KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa ada halangan yang berarti. Dalam makalah ini memaparkan secara merinci tentang pengertian dan sejarah ketahanan nasional Indonesia, unsurunsur ketahanan nasional, pendekatan Asta Gatra dalam mewujudkan ketahanan nasional, globalisasi dan ketahanan nasional. Kami berharap makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan walaupun mungkin masih ada kekurangan dalam makalah ini. Terlepas dari itu kami sangat memerlukan kritik dan saran yang membangun demi dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat diterima dan dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah kami susun dapat memberikan manfaat bagi kami maupun pembaca. Sebelumnya kami k ami mohon maaf apabila ada kekurangan k ekurangan atau kesalahan kata -kata yang berkenan dalam pembuatan makalah ini. Kritik dan saran yang membangun dari anda sangat berguna bagi kami demi memperbaiki makalah ini di wktu yang akan datang.
Denpasar, Mei
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................................................1 DAFTAR ISI ..................................................... ........................................................................................................... ...............................................................................2 .........................2 BAB I PENDAHULUAN .................................................... ........................................................................................................ ............................................................3 ........3 1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................................3 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................3 1.3 Tujuan ........................................................................................................................................3 1.4 Manfaat ......................................................................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................4 2.1 Pengertian dan Sejarah Ketahanan Nasional Indonesia ....................................................... .............................................................4 ......4 2.2 Unsur-unsur Ketahanan Nasional ..............................................................................................7 2.3 Pendekatan Asta Gatra dalam Mewujudkan Ketahanan Nasional ...........................................11 2.4 Globalisasi dan Ketahanan Nasional .......................................................................................18 BAB III PENUTUP .................................................. ..................................................... ....................................................................22 ...............22 3.1 Kesimpulan ..............................................................................................................................22 3.2 Saran ........................................................................................................................................22 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................23
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Terbentuknya negara Indonesia dilatarbelakangi oleh perjuangan seluruh bangsa. Sudah sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak negara atau bangsa lain, karena potensinya yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan alam yang banyak. Beberapa ancaman dalam dan luar negeri telah dapat diatasi bangsa Indonesia dengan adanya tekad bersama menggalang kesatuan dan keutuhan bangsa. Kekuatan bangsa dalam menjaga keutuhan Negara Indonesia tentu saja harus selalu didasari oleh segenap landasan baik landasan ideal, konstitusional dan juga wawasan visional. Beberapa ancaman dalam dan luar negeri telah dapat diatasi bangsa Indonesia dengan adanya tekad bersama menggalang kesatuan dan keutuhan bangsa. Sejak Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa dan Negara. Indonesia tidak luput dari gejolak dan ancaman dari dalam negeri maupun luar negeri yang nyaris membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negera. Untuk itu bangsa Indonesia harus memiliki keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional sehingga berhasil mengatasi setiap bentuk tantangan ancaman hambatan dan gangguan dari manapun datangnya. Dalam makalah ini akan memaparkan lebih jelas mengenai ketahanan Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dan sejarah ketahanan nasional Indonesia? 2. Apa saja unsur-unsur ketahanan nasional? 3. Bagaimana pendekatan Asta Gatra dalam mewujudkan ketahanan nasional? 4. Bagaimana globalisasi dan ketahanan nasional? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah ketahanan nasional Indonesia. 2. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur ketahanan nasional. 3. Untuk mengetahui pendekatan Asta Gatra dalam mewujudkan ketahanan nasional. 4. Untuk mengetahui globlalisasi dan ketahanan nasional. 1.4 Manfaat 1 Manfaat Bagi Penyusun. Dengan menyusun makalah ini, selain dapat memenuhi tugas dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang diberikan oleh Dosen, penyususn juga mampu menambah wawasan seputar pendidikan kewarganegaraan terutama ketahanan nasional Indonesia yang termuat di dalamnya dan mengasah lebih jauh kemampuan menyusun sebuah tulisan ilmiah. 2 Manfaat Bagi Pembaca Dengan disusunnya makalah ini, para pembaca dapat memperoleh informasi seputar bagaimana pengertian dan sejarah ketahanan nasional Indonesia. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dan Sejarah Ketahanan Nasional Indonesia
Ketahanan nasional merupakan istilah dari Indonesia yang muncul pada tahun 1960-an. Istilah ketahanan nasional dalam bahasa Inggris bisa disebut sebagai national resillience. Dalam terminologi Barat, terminologi yang kurang lebih semakna dengan ketahanan nasional, dikenal dengan istilah national power (kekuatan nasional). Teori national power telah banyak dikembangkan oleh para ilmuwan dari berbagai negara. Hans J Morgenthau dalam bukunya Politics Among Nation ia menjelaskan tentang apa yang disebutnya sebagai “The elements of National Powers” yang berarti beberapa unsur yang harus dipenuhi suatu negara agar memiliki kekuatan nasional. Secara konsepsional, penerapan teori tersebut di setiap negara berbeda, karena terkait dengan dinamika lingkungan strategis, kondisi sosio kultural dan aspek lainnya, sehingga pendekatan yang digunakan setiap negara juga berbeda. Demikian pula halnya dengan konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia, yang unsur-unsurnya mencakup Asta Gatra dan pendekatannya menggunakan Pendekatan Asta Gatra. Konsep Ketahanan Nasional (National Resillience) dapat dibedakan dengan konsepsi Kekuatan Nasional (National Power). Secara etimologis, istilah ketahanan berasal dari kata dasar “tahan” yang berarti tahan penderitaan, tabah, kuat, dapat menguasai diri, gigih, dan tidak mengenal menyerah. Ketahanan memiliki makna mampu, tahan dan kuat menghadapi segala bentuk tantangan dan ancaman yang ada guna menjamin kelangsungan hidupnya. Sebagai konsepsi yang khas Indonesia, gagasan tentang ketahanan nasional muncul di awal tahun 1960an sehubungan dengan adanya ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia, yakni meluasnya pengaruh komunisme dari Uni Sovyet dan Cina. Pengaruh mereka terus menjalar sampai ke kawasan Indo Cina, sehingga satu persatu Negara di kawasan Indo Cina, seperti Laos, Vietnam dan Kamboja menjadi Negara komunis. Infiltrasi komunis tersebut 154 bahkan mulai masuk ke Thailand, Malasyia dan Singapura. Apakah efek domino itu akan terus ke Indonesia ? Gejala tersebut mempengaruhi para pemikir di lingkungan SSKAD (Sekolah Staf Komando Angkatan Darat) atau sekarang SESKOAD (Sunardi, 1997:12). Mereka mengadakan pengamatan dan kajian atas kejadian tersebut. Tahun 4
1960-an gerakan komunis semakin masuk ke wilayah Philipina, Malaysia, Singapura dan Thailand. Di tahun 1965 komunis Indonesia bahkan berhasil mengadakan pemberontakan (Gerakan 30 September 1965) yang akhirnya dapat diatasi. Menyadari akan hal tersebut, maka gagasan tentang masalah kekuatan dan unsur-unsur apa saja yang ada dalam diri bangsa Indonesia serta apa yang seharusnya dimiliki agar kelangsungan hidup bangsa Indonesia terjamin di masa-masa mendatang terus menguat. Pada tahun 1968 pemikiran tersebut dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional). Kesiapan menghadapi tantangan dan ancaman itu harus diwujudkan dalam bentuk ketahanan bangsa yang dimanifestasikan dalam bentuk perisai (tameng) yang terdiri dari unsur-unsur ideologi, ekonomi, sosial budaya . Tameng yang dimaksud adalah sublimasi dari konsep kekuatan dari SSKAD. Secara konseptual pemikiran Lemhanas merupakan langkah maju dibanding sebelumnya, yaitu ditemukannya unsur-unsur dari tata kehidupan nasional yang berupa ideologi, politik, ekonomi, sosial dan . Pada tahun 1969 lahir istilah Ketahanan Nasional, yang dirumuskan sebagai :
“Keuletan
dan
daya
tahan
suatu
bangsa
yang
mengandung
kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional yang ditujukan untuk menghadapi segala ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup negara dan bangsa Indonesia”. Kesadaran akan spektrum ini pada tahun 1972 diperluas menjadi hakekat ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG). Saat itu konsepsi Ketahanan Nasional diperbaharui dan diartikan sebagai : “Kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional, didalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung yang membahayakan identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan nasional”. Dari sini kita mengenal tiga konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia. yakni konsepsi tahun 1968, tahun 1969 dan tahun 1972. Menurut konsepsi tahun 1968 dan 1969 ketahanan nasional adalah keuletan dan daya tahan, sedang pada konsepsi 1972 ketahanan nasional merupakan suatu kondisi dinamik yang berisi keuletan dan ketangguhan. Jika pada dua konsepsi sebelumnya dikenal istilah IPOLEKSOM (Panca Gatra), dalam konsepsi tahun 1972 diperluas
5
dan disempurnakan berdasar asas Asta Gatra (Haryomataraman dalam Panitia Lemhanas, 1980: 95-96). Pada tahun-tahun selanjutnya konsepsi ketahanan nasional dimasukkan ke dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN), yakni mulai GBHN 1973 sampai dengan GBHN 1998. Adapun rumusan konsep ketahanan nasional dalam GBHN tahun 1998 adalah sebagai berikut; Untuk tetap memungkinkan berjalannya pembangunan nasional yang selalu harus menuju ke tujuan yang ingin dicapai dan agar dapat secara efektif dielakkan dari hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan yang timbul baik dari luar maupun dari dalam, maka pembangunan nasional diselenggarakan melalui pendekatan Ketahanan Nasional yang mencerminkan keterpaduan antara segala aspek kehidupan nasional bangsa secara utuh dan menyeluruh. Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Pada hakekatnya Ketahanan Nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidup menuju kejayaan bangsa dan negara. Berhasilnya pembangunan nasional akan meningkatkan Ketahanan Nasional. Selanjutnya Ketahanan Nasional yang tangguh akan mendorong pembangunan nasional. Ketahanan Nasional meliputi ketahanan ideologi, ketahanan politik, ketahanan ekonomi, ketahanan sosial budaya dan ketahanan pertahanan keamanan. a. Ketahanan ideologi adalah kondisi mental bangsa Indonesia yang berlandaskan keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila yang mengandung kemampuan untuk menggalang dan memelihara persatuan dan kesatuan nasional dan kemampuan menangkal penetrasi ideologi asing serta nilai-nilai yang tidak sesuai dengan ke pribadian bangsa b. Ketahanan politik adalah kondisi kehidupan politik bangsa Indonesia yang berlandaskan demokrasi politik berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 yang mengandung kemampuan memelihara sistem politik yang sehat dan dinamis serta kemampuan menerapkan politik luar negeri yang bebas dan aktif c. Ketahanan ekonomi adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa yang berlandaskan demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta kemampuan menciptakan kemandirian ekonomi 6
nasional dengan daya saing yang tinggi dan mewujudkan kemakmuran rakyat yang adil dan merata d. Ketahanan sosial budaya adalah kondisi kehidupan sosial budaya bangsa yang dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasila yang mengandung kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi seimbang serta kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional 157 e. Ketahanan pertahanan keamanan adalah kondisi daya tangkal bangsa yang dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas pertahanan keamanan negara yang dinamis, mengamankan pembangunan dan hasil-hasilnya serta kemampuan mempertahankan kedaulatan negara dan menangkal segala bentuk ancaman
Apabila menyimak rumusan mengenai konsepsi Ketahanan Nasional dalam GBHN tersebut, kita mengenal adanya tiga wujud atau wajah konsepsi Ketahanan Nasional, yaitu ; 1. Ketahanan nasional sebagai metode, tercermin dari rumusan pertama 2. Ketahanan nasional sebagai kondisi, tercermin dari rumusan kedua 3. Ketahanan nasional sebagai doktrin dasar nasional, tercermin dari rumusan ketiga Rumusan pertama menunjuk Ketahanan Nasional sebagai suatu metode berfikir sekaligus sebagai suatu pendekatan, yaitu suatu pendekatan khas Ketahanan Nasional yang membedakannya dengan metoda-metoda berfikir lainnya.
2.2 Unsur-Unsur Ketahanan Nasional 1) Gatra dalam Ketahanan Nasional
Para ahli memberikan pendapatnya mengenai unsur-unsur kekuatan nasional suatu negara. 1. Unsur kekuatan nasionalmenurut Hans J. Morgenthou Unsur kekuatan nasional negara terbagi menjadi dua faktor, yaitu 7
a. Faktor tetap ( stable factors) terdiri atas geografi dan sumber daya alam; b. Faktor berubah (dynamic faktors) terdiri atas kemampuan industri, militer, demografi, karakter nasional , moral nasional, dan kualitas dip lomasi; 2. Unsur kekuatan nasional menurut James Lee Ray Unsur kekuatan nasional negara terbagi menjadi dua faktor, yaitu a. Tangible faktors terdiri atas penduduk industri, dan militer b. Intangible faktors terdiri atas karakter nasional, moral nasional, dan kualitas kepemimpinan. 3. Unsur kekuatan nasional menurut Palmer & Perkins Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tanah, sumber daya, penduduk, teknologi, ideologi, moral, dan kepemimpinan. 4. Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tiga, yaitu a. Alamiah terdiri atas geografi, sumber daya, dan penduduk; b. Sosial terdiri atas perkembangan ekonomi, struktur politik, budaya dan moral nasional; c. Lain-lain: ide, inteligensi, dan diplomasi, kebijaksanaan kepemimpinan. 5. Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas letak geografi, wujud bumi, luas wilayah,jumlah penduduk, watak nasional, dan sifat pemerintahan. 6. Unsur kekuatan nasional menurut Cline Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas sinergi antar potensi demografi dan geografi, kemampuan ekonomi, militer, strategi nasional, dan kemauan nasional. 7. Unsur kekuatan nasional model Indonesia Unsur-unsur kekuatan nasional Indonesia di kenal dengan nama Astagatra yang terdiri atas Trigatra dan Pancagatra. a. Trigatra adalah aspek alamiah (tangible) yang terdiri atas penduduk, sumber daya alam, dan wilayah. b. Pancagtra adalah aspek sosial (intangible) yang terdiri atas ideologi, politik, ekonomi,sosial budaya dan pertahanan keamanan. Ketahanan nasional pada hakikatnya adalah kondisi yang dinamis dari integrasi tiap gatra yang ada.
8
Model ketahanan nasional dengan delapan gatra (Asta Gatra) ini secara matematis dapat di gambarkan sebagai berikut (Sunardi, 1997). K(t)
= f ( Tri Gatra, Panca Gatra)t atau = f (G,D,A), (I,P,E,S,H)t
Keterangan : K(t)
= kondisi ketahanan nasional yang dinamis
G
= kondisi geografi
D
= kondisi demografi
A
= kondisi kekayaan alam
I
= kondisi sistem ideologi
P
= kondisi sistem politik
E
= kondisi sistem ekonomi
S
= kondisi sistem sosial budaya
H
= kondisi sistem hankam
f
= fungsi, dalam pengertian matematis
t
= dimensi waktu
Penjelasan Atas Tiap Gatra dalam Ketahanan Nasional
a. Unsur atau Gatra Penduduk Faktor yang berkaitan dengan penduduk negara meliputi dua hal berikut : Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, keterampilan, etos kerja, dan kepribadian. Aspek kuantitas yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran, perataan, dan perimbangan penduduk di tiap wilayah negara. Terkait dengan unsur penduduk adalah faktor moral nasional dan karakter nasional.
b. Unsur atau G atra Wilayah Hal yang terkait dengan wilayah negara meliputi : Bentuk wilayah negara dapat berupa negara pantai, negara kepulauan atau negara
☞
kontinental; ☞
Luas wilayah negara ; ada negara dengan wilayah yang luas dan negara dengan wilayah yang sempit (kecil); 9
☞
Posisi geografis, astronomis, dan geologis negara;
Daya dukung wilayah negara; ada wilayah yang habitable dan ada wilayah yang
☞
unhabitable.
c. Unsur atau G atra Sumber Daya Alam Hal-hal yang berkaitan dengan unsure sumber daya alam sebagai elemen ketahanan nasional, meliputi : Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup sumber daya alam hewani, nabati, dan tambang; Kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam; Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan dan lingkungan hidup; Kontrol atas sumber daya alam.
d. Unsur atau Gatra di Bidang I deologi Ideologi adalah seperangkat gagasan, ide, cita dari sebuah masyarakat tentang
kebaikan bersama yang dirumuskan dalm bentuk tujuan yang harus dicapai dan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan itu. Ideologi mendukung ketahanan suatu bangsa oleh karena ideologi bagi suatu bangsa memiliki dua fungsi pokok, yaitu : Sebagai tujuan atau cita-citadari kelompok masyarakat yang bersangkutan, artinya nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi itu menjadi cita-cita yang hendak dituju secara bersama; Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan, artinya masyarakat yang banyak dan beragam itu bersedia menjadikan ideologi sebagai milik bersama dan menjadikannya bersatu.
e. Unsur atau Gatra di Bidang Politik Penyelenggaraan bernegara dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti: Sistem politik yang dipakai yaitu apakah sistem de mokrasi atau non demokrasi; Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah sistem presidentil atau parlementer; Bentuk pemerintahan yang dipilih apakah republik atau kerajaan; Susunan negara yang dibentuk apakah sebagai negara kesatuan atau negara serikat.
f. Unsur atau Gatra di Bi dang E konomi 10
Bidang ekonomi berperan langsung dalam upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga negara. Kemajuan pesat dibidang ekonomi tentu saja menjadikan negara yang bersangkutan tumbuh sebagai kekuatan dunia. Contoh, Jepang dan Cina. Sistem ekonomi secara garis besar dikelompokkan menjadi dua macam yaitu sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi sosialis.
g. Unsur atau Gatra di Bidang Sosial Budaya Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu negara. Hal-hal yang dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan berbeda dengan yang dihadapi bangsa yang heterogen (plural) dari segi sosial budaya masyarakatnya. Contoh, bangsa Indonesia yang heterogen berbeda dengan bangsa Israel atau bangsa Jepang yang relatif homogen.
h. Unsur atau G atra di Bidang Pertahanan K eamanan Pertahanan keamanan suatu negara merupakan unsur pokok treutama dalam menghadapi ancaman militer negara lain. Oleh karena itu, unsur utama pertahanan keamanan berada di tangan tentara (militer). Pertahanan keamanan negara juga merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara. Ketahanan Nasional Indonesia dikelola berdasarkan unsur Astagatra yang meliputi unsur-unsur : (1) Geografi, (2) Kekayaan alam, (3) Kependudukan, (4) Ideologi, (5) Politik, (6) Ekonomi, (7) Sosial budaya, dan (8) Pertahanan keamanan. Unsur 1-3 disebut Trigatra, Unsur 4-8 disebut Pancagatra.
2.3 Pendekatan Astagatra dalam mewujudkan ketahanan Nasional Indonesia Sifat Ketahanan Nasional Indonesia 11
Ketahanan nasional mempunyai sifat yang berbentuk dari nilai-nilai yang terkandung dalam landasan dan asas-asasnya, yaitu : 1.
Mandiri
Ketahanan nasional bersifat percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dengan keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas dan kepribadian bangsa. Kemandirian (independent) ini merupakan prasyarat untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dalam perkembangan global. 2.
Dinamis
Ketahanan nasional tidaklah tetap, melainkan dapat meningkt ataupun menurun tergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara, serta kondisi lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan hakikat dan pengertian bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa berubah dan dan perubahan itu senantiasa berubah pula. Oleh karena itu upaya peningkatan ketahanan nasional harus senantiasa diorientasikan kemas depan dan dinamikanya diarahkan untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih baik. 3.
Wibawah
Keberhasilan pembinaan ketahanan nasional indonesia secara berlanjut dan berkesinambungan akan meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa yang dapat menjadi faktor yang diperhitungkan oleh pihak lain. Makin tinggi tingkat ketahanan nasional indonesia, makin tinggi pula nilai kewibawaan nasionnal dan berarti makin tinggi tingkat daya tangkal dan dimiliki bangsa dan negara indonesia. 4.
Konsultasi dan Kerjasama
Konsepsi ketahanan nasional indonesia tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan antagonistis, tidak mengandalkan kekuasaan moral dan kepribadian bangsa.
12
Unsur-unsur kekuatan nasional di Indonesia diistilahakan dengan gatra dalam ketahanan nasional Indonesia. Sedangkan unsur-unsur kekuatan nasional Indonesia dikenal dengan nama Astagatra yang terdiri atas Trigatra dan Pancagatra. 1)
Trigatra adalah aspek alamiah yang terdiri atas penduduk, sumber daya alam, dan wilayah.
2)
Pancagatra adalah aspek sosial yang terdiri atas ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
dan pertahanan keamanan. Unsur-unsur tersebut dianggap mempengaruhi negara dalam hal mengembangkan kekuatan nasionalnya untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan. Dalam praktiknya kondisi ketahanan nasional dapat kita ketahui melalui pengamatan atas delapan gatra yang sudah disebutkan diatas. Sedangkan lemah/menurunnya tingkat ketahanan nasional akan menurunkan kemampuan bangsa dalam menghadapi ancaman kekuatan yang terjadi. Penjelasan Atas Tiap Gatra dalam ketahanan Nasional 1. Gatra Penduduk
Penduduk
suatu
negara
menentukan
kekuatan
atau
ketahanan
nasional
negara
yangbersangkutan. Faktor yang bersangkutan dengan penduduk negara meliputi dua hal berikut: a.
Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, ketrampilan, etos kerja, dan kepribadian.
b.
Aspek kuantitas yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran, perataan, dan
perimbangan penduduk di tiap wilayah. 2. Gatra Wilayah
Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional Negara. Adapun hal yang terkait dengan wilayah Negara meliputi: a. Bentuk wilayah Negara dapat berupa Negara pantai, Negara kepulauan, dan Negara kontinental.
13
b. Luas wilayah Negara; ada Negara dengan wilayah luas dan Negara dengan wilayah sempit (kecil). c. Posisi geografis, astronomis, dan geologis Negara. d. Daya dukung wilayah Negara; ada wilayah yang habitable dan ada wilayah yang unhabitable. 3.
Gatra Sumber Daya Nasional
Hal-hal yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam sebagai elemen ketahanan nasional, meliputi: a. Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup sumber daya alam hewani, nabati, dan tambang. b. Kemauan mengeksplorasi sumber daya alam. c.
Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan dan lingkungan hidup.
d.
Kontrol atas sumber daya alam.
4. Gatra di Bidang Ideologi
Ideologi mendukung ketahanan suatu bangsa oleh karena ideologi bagi suatu bangsa memiliki dua fungsi pokok, yaitu: a. Sebagai tujuan atau cita-cita dari kelompok masyarakat yang bersangkutan, artinya nilainilai yang terkandung dalam ideologi itu menjadi cita-cita yang hendak dituju. b.
Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan, atinya masyarakat yang banyak dan beragam itu bersedia menjadikan ideologi sebagai milik bersama dan menjadikannya bersatu.
5.
Gatra di Bidang Politik
Politik penyelengaraan bernegara sangat memengaruhi kekuatan nasional suatu Negara.Penyelenggaraan bernegara dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti : a. Sistem politik yang dipakai yaitu apakah sistem d emokrasi atau non demokrasi. b.
Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah sistem presidensil atau parlementer.
c.
Bentuk pemerintahan yang dipilih apakah republik atau kerajaan. 14
d.
Susunan Negara yang dibentuk apakah sebagai Negara kesatuan atau Negara serikat.
6. Gatra di Bidang Ekonomi
Ekonomi yang dijalankan oleh suatu Negara merupakan kekuatan nasional Negara yang bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung dalam upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga Negara. 7. Gatra di Bidang Sosial Budaya
Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu Negara. Hal-hal yang dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan berbeda dengan yang dihadapi bangsa yang heterogen (plural) dari segi sosial budaya masyarakatnya. 8.
Gatra di Bidang Pertahanan Keamanan
Pertahanan keamanan suatu Negara merupakan unsur pokok terutama dalam mengahadapi ancaman militer Negara lain. Oleh karena itu, unsur utama pertahanan keamanan berada di tangan tentara (militer). Pertahanan keamanan Negara juga merupakan salah satu fungsi pemerintahan Negara.
Perdamaian dunia dan Bagaimana strategi Indonesia dalam usaha mencapai perdamaian dunia
Perdamaian dalam pengertian negatifnya adalah suatu kondisi tidak adanya peperangan, konflik kekerasan, ketegangan dan huru-hara kerusuhan berskala besar, sistematis serta kolektif. Namun demikian, berlanjutnya tindak kekerasan seperti terorisme, diskriminasi dan penindasan terhadap minoritas dan kaum wanita serta anak-anak, kekerasan struktural oleh sebab-sebab kemiskinan dan pengangguran, intoleransi agama, dan rasisme serta sentimen kesukuan , bisa dikatakan merupakan keadaan tidak adanya situasi damai bagi mereka yang menjadi korban. Oleh karena itu, perdamaian harus dirumuskan pula secara lebih positif, tidak hanya dengan meniadakan peperangan dan konflik bersenjata berskala besar, melainkan juga memberantas berbagai tindak kekerasan, ketidakadilan, kriminalitas, penindasan dan eksploitasi manusia oleh manusia lainnya yang lebih kuat serta berkuasa.
15
Adapun hal-hal yang harus dilakukan oleh Negara Indonesia dalam menciptakan sebuah perdamaian Negara adalah: 1)
Menghargai Keberagaman
Indonesia yang terdiri dari berbagai unsur dan bermacam-macam kelompok, hanya akan terpelihara eksistensinya, apabila ada kerelaan untuk saling menerima keberagaman dari setiap komponen bangsa terhadap komponen atau kelompok lainnya. Setiap warga negara mesti menyadari, tidak mungkin kedamaian dibangun secara hakiki, apabila suatu kelompok agama tertentu menganggap dirinya adalah kelompok agama yang lebih istimewa dibandingkan dengan yang lainnya. Salah satu potensi besar dalam menyumbang terhadap perdamaian adalah dengan kembali kepada ajaran-ajaran pokok setiap agama, karena mayoritas sangat besar dari bangsa Indonesia adalah umat beragama. Agama melalui para pemeluknya harus belajar meninggalkan sikap memutlakkan ajaran agama (absolutisme agama) sendiri sebagai satu-satunya kebenaran yang ada di dunia, dan sebaliknya dapat berbagi ruang hidup secara lapang dada dengan menerima keanekaragaman agama-agama (pluralisme agama) di Indonesia. 2)
Dialog Perdamaian
Dalam dialog perdamaian ini, sekali lagi harapan dibebankan kepada para pemeluk-pemeluk agama. Hal ini didasarkan oleh kenyataan, bahwa sudah begitu banyak kekejaman dan kekerasan yang dilakukan oleh manusia terhadap manusia lainnya di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, justru dengan justifikasi yang berasal atas ajaran agama-agama tertentu. Apalagi agamalah tampaknya yang paling sering menjadi alat politik untuk membenarkan kelompok sendiri, serta menyalahkan kelompok lainnya. Padahal, setiap orang beragama umumnya sepakat, bahwa pesan inti agama adalah memelihara kehidupan damai serta saling mengasihi antar sesama manusia. Apabila yang terjadi adalah sebaliknya dari pesan-pesan pokok setiap agama, tentulah telah terjadi kesalah pahaman antar pemeluk agama. Untuk itulah dialog perdamaian antar agama perlu dilakukan secara terus-menerus. Momentum dialog antar agama mulai dirasakan keperluannya dan kemungkinan-kemungkinan keberhasilannya di zaman modern ini, setelah para uskup agama Katolik seluruh dunia men yelenggarakan Konsili Vatikan II, tahun 1964. Pada waktu itu antara lain dibahas agar soal umat Katolik menjalin dialog dengan pemeluk agama dan berbagai kebudayaan lain yang ada di dunia ini. Inisiatif dialog ini kemudian disambut dengan 16
baik oleh kalangan Islam. Dewasa ini sudah cukup banyak organisasi dan forum-forum dialog agama-agama internasional, tidak hanya antara Islam dan Kristen, melainkan juga antara Kristen dengan Yahudi, Kristen dengan Hindu, juga yang bersifat multilateral antara berbagai agama. Hal ini kalau dilakukan secara terus-menerus dengan semangat saling menghargai serta sikap yang dilandasi ketulusan dan kejujuran, diharapkan besar kemungkinan akan memberikan sumbangan berarti bagi Perdamaian. 3)
Menegakkan Kebenaran dan Keadilan
Satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam proses awal menciptakan perdamaian yang hakiki adalah dengan upaya melakukan upaya pengungkapan penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran HAM yang terjadi di masa lalu. Tidak akan mungkin tercipta perdamaian yang hakiki dengan tindakan menutup-nutupi atau menyembunyikan berbagai tindakan kekerasan terhadap HAM di masa lalu, dan melepaskan para pelaku penyalahgunaan kekuasaan politik atas nama Negara terhadap masyarakat yang lemah yang seharusnya dilindungi oleh negara. 4)
Melalui Pendekatan Cultural (Budaya)
Untuk mewujudkan perdamaian kita harus mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat ataupun sebuah Negara. Jika tidak, maka akan percuma saja segala upaya kita. Dengan mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat atau sebuah Negara maka kita bisa memahami karakteristik dari masyarakat atau Negara tersebut. Atas dasar budaya dan karakteristik masyarakat atau suatu Negara, kita bisa mengambil langkah-langkah yang tepat dan efektif dalam mewujudkan perdamaian disana. Dan pendekatan budaya ini merupakan cara yang paling efektif dalam mewujudkan perdamaian di masyarakat Indonesia serta dunia. 5)
Melalui Pendekatan Sosial dan Ekonomi
Dalam hal ini pendekatan sosial dan ekonomi yang terkait masalah kesejahteraan dan faktorfaktor sosial di masyarakat yang turut berpengaruh terhadap upaya perwujudan perdamaian dunia. Ketika masyarakatnya kurang sejahtera tentu saja lebih rawan konflik dan kekerasan di dalamnya. Masyarakat atau Negara yang kurang sejahtera biasanya akan “cuek” atas isu dan seruan perdamaian. “Boro-boro mikirin perdamaian dunia, buat makan untuk hidup sehari-hari saja susahnya minta ampun”, begitu fikir mereka yang kurang sejahtera. Maka untuk mendukung 17
upaya perwujudan perdamaian dunia yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah meningkatkan pemerataan kesejahteraan seluruh masyarakat dan Negara di dunia ini. 6)
Melalui Pendekatan Politik
Melalui pendekatan budaya dan sosial ekonomi saja belum cukup efektif untuk mewujudkan perdamaian dunia. Perlu adanya campur tangan politik, dalam artian ada agenda politik yang menekankan dan menyerukan terwujudnya perdamaian dunia. Terlebih lagi bagi Negara-negara maju dan adidaya yang memiliki power atau pengaruh dimata dunia. Negara-negara maju pada saat-saat tertentu harus berani menggunakan power-nya untuk “melakukan sedikit penekanan” pada Negara-negara yang saling berkonflik agar bersedia berdamai kembali. Bukan justru membuat situasi semakin panas, dengan niatan agar persenjataan mereka terus dibeli. 7)
Melalui Pendekatan Religius (Agama)
Pada hakikatnya seluruh umat beragama di dunia ini pasti menginginkan adanya perdamaian. Sebab tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan, kekerasan ataupun peperangan. Semua Negara mengajarkan kebaikan, yang diantaranaya kepedulian dan perdamaian. Maka dari itu setiap kita yang mengaku beragama dan ber-Tuhan tentu harus memiliki kepedulian dalam turut serta mewujudkan perdamaian di masyarakat maupun di kancah dunia. Para tokoh agama yang dianggap memiliki kharisma dan pengaruh besar di masyarakat harus ikut serta aktif menyerukan perdamaian.
2.4 Globalisasi Dan Ketahanan Nasional (1) Globalisasi
Pengertian Globalisasi secara umum, adalah suatu proses perubahan sosial dalam bentuk semakin bertambahnya ketertarikan antara masyarakat dengan faktor-faktor yang terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi yang modern. Istilah globalisasi ini dapat diterapkan dalam berbagai konteks sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya. Memahami globalisasi adalah suatu kebutuhan, mengingat bahwa majemuknya fenomena tersebut Berbicara mengenai globalisasi, tersebut sering diidentikkan dengan : 18
1. Internasionalisasi, yaitu mengenai hubungan antarnegara, meluasnya arus perdagangan dan penananman modal. 2. Leberalisasi, yaitu mengenai pencabutan pembatasan-pembatasan pemerintah untuk membuka ekonomi tanpa pagar dalam hambatan perdagangan, pembatasan keluar masuk mata uang, kendali devisa dan izin masuk suatu negara (visa). 3. Universalisasi, yaitu mengenai ragam selera atau gaya hidup seperti pakaian, makanan, kendaraan, di seluruh pelosok penjuru dunia. 4. Westernisasi atau Amerikanisasi, yaitu perubahan-perubahan geografi sehingga ruang sosial dalam perbatasan, tempat dan jarak menjadi berubah. Beberapa Pengertian Globalisasi 1. Pengertian Globalisasi yang pertama adalah sebagai transformasi kondisi mengenai ruang dan waktu dalam kehidupan. Hidup yang kita alami mengandaikan ruang dan waktu, akan tetapi fakta tersebut juga berarti jika terjadi perubahan dalam pengelolaan tata ruang dan waktu, terjadi pula transformasi pengorganisasian hidup. 2. Pengertian Globalisasi yang kedua ialah sebagai transformasi lingkup cara pandang. Dalam hal ini berarti bahwa globalisasi menyangkut transformasi cara memandang, cara berpikir, cara merasa dan juga cara mendekati persoalan. Dalam hal ini Isi dan perasaan kita tidak lagi hanya dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi dalam lingkup hidup dimana kita berada, akan tetapi juga karena berbagai peristiwa yang terjadi di berbagai belahan dunia. Hal ini juga terjadi dalam hal budaya, hukum, ekonomi, politik, bisnis dan lain sebagainya. Dapat dikatakan bahwa pada tataran ini globalisasi menyangkut transformasi isi dan cara merasa sera memandang persoalan di kalangan masyarakat dunia. 3. Pengertian Globalisasi yang ketiga yaitu sebagai transformasi modus tindakan dan praktik. Dalam hal ini, Globalisasi menunjuk kepada proses kaitan yang makin erat semua aspek kehidupan pada skala mondial (berkaitan dengan seluruh dunia). Gejala yang
muncul
dari
interaksi
yang
makin
intensif
dapat
dilihat
dalam
dunia
perdagangan,budaya, media, teknologi, informasi, transportasi dan sebagainya.
19
Terdapat banyak faktor yang mendorong terjadinya globalisasi. Faktor pendorong terjadinya globalisasi antara lain pertumbuhan kapitalisme, maraknya inovasi dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi serta diciptakannya regulasi-regulasi yang meningkatkan persaingan dalam skala besar dan luas seperti halnya hak cipta, standarisasi teknis dan prosedural dalam produk dan sistem produksi serta pengahapusan hambatan perdagangan. (2) Ketahanan Nasional Ketahanan Nasional adalah suatu keadaan yang dinamik dalam suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan, baik yang datang dari luar maupundari dalam negeri, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan nasional. Dalam rangka ketahanan nasional, tantangan dan peluang bagi bangsa Indonesia dalam era globalisasi dapat dijumpai dalam beberapa bidang yang meliputi bidang ekonomi, politik dan sosial-budaya. Tantangan dan peluang bangsa Indonesia dalam rangka ketahanan nasional yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Ketahanan Nasional Dalam Bidang Politik
Demokrasi dijadikan sebagai sistem politik di Indonesia, dalam hal ini yaitu demokrasi berintikan pada kebebasan mengemukakan pendapat.
Politik luar negeri yang bebas aktif.
Melaksanakan suatu sistem pemerintahan yang baik dengan prinsip partisipasi, transparasi, rule of law, serta efektif dan efisiensi.
2. Ketahanan Nasional Dalam Bidang Ekonomi
Menjaga kestabilan ekonomi makro (besar) dengan menstabilkan nilai tukar rupiah dan suku bunga.
20
Menyediakan prasarana penunjang ekonomi seperti lembaga-lembaga ekonomi yang modern (perbankan, pasar modal dan lain sebagainya).
Mengeksploitasi atau mengunakan sumber daya alam secara proporsional.
3. Ketahanan Nasional Dalam Bidang Sosial-Budaya
Meningkatkan sumber daya manusia, yang tercermin dalam kompetensi dan komitmen melalui demokratisasi pendidikan.
Penguasaan pada ilmu dan teknologi yang kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan masyarakat.
Menyusun kode etik profesi yang berkesesuaian dengan karakter dan budaya bangsa.
21
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Ketahanan nasional (tannas) Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan , baik yang datang dari dalam maupun luar untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara, serta perjuangan mencapai tujuan nasional. Ketahanan nasional adalah kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan, dibina terus menerus dan sinergis, mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, daerah dan nasional bermodalkan keuletan dan ketangguhan yan mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional. Proses berkelanjutan untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan berdasarkan pemikiran geostrategic yang dirancang dengan memerhatikan kondisi bangsa dan konstelasi georafi Indonesia. Konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam selurh aspek kehidupan secara utuh dan menyelurh serta terpadu berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan wawasan nusantara. Konsepsi ini merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan. 3.2 Saran
Ketahanan nasional adalah hal mutlak yang harus dimiliki setiap bangsa. Jika bangsa Indonesia ingin mempertahankan Negara dari ganguan bangsa/negara lain, maka harus memperkuat Ketahanan Nasionalnya. Dengan memperkuat Ketahanan Nasional merupakan cara paling ampuh, karena telah mencakup banyak landasan seperti; Pancasila sebagai landasan ideal, UUD 1945 sebagai landasan konstitusional dan wawasan nusantara sebagai landasan visional.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://nellyprimaputri.blogspot.co.id/2012/01/ketahanan-nasional.html A. Ubaedillah & Abdul Rozak, 2008. Judul : Pendidikan Kewarganegaraan Edisi Ketiga (Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani). Penerbit P renada Media Group : Jakarta.
23