/cinderamata. 6. Ketersediaan air bersih; unsur yang diamati meliputi volume, jarak sumber air terhadap lokasi obyek, dapat tidaknya/kemudahan air dialirkan ke obyek, kelayakan dikonsumsi dan kontinuitas.
E. Pengolahan Data
angka yang terdapat pada tabel kriteria penilaian ODTWA sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing lokasi. Daya tarik merupakan modal utama yang memungkinkan datangnya pengunjung untuk itu bobot kriteria daya tarik diberi angka tertinggi yaitu 6. Penilaian aksesibilitas diberi bobot 5 karena aksesibilitas merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung potensi pasar.
Kondisi lingkungan sosial
ekonomi dinilai dalam radius 5 km dari batas intensive use atau jarak terdekat dengan obyek. Kriteria penilaian kondisi lingkungan sosial ekonomi diberi bobot 5 karena kriteria ini juga sangat penting dalam mendukung potensi pasar. Penilaian kriteria akomodasi diberi bobot 3. Penilaian kriteria sarana-prasarana penunjang diberi bobot 3 karena sifatnya sebagai penunjang.
Air bersih merupakan faktor yang harus tersedia dalam
pengembangan suatu obyek baik untuk pengelolaan maupun pelayanan. Bobot yang diberikan untuk kriteria ketersediaan air bersih adalah 6. Hasil penilaian seluruh kriteria obyek dan daya tarik wisata alam tersebut digunakan untuk melihat
dan
menentukan
obyek
prioritas
yang
akan
dibuat
alternatif
perencanaannya. E.2. Analisis Deskriptif
Hasil pengolahan data mengenai obyek dan daya tarik wisata alam tersebut
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) di Dalam Kawasan TNBD
A.1. Kriteria Penilaian ODTWA
Kriteria penilaian obyek wisata alam merupakan suatu instrumen untuk mendapatkan kepastian kelayakan suatu obyek untuk dikembangkan sebagai obyek wisata alam. Fungsi kriteria adalah sebagai dasar dalam pengembangan ODTWA melalui penetapan unsur kriteria, penetapan bobot, penghitungan masing-masing sub unsur dan penjumlahan dari semua kriteria (Dirjen PHKA, 2003a).
Hasil pengamatan terhadap potensi-potensi di TNBD dapat diketahui
bahwa terdapat beberapa tempat yang berpotensi sebagai ODTWA yaitu Gua Kelelawar, Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik, Air Terjun Talon dan Air Terjun Lubuk Jering.
ODTWA tersebut selanjutnya dinilai menurut kriteria
penilaian yang dipakai sebagai dasar dalam penilaian ODTWA ini yaitu daya tarik, aksesibilitas, kondisi lingkungan sosial ekonomi, akomodasi, sarana prasarana penunjang dan ketersediaan air bersih. A.1.1. Daya Tarik
Daya tarik merupakan faktor yang membuat orang berkeinginan untuk
Tabel 4. Daya tarik obyek wisata alam di TNBD No. 1.
Obyek Wisata Alam Gua Kelelawar
2.
Demplot Tanaman Obat
3.
A ek Manitik
Daya Tarik Gua alam berbatu • Fauna : kelelawar, ular dan landak • Flora : kedundung tunjuk, sebalik sumpah, bambu, rotan : menikmati keindahan, tracking , berkemah, • Kegiatan penelitian /pendid ikan, hiking Demplot berisi sekitar 52 jenis tanaman obat yang berasal • dari Bukit Duabelas Flora : meranti, bambu, rotan • Fauna : berbagai jenis burung, simpai, bajing, monyet • ekor panjang : menikmati keindahan, tracking, berk emah, • Kegiatan penelitian /pendid ikan, hiking terjun setinggi 5 m, di sebelah kanan air terjun • Air terdapat gua sarang kelelawar (lebar 6 m, 1.5 m dan dalam 4 m) •
Pada dinding air terjun juga terdapat lubang berdiameter 2.5 m : menikmati keindahan, tracking , memancing, • Kegiatan berenan g, berkemah , penelitian/ pendid ikan, hiking • Flora : bulian, kempas, meranti, rotan, bambu : burung gagak, simpai, monyet ekor panjang, • Fauna bajing • Air terjun bertingkat tiga dengan tinggi sekitar 7 m, 4 m dan 2 m tracking , • Kegiatan : menikmati keindahan, memancing, berenan g, berkemah , penelitian/ pendid ikan, hiking • Flora : pisang hutan, bernai, kasai, bayas, dan harendong bul u kupu-kupu, burung elang, simpai, monyet ekor • Fauna : pan jan g, dan ikan hias yang terdapat di sung ai •
4.
Air Terj un Talo n
5.
Air
Terjun
Lubuk
Tabel 5. Penilaian kriteria daya tarik wisata alam di TNBD Obyek Wisata Alam Unsur-unsur Penilaian
No.
1.
Keunikan sumberdaya alam 2. Kepekaan sumberdaya alam 3. Variasi kegiatan 4. Jenis sumberdaya alam yang menonjol 5. Kebersih an lokasi 6. Keam anan 7. Kenyaman an Jumlah (nilai x bobot (6))
Gua Kelelawar
Demplot Tanaman Obat
Aek Manitik
Air Terjun Talon
15
10
10
15
Air Terjun Lubuk Jering 10
20
25
10
10
10
25 20
25 15
30 25
30 25
30 25
30 20 25 930
30 25 30 960
30 25 30 960
30 25 30 990
30 20 30 930
Penilaian kriteria daya tar ik pada obyek wisata alam di TNBD terlihat bahwa Air Terjun Talon memiliki nilai daya tarik tertinggi yaitu sebesar 990 kemudian Demplot Tanaman Obat dan Aek Manitik memiliki nilai daya tarik yang sama yaitu 960 selanjutnya Gua Kelelawar dan Air Terjun Lubuk Jering mendapat nilai paling rendah yaitu sebesar 930. •
Gua Kelelawar
Daya tarik Gua Kelelawar adalah keunikan berupa gua berbatu besar. Gua ini terletak di Bukit Punai Banyak. Gua ini sangat gelap karena tidak ada lubang
yang dipercaya dapat menangkal sumpah serapah orang), bambu dan rotan. Fauna yang dapat dijumpai selama perjalanan menuju Gua Kelelawar antara lain siamang, burung gagak, burung pelatuk, kangkareng, dan katak bertanduk. Selain itu di dalam gua juga terdapat fauna antara lain kelelawar, ular dan landak. Kebersihan lokasi Gua Kelelawar ini sangat baik, bebas dari pengaruh industri, jalan ramai, pemukiman penduduk, sampah, vandalisme dan pencemaran lain. Keamanannya cukup baik meskipun ada kepercayaan Orang Rimba mengenai gua ini namun cukup aman karena tidak ada arus sungai yang berbahaya, tidak ada penebangan dan perambahan serta tidak ada pencurian.
Gua Kelelawar juga
cukup nyaman walaupun ada bau yang cukup mengganggu berasal dari kotoran kelelawar namun udaranya sejuk, bebas kebisingan dan tidak ada lalu lintas umum yang mengganggu. Gua Kelelawar ini sama sekali belum dikelola. Pengunjung yang datang pun belum ada.
Diperlukan perencanaan yang matang dan
pengkajian secara mendalam tentang gua ini sehingga dapat menarik minat pengunjung untuk datang.
Tumbuhan-tumbuhan obat tersebut dikumpulkan dan ditanam di satu lokasi yang disebut demplot. Demplot tanaman obat ini dibuat sekitar tahun 2001. Di dalam demplot seluas 0.5 Ha ini terdapat sekitar 101 jenis tanaman obat yang berasal dari Bukit Duabelas namun saat ini hanya terdapat sekitar 52 jenis tanaman obat saja.
Tanaman obat tersebut telah diberi la bel berisi keterangan
mengenai nama lokal, khasiat, bagian yang digunakan dan cara penggunaannya. Demplot Tanaman Obat ini memiliki nilai pengetahuan mengenai berbagai jenis, khasiat, bagian yang digunakan dan penggunaan tumbuhan obat yang terdapat di TNBD, nilai budayanya berupa penggunaan tumbuhan obat oleh Orang Rimba untuk ritual-ritual adat dan nilai pengobatan secara tradisional oleh Orang Rimba. Kegiatan yang dapat dilakukan pada obyek ini antara lain menikmati keindahan alam, tracking , berkemah, pendidikan/penelitian mengenai tumbuhan obat, dan hiking .
Flora yang terdapat disekitar demplot antara lain meranti, bambu dan
rotan. Fauna yang dapat dijumpai selama perjalanan menuju demplot antara lain berbagai jenis burung, monyet ekor panjang, bajing dan simpai. Lokasi obyek ini sangat bersih tidak ada pengaruh dari industri, jalan ramai, pemukiman, sampah, vandalisme dan pencemaran lain. Keamanannya pun baik tidak ada arus sungai yang berbahaya, tidak ada penebangan dan perambahan, tidak ada pencur ian dan tidak ada kepercayaan yang mengganggu.
Demplot Tanaman Obat ini sangat
optimal.
Hal ini terlihat dari kondisi demplot yang kurang terawat dan
berkurangnya jenis tanaman obat di dalam demplot. •
Aek Manitik
Aek Manitik merupakan air terjun denganketinggian sekitar 5 m. Air terjun ini berada di dalam kawasan TNBD secara geografis terletak pada 01 055’21” LS 0
dan 102 34’58” BT. Disebut “aek manitik” berasal dari kata aek titek (bahasa rimba) yang artinya air yang jatuh. Air ini berasal dari aliran Sungai Paku Aji dengan debit sekitar 20 liter/detik. Di sebelah kanan air terjun terdapat gua sarang kelelawar (lebar 6 m x 1.5 m x dalam 4 m). Pada dinding air terjun juga terdapat lubang berdiameter 2.5 m(Tim Identifikasi Obyek Wisata Alam Taman Nasional Bukit Duabelas dan Hutan Wisata Bukit Sari, 2002). Kegiatan yang dapat dilakukan di lokasi ini antara lain menikmati keindahan alam, memancing, trecking , berenang, berkemah dan hiking . Jenis sumberdaya yang menonjol adalah batuan yang terdapat di Sungai Paku Aji, air terjun yang jernih dan belum tercemar. Flora di sekitar Aek Manitik antara lain bulian, meranti, bambu dan rotan.
Fauna yang dapat dijumpai sepanjang
perjalanan menuju Aek Manitik antara lain burung gagak, bajing, simpai, dan monyet ekor panjang. Obyek Aek Manitik ini sangat bersih, tidak ada pengaruh dari industri, jalan ramai, pemukiman, sampah, vandalisme dan pencemaran lain.
mengalir pada air terjun ini sangat jernih. Terdapat kolam di bawah air terjun dengan kedalaman ± 4 m (Tim Identifikasi Obyek Wisata Alam Taman Nasional Bukit Duabelas dan Hutan Wisata Bukit Sari, 2002). Kolam ini dapat digunakan untuk berenang/mandi, kegiatan lain yang dapat dilakukan di lokasi ini yaitu memancing, trecking , berkemah, dan hiking .
(a) (b) Gambar 4. Air Terjun Talon : (a) tingkat satu setinggi 7 m, (b) tingkat dua setinggi 4 m. Jenis sumberdaya alam yang menonjol yaitu air sungai yang jernih, batuan yang terdapat di sungai, flora yang terdapat di sekitar air terjun antara lain pisang hutan, bernai (buahnya enak dan bisa dimakan), kasai (buah seperti buah enau dan bisa dimakan), bayas, dan harendong bulu. Fauna yang dapat dijumpai antara lain
•
Air Terjun Lubuk Jering
Air terjun ini berada di dalam kawasan TNBD secara geografis terletak pada 0
0
01 56’28” LS dan 102 40’33” BT. Air terjun Lubuk Jering ini mempunyai tinggi sekitar 20 m. Airnya berasal dari sungai kecil yang mengalir ke Sungai Telentam dengan debit air ± 10 liter/detik (Tim Identifikasi Obyek Wisata Alam Taman Nasional Bukit Duabelas dan Hutan Wisata Bukit Sari, 2002).
Flora yang
terdapat disekitar jalur menuju air terjun ini antara lain durian hutan, bulian dan meranti.
Fauna yang dapat dijumpai ketika menuju air terjun ini antara lain
simpai, monyet ekor panjang, bajing, katak dan berbagai je nis burung. Kebersihan Air Terjun Lubuk Jering sangat baik, tidak ada pengaruh dari industri, jalan ramai, pemukiman, sampah, vandalisme dan pencemaran lain. Keamanannya dinilai cukup baik meskipun rawan perambahan namun tidak ada arus sungai yang berbaha ya, tidak ada pencurian dan tidak ada kepercayaan yang mengganggu.
Air Terjun Lubuk Jering juga sangat nyaman, udaranya sejuk,
bebas bau yang mengganggu, bebas kebisingan dan tidak ada lalu lintas umum yang mengganggu.
Masyarakat Desa Lubuk Jering belum banyak yang
mengetahui keberadaan air terjun ini hanya sebagian kecil saja yang sudah mengetahuinya. Pengelolaan dan pemanfaatan Air Terjun Lubuk Jering ini sama sekali belum dilakukan.
empat/roda dua dalam waktu sekitar 3 jam sedangkan dari ibukota provinsi (Jambi) TNBD berjarak sekitar 220 km dapat ditempuh dalam waktu ± 5 jam (BKSDA Jambi, 2004). Aksesibilitas me nuju TNBD meliputi : 1. Akses Regional Letak geografis kawasan TNBD yang berada di bagian tengah wilayah Provinsi Jambi memberikan kemudahan pencapaian darat Lintas Tengah Sumatera.
Jalur ini terhubung langsung dengan sejumlah pintu masuk
regional/internasional perhubungan udara dan laut yaitu : •
Bagian Utara Sumatera : Banda Aceh, Medan, Padang, Pekanbaru
•
Bagian Selatan Sumatera : Bakauheni dan Bandar Lampung.
2. Akses Pencapaian Kawasan Kawasan TNBD perwilayahan kabupaten dapat diakses dari masing-masing ibukota kabupaten. Kawasan TNBD dapat dicapai melalui : •
Wilayah Kabupaten Sarolangun ü
Sarolangun => 75 km => Bangko => 62 km => Air Hitam (Pematang Kabau)
ü
Sarolangun => 24 km => Pauh => 60 km => Air Hitam (Pematang Kabau)
•
Wilayah Kabupaten Tebo
Penilaian komponen aksesibilitas meliputi beberapa unsur yaitu kondisi dan jarak jalan darat, tipe jalan dan waktu tempuh dari pusat kota. Tipe jalan menuju obyek memiliki nilai terbesar yaitu 30 untuk tipe jalan yang terbuat dari tanah. Tipe jalan tersebut diberi nilai tertinggi karena obyek berada di dalam kawasan taman nasional yang memang tidak dianjurkan untuk dilakukan pengerasan jalan. Kondisi jalan yang bagus (pengerasan jalan) menuju obyek wisata di kawasan taman nasional bukanlah merupakan sesuatu yang menyebabkan aksesibilitas menjadi tinggi.
Hal yang terpenting adalah kemudahan dalam mencapai dan
menemukan obyek wisata yang dituju.
Pengunjung yang diharapkan datang
adalah pengunjung ekowisata yang tidak membutuhkan fasilitas yang lengkap yang terpenting adalah ada jalan yang jelas menuju obyek.
Hasil penilaian
aksesibilitas disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Penilaian kriteria aksesibilitas obyek di TNBD Obyek Wisata Alam No.
1.
Unsur-unsur Penilaian
Aek Manitik
Air Terjun Talon
Air Terjun Lubuk Jering
60
60
40
20
25 15 5
25 15 5
25 15 5
25 15 5
Gua Kelelawar
Demplot Tanaman Obat
Kondisi dan jarak jalan dara t: <5 km
20
5-10 km 10-15 km > 15 km
25 15 5
menggunakan kendaraan roda dua/empat kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 100 meter melewati jalan setapak. Jalan menuju lokasi Aek Manitik dapat ditempuh dengan melewati jalur menuju Demplot Tanaman Obat di lanjutkan dengan berjalan kaki selama ± 2 jam ke arah Timur melewati Kelompok Tumenggung Tarip. Jalan menuju obyek ini berupa jalan setapak dan melewati beberapa anak sungai.
Jalur menuju Aek
Manitik kurang begitu jelas sehingga dibutuhkan pemandu untuk dapat menemukan lokasi ini.
Dok. BKSDA Prov. Jambi
(a)
Dok. BKSDA Prov. Jambi
(b)
pemandu yang dapat menunjukkan lokasinya karena jalan untuk menemukan letak air terjun masih kurang jelas karena tertutup tumbuhan bawah. Air Terjun Lubuk Jering ini dapat ditempuh dari Pauh dan Bangko menuju Desa Lubuk Jering pada Km 33 dilanjutkan dengan kendaraan roda dua atau berjalan kaki melewati jalan setapak ke arah Timur melewati perkebunan karet milik penduduk Desa Lubuk Jering sejauh ± 3.5 km kemudian berjalan kaki naikturun bukit sejauh 1.5 km. Jalur menuju Air Terjun Lubuk Jering saat ini dalam kondisi yang buruk karena sudah tidak dapat diketahui secara jelas jalur yang ada akibat penutupan oleh tumbuhan bawah (semak belukar) dan belum ada papan petunjuk arah sehingga obyek ini sulit ditemukan. Sama halnya dengan kondisi jalur pada Air Terjun Lubuk Jering jalur menuju Gua Kelelawar juga tidak begitu jelas akibat penutupan tumbuhan bawah. Untuk menemukan lokasi gua harus menggunakan pemandu dari Orang Rimba karena pihak pengelola sendiri belum mengetahui adanya obyek Gua Kelelawar ini. A.1.3. Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi
Penilaian kriteria kondisi lingkungan sosial ekonomi diperlukan karena sangat penting dalam mendukung potensi pasar.
Penilaian kriteria kondisi
lingkungan sosial ekonomi dinilai dalam radius 5 km dari batas kawasan intensive use atau jarak terdekat dengan obyek Unsur -unsur yang dinilai adalah tata ruang
Hasil penilaian kondisi lingkungan sosial ekonomi masing-masing obyek menunjukkan bahwa semua obyek menghasilkan nilai yang sama yaitu sebesar 375. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan sosial ekonomi di sekitar obyek wisata alam yang ada di TNBD relatif sama. Penataan ruang wilayah obyek wisata alam di TNBD belum ada sama sekali. Status lahan semua obyek tersebut adalah hutan negara yang dikelola oleh BKSDA Jambi.
Mata
pencaharian penduduk sekitar obyek sebagian besar adalah petani karet dengan tingkat pendidikan sebagian besar adalah lulus Sekolah Dasar. A.1.4. Akomodasi
Akomodasi merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan wisata khususnya dari pengunjung yang cukup jauh. Unsur -unsur yang dinilai adalah jumlah penginapan dan jumlah kamar (radius 15 km dari obyek). Hasil pengamatan di lapangan dan informasi dari petugas serta masyarakat sekitar diketahui bahwa di sekitar TNBD belum terdapat penginapan yang disediakan bagi pengunjung TNBD.
Pengunjung yang datang dari luar kota biasanya
menginap di penginapan/hotel yang ada di Kota Bangko keesokan harinya baru melanjutkan perjalanan menuju TNBD. Biasanya pengunjung yang datang dari jauh dipersilahkan beristirahat di pondok Satuan Kerja (Satker) TNBD di Desa Pematang Kabau. Ada juga yang memilih mendirikan tenda di dalam kawasan
Tabel 8. Penilaian sarana-prasarana penunjang di TNBD Obyek Wisata Alam
1.
Prasarana
20
20
20
30
Air Terjun Lubuk Jering 20
2.
Sarana
30
30
30
30
10
150
150
150
180
90
Unsur-unsur Penilaian
No.
Jumlah (nilai x bobot (3))
Gua Kelelawar
Demplot Tanaman Obat
Aek Manitik
Air Terjun Talon
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui obyek Air Terjun Talon memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 180 kemudian Gua Kelelawar. Demplot Tanaman Obat dan Aek Manitik memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 150 selanjutnya Air Terjun Lubuk Jering memiliki nilai terendah sebesar 90. Desa Bukit Suban merupakan desa terdekat dengan Gua Kelelawar. Sarana dan prasarana penunjang yang terdapat di desa tersebut adalah rumah makan, pasar tradisional yang hanya buka pada hari Selasa dan Puskesmas pembantu. Demplot Tanaman Obat dan Aek Manitik merupakan obyek wisata terdekat dengan Desa Pematang Kabau.
Sarana-prasarana penunjang yang ada yaitu
warung makan, pasar tradisional yang hanya buka pada hari Jumat dan Puskesmas pembantu.
Desa Pematang Kabau dan Desa Bukit Suban belum mempunyai
jaringan listrik. Menurut informasi dalam waktu dekat kedua desa tersebut akan dilengkapi jaringan listrik.
Desa Jernih merupakan desa terdekat dengan Air
A.1.6. Ketersediaan Air Bersih
Air bersih merupakan faktor yang harus tersedia dalam pengembangan suatu obyek baik untuk pengelolaan maupun pelayanan.
Unsur-unsur yang dinilai
meliputi volume/ketercukupan air, jarak sumber air terhadap obyek, kemudahan air dialirkan ke obyek, kelayakan konsumsi dan kontinuitas.
Hasil penilaian
kriteria ketersediaan air bersih selengkapnya disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Penilaian ketersediaan air bersih No.
Unsur-unsur Penilaian
Volume/kete rcuk upan Jarak sumber air terhadap lokasi obyek 3. Dapat tidaknya/kemudahan air dialirkan ke obyek 4. K ela yak an d ik on su ms i 5. Kontinuitas Jumlah (ni lai x bobot (6))
Gua Kelelawar
Obyek Wisata Alam Demplot Aek Air Tanaman Manitik Terjun Obat Talon
25 30
30 30
30 30
30 30
Air Terjun Lubuk Jering 30 30
20
25
30
30
30
25 30 780
25 30 840
25 30 870
25 30 870
25 30 870
1. 2.
Kawasan TNBD merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan tropis dataran rendah dan merupakan daerah tangkapan air penting bagi DAS Batanghari. Kawasan
TNBD
merupakan
kawasan
hulu
dari
sejumlah
Volume/ketercukupan air pada obyek wisata di TNBD dinilai banyak.
sungai. Jarak
A. 2. Rekapitulasi Penilaian ODTWA
Penilaian ODTWA di dalam kawasan TNBD dilakukan pada obyek Gua Kelelawar, Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik, Air Terjun Talon dan Air Terjun Lubuk Jering. Penilaian yang dilakukan meliputi enam kriteria yaitu daya tarik, aksesibilitas, kondisi lingkungan sosial ekonomi, akomodasi, sarana prasarana penunjang dan ketersediaan air bersih. Hasil penilaian keenam kriteria tersebut dapat direkapitulasi dengan hasil penilaiannya tersaji dalam Tabel 10. Tabel 10. Rekapitulasi penilaian ODTWA No.
Kriteria penilaian
Gua Kelelawar
Demplot Tanaman Obat
Aek Manitik
Air Terjun Talon
1. 2. 3.
Daya Tarik Aksesibilitas Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi Akomodasi Sarana-Prasarana Penun jang Ketersediaan Air Bersih Jum lah
930 525 375
960 725 375
960 725 375
990 625 375
Air Terjun Lubuk Jering 930 525 375
150 780 2760
150 840 3050
150 870 3080
180 870 3040
90 870 2790
4. 5. 6.
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa obyek Aek Manitik memiliki nilai tertinggi yaitu 3080 kemudian Demplot Tanaman Obat (3050), Air Terjun Talon (3040), Air Terjun Lubuk Jering (2790) dan Gua Kelelawar (2760). Dari hasil tersebut dapat ditentukan obyek prioritas untuk dikembangkan sebagai obyek wisata alam di TNBD yaitu Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik dan Air Terjun
Sumberdaya alam yang terdapat di TNBD dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan akan pangan, pengobatan tradisional dan upacara/ritual adat. Orang Rimba berprinsip ’ado ’ado rimbo ado bungo, ado bungo ado dewa, hopi ado rimbo hopi ado pulo perkawinan, habiy lah Orang Rimbo’, artinya ada rimba ada bunga, ada bunga ada dewa, tidak tidak ada rimba tidak ada pula perkawina n, habislah Orang Rimba. Maksudnya adalah dalam adat istiadat perkawinan Orang Rimba memerlukan beberapa jenis bunga yang terdapat di rimba.
Bunga ini
digunakan untuk memanggil para dewa. Apabila bunga sudah tidak ada lagi di dalam rimba maka dewa tidak akan datang dan perkawinan tidak dapat terlaksana sehingga Orang Rimba tidak dapat lagi mempunyai keturunan dan lama-kelamaan akan habis. Kelompok Orang Rimba yang selama ini menjadi tujuan wisata di TNBD adalah Kelompok Tumenggung Tarip di Kecamatan Air Hitam. Tumenggung
Tarip
merupakan
Orang
Rimba
contoh/panutan bagi Orang Rimba yang lain.
yang
dapat
dijadikan
Tumenggung Tarip pernah pernah
mendapat KEHATI award dalam dalam kategori perintis lingkungan pada tahun 2000.
penggunaan penggunaan ‘lantak’ ‘lantak’ (patok dari kayu) untuk memanjat memanjat pohon sialang tersebut. tersebut. Hal ini sangat menarik untuk dilihat dan diketahui.
Dok. BKSDA Prov. Jambi
Dok. BKSDA Prov. Jambi
(a)
(b)
Dok. BKSDA Prov. Jambi
(c) (c) Gambar
9. Keseharian Orang Rimba : (a) menangkap ikan dengan tombak, (b) memanen Rotan Manau, (c) menangkap ikan dengan tuba akar.
Adat istiadat/kebudayaan lain seperti asal-usul, hukum adat, struktur pemerintahan dan sistem kepemimpinan, kehidupan ekonomi, sosial dan budaya,
Indonesia. Untuk memudahkan pengunjung dalam berkomunikasi dengan Orang Rimba diperlukan pendamping/fasilitator. Pendamping tersebut dapat berasal dari pengelola pengelola TNBD (petugas) (petugas) atau dari LSM KKI Warsi yang memang selama ini berinteraksi berinteraksi dengan dengan Orang Rimba dalam dalam bidang pendidikan pendidikan dan pendamping pendampingan. an. Pengunjung juga dapat belajar kepada induk (sebutan bagi ibu-ibu Orang Rimba) mengenai cara membuat hasil kerajinan Orang Rimba yaitu ambung (wadah terbuat dari rotan biasanya digunakan sebagai tempat hasil memancing ikan).
Hasil kerajinan tangan lainnya yaitu tikar pandan dan kalung/gelang
sebalik sumpah (terbuat dari biji sebalik sumpah yang dipercaya dapat menangkal sumpah sump ah serapah serap ah orang lain). Hasil kerajinan ini belum dipasarkan hanya untuk keperluan keperl uan sehari sehar i- hari.
Pengunjung bisa memesan dan membeli kepada Orang
Rimba namun harus dipesan jauh-jauh hari (tidak bisa langsung).
Dok. KKI- Warsi
(a) (b) Gambar 10. (a) Ambung, salah satu hasil kerajinan tangan Orang Rimba dan (b)
menuju sumber air panas ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 75 m. Air panas ini berbentuk kolam-kolam kecil yang muncul di tiga tempat dengan suhu air sekitar 32 sekali tidak dikelola.
0
C. Kondisinya sangat memprihatinkan karena sama
Keadaan sekitarnya merupakan tanah berawa dan
bergambut tebal dengan air berwarna hitam sehingga sulit diketahui seberapa besar sumber air panas te rsebut. Sumber air panas ini terletak di bawah pohon beringin yang besar. Airnya tidak mengalir dan selalu ada (tidak pernah kering) meskipun musim kemarau. Flora yang terdapat di lokasi ini antara lain beringin, pulai, harendong raja, dan anggrek hutan.
(a) (b) Gambar 11. (a) Sumber Air Panas Desa Baru yang terletak dibawah pohon beringin dan (b) pohon beringin 2. Sumber Air Panas Bukit Suban
lain-lain.
Sumber air air panas ini pertama pertama kali ditemukan oleh Orang Rimba.
Kepercayaan masyarakat Desa Bukit Suban (orang dusun) apabila terkena penyak penyakit it maka maka harus segera mandi/berendam mandi/berendam di air panas tersebut sebelum matahari muncul/terbit. Dahulu banyak orang yang datang dari berbagai daerah seperti Medan, Sumatera Barat, Sumatera Selatan yang datang ke lokasi ini untuk berendam berendam dan mengambil mengambil air tersebut untuk obat.
Namun sekitar tahun
1986/1987 sumber air panas ini sempat menjadi dingin selama setengah bulan. Menurut penduduk desa hal ini disebabkan karena banyak yang menyalahgunakan sumber air panas ini. Adanya beberapa oknum ”dukun” yang mengaku dapat menyembuhkan penyakit padahal penyembuhan penyakit tersebut adalah dari sumber air panas. Kejadian tersebut menyebabkan pengunjung menjadi semakin berkurang. berkurang. Dahulu pernah ada pengunjung pengunjung dari Sumatera Barat yang lumpuh kemudian ia berobat ke air panas Desa Des a Bukit Suban. Mengingat kondisi fisiknya yang sudah tua dan pada waktu itu banyak sekali pengunjung yang berendam di kolam tersebut akhirnya pengunjung itu meninggal dunia di lokasi sumber air panas. Di dekat jalan jalan besar setelah masuk masuk ke lokasi sumber sumber air panas Bukit Suban (± 100 m dari danau) terdapat makam Orang Rimba bernama Tumenggung Besiring. Beliau adalah Orang Rimba yang sudah memeluk agama Islam dan berganti berganti nama menjadi menjadi Muhammad Ali.
kedalaman ± 4 m. Kawasan ini dahulu dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum namun sekarang tidak ada pengelolanya. Air Dam tersebut berasal dari Sungai Jernih. Dinamakan Sungai Sungai Jernih karena karena airnya sangat jernih jernih tidak berlumpur berlumpur meskipun saat hujan hujan dan tidak pernah kering walaupun kemarau. Air di sungai sungai sangat jernih sampai ke dasar sungainya sehingga ikan-ikan yang hidup di sungai juga kelihatan. kelihatan.
Sungai ini dimanfaatkan dimanfaatkan oleh masyarakat masyarakat desa untuk mandi,
mencuci dan keperluan lainnya.
Di dekat Dam tersebut terdapat danau yang
mengeluarkan air yang bersuara (meruap). Sumber air dengan arus deras keluar dari dasar Dam yang kedalaman se kitar 8 m. Air meruap artinya artinya air yang yang keluar dari dasar sungai dengan debit yang tinggi sehingga terdengar sampai kejauhan. Kenyataan dilapangan lokasi tersebut terletak di tengah bendungan dan sudah tidak diketahui dimana sumbernya karena ditumbuhi rumput yang tebal dan tidak pernah pernah dibersihk dibersihkan. an. Menurut Kepala Desa Jernih bahwa danau ini angker dan di dalam danau ini terdapat buaya putih yang tidak memiliki ekor tapi buaya ini tidak mengganggu. Selain itu juga terdapat ular dan ikan Toman Toman yang jahat.
Dahulu ada salah
seorang warga yang bermimpi melihat ular berkepala manusia menyerupai putri yang sangat cantik. Di dalam danau danau ini juga terdapat banyak sekali batu untuk cincin yang sudah dapat langsung digunakan karena telah digosok oleh air yang
D. Pengunjung Taman Taman Nasional Bukit Duabelas Duabelas D.1. Keadaan Pengunjung
Pendataan jumlah pengunjung di TNBD dilakukan dengan melihat SIMAKSI (Surat (Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi) Konservasi) yang ada. ada. Data mengenai mengenai jumlah jumlah pengunjung pengunjung TNBD tahun tahun 2005 selengkapnya selengkapnya disajikan disajikan pada Tabel Tabel 11. Tabel 11. Pengunjung Taman Taman Nasional Bukit Duabelas Tahun 2005 No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Bulan
Februari Febru ari Maret Ap ril ri l Mei Juni Jun i Juli Agu stu s Septemb Sep temb er Jum lah
Penelitian DN LN 5 5 7 4 1 4 3 3 1 25 8
Sumber : BKSDA Jambi, 2005 Ket : DN = dalam negeri/domestik
Widyaw isata DN LN 1 48 49 -
Rekreas i DN LN 35 35 -
Jumlah DN LN 5 5 7 4 1 4 3 3 36 49 109 8
LN = luar negeri/mancanegara
Berdasarkan data jumlah pengunjung pengunjung tahun 2005 2005 (Febr uari-September) ua ri-September) dapat diketahui bahwa pengunjung TNBD berasal dari dalam dan luar negeri. Jumlah pengunjung yang berasal dari dalam negeri relatif lebih banyak dibandingkan pengunjung luar negeri. Jumlah pengunjung terbanyak adalah pada bulan September dan bulan Agustus. Pengunjung yang datang ke TNBD adalah pengunjung pengunjung widyawisata, widyawisata, pengunjung pengunjung rekreasi rekreasi dan peneliti. peneliti. Promosi Promosi mengenai mengenai
Dok. KKI-Warsi
(a)
Dok. BKSDA Prov. Jambi
(b) Gambar 14. Kegiatan yang dilakukan pengunjung TNBD : (a) pengkajian kebudayaan Orang Rimba dan (b) outbond. D.2. Karakteristik Pengunjung
Karekteristik pengunjung sangat penting diketahui untuk menentukan bentuk dan kegiatan wisata yang sesuai dengan karakter pengunjung yang datang dan diharapkan datang.
Karakter pengunjung diketahui dari hasil penyebaran
kuesioner. Karakter pengunjung yang perlu diketahui tersebut antara lain umur, jenis kelamin, asal, pendidikan terakhir, pekerjaan dan status perkawinan. Karakteristik pengunjung TNBD dari hasil penyebaran kuesioner secara lengkap
Lanjutan Tabel 12. No. Karakteris tik Tani PNS Pelajar 6. Status perkaw inan : Menikah Belum menikah
Persentase (%)
30 30 20 50 50
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa karakter pengunjung TNBD umumnya berumur antara 17-32 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan berasal dari daerah sekitar TNBD (Kabupaten Sarolangun). Tingkat pendidikan sebagian besar SMP dengan pekerjaan sebagai besar adalah tani dan PNS dan berstatus sudah menikah (50 %). D.3. Motif, Aktivitas dan Persepsi Pengunjung
Motif wisata atau disebut juga motif perjalanan adalah hasrat pembawaan dalam bentuknya yang konkret yang berupa keperluan atau dorongan atau alasan tertentu. Sudah tentu motif perjalanan itu berbeda menurut tingkat kebudayaan orang yang mengadakan perjalanan.
Makin tinggi kebudayaannya makin
beranekaragam pula motif perjalananya (Soekadijo, 2000). Motif, aktivitas dan persepsi pengunjung TNBD dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Motif, aktivitas dan persepsi pengunjung TNBD No.
Parameter
Persentase (%)
Lanjutan Tabel 13. No. Parameter 6. Tujuan datang : Menikmati pemandangan Suasana tenang dan nyaman Pendidikan/penelitian Menikmati keunikan flora/fauna Menikmati kebudayaan Mengisi waktu luang Lain-lain Aktivitas 1. Kendaraa n : Pribadi Umum Sewaan Lainnya 2. Kegiatan yang disukai : Melihat pemandangan alam Melihat/mengamati flora-fauna Menjelajah Berkemah Penelitian Fotografi Lainnya Persepsi 1. Obyek unggulan : Sumber air panas Bukit Suban Air terjun Lubuk Jering Air terjun Talon Aek menitik Air Meruap Sumber air panas Desa Baru Lainnya (SAD) 2. Hambatan :
Persentase (%)
40 10 10 20 0 40 0
50 20 0 30 50 10 30 0 10 0 0
30 20 10 10 10 0 20
libur dan hari biasa. Tujuan mereka mengunjungi kawasan bermacam-macam ada yang sekedar menikmati pemandangan dan mengisi waktu luang. Pengunjung TNBD umumnya datang dengan menggunakan kendaraan pribadi. Kegiatan yang banyak disukai yaitu menikmati pemandangan alam dan menjelajah.
Persepsi pengunjung terhadap TNBD bahwa obyek wisata yang
menjadi unggulan TNBD adalah Sumber Air Panas Bukit Suban. Pengunjung sebagian besar menyatakan tidak mengalami hambatan untuk mengunjungi kawasan meskipun kondisi jalan yang masih buruk terutama saat musim hujan. Kondisi sarana dan prasarana dinilai masih kurang Baik. pengelolaan dinilai cukup baik oleh pengunjung (60%).
Untuk sistem
Semua pengunjung
merasa senang telah berkunjung ke TNBD meskipun sa rana-prasarana masih sangat kurang namun dengan udara yang sejuk, pemandangan yang indah, serta flora dan faunanya mereka merasa sangat senang dan berminat untuk berkunjung kembali ke TNBD.
D.4. Harapan Pengunjung
Secara umum pengunjung TNBD menginginkan adanya penambahan dan perbaikan fasilitas dan sarana-prasarana penunjang seperti jalan, transportasi, jaringan
listrik
dan
peningkatan
pelayanan
pengunjung.
Mereka
juga
yaitu Desa Bukit Suban, Desa Pematang Kabau, Desa Lubuk Jering, Desa Jernih, Desa Semurung dan Desa Baru. Desa-desa tersebut memiliki kebudayaan berupa tari-tarian tradisional. Pertunjukan tari-tarian tersebut kini sudah jarang sekali diselenggarakan.
Tari-
tarian tersebut meliputi tari tauh, tari hitam manis, tari dana, tari cerai kasih, tari kain, tari payung, tari piring 12, pencak silat, lukah gilo dan kesenian biduk sayak (seni berbalas pantun, biasanya dilakukan oleh muda -mudi).
Selain tari-tarian
tradisional masyarakat desa juga memiliki kerajinan tangan antara lain nyiru (tempat untuk menampi beras), tikar pandan, ambung, bakul nasi, kursi rotan, topi, tudung nasi, sangkek (keranjang), dan atap daun pandan. Hasil kerajinan tersebut hanya dimanfaatkan untuk keperluan sendiri (belum diperjual belikan). Pengetahuan masyarakat desa mengenai wisata di TNBD dinilai masih kurang. Umumnya masyarakat hanya mengetahui potensi wisata yang ada namun masyarakat tidak mengetahui rencana pengelola terhadap potensi tersebut. Pelibatan masyarakat desa dan Orang Rimba dalam kegiatan wisata yaitu sebagai peserta pelatihan pemanduan wisata alam yang diselenggarakan oleh pengelola dan dilibatkan sebagai pemandu yang menunjukkan kepada pengelola dan pengunjung mengenai lokasi obyek yang mereka ketahui. dengan
tokoh
masyarakat
menyebutkan
bahwa
Hasil wawancara
masyarakat
desa
sangat
(Polisi Hutan). Petugas tersebut secara bergiliran melaksanakan piket (per 15 hari sebanyak dua orang PEH dan dua orang Polhut) yang bertugas mengawasi TNBD. Komposisi dan jumlah pegawai BKSDA Jambi masih belum mencukupi untuk mengelola beberapa kawasan konservasi yang ada di Provinsi Jambi begitu pula halnya dengan kawasan TNBD. Jumlah petugas yang sedikit dan bertugas mengawasi sebuah taman nasional yang mempunyai luas wilayah sebesar 60.500 Ha dirasa tidak efektif.
Bagian khusus yang menangani kepariwisataan di
kawasan TNBD juga belum ada.
Hal ini merupakan salah satu kendala yang
dihadapi pengelola. Untuk itu perlu adanya penambahan dan peningkatan kualitas dan kuantitas pegawai sehingga pengelolaan dapat menjadi lebih optimal. Pelayanan pengunjung yang ada berupa kegiatan pemanduan kepada pengunjung. Kerjasama dan kegiatan yang pernah dilakukan pengelola dalam kegiatan wisata di TNBD antara lain : 1. Ekspedisi Biomedika oleh Tim Gabungan Depkes–IPB–UI–LIPI di kawasan ex Cagar Biosfer tahun 1998. 2. Eksplorasi flora oleh Balai Pengembangan Kebun Raya LIPI Bogor tahun 2003. 3. Eksplorasi Rotan Manau (Calamus manan Miq) oleh Balai Pengembangan Kebun Raya LIPI Bogor di kawasan ex Cagar Biosfer Kecamatan Pauh
Sarana merupakan fasilitas yang secara langsung dapat menunjang kegiatan wisata sedangkan prasarana merupakan penunjang sarana atau fasilitas yang secara tidak langsung menunjang kegiatan wisata. Sarana -prasarana yang terdapat di TNBD selengkapnya disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Sarana dan prasarana yang ada di TNBD saat ini No.
Sarana dan Prasarana
Jumlah (Unit)
Lokasi
1.
Kantor Seksi Wilayah
2
Bangko dan Muara Bulian
2.
Pos Jaga
2
Bukit Suban dan Sungai Jernih
3.
Pondok Kerja
1
Pematang Kabau
4.
Pusat Informasi
1
Pematang Kabau
5.
Gerban g
1
Pematang Kabau
6.
Shelter
1
Pematang Kabau
Sumber : BKSDA Jambi (2004) .
Sarana dan prasarana yang terdapat di TNBD dinilai masih sangat kurang sehingga perlu adanya penambahan fasilitas yang mendukung kegiatan wisata dan perbaikan fasilitas yang sudah ada.
Sarana-prasarana wisata yang terdapat di
TNBD antara lain shelter sebanyak satu buah yang terletak pada jalur menuju Demplot Tanaman Obat dengan kondisi baik. Jalan trail yang belum terdapat petunjuk arah menuju obyek sehingga agak menyulitkan pengunjung.
Papan
informasi/pengumuman juga masih kurang hanya berupa papan larangan dan himbauan untuk tidak berburu dan menebang pohon dengan kondisi yang tidak terlalu baik dan ada yang roboh bahkan sudah tidak dapat dibaca lagi.
a. Undang-Undang No. 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan. b. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. c. Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. d. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. e. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. f. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Hutan Raya. g. Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. h. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam i. Keputusan Presiden No. 111 Tahun 1999 tentang Pembinaan Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil. j. Keputusan Direktur Jenderal PHPA No. 129/Kpts-VI/1996 tentang Pola Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, taman Buru
b. Mengintegrasi
kebijakan
pengembangan
kawasan
kedalam
kebijakan
pembangunan daerah. c. Memperkuat sistem pe ngelolaan kawasan. d. Memulihkan keutuhan habitus kawasan. e. Meningkatkan manfaat sosial dan ekonomi kawasan. Perencanaan obyek dan daya tarik wisata (BKSDA Jambi, 2004) yang akan dikembangkan di TNBD antara lain : a. Wisata budaya Orang Rimba. b. Merancang dan mengembangkan areal budidaya biota obat hutan dan tanaman hias. c. Mengembangkan penangkaran satwa. d. Mengembangkan sarana, prasarana dan program interpretasi pariwisata untuk memicu pertumbuhan kunjungan wisatawan. e. Mengembangkan laboratorium alam terbuka. f. Menyelenggarakan promosi pariwisata Kabupaten Sarolangun. g. Melakukan pengkajian teknis pengembangan Pusat Penyelamatan Satwa Endemik Sumatera. Berdasarkan perencanaan tersebut terlihat bahwa obyek dan daya tarik wisata yang dinilai belum secara jelas disusun perenc anaan wisata alamnya.
kriteria ODTWA menghasilkan tiga obyek yang menjadi prioritas pengembangan wisata alam di TNBD yaitu Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik dan Air Terjun Talon. Berdasarkan potensi yang dimiliki obyek prioritas tersebut dapat disusun alternatif perencanaan wisata alam pada masing-masing obyek. G.1.1. Demplot Tanaman Obat
Potensi flora berupa tanaman obat dan flora lain disekitarnya serta potensi fauna yang dapat dijumpai di sepanjang jalur menuju demplot dapat menjadikan obyek ini sebagai laboratorium alam terbuka sesuai perencanaan wisata alam TNBD. Di demplot ini pengunjung dapat melihat sekitar 52 jenis tanaman obat yang berasal dari Bukit Duabelas sehingga dapat menambah pengetahuan pengunjung mengenai jenis, khasiat, bagian yang digunakan, cara penggunaan dan pemanfaatan secara tradisional oleh Orang Rimba. Melihat kondisinya saat ini untuk menambah daya tarik Demplot Tanaman Obat ini perlu dilakukan kegiatankegiatan antara lain : •
Pembuatan program perbaikan demplot dan daerah sekitar demplot beserta tanaman obatnya.
•
Perbaikan label dengan menambahkan keterangan yang lebih lengkap mengenai tanaman obat tersebut. Melengkapi jenis -jenis tanaman obat di demplot dengan jenis tumbuhan
wisata. Bentuk pondok ini dapat mengikuti/menyerupai “rumah godong“ (rumah Orang Rimba). •
Penambahan sarana dan prasarana penunjang antara lain angkutan menuju lokasi, jaringan listrik, jaringan telepon dan toko souvenir. Kegiatan yang dapat dijadikan daya tarik wisata pada Demplot Tanaman
Obat yaitu : •
Pendidikan dan penelitian Potensi tanaman obat yang terdapat di demplot dapat dijadikan sebagai obyek pendidikan dan penelitian bagi pengunjung yang ingin mengetahui dan meneliti mengenai tumbuhan obat yang terdapat di TNBD.
Kajian
pendidikan/penelitian yang dapat dilakukan antara lain mengenai jenis-jenis tumbuhan obat, khasiat, bagian yang digunakan, cara penggunaan dan pemanfaatan secara tradisional oleh Orang Rimba. •
Pengobatan ala rimba Pengobatan ala rimba adalah pengobatan secara tradisional oleh Orang Rimba dengan memanfaatkan tumbuhan obat yang terdapat di Bukit Duabelas. Pengobatan ini bisa dilakukan bagi pengunjung yang ingin mencoba pengobatan tradisional Orang Rimba.
•
Interpretasi alam
•
Wisata petualangan Kondisi alam sekitar Aek Manitik yang cukup menantang merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang menyukai petualangan di alam. Kegiatan
yang
mungkin
dilakukan
antara
lain
menikmati
keindahan/pemandangan alam, animal watching, tracking, hiking dan outbond . •
Kemah konservasi Kegiatan kemah konservasi ini ditujukan bagi pelajar/mahasiswa. Kegiatan ini di harapkan dapat menambah pengalaman, pengetahuan dan kecintaan pengunjung terhadap lingkungan.
•
Interpretasi alam Kegiatan interpretasi alam dilakukan untuk memberikan informasi pada wisatawan yang bertujuan agar mereka tertarik untuk mengetahui lebih banyak dan memberikan apresiasi terhadap alam dan budaya.
Kegiatan
interpretasi alam dilakukan untuk menambah pengetahuan, kesadaran dan kecintaan terhadap alam. Untuk
mengadakan
kegiatan
tersebut
diperlukan
pengadaan
sarana
prasarana antara lain areal camping, lokasi api unggun, kamar mandi/wc, tempat beribadah/musholla, shelter, tempat sampah, papan petunjuk arah, papan
Kegiatan
yang
mungkin
dilakukan
antara
lain
menikmati
keindahan/pemandangan alam, animal watching dan outbond , tracking dan hiking. •
Berenang Di lokasi ini terdapat sungai yang berbentuk kolam yang bisa digunakan untuk berenang.
•
Interpretasi alam Kegiatan interpretasi alam dilakukan untuk menambah pengetahuan, kesadaran dan kecintaan terhadap alam.
Kegiatan interpretasi dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Interpretasi dilakukan terhadap potensi flora dan fauna yang terdapat disekitar obyek. •
Bersepeda Kondisi lingkungan yang masih alami di sekitar Air Terjun Talon dapat dikembangkan bagi kegiatan olah raga seperti bersepeda.
Kegiatan ini
merupakan wisata terbatas bukan untuk wisata massal. Kondisi jalan yang alami dan cukup menantang menjadi tantangan tersendiri bagi pengendara sepeda gunung.
Untuk mengembangkan kegiatan ini dibutuhkan kajian
lebih lanjut sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap keutuhan kawasan.
2. Pembentukan UPT (Unit Pelaksana Teknis) Pembentukan UPT TNBD diperlukan untuk mengoptimalkan pengelolaan. Selama ini pengelola TNBD adalah BKSDA Jambi yang tidak hanya mengelola kawasan TNBD saja tetapi juga mengelola kawasan konservasi lain yang ada di Propinsi Jambi. Untuk meningkatkan pengelolaan TNBD diperlukan pengelola yang khusus (terfokus) mengelola TNBD sehingga dengan dibentuknya UPT TNBD diharapkan pengelolaan menjadi lebih optimal. 3. Pengelolaan sumberdaya manusia Untuk mendukung operasional pengelolaan TNBD dibutuhkan pengelolaan sumberdaya manusia baik kualitas maupun kuantitas. Terbentuknya UPT TNBD diiringi sumberdaya yang memadai dan berkualitas diharapkan dapat lebih mengoptimalkan pengelolaan di TNBD termasuk pengelolaan wisata. Penambahan sumberdaya manusia harus diiringi dengan peningkatan kualitasnya.
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk peningkatan kualitas
sumberdaya manusia antara lain memberikan pelatihan dan pengembangan, kursus-kursus, seminar, studi banding dan pembinaan khususnya yang berkaitan dengan wisata. 4. Kebutuhan sarana dan prasarana
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan Orang Rimba dan masyarakat desa. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan dan kerjasama yang baik antara pengelola dengan pihak-pihak yang dilibatkan. Koordinasi dan sosialisasi kegiatan perencanaan harus selalu diperhatikan oleh semua pihak yang terkait. Pelibatan tersebut misalnya berupa pengadaan pondok pengobatan dan pembuatan souvenir, penyedia penginapan, rumah makan, toko souvenir,
penjaga
tiket
dan
pemanduan
serta
membantu
kegiatan
pengawasan dan pengamanan obyek dan kawasan. 6. Pemasaran/promosi Kegiatan pemasaran/promosi produk wisata perlu dilakukan untuk menarik pengunjung. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara publikasi melalui media cetak maupun elektronik, penyebaran leaflet , booklet , poster, mengikuti kegiatan pameran-pameran baik tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penilaian menunjukkan bahwa obyek Aek Manitik memiliki nilai tertinggi yaitu 3080 kemudian Demplot Tanaman Obat (3050), Air Terjun Talon (3040), Air Terjun Lubuk Jering (2790) dan Gua Kelelawar (2760). Berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat ditentukan obyek prioritas untuk dikembangkan di TNBD yaitu Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik dan Air Terjun Talon. Selain potensi wisata alam TNBD juga memiliki ODTW budaya Suku Anak Dalam/Orang Rimba. Di sekitar kawasan TNBD juga terdapat obyek wisata yaitu Sumber Air Panas Bukit Suban, Dam Sungai Jernih “Air Meruap” dan Sumber Air Panas Desa Baru.
Semua obyek wisata tersebut be lum dikelola dan
dimanfaatkan secara optimal. Perencanaan wisata yang disusun meliputi perencanaan ODTWA dan perencanaan pengelolaan wisata kawasan TNBD. Untuk perencanaan ODTWA dilakukan pada tiga obyek prioritas berdasarkan hasil penilaian.
Obyek-obyek
tersebut yaitu Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik, dan Air Terjun Talon. Perencanaan kegiatan wisata untuk obyek Demplot Tanaman Obat adalah pendidikan dan peneliti
pengobatan ala rimba dan interpretasi alam.
DAFTAR PUSTAKA
[BKSDA] Balai Konservasi Sumberdaya Alam, Provinsi Jambi. 2004. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Bukit Duabelas (RPTNBD). Balai Konservasi Sumberdaya Ala m Provinsi Jambi. Jambi. Cooper, C., J. Fletcher, D. Gilbert, S. Wanhill, R. Shepherd, Editor. 1998. Tourism: Priciples and Practic. Ed ke- 2. Pearson Education Limited. England. Dimjati, A. 1999. Produk Pariwisata: Pengembangan Ekowisata (Wisata Ekologi). Departe men Pariwisata Seni dan Budaya. Jakarta. [DISPORADA] Dinas Pariwisata, Olah Raga dan Seni Budaya, Kabupaten Sarolangun. 2004. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Sarolangun. Pemerintah Kabupaten Sarolangun Dinas Pariwisata, Olah Raga dan Seni Budaya. Jambi. Departemen Kehutanan. 1989. Kamus Kehutanan. Ed ke -1. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Departemen Kehutanan. 1998. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Departemen Kehutanan. Jakarta. Departemen Kehutanan. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan. Departemen Kehutanan Republik
Hamid, E. A. C. 1996. Dasar-Dasar Pengetahuan Pariwisata. Yayasan Bhakti Membangun. Jakarta. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2003. Ekowisata Prinsip dan Kriteria . Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia dan Indecon. Jakarta. Ko, R. K .T. 2001. Obyek Wisata Alam : Pedoman Identifikasi, Pengembangan, Pengelolaan, Pemeliharaan dan Pemasaran. Yayasan Buena Vista. Bogor. Kodhyat, H. 1996. Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indones ia. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Kosmaryandi, N dan R. Avenzora. 2004. Studi Potensi Wisata Taman Wisata Alam Gunung Papandayan Pasca Letusan Bulan November 2002. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor (tidak dipublikasikan). Kusmayadi. 2004. Statistika Pariwisata Deskriptif. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Marpaung, H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Ed Revisi. Alfabeta. Bandung. Page, S. J and Ross, K. D. 2002. Ecotourism. Pearson Education Limited. England. [PHPA] Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. 1988. Pedoman Investasi dan Pengembangan Obyek Wisata Alam. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Jakarta.
Sudarto, G. 1999. Ekowisata: Wahana Pelestarian Alam, Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan, dan Pemberdayaan Masyarakat. Yayasan Kalpataru Bahari. Bekasi. Suwantoro, G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. ANDI. Yogyakarta. Tim Identifikasi Obyek Wisata Alam Taman Nasional Bukit Duabelas dan Hutan Wisata Bukit Sari. 2002. Laporan Kegiatan Identifikasi Obyek Wisata Alam di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi. Balai Konservasi Sumberdaya Alam [BKSDA] Provinsi Jambi. Jambi. (tidak dipublikasikan). Wiwoho, B., Ratna, P., dan Yullia, H. 1990. Pariwisata, Citra, dan Manfaatnya. PT Bina Rena Pariwara. Jakarta.
Lampiran 1. Tabel kriteria penilaian ODTWA di TNBD Kriteria Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam di Taman Nasional Bukit Duabelas
(Modifikasi Pedoman Analisis Daerah Operasi dan Daya Tarik Wisata Alam, Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Tahun 2003) 3. Daya tarik wisata No 1.
2.
3.
4.
Unsur/Sub Unsur Keunikan sumberdaya alam: a. Sumber air panas b. Gua c. Air terjun d. Flora e. Fauna Kepekaan sumberdaya alam, memiliki: a. Nilai pengetahuan b. Nilai buday a/sejara h c. Nilai peng obatan d. Nilai kepercayaan Variasi kegiatan wisata alam: a. Menikmati keindahan b. Memancing c. Tracking d. Berenang e. Berkemah f. Pendidikan/penelitian g. Hiking Banyaknya jenis sumberdaya alam yang menonjol: a. Batuan
Bobot : 6 Ada 5 30
Ada 4 25
Nilai Ada 3 20
ada 4 (30)
ada 3 (25)
ada 2 (20)
>5 (30)
ada 5 (25)
ada 4 (20)
ada 3 (15)
ada 12 (10)
Ada 5 (30)
Ada 4 (25)
Ada 3 (20)
Ada2 (15)
Ada 1 (10)
Ada 2 15
Ada 1 10
ada 1 (10)
No
b. c. d.
Unsur/Sub Unsur mengganggu Tidak ada lalu lintas umum yang mengganggu Bebas kebisingan Udara sejuk Jumlah
Nilai
b. Aksesibilitas No.
Bobot : 5
Unsur/Sub Unsur
Baik
Cuku p
Sed ang Buruk
1.
2.
3.
Kondisi dan jarak jalan darat: <5 km 5-10 km 10-1 5 km > 15 km Tipe j alan
80 60 40 20 Jalan aspal lebar > 3 m
Waktu tempuh dari pusat kota Jumlah
10 1-2 Jam 30
60 40 20 10 Jalan aspal lebar < 3m 20 2-3 Jam 25
40 25 15 5 Jalan batu/ma kadam 25 3-4 Jam 20
20 15 5 Jalan tanah 30 >5 Jam 10
c. Kondisi lingkungan sosial ekonomi (radius 5 km dari batas kawasan in tensive use atau jarak terdekat dengan obyek) Bobot : 5 No. 1.
2.
Unsur/Sub Unsur Tata ruang wilayah obyek
Status lahan
Ada dan sesuai 30 Hutan negara
Nilai Ada tapi tidak Dalam proses sesuai penyus unan 20 15 Hutan adat Hutan hak
Tidak ada 5 Tan ah milik
e. Sarana-Prasarana Penunjang (radius 10 Km Dari Obyek) No.
Unsur/Sub Unsur ≥ ≥ 4
3
Macam 2
Bobot : 3 1
1.
Prasarana: Kantor p os • Jaringan telepon • Puskesmas • Jaringan listrik • Jaringan air minum •
50
40
30
20
Tidak Ada 10
2.
Sarana penunja ng: Rumah makan • Pusat perbelanjaan/pasar • Bank • Toko • souvenir/cinderamata Angkutan umum •
50
40
30
20
10
Jumlah
f. Kriteria Penilaian Ketersediaan Air Bersih No.
1.
Bobot : 6
Unsur/sub unsur
Volume
Nilai
Banyak
Cukup
Sedikit
Sangat
(30)
(25)
(20)
sedikit (15)
2.
Jarak sumber air terhadap lokasi obyek
3.
Dapat
tidaknya/kemudahan
0-1 km
1.1-2 km
2.1-4 km
> 4 km
(30)
(25)
(20)
(15)
sangat
mudah
agak sukar
sukar
Lampiran 2. Tabel daftar nama jenis flora yang terdapat di kawasan TNBD No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Nama Lokal
Terap Bakil/Sepan Beringin Meranti Keruing Cengal/Merawan Sindur Kedondong/Lalan Kempas Kenari Bintangur Mangga Tembesu Jelutung Rotan Kopi-kopian Mempisang/Terpis Mempisang Kayu Hitam Jambu-jambuan Mendarahan Pala Kenanga Pasang Pala hutan Bayur Saninten Rambai/Kepundang Manggis Manggis -manggis
Nama Ilmiah Artocarpu s elasticus Artocarpus anisophyllus Ficus sp p Shorea sp Dipter ocarpu s sp Hopea sp Sindora sp Santiria densyphylla Koom passi a sp Canarium spp Calophyllum spp Man gifera sp Frag raera fragr ans Dyera costula ta Calamus spp Psych otria sp Poly althia sp Desmos sp Diospyr os buxif olia Syzygium spp Knema sp Myris ticaceae Cananga odorata Quercus sp Hors field ia sp Pterospermum javani cum Cartanopsis sp Bacca urea sp Garcinia spp Garcinia
Keterangan Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu, unik Kayu Kayu Kayu Kayu, buah Kayu Resin, dilindungi Rotan Buah Unik Tanaman hias Langka Kayu, buah Kayu Kayu, buah Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu, Palm
No. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65.
Nama Lokal Gerunggang Gandaria/Raman Mempisang Nenga gajah Bulian Sengon Balam durian -
Nama Ilmiah Cratoxyllum sp Bouea appos itifolia Mezet tia sp Pal mae Eusideroxylon zwagerii Paraser ianthes s p Payena sp Pipe r sp Din och loa sp Eurico ma longi folia Aloc asia sp Cytrosperma sp Archidendron sp
Keterangan kayu Langka Kayu Dilindungi Dilindungi Kayu Kayu, buah Kayu -
Sumber : BKSDA Jambi (2004)
Lampiran 3. Tabel daftar nama jenis satwaliar di kawasan TNBD yang biasa digunakan untuk obat No. 1. 2.
Nama Lokal Kijang Beruang
Nama Ilmiah Muntia cus muntjak Helarctos malayanus
3.
Landak
Hystryx brachyura
4.
Biawak
Varanus salvator
5.
Buaya
Crocodylus porosus
6.
Ikan kalui (Kalu s)
Keterangan Beri-beri Mules, campak, berak darah Batuk kering, keracunan Sakit mata (mata merah) Keluarnya alat reproduksi wanita Sakit lambung
Lampiran 4. Tabel sebaran Komunitas Orang Rimba di dalam dan luar kawasan TNBD menurut kelompok dan lokasi No.
Kelompok
1.
Air Hitam
2.
Makekal
Pemimpin Kelompok Tumenggung Tarip
Lokasi
S. Paku Aji
Jumlah Jiwa 38
Betar ing
S. Semapuy
50
Nyuyut
S. Semapuy Ulu
16
Segrib/Nugraha
TSM Air Panas
76
Tumenggung Majid
S. Keruh
76
Tumeng gung Mirak
S. Gemuruh
Menti Ngandun Tuha Setapak
S. Pengela woron
10
S. Aek Behan
90
Tumenggung Ngu kir
S. Bernai Ulu
100
Wakil Tuha Pelindung
S. Sako Nini Tuo
134
67
Keterangan
Ke-3 kelompok ini masih mempertahankan jati diri dan tradisi kehidupan dalam hutan Sudah memeluk agama Islam dan menjadi warga masyarakat desa Bukit Suban Sebagian anggota kelompok sudah memeluk agama Islam dan sudah mengorient asikan diri dengan masyarakat desa Masih Mempertahankan jati diri dan tradisi kehidupan alam hu tan
No.
4.
Kelompok
TerabSerengam
Pemimpin Kelompok Tumenggung Besulit
S. Kejasung kecil Ulu
Depati Gerak
S. Keruh Ulu
Tumenggung Mariytua Tumenggung Nggir ang Tumenggung Kecik
Ke-2 kelompok ini berg abun g di S. Terab
144
S. Kejasung Kecil Ulu S. Kejasung Kecil Ulu
31
Tumenggung Mulung
Lokasi
Jumlah Jiwa 49
Keterangan
35
Masih mempertahankan jati diri dan tradisi kehidupan alam huta n Masih mempertahankan jati diri dan tradisi kehidupan alam hu tan
-
Tidak ada data
Tumenggung Ngam al
S. Jern ang
-
Tidak ada data
Tumenggung Nyeno ng
S. Sakolado
-
Tidak ada data
Total Sumber: KKI WARSI (2004) dalam BKSDA Jambi (2004 )
1.52 4
Lampiran 5. Tabel gambaran umum desa interaksi Sebelah Selatan TNBD Keterangan
D e s a
No. Desa Baru
Semurung
Jernih
Lubuk Jering
Pematang Kabau
Bukit Suban
1.
Luas Wilayah
6.400 ha
3.000 ha
12.000 ha
9.600 ha
2.500 ha
6.400 ha
2.
Batas Wilayah
U: TNBD S: S. Mentawak B: Semurung T: Lubuk Kepayang
U: TNBD S: S. Mentawak B: Jernih T: Baru
U: TNBD S: S. Mentawak B: Lubuk Jering T: Semurung
U: TNBD S: S. Mentawak B: Pematang Kabau T: Jernih
U: TNBD S: Mentawak Baru B: Bukit Suban T: Lubuk Jering
3.
352 KK
4.
Jumlah Kepala Keluarga Jum la h J iw a
U: TNBD S: Papit B: Bungo Antoi T: Pematang Kabau 888 KK
5.
Jumlah Laki - la ki
742 orang
6.
Ju ml ah Per empu an
751 orang
7.
Jarak dari Ibukota Kabupaten
8.
Jarak dari Ibukota Propinsi
345 KK*
483 KK
219 KK
619 KK ^
1360 orang *
1902 or ang
1012 or ang
2327 orang ^
672 orang *
956 oran g
440 orang
1221 orang ^
1331 orang
688 orang *
945 oran g
572 orang
1106 orang ^
1141 orang
35 Km
37 Km
40 Km
48 Km
56 Km
64 Km
198 Km
200 Km
203 Km
212 Km
220 Km
228 Km
1493 orang
Sumber : Survey T im KKI WARSI, 2000 * Profil Desa Semurung Tahun 2003 ^ Profil Desa Pematang Kabau Tahun 2003
2472 orang
Lampiran 6. Kuesioner untuk pengunjung Salam sejahtera, Sebelumnya mohon maaf apabila dengan adanya pengisian kuisioner ini telah mengganggu aktivitas rekreasi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari, perkenalkan saya mahasiswa Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor yang sedang melakukan penelitian mengenai “Studi Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam dan Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD)”. Di bawah ini terdapat beberapa pertanyaan dan isian, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk mengisi pertanyaan dan isian tersebut. Atas perhatian dan kesediaannya saya ucapkan terima kasih. No. Responden
:
Hari/Tanggal
:
A. Data Pribadi Responden. •
Nama
:
•
Umur
:
•
Jenis Kelamin
: Perempuan / Laki-laki*
•
Asal/tempat tinggal :
•
Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/D3/S1/S2/S3*
5. Kapan biasanya anda berkunjung ke kawasan ini? a. hari libur alasan: b. hari biasa alasan: 6. Jenis kendaraan apa yang anda gunakan untuk mencapai lokasi ini? a. kendaraan pribadi (motor/mobil) b. kendaraan umum (ojek/bis/taksi/truk) c. kendaraan sewaan/travel
d. lainnya…….…
7. Apa tujuan anda mengunjungi tempat wisata ini? a. menikmati pemandangan
b. suasana tenang dan nyaman
c. alasan pendidikan/penelitian
d. menikmati keunikan flora -fauna
e. menikmati kebudayaan
f. mengisi waktu luang
g. lainnya…….. 8. Kegiatan apa yang anda lakukan/sukai di kawasan ini? a. melihat pemandangan alam b. melihat/mengamati flora-fauna c. menjelajah
d. berkemah
f. fotografi
g. lainnya……
e. penelitian/pengamatan
9. Apakah anda berkunjung ke kawasan ini dengan alasan khusus seperti mistik, keperluan agama dan kepercayaan atau semacamnya?
12. Apakah anda mengalami hambatan untuk datang ke kawasan ini? a.Tidak b.Jika YA, berupa apa………………………………………………….. 13. Bagaimana kondisi sarana/prasarana wisata di kawasan ini? a. baik
b. cukup baik
c. kurang baik
14. Bagaimana sistem pengelolaan kawasan dan pengelolaan pengunjung kawasan ini? a. baik
b. cukup baik
c. kurang baik
15. Bagaimana kesan anda setelah mengunjungi kawasan ini? a. menyenangkan, alasan:…………………………………………….. b. tidak menyenangkan, alasan:………………………………………. 16.
Apakah anda berminat untuk berkunjung kembali ke kawasan ini? a. ya, alasan:………………………………………………………….. b. tidak, alasan:………………………………………………………..
17.
Menurut anda, apa yang perlu dikembangkan di kawasan ini untuk menambah daya tarik wisata alamnya? a. perluasan wilayah
b. penambahan jenis kegiatan yang dilakukan
c. penambahan/perbaikan fasilitas d. peningkatan pelayanan pengunjung e. lainnya, sebutkan………………………..
Lampiran 7. Panduan wawancara A. Untuk Pengelola Pusat (BKSDA Jambi)
1. Riwayat/sejarah dan status kawasan dan masing-masing obyek wisata yang ada di kawasan TNBD 2. Kebijakan-kebijakan yang berlaku sehubungan dengan wisata 3. Rencana pengembangan wisata alam ( master plan tentang wisata) 4. Kerjasama yang berkaitan dengan wisata (jika ada, dengan pihak mana saja, kriteria pihak yang diaja k kerjasama, kesepakatan dengan pihak tersebut) 5. Kegiatan dan paket wisata yang telah, sedang dan akan dilaksanakan 6. Pendidikan dan pelatihan yang pernah dilaksanakan berkaitan dengan wisata 7. Penelitian mengenai wisata 8. Promosi dan strategi pemasaran 9. Permasalahan/kendala/konflik
yang
dihadapi
berkaitan
dengan
pengelolaan kawasan khususnya kegiatan wisata 10. Harapan/keinginan pengelola terhadap kawasan terutama berkaitan dengan wisata
C. Untuk Pemerintah Daerah (Dinas Pariwisata)
1. Kebijakan-kebijakan yang ada berhubungan dengan wisata alam di TNBD 2. Rencana pengembangan berkaitan dengan wisata alam di TNBD 3. Potensi-potensi wisata alam di TNBD yang diketahui 4. Kerjasama yang akan, sedang dan te lah dilakukan dengan pengelola TNBD yang berhubungan dengan wisata 5.
Apakah ada masyarakat sekitar yang dilibatkan dalam kegiatan wisata (jika ada, bentuknya seperti apa, kesepakatannya bagaimana)
6. Permasalahan/kendala yang ada berkaitan dengan kegiatan wisata alam 7. Harapan/keinginan pemerintah daerah terhadap kawasan berkaitan dengan wisata
D. Untuk Tokoh Masyarakat (Kepala Desa)
1. Riwayat/sejarah dan status TNBD dan masing-masing obyek wisata yang ada di kawasan TNBD 2. Potensi-potensi wisata alam di TNBD yang diketahui 3. Kerjasama yang akan, sedang dan telah dilakukan dengan pengelola TNBD yang berhubungan dengan wisata 4. Kesiapan masyarakat untuk dilibatkan dalam kegiatan wisata di TNBD
Lampiran 8. Peta Potensi Wisata di TNBD
Lampiran 9. Peta akses jalan TNBD