Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Maret 2017, hlm. 1-3.
PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PENDUKUNG RAMAH LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR NON-ADIWIYATA DI KOTA BANDUNG
Damdam Taufik Ramdhani, Oktafianti Kartika, Yusni Yulia Citra Aprilia Eki Saputri, M.Pd Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Departemen Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia e-mail:
[email protected] Abstrak :
Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan mempunyai peranan yang penting dan berpengaruh terhadap terciptanya sekolah adiwiyata. Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan merupakan wadah dari ke tiga komponen adiwiyata yang lainnya. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui faktor penghambat sekolah belum menjadi sekolah adiwiyata dilihat dari standar ketersediaan dan peningkatan pengelolaan dan pemanfaatan pemanfaatan berdasarkan berdasarkan sarana dan prasarana prasarana pendukung ramah lingkungan yang sesuai dengan pedoman adiwiyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana dan prasarananya masih kurang dalam mendukung sekolah untuk menjadi sekolah adiwiyata. Masih ditemukannya permasalahan yang menghambat sekolah belum mendapat predikat sekolah adiwiyata. Seperti penyediaan sarana dan prasarana mengatasi mengatasi permasalahan lingkungan hidup yaitu masih kurangnya jumlah tong sampah di setiap kelas dan tempat sampah yang belum terpisah antara organik dan non-organik. Pengelolaan dan pemanfaatan fasilitas sanitasi di sekolah yaitu pengawas secara fisik belum terlihat dan tata tertib pengelolaan dan pemanfaatan pemanfaatan sanitasi di sekolah juga belum terlihat. Wujud peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana efiensi pemanfaatan dan penggunaan listrik yang tiggi di sekolah tersebut yaitu belum sesuai dalam 20% efisiensi pemanfaatan listrik. Serta mekanisme pengelolaan dan pemeliharaan sarana sekolah yaitu masih ada pedagang kantin yang mengemas dan menyajikan makanan dengan menggunakan plastik.
Kata kunci: adiwiyata, sarana, dan prasarana
1
Damdam taufik Ramdhani, Oktafianti Kartika, Yusni Yulia Citra, Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendukun g Ramah Lingkungan Sekolah Dasar Non-Adiwiyata di Kota Bandung
1
[email protected]
2
Damdam taufik Ramdhani, Oktafianti Kartika, Yusni Yulia Citra, Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendukun g Ramah Lingkungan Sekolah Dasar Non-Adiwiyata di Kota Bandung
Dalam Pasal 65 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 ditegaskan bahwa “Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan seha t”. Pendidikan Lingkungan Hidup pada jenjang pendidikan dasar perlu dikembangkan untuk memberikan pemahaman, penyadaran, dan tuntunan kepada siswa dalam bersikap dan berperilaku peduli dan berbudaya lingkungan. Untuk mewujudkan sekolah yang berbudaya lingkungan, pembangunan yang berkelanjutan telah menjadi komitmen dan tanggung jawab bersama warga sekolah. Dalam pelaksanaannya, perlu adanya program khusus untuk mendukung terciptanya sekolah yang sehat, bersih dan hijau. Adiwiyata yang merupakan salah satu program Kementrian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan keasadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.
prasarana pendukung ramah lingkungan tidak kalah penting dari ketiga komponen yang lain, sebab peran sarana dan prasarana pendukung ramah lingkungan merupakan perlengkapan dan fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah yang berbasis adiwiyata. Penelitian tentang sarana dan prasarana Sekolah dengan dasar program Adiwiyata adalah penting karena berkaitan dengan penanaman nilai peduli terhadap lingkungan Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah penelitian di salah satu Sekolah Dasar di Kota Bandung yang belum mempunyai predikat adiwiyata, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penghambat sekolah belum menjadi sekolah adiwiyata dilihat dari standar ketersediaan dan peningkatan pengelolaan dan pemanfaatan berdasarkan sarana dan prasarana pendukung ramah lingkungan yang sesuai dengan pedoman adiwiyata METODE
Metode yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, studi kasus dipilih karena secara umum dapat memberikan akses atau peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif dan komprehensif terhadap unit yang diteliti Burhan Bungin (2003:23).Model penelitian yang kami gunakan adalah model penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Kegiatan penelitian ini melibatkan beberapa pihak sekolah diantaranya Kepala Sekolah dan guru kelas. Sekolah Dasar yang kami teliti berada di Kecamatan Sumur Kota Bandung Jawa Barat yang belum mendapat predikat sekolah adiwiyata. Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu satu hari. Teknik yang digunakan dalam penelitian yaitu wawancara dan observasi. Prosedur analisis data yang digunakan yaitu pengumpulan data,
Dalam pasal 6 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2013, terdapat empat komponen dalam mencapai sekolah adiwiyata diantaranya kebijakan berwawasan lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif, dan pengelolaan sarana dan prasarana pendukung ramah lingkungan. Dari empat komponen sekolah adiwiyata tersebut, pengelolaan sarana dan
2
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Maret 2017, hlm. 1-3.
reduksi data, display data, analisis data, kesimpulan dan verifikasi.
prasarana dengan standar pengelolaan sarana prasarana adiwiyata; b) upaya peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana prasarana adiwiyata.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Program Adiwiyata merupakan salah satu program Kementrian Negara Lingkungan Hidup untuk mendorong sekolah berlomba-lomba menciptakan lingkungan hidup mereka yang asri dan bersih serta menjadikan siswa terbiasa menjaga lingkungan hidup mereka
Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik No.05 Tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan program adiwiyata mengenai pengelolaan sarana dan prasarana pendukung ramah lingkungan perlu tersedianya 6 (enam) sarana prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup di sekolah sesuai dengan standar sarana dan prasarana Permendiknas No. 24 tahun 2007, seperti air bersih, sampah (penyediaan tempat sampah terpisah, komposter), tinja, air limbah atau drainase, ruang terbuka hijau, kebisingan/ getaran atradiasi dan lainlain. Hasil temuan penelitian tentang kesesuaian ketersediaan sarana dan prasarana adiwiyata di salah satu Sekolah Dasar di Kota Bandung. Penyediaan sarana prasarana dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup meliputi sekolah tersebut sudah menyediakan air bersih yang cukup. Pasokan air didapat dari sumur bor sekolah Dalam hal sampah sekolah memang menyediakan tempat sampah, tetapi masih kurang banyak, setiap dua kelas hanya disediakan satu tempat sampah yang di letakkan diantara dua kelas. Penyediaan tempat sampah juga belum terpisah antara organic dan non-organik. Penyediaan pembuangan limbah disediakan oleh pihak sekolah. Kondisi fasilitas pembuangan limbah tergolong layak karena berfungsi dengan semestinya. Untuk pembuangan tinja letaknya jauh dari sumber air. Terdapat ruang terbuka hijau yang terdapat di depan ruangan maupun di halaman sekolah, tanaman vertikal dan horizontal berada di depan setiap ruangan sedangkan pohon-pohon berada di halaman sekolah menjadikan sekolah tersebut hijau dan rindang. Meskipun
Tujuan program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggungjawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan (Anonim,2010:4). Kegiatan utama Program Adiwiyata adalah mewujudkan kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 24 Tahun 2007 sarana merupakan perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah dan prasarana merupakan fasilitas dasar untuk menjalankan funsi sekolah. Menurut Purnamawati (2013:14) menjelaskan bahwa Sekolah Adiwiyata juga harus menggunakan sarana dan prasarana yang merupakan bentuk partisipasi peserta dalam program 5R yaitu recycle (mendaur ulang), reuse (menggunakan kembali), reduce (mengurangi), replace (mengganti), dan replant (menanam kembali). Pengelolaan sarana dan prasarana berbasis adiwiyata yang mengacu pada pedoman adiwiyata tahun 2012 dimana dalam pengelolaan sarana dan prasarananya terdapat dua standar yakni: a) kesesuaian ketersediaan sarana dan 3
Damdam taufik Ramdhani, Oktafianti Kartika, Yusni Yulia Citra, Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendukun g Ramah Lingkungan Sekolah Dasar Non-Adiwiyata di Kota Bandung
sekolah berada di depan jalan raya tetapi tidak membuat sekolah menjadi bising, karena itu merupakan jalan yang tidak terlalu ramai dilalui oleh kendaraan, juga letaknya yang jauh dari lokasi pabrik, rel kereta api, dll.
secara alami; 2) pemeliharaan dan pengaturan pohon peneduh dan penghijauan; 3) menggunakan paving block. Dari hasil temuan penelitian yang didapat bahwa salah satu Sekolah Dasar di Kota Bandung tersebut sudah memiliki ventilasi yang baik dengan siklus udara yang masuk secara alami juga jendela di setiap ruangan yang bisa dibuka dan ditutup, sedangkan pencahayaan alami disebagian ruangan masih kurang seperti di perpustakaan dan di beberapa kelas sehingga menggunakan lampu di siang hari untuk membantu penerangan pada proses pembelajaran. Pemeliharaan dan pengaturan pohon peneduh dan penghjauan sudah baik, dari pemeliharaan tanaman vertikal dan horizontal dilakukan oleh siswa bersamasama yang dibantu oleh guru dan penjaga sekolah. Tanaman vertikal sendiri digantung di depan kelas dengan media tanam air sehingga siswa lebih mudah untuk memelihara dan air diganti secara berkala setelah tiga hari. Pengaturan pohon sudah tertata dan membuat suasana di sekolah terasa nyaman. Paving blok digunakan hampir di sebagian besar halaman sekolah kecuali untuk media tanam.
Dalam ketersediaan sarana dan prasana pendukung ramah lingkungan juga perlu tersedianya 6 (enam) sarana prasarana pendukung pembelajaran lingkungan hidup, antara lain; pengomposan, pemanfaatan dan pengolahan air, hutan/ taman/kebun sekolah, green house, tanaman obat keluarga, kolam ikan, biopori, sumur resapan, biogas, dll. Hasil temuan penelitian yang kami dapatkan di Sekolah Dasar di Kecamatan Sumur Bandung tersebut sudah terdapat kegiatan pengomposan, kegiatan pengomposan dilakukan untuk mendaur ulang tumpukan sampah dedaunan yang berserakan di halaman sekolah. Untuk pemanfaatan dan pengolahan air, sekolah tersebut menggunakan limbah air wudhu dan air bekas cuci tangan untuk menyirami tanaman, sudah terdapat taman di sekolah yang siswa tanam secara bersama-bersama yang ditanami sayuran dan tanaman lainnya. Untuk green house dan kolam ikan sekolah belum bisa menyediakan. Sudah terdapat tanaman obat keluarga (TOGA), meskipun masih menyatu dengan taman dan tanamannya masih sedikit. Terdapat lubang biopori yang siswa buat sendiri sebagai aktivitas dari pendidikan lingkungan hidup, sumur resapan ada untuk keperluan menjernihkan air kotor dan biogas sudah terdapat di sekolah tersebut.
Di dalam standar peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan perlu tersedianya 4 (empat) unsur dalam pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi sekolah, antara lain: a. penanggung jawab; b. pelaksana; c. pengawas; d. tata tertib. Dari hasil temuan yang didapat komponen pengelolaan sanitasi seperti pengawas kegiatan sanitasi, dan tata tertib sanitasi secara fisik belum terlihat, tetapi untuk penanggung jawab dilakukan oleh Kepala Sekolah, sedangkan pelaksanaanya dilakukan oleh warga sekolah. Pemanfaatan listrik belum di akomodir secara baik, dikarenakan masih menggunakan penerangan lampu pada
Peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan yaitu perlu terpeliharanya 3 (tiga) sarana dan prasarana yang ramah lingkungan sesuai fungsinya, antara lain: 1) ruang memiliki pengaturan cahaya dan ventilasi udara
2
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Maret 2017, hlm. 1-3.
siang hari yang mengakibatkan penggunaan listrik tinggi, sedangkan air dan alat tulis kantor sudah cukup efisien. Peningkatan kualitas pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan di salah satu Sekolah Dasar di Kota Bandung tersebut meliputi; pedagang kantin yang tidak menjual makanan/minuman berbahan pengawet/ pengenyal, perasa, pewarna yang tidak sesuai dengan standar kesehatan; pedagang kantin tidak menjual makanan yang tercemar/ terkontaminasi dan kadaluarsa; namun terdapat pedagang yang masih menjual makanan/ minuman dalam kemasan plastik.
lingkungan untuk mendukung pembelajaran lingkungan hidup disalah satu Sekolah Dasar di Kota Bandung meliputi; a. terdapat kegiatan pengomposan b. pemanfaatan dan pengolahan air yang dimanfaatkan dengan bijak c. taman sekolah yang ditanamai banyak tumbuhan d. green house dan kolam ikan belum tersedia e.terdapat tanaman obat keluarga (TOGA) f. terdapat biopori, sumur resapan, biogas. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No 05 Tahun 2013, tersedianya 5 (lima) sarana dan prasarana untuk mendukung pembelajaran lingkungan hidup di sekolah yaitu disalah satu Sekolah Dasar di Kota Bandung berarti pihak sekolah telah mencapai nilai 3 (tiga) dari nilai maksimal 5 (lima) untuk kategori penyediaan sarana dan prasarana untuk mendukung pembelajaran lingkungan hidup di sekolah. Jadi berdasarkan hasil Sekolah Dasar tersebut sudah cukup sesuai dalam menyediakan 5 (lima) dari 6 (enam) komponen sarana dan prasarana mengatasi permasalahan lingkungan hidup.
Dari standar pertama ketersediaan sarana dan prasarana pendukung ramah lingkungan. Pertama, wujud sarana dan prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup di salah satu Sekolah Dasar di Kota Bandung meliputi: a. sudah tersedianya air bersih b. masih kurangnya jumlah tong sampah di setiap kelas dan tempat sampah yang belum terpisah antara organik dan non-organik c. sudah terdapat pembuangan tinja d. air limbah atau drainase yang layak dan berfungsi e. terdapat ruang terbuka hijau, f. sekolah yang terhindar dari kebisingan. Menurut Peraturan Menteri No 05 Tahun 2013, tersedianya 5 (lima) sarana dan prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup disalah satu Sekolah Dasar di Kota Bandung tersebut berarti pihak sekolah telah mencapai nilai 3 (tiga) dari nilai maksimal 5 (lima) untuk kategori penyediaan sarana dan prasarana mengatasi permasalahan lingkungan hidup. Jadi berdasarkan hasil tersebut Sekolah Dasar tersebut sudah cukup sesuai dalam menyediakan 5 (lima) dari 6 (enam) komponen sarana dan prasarana mengatasi permasalahan lingkungan hidup.
Dari standar yang kedua peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan. Pertama, wujud sarana dan prasarana yang ramah lingkungan sesuai fungsinya di salah satu Sekolah Dasar di Kota Bandung, meliputi; a. ventilasi udara secara alami tetapi untuk pencahayaan alami masih kurang di beberapa ruangan b. pemeliharaan dan pengaturan pohon peneduh dan penghijauan yang baik terlihat dari halaman depan sekolah yang ditanami banyak pohon rindang c. sekolah sudah menggunakan pavung block. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No 05 Tahun 2013, tersedianya 2 (dua) sarana dan prasarana yang ramah lingkungan sesuai fungsinya di salah satu Sekolah Dasar Kota
Kedua, wujud ketersediaan sarana dan prasarana pendukung ramah lingkungan untuk menyediakan sarana dan prasarana pendukung ramah 5
Damdam taufik Ramdhani, Oktafianti Kartika, Yusni Yulia Citra, Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendukun g Ramah Lingkungan Sekolah Dasar Non-Adiwiyata di Kota Bandung
Bandung berarti sekolah telah mencapai nilai 1 (satu) dari nilai maksimal 2 (dua) untuk kategori pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan sesuai fungsinya. Jadi berdasarkan hasil Sekolah Dasar tersebut sudah cukup sesuai dalam menyediakan 2 (dua) dari 3 (tiga) komponen sarana dan prasarana yang ramah lingkungan sesuai dengan fungsinya.
efisiensi pemanfaatan listrik, air dan alat tulis kantor di salah satu Sekolah Dasar di Bandung berarti sekolah mencapai nilai satu dari nilai maksimal tiga untuk efisiensi pemanfaatan listrik, air, dan alat tulis kantor. Jadi berdasarkan hasil Sekolah Dasar tersebut kurang sesuai dalam 20% efisiensi pemanfaatan listrik, air, dan alat tulis kantor. Keempat, wujud peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan disalah satu Sekolah Dasar di Kota Bandung, meliputi: a. kantin sekolah tersebut tidak menjual makanan/ minuman yang mengandung bahan pengawet/ pengenyal, pewarna, perasa yang tidak sesuai dengan standar kesehatan b. pedagang kantin tidak menjual makanan yang terkontaminasi dan kadaluarsa c. tetapi masih ada pedagang kantin yang mengemas dan menyajikan makanan dengan menggunakan plastik. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 05 Tahun 2013 tersedianya 2 (dua) unsur mekanisme pengelolaan dan pemeliharaan sarana di salah satu Sekolah Dasar Kota Bandung berarti sekolah telah mencapai nilai 1 (satu) dari nilai maksima 2 (dua) untuk upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan. Jadi berdasarkan hasil Sekolah Dasar tersebut cukup sesuai dalam menyediakan 2 (dua) dari 3 (tiga) upaya dalam rangka meningkatkan pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan.
Kedua, wujud peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana dalam meningkatkan pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi di salah satu Sekolah Dasar di Kota Bandung, meliputi : a. penanggung jawab dilakukan oleh Kepala Sekolah b. untuk pelaksana sanitasi sendiri dilakukan oleh seluruh warga sekolah c. pengawas secara fisik belum terlihat d. dan tata tertib pengelolaan dan pemanfaatan sanitasi di sekolah juga belum terlihat. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 05 Tahun 2013 tersedianya 2 (dua) unsur mekanisme pengelolaan dan pemeliharaan sarana di salah satu Sekolah Dasar Kota Bandung berarti sekolah telah mencapai nilai 1 (satu) dari nilai maksimal 3 (tiga) untuk kategori pengelolaan dan pemanfaatan fasilitas sanitasi di sekolah. Jadi berdasarkan hasil Sekolah Dasar tersebut kurang sesuai dalam menyediakan 2 (dua) dari 4 (empat) komponen peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan fasilitas sanitasi di sekolah. Ketiga, wujud peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana efiensi pemanfaatan listrik, air, dan alat tulis kantor di salah satu Sekolah Dasar di Kota Bandung, meliputi 10% <15% efisiensi pemanfaatan listrik, air dan alat tulis kantor dikarenakan penggunaan listrik yang tiggi di sekolah tersebut. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 05 Tahun 2013 tercapainya 15% - <20%
SIMPULAN
Kesesuaian ketersediaan sarana dan prasarana berbasis adiwiyata dalam menyediakan sarana dan prasarana a. mengatasi permasalahan lingkungan hidup di salah satu Sekolah Dasar di Kota Bandung, meliputi: sekolah sudah menyediakan air bersih yang cukup,
2
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Maret 2017, hlm. 1-3.
tempat sampah masih kurang, penyediaan tempat sampah juga belum terpisah antara organic dan non-organik, pembuangan limbah disediakan oleh pihak sekolah, pembuangan tinja letaknya jauh dari sumber air, terdapat ruang terbuka hijau, sekolah jauh dari kebisingan. Kategori ini cukup sesuai dengan ketentuan adiwiyata. b. menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung pembelajaran lingkungan hidup, meliputi: terdapat kegiatan pengomposan untuk mendaur ulang tumpukan sampah dedaunan, menggunakan limbah air wudhu dan air bekas cuci tangan untuk menyirami tanaman, sudah terdapat taman, green house dan kolam ikan sekolah belum ada, sudah terdapat TOGA, lubang biopori, sumur resapan dan biogas sudah terdapat di sekolah tersebut. Kategori ini cukup sesuai dengan ketentuan adiwiyata
ramah lingkungan, meliputi: kantin sekolah tersebut tidak menjual makanan/minuman yang mengandung bahan pengawet/ pengenyal, pewarna, perasa yang tidak sesuai dengan standar kesehatan, pedagang kantin tidak menjual makanan yang terkontaminasi dan kadaluarsa, tetapi masih ada pedagang kantin yang mengemas dan menyajikan makanan dengan menggunakan plastik. Kategori ini cukup sesuai dengan ketentuan adiwiyata. SARAN
Bagi pihak sekolah lebih meningkatkan lagi sarana dan prasarana yang masih kurang atau bahkan belum tersedia seperti, memperbanyak tempat sampah di setiap kelas, memisahkan antara sampah organik dan non-organik, mengadakan tata tertib pengelolaan dan pemanfaatan sanitasi di sekolah, pemanfaatan air dan listrik sebaiknya lebih bijak perlu adanya sanksi tegas dan penghargaan khusus bagi pedagang kantin yang mematuhi aturan kantin sehat.untuk penjual jajanan anak-anak agar tidak menggunakan plastik, dan mengajukan pengawas yang emmang khusus untuk menangani pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi di sekolah.
Peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan disalah satu Sekolah Dasar di Kota Bandung a. memelihara sarana dan prasarana yang ramah lingkungan sesuai fungsinya, meliputi: ventilasi dengan siklus udara yang masuk secara alami, tetapi pencahayaan masih kurang, pemeliharaan dan pengaturan pohon peneduh dan penghjauan sudah baik, sudah menggunakan paving block. Kategori ini cukup sesuai dengan ketentuan adiwiyata. b. pegelolaan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi sekolah, meliputi: penanggung jawab oleh Kepala Sekolah, pelaksana dilakukan seluruh warga sekolah, untuk pengawas dan tatab tertib belum terlihat secara tertulis. Kategori ini kurang sesuai dengan ketentuan adiwiyata. c. memanfaatkan listrik, air, dan alat tulis kantor, meliputi: 10%-15% efisiensi pemanfaatan listrik, air, dan alat tulis kantor. Kategori ini kurang sesuai dengan ketentuan adiwiyata. d. meningkatkan kualitas pelayanan kantin sehat dan
DAFTAR RUJUKAN
Aprilia Nani. (2015). Evaluasi Pengelolaan Sarana Pendukung yang Ramah Lingkungan pada Program Adiwiyata di S MP Muhammadiyah di Kota Yograkarta [Online]. Diakses dari http://biology.umm.ac.id/files/file/ 742-748%20Nani%20Aprilia.pdf Catra, R.P & Sulasminten. (2014). Pengelolaan Sarana dan Prasarana Berbasis Adiwiyata di SMA 1 Gresik dari http://webcache.googleuserconten t.com/search?q=cache:kUTvzNCb 7
Damdam taufik Ramdhani, Oktafianti Kartika, Yusni Yulia Citra, Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendukun g Ramah Lingkungan Sekolah Dasar Non-Adiwiyata di Kota Bandung
PwgJ:jurnalmahasiswa.unesa.ac.i d/article/9044/16/article.pdf+&cd =7&hl=id&ct=clnk Kartono. Managemen Sarana dan Prasarana Sekolah Berbasis Program Adiwiyata (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Tobolali). [Online]. Diakses dari http://digilib.binadarma.ac.id/files /disk1/146/123-123-karto14251 7295-1-jurnali-o.pdf Metodologi Penelitian UPI .[online]. http://repository.upi.edu/9948/4/t_ pkkh_0908265_chapter3%281%2 9.pdf Wahyuhadi, Untung. Pengelolaan Sekolah Adiwiyata di SMK Negeri 1 Salatiga. [Online]. Diakses dari http://eprints.ums.ac.id/18951/10/ Naskah_Publikasi.pdf Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No 05 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Tim Adiwiyata Tingkat Nasional. 2012. Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan. Jakarta Timur: Asdep Urusan Penguatan Inisiatif Masyarakat Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementrian Lingkungan Hidup. Undang-Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2