Pencegahan kebakaran dan evakuasi di Rumah Sakit Pendahuluan Daerah perkotaan masih menjadi magnet yang besar buat masyarakat meninggalkan desa untuk mengadu nasib di kota-kota, sehingga populasi penduduk menjadi masalah yang sulit sekali terpecahkan di kota besar, dari penyedian lahan perumahan sampai pada bangunan-bangunan komersial. Keterbatasan lahan menjadi masalah besar untuk bangunan-bangunan umum seperti perdagangan dan juga rumah sakit. Dan karena keterbatasan lahan untuk pembangunan rumah sakit maka sekarang kebanyakan rumah sakit menyerupa menyerupaii hotel atau pusat perbelanjaan (baca: gedung tinggi). Gedung tinggi merupakan fenomena daerah urban / perkotaan, dimana semakin banyak didirikan diberbagai kota besar di Indonesia. Melalui Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang tentang Bangunan Gedung ( UUBG 2002 ), factor keselamatan telah menjadi persyaratan penting penting yang harus dipenuhi oleh bangunan gedung. Salah satu aspek keselamatan adalah keselamatan dari bahaya kebakaran. Untuk menjamin tingkat keandalan serta keselamatan bangunan agar dapat digunakan sesuai dengan fungsinya, maka perlu dilengkapi dengan system proteksi aktif, system system proteksi pasif, dan penerapkan Manajemen Keselamatan Kebakaran ( Fire Safety Management, FSM ). Ketiga komponen proteksi tersebut adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. pada dipisahkan. pada dasarnya FSM telah dijalankan pada bangunan gedung, dengan bentuk dan kualitas yang beragam. Didapati bahwa bangunan komersil memiliki perhatian yang lebih baik dalam penerapan FSM dibandingkan bangunan perkantoran dan rumah sakit. Namun demikian, apresiasi masyarakat terhadap FSM dirasakan masih kurang. Banyak faktor kenapa bangunan perkantoran dan rumah sakit belum menerapkan pelaksanaan FSM, di antaranya adalah : 1 1) kendala personil ( baik kuantitas maupun kualitas/kompetensi ), 2 2) pembiayaan yang dirasa memberatkan, 3 3) kebijakan ( baik internal maupun eksternal ).
Untuk Rumah Sakit dalam penerapan FSM ada beberapa hal yang berbeda dengan bangunan lain , misalnya: Dalam hal evakuasi, di rumah sakit tentu banyak terdapat pasien , baik itu pasien rawat jalan, pasien rawat inap yang dapat berjalan (ambulatory), pasien rawat inap yang tidak dapat berjalan (non ambulatory) , pasien rawat inap yang tidak dapat berjalan dan memerlukan alat bantu kesehatan (oksigen, Ventilator-Dependent dan lain-lain), serta pasien yang ada di ICU dan ICCU yang tentu memerlukan alat bantu. ditambah lagi dirumah sakit hampir setiap hari melakukan tindakan operasi (bedah) yang terkadang memerlukan waktu yang tidak sebentar, sehingga tidak mungkin ketika sedang melakukan operasi harus segera di hentikan karena terjadi kebakaran . Di rumah sakit juga banyak bahan-bahan yang dapat membuat api semakin membesar ketika terjadi kebakaran misalnya : oksigen, kasur busa, gas elpiji dan lain-lain Oleh karena itu, Rumah Sakit harus siap seandainya terjadi kebakaran dengan proteksi pasif yang baik misalnya menahan rambatan api, misalnya : bahan bangunan gedung, kontruksi bangunan gedung, kompartemisasi dan pemisahan serta penutup pada bukaan. Proteksi Aktif juga sangat penting karena Tanggung jawab utama
pengendalian kebakaran terletak pada
petugas rumah sakit sepeti : alat pemadam api ringan system deteksi dan alarm kebakaran, . ,
system pipa tegak dan slang kebakaran serta hidran halaman, system sprinkler otomatis, system pengendali asap, lif kebakaran, pencahayaan darurat, penunjuk arah darurat, system pasokan daya listrik darurat, pusat pengendali kebakaran, instalasi pemadam khusus. Sangatlah penting setiap karyawan sudah terlatih dengan rencana prosedur pencegahan kebakaran di rumah sakit dan mengerti tindakan yang tepat jika terjadi kebakaran. Tindakan yang tepat dalam keadaan darurat kebakaran dapat mengurangi resiko kebakaran. Sementara pelatihan pengungsian (evakuasi) di rumah sakit tujuan utamanya adalah
untuk
tidak mengungsikan pasien kecuali sangat diperlukan, Oleh karena itu perhatian khusus harus difokuskan pada teknik pencegahan dan penanggulangan
kebakaran yang tepat untuk
menghindari skenario terburuk, namun bila sangat diperlukan pasien seluruhnya harus dievakuasi, Rumah Sakit harus siap melakukannya. Pelatihan evakuasi dan Kesiapsiagaan sangatlah penting untuk menghindari dan/atau meminimalkan korban jiwa, yaitu dengan memberikan panduan yang baik dan tepat di rumah sakit pada saat evakuasi berlangsung. Rencana Penanggulangan Kebakaran dan Evakuasi di Rumah Sakit berisi rincian tugas-tugas dan tanggung Jawab setiap anggota staf sampai pada pimpinan Rumah Sakit.