PENGARUH TERAPI EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUES (EFT) DALAM MENGURANGI PERILAKU MEROKOK REMAJA DI SEKOLAH SWASTA WIYATA DHARMA LIANDI WIJAYA, NINI SRI WAHYUNI Fakultas Psikologi Universitas Prima Indonesia Jalan Sekip Simpang Sikambing, Medan, Sumatera Utara
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of emotional freedom techniques (EFT) therapy in reducing smoking behavior in adolescents. The hypothesis of this study is there is an effect of emotional freedom techniques (EFT) in reducing smoking behavior in adolescents, assuming the more treatment given, the smoking behavior will be on the wane. The subjects are adolescents in SMA Swasta Wiyata Dharma aged 15 to 18 years old with the smoking behavior and chosen by non-probability technique, which is purposive sampling. Data are obtained from smoking behavior scale to measure pretest and posttest. The calculation is performed through the prerequisite test analysis (assumption test) that consists of normality test and homogeneity test. Data are analyzed using T-test through SPSS 17 for Windows. The results of data analysis shows there is no relationship between pretest and posttest score in experimental group after emotional freedom techniques (EFT) is given with p equal to 0.000 (p < 0.05). It shows there is an effect of emotional freedom techniques (EFT) in reducing smoking behavior in adolescent. The results show that the mean score of pretest of the experimental group totaling 492 is decreased to 320 in posttest after the treatment is given. In conclusion, the hypothesis of there is an effect of emotional freedom techniques (EFT) in reducing smoking behavior in adolescent can be accepted.
Keywords: therapy, emotional freedom techniques, EFT, smoking behavior
PENDAHULUAN Remaja merupakan masa yang pasti dilewati oleh setiap individu dan biasa dikenal oleh orang awam sebagai masa seorang individu untuk mencari indentitasnya. Masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa ini
sering kali menghadapkan remaja pada situasi yang membingungkan, karena di satu pihak ia masih anakanak dan di lain pihak harus bersikap dewasa (Notoatmodjo, 2012). Dapat dikatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang labil, sehingga
PSIKOLOGI PRIMA
sering terjadi penyesuaian diri dengan kelompok yang salah dan memiliki gaya hidup yang tidak baik. Pada usia remaja pertengahan yaitu 15 sampai 18 tahun, mulai timbul perilaku-perilaku menyimpang dari diri remaja, dan masalah yang paling sering terjadi pada remaja di usia ini adalah perilaku merokok (Santrock, 2007). Semakin lama, semakin banyak pula remaja yang menjadi perokok aktif dari tahun ke tahun, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010 mencatat bahwa 58,6 juta orang Indonesia berumur 15 tahun ke atas menjadi perokok aktif (regional.kompas.com). Global Adult Tobacco Survey (GATS) WHO Regonal Asia Tenggara (2011), juga telah merilis survei yang menyatakan pemakaian rokok terbanyak di Indonesia adalah oleh remaja yang berumur 15-19 tahun. Smet (1994) mengklasifikasikan tipe perokok berdasarkan banyaknya jumlah batang rokok yang dihisap setiap harinya. Tiga tipe perokok tersebut adalah: (1) perokok ringan menghisap 1-4 batang rokok perhari; (2) perokok sedang menghisap 5-14 batang rokok perhari; dan (3) perokok berat menghisap lebih dari 15 batang rokok perhari. Semakin banyak rokok yang dikonsumsi tentunya semakin besar juga bahaya yang ditimbulkan oleh perilaku merokok. Tembakau menambah resiko untuk banyak penyakit. Tidak hanya paru-paru, terdapat juga kanker, kanker mulut, kardiovaskuler, pharynx, dan esophagus (Sarafino dalan Smet, 1994). Mengetahui resiko yang dapat ditimbulkan oleh rokok begitu
berbahayanya, banyak yang telah mencoba berhenti merokok, namun gagal menemukan pemecahan masalahnya. Hasil survey yang dilakukan oleh Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3) menyatakan bahwa dari 375 responden, 66,2% pernah mencoba berhenti merokok tetapi mereka gagal. Kegagalan ini ada berbagai macam; 42,9% tidak tahu caranya; 25,7% sulit berkonsentrasi, dan 2,9% terikat oleh sponsor rokok. Sementara itu, ada yang berhasil berhenti merokok disebabkan kesadaran sendiri (76%), sakit (16%), dan tuntutan profesi (8%). (Fawzani dan Triratnawati, 2005). Jacken (syafiie dkk., 2008) mengatakan bahwa ada dua metode menghentikan kecanduan terhadap rokok yang selama ini dikembangkan oleh para ahli dalam dunia rokok. Metode-metode yang dimaksud terdiri dari metode yang mengandalkan perubahan perilaku dan metode yang mengandalkan terapi obat-obatan. Pertama, metode yang mengandalkan perubahan perilaku yang dimaksud adalah bahwa perokok berhenti merokok tanpa bantuan obat-obatan. Metode tersebut diantaranya adalah metode cold turkey, cognitive behavioral therapy, dan aversive conditioning. Selanjutnya, metode yang mengandalkan terapi obat-obatan seperti nicotine replacement therapy, pemberian obat-obatan, metode akupuntur dan metode hipnotis. Banyak pilihan terapi yang dapat dipilih untuk berhenti merokok, salah satunya adalah dengan metode alternatif seperti akupuntur. Saat ini, metode akupuntur mempunyai bentuk lain yang lebih sederhana
PSIKOLOGI PRIMA
serta efektif untuk diaplikasikan oleh semua orang yaitu Emotional Freedom Techniques (EFT). Emotional Freedom Techniques atau teknik kebebasan emosi yang biasa disingkat menjadi EFT adalah sebuah alat terapi psikologi yang diterapkan berdasarkan teori yang menyatakan bahwa emosi yang berlebihan pada dasarnya bersifat negatif. Terapi EFT efektif digunakan untuk menyelesaikan banyak masalah hingga mengobati berbagai penyakit. Menurut Iskandar (2010), terapi EFT efektif untuk meningkatkan kesehatan dan mengobati penyakit fisik, termasuk menanggulangi sulit tidur, mengurangi kecanduan, dan menghilangkan kebiasaan merokok. Pernyataan mengenai keunggulan dari EFT juga dijabarkan oleh Craig (2011) dalam bukunya yang berjudul “EFT Manual”, Emotional Freedom Techniques (EFT) dapat digunakan untuk mengatasi masalah kecanduan, diet, kecemasan, trauma, depresi, ketakutan, fobia, alergi, pernafasan, tekanan darah serta berbagai masalah yang berkaitan dengan emosi. Berdasarkan paparan diatas, peneliti berniat untuk mengadakan penelitian dengan menggunakan teknik terapi EFT untuk mengurangi perilaku merokok yang dialami remaja. Khususnya kepada remaja menengah dari umur 15 sampai 18 tahun yang masih bersekolah. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk mengambil judul dan meneliti mengenai “Pengaruh Terapi Emotional Freedom Techniques (EFT) Dalam Mengurangi Perilaku Merokok Remaja Di Sekolah Wiyata Dharma”.
TINJAUAN PUSTAKA Notoatmodjo (2012) mendefinisikan perilaku dari segi biologis yaitu semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati dari luar yang dalam bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) serta lingkungan. Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan perilaku yang berkaitan erat dengan perilaku kesehatan. Sebab, perilaku merokok merupakan salah satu perilaku yang dapat membahayakan kesehatan. Perilaku merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas pada masyarakat Indonesia. Martin dan Pear (2003) terdapat tiga dimensi perilaku yang dapat diukur, yaitu : (1) Durasi, mengacu pada lamanya waktu yang digunakan untuk melakukan perilaku. (2) Frekuensi, yakni seberapa sering individu melakukan perilaku dalam suatu waktu. (3) Intensitas, yaitu seberapa dalam daya yang dikeluarkan individu untuk melakukan perilaku. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok menurut Hansen (dalam Sarafino, 2006) antara lain adalah : (1) Faktor biologis, terdapat banyak penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok. (2) Faktor psikologis, merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern dan
PSIKOLOGI PRIMA
berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari. (3) Faktor lingkungan sosial, seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya. (4) Faktor demografis, faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. (5) Faktor sosialkultural, yang terdiri dari kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan, dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu. Emotional Freedom Techniques atau teknik kebebasan emosi yang biasa disingkat menjadi EFT, menurut Iskandar (2010) adalah alat terapi psikologi yang diterapkan berdasarkan teori yang menyatakan bahwa emosi yang berlebihan pada dasarnya bersifat negatif. dapat disimpulkan bahwa Emotional Freedom Techniques (EFT) merupakan teknik terapi psikologi yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan fisik serta gangguan emosi yang dilakukan dengan cara mengetuk titik-titik energi meridian yang terdapat pada tubuh individu menggunakan ujung jari-jari tangan selama beberapa kali di setiap titiknya. Craig (2011) menjelaskan beberapa langkah dalam melakukan EFT, langkah-langkah ini disebut pula sebagai “Basic Recipe” yang terdiri dari 4 langkah yaitu : (1) Afirmasi, sebelum dimulai, halangan ini harus disingkirkan terlebih dahulu atau langkah-langkah ini tidak dapat berhasil. Secara teknis dilakukan dengan berbicara, maka hambatan tersebut akan hilang dan tidak akan menghambat sistem energi. (2) The sequence, pada tahapan ini, tapping
mulai dilakukan pada titik-titik meridian sesuai dengan urutan yang telah ditentukan. (3) The 9 gamut procedur, prosedur ini dilakukan dengan tujuan untuk menyempurnakan aliran energi listrik yang mengalir di dalam otak dan dilakukan dengan gerakan mata, bergumam serta berhitung. (4) The sequence, langkah terakhir adalah melakukan tapping pada urutan dari ujung alis hingga karate chop seperti pada langkah kedua sebagai penutup. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi terapi EFT menurut Craig (2011), yaitu : (1) Aspek, jika aspek yang ditakutkan tidak dibayangkan ketika proses terapi, maka terapi tidak akan berhasil. (2) Spesifik, memecah masalah menjadi spesifik mungkin dapat memunculkan secara jelas akar masalah yang perlu diselesaikan. (3) Psychological reversal, penolakan psikologis adalah hasil dari pemikiran negatif yang menolak ketika melakukan terapi dengan EFT. (4) Collarbone breathing problem, CBP merupakan masalah yang muncul karena “basic recipe” sama sekali tidak berfungsi atau tidak memberikan efek sama sekali. (5) Energy toxins, ketika EFT telah dilakukan berulang-ulang dan sama sekali tidak membawakan hasil, masalah ini bisa disebabkan oleh energi racun yang ada di dalam tubuh. METODE PENELITIAN Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA pada Sekolah Swasta Wiyata Dharma sebanyak 14 orang. Akibat keterbatasan subjek, peneliti berniat memilih subjek dengan menggunakan teknik
PSIKOLOGI PRIMA
nonprobabilitas. Salah satu teknik yang tergolong nonprobabilitas dan digunakan dalam pemilihan subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu teknik memilih subjek sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Pengumpulan data menggunakan pembagian skala perilaku merokok dan pedoman wawancara yang disusun berdasarkan 3 dimensi menurut Martin & Pear (2003), yaitu; durasi, frekuensi, dan intensitas. skala disusun dalam bentuk pernyataan dengan menggunakan skala Likert. Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis data Paired Sample T-Test yang dihitung menggunakan program SPSS 17 for Windows. Analisis data dengan teknik ini digunakan untuk pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. PEMBAHASAN Sebelum dilakukan analisis korelasi Product Moment, data yang terkumpul terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Dari uji normalitas dan uji homogenitas diketahui bahwa hasilnya memenuhi uji asumsi tersebut. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1 Hasil Uji Normalitas Variabel
SD
K-SZ
Pretest
2.560
0,488
Posttest
12.672
0.762
Uji normalitas yang dilakukan terhadap skala pretest menunjukkan nilai K-SZ sebesar 0,488 dengan Sig sebesar 0,4855 untuk uji 2 (dua) ekor dan Sig sebesar 0,24275 untuk uji 1 (satu) ekor (p > 0,05), artinya sebaran skor pretest memiliki distribusi normal. Uji normalitas yang dilakukan terhadap skala posttest menunjukkan nilai K-SZ sebesar 0,762 dengan Sig sebesar 0,304 untuk uji 2 (dua) ekor dan Sig sebesar 0,152 untuk uji 1 (satu) ekor (p > 0,05), artinya sebaran posttest memiliki distribusi normal. Tabel 2 Hasil Uji Homogenitas Levene Statistic 0.227
Df1
Df2
Sig,
Keterangan
1
12
0.642
P > 0.05 ; Homogen
Berdasarkan uji homogenitas varian diketahui bahwa subjek penelitian berasal dari sampel yang homogen. Dari hasil uji homogenitas, diketahui bahwa nilai uji homogenitas yang diperoleh dari data pretest perilaku merokok adalah 0,492. Berdasarkan hasil ini, maka dapat dinyatakan bahwa data pretest bersifat homogen, karena nilai yang diperoleh lebih dari 0,05 yaitu 0,492. berikut ini adalah tabel hasil uji homogenitas data pretest penelitian. Tabel 3 Statistik Induk Pretest Sumber
N
∑x
∑x2
Mean
SB
Sig.
P
Keterangan
X1
7
492
242064
70,29
2.928
0,4855
P> 0,05
Sebaran normal
X2
7
483
233289
69,00
2.160
0,304
P> 0,05
Sebaran normal
Total
14
975
475353
69,645
PSIKOLOGI PRIMA
Tabel 4 Statistik Induk Posttest Sumber X1 X2
N 7 7
∑x 320 484
∑x2 102400 234256
Mean 45,71 69,14
Total
14
804
336656
57.425
Tabel 5. Hasil Analisis Keseluruhan Data Penelitian Kelompok Esperimen SB 4.152 3.237
Berikut merupakan hasil dari perhitungan statistik induk diketahui bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen ketika pretest adalah 70,29 dan nilai rata-rata kelompok kontrol adalah 69,00 (dapat dilihat pada tabel 3). Pada tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari kelompok eksperimen berkurang ketika diukur kembali setelah diberikan perlakuan selama 7 kali menjadi 45,71 sedangkan nilai dari pengukuran akhir atau posttest dari kelompok kontrol tidak mengalami perubahan. Perubahan pada kelompok eksperimen juga dapat dilihat pada grafik yang terdapat pada gambar 1. Hasil ini juga sekaligus membuktikan bahwa hipotesis penelitian yaitu “ada pengaruh terapi emotional freedom techniques (EFT) dalam mengurangi perilaku merokok pada remaja”. 80 60 40 20 0
Dimensi
Pembahasan Subjek Eksperimen
Durasi
Subjek cenderung menggunakan waktu untuk menikmati rokok yang sedang ia hisap. Namun setelah diberikan terapi, kenikmatan dari perilaku merokok yang dilakukan oleh subjek berubah menjadi perasaan hambar ataupun sesak nafas sehingga subjek tidak dapat menikmati rokoknya seperti yang dialami oleh subjek 2 dan subjek 7.
Frekuensi
Beberapa subjek kelompok eksperimen masih berkumpul di tempat-tempat yang mereka gunakan untuk merokok seperti biasanya, namun sudah berhasil untuk menahan perilaku merokok sehingga tidak mempengaruhi subjek untuk kembali merokok seperti pada saat sebelum mendapatkan terapi. Beberapa subjek masih memiliki keinginan untuk merokok setelah mendapatkan terapi pada hari pertama, seperti yang terjadi pada subjek 2 dan 6 namun keinginan yang dimiliki subjek untuk merokok masih dapat ditahan karena pengaruh terapi yang diberikan sehingga tidak kembali merokok. Subjek 7 dilain sisi masih memiliki perilaku untuk merokok walau dalam jumlah yang lebih sedikit. Jumlah rokok yang dihisap oleh setiap subjek sebelum diterapi sebanyak setengah bungkus sampai dua bungkus. Jumlah ini berkurang secara drastis dan subjek tidak merokok lagi setelah diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen. Namun, dari sekian banyak subjek yang berhasil berhenti merokok, terdapat satu subjek yaitu subjek 7 yang masih merokok namun dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan sebelum diberi terapi. Berdasarkan hasil yang diperoleh, subjek 7 mengatakan bahwa alasan ia masih merokok adalah dikarenakan pengaruh dari temantemannya yang selalu mengajaknya untuk merokok dan perilaku merokok yang ia lakukan bukanlah karena ingin merokok melainkan untuk bergaul dengan teman pergaulannya. Ketika dilakukan follow up jumlah rokok yang dihisap oleh subjek 7 kembali bertambah namun masih dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan ketika pengukuran awal. Hal ini diakibatkan oleh pergaulan dengan teman-teman perokoknya yang membuat jumlah rokok subjek kembali bertambah.
Intensitas
Pretest
Posttest
Follow Up
Gambar 1. Grafik Perubahan Perilaku Kelompok Eksperimen
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan maka kesimpulan dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Uji dua sampel berpasangan T-Test telah
PSIKOLOGI PRIMA
menunjukkan hasil analisis uji t = 9,919 dengan p = 0,000 (p<0,05) yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara pemberian terapi Emotional Freedom Techniques (EFT) dalam mengurangi perilaku merokok pada remaja. Hal ini ditunjukkan oleh perbedaan nilai dimana nilai rata-rata perilaku merokok kelompok eksperimen yaitu 70,29 menjadi lebih rendah sesudah diberikan perlakuan hingga menjadi 45,71, sedangkan hampir tidak ada perbedaan pada kelompok kontrol ketika diberikan pengukuran kembali yaitu 69,00 menjadi 69,14. Hasil ini menunjukkan bahwa terapi Emotional Freedom Techniques (EFT) dapat memberikan manfaat dalam mengurangi perilaku merokok pada para subjek. (b) Perolehan nilai keseluruhan kelompok eksperimen sebesar 492 berkurang menjadi 320 setelah diberikan terapi Emotional Freedom Techniques (EFT) dan hasil yang tidak berbeda jauh jika dibandingkan kembali dengan hasil posttest ketika diukur saat dilakukan peninjauan kembali oleh peneliti kepada kelompok eksperimen setelah dua minggu tidak diberikan perlakuan yaitu 322. Hal ini membuktikan bahwa EFT dapat memberikan pengaruh dalam mengurangi perilaku merokok dan menghasilkan efek yang bertahan cukup lama. (c) Hasil wawancara berdasarkan 3 dimensi perilaku merokok memperkuat hasil uji statistik bahwa terapi Emotional Freedom Techniques (EFT) dapat mengurangi jumlah rokok yang dihisap oleh para subjek. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti, diketahui bahwa dari sekian subjek eksperimen
yang diberikan perlakuan hanya terdapat satu subjek yang masih memiliki perilaku merokok namun dengan jumlah yang lebih sedikit daripada sebelum diberilkan perlakuan. Hal ini disebabkan karena pengaruh teman yang memaksa subjek untuk tetap merokok. Adapun beberapa saran yang disarankan oleh peneliti setelah melakukan penelitian adalah sebagai berikut: (a) Kepada subjek penelitian, diharapkan agar para subjek dapat melakukan secara mandiri setiap ada kesempatan untuk mengatasi perilaku mengganggu lainnya. Peneliti juga berharap subjek dapat menggunakan terapi ini untuk membantu orang lain dengan perilaku merokok disekitar lingkungan subjek untuk berhenti merokok. (b) Kepada orangtua dan keluarga, agar penggunaan terapi Emotional Freedom Techniques (EFT) dapat digunakan untuk mengurangi tingkat kecanduan terhadap anak atau anggota keluarga yang memiliki perilaku merokok. (c) Kepada guru dan lembaga, agar setiap guru ataupun profesional dari lembaga-lembaga kesehatan dan pendidikan agar menguasai terapi Emotional Freedom Techniques (EFT) karena dapat digunakan untuk mengatasi remaja perokok yang sudah sangat banyak di Indonesia. Terapi ini juga dapat diajarkan kepada siswa ataupun masyarakat karena merupakan terapi yang sangat mudah untuk diaplikasikan serta hanya membutuhkan waktu sebentar saja untuk dilakukan sehingga siswa remaja yang menguasainya dapat membantu dalam mengurangi perilaku merokok dari teman perokok mereka dan juga membantu
PSIKOLOGI PRIMA
senior maupun junior mereka yang memiliki perilaku merokok. (d) Kepada peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan terapi Emotional Freedom Techniques (EFT) kepada subjek dengan menggabungkan pemberian psikoedukasi untuk merubah perilaku subjek sehingga bisa mendukung hasil yang diperoleh agar lebih maksimal, hal ini dikaitkan dengan kondisi subjek yang masih terpengaruh oleh lingkungannya untuk kembali merokok. Pada penelitian ini, peneliti mengalami sedikit kesulitan dalam mengontrol kegiatan-kegiatan subjek yang dapat mengganggu proses penelitian. Maka dari itu, untuk peneliti selanjutnya diharapkan pula untuk melakukan isolasi kepada para subjek penelitian agar dapat menghasilkan penelitian eksperimen yang lebih murni dan juga dapat mempermudah peneliti selanjutnya untuk melakukan kontrol dalam eksperimen yang akan dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA Craig, G. 2011. The EFT Manual (Emotional Freedom Techniques): Sixth Edition. Diperoleh dari http://www.emofree.com Fawzani, N. & Triratnawati, A. 2005. Terapi Berhenti Merokok (Studi Kasus 3 Perokok Berat). Jurnal Kesehatan. 1 : 15-22. Iskandar, E. 2010. The Miracle Of Touch. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Kompas. 2013. Jumlah Remaja Perokok Terus Meningkat. Diakses pada tanggal 28 Maret 2015 dari http://regional.kompas.com/rea d/2013/06/10/03431916/contac t.html Martin, G. & Pear, J. 2007. Behavior Modification: What It Is and How To Do It. New Jersey: Pearson Prentice Notoatmodjo, S. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Santrock, J.W. 2007. Remaja Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Sarafino, E.P. 2006. Health Psychology: biopsychosocial interactions, 5th ed. New York: John Wiley and Sons. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo. Stapleton, P., Porter, B., & Sheldon, T. 2013. Quiting Smoking: How to use Emotional Freedom Techniques. Wholistic Healing Research, Vol.13, No.1. Diakses pada tanggal 16 Mei 2015 dari http://www.wholistichealingres earch.com/user_files/document s/ijhc/articles/StapletonPorterS heldon-13-1F.pdf
PSIKOLOGI PRIMA
Syafiie, R.M., Frieda N.R.H., dan Y.F.L. Kahija. 2008. Stop Smoking! Studi Kualitatif Terhadap Pengalaman Mantan Pecandu Rokok
dalam Menghentikan Kebiasaannya. Diakses pada tanggal 10 Maret 2015 dari http://core.ac.uk/download/pdf/ 11711194.pdf