PENGGUNAAN KONSEP ARSITEKTUR ISLAM PADA BANGUNAN MASJID RAYA LAMA AL-OSMANI MEDAN
YUNI SYARAH
PENGGUNAAN KONSEP ARSITEKTUR ISLAM PADA BANGUNAN MASJID RAYA LAMA AL-OSMANI MEDAN1 Yuni Syarah2 ABSTRAK Dalam dunia arsitektur telah banyak ditemukan berbagai macam konsep perancangan. Salah satu nya adalah konsep arsitektur Islam. Pada saat ini, arsitektur Islam sering dikaitkan dengan bentuk lengkung-lengkung serta terlihat megah dan indah, seperti bentuk pada atap masjid. Namun bila dicermati, bentuk atap masjid seperti kubah tersebut bukan lah berasal dari Islam dan tidak menjelaskan secara lengkap makna di balik istilah “arsitektur Islam” – yang semestinya adalah suatu rancang bangunan yang didasari oleh aqidah Islam dan memenuhi norma-norma dalam syari’at Islam. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan membahas mengenai kondisi masjid terkait pandangan arsitektur Islamnya. Penelitian ini akan menjabarkan penggunaan konsep Islam pada bangunan masjid Al- Osmani. Mengkaji bagian-bagian konsep perancangan arsitektur bangunan, ruang luar dan ruang dalam bangunan masjid. mengetahui bagaimana konsep Islam yang dapat diterapkan pada ilmu perancangan, terutama pada bangunan Masjid. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu data yang di peroleh melalui observasi lapangan dengan mengamati secara langsung objek yang akan diteliti dan melakukan studi dokumen/literatur dimana studi ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku dan literatur , hasil-hasil penelitian , catatan tertulis dan sebagainya khususnya berkaitan dengan konsep arsitektur Islam. Melalui analisis diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan konsep arsitektur Islam pada bangunan masjid Al-Osmani ini dirancang sesuai kebutuhan dan fungsi utama masjid, memperlihatkan keindahan desain arsitekturnya, namun tetap terlihat sederhana pada desain atap, menara maupun warna masjid. Kata Kunci : Arsitektur
Islam, Masjid, Konsep Perancangan. ABSTRACT
In the world of architecture has been widely found a wide variety of design concepts. One of them is the concept of Islamic architecture. At this time, the architecture of Islam is often associated with a form of arches and looks magnificent and beautiful, such as the shape of the roof of the mosque. However, when examined, such as the shape of the dome roof of the mosque is not the coming of Islam and do not fully explain the meaning behind the term "Islamic architecture" – which was a building design should be based on the Islamic faith and fulfilling the norms in Islamic shariah , Therefore, in this study will discuss the conditions related to the views of the mosque Islamic architecture. This study will describe the use of the concept of Islam in the mosque Al Osmani. Reviewing parts of the building architectural design concepts, outer space and the space in the building of the mosqu, to know how Islamic concepts that can be applied in the design of science, especially in the building of the mosque. The method used in this research is descriptive of qualitative data obtained through field observations by directly observing the object to be examined and to study documents / literature where the study was conducted by studying books and literature, research results, notes and so especially with regard to the concept of Islamic architecture. Through the analysis, we concluded that use of the concept of Islamic architecture in the mosque of Al-Osmani was designed according to the needed and the main function of the mosque, to show the beauty of the architectural design, but it still looks simple on the design of the roof, the tower and the color of the mosque. Keywords : Islamic Architecture,
Mosque, Design Concept.
1
Tulisan ini merupakan bagian akhir dari Tugas Mata Kuliah Studi Perencanaan Lingkungan Binaan II di Program Studi Teknik Arsitektur FakultasTenik USU Medan dengan Bimbingan Dr.Wahyu Utami , ST,MT 2
Mahasiswa Semester VIII Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik USU Medan, email :
[email protected]
PENGGUNAAN KONSEP ARSITEKTUR ISLAM PADA BANGUNAN MASJID RAYA LAMA AL-OSMANI MEDAN
YUNI SYARAH
1. Latar Belakang
2. Metode Penelitian
Pada saat ini telah banyak ditemukannya konsep-konsep dalam dunia arsitektur. Berbagai macam konsep dilahirkan dari waktu ke waktu untuk mewujudkan desain yang lebih inovatif. Salah satu nya adalah konsep arsitektur Islam. Menurut Utami (2004), dengan penelitiannya yang berjudul Integrasi Konsep Islami Dan Konsep Arsitektur Modern Pada Perancangan Arsitektur Masjid (studi kasus pada karya arsitektur masjid Achmad Noe’man), Arsitektur Islam adalah gagasan dan karya arsitektur yang sesuai dengan pandangan dan kaidah-kaidah Islam tentang arsitektur dan tidak terbatas pada masjid saja. Menurut Fanani (2009) dengan bukunya yang berjudul arsitektur masjid, lewat arsitektur masjid dapat ditelusuri keadaan suatu masyarakat muslim, situasi kemasyarakatannya, pemahaman keagamaannya, disaat dan tempat dimana karya arsitektur masjid tersebut berada. Arsitektur masjid sebagai benda bentukan dengan sendirinya akan bisa menuntun pada penjelasan tentang pola prilaku, kehendak, keinginan, dan gagasan keagamaan masyarakat muslim disekeliling masjid tersebut. Minaret, kubah, kaligrafi, maksura, semua dapat menjadi petanda guna mengungkap rangkaian kejadian. Objek penelitian yang diambil adalah Masjid Al-Osmani Medan. Yang dimana selain masjid ini merupakan masjid tertua di kota medan, masjid Al-Osmani ini juga terlihat unik dari segi arsitekturnya. penelitian ini akan membahas mengenai kondisi masjid terkait pandangan arsitektur islamnya. Penelitian ini akan menjabarkan penggunaan konsep islam pada bangunan masjid AlOesmani. Mengkaji bagian-bagian perancangan arsitektur bangunan, ruang luar dan ruang dalam bangunan masjid. Dari penjelasan ini penulis mengharapkan agar para pembaca dapat mengetahui bagaimana konsep Islam yang dapat diterapkan pada ilmu perancangan, terutama pada bangunan Masjid, sehingga budaya yang selama ini masih melekat erat di masyarakat dapat sedikit demi sedikit diperbaiki dengan pemahaman dari bahasan ini.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu menghasilkan data deskriptif dari Objek yang diamati. menganalisa serta menyimpulkan data dan informasi yang diperlukan yang berkaitan dengan penggunaan konsep arsitektur islam pada bangunan masjid raya lama Al-Oesmani. Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini ialah (1) Meneliti konsep perancangan arsitektur islam pada bangunan masjid AlOesmani medan, (2) Meneliti ruang luar dan ruang dalam bangunan masjid Al-Osmani Medan. 3. Tinjauan Pustaka 3.1. Defenisi Arsitektur Islam Menurut Utami (2004), dengan penelitiannya yang berjudul Integrasi Konsep Islami Dan Konsep Arsitektur Modern Pada Perancangan Arsitektur Masjid (studi kasus pada karya arsitektur masjid achmad noe’man), Arsitektur Islam adalah karya arsitektur yang sesuai dengan pandangan Islami sehingga arsitektur yang memiliki pendekatan konsep Islam dikatakan sebagai arsitektur Islami. Tidak tertutup kemungkinan arsitektur Islam ditemukan dan berkembang di tempat yang pemeluknya nonmuslim atau sebaliknya. Jadi, arsitektur Islam bukan arsitektur yang berada di Arab atau bangunan peribadatan / masjid saja. Banyak pandangan-pandangan yang menyesatkan bahwa seolah-olah arsitektur Islam adalah bangunan masjid saja. 3.2. Arsitektur Masjid Menurut Sumalyo (2006) didalam bukunya yang berjudul Arsitektur Masjid Dan Monumen Sejarah Muslim, Arsitektur Masjid Dan Monumen Sejarah Islam, perkataan “masjid” dapat diartikan sebagai tempat dimana saja untuk bersembahyang orang muslim, seperti sabda Nabi Muhammad SAW : “Dimanapun engkau sholat, tempat itulah masjid”. Kata masjid disebut sebanyak 20 kali di dalam alQur’an, berasal dari kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat serta tunduk penuh hormat dan takzim. Sujud dalam syariat yaitu berlutut, meletakkan dahi, kedua tangan ketanah adalah
PENGGUNAAN KONSEP ARSITEKTUR ISLAM PADA BANGUNAN MASJID RAYA LAMA AL-OSMANI MEDAN
bentuk nyata dari kata tersebut diatas. Oleh karena itu bangunan dibuat khusus untuk shalat disebut masjid yang artinya : tempat untuk sujud. Menurut Fanani (2009) didalam bukunya yang berjudul arsitektur masjid, bagian terbesar dari khazanah arsitektur islam terdiri dari bangunan masjid, istana dan makam. Masjid merupakan bangunan yang paling banyak menarik perhatian para pengamat. Meskipun pada awal mula kehadiran islam bangunan masjid tampil sangat sederhana, akan tetapi bersamaan dengan tumbuhnya masyarakat dan peradaban umat muslimin, sosok penampilan arsitektur masjid berkembang sangat mencolok. 3.3. Ruang Luar pada Masjid 1.
Orientasi
Menurut Shihab (1996) dengan judul penelitiannya Wawasan Al-Quran, Orientasi masjid selalu menghadap ke kiblat, yaitu kearah Mekkah, sebagai kota kelahiran agama Islam dan tempat berdirinya bait Allah SWT. Selain arah shalat, kiblat merupakan arah kepala hewan yang disembelih, juga arah kepala jenazah yang dimakamkan. Di Indonesia, kiblat tersebut mengarah kearah barat laut.
YUNI SYARAH
yang berada di tengahnya. Seiring berkembangnya teknologi arsitektur, maka kubah pun muncul sebagai penutup bangunan masjid. Kubah memang bukan berasal dan berakar dari arsitektur Islam. Itu karena memang ajaran Islam tidak membawa secara langsung tradisi budaya fisik atau Islam tidak mengajarkan secara konkrit tata bentuk arsitektur. Islam memberi kesempatan kepada umatnya untuk menentukan pilihan-pilihan fisiknya pada akal-budi. Menurut Sopandi (2013) didalam penelitian Ayudhia (2015), Bentuk kubah telah dikembangkan selama ratusan tahun oleh banyak kelompok masyarakat di berbagai belahan dunia. Garis sejarah mengenai perkembangan dari bentuk kubah beserta fungsinya sangat luas dan kaya makna bahkan telah menjadi symbol semiotik yang khas bagi berbagai agama, budaya dan peradaban tertentu. Hampir mustahil untuk membedakan kubah Islam(Gambar 2.3), Kubah Kristen (Gambar 2.4), Kubah Yahudi (Gambar 2.5), Kubah yang Pagan, karena pada dasarnya tradisi membangun sebuah bangunan dengan menggunakan kubah telah dimulai sejak era Romawi Kuno. Konon bentuk kubah dapat diinterpretasi “mengandung” makna universal sebagai benda buatan manusia yang meniru bentang langit. (Ayudhia 2015)
Gambar 2. Kubah Islam ( sumber : www.republika.id ) Gambar 1. Orientasi Masjid Ke Ka’bah ( sumber : http://www.eramuslim.com/ )
2.
Atap
Menurut Muti’ah (2011), dengan judul penelitian nya arsitektur bangunan masjid, arsitektur awal masjid Rasul berbentuk segi empat dengan dinding sebagai pembatas sekelilingnya. Di sepanjang bagian dalam dinding tersebut dibuat semacam serambi yang langsung berhubungan dengan lapangan terbuka
Gambar 3. Kubah Kristen ( sumber : www.republika.id )
PENGGUNAAN KONSEP ARSITEKTUR ISLAM PADA BANGUNAN MASJID RAYA LAMA AL-OSMANI MEDAN
YUNI SYARAH
menyerupai bentuk menara yang terdapat di alexandria dimana menara berbentuk segi empat dan kemudian berubah menjadi lebih langsing. Tirus dan persegi delapan pada bagian puncaknya. 3.4. Ruang Dalam pada Masjid 1. Gambar 4. Kubah Yahudi ( sumber : www.republika.id )
3.
Menara
Jonathan Bloom dalam tulisannya menyatakan bahwa menara masjid pertama didirikan pada masjid adalah di Zaman Umaiyah dan bukannya Abasiyah seperti yang dinyatakan oleh penulis sebelum ini. Meskipun menara masjid pertama mula wujud pada kurun ke 9, namun penggunaan menara sebagai simbol penting dalam elemen seni bina Islam menonjol dan diperluaskan pada abad ke 11 dan menara mula diterima sebagai simbol Islam pada kurun ke 13. Ini dibuktikan dengan kehadiran masjid seperti Masjid Sultan Baybars, Mesir, Masjid Samarqand, Masjid Sultan Suleiman dan sebagainya.Menara masjid (Bahasa Arab: , manara, rumah api) adalah salah satu reka bentuk masjid di dunia Islam. Menara masjid biasanya merupakan menara yang tinggi yang mempunyai pembesar suara untuk azan. Menara masjid boleh jadi merupakan menara berasingan dari bangunan masjid atau cuma tambahan tinggi pada bangunan utama. ( Azizul Azli dkk 2012 ) Menurut Azizul Azli dkk (2012) Wacana Dan Teori Reka bentuk Menara Masjid Di Nusantara (Discourse and Theory on Minaret’s Designs of Mosque in Malay Archipelago), Menara bukanlah ciri-ciri asal pembangunn sebuah masjid, menara azan dipercayai oleh sesetengah pemikir dipinjam dari kerajaan byzentium oleh umat islam di zaman perluasan wilayah islam diluar semenanjung tanah arab. Sebelum kedatangan islam menara dipercayai telah lama ada pada bangunan gereja yang terdapat pada kerajaan byzentium. Pendapat yang menyatakan bahwa kerajaan islam meminjam dari kerajaan byzentium juga disangkal karena menara api sudah ada sejak zaman mesopotamia. Dimesir menara-menara masjid yang terdapat pada setiap masjid
Serambi
Menurut Utami dkk (2013) dengan penelitiannya yang berjudul Penerapan Konsep Islam Pada Perancangan Masjid Salman ITB Bandung, Serambi merupakan beranda atau selasar yang agak panjang, yang juga dapat di fungsikan sebagai tempat shalat. serambi adalah ruang yang sangat dibutuhkan pada sebuah masjid, sebagai tempat beristirahat para jama’ah dan juga sebagai tempat yang dapat digunakan untuk shalat. 2.
Ruang Shalat
Menurut Utami dkk (2013) dengan penelitiannya yang berjudul Penerapan Konsep Islam Pada Perancangan Masjid Salman ITB Bandung, Sebenarnya ruang shalat masjid yang bebas kolom merupakan tafsiran saf shalat berjamaah yang tidak boleh terputus, sedangkan penampang bangunannya yang berwujud empat persegi panjang merupakan konsekuensi logis dari tafsiran tersebut, demikian pula tiang-tiang di sekeliling bangunannya. Ruang shalat pada masjid juga dibagi atas 2 ruang, yaitu ruang shalat untuk pria dan ruang shalat untuk wanita. Menurut Kusumawardani (2011) dengan penelitiannya yang berjudul Masjid Besar Kecamatan Depok, Sleman di Yogyakarta dengan Pendekatan Hablumminallah dan Hablumminannas, Ruang shalat adalah ruang yang paling penting pada sebuah masjid. Ruang ini berupa ruang kosong tanpa prabot, lantainya dilapisi sajada atau karpet sebagai alas shalat tapi ada pula masjid yang sejak awal lantainya telah diberi pola sebagai pengganti sajada. Bentuk ruang shalat ada dua kemungkinan berkaitan dengan arah kiblat, kemungkinan pertama berbentuk bujur sangkar, bentuk ini banyak dijumpai pada masjid-masjid tradisional, karena panjang masing-masing sisinya sama maka penghargaan terhadap keemapt sisinya sama. Sebenarnya berntuk ini merupakan bentuk
PENGGUNAAN KONSEP ARSITEKTUR ISLAM PADA BANGUNAN MASJID RAYA LAMA AL-OSMANI MEDAN
YUNI SYARAH
yang memusat. Bentuk denah ruang shalat yang kedua yaitu bentuk empat persegi panjang, bentuk ini mempunyai dua varian pokok dalam perletakkannya yaitu sisi panjang mengarah sejajar arah kiblat dan yang kedua sisi panjangnya tegak lurus arah kiblat. 3.
Mihrab dan Mimbar
Menurut Sumalyo (2000), di dalam bukunya yang berjudul arsitektur masjid, mihrab adalah sebuah inovasi awal Arsitektur Islam khususnya Arsitektur Masjid. Mihrab pertama kali masuk ke dalam khasanah Arsitektur Masjid pada tahun 88 Hijriyah atau 708 Masehi. Orang yang pertamakali meletakkan mihrab di dalam Masjid Nabawi adalah Umar bin Abdul Aziz, saat menjabat Gubernur Madinah Munawarrah, pada masa kekhalifahan Walid bin Abdul Malik. Pada masa jabatannya itu, Umar bin Abdul Aziz (708-711 M) memerintahkan untuk merobohkan Masjid Nabawi untuk kemudian memperbaharui dan memperluasnya. Proyek ini melibatkan para pekerja Kristen Coptic yang membawa bentuk mihrab dari gereja mereka untuk diterapkan di Masjid Nabawi. Proyek selesai tahun 91 Hijriyah atau 711 Masehi. Saat itu mihrab dibuat berbentuk ceruk pada dinding dan berfungsi sebagai qibla’axis atau petanda arah kiblat ). Bentuk ceruk yang dimaksud pada masa itu sesungguhnya memiliki istilah thooq. Menurut Syamsiah (2007), mihrab dianggap memiliki dimensi sosial budaya, yang paling bisa ditonjolkan secara visual. Wujud fisik mihrab memiliki peran sebagai media pengungkapan nilai-nilai atau budaya dari individu pelaku atau perancangnya atau merupakan refleksi masyarakat sekitarnya. Mihrab pula yang umumnya menjadi bagian masjid yang paling bisa memperlihatkan ketinggian derajat suatu kaum, sehingga dihiasi dengan berbagai hiasan dan ornamen kaligrafi yang istimewa, baik bentuk maupun materialnya.
Gambar 4. Rekonstruksi Bentuk Masjid Nabawi ( sumber : Syamsiah, 2007 )
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Tinjauan Khusus Bangunan Masjid AlOsmani Medan 1.
Deskripsi
Masjid yang diakui sebagai masjid tertua di Medan ini terletak di Jalan Yos Sudarso KM 17.5, Kelurahan Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan, Medan. Karena letaknya tersebut, Masjid Raya al-Osmani juga dikenal dengan nama Masjid Labuhan ( http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/135 1/masjid-raya-al-osmani-masjid-tertua-kotamedan ).
Gambar 5. Masjid Al-Osmani Medan ( sumber : http://kebudayaanindonesia.net )
Terdapat tiga pintu dari setiap serambi untuk memasuki ruangan utama pada Masjid. Pintu di bagian tengah berdaun pintu dua buah berhiaskan geometris dan bagian atasnya berhiaskan lengkungan. Dua pintu lainnya memiliki hiasan yang sama, namun ukurannya
PENGGUNAAN KONSEP ARSITEKTUR ISLAM PADA BANGUNAN MASJID RAYA LAMA AL-OSMANI MEDAN
lebih besar dan hiasan lengkungan di bagian atasnya meruncing. Lengkungan-lengkungan tersebut merupakan jendela kaca berhias dan berwarna ( http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/135 1/masjid-raya-al-osmani-masjid-tertua-kotamedan ).
YUNI SYARAH
(Raja Deli IV), Tuanku Panglima Gandar Wahid (Raja Deli V), Sulthan Amaluddin Perkasa Alam (Raja Deli VI), Sultan Osman Perkasa Alam, dan Sulthan Mahmud Perkasa Alam. Ini dikarenakan letak Masjid Al- Osmani yang dapat menampung sebanyak sekitar 500 Jamaah ini berhadapan langsung dengan Istana Kerajaan Deli. 3.
Ruang Luar Masjid Al-Osmani Medan a) Orientasi
Gambar 6. Jendela & Pintu Masjid AlOsmani Medan ( sumber : Survey Peneliti )
2.
Menurut Wajdi (2012), Arah kiblat merupakan arah yang dituju oleh umat Islam dalam melaksanakan ibadah khususnya shalat, yaitu menghadap ke arah ka’bah di Masjidil Haram. begitu juga dengan Masjid Raya Lama Al-Osmani yang berorientasi ke arah ka’bah. Dapat di lihat dari fasad bangunan yang mengarah kearah kiblat.
Sejarah Masjid Al-Osmani
Menurut Sinar (2001) di dalam penelitian Ayudhia (2015), menjelaskan bangunan Masjid Al- Osmani ini dibangun dengan tenaga arsitektur berdarah Belanda dan beberapa pekerja yang berupa pedagang dan kuli dan berasal dari Tiongkok dan pulau seberang Malaysia. Karena mesjid ini menggunakan material seperti kayu yang telah ditaksir usia dari material ini tidak akan sampai satu abad, dengan tujuannya agar Masjid tetap megah dan kokoh , Kemudian pada tahun 1870, masjid yang terbuat dari bahan kayu itu dibangun menjadi megah secara permanen oleh Sulthan Mahmud Perkasa Alam yang pada saat itu menduduki Singgasana Raja Deli di Kesultanan Deli sebagai Raja Ke 8 . Menurut Ayudhia (2015), Sampai pada saat ini, Masjid Al- Osmani ini selain digunakan sebagai tempat beribadah seperti fungsi awalnya. Masjid ini juga digunakan sebagai tempat para penduduk dan rakyat Deli pada masa lalu dan masa sekarang merayakan hari besar keagamaan dan tempat bersilaturahmi dan berziarah ke Makam Sultan. Adapun di halaman Masjid ini terdapat lima makam raja Deli yang dikuburkan yakni Tuanku Panglima Pasutan
Gambar 7. Fasad Masjid Al-Osmani ( sumber : Survey Peneliti)
b) Atap Masjid Al-Osmani menggunakan atap kubah polos yang terletak hanya dibagian ruang utama masjid. Sementara pada bagian serambi masjid sendiri hanya menggunakan atap datar.
Gambar 8. Atap Masjid Al-Osmani ( sumber : Survey Peneliti)
PENGGUNAAN KONSEP ARSITEKTUR ISLAM PADA BANGUNAN MASJID RAYA LAMA AL-OSMANI MEDAN
c) Menara Pada bangunan masjid ini tidak terdapat menara terpisah yang mencolok. Pengeras suara terletak di bagian fasad bangunan yang terdapat dua kolom besar seolah berbentuk menara.
Gambar 9. Menara Masjid Al-Osmani ( sumber : Survey Peneliti)
4.
Ruang Dalam Masjid Al-Osmani Medan a) Serambi
Bangunan masjid Al-Osmani memiliki serambi dan ruang utama. Serambi berada di sisi timur, utara, dan selatan dimana di setiap bagian tengahnya terdapat penampil sebagai pintu masuk. Penampil dihiasi dua buah tiang besar bersegi delapan dengan hiasan kuncup bunga di bagian puncaknya. Masing-masing berada di kiri dan kanan pintu. serambi pada masjid ini cukup luas di banding ruang dalam masjid.
Gambar 10. Serambi Masjid Al-Osmani ( sumber : Survey Peneliti)
b) Ruang Shalat Ruang Shalat/ Ruang dalam pada bangunan Masjid Al-Osmani sendiri tidak bagitu luas,
YUNI SYARAH
denah masjid berbentuk segi empat. Ruang dalam masjid Al-Osmani ini berbentuk sederhana dengan keseluruhan lantai di tutupi oleh sajadah untuk para jama’at shalat. pada ruangan ini juga terbagi atas 2, yaitu ruang shalat pria dan ruang shalat wanita.
Gambar 11. Ruang Shalat Masjid AlOsmani ( sumber : Survey Peneliti)
c) Mihrab dan Mimbar Mihrab berada di bagian barat masjid, berbentuk setengah lingkaran yang dapat terlihat pada bagian fasad. Juga menunjukkan orientasi masjid ke ka’bah. di sisi kiri dan kanan mihrab terdapat sebuah jendela kaca berhias dan berwarna yang bagian atasnya juga dihiasi lengkungan.
Gambar 12. Mihrab dan Mimbar Masjid Al-Osmani ( sumber : Survey Peneliti)
PENGGUNAAN KONSEP ARSITEKTUR ISLAM PADA BANGUNAN MASJID RAYA LAMA AL-OSMANI MEDAN
4.2. Analisis Elemen-Elemen pada Bangunan Masjid Al-Osmani Medan 1
Analisis Ruang Luar Masjid Al-Osmani Medan a) Orientasi
Menurut Wajdi (2012), Arah kiblat merupakan arah yang dituju oleh umat Islam dalam melaksanakan ibadah khususnya shalat, yaitu menghadap ke arah ka’bah di Masjidil Haram. Begitu juga dengan Masjid Al-Osmani Medan yang berorientasi ke arah ka’bah. Hal ini dapat dilihat dari blockplan Masjid Al-Osmani. Orientasi masjid terletak di antara arah mata angin barat dan utara. Melihat orientasi masjid yang di rancang dengan fasad masjid mengarah kearah kiblat, dapat disimpulkan konsep perancangan masjid Al-Osmani ini dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan Islami nya sendiri.
YUNI SYARAH
mencolok serta terlihat megah dan mewah. Desain kubah pada masjid yang menggunakan konsep arsitektur Islam terlihat sederhana namun tetap terlihat indah, dan tidak terlalu mencolok. Menggambarkan kesederhanaan masjid pada masa Rasulullah, dan mengungkap kan kesederhanaan umat Islam.
Gambar 14. Atap Masjid Al-Osmani ( sumber : Survey Peneliti)
c) Menara
Gambar 13. Blockplan Masjid Al-Osmani ( sumber : Google Earth )
b) Atap Denah bangunan utama pada Masjid AlOsmani berbentuk segi empat, dengan atap kubah tunggal bersegi delapan yang indah dan megah terbuat dari tembaga. Kubah tersebut bertumpu pada dinding tumpu yang bersegi delapan pada bagian atasnya, sesuai dengan bentuk kubah, dan bersegi empat pada bagian bawahnya,( kabarmedan.com/kemegahanmasjid-raya-al-osmani-medan/ ). Dapat terlihat pada gambar, masjid AlOsmani menggunakan atap kubah yang terlihat sederhana seperti pada kubah-kubah Islam pada umumnya. Berbeda dengan kubah yang digunakan oleh gereja dan tempat peribadatan agama yahudi yang desain kubah nya sangat
Menurut Utami dkk (2013), Dahulu menara pada bangunan masjid berfungsi sebagai pengeras suara ketika adzan berkumandang. Menara selalu terdapat pada area lingkungan masjid. Walaupun aturan mengenai keberadaan menara tidak terdapat di dalam ajaran islam seperti yang tertulis pada penelitian Azizul Azli dkk (2012), Menara bukanlah ciri-ciri asal pembangun sebuah masjid, menara azan dipercayai oleh sesetengah pemikir dipinjam dari kerajaan byzentium oleh umat islam di zaman perluasan wilayah islam diluar semenanjung tanah arab. Sebelum kedatangan islam menara dipercayai telah lama ada pada bangunan gereja yang terdapat pada kerajaan byzentium. Masjid Al-Osmani sendiri tidak menggunakan menara pada bangunannya. Hanya ada 2 kolom besar dan tinggi pada bagian fasad bangunan, yang pada bagian 2 kolom tersebut lah pengeras suara ketika adzan berkumandang di letakkan. Tidak adanya menara pada masjid al-Osmani ini sendiri, sama sekali tidak mengurangi keindahan masjid. Masjid Al-Osmani tampak indah dengan kesederhanaan desain arsitektural nya pada saat
PENGGUNAAN KONSEP ARSITEKTUR ISLAM PADA BANGUNAN MASJID RAYA LAMA AL-OSMANI MEDAN
YUNI SYARAH
ini. Yang dimana kesederhanaan merupakan konsep yang sangat dianjurkan terutama pada desain masjid yang menggunakan konsep arsitektur Islam. Sebagaimana masjid pada masa Rasulullah.
Gambar 16. Serambi Masjid Al-Osmani ( sumber : Survey Peneliti)
b) Ruang Shalat
Gambar 15. Menara Masjid Al-Osmani ( sumber : Survey Peneliti)
2
Analisis Ruang Dalam Masjid AlOsmani Medan a) Serambi
Pada masjid Al-Osmani serambi digunakan di sekeliling bangunan masjid utama. Menurut Utami dkk (2013), Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi panasnya iklim tropis di Indonesia. Dengan adanya serambi tersebut, maka masuknya sinar matahari dapat diredam dan tidak menimbulkan panas dalam ruangan. Akibatnya, ruang dalam masjid maupun pada serambi sendiri menjadi nyaman. Serambi pada masjid Al-Osmani ini juga dapat berfungsi sebagai tempat shalat ataupun sebagai tempat diadakankannya acara-acara keagamaan umat muslim. Serambi pada masjid Al-Osmani cukup luas di banding ruang dalam pada masjid ini sendiri, sehingga dapat dipergunakan sebagai tempat shalat oleh para umat Islam saat hari-hari besar Islam seperti Idul fitri maupun Idul adha.
Bentuk denah ruang shalat pada bangunan masjid Al-Osmani berbentuk empat persegi yang perletakan sisi nya sejajar arah kiblat. Ruang shalat pada masjid Al-Osmani ini bebas kolom seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Keseluruhan lantai pada ruang shalat di tutupi oleh sajadah. Pada ruang masjid alOsmani tidak begitu banyak ornamen yang terlihat, terlihat sederhana dengan warna cat yang sama seperti warna pada eksterior masjid. Ruang shalat masjid ini di bagi atas 2, yaitu ruang shalat untuk pria dan ruang shalat untuk wanita seperti masjid pada umumnya. Sebagaimana Islam yang memberikan batasan terhadap pria dan wanita.
Gambar 17. Ruang Shalat Masjid AlOsmani ( sumber : Survey Peneliti)
PENGGUNAAN KONSEP ARSITEKTUR ISLAM PADA BANGUNAN MASJID RAYA LAMA AL-OSMANI MEDAN
c) Mihrab dan Mimbar Bagi sebuah masjid, elemen interior dan mihrab merupakan suatu hal penting, karena berkaitan langsung dengan jemaah yang merasakan suasana dan atmosfir ruang dalam masjid. Berkaitan dengan hal ini menurut Achmad Neo’man, didalam penelitian Utami (2013), arsitektur bukanlah hanya merupakan perwujudan dan ungkapan lahiriah saja, namun juga batiniyah, termasuk perjalanan religiusnya. Dan itu memerlukan ungkapan bentuk, rupa dan suasana. Disini jelas menyatakan pentingnya suasana ruang yang mampu mendukung kegiatan kontemplatif di dalam masjid. Elemen-elemen ini terdiri dari berbagai macam elemen yang saling terkait satu sama lainnya. Atmosfir atau suasana ruang dalam sangat dipengaruhi integrasi masing-masing elemen yang saling mendukung satu sama lainnya. Mihrab adalah tempat imam untuk memimpin shalat berjamaah dan tempat dikumandangkan nya azan. Mimbar juga merupakan tempat para ustadz memberikan ceramah/siraman rohani. Maka dari itu mihrab dan mimbar merupakan elemen penting masjid. Yang dapat mendukung kegiatan-kegiatan Islami pada masjid.
Gambar 18. Mihrab dan Mimbar Masjid Al-Osmani ( sumber : Survey Peneliti)
5. Kesimpulan dan Saran Pada Masjid Al-Osmani sendiri hanya terdapat ruang-ruang yang sesuai kebutuhan masjid pada umumnya, yaitu ruang shalat, serambi, mihrab dan mimbar. Desain atap kubah
YUNI SYARAH
yang sederhana dan tidak terlalu mencolok, menara yang tetap menjadi bagian dari masjid juga di desain sangat sederhana, dan orientasi masjid mengarah kerah kiblat menjabarkan penggunaan arsitektur islam yang semestinya. Dari bahasan ini kita bisa membuka suatu wacana / referensi baru tentang konsep arsitektur islam yang dapat kita angkat untuk sebuah tema perancangan pada bangunan khususnya bangunan Masjid, yang dirancang sesuai kebutuhan dan fungsi utama masjid, memperlihatkan keindahan yang dituliskan di dalam sebuah Hadist, namun tetap terlihat sederhana pada desain atap, menara maupun warna.
Daftar Pustaka [1]. Ahmad, azizul azli dkk, 2012, Wacana Dan Teori Rekabentuk Menara Masjid Di Nusantara (Discourse and Theory on Minaret’s Designs of Mosque in Malay Archipelago), Jurnal Al-Tamaddun Bil, 77-88 [2]. Ayudhia, Anka, 2015, Trnasformasi Bentuk Atap Kubah (Studi Kasus: Masjid AlOsmani Pekan Labuhan), Departemen arasitektur, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan. [3]. Fanani, Achmad . 2009. Arsitektur Masjid. Jakarta : Bentang Pustaka [4].http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/ 1351/masjid-raya-al-osmani-masjid-tertua-kotamedan [5]. Kartini, Ayu, 2014, Analisis Penerapan Ornamen Bernuansa Melayu Ditinjau Dari Bentuk dan Warna di Kota Medan, Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan. [6]. Kusumawardani, 2011, Masjid Besar Kecamatan Depok, Sleman di Yogyakarta dengan Pendekatan Hablumminallah dan Hablumminannas. [7]. M. Quraish Shihab, Wawasan AlQuran. Mizan. Cetakan ke-2. April 1996. Hal [8]. Muti’ah, Mumut, 2011, Arsitektur Bangunan Masjid. [9]. Sumalyo, Yulianto, Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006. [10]. Sumalyo, Yulianto, 2000, Arsitektur Masjid, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
PENGGUNAAN KONSEP ARSITEKTUR ISLAM PADA BANGUNAN MASJID RAYA LAMA AL-OSMANI MEDAN
[11]. Syamsiah, Nur Rahmawati, 2007, Transformasi Fungsi Mihrab Dalam Arsitektur Masjid Studi Kasus : Masjid-Masjid Jami’ Di Surakarta, Jurnal Teknik Gelagar, Vol. 18, No. 01, Hal 49 – 56. [12]. Utami, 2004, Integrasi Konsep Islami Dan Konsep Arsitektur Modern Pada Perancangan Arsitektur Masjid (studi kasus pada karya arsitektur masjid achmad noe’man). [13]. Utami dkk, 2013, Penerapan Konsep Islam Pada Perancangan Masjid Salman ITB Bandung, jurnal Reka Karsa, Vol. 1, No. 2, 111.
YUNI SYARAH