EFEKTIVITAS PENURUNAN KADAR DODESIL BENZEN SULFONAT (DBS) DARI LIMBAH DETERGEN YANG DIOLAH DENGAN LUMPUR AKTIF
Amylia Aisyahwalsiah H1E108046
Abstrak Deterjen merupakan salahsatu bahan pencuci yang sangat populer di Indonesia. Tetapi limbah yang dihasilkan berdampak negatif yaitu limbah cair yang dapat mencemari lingkungan. Limbah cair yang dihasilkan merupakan jenis buangan organik yang sulit diuraikan oleh bakteri, yakni Dodesil Benzene Sulfonat (DBS). Tulisan ini bertujuan bertujuan untuk mengetahui tentang tingkat tingkat efektivitasi efektivitasi biodegradasi biodegradasi DBS dengan menggunakan metode lumpur aktif. Dari hasil yang didapat, menunjukkan bahwa selama pengolahan baik kontrol atau pengolahan lumpur aktif terjadi penurunan, namun, penurunan yang drastis terja terjadi di pada pada pengol pengolaha ahan n lumpur lumpur aktif aktif pada pada hari hari ke 15. pengol pengolaha ahan n limba limbah h deterjen menggunakan lumpur aktif sangat efektif, karena dapat dilihat kadar efektivitasnya sangat tinggi yakni 99,25%. Abstract Detergent is one of a real detergent material in Indonesia. Indonesia. But, waste yielded has negative impact that is existance of liquid waste contaminating area. Liquid waste yielded is organic organic trickling trickling type of which is not easy to degradated degradated by bacterium, is Dodesil Benzene Sulfonat (DBS). This report aims to find out about decrease efectivity of DBS concentration using activated sludge. Fro From m the the resul esultt obta obtain ined ed,, indi indica cate ted d that that ther theree were were desr desrea ease se of DBS DBS concentration concentration both in control and tread sample, but drastic reduction occurred in the active mud treatment on day 15. Detergent waste treatment using active mud is very effective, as can be seen very high levels of effectiveness is 99.25%.
PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan utama dan sumber utama bagi makhluk hidup dibumi. Sekitar 97% air dibumi terdapat dilautan. Untuk itu, diperlukan air yang dapat dipergunak dipergunakan an sebagaimana sebagaimana mestinya. mestinya. Air yang dibutuhkan dibutuhkan adalah air bersih dan air sehat yaitu air yang tidak mengandung bibit penyakit , bahan kimia yang beracun serta partikel – partikel pengotor. Dalam kehidupan sehari – hari, air digunakan manusia untuk kegiatan untuk keperluan minum, mencuci, industri, kegiatan pertanian dan sebagainya.
Dewasa Dewasa ini, ini, air menjad menjadii masalah masalah yang yang perlu perlu mendap mendapat at perhat perhatian ian yang yang serius serius karena dari segi kualitas dan kuantitas air telah berkurang yang disebabkan oleh pencemaran pencemaran.. Pencemaran Pencemaran air dapat disebabkan disebabkan oleh berbagai hal, diantarany diantaranyaa
adalah akibat adanya adanya limbah limbah deterjen. deterjen. Deterjen merupakan merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan – bahan turunan minyak bumi. Dibandingkan dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Salah Salah satu satu kandun kandungan gan yang yang terdap terdapat at dalam dalam deterje deterjen n adalah adalah Natrium Natrium Dodesi Dodesill Benzena Sulfonat (NaDBS). Senyawa ini sulit terurai secara alamiah dalam air, sehingga dapat mencemari lingkungan perairan. Salah satu dampaknya adalah timbul buih dipermukaan perairan sehingga dapat mengganggu pelarutan oksigen dalam dalam air. air. Oleh Oleh kare karena na itu, itu, dipe diperl rluk ukan an tekn teknik ik yang yang tepat tepat dan dan efekt efektif if dalam dalam pengo pengolah lahan an limbah limbah deterj deterjen. en. Salah Salah satuny satunyaa adalah adalah pengol pengolaha ahan n limbah limbah secara secara biologis dengan menggunakan lumpur aktif karena menggunakan mikroorganisme didalamnya. Batasan Masalah Batasa Batasan n masalah masalah penuli penulisan san ini menjel menjelask askan an tentan tentang g Dodesi Dodesill benzen benzen sulfon sulfonat at sebagai bahan yang terkandung dalam deterjen serta metode lumpur aktif yang digunakan untuk penurunan kadar DBS. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan ini adalah memberikan penjelasan tentang pemanfaatan lumpur aktif dalam terhadap zat yang terkandung dalam deterjen, yakni DBS. Metode Penulisan Metode penulisan ini menggunakan studi pustaka yang mengambil 1 jurnal utama dan beberapa jurnal pendukung serta referensi lainnya yang berhubungan dengan judul yang diambil dari internet. TINJAUAN PUSTAKA Air Dan Pencemaran Air Air adalah zat atau materi atau unsur yang sangat penting bagi semua kehidupan. Air hampir menutupi 71% permukaan bumi. Air yang ada sekarang belum tentu bersih, bersih, tetapi ada yang tercampur tercampur dengan dengan berbagai berbagai pencemar pencemar tergantung tergantung pada daerah air itu berada. Penc Pencem emar aran an air air adal adalah ah adal adalah ah suat suatu u peru peruba baha han n kead keadaa aan n di suatu uatu temp tempat at penampun penampungan gan air seperti seperti danau, danau, sungai, sungai, lautan dan air tanah tanah akibat aktivitas aktivitas manusia. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, berapi , badai, badai, gempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pencemaran air terjadi apabila dalam air terdapat berbagai macam zat atau kondisi yang dapat menurunkan standar kualitas air yang telah ditentukan, sehingga tidak dapat di gunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber air dapat dikatakan tercem tercemar ar tidak tidak hanya hanya karena karena tercam tercampur pur dengan dengan bahan bahan pencem pencemar, ar, akan akan tetapi tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu. Sumber Pencemaran Air Ada Ada bebe bebera rapa pa peny penyeb ebab ab terj terjad adin inya ya penc pencem emar aran an air anta antara ra lain lain apab apabil ilaa air air terkontaminasi dengan bahan pencemar air seperti air seperti sampah rumah tangga, sampah lembah lembah indust industri, ri, sisa-si sisa-sisa sa pupuk pupuk atau atau pestis pestisida ida dari dari daerah daerah pertan pertanian ian,, limbah limbah rumah sakit, limbah kotoran ternak, partikulat-partikulat padat hasil kebakaran
hutan dan gunung berapi yang meletus atau endapan hasil erosi tempat-tempat yang dilaluinya. Secara Secara umum umum penyeb penyebab ab pencem pencemaran aran air dapat dapat dikateg dikategori orikan kan sebaga sebagaii sumber sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA (tempat Pembuangan Akhir Sampah), dan sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau atmosfer berupa hujan. Tanah dan air tanah mengandung mengandung sisa dari aktivitas pertanian seperti pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari aktivitas manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam. Pencemar air dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif, dan asam/basa. Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Pestisida, deterjen, PCBs, dan PCPs (polychlorinated phenols), adalah salah satu contohnya. Pestisida dgunakan di pertanian, kehutanan dan rumah tangga. PCB, walaupun telah jarang digunakan di alat-alat baru, masih terdapat di alat-alat elektronik lama sebagai insulator, PCP dapat dapat ditemu ditemukan kan sebaga sebagaii pengaw pengawet et kayu, kayu, dan deterj deterjen en diguna digunakan kan secara secara luas luas sebagai zat pembersih di rumah tangga. Bahan Pencemar air Senyaw Senyawaa organi organik k dan anorga anorganik nik yang yang terdapa terdapatt dalam dalam air dapat dapat menyeb menyebabk abkan an pence pencemar maran an air. Pada Pada dasarn dasarnya, ya, bahan bahan pencem pencemara aran n air dapat dapat dikelo dikelompo mpokka kkan n menjadi : yaitu u Sampah Sampah yang yang dalam dalam prose prosess pen pengu gurai raiann annya ya meme memerl rluka ukan n oksige oksigen n , yait sampah yang mengandung senyawa organik, misalnya sampah industri makanan, sampah industri gula tebu, sampah rumah tangga (sisa – sisa makanan), kotoran manusia manusia dan kotoran hewan, hewan, tumbuh tumbuh - tumbuhan tumbuhan dan hewan yang yang mati. Untuk pro prose sess peng pengur urai aian an samp sampah ah-s -sam ampa pah h ters terseb ebut ut meme memerlu rluka kan n bany banyak ak oksi oksige gen, n, sehingga sehingga apabila sampah-sampah sampah-sampah terdapat dalam air, maka perairan perairan (sumber (sumber air) akan akan keku kekura rang ngan an oksi oksige gen. n. Ikan Ikan-ik -ikan an dan dan orga organi nism smee dalam dalam air air akan akan mati mati kekurangan kekurangan oksigen. Selain itu, proses proses penguraian penguraian sampah sampah yang mengandung mengandung protein (hewani/nabati) akan menghasilkan gas H2S yang berbau busuk, sehingga air tidak layak untuk diminum atau mandi. 1. Bahan pencemar penyebab terjadinya penyakit, yaitu bahan pencemar yang mengandung virus dan bakteri, misalnya bakteri coli yang dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan atau penyakit kulit. Bahan pencemar ini berasal dari limbah rumah tangga, limbah rumah sakit, atau dari kotoran hewan atau manusia. misalnya logam-logam logam-logam berat 2. Bahan pencemar senyawa anorganik.mineral , misalnya seperti Merkuri (Hg), Kadmium (Cd), Timah Hitam (Pb), Tembaga (Cu), dan garam-garam anorganik. Bahan-bahan pencemar berupa logam berat yang masuk kedalam organ tubuh dapat mengganggu fungsi organ tubuh tersebut. 3. Bahan pencemar organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme , yaitu senyawa organik yang berasal dari pestisida, herbisida, polom polomer er sepert sepertii plasti plastik, k, deterje deterjen, n, serat serat sinteti sintetis, s, limbah limbah indust industri, ri, dan limbah limbah minyak. Bahan pencemar ini tidak dapat dimusnahkan oleh organisme, sehingga
akan akan meng menggu gunu nung ng dima dimana na-m -man anaa dan dan dapa dapatt meng mengga gang nggu gu kehi kehidu dupa pan n dan dan kesejahteraan makhluk hidup. sepertii senyaw senyawaa 4. Bahan Bahan penc pencemar emar beru berupa pa makanan makanan tumbuhtumbuh-tumb tumbuhan uhan, sepert Nit Nitra rat, t, seny senyaw awaa Fosf Fosfat at dapa dapatt meny menyeb ebab abka kan n tumb tumbuh uhny nyaa alga alga deng dengan an pesa pesatt sehingga menutupi permukaan air. Selain itu akan mengganggu ekosistem air, mema mematik tikan an ikan ikan dan dan orga organi nism smee dala dalam m air, air, karen karenaa kada kadarr oksi oksige gen n dan dan sina sinar r matahari berkurang. Hal ini disebabkan karena oksigen dan sinar matahari tidak dapat masuk ke dalam air. dapat menyeb menyebabk abkan an penyak penyakit it 5. Bahan Bahan pen pence cema marr ber berupa upa zat zat radio radio aktif aktif , dapat kanker, merusak sel dan jaringan tubuh lainnya. Bahan pencemar ini berasal dari limbah PLTN dan dari percobaan-percobaan nuklir lainnya. 6. Bahan pencemar berupa endapan/sedimen , seperti tanah dan lumpur akibat erosi pada tepi sungai sungai atau partikulat-p partikulat-partiku artikulat lat padat/lahar padat/lahar yang disemburka disemburkan n oleh oleh gunu gunung ng berap berapii yang yang mele meletu tus, s, yang yang meny menyeb ebab abka kan n air air menj menjad adii keru keruh, h, masukn masuknya ya sinar sinar mataha matahari ri berkur berkurang ang,, dan air kurang kurang mampu mampu mengas mengasimil imilasi asi sampah. berasall dari dari limbah limbah 7. Bahan Bahan penc pencema emarr beru berupa pa kondisi kondisi (misaln (misalnya ya panas), panas), berasa pembangkit tenaga listrik atau limbah industri yang menggunakan air sebagai pendingin. Bahan pencemar panas ini mebyebabkan suhu air meningkat tidak sesuai sesuai untuk kehidupan kehidupan akuatik. akuatik. Tanaman, Tanaman, ikan, dan organisme organisme yang mati akan terurai terurai menjadi menjadi senyawa-sen senyawa-senyawa yawa organik. organik. Untuk Untuk proses proses penguraian penguraian senyawasenyawasenyaw senyawaa organi organik k ini memerl memerluka ukan n oksige oksigen, n, sehing sehingga ga terjad terjadii penuru penurunan nan kadar kadar oksigen dalam air. 2.4 Deterjen Dan Kandungannya Telah disebutkan diatas, deterjen merupakan salah satu bahan pencemar yang tidak dapat diuraikan oleh organisme. Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang yang diguna digunakan kan untuk untuk memban membantu tu pember pembersih sihan an dan terbuat terbuat dari dari bahan-b bahan-baha ahan n turuna turunan n minyak minyak bumi. bumi. Produk Produk deterj deterjen en saat saat ini sudah sudah diguna digunakan kan oleh oleh hampir hampir semua penduduk untuk berbagai keperluan seperti mencuci pakaian dan perabotan serta sebagai bahan pembersih lainnya. Salah satu senyawa utama yang dipakai dalam deterjen adalah senyawa Dodesil Benzena Sulfonat dalam bentuk Natrium Benz Benzen enaa Sulf Sulfon onat at (NaDB (NaDBS) S).. Seny Senyaw awaa ini ini memp mempun unya yaii kema kemamp mpua uan n untu untuk k menghasilk menghasilkan an buih. Senyawa utama yang lainnya adalah Natrium tripolifosf tripolifosfst st (STT (STTP) P) yang yang memp mempun unya yaii kema kemamp mpua uan n seba sebaga gaii pemb pembers ersih ih koto kotora ran. n. Kedu Keduaa senyawa ini sangat sulit terurai secara alamiah dalam air. Salah satu dampak yang terjadi adalah timbulnya buih dipermukaan perairan sehingga dapat mengganggu pelarutan oksigen dalam air. Awalnya Awalnya deterjen deterjen dikenal dikenal sebagai sebagai pembersih pembersih pakaian, namun kini meluas dalam bentuk produk-produk seperti: 1. Personal cleaning product , sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun cuci tangan, dll. 2. Laundry, sebaga sebagaii pencuc pencucii pakaian pakaian,, merup merupaka akan n produk produk deterje deterjen n yang yang paling populer di masyarakat. 3. Dishwashing product , sebagai pencuci alat-alat rumah tangga baik untuk penggunaan manual maupun mesin pencuci piring. 4. Household cleaner , sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai, pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.
Detergen adalah Surfaktant anionik dengan gugus alkil (umumnya C 9 – C 15 15) atau garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium (RSO3 Na+ dan ROSO3- Na+) yang berasal dari derivat minyak nabati atau minyak bumi (fraksi parafin dan olefin). Deterjen mengandung zat aktif permukaan yang serupa dengan sabun, misalnya natrium benzensulfonat (Na-ABS). Garam kalsium atau magnesium yang larut dalam air sadah jika bereaksi dengan Na-ABS tetap larut dalam air dan tidak mengendap. Pada umumnya, deterjen terdiri atas empat jenis bahan penyusun. Bahan penyusun tersebut adalah : 1). Surfaktan (surface active agent), merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Surfaktan merupakan bahan utama deterjen. Bahan aktif ini berfun berfungsi gsi menuru menurunka nkan n tegang tegangan an permuk permukaan aan air sehing sehingga ga dapat dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktant ini baik berupa anionic (Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), Linier Alkyl Benzen Benzenee Sulfon Sulfonate ate (LAS), (LAS), Alpha Alpha Olein Olein Sulfon Sulfonate ate (AOS), (AOS), Kation Kationik ik (Gar (Garam am Ammo Ammoni nium um), ), Non Non ioni ionicc (Non (Nonyl yl phen phenol ol poly polyet etho hoxy xyle le), ), Amphoterik (Acyl Ethylenediamines). 2). Builder (Permbentuk), berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Baik berupa Phosphates (Sodium Tri Poly Phosphate (STPP) , Asetat (Nitril Tri Acetate (NTA), Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA), Silikat (Zeolit), dan Sitrat (asam sitrat). 3). Filler (pengisi), adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan dan memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh : Sodium sulfate. 4). Additives, adalah bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebi lebih h mena menari rik, k, misa misaln lnya ya pewa pewang ngi, i, pela pelaru rut, t, pemu pemuti tih, h, pewa pewarn rnaa dan dan sebagainya yang tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additi Additives ves ditamb ditambahk ahkan an lebih lebih untuk untuk maksud maksud komers komersial ialisa isasi si produk produk.. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke dalam laru laruta tan n tida tidak k kemb kembali ali ke baha bahan n cuci cucian an pada pada wakt waktu u menc mencuc ucii (ant (antii Redeposisi). Wangi – wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan air sebagai bahan pengikat.
Menuru Menurutt kandun kandungan gan gugus gugus aktifn aktifnya, ya, maka maka deterje deterjen n diklas diklasifi ifikas kasika ikan n sebagai berikut : 1). Deterjen jenis keras, deterjen jenis ini sukar dirusak oleh organisme meskipun bahan tersebut dibuang, akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air. Contoh : Alkil Benzena Sulfonat (ABS).
deterje jen n jenis jenis ini ini baha bahan n penu penuru run n tega tegang ngan an 2). Deter Deterje jen n jen jenis is lunak lunak , deter permukaannya mudah dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai. Contoh : Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat (LAS). 2.5 Dampak Deterjen terhadap Kesehatan Dan Lingkungan Bahan kimia yang merupakan bahan deterjen ada yang termasuk keras dan ada pula pula yang yang termasu termasuk k lunak. lunak. Keras-l Keras-lun unakn aknya ya deterje deterjen n tergan tergandun dung g pada pada kadar pH (tingkat keasaman atau kebasaan) jenis zat-zat kimia di dalam deterjen, terutama dari bentuk rantai kimia dan jenis gugus fungsi surfaktan. Dari Dari kadar kadar pH deterje deterjen n yang yang sangat sangat basa basa (9,5-1 (9,5-12), 2), diketah diketahui ui bahwa bahwa deterjen memang bersifat korosif. Hal ini dapat mengakibatkan iritasi pada kulit. Sementara pada susunan rantai kimia surfaktan terdapat formulasi bahwa semakin panjang dan bercabang rantai surfaktan, akan semakin keras deterjen tersebut. Sedangkan dari jenis gugus fungsinya, maka gugus fungsi sulfonat bersifat lebih keras dibandingkan gugus fungsi karboksilat. Dete Deterj rjen en yang yang kera kerass dapa dapatt menim enimb bulk ulkan masal asalah ah pad pada kulit ulit.. Selain itu, konsumen juga dapat memilih deterjen lunak, seperti deterjen cair. Bahan deterjen cair ini kurang menimbulkan iritasi karena rantai surfaktan-nya lebih pendek dari deterjen bubuk, tetapi daya pembersih deterjen cair ini lebih rendah dari deterjen bubuk. Deterjen Deterjen sangat sangat berbahaya berbahaya bagi lingkungan lingkungan karena dari beberapa beberapa kajian menyebutkan bahwa detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan dan bersi bersifat fat karsin karsinoge ogen, n, misaln misalnya ya 3,4 Benzon Benzonpyr pyrene ene,, selain selain ganggu gangguan an terhada terhadap p masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Deterjen kationik memiliki sifat racun jika tertelan dalam tubuh, bila dibanding deterjen jenis lain (anionik ataupun non-ionik). Ada dua ukuran ukuran yang yang diguna digunakan kan untuk untuk meliha melihatt sejauh sejauh mana mana produk produk kimi kimiaa aman aman di ling lingku kung ngan an yait yaitu u daya daya racu racun n (tok (toksi sisi sita tas) s) dan dan daya daya urai urai (biodegradable ). ABS dalam dalam lingku lingkunga ngan n mempun mempunyai yai tingka tingkatt biodeg biodegrad radabl ablee sangat rendah, sehingga deterjen ini dikategorikan sebagai ‘non-biodegradable’ . Dalam pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat terurai, sekitar 50% bahan aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk dalam sistem pembuangan. Hal ini dapat menimbulkan masalah keracunan pada biota air dan penurunan kualitas air. LAS mempunyai karakteristik lebih baik, meskipun belum dapat dikatakan ramah ramah lingku lingkunga ngan. n. LAS mempun mempunyai yai gugus gugus alkil alkil lurus/ lurus/ tidak tidak bercab bercabang ang yang yang dengan mudah dapat diurai oleh mikroorganisme. LAS relatif mudah didegradasi secara biologi dibanding ABS. LAS bisa terdegradasi sampai 90%. Akan tetapi prorsesnya sangat lambat, karena dalam memecah bagian ujung rantai kimianya khususnya ikatan o-mega harus diputus dan butuh proses beta oksidasi. Karena itu perlu waktu. Menurut penelitian, alam membutuhkan waktu sembilan hari untuk mengurai LAS. Itu pun hanya sampai 50%. Deterg Detergen en ABS sangat sangat tidak tidak mengun menguntun tungka gkan n karena karena ternyat ternyataa sangat sangat lambat terurai oleh bakteri pengurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada spektrumya. Dengan tidak terurainya secara biologi deterjen ABS, lambat laun laun pera perair iran an yang yang terk terkon onta tami mina nasi si oleh oleh ABS ABS akan akan dipe dipenu nuhi hi oleh oleh busa busa,, menurunka menurunkan n tegangan tegangan permukaan permukaan dari air, pemecahan kembali dari gumpalan
(flock (flock)) koloid koloid,, pengem pengemuls ulsian ian gemuk gemuk dan minyak minyak,, pemusn pemusnaha ahan n bakter bakterii yang yang berguna, penyumbatan pada pori – pori media filtrasi. Keru Kerugi gian an lain lain dari dari peng penggu guna naan an deter deterje jen n adal adalah ah terja terjadi diny nyaa pros proses es eutrofikasi di perairan. Ini terjadi karena penggunaan deterjen dengan kandungan fosfat tinggi. Eutrofikasi menimbulkan pertumbuahan tak terkendali bagi eceng gondok gondok dan menyeb menyebabk abkan an pendan pendangka gkalan lan sungai sungai.. Sebalik Sebaliknya nya deterj deterjen en dengan dengan rendah rendah fosfat fosfat beresi beresiko ko menyeb menyebabk abkan an iritasi iritasi pada pada tangan tangan dan kausti kaustik. k. Karena Karena diketahui lebih bersifat alkalis. Tingkat keasamannya (pH) antara 10 - 12. Beb Beberap erapaa Dam Dampak pak Pengg enggun unaa aan n Dete Deterj rjen en Bagi agi Kese Keseha hata tan n dan Lingkungan adalah sebagai berikut : 1. Golo Golong ngan an ammo ammoni nium um kuar kuarte tene nerr itu itu dapa dapatt memb memben entu tuk k seny senyaw awaa nitrosamin. Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan kanker. 2. Seny Senyaw awaa SLS, SLS, SLES SLES atau atau LAS LAS muda mudah h berea bereaks ksii deng dengan an seny senyaw awaa golo golong ngan an ammo ammoni nium um kuart kuarten ener er,, sepe seperti rti DEA DEA untu untuk k memb memben entu tuk k nitrosamin tadi. Bukan cuma itu, SLS diketahui menyebabkan iritasi pada kulit, memperlambat proses penyembuhan dan penyebab katarak pada mata orang dewasa. 3. Menuru Menurutt peneli penelitian tian,, alam alam membut membutuhk uhkan an waktu waktu sembil sembilan an hari hari untuk untuk mengurai LAS. Itu pun hanya sampai 50 persen. Melihat bahwa saat ini banyak banyak rumah tangga tangga yang membuang membuang sisa cuciannya cuciannya begitu begitu saja tanpa pen pengo gola laha han n limb limbah ah sebe sebelu lumn mnya ya,, maka maka alam alam diha diharap rapka kan n mamp mampu u mendegradasinya. 4. Sebelum dibuang dan bercampur dengan bahan baku air bersih, limbah cucian cucian membut membutuhk uhkan an proses proses pengol pengolaha ahan n yang yang rumit. rumit. Agar Agar senyaw senyawaa detergen terurai, limbah harus mendapat sinar ultraviolet yang cukup dan dienda diendapka pkan n sekitar sekitar tiga tiga pekan. pekan. Makany Makanya, a, negara negara yang yang mengiz mengizink inkan an pemakaian LAS rata-rata sudah memiliki sistem pengolahan air yang memadai. 5. Proses penguraian deterjen akan menghasilkan menghasilkan sisa benzena yang apabila berea bereaksi ksi dengan dengan klor klor akan akan memben membentuk tuk senyaw senyawaa klorob klorobenz enzena ena yang yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada pengo pengolah lahan an air minum, minum, mengin mengingat gat digun digunaka akanny nnyaa kapori kaporitt (diman (dimanaa di dalamn dalamnya ya terkan terkandun dung g klor) klor) sebaga sebagaii pembun pembunuh uh kuman kuman pada pada proses proses klorinasi. 6. Saat ini, instalasi pengolahan air milik PAM dan juga instalasi pengolahan air limbah industri belum mempunyai teknologi yang mampu mengolah limbah deterjen secara sempurna. 7. Penggunaan fosfat sebagai builder dalam deterjen perlu ditinjau kembali, meng mengin inga gatt seny senyawa awa ini ini dapa dapatt menj menjad adii sala salah h satu satu peny penyeb ebab ab pros proses es eutrofikasi (pengkayaan unsur hara yang berlebihan) pada sungai/danau yang yang dita ditand ndai ai oleh oleh leda ledaka kan n pertu pertumb mbuh uhan an alga algaee dan dan ecen eceng g gond gondok ok meny menyeb ebab abka kan n terja terjadi diny nyaa pend pendan angk gkal alan an sung sungai ai.. Pert Pertan anda da lonc loncen eng g kematian bagi kehidupan penghuni sungai. 8. Di beberapa beberapa negara Eropa, penggunaan penggunaan fosfat telah dilarang dan diganti dengan senyawa substitusi yang relatif lebih l ebih ramah lingkungan.
9. Peng Penggu guna naan an dete deterje rjen n dapa dapatt memp mempun unya yaii risik risiko o bagi bagi kese keseha hata tan n dan dan lingkungan lingkungan.. Risiko Risiko deterjen deterjen yang paling ringan pada manusia berupa iritasi (panas, gatal bahkan mengelupas) pada kulit terutama di daerah yang bersentuhan langsung dengan produk. Hal ini disebabkan karena kebany kebanyaka akan n produk produk deterje deterjen n yang yang bereda beredarr saat saat ini memili memiliki ki deraja derajatt keasaman (pH) tinggi. Dalam kondisi iritasi/terluka, penggunaan produk penghalus penghalus apalagi yang mengandung mengandung pewangi, pewangi, justru akan membuat membuat iritasi kulit semakin parah. Proses Lumpur Aktif Teknik Pengolahan air limbah banyak ragamnya. Salah satu dari teknik Air limbah adalah proses lumpur aktif dengan aerasi oksigen murni. Pengolahan ini termasuk pengolahan biologi, karena menggunakan bantuan mikroorganisma pada proses pengolahannya. Cara Kerja alat ini adalah sebagai berikut : Air limbah setelah dilakukan penyaringan dan equalisasi dimasukkan kedalam bak pengendap awal untuk menurunkan suspended solid. Air limpasan dari bak pengendap awal dialirkan ke kolam aerasi melalui satu pipa dan dihembus dengan udara sehingga mikroorganisma bekerja menguraikan bahan organik yang ada di air limbah. Dari bak bak aerasi air limbah dialirkan ke bak pengendap akhir, lumpur diendapkan, sebagian lumpur dikembalikan dikembalikan ke kolam aerasi. Keuntungannya :1. :1. daya larut oksigen dalam air limbah lebih besar; 2. efisiensi proses lebih tinggi; dan 3. cocok untuk pengolahan air limbah dengan debit kecil untuk polutan organik yang susah terdegradasi. METODE PENELITIAN Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitianini antara lain limbah deterjen, sedimen (lumpur), NaDBS, pupuk NPK, Bahan kimia yang digunakan antara lain reagen Methylene blue, klroform, H2SO4, NaH2PO4.H2O dan akuades. Peralatan Peralatan Peralatan yang digunakan digunakan dalam penelitian dikelompokkan dikelompokkan menjadi dua yaitu perala peralatan tan pengol pengolaha ahan n limbah limbah deterje deterjen n dan peralat peralatan an analis analisis is kimia. kimia. Peralat Peralatan an pengolahan limbah deterjen antara lain bak pengolahan dengan volume 5 liter. Toples plastik dengan volume 2 liter, dan aerator. Peralatan analisis kimia antara lain peralatn gelas seperti tabung reaksi, pipet volume, corong pisah, timbangan analitik dan spektofotometer UV-Vis. Cara Kerja Pengolahan Limbah Detertjen Pembibitan (seeding) Seba Sebany nyak ak 3 gram gram lump lumpur ur yang yang dipe dipero role leh h dari dari Sung Sungai ai Mati, Mati, 1 gram gram NPK NPK dimasukka dimasukkan n kedalam kedalam toples toples plastik plastik yang sudah disii dengan dengan akuades akuades sebanyak sebanyak 1 liter. Selama pembibitan dilakukan aerasi dengan aerator yang ujung selangnya ditempatkan pada dasar toples. Aerasi dilakukan selain sebagai sumber oksigen juga juga dapat dapat sebaga sebagaii alat pengad pengaduka ukan n dari dari proses proses pembib pembibita itan. n. Pembib Pembibita itan n ini dilakukan selama 1 minggu. Pengolahan Limbah Deterjen
Disiapkan 2 bak percobaan yang masing-masing diisi dengan 2 liter air limbah. Bak pertama diisi dengan 1 liter cairan pembibitan, dan bak kedua hanya diisi deng dengan an limb limbah ah dete deterje rjen. n. Pada Pada sist sistem em peng pengol olah ahan an ini ini dila dilaku kuka kan n aera aerasi si dan dan pengamatan dilakukan pada hari ke 3, 5, 7, 10 dan 15. Pembuatan Larutan Standar DBS Sebe Sebelu lum m mene menent ntuk ukan an kada kadarr DBS, DBS, dila dilaku kuka kan n pemb pembua uatan tan stan standa darr DBS DBS dari dari senyawa senyawa Na-DBS dengan konsentrasi konsentrasi DBS 100 ppm. Selanjutnya Selanjutnya dibuat dibuat larutan standar 1,0; 2; 5; 10 dan 25 ppm. Penentuan Kadar DBS pada Sampel Sebanyak 10,0 mL sampel deterjen dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian ditamb ditambahk ahkan an dengan dengan 25 mL klorof kloroform orm dan 25 mL pereak pereaksi si methylene methylene blue. Campuran dalam corong pisah dikocok selama 10 detik dan didiamkan sampai terbentuk dua fase yaitu fase kloroform dan fase air. Fase kloroform yang berada di bagian bawah diambil dan fase air dicuci dengan kloroform sampai warna biru pada fase air berkurang atau menghilang. Fase kloroform dikumpulkan pada corong pisah yang lainnya, kemudian ditambahkan 50 Ml laruta larutan n pencuc pencucii dan dikoco dikocok k selama selama 60 detik, detik, selanj selanjutn utnya ya didiam didiamkan kan sampai terbentuk dua fase lagi. Fase kloroform ditampung, sedangkan fase larutan pencuci dilakukan pencucian sebanyak dua kali dengan masing-masing 10 mL klro klrofo form rm.. Fase Fase klro klroro rofo form rm diku dikump mpul ulka kan n dan dan diba dibaca ca sera serapa pann nnya ya deng dengan an spekrtofotometer pada panjang gelombang maksimum 644 nm. Perhitungan Efektivitas Untuk menentukan nilai efektivitas penurunan DBS dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut : Efektifitas % = DBS awal–DBS selama pengolahan DBS awal
HASIL DAN PEMBAHASAN Limbah deterjen yang diambil adalah limbah yang berasal dari usaha laundry, mempunyai kondisi awal berwarna putih keruh, berbau dan berbusa. Kadar DBS limbah deterjen sebesar 50,884 ppm. Kadar DBS yang tinggi dapat menimbulkan buih buih dan dapat dapat mengh menghamb ambat at penetra penetrasi si sinar sinar mataha matahari ri dan pelaru pelarutan tan oksige oksigen n sehingga mengakibatkan oksigen terlarut menjadi rendah. Rendahnya kandungan oksi oksige gen n dapa dapatt meng mengga gang nggu gu ekos ekosis istem tem yang yang berad beradaa dipe diperai raira ran n dan dan dapa dapatt mengganggu respirasi tanaman dan hewan yang ada pada perairan. Lumpur yang telah diendapkan akan menjadi lumpur aktif yang merupakan proses pembibitan. Beri Beriku kutt ini ini adal adalah ah tabel tabel Kada Kadarr DBS DBS Limb Limbah ah Dete Deterje rjen n yang yang di olah olah deng dengan an menggunakan lumpur aktif : Hari ke 0 5 7 10
Kadar DBS (ppm) Kontrol Lumpur Aktif 50,888 50,888 48,122 14,137 47,843 1,244 46,98 0,152
15
46,762
0,381
Dari tabel diatas dapat kita lihat terjadi penurunan kadar DBS selama pengolahan bai baik k untu untuk k kont kontro roll maup maupun un peng pengol olah ahan an deng dengan an lump lumpur ur akti aktif. f. Apab Apabil ilaa dibandingkan dengan kontrol, penurunan kadar DBS pada pengolahan lumpur aktif aktif mengal mengalami ami penuru penurunan nan yang yang tajam, tajam, sedang sedangkan kan pada pada kontro kontroll tidak tidak terjad terjadii penur penuruna unan n yang yang tajam. tajam. Hal ini diseba disebabka bkan n karena karena pada pada kontro kontroll tidak tidak terjad terjadii degradasi DBS secara maksima. Kadar terendah DBS yang paling rendah adalah pada pada hari hari ke 15 dengan dengan pengol pengolaha ahan n lumpur lumpur aktif. aktif. Hal ini dikaren dikarenaka akan n pada pada pengolahan pengolahan lumpur aktif terjadi degradasi degradasi oleh mikroorganism mikroorganismee yang terdapat pada lumpur aktif. Dan ini adalah tabel Efektifitas Efektifita s Penurunan DBS limbah deterjen untuk kontrol dan lumpur aktif : Hari Ke 0 5 7 10 15
Efektifitas (%) Kontrol Lumpur Aktif 5,44 72,22 5,95 97,56 7,68 99,70 7,78 99,45 8,18 99,25
Dari tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa tingkat efektivitas pengolahan lumpur aktif sangatlah tinggi. Pada hari ke 15 nilai efektivitasnya sebesar 99,25%. Hal ini menunjukkan bahwa pengolahan limbah cair dengan metode lumpur aktif sangat efektif untuk menurunkan kadar DBS dari limbah deterjen. KESIMPULAN Berdasarkan Berdasarkan penjelasan, penjelasan, hasil dan pembahasan pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan kesimpulan sebagai berikut : 1. DBS DBS meru merupa paka kan n baha bahan n utam utamaa dalam dalam deterje deterjen n yang yang sang sangat at menc mencem emar arii perairan yang dapat menurunkan kadar oksigen terlarut dalam perairan. 2. Dari Dari hasi hasill pen penguji gujian an,, kand andunga ungan n DBS pada ada kont kontro roll lebi lebih h tin tinggi dibandingkan dengan pengolahan lumpur aktif. 3. lump lumpur ur akti aktiff sanga angatt efek efekti tiff untu untuk k men menurun urunka kan n kad kadar DBS DBS hal ini ini dibuktika dibuktikan n dengan dengan tingginya tingginya nilai efektivitas efektivitas pengolahan pengolahan pada hari ke 15 sebesar 99,25%.