i
PERBANDINGAN PENGARUH OKSITOSIN PROFILAKSIS SECARA INTRAVENA UMBILIKAL DAN INTRAMUSKULAR TERHADAP LAMA LAHIR PLASENTA DAN JUMLAH PERDARAHAN PASCASALIN
TESIS Untuk memenuhi sebagai persyaratan mencapai derajat Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
Diajukan oleh : Mohammad Zacky Arda 07/270868/PKU/9957
Kepada : BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN GADJAH MADA RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA 2011
i
iii
PERBANDINGAN PENGARUH OKSITOSIN PROFILAKSIS SECARA INTRAVENA UMBILIKAL DAN INTRAMUSKULAR TERHADAP LAMA LAHIR PLASENTA DAN JUMLAH PERDARAHAN PASCASALIN
Tesis/Karya Ilmiah Akhir Program Pendidikan Dokter Spesialis Bidang Studi Obstetri dan Ginekologi Oleh : Mohammad Zacky Arda 07/270868/PKU/9957 Tesis ini telah dikoreksi, disetujui dan dipertahankan di depan sidang Dewan Penguji Program Pendidikan Dokter Spesialis Bidang Studi Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan dinyatakan LULUS Sehingga diterima sebagai Karya Tulis Ilmiah Akhir Untuk memperoleh gelar Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Pada tanggal 19 Desember 2011
DEWAN PENGUJI : 1. Prof. dr.H.M. Sulchan S., Ph D.,SpOG(K)
1.
2. dr. H. Risanto Siswosudarmo, SpOG(K) 3. dr. H. Heru Pradjatmo, M.Kes.,SpOG(K)
2. 3.
4. dr. Diah Rumekti Hadiati, MSc.,SpOG(K) 5. dr. Ahsanudin Attamimi, SpOG(K)
4. 5.
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, Desember 2011
Mohammad Zacky Arda
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Sempurna, karena dengan izin dan keagunganNya Karya Tulis Ilmiah Akhir ini dapat diselesaikan untuk memenuhi syarat akhir pendidikan. Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini, dukungan yang diberikan sungguh
tiada
ternilai
harganya.
Dalam
kesempatan
ini,
penulis
menyampaikan penghormatan, penghargaan dan ucapan terimakasih kepada: 1. Dr. Shofwal Widad, SpOG(K) selaku pembimbing materi atas, kearifan, dan keikhlasan untuk membimbing demi kesempurnaan tesis ini. 2. Dr.
Ova
Emilia,M.Med.Ed.,PhD
SpOG(K)
selaku
pembimbing
metodologi, telah memberikan pengarahan dan bimbingan sampai karya tulis ini selesai. 3. Dr. H. Risanto Siswosudarmo, SpOG(K), Kepala Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK UGM/RSUP dr. Sardjito Yogyakarta atas segala bimbingan, masukan dan dorongan semangat
yang telah beliau
limpahkan selama ini. 4. Dr. Ahsanudin Attamimi, SpOG(K) selaku Ketua Program Studi Obstetri dan Ginekologi FK UGM/RSUP dr. Sardjito Yogyakarta atas bimbingan, masukan dan bantuannya selama proses pendidikan. 5. Dr. Suharyono, SpOG(K) selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan masukan saat awal munculnya ide penelitian karya tulis ini. 6. Seluruh staf pengajar Program Pendidikan Dokter Spesialis I Bidang Obstetri dan Ginekologi FK UGM/RSUP dr. Sardjito
dan staf
pengajar di RS afiliasi atas segala bekal pengetahuan dan bimbingan yang telah diberikan selama penulis menempuh pendidikan.
v
vi
7. Seluruh bidan di puskesmas Mergangsan, Tegalrejo, Jetis dan Sewon serta teman-teman residen yang telah membantu dalam pengumpulan data penelitian. 8. Kedua orang tuaku tercinta, Almarhum ayahanda Ajron Muhibbuddin atas kasih sayang dan motivasi besar yang telah beliau curahkan semasa hidupnya, semoga Allah memberikan tempat terbaik di sisiNya. Ibunda Farida, terimakasih yang tak terhingga atas ketulusan dan kasih sayang yang tak pernah putus engkau limpahkan, semoga Allah memberikan keberkahan umur dan kesehatan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu segala masukan dan kritik yang membangun
akan
penulis
terima
dengan
tangan
terbuka
demi
kesempurnaan tesis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermafaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, Desember 2011
Mohammad Zacky Arda
vi
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………….i HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….ii HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………. iv KAT A PENGANTAR…………………………………………….………v DAFT AR ISI…………………………………………………….………..vii DAFTAR TABEL……………………………………………………… ...ix DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..... ix DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………...ix INTISARI…………………………………………………….....….....…..x ABSTRACT………………………………………………………...…….xi
BAB I.
PENDAHULUAN .............................................................. 1
A.
Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B.
Perumusan Masalah ............................................................ 3
C.
Tujuan Penelitian ................................................................. 3
D.
Manfaat Penelitian ............................................................... 3
E.
Keaslian Penelitian .............................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 5 A.
Perdarahan Pascasalin...................... .................................. 5
B.
Manajemen Aktif Kala III ...................................................... 7
C.
Oksitosin .............................................................................. 8
D.
Injeksi Oksitosin Intramuskular .......................................... 11
E.
Injeksi Oksitosin Intravena Umbilikal ................................. 12
vii
viii
F.
Hipotesis ............................................................................ 13
G.
Kerangka Teori .................................................................. 13
H.
Kerangka Penelitian .......................................................... 14
BAB III. CARA PENELITIAN ........................................................ 15 A.
Rancangan Penelitian ....................................................... 15
B.
Populasi Dan Subyek Penelitian ........................................ 15
C.
Variabel Penelitian ............................................................. 18
D.
Definisi Operasional Variabel ............................................ 18
E.
Cara Penelitian .................................................................. 19
F.
Analisis Dan Uji Statistik .................................................... 20
G.
Etika Penelitian .................................................................. 20
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................... 21 A.
Hasil Penelitian .................................................................. 21
B.
Pembahasan ..................................................................... 24
C.
Kelemahan Penelitian ........................................................ 27
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 28 A.
Kesimpulan ........................................................................ 28
B.
Saran ................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 29 LAMPIRAN..............................................................................32
viii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Komparabilitas antar kelompok................................................. 22 Tabel 2. Hubungan variable pengganggu dengan cara pemberian oksitosin...................................................................................................23 Tabel 2. Perbandingan waktu pelepasan plasenta, jumlah perdarahan kala III dan jumlah perdarahan kala IV………………………................... 23
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Produksi alamiah oksitosin.................................................... 8 Gambar 2. Struktur oksitosin...................................................................9 Gambar 3. Skema rencana penelitian……………………………………. 15
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Persetujuan................................................................ 32 Lampiran2. Penjelasan kepada subyek penelitian................................... 33 Lampiran 3. Formulir penelitian……………………………………………. 35 Lampiran4. Tabel Randomisasi……….…………………………………..
38
ix
x
PERBANDINGAN PENGARUH OKSITOSIN PROFILAKSIS SECARA INTRAVENA UMBILIKAL DAN INTRAMUSKULAR TERHADAP LAMA LAHIR PLASENTA DAN JUMLAH PERDARAHAN PASCASALIN Mohammad Zacky Arda, Shofwal Widad, Ova Emilia INTISARI Latar belakang: Indonesia masih tercatat sebagai negara dengan angka kematian ibu tertinggi di Asia dimana perdarahan obstetrik merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu tersebut.Dari semua kasus perdarahan pascasalin yang menyebabkan kematian maternal, 80% diakibatkan oleh karena atonia uteri dan 10% oleh retensi sisa plasenta. Perdarahan pascasalin oleh karena retensi plasenta merupakan akibat penanganan kala III yang tidak baik.Salah satu tindakan aktif kala III ialah pemberian oksitosin sebagai upaya pencegahan terjadinya perdarahan pascasalin. Pemberian oksitosin ini dapat diberikan melalui injeksi vena umbilikal. Keuntungan injeksi vena umbilikal yaitu dapat mengurangi waktu pelepasan plasenta yang menurunkan risiko terjadinya perdarahan pascasalin. Tujuan: Untuk membandingkan pengaruh pemberian oksitosin profilaksis melalui intravena umbilikal dan intramuskular terhadap lama lahir plasenta dan jumlah perdarahan kala III serta kala IV. Rancangan Penelitian: Perlakuan klinik acak terkendali. 2 kelompok yaitu Metode: Seratus subjek penelitian,dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan terdiri atas 50 pasien yang mendapatkan injeksi oksitosin vena umbilikal saat kala III. Sedangkan kelompok kontrol terdiri atas 50 pasien yang mendapatkan injeksi oksitosin intramuskular saat kala III. Injeksi oksitosin dilakukan segera setelah bayi lahir. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada lama lahir plasenta (p<0,001) yaitu 6,55±1,46 menit pada kelompok perlakuan dan 10,15±2,71 menit pada kelompok kontrol. Terdapat perbedaan bermakna pada jumlah perdarahan kala III (p<0,001) yaitu 140,10±32,39 mililiter pada kelompok perlakuan dan 176,20±58,34 mililiter pada kelompok kontrol. Untuk perdarahan kala IV, terdapat perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p=0,004) yaitu 33,80±16,55 mililiter pada kelompok perlakuan dan 42,00±10,44 mililiter pada kelompok kontrol. Kesimpulan: Pemberian oksitosin profilaksis pada persalinan normal melalui injeksi intravena umbilikal mengurangi perdarahan kala III dan kala IV serta mempercepat pelepasan plasenta dibandingkan dengan pemberian melalui intramuskular. Kata Kunci: oksitosin, injeksi intravena umbilikal, perdarahan pascasalin, retensi plasenta
x
xi
COMPARATIVE EFFECT PROPHYLACTIC OXYTOCIN INJECTION IN UMBILICAL VEIN AND INTRAMUSCULAR DUE TO LENGTH OF PLACENTA DELIVERY AND POST PARTUM HAEMORRHAGE Mohammad Zacky Arda, Shofwal Widad, Ova Emilia ABSTRACT Background: Indonesia is still listed as a country with the highest maternal mortality rate in Asia where obstetrical bleeding is the major cause of maternal morbidity and mortality. From all causes of maternal mortality, 80% due to uterine atony and 10% due to retained placenta. Cause of post partum haemorrhage due to retained placenta is poor management of third stage labor. One of procedure in the active management third stage labor for prevention of post partum hemorrhage is oxytocin injection. Oxytocin can be administered via the umbilical vein injection. Advantage of umbilical vein injection is reducing the length of the placenta release and lower the risk of post partum hemorrhage. Objective: To compare the effect of prophylactic oxytocin injection in umbilical vein and intramuscular related to length of placenta delivery and amount of bleeding in the third and fourth stage of labor, Research Design: randomized controlled trial. Methods: One hundred subjects, divided into 2 groups: treatment group and control group.The treatment group consisted of 50 patients who received umbilical vein injection of oxytocin during the third stage. The control group consisted of 50 patients who received intramuscular injection of oxytocin during the third stage. Oxytocin injections performed immediately after birth. Results: There were significant differences on the length of placenta release (p <0.001) that is 6,55±1,46 minutes in the treated group and 10,15±2,71 minutes in the control group. There are significant differences in the amount of bleeding the third stage (p <0.001) that is 140,10±32,39 ml in the umbilical vein group and 176,20± 58,34 ml in the intramuscular group. At forth stage bleeding, there were significant differences between treatment group and control group (p = 0.004) that is 33,80±16,55 ml in the umbilical vein group and 42,00±10,44 ml in the intramuscular group. Conclusion: Prophylactic oxytocin injection in normal delivery through umbilical vein can reduce bleeding on third and fourth stage of labor, as well can accelerate the release of the placenta compared with the intramuscular administration. Keywords: oxytocin, umbilical vein injection, retained placenta.
post partum haemorrhage,
xi
1
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, 1500 perempuan meninggal akibat kehamilan atau komplikasi melahirkan.Pada tahun 2005, diperkirakan 536 000 kematian ibu di seluruh dunia.Sebagian besar kematian terjadi di negara berkembang, dan sebagian besar dapat dihindari. Meningkatkan kesehatan ibu adalah salah satu dari delapan Tujuan Pembangunan Milenium yang diadopsi oleh masyarakat internasional di United Nations Millennium Summit di tahun 2000. Dalam Millenium Development Goal 5 (MDG5), negara telah berkomitmen untuk mengurangi rasio kematian ibu sampai tiga perempat antara 1990 dan 2015. Namun, antara 1990 dan 2005 rasio kematian ibu menurun
hanya
5%.
Pencapaian
Millenium
Development
Goal
5
membutuhkanpercepatan kemajuan. (WHO, 2005) Indonesia masih tercatat sebagai negara dengan angka kematian ibu tertinggi di Asia. Berdasarkan penelitian Hogan et al. (2010) tentang angka kematian ibu pada 181 negara di dunia, angka kematian ibu (AKI) tahun 2008 di Indonesia masih berada pada angka 229 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini 2,7 kali angka kematian ibu di Filipina dan 5,5 kali dari Malaysia. Rata-rata AKI di dunia dari 100.000 kelahiran tingkat kematian ibu mencapai 251. Angka kematian ibu negara maju sebesar 20 kematian per 100.000 kelahiran. Sedangkan di negara berkembang rata-rata 400 kematian ibu per 100.000 kelahiran. (Hogan, 2010) Di seluruh dunia perdarahan obstetrik merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu, di mana diperkirakan sebanyak 14 juta kasus perdarahan terjadi tiap tahunnya. Sekitar 25% kematian ibu di negara Asia disebabkan oleh perdarahan selama kehamilan, melahirkan, dan pascasalin (WHO,2005). Dari angka tersebut hampir 30 % disebabkan oleh perdarahan pascasalin. Kemudian sebanyak 15 –20% dari kasus kematian ibu akibat
1
2
perdarahan pascasalin disebabkan oleh retensio plasenta. Insiden retensio plasenta ini mencapai 0,8-1,2% dari angka kelahiran. (Daftary, 1996) Dari semua kasus perdarahan pascasalin yang menyebabkan kematian maternal, 80% diantaranya diakibatkan oleh karena atonia uteri dan 10% oleh retensi sisa plasenta. Perdarahan pascasalin oleh karena retensi plasenta atau retensi sisa plasenta merupakan akibat penanganan kala III yang tidak baik. (Brookes, 1990) Dalam obstetri modern, pimpinan kala III persalinan tidak lagi bersifat menunggu, tetapi dilakukan secara aktif, sehingga penyimpangan dalam proses persalinan segera dapat diatasi. Salah satu tindakan aktif kala III tersebut ialah pemberian oksitosin sebagai upaya pencegahan terjadinya perdarahan pascasalin. Tanpa pemberian oksitosin, insiden perdarahan pascasalin sedang mencapai 51% dan perdarahan pascasalin berat sebanyak 17 % pada penelitian randomized double-blind controlled trial di Guina Bissau. (Cardoso, 2005) Penanganan kala III secara aktif untuk pencegahan perdarahan pascasalin telah dikerjakan secara rutin di beberapa negara, yaitu penggunaan obat uterotonika seperti oksitosin, kombinasi oksitosin dan ergometrin, ergometrin disertai penjepitan tali pusat segera dan melahirkan plasenta dengan traksi tali pusat terkontrol. ( Prendiville, 1988) Injeksi vena umbilikal (IVU) sebagai manajemen pasien dengan retensi plasenta pertama kali diungkapkan oleh Mojon dan Asdrubali pada tahun 1826. Kemudian pada awal abad 20-an, beberapa penulis mulai melaporkan penggunaan larutan salin 0,9% untuk injeksi vena umbilikalis dengan volume bervariasi mulai 200 ml hingga 400 ml. (Carroli, 2001) Keuntungan injeksi vena umbilikal ini dapat dihipotesiskan yaitu untuk mengurangi pelepasan plasenta secara manual.Mengingat tindakan manual plasenta merupakan prosedur invasif dengan komplikasi serius antara lain trauma, perdarahan, dan infeksi pascasalin.(Carroli, 2001) Terdapat variasi yang cukup luas dalam metode injeksi vena umbilikal ini. Efektifitas metode IVU tersebut tergantung dari volume yang diinjeksikan
3
dan konsentrasi obat yang terkandung di dalamnya, serta kecepatan transfer obat tersebut saat melalui plasenta. (Pipingas, 1993)
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang permasalahan di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu apakah pemberian injeksi oksitosin vena umbilikalis dapat menurunkan lama lahir plasenta dan jumlah perdarahan dibandingkan dengan pemberian injeksi oksitosin intramuskular pada persalinan normal.
C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh pemberian oksitosin profilaksis melalui intravena umbilikal dan intramuskular terhadap lama lahir plasenta dan jumlah perdarahan kala III dan IV.
D. Manfaat Penelitian 1. Menambah informasi dan data tentang efek pemberian oksitosin intravena umbilikal pada kala III persalinan normal. 2. Penggunaan oksitosin intravena umbilikal dapat dipakai tenaga kesehatan
untuk
mencegah
terjadinya
retensi
plasenta
dan
mengurangi perdarahan pascasalin. 3. Dengan berkurangnya kejadian perdarahan pascasalin dan retensi plasenta dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas maternal.
E. Keaslian Penelitian Menurut penelusuran kepustakaan yang dilakukan, ditemukan beberapa penelitian tentang perbandingan efektifitas injeksi oksitosin vena umbilikalis.
4
Pada penelitian Suradal (1995) didapatkan hasil pemberian oksitosin 10 IU sebagai profilaksis pada persalinan risiko tinggi melalui vena umbilikalis akan lebih mempercepat pelepasan plasenta dan mengurangi jumlah perdarahan kala III dan IV dibanding pemberian oksitosin melalui intramuskular atau melalui intravena. (Suradal, 1995) Dalam sebuah review 12 percobaan dengan judul
“Umbilical vein
injection for management of retained placenta oleh Carroli G. dan Bergel E. “
yang dimuat dalam The Cochrane Collaboration menyebutkan bahwa injeksi larutan salin dan oksitosin melalui vena umbilikal dinilai cukup efektif untuk manajemen retensi plasenta. Terdapat beberapa bukti bahwa injeksi oksitosin vena umbilikal dapat menurunkan tindakan manual plasenta pada kasus retensi plasenta. (Carroli, 2001) Pada penelitian Habek dan Franicevic disebutkan bahwa injeksi uterotonik intraumbilikal merupakan metode noninvasif yang efektif dan aman untuk mempersingkat kala III pada pasien retensi plasenta. Dalam studi prospektif ini, 75 ibu yang mengalami retensi plasenta mendapat injeksi melalui vena umbilikalis setelah penjepitan tali pusat sebanyak 20ml larutan salin 0,9% ditambah dengan 20IU oksitosin (n=54); kelompok kedua diberikan injeksi 20ml larutan salin 0,9% ditambah dengan 0,5mg karboprostrometamin (n=7); dan kelompok ketiga diberikan injeksi 20 ml larutan salin 0,9% ditambah 0,2mg metil ergometrin (n=14). (Habek, 2007) Mahani (2006) melaporkan injeksi oksitosin pada vena umbilikal efektif dalam mengurangi perdarahan pascasalin. Didapatkan perbedaan bermakna jumlah perdarahan pascasalin pada injeksi vena umbilical yaitu 141,82±91ml dibandingkan 177,51±84,9ml pada kontrol, dan secara statistik bermakna. (Mahani 2006)
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perdarahan Pascasalin Menurut sejarah, perdarahan pascasalin telah menjadi penyebab utama kematian ibu di negara-negara industri sejak masa perang dunia II.Hingga saat ini perdarahan pascasalin juga masih menjadi penyebab terbesar kematian ibu di beberapa negara berkembang di dunia.Klasifikasi, definisi, dan penatalaksanaan perdarahan pascasalin hampir belum ada perubahan dalam 50 tahun terakhir. Word Health Organization (WHO) mendefinisikan sebagai perdarahan pascasalin bila kehilangan darah pasca melahirkan melebihi 500 ml pada persalinan normal, ini merupakan diagnosis klinis yang meliputi perdarahan dari beberapa tempat antara lain uterus, serviks, vagina, dan perineum. (Hazem, 2003) Kehilangan darah selama 24 jam pertama setelah melahirkan dikenal sebagai perdarahan pascasalin dini, sedangkan bila kehilangan darah terjadi dari 24 jam pertama hingga 6 minggu setelah melahirkan disebut sebagai perdarahan pascasalin lambat. (Hazem, 2003) Pengendalian perdarahan pascasalin secara fisiologis terjadi melalui adanya kontraksi dan retraksi jalinan fiber miometrial yang melingkupi arteriarteri spiral maternal di tempat im plantasi plasenta (placental bed ). Kontraksi miometrial menekan arteri dan vena spiral dengan cara menghilangkan lumina pembuluh darah tersebut. Hemostasis setelah pelepasan plasenta akibat adanya proses mekanik, tidak tergantung dari sistem koagulasi yang sedang terjadi. Perdarahan pascasalin dini akibat atonia uteri terjadi ketika miometrium
yang
terelaksasi
gagal
melakukan
kontraksi
terhadap
pembuluh –pembuluh darah sehingga munculah perdarahan. Pada wanita hamil lebih dari seperlima cardiac output ibu yaitu sekitar >600 ml/menit memasuki sirkulasi uteroplasental saat itu, maka dapat dimengerti bahwa perdarahan pascasalin dini atonik merupakan sebuah bahaya besar. (Abouzahr, 1999)
5
6
Dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan, periode pascasalin dini (dalam 24 jam setelah melahirkan) penuh dengan risiko bagi para ibu. Sebesar 23,9% kematian ibu terjadi di antepartum, sebanyak 15,5% terjadi pada fase intrapartum, dan angka terbesar kematian ibu terjadi di periode pascasalin dini yaitu mencapai 60,6%. (Abouzahr, 1999) Etiologi perdarahan pascasalin yang paling sering adalah akibat atonia uteri. Sedangkan penyebab penting lainnya yaitu retensi fragmen plasenta, plasentasi abnormal (termasuk plasenta previa, abrupsi plasenta, plasenta
akreta,
dan
lain-lain),
trauma
(seperti
episiotomi,
laserasi
vulva/vaginal/serviks, ekstensi seksio caesaria, dan ruptur uteri), dan kelainan koagulasi. (Ural, 2000) Menurut Brookes, 80% perdarahan pascasalin disebabkan oleh karena atonia uteri sedangkan laserasi jalan lahir dan retensi sisa plasenta masing-masing pascasalin.
merupakan
Sedangkan
10%
faktor
penyebab
kelainan
terjadinya
darah
atau
perdarahan disseminated
intravascular coagulation sangat jarang. Sebuah studi melaporkan penyebab perdarahan pascasalin yang mengakibatkan kematian maternal di Amerika Serikat adalah atonia uteri (34%), ruptur uteri (21%), solutio plasenta (17%), kehamilan ekstrauterin (12%), retensi plasenta (10%), dan plasenta previa (6%). (Brookes, 1990) Terdapat 2 bahaya dari perdarahan pascasalin ini, yaitu : pertama, anemia
akibat
perdarahan
akan
memperlemah
keadaan
pasien,
menurunkan daya tahannya dan menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi nifas. Kedua, jika kehilangan darah ini tidak dapat dihentikan dapat menyebabkan kematian ibu. (Oxorn, 1990) Faktor yang mempengaruhi perdarahan pascasalin antara lain adalah umur, paritas dan riwayat kuretase. Faktor umur berpengaruh terhadap waktu pelepasan plasenta dan perdarahan kala III dan kala IV. Semakin tua umur ibu akan menimbulkan kemunduran progresif dari endometrium, sehingga akan mengganggu kebutuhan nutrisi janin. Plasenta dalam
7
pertumbuhannya akan meluas, villi khorialis menembus dinding uterus lebih dalam sehingga akan mengganggu saat pelepasannya. (Kurt, 1999) Pada multiparitas akan terjadi kemunduran atau cacat akibat fibrosis tempat
bekas
Vaskularisasi
implantasi
tempat
plasenta
tersebut
pada
berkurang
kehamilan sehingga
sebelumnya.
plasenta
dalam
memenuhi kebutuhannutrisi janin akan mengadakan perluasan. Akibatnya akan mempengaruhi waktu pelepasan plasenta dan jumlah perdarahan kala III dan IV. (Kurt, 1999) Riwayat kuretase dan manual plasenta bisa mengakibatkan cacat pada endometrium yang berupa jaringan parut. Pada saat terjadi kehamilan pada tempat tersebut tidak terbentuk lapisan nitabuch dan vili khorialis akan menembus dinding uterus lebih dalam. Akibatnya, pada saat pelepasan plasenta akan terganggu.(Kurt, 1999)
B. Manajemen Aktif Kala III Kombinasi uterotonika dan traksi tali pusat terkontrol dengan countertraction uterus sering disebut sebagai “manajemen aktif kala III“.Penjepitan tali pusat segera juga termasuk dalam definisi tersebut. Tetapi beberapa
ahli
menyarankan
hal
itu
sebaiknya
dipisahkan
karena
pengaruhnya terhadap level hematokrit neonatus. (WHO, 1999) Penanganan kala III secara aktif untuk pencegahan perdarahan pascasalin telah dikerjakan secara rutin di beberapa negara, yaitu penggunaan obat uterotonika seperti oksitosin, kombinasi oksitosin dan ergometrin, ergometrin disertai penjepitan tali pusat segera dan melahirkan plasenta dengan traksi tali pusat terkontrol. (Tsu, 2004) Manajemen aktif kala III ini berhubungan dengan penurunan risiko perdarahan pascasalin hingga 2 kali lipat serta penurunan kebutuhan tranfusi darah.Metode ini telah digunakan secara luas di Inggris, Australia, beberapa negara maju, dan negara berkembang di dunia. Berdasarkan
8
survei WHO tahun 2003, di 15 negara penerapan manajemen aktif kala III dinilai masih rendah yaitu sekitar 25%. (Festin, 2003) Sedangkan di negara Eropa Utara, beberapa negara bagian Amerika Serikat,
dan
Kanada
lebih
populer
menerapkan
manajemen
konservatif/fisiologis yaitu dengan menunggu tanda –tanda pelepasan plasenta serta membiarkan plasenta lahir spontan atau dengan bantuan gravitasi atau stimulasi puting susu ibu. (Nardin, 2009)
C. Oksitosin Oksitosin adalah hormon yang disekresi oleh sel neurosekretori di nukleus paraventrikel hipotalamus yang menstimulasi kontraksi otot polos uterus serta menstimulasi sel mioepitel duktus kelenjar mammae (Gerard, 2009) +
PVN SON
+ hypothalamus
neural lobe
Anteriorlobe
estrogen
oksitosin
+
Sel mioepitel (mammary gland)
Uterus cervical dilation uterine contractions
menghisap ASI
ersalinan
Gambar 1. Produksi oksitosin alamiah. Keterangan; PVN : paraventricular nucleus, SON:supraoptic nucleus
9
Kelenjar hipofisis posterior mensekresi oksitosin dan vasopresin.Oksitosin menstimulasi otot polos uterus dan sel mioepitel kelenjar mammae.
C.1.Struktur Kimia Oksitosin Oksitosin terdiri dari 9 asam amino peptida. Rangkaiannya adalah sebagai berikut sistein –tirosin –isoleusin –glutamin –asparagin –sistein –prolin – leusin –glisin. Residu sistein membentuk sebuah jembatan sulfur. Struktur oksitosin sangat mirip dengan vasopresin. Oksitosin dan vasopresin ditemukan dan diisolasi oleh Vincent du Vigneaud pada tahun 1953. (Harrison, 2007)
Gambar 2. Struktur kimia Oksitosin
C.2. Mekanisme Kerja Oksitosin Oksitosin menstimulasi kontraksi otot polos uterus selama masa melahirkan dan memacu stimulasi ejeksi ASI pada saat laktasi. Dalam literatur lain disebutkan pula bahwa oksitosin merupakan representasi dari komponen lingkar refleks neuroendokrin yang memediasi milk let-down